You are on page 1of 6

Eksergi Jurnal Teknik Energi Vol 8 No.

2 Mei 2012; 41 - 46

SHUTDOWN TESTING PADA CURRENT CARRYING CIRCUIT (WENDING) TRANSFORMATOR 30MA 150/20 KV

M Denny Surindra Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. H. Sudarto, S.H. , Tembalang, Kotak Pos 6199/SMS, Semarang 50329 Telp. 7473417, 7466420 (Hunting), Fax. 7472396

Abstrak Shutdown testing merupakan suatu pengujian yang dilakukan pada sebuah transformator pada peralatan gardu induk pada keadaan padam. Pengujian ini dilakukan pada saat pemeliharaan rutin maupun saat investigasi ketidaknormalan. Pada pengujian ini dilakukan beberapa tahap, pengujian tahanan isolasi, pengujian dengan mengukur tangent delta dan pengujian ratio test. Pengujian tahanan isolasi antar belitan dalam kondisi baik ( lebih dari 150M ), sedangkan dengan ground dalam kondisi buruk (kurang dari 150M). Berdasarkan nilai indek polaritas dalam kondisi dipertanyakan, sehingga perlu diinvestigasi melalui uji kadar minyak dan tangent delta.Untuk pengujian pengukuran tangent delta, nilai %PF berada dalam kondisi periksa ulang (antara 0,5-1,0%) dan nilai Cap berada dalam kondisi baik (deviasi >5%). Sedangkan pengujian ratio test didapatkan trafo dalam kondisi baik dimana Phasa R error 0,1%, Phasa S error 0,11% dan Phasa T error 0,12%. Keyword : shutdown testing, transformator, tangent delta, ratio test

1. Pendahuluan Dalam proses penyediaan listrik bagi konsumen, selain meliputi proses pembangkitan, tak kalah pentingnya yaitu proses distribusi. Dalam hal proses pendistribusian energi listrik peranan gardu induk sangat penting. Gardu Induk merupakan pusat pengatur dan pembagi beban dari pembangkit hingga sampai ke konsumen. Gardu induk merupakan suatu kumpulan peralatan listrik yang bertujuan untuk mengatur, pembagian/subdivision, control dan pengubah/transformasi atau convertion dari tenaga listrik. Di antaranya untuk menurunkan tegangan listrik dari jaringan tegangan tinggi ke jaringan tegangan menengah atau sebaliknya dalam jumlah yang besar. Untuk menunjang kelangsungan atau kelancaran distribusi ke konsumen maka peralatan yang terdapat di gardu induk harus dalam keadaan normal. Sehingga untuk memenuhi hal tersebut perlu dilakukan perawatan dan pemeliharaan. Dalam melakukan pemeliharaan dan perawatan peralatan dalam Gardu Induk mempunyai berbagai pemeliharaan, salah satunya pemeliharaan dan perawatan transformato tenaga.

Salah satu pemeliharaan ini adalah pekerjaan pengujian yang dilakukan pada saat transformator dalam keadaan padam. Pekerjaan ini dilakukan pada saat pemeliharaan rutin maupun pada saat investigasi ketidaknormalan yang diakibatkan karena kegagalan (failure) yang terjadi pada peralatan tegangan tinggi yang sedang dipakai dalam operasi sehari-hari. Hal ini disebabkan karena isolasinya memburuk (deterioration) atau karena terjadi kegagalan (breakdown) pada bagianbagiannya. Melemahnya isolasi ini disebabkan karena panas, kelembaban, kerusakan mekanis, korosi kimiawi, korona, tegangan lebih dan lain-lain. Untuk mengatasi masalah yang terjadi dan menghindari kegagalan dalam operasi dilakukan pengujian yang meliputi : 1. Pengukuran tahanan isolasi. 2. Pengukuran tangen delta. 3. Pengukuran Ratio Test. 2. Transformer Tranformator merupakan peralatan listrik yang berfungsi untuk menyalurkan daya atau tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya. Trasnformator menggunakan prinsip hukum induksi faraday dan hukum

41

Shutdown Testing Pada Current Carrying Circuit (Wending) Transformator 30ma

(M. Denny S)

