You are on page 1of 17

ASCARIASIS

Etiologi
Penyebab: Ascaris lumbricoides panjang 20 cm 35 cm panjang 3 mm 6 mm bertelur 200.000 butir/ hari Telur ini keluar dari tubuh manusia melalui faeces, ukuran telur : 35 - 50 Ascaris lumbricoides tersebar luas di daerah tropis Infeksi ascaris pada anak < 10 tahun = 60% - 100%

Dalam keadaan gravid, betina pindah ke anus dan bertelur di situ Telur berbentuk lonjong. Oval, datar pada 1 sisi Telur ini setelah tertelan, masuk ke duodenum menjadi larva, kemudian migrasi ke caecum menjadi dewasa setelah 15 28 hari Betina yang gravid migrasi ke anus pada waktu malam, menimbulkan gatal yang hebat Pada anak wanita, cacing ini dapat memasuki daerah genitalia menimbulkan salpingitis

Gejala Klinik

Cara Infeksi

Telur ascaris yang infektif tertelan manusia dan mencapai duodenum, di sini telur menjadi larva Larva ini menembus dinding usus, melalui saluran limfe bermigrasi ke hepar dan paru Banyaknya larva di paru-paru menimbulkan gejala Loefller Syndrome/ Atypical Pneumonia Larva mencapai epiglottis dan kembali ke usus kecil. Di sini tumbuh menjadi cacing dewasa, cacing betina bertelur lagi Perjalanan cacing hingga menjadi dewasa 3 bulan

Dpt menimbulkan gejala seperti appendicitis Pruritus ani Anak cengeng, insomnia, vaginitis

Diagnosis

Telur infektif di faeces Ditemukan dengan cara swab perianal

Cara Infeksi

Menelan telur Auto infeksi (melalui makanan)

Gejala Klinik

Biasanya tanpa gejala Enek, muntah, sakit perut, tidak ada nafsu makan, kurus, sukar tidur, cengeng, sedikit panas, kolik Massa dari cacing dpt menyebabkan obstruksi usus Dpt juga menyebabkan perforasi usus, intususepsi, paralitic ileus

Prognosis
Baik

Preventif

Hygiene yang baik

Diagnosis

Ditemukan telur ascaris dalam faeces Keluar cacing ascaris bersama faeces/ muntah

Therapy

Pyrivinium pamoat Piperazine citrat Pirantel 10 g/ kgBB, single dose

Prognosis
Baik

Pencegahan

ANKILOSTOMIASIS
Etiologi
Necator americanus Ancylostoma duodenale

Obat cacing setiap 3 bulan

Therapy

Pyrantel, levamisol, mebendazol, albendazol

OXYURIASIS
Etiologi
Penyebab : Oxyuris vermicularis/ cacing kremi/ Enterobius vermicularis Jantan berukuran 2 5 mm dan yang betina berukuran 8 13 mm

Cara Infeksi

Larva menembus kulit kaki, masuk ke dalam darah, ke jantung, paru-paru, alveolus, bronchus, larynx, melalui epiglottis tertelan, masuk duodenum menjadi dewasa

Atau:

Patogenesis

Hidup di caecum dan appendix

Telur cacing tertular (spt ascaris) Cacing dewasa mempunyai kait untuk bergantung pada mucosa usus halus, menghisap darah 0.3 cc 0.8 cc/ hari Betina bertelur 24.000 30.000/ hari

Gejala

Anemia Hypochrom Micrositer Gejala ringan apabila ankilostoma < 100 Gejala sedang apabila ankilostoma 100 500 Gejala berat apabila ankilostoma > 500 Gatal waktu larva menembus kulit urticaria

Trematoda
Trematoda adalah cacing yang secara morfologi berbentuk pipih seperti daun. Pada umumnya cacing ini bersifat hermaprodit, kecuali genus Schistosoma. Pada dasarnya daur hidup trematoda ini melampui beberapa beberapa fase kehidupan dimana dalam fase tersebut memerlukan

Diagnosis

Telur cacing dalam tinja

Prognosis
Baik

hospes intermedier untuk perkembangannya. Fase daur hidup tersebut adalah sebagai berikut: Telur---meracidium---sporocyst---redia--cercariametacercaria---cacing dewasa. Dimana fase daur hidup tersebut sedikit berbeda untuk setiap spesies cacing trematoda.

Therapy

TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein) Fe Transfusi darah Alcopar Pyrantel/ combantrin

sporocyst

cercaria

dewasa(1)

Telur

meracidium

sporocyst

redia

cercaria

metacercaria

dewasa (2)

redia

cercaria

dewasa(3)

redia

cercaria

metacercaria

dewasa(4)
(1) Schistosoma (2) Paragonimus (3) Clonorchis (4) Echinostoma Menurut lokasi berparasitnya cacing trematoda dikelompokkan sbagai berikut: 1) Trematoda pembuluh darah: Schistosoma Tiga Schistosomiasis (Schistosoma haematobium, S. mansoni, S. japonicum) spesies schistosoma tersebut

berparasit pada orang, dimana ketiganya struktur bentuknya sama, tetapi beberaopa hal seperti morfologinya sedikit berbeda dan juga lokasi berparasitnya pada tubuh hospes definitif. S. hematobium dan S. mansoni, banyak dilaporkan menginfeksi orang di Mesir, Eropa dan Timur Tengah, sedangkan S. japonicum, banyak

haematobium, S. mansoni, S. japonicum 2) Trematoda paru: Paragonimus westermani 3) Trematoda usus: Fasciolopsis buski,