Lorentz dalam menyalurkan daya, dimana arus bolak balik yang mengalir mengelilingi suatu inti besi maka inti besi itu akan berubah menjadi magnet. Dan apabila magnet tersebut dikelilingi oleh suatu belitan maka pada kedua ujung belitan tersebut akan terjadi medan beda potensial. Arus yang mengalir pada belitan primer akan menginduksi inti besi transformator sehingga didalam inti besi akan mengalir flux magnet dan flux magnet ini akan menginduksi belitan sekunder sehingga pada ujung belitan sekunder akan terdapat beda potensial.

eksternal seperti kotoran pada bushing atau isolator. Megaohm meter biasanya memiliki kapasitas pengujian 500, 1000 atau 2500 Vdc. Salah satu efek yang mempengaruhi nilai tahanan isolasi belitan trafo adalah temperature. Hal ini terjadi karena panas belitan, inti besi dan minyak trafo pada derajat tertentu akan menurunkan nilai dielektrik bahan isolasi belitan, sehingga pengukuran dengan interval 10 menit kemudian (suhu trafo agak turun) akan menghasilkan nilai yang berbeda. b. Pengukuran tangent delta Tangent delta atau sering disebut Loss Angle atau pengujian faktor disipasi adalah metoda diagnostik secara elektikal untuk mengetahui kondisi isolasi. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui umur minyak, kandungan air pada minyak dan kontaminasi dari partikel lain. Jika isolasi bebas dari defect, maka isolasi tersebut akan bersifat kapasitif sempurna seperti halnya sebuah isolator yang berada diantara dua elektroda pada sebuah kapasitor. Pada kapasitor sempurna, tegangan dan arus fasa bergeser 90o dan arus yang melewati isolasi merupakan kapasitif. Jika ada kontaminasi pada isolasi contohnya moisture, maka nilai tahanan dari isolasi berkurang dan berdampak kepada tingginya arus resistif yang melewati isolasi tersebut. Isolasi tersebut tidak lagi merupakan kapasitor sempurna. Tegangan dan arus tidak lagi bergeser 90o tapi akan bergeser kurang dari 90o. Besarnya selisih pergeseran dari 90o merepresentasikan tingkat kontaminasi pada isolasi. Sistem isolasi trafo secara garis besar terdiri dari isolasi antara belitan dengan ground dan isolasi antara dua belitan. Primer Ground Sekunder Ground Tertier Ground Primer Sekunder Sekunder Tertier Primer Tertier

Gambar 1. Tranformator 3 (30MA 150/20 KV)

Shutdown Testing Pada Wending Trafo Shutdown testing adalah pekerjaan pengujian yang dilakukan pada saat transformator dalam keadaan padam. Pekerjaan ini dilakukan pada saat pemeliharaan rutin maupun pada saat investigasi ketidaknormalan. a. Pengukuran tahanan isolasi Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui kondisi isolasi antara belitan dengan ground atau antara dua belitan. Metoda yang umum dilakukan adalah dengan memberikan tegangan dc dan merepresentasikan kondisi isolasi dengan satuan megohm. Tahanan isolasi yang diukur merupakan fungsi dari arus bocor yang menembus melewati isolasi atau melalui jalur bocor pada permukaan eksternal. Pengujian tahanan isolasi dapat dipengaruhi suhu, kelembaban dan jalur bocor pada permukaan

42

Eksergi Jurnal Teknik Energi Vol 8 No. 2 Mei 2012; 41 - 46

3. Metode Penelitian a. Pengukuran tahanan isolasi Peralatan yang digunakan pada pengukuran tahanan isolasi dengan kemampuan mencapai 5000A. Langkah pengukuran adalah sebagai berikut: 1. Memosisikan saklar selector switch (no.7) pada Ohm (). 2. Mengatur batas-jangkau skala 10k-1T atau 100k-1T dengan menekan tombol pilihan batas-jangkau (no.2) RANGE. 3. Memilih tegangan uji merger dengan nominal 100 V, 250 V, 500 V, 1000 V, 1500 V, 2000 V, 2500 V, atau 5000 V dengan memindah posisi saklar pilihan (no.1) sesuai dengan kebutuhan. Bila lampu LED no.4 menyala menandakan batas-jangkau atas skala 10k-1T tercapai. 4. Menghubungkan titik ukur dengan kedua prob (+) dan (-) dan menunggu sampai dengan jarum penunjukan berhenti bergerak. 5. Pemasangan pentanahan local (local grounding) disisi primer maupun sekunder dengan tujuan membuang induktansi muatan (Residual Current) yang masih tersisa pada belitan. 6. Pelepasan terminal sisi primer (Jumper Conductor Bay T/R), terminasi sisi sekunder (Fleksible Conductor Plat), Terminasi belitan tersier dan titik netral (bintang). 7. Melakukan pengukuran tahanan isolasi antara : a. Terminal primer (R,S,T) terhadap cashing/tanah. b. Terminal sekunder (R,S,T) terhadap cashing/tanah. c. Terminal tertier (T,S,R) terhadap cashing/tanah. d. Terminal primer (R,S,T) terhadap terminal sekunder (R,S,T) e. Terminal primer (R,S,T) terhadap terminal tertier (T,S,R). f. Terminal sekunder (R,S,T) terhadap terminal tertier (T,S,R). g. Mencatat hasil pengukuran tahanan isolasi serta temperature minyak trafo.

Gambar 2. Rangkaian ekivalen isolasi trafo

Input A

Input B
oltc conservator

HV radiator

Gambar 3. Skema rangkaian pengujian tangent delta trafo

c. Pengukuran Ratio Test Tujuan dari pengujian ratio belitan pada dasarnya untuk mendiagnosa adanya masalah dalam antar belitan dan seksi-seksi sistem isolasi pada trafo. pengujian ini akan mendeteksi adanya hubung singkat atau ketidaknormalan pada tap changer. Tingginya nilai resistansi akibat lepasnya koneksi atau konduktor yang terhubung ground dapat dideteksi. Untuk mengetahui ratio atau perbandingan sebenarnya dari alat yang berfungsi untuk mentransformasikan besaran listrik, Ratio yang akan dibandingkan adalah nilai awal (nilai desainnya, factory report, atau site test report) dengan nilai pengujian terakhir, sehingga dapat diketahui ratio dari winding trafo tersebut masih sesuai atau tidak dengan nilai standardnya. Peralatan yang secara umum digunakan untuk melakukan pengujian ratio ini adalah sebuah supply tegangan AC 3 fasa 380 V.

43

Shutdown Testing Pada Current Carrying Circuit (Wending) Transformator 30ma

(M. Denny S)

h. Memasang kembali terminasi sisi primer (Jumper Conductor Bay T/R), terminasi sisi sekunder (Fleksible Conductor Plat), terminasi belitan tertier dan titik netral (bintang). i. Melepas pentanahan lokal sambil pemeriksaan final untuk persiapan pekerjaan selanjutnya. b. Pengukuran tangen delta Peralatan yang dipakai pada pengukuran tangen delta adalah Tettex 2858. Pada alat ini tegangan uji yang digunakan mencapai 12 KV sedangkan hasil uji yang diketahui : Capacitancy Tan Arus bocor Daya losses Langkah pengukuran adalah sebagai berikut: 1. Meletakkan alat uji pada tempat yang aman, terlindung dari sinar matahari langsung dan terjangkau dari titik atau klem terminal yang akan diuji. 2. Membebaskan peralatan yang akan diuji dari sumber tegangan. 3. Memasang pentanahan temporer pada peralatan yang akan diuji sehingga aman dalam melakukan pelepasan kawat atau kabel pada terminal peralatan yang akan diuji. 4. Pengujian harus dilakukan dalam keadaan cuaca kering untuk menghindari terjadinya kondenasasi pada bushing. 5. Menghubungsingkatkan terminal primer, sekunder dan terhadap masing masing titik netralnya. 6. Menghubungkan pentanahan alat uji dengan pentanahan peralatan yang akan diuji. 7. Menghubungkan kabel sisi tegangan tinggi alat uji dengan ke kumparan primer peralatan yang akan diuji. 8. Menghubungkan kabel sisi tegangan rendah alat uji (Input A) ke kumparan sekunder. 9. Menghubungkan alat uji dengan sumber tegangan AC (power supply) system 3 kawat (Fasa, Netral, dan Ground). 10. Mengaktifkan (switch-On) alat uji (pada power supply dan monitor).