Echinostoma revolutum, E. ilocanum 4) Trematoda hati: Clonorchis sinensis, Fasciola hepatica, F. gigantica.

menginfeksi orang di daerah Jepang, China,

Taiwan, Filippina, Sulawesi, Laos, Kamboja dan Thailand. Cacing betina panjang 20-26 mm, lebar 0,25-0,3 mm; cacing jantan panjang 10-20 mm; lebar 0,8-1 mm. Daur hidup Cacing dewasa hidup dalam venula yang mengalir ke organ tertentu dalam perut hospes definitif (orang), yaitu: S. hematobium, hidup dalam venula yang mengalir ke kantong kencing (vesica urinaria), S. mansoni, hidup dalam venula porta hepatis yang mengalir ke usus besar (dalam hati), S. japonicum, hidup dalam venula yang mengalir ke usus halus. Cacing betina menempel pada bagian gynecophore dari cacing jantan dimana mereka berkopulasi. Cacing betina meninggalkan tempat tersebut untuk mengeluarkan telur di venula yang lebih kecil. Telur keluar dari venula menuju lumen usus atau kantong kencing. Telur keluar dari tubuh hospes melalui feses atau urine dan membentuk embrio. Telur menetas dan kelur meracidiun yang bersilia dan berenang dalam air serta bersifat fototrofik. Meracidia menemukan hospes

Setelah masuk kedalam siput meracidium melepaskan kulitnya dan membentuk Sporocyst, biasanya didekat pintu masuk dalam siput tersebut. Setelah dua minggu Sporocyst mempunyai 4

Protonepridia yang akan mengeluarkan anak sporocyst dan anak tersbut bergerak ke organ lain dari siput. Sporocyst memproduksi anak lagi dan begitu seterusnya sampai 6-7 minggu. Cercaria keluar dari anak sporocyst kemudian keluar dari tubuh siput dlam waktu 4 minggu sejak masuknya meracidium dalam tubuh siput. Cercaria berenang ke permukaan air dan dengan perlahan tenggelam kedasar air. Bila cercaria kontak dengan kulit hospes definitif (orang), kemudian mencari lokasi penetrasi dari tubuh orang tersebut, kemudian menembus

(penetrasi) kedalam epidermis dan menanggalkan ekornya sehingga bentuknya menjadi lebih kecil disebut Schistosomula yang masuk kedalam peredaran darah dan terbawa ke jantung kanan. Sebagian lain schistosomula bermigrasi mengikuti sistem peredaran cairan limfe ke duktus thoracalis dan terbawa ke jantung. Schistosomula ini biasanya berada dalam jantung sebelah kanan. Cacing muda tersebut kemudian kapiler

intermedier yaitu pada babarapa spesies siput yaitu: -S. hematobium: Hospes intermediernya spesies siput: Bulinus sp, Physopsis sp. atau Planorbis sp. -S. mansoni: Hospes intermediernya bergantung pada lokasi mereka hidup yaitu:

meninggalkan jantung kanan

melalui

pulmonaris dan kemudian menuju jantung sebelah kiri, kemudian mengikuti sistem sirkulasi darah sistemik. Hanya schistosomula yang masuk arteri mesenterika dan sistem hepatoportal yang dapat berkembang. Setelah sekitar tiga minggu dalam sinusoid hati, cacing muda bermigrasi ke dinding usus atau ke kantong kencing (brgantung

Biomphalaria alexandria: Di Afrika Utara, Arab Saudi dan Yaman

B. Sudanensis, B. rupelli, B. pfeifferi: di bagian Afrika lainnya; B. glabrata: Eropa Barat; Tropicorbio

spesiesnya), kemudian berkopulasi dan memulai memproduksi telur. Seluruhnya prepatent

centrimetralis: Di Barzil. -S. japonicum: hospes intermediernya pada siput Oncomelania.

periodnya 5-8 minggu. Patologi Efek patologi dari cacing ini sangat bergantung pada spesiesnya. Progresifitas dari penyakit dari ke 3 cacing ini ada tiga fase yaitu:

fase awal, selama 3-4 minggu setelah infeksi yang menunjukkan gejala demam, toksik dan alergi.

terbentuknya tersabut.

pseudotuberkel di setiap

lokasi

S. japonicum menyebabkan perubahan patologi terutama di dalam intestinum dan hati, mirip dengan yang disebabkan oleh S. mansoni, tetapi lebih parah bagian yang menderita ialah usus kecil. Nodule yang dikelilingi jaringan fibrosa yang berisi telur cacing ditemukan pada jaringan serosa dan permukaan peritonium. Telur cacing S. japonicum terlihat lebih sering mencapai jaringan otak daripada dua spesies lainnya, sehingga menyebabkan gangguan saraf yaitu: koma dan paralysis (99% kasus). Schistosomiasis disebabkan oleh S. japonicum, terlihat lebih parah prognosanya dapat infausta pada infeksi yang berat dan tidak lekas diobati. Infeksi oleh S. hematobium terlihat paling ringan dibanding dua spesies lainnya. Selama cacing dewasa tinggal didalam venula kantong kencing, gejala yang terlihat adalah adanya gangguan pada sistem urinaria saja yaitu: cystitis, hematuria dan rasa sakit pada waktu kencing. Terjadinya hematuria biasanya secara gradual dan menjadi parah bila penyakit berkembang dengan adanya ulserasi pada dinding kantong kencing. Rasa sakit terjadi akhir urinasi. Perubahan patologi dinding kantong kencing disebabkan oleh reaksi tubuh terhadap telur sehingga membentuk

Fase intermediate sekitar 2,5 bulan sampai beberapa tahun setelah infeksi, yaitu adanya perubahan patologi pada saluran pencernaan dan saluran kencing dan waktu telur cacing keluar tubuh.

Fase terakhir, adanya komplikasi gastrointestinal, renal dan sistem lain, sering tak ada telur cacing yang keluar tubuh. Proses

permulaan dari fase dari ke 3 spesies cacing ini adalah sama yaitu: Demam yang berfluktuasi, kulit kering, sakit perut, bronchitis,

pembesaran hati dan limpa serta gejala diaree. Kerusakan yang nyata disebabkan oleh telur cacing, dimana S. mansoni , usus besar lebih terpengaruh. Telur terdapat dalam venula dan submukosa yang bertindak sebagai benda asing, sehingga menyebabkan reaksi radang dengan laukosit dan infiltrasi fibroblast. Hal tersebut menimbulkan nodule disebut pseudotuberkel, karena nodule yang disebabkan reaksi jaringan. Abses kecil akan terbentuk sehingga menyebabkan nekrosis dan ulserasi. Sering ditemuai adanya sel eosinofil dalam jumlah besar dalam darah dan diikuti penurunan jumlah sel radang. Banyak telur terbawa kembali kedalam jaringan hati dan menumpuk dalam kapiler hati sehingga

pseudotuberkel, infiltrasi sel fibrotik, penebalan lapisan muskularis dan ulserasi. Diagnosis Seperti pada cacing lainnya, diagnosis dilakukan dengan melihat telur cacing dalam ekskreta. Tetapi jumlah telur yang diproduksi caing betina schistosoma sangat sedikit sekali dibanding dengan parasit cacing lainnya yang menginfeksi orang. Hanya sekitar 47% pasien dapat didiagnosis dengan cara smear langsung itupun setelah dilakukan tiga kali smear. Biopsi dapat dilakukan yaitu dengan biopsi rektal, liver dan katong kencing

menimbulkan reaksi sel dan terbentuk nodule pseudotuberkel. Hal tersebut menimbulkan reaksi pembentukan sel fibrotik (jaringan ikat) didalam hati dan menyebabkan sirosis hepatis dan

mengakibatkan portal hipertensi. Pembengkakan limpa terjadi karena kongesti kronik dalam hati. Krena terjadinya kongesti pembuluh darah viscera mengakibatkan terjadinya ascites. Sejumlah telur cacing dapat terbawa kedalam paru-paru, sistem saraf dan organ lain sehingga menyebabkan

akan mendapatkan hasil yang baik, tetapi hal tersebut berlu keahlian khusus bagi yang

sanitasi dan pendidikan masyarakat setempat untuk merubah kebiasaan dan tradisi mereka. Pemberantasan hospes intermedier dengan moluskisida cukup baik, tetapi untuk hospes intermedier cacing S. japonicus agak sulit karena siput Onchomelania bersifat amfibia dan mereka hanya masuk kedalam air bila akan bertelur saja.

melakukannya. Penelitian telah dilakukan dengan metoda imuno-diagnostik, yaitu dengan tes

intradermal. Tes intradermal akan terlihat positif setelah 4-8 minggu setelah infeksi, walaupun pasien mungkin telah sembuh. Hasilnya 97% akuarat dan lebih efisien. Tes juga dapat dilakukan dengan CFT(Complemen fiksasion tes), tetapi hal ini dapat terjadi kros reaksi dengan penyakit shyfilis dan Paragonimus sp, tetapi bila tidak hasilnya dapat 100%. Pengobatan Sulit dilakukan, dan penyakit