11. Posisikan indicator sebagai berikut : a. Ground : ON b. HV Voltage : OFF c. Capacitance : 0000 d. Dissipation : 0000 e. Tan : led padam f. CN EXT/INT : led padam g. Tan /PF 20 C: led padam 12. Isilah data objek pengujian dan setting pengujian : a. Menekan IDENT INPUT. b. Memilih 1 = INDENTIFICATION untuk mengisi data pengujian (Objek, Site, No Seri) c. Memilih 2= SET TIME untuk mengisi data waktu. d. Menekan Tan / PF 20 C. e. Isilah temperature minyak trafo actual. f. Tekan OPT. g. Pilih 3= To 10kv. 13. Memulai pengujian : a. Meng-On-kan HV Voltage. b. Menekan TEST MODE lalu UST A. c. Menekan RUN (pada monitor akan muncul CCC atau LLL running). d. Menaikkan tegangan uji perlahan-lahan dengan menekan tombol UP bersamaan dengan tombol SAFETY SWITCH dan perhatikan VOLTAGE TEST. c. Ratio Test Peralatan yang digunakan adalah: a. Amper Meter. b. Volt Meter. c. Slide regulator. d. Saklar 3 fasa berikut fuse. e. Kabel. f. Sumber tegangan. g. Perlengkapan pencatat. Langkah pengukuran adalah sebagai berikut: 1. Merangkai sesuai skema rangkaian pengujian. 2. Memasukkan supply 380 volt (3 fase) setelah semua rangkaian terhubung sempurna. 3. Mengatur tegangan pada sisi sekunder (untuk trafo step-up kebalikannya untuk trafo step-down) yang diijinkan dalam

44

Eksergi Jurnal Teknik Energi Vol 8 No. 2 Mei 2012; 41 - 46

pengujian, tegangan ini harus sama tiap pengujian per tap. 4. Mengubah tap changer dengan urutan dan mencatat angka penunjukan pada metermeter disisi primer dan sekunder. 5. Membandingkan rasio pengujian dengan nilai pabrikan atau komisioning awal.

Dengan melihat data hasil pengujian di atas dan standard yang dipakai dapat dianalisis sebagai berikut: 1. Kondisi tahanan isolasi antar belitan dalam kondisi baik ( lebih dari 150M ). 2. Kondisi tahanan isolasi antara belitan dan ground dalam kondisi buruk (kurang dari 150M), sehingga perlu diadakan investigasi pada saat pemeliharaan. 3. Berdasarkan nilai indek polaritas (IP), dalam kondisi dipertanyakan, sehingga perlu diinvestigasi melalui uji kadar minyak dan tangent delta. b. Pengujian tangent delta Hasil pengujian tangent delta dapat dilihat dalam Tabel 3.
Tabel 3. Hasil pengujian tangent delta
No Uraian kegiatan Primer UST A UST B UST A+B GST A+B GSTg A GSTg B GSTgA+B CHL CHT CHL+CHT CHG+CHL+CHT CHT+CHG CHL+CHG CHG Sekunder UST A UST B UST A+B GST A+B GSTg A GSTg B GSTg A+B CHL CHT CHL+CHT CHG+CHL+CHT CHT+CHG CHL+CHG CHG Kondisi TAN CAP (%) (nF) 0.80 5.281 0.80 5.281 0.90 5.281 0.96 10.11 0.95 4.836 TAN CAP (%) (nF) 0.95 5.277 0.96 5.278 0.68 18.57 0.86 13.31 0.87 13.31

Gambar 4. Skema rangkaian pengujian Ratio Belitan

4. Hasil dan Pembahasan a.Pengujian pada tahanan isolasi belitan trafo Hasil pengujian tahanan isolasi belitan dapat dilihat dalam Tabel 1.
Tabel 1. Hasil pengujian tahanan isolasi
Uraian kegiatan Setelah trafo OFF Suhu : 58 C Primer-Tanah (m) Sekunder-Tanah (m) Primer-Sekunder (m) Primer & sekunder + ground (m) 1 menit 207 253 400 147 Kondisi 10 menit 276 299 481 166 Ip 1.33 1.19 1.19 1.50