Fasciolopsis buski Parasit cacing sering dilaporkan

menginfeksi orang dan babi. Diperkirakan sekitar 10 juta orang terinfeksi oleh parasit cacing ini. Cacing dewasa panjangnya 20-75 mm dan lebar lebar 20 mm. Daur hidup cacing dewasa hidup dalam usus halus memproduksi telur sampai 25000 butir/ekor/hari yang keluar melalui feses. Telur menetas pada sushu optimum (27-32oC) selama sekitar 7 minggu. Meracidium keluar dan masuk kedalam hospes intermedier siput yang termasuk dalam genus segmentia dan hippeutis (planorbidae) untuk membentuk sporocyst. Sporocyst berada dalam jantung dan hati siput, kemudian mengeluarkan redia induk, kemudian redia induk memproduksi redia anak. Redia berubah menadi cercaria keluar dari tubuh siput dan berenang dalam air, kemudian menempel pada tanaman/sayuran/rumput dimana cercaria berubah menjadi metacercaria. Bila

schistosomiasis ini merupakan penyakit yang cukup bermasalah bagi WHO, karena distribusinya yang sangat luas. Obat yang telah dicoba dan cukup efektif adalah trivalen organik antimonial tetapi obat ini sedikit bersifat toksik terhadap orang, sehingga pemebriannya harus hati-hati. Obat lain yang toksik seperti: -Lucanthone hydroksoid dan miridazole, tetapi obat ini kurang efektif. Obat tersebut hanya

menghambat cacing untuk memproduksi telur dan cacing kembali ke hati untuk sementar, suatu saat cacing dapat balik lagi kevenula porta dan memproduksi telur lagi. Beberapa obat yang masih dalam proses penelitian ialah: hycanthone, praziquantel,

metriphonat,

oxamniquine,

tanaman tersebut dimakan/termakan manusia/babi maka cercaria menginfeksi hospes definitif. Patologi Perubahan patologi yang disebabkan oleh cacing ini ada tiga bentuk yaitu toksik, obstruksi dan traumatik. Terjadinya radang di daerah gigitan, menyebabkan hipersekresi dari lapisan mukosa usus sehingga menyebabkan hambatan makanan yang lewat. Sebagai akibatnya adalah ulserasi,

menunjukkan hasil yang cukup menjanjikan untuk lebih efektif. Pada fase dimana hati sudah mengalami kerusakan, semua obat menjadi berefek kontraindikatif, mungkin operasi adalah jalan yang terbaik. Pada kasus yang sudah sangat terlambat prognosanya jelek, pengobatan hanya dilakukan sebagai suportif saja. Kontrol schistosomiasis sangat sulit

haemoragik dan absces pada dinding usus. Terjadi gejala diaree kronis. Toksemia terjadi sebagai

dilakukan, bergantung pada sosialisasi mengenai

akibat dari absorpsi sekresi metabolit dari cacing, hal ini dapat mengakibatkan kematian.

katak. Bila hospes intermedier dimakan orang maka orang akan terinfeksi. Patologi

Diagnosis Berdasarkan gejala klinis dan ditemukan telur cacing dalam feses. Pengobatan Diklorofen, niklosamide dan praziquantel, cukup efektif untuk pengobatan cacing ini.

Infeksi cacing ini tidak memperlihatkan gejala yang nyata.

Paragonimus westermani Pertama ditemukan berparasit pada

harimau Bengali di kebon binatang di Eropa tahun 1878. Pada ddua tahun kemudian infeksi cacing ini

Echinostoma revolutum, E. ilocanum, E. malayanum

pada manusia dilaporkan di Formosa. Ditemukan cacing pada organ paru-paru, otak dan viscera pada orang di Jepang, Korea dan Filipina. Sekarang

Telur

cacing

E.

ilocanum

pertama

parasit ini telah menyebar ke India Barat, New Guenia,, Salomon, Samoa, Afrika Barat, Peru, Colombia dan Venezuela. Paragonimiasis termasuk dalam penyakit zoonosis. Cacing dewasa

ditemukan dalam feses dari seorang hukuman di Manila tahun 1907. Kemudian cacing ini banyak ditemukan menginfeksi orang di daerah India Barat dan China. Morfologi dan biologinya sangat mirip dengan cacing E. revolutum. E. revolutum merupakan parasit cacing trematoda yang sering dilaporkan menginfeksi orang di Taiwan dan Indonesia. E. malayanum ditemukan menginfeksi orang di India, Asia Tenggara dan India Barat. Daur hidup Cacing trematoda yang termasuk famili Echinostomatidae ini terciri dengan adanya duri leher yang melingkar dalam sebaris atau dua baris yang melingkari batl isap kepala. Cacing dewasa hidup dalam usus halus, telur keluar melalui feses dan kemudian menetas dalam waktu 3 minggu dan kemudian keluar meracidium yang berenang dalam air mencari hospes intermedier ke 1 berupa siput genus Physa, Lymnea, Heliosoma, Paludina dan segmentia. Dalam hospes intermedier tersebut meracidium membentuk sporocyst dan kemudian terbentuk redia induk, redia anak yang kemudian membentuk cercaria. Cercaria keluar dari siput berenang mencari hospes intermedier ke 2 yaitu jenis moluska (siput besar), planaria, ikan atau

panjangnya 7,5-12 mm dan lebar 4-6 mm berwarna merah kecoklatan.

Daur hidup Cacing dewasa biasanya hidup di paru yang diselaputi oleh jaringan ikat dan biasanya berpasangan. Cacing tersebut juga dapat ditemukan pada organ lainnya. Fertilisasi silang dari dua cacing biasanya terjadi (hermaprodit). Telurnya sering terjebak dalam jaringan sehingga tidak dapat meninggalkan paru, tetapi bila dapat keluar kesaluran udara paru akan bergerak ke silia epitelium. Sampai di pharynx, kemudian tertelan dan mengikuti saluran pencernaan dan keluar melalui feses. Larva dalam telur memerlukan waktu sekitar 16 hari sampai beberapa minggu sebelum berkembang menjadi miracidium. Telur kemudian menertas dan miracidium harus

menemukan hospes intermedier ke 1, siput Thieridae supaya tetap hidup. Didalam tubuh siput miracidium cepat membentuk sporocyst yang kemudian memproduksi rediae yang kemudian

berkembang menjadi cercariae, dimana ceracaria ini berbentuk micrococcus. Setelah keluar dari siput cercariae menjadi aktif dan dapat merambat batuan dan masuk kedalam kepiting (crab) dan Crayfish, dan

becampur darah yang berwarna coklat (ada telur cacing). Kasus yang fatal sering tetrjadi. Diagnosis Diagnosis pasti hanya dapat ditentukan dengan operasi sehingga menemukan cacing

membentuk cysta dalam viscera atau muskulus hewan tersebut (hospes intermedier ke 2). Hospes intermedier ke 2 ini di Taiwan adalah kepiting yang termasuk spesies Eriocheir japonicus. Dapat juga terjadi infeksi bila krustasea ini langsung memakan siput yang terinfeksi. metacercaria Cercaria yang kemudian menempel

dewasa, juga dapat ditentukan dengan menemukan telur cacing dalam sputum, menyedot cairan pleura, dari feses atau bahan apapun yang menyebabkan ulser dari Paragonimus. dengan Diagnosis dapat

dikelirukan

tuberkulosis,

pneumonia,

spirochaeta dan sebagainya. Gangguan serebral perlu dibedakan dengan tumor, cystisercosis, hydatidosis, enchepalitis dan sebagainya. Diagnosis juga dapat dilakukan dengan tes intradermal yang diikuti dengan CFT.

membentuk

terutama pada filamen insang dari krustasea tersebut. Bilamana hospes definitif memakan kepiting (terutama bila dimakan mentah/tidak matang), maka metacercaria tertelan dan menempel pada dinding abdomen. Beberapa hari kemudian masuk kedalam kolon dan penetrasi ke diafragma dan menuju pleura yang kemudian masuk ke broncheol paru. Cacing kemudian menjadi dewasa dalam waktu 8-12 minggu. Larva migran mungkin dapat berlokasi dalam otak, mesenterium, pleura atau kulit. Patologi Pada fase awal invasi tidak

Pengobatan Pengobatan masih dalam proses

penelitian. Pencegahan dilakukan dengan memasak kepiting yang akan dimakan sampai benar-benar matang.

Clonorchis sinensis (Chinese liver fluke) Cacing ini pertama ditemukan di Kalkuta India pada seorang tukang kayu suku cina pada tahun 1875. Infeksi lain ditemukan di Hong-Kong dan Jepang. Dewasa ini diketahui bahwa chinese liver fluke tersebar secara luas di Jepang, Korea, Cina, Taiwan dan Vietnam. Diperkirakan sekitar 19 juta orang terinfeksi cacing di Asia Timur tahun 1947, yang mungkin akan menjadi lebih banyak lagi dewasa ini. Cacing berukuran panjang 8-25 mm dan lebar 1,5-5 mm. Daur hidup Cacing dewasa hidup di saluran empedu hati dan memproduksi telur sampai 4000 butir/hari sampai 6 bulan. Telur yang telah masak berwarna kuning coklat dan akan menetas bila dimakan oleh siput Parafossarulus manchouricus yang

memperlihatkan gejala patologik. Pada jaringan paru atau jaringan ektopik lainnya, cacing akan merangsang terbentuknya jaringan ikat dan

membentuk kapsul yang berwarna kecoklatan. Kapsul tersebut sering membentuk ulser dan secara perlahan dapat sembuh. Telur cacing di dalam jaringan akan merupakan pusat terbentuknya pseudotuberkel. Cacing dalam saraf tulang

belakang (spinal cord) akan dapat menyebabkan paralysis baik total maupun sebagian. Kasus fatal terjadi bila Paragonimus berada dalam jantung. Kasus serebral dapat menunjukkan gejala seperti Cytisercosis. Kasus pulmonaris dapat

menyebabkan gejala gangguan pernafasan yaitu sesak bila bernafas, batuk kronis, dahak/sputum

merupakan hospes intermedier ke 1. Telur menetas keluar meracidium yang akan berubah menjadi sporocyst yang menempel pada dinding intestinum atau organ lain siput dalam waktu 4 jam setelah infeksi. Sporocyst memproduksi redia dalam wakti 17 hari, dan setiap redia memproduksi 5-50 cercaria. Cercaria mempunyai 2 titik mata dan ekork, kemudian keluar dari siput berenang dalam air menuju permukaan dan kemudian tenggelam kedasar air. Bila menemukan ikan sebagai hospes intermedier ke 2, cercaria akan menempel pada epithelium kulit ikan tersebut. Kemudian

menginfeksi,

untungnya

jumlah

cacing

yang

menginfeksi biasanya sedikit. Pada daerah endemik jumlah cacing yang pernah ditemukan sekitar 20200 ekor cacing. Infeksi kronis pada saluran empedu menyebabkan terjadinya penebalan epithel empedu empedu. sehingga dapat menyumbat saluran pada