Dalam menganalisis hasil pengujian menggunakan acuan menurut standard dari VDE (catalogue 228/4) minimum besarnya tahanan isolasi kumparan trafo adalah 1KV=1M. Sedangkan untuk indek polaritas mengacu pada Tabel 2 berikut :
Tabel 2. Indek polaritas
No. 1 2 3 4 5 Hasil Uji <1,0 1,0-1,1 1,1-1,25 1,25-2,0 >2,0 Keterangan Berbahaya Jelek Dipertanyakan Baik Sangat Baik Rekomendasi Investigasi Investigasi Uji kadar air minyak & uji delta -

Kondisi belitan trafo dapat diperkirakan melihat hasil pengujian di atas dimana untuk interpretasi hasil pengujian merujuk ke standard ANSI C57.12.90 yang tertera pada Tabel 4 berikut :
Tabel 4. Pengujian tangent delta ANSI C57.12.90
Hasil Uji < 0.5 0.5 0.7 0.5 1.0 Keterangan Baik Pemburukan Periksa ulang Rekomendasi Periksa ulang,bandingkan dengan uji lainnya Periksa kadar air pada minyak isolasi dan kertas isolasi

>1.0

Buruk

45

Shutdown Testing Pada Current Carrying Circuit (Wending) Transformator 30ma

(M. Denny S)

Dari data hasil pengujian tangent delta dan membandingkan dengan standard dari ANSI C57.12.90 dapat dianalisis sebagai berikut : a. Berdasrkan nilai % PF didapatkan data bahwa berada dalam kondisi periksa ulang (antara 0,5-1,0%). Dengan me-filter minyak dan mengganti minyak isolasi. b. Berdasarkan nilai Cap, didapatkan bahwa berada dalam kondisi Baik (deviasi >5 %) c. Pengujian Ratio Test Analisa hasil pengujian ratio test adalah membandingkan hasil pengujian dengan name plat ratio tegangan pada trafo dengan batasan kesalahan sebesar 0,5%,(standard IEEC C57.125.1991), jika hasil pengujian ratio test lebih dari 0,5% maka disarankan untuk melakukan pengujian-pengujian lainnya, sehingga dari hasil pengujian didapat sebagai berikut : a. Phasa R : Trafo dalam kondisi baik, dengan error (perbedaan dengan name-plate max 0,1%). b. Phasa S : Trafo dalam kondisi baik, dengan error (perbedaan dengan name-plate max 0,11%). c. Phasa T : Trafo dalam kondisi baik, dengan error (perbedaan dengan name-plate max 0,12%). 5. Kesimpulan a. Kondisi tahanan isolasi antar belitan dalam kondisi baik (lebih dari 150M). b. Kondisi tahanan isolasi antara belitan dan ground dalam kondisi buruk (kurang dari 150M), sehingga perlu diadakan investigasi pada saat pemeliharaan. c. Berdasarkan nilai indek polaritas, dalam kondisi dipertanyakan, sehingga perlu diinvestigasi melalui uji kadar minyak dan tangent delta. d. Berdasarkan nilai %PF berada dalam kondisi periksa ulang (antara 0,5-1,0%). e. Berdasarkan nilai Cap berada dalam kondisi Baik (deviasi >5%) f. Phasa R: Trafo dalam kondisi baik, dengan error (perbedaan dengan name-plate max) 0,1%.

g. Phasa S: Trafo dalam kondisi baik, dengan error (perbedaan dengan name-plate max) 0,11%. h. Phasa T: Trafo dalam kondisi baik, dengan error (perbedaan dengan name-plate max) 0,12%. Daftar Pustaka P3B, 2003, Petunjuk Operasional dan Pemeliharaan Transformator Arus, Jakarta, Penerbit PT. PLN (persero) P3B, 2003, Petunjuk Operasional dan Pemeliharaan Transformator Tenaga, Jakarta, Penerbit PT. PLN (persero) P3B, 2003, Pengukuran Data Teknik, Jakarta, Penerbit PT. PLN (persero) Sridhar Shenoy K, Trafo Winding Diagnosis, India, Omicron Sudaryatno Sudirham, Transformator Sumarto, Drs.MA, Teori Transformator, Andi Offset Yogyakarta, 1991 Abdul kadir, Prof.Ir, Transformator, PT.Pradya Paramita Jakarta, 1981

46

You might also like