Pembentukan

kantong-kantong

saluran empedu dalam hati dan jaringan parenchym hati dapat merusak sel sekitarnya. Adanya infiltrasi telur cacing yang kemudian dikelilingi jaringan ikat menyebabkan penurunan fungsi hati. Gejala asites sering ditemukan pada kasus yang berat, tetapi apakah ada hubungannya antara infeksi C. sinensis dengan asites ini masih belum dapat dipastikan. Gejala joundice (penyakit kuning) dapat terjadi, tetapi persentasinya masih rendah, hal ini mungkin disebabkan oleh obstruksi saluran empedu oleh telur cacing. Kejadian kanker hati sering dilaporkan di Jepang, hal ini perlu

menanggalkan ekornya dan menempus kulit ikan dan membentuk cyste dibawah sisik ikan tersebut menjadi metacercaria. Banyak spesies ikan yang menjadi hospes intermedier ke 2 dari C. sinensis ini terutama yang termasuk dalam famili Cyprinidae. Metacercaria krustacea juga (udang) dan dapat menginfeksi jenis

seperti:

Carindina, Hospes

Macrobrachium

Palaemonetes.

penelitioan lebih jauh apakah ada hubungannya dengan penyakit Clonorchiasis. Diagnosis dan pengobatan Diagnosis dilakukan berdsarkan atas

definitif (orang) akan terinfeksi oleh cacing ini bila makan ikan/udang secara mentah-mentah/dimasak kurang matang. Hewan yang dapat terinfeksi C. sinensis ini adalah babi, anjing, kucing, tikus dan unta. Hewan laboratorium seperti kelinci dan marmot sangat peka terhadap infeksi cacing ini. Metacercaria menjadi cacing muda pada dinding duodenum dan bermigrasi ke hati melalui saluran empedu. Cacing muda ditemukan didalam hati dalam waktu 10-40 jam setelah infeksi (pada hewan percobaan). Cacing tumbuh menjadi dewasa dan memproduksi telur dalam waktu sekitar 1 bulan, sedangkan daur hidup secara komplit dalam waktu 3 bulan. Cacing dewasa dapat hidup selama 8 tahun pada tubuh orang. Patologi Perubahan patologi terutama terjadi pada sel epitel saluran empedu. Pengaruhnya terutama bergantung pada jumlah cacing dan lamanya

adanya telur cacing dalam feses. Adanya gejala gangguan fungsi hati dapat dicurigai sebagai clonorchiasis bila terjadi di daerah endemik, tetapi perlu dibedakan dengan gejala penyakit cancer, hydatidosis, beri-beri, abses amuba dan penyakit hati lainnya. Pengobatan masih belum ditemukan obat yang efektif terhadap penyakit cacing ini.

Fasciola hepatica, F. gigantica Cacing ini banyak menyerang hewan ruminansia yang biasanya memakan rumput yang tercemar netacercaria, tetapi dapat juga menyerang manusia. Cacing ini termasuk cacing daun yang besar dengan ukuran 30 mm panjang dan 13 mm lebar. Daur hidup

Cacing dewasa hidup dalam saluran empedu hospes definitif (terutama ruminansia kadang juga orang). Cacing bertelur dan keluar melalui saluran empedu dan keluar melalui feses. Telur berkembang membentuk meracidium dalam waktu 9-10 hari pada suhu optimum. Meracidium mencari hospes intermedier siput Lymnea

Yang penting dari klas cestoida ini ada dua ordo yang dilaporkan menginfeksi manusia ialah : Pseudophylidea Cyclophylidea

Sedangkan yang menginfeksi manusia ada dua bentuk fase cacing yaitu, bentuk cacing dewa, bentuk larva ataupun keduanya. 1. Cacing dewasa (manusia sebagai hospes definitif) 2. Diphylobotrium latum Taeniarinchus saginatus Taenia solium Dsb.

rubiginosa dan berkembang menjadi cercaria. Cercaria keluar dari siput dan menempel pada tanaman air/rumput/sayuran. Cercaria melepaskan ekornya memmbetuk metacercaria. Bila

rumput/tanaman yang mengandung metacercaria dimakan oleh ternak/orang, maka cacing akan menginfeksi hospes definitif dan berkembang menjadi cacing dewasa. Patologi Cacing dalam saluran empedu

Larva (manusia sebagai hospes intermedier) T. solium Echinococcus granulosus E. moltulocularis Dsb. Ordo: Pseudophylidea

menyebabkan peradangan sehingga merangsang terbentuknya jaringan fibrosa pada dinding saluran empedu. Penebalan saluran empedu menyebabkan cairan empedu mengalir tidak lancar. Disamping itu pengaruh cacing dalam hati menyebabkan kerusakan parenchym hati dan mengakibatkan sirosis hepatis. Hambatan cairan empedu keluar dari saluran empedu menyebabkan ichterus. Bila penyakit bertambah parah akan menyebabkan tidak berfungsinya hati.

Diphyllobotrium latum
Cacing pita ini sering ditemukan

berparasit pada hewan carnivora pemakan ikan, terutama di Eropa Utara. Sering menginfeksi anjing, kucing, beruang dan pada orang. D. latum sering dilaporkan menginfeksi orang di daerah

CESTODA
Cacing dalam klas cestoidea disebut juga cacing pita karena bentuk tubuhnya yang panjang dan pipih menyerupai pita. Cacing ini tidak mempunyai saluran pencernaan ataupun pembuluh darah. Tubuhnya memanjang terbagi atas segmensegmen yang disebut proglotida dan segmen ini bila sudah dewasa berisi alat reproduksi jantan dan betina. Pada dasarnya morfologi cacing dewasa terdiri dari : -Kepala/scolec, terdapat batil isap dan lejuj isap -Leher, yaitu tempat untuk pertumbuhan badan -Strobila, adalah merupakan badan yang terdiri dari segmen proglotida.

tertentu, bahkan hampir 100% di suatu lokasi orang terinfeksi oleh parasit ini. Orang yang terinfeksi banyak dijumpai didaerah Scandinavia, Baltic dan Rusia. Juga dilaporkan di Amerika Selatan, Irlandia dan Israil. Panjang cacing dapat mencapai 9 m dan mengeluarkan jutaan telur/hari. Tubuhnya panjang yang terdiri dari segmen-segmen disebut proglotida yang berisi testes dan folicel. Daur hidup Telur berkembang keluar membentuk melalui embrio feses yang dan akan

berkembang dalam air. Telur berkembang menjadi

coracidium dalam waktu 8 hari sampai beberapa minggu bergantung suhu lingkungan. Coraciudium keluar melalui operkulum telur dan coracidium yang berisilia berenang mncari hospes intermedier ke 1 dari jenis Copepoda krustacea termasuk genus Diaptomus. Segera setelah masuk kedalam usus krustasea tersebut, coracidium melepaskan silianya dan penetrasi melalui dinding usus dan masuk ke haemocel (sistem darah) krustasea menjadi parasit dengan memakan sari makana dalam tubuh krustasea tersebut. Selama sekitar 3 minggu coracidium berkembang dan bertambah panjang sampai sekitar 500 um dan disebut procercoid dan tidak berkembang lagi dalam tubuh krustasea tersebut. Bila krustasea dimakan ikan air tawar sebagai hospes intermedier ke 2, procercoid ada dalam usus ikan dan menembus melalui dinding intestinum masuk kedalam istem muskularis dan berparasit dengan memakan unsur nutrisi dari ikan tersebut dan procercoid berkembang menjadi plerocercoid. Plerocercoid berkembang dari

menyebarkan toksin penyebab anemia, tetapi setelah diteliti ternyata vitamin B12 yang masuk dalam usus diabsorbsi oleh cacing, sehingga pasien menderita defisiensi vitamin B12. Seorang peneliti melaporkan bahwa pasien yang diberi singel dosis vit. B12 40% yang dilabel dengan cobalt, ternyata disbsorbsi oleh D. latum sekitar 80-100% dari vit B12 yang diberikan. Gejala yang jelas terlihat adalah terjadinya anemia perniciosa (anemia yang disebabkan oleh gangguan absorpsi vitamin B 12 dalam usus). Diagnosis dan pengobatan Dengan menemukan telur cacing atau progotida didalam feses, diagnosis dinyatakan positif. Obat yang diberikan ialah: aspidium oleoresin mepacrim diclorophen extract biji labu (Cucurbita spp) Niclosamide (Yomesan): pilihan obat yang diberikan dewasa ini, makanismenya adalah: menghambat reaksi pertuklaran fosfat inorganik ATP, rekasi ini berhubungan dengan transport elektron secara anaerobik yang dilakukan oleh cacing. Ordo: cyclophylidea

beberapa mm menjadi beberapa cm. Plerocercoid akan terlihat pada daging ikan mentah yang berwarna putih dalam bentuk cyste. Bila daging ikan tersebut dimakan orang, cacing berkembang dengan cepat dan menjadi dewasa serta mulai memproduksi telur pada 7-14 hari kemudian. Patologi Kasus penyakit banyak dilaporkan di daerah yang orangnya suka mengkonsumsi ikan mentah. Kebanyakan kasus penyakit tidak

Taeniarinchus saginatus
Cacing pita ini adalah cacing pita yang paling sering ditemukan pada manusia dan

ditemukan di semua

negara yang orangnya

memperlihatkan gejala yang nyata. Gejala umum yang sering ditemukan adalah gangguan sakit perut, diaree, nausea dan kelemahan. Pada kasus infeksi yang berat dapat menyebabkan anemia megaloblastic. Gejala ini sering dilaporkan pada penduduk di Finlandia. Di negara ini hampir seperempat dari populasi penduduk terinfeksi oleh D. latum dan sekitar 1000 orang menderita anemia perniciosa. Pada mulanya dikira bahwa cacing ini

mengkonsumsi daging sapi. Cacing ini panjangnya sekitar 3-5 m dan terdiri dari 2000 proglotida. Scolexnya mempunyai 4 batil isap yang dapat menghisap sangat kuat. Daur hidup Proglotida yang berisi penuh telur melepaskan diri dari tubuh cacing dan keluar melalui feses atau dapat keluar sendiri dari anus. Setiap segmen terlihat seperti cacing tersendiri dan

dapat

merayap dapat

secara

aktif.

Setiap sebagai

segmrn cacing

absorpsi dari ekskreta cacing sering terjadi, dengan gejala sakit perut, nausea dan hipersensitif. Diaree dan obstruksi intestinal jarang dijumpai, tetapi gejala anoreksioa sering ditemukan. Diagnosis dan pengobatan Diagnosis tepat ditentukan bila dijumpai proglotid yang penuh telur atau skolek. Proglotid terciri dengan adanya cabang lateral disetiap masing-masing sisi yang m,empunyai cabang sekitar 15-20. Tetapi cabang tersebut biasanya sulit terlihat pada proglotid yang lama, sehingga diagnosis lebih akurat bila ditemukan proglotid yang masih baru. Sejumlah obat telah digunakan untuk pengobatan cacing ini, tetapi obat yang sekarang banyak dipakai adalah Niklosamide.

/proglotida

dikelirukan

trematoda atau bahkan nematoda. Bilamana segmen mulai mengering maka bagian dinding ventral robek dan telur keluar dari lubang robekan tersebut. Pada saat itu telur berembrio dan infektif dapat menginfeksi hospes intermedier dan bila tidak telur dapat bertahan berminggu-minggu. Hospes intermedier palimng utama adalah sapi, tetapi dapat pula pada kambing dan domba. Bila telur termakan oleh sapi kemudian menetas dalam duodenum, yang dipengaruhi oleh asam lambung dan sekresi intestinum. Hexacant yang keluar dari telur langsung berpenetrasi kedalam mukosa dan masuk kedalam venula intestinum, terbawa oleh aliran darah keseluruh tubuh. Cacing muda kapiler tersebut masuk biasanya sel

Taenia solium
Adalah cacing pita babi yang paling berbahaya pad orang, karena kemungkinan terjadinya infeksi sendiri oleh cysticercus dapat terjadi. Cacing dewas panjangnya 1,8-3 m. Daur hidup dan patologi Daur hidupnya mirip dengan T. saginatus, tetapi hospes intermedier berbeda dimana T. saginatus. Pada sapi dan T. solium pada babi. Proglotid yang penuh telur keluar melalui feses, kemudian telur infektif keluar dimakan oleh babi. Telur menetas dalam tubuh babi dan telur dan membentuk Cysticercus celluloses, didalam daging (otot) atau organ lainnya. Orang akan mudah terinfeksi bila memakan daging babi yang kurang masak. Cysticercus berkembang menjadi cacing cacing muda yang langsung menempel pada dinding intestinum dan tumbuh menjadi dewasa dalam waktu 5-12 minggu. Dimana cacing ini dapat bertahan hidup sampai 25 tahun. Cysticercosis: Tidak seperti spesies cacing pita lainnya, T. solium dapat berkembang dalam bentuk cysticercus pada orang. Infeksi terjadi bila telur berembrio tertelan masuk kedalam lambung dan

meninggalkan

diantara

muyskulus dan masuk dalam serabut otot (muscle fiber) dan berparasit di lokasi tersebut, kemudian menjadi cysticercus dalam waktu 2 bulan.

Metacercaria ini berwarna putih seperti mutiara dengan ukuran diameter 10 mm yang berisi satu skolek invaginatif. Penyakit yang disebabkan oleh cacing ini pada sapi disebut Cysticercisis bovis. Orang memakan daging sapi yang

terinfeksi oleh cacing ini akan tertular bilamana daging sapi tersebut dimasak kurang matang/masih mentah. Cysticercus terdigesti oleh cairan empedu dan cacing mulai tumbuh dalam waktu 2012 minggu dan menjadi dewasa membentuk proglotida yang berisi telur. Patologi Penyakit yang disebabkan oleh infeksi T. saginata hampir sama dengan penyakit yang disebabkan oleh parasit cacing pita lainnya, kecuali gejala yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B 12 seperti yang disebabkan oleh infeksi D. latum tidak ditemukan. Intoksikasi yang disebabkan oleh

usus,

kemudian

cacing

berkembang

menjadi

Pengobatan

susah

dilakukan,

kecuali

cysticercus di dalam otot. Cysticerci sering ditemukan dalam jaringan subcutaneus, mata, otak, otot, jantung, hati dan paru. Kapsul fibrosa mengelilingi metacestoda ini, kecuali bila cacing berkembang dalam kantong mata. Pengaruh

operasi dengan pengambilan cyste.

Echinococcus granulosus
Cacing Cacing manusia hydatidosis, penyakit E. karnivora yang granulosus muda ini termasuk cacing yang kecil dari famili Taeniidae. dapat yang yang serius sebagao menginfeksi menyebabkan merupakan pada orang. hewan hospes

cysticercus terhadap tubuh bergantung pada lokasi cysticercus tinggal. Bila berlokasi di jaringan otot, kulit atau hati, gejala tidak begitu terlihat, kecuali pada infeksi yang berat. Bila berlokasi di mata dapat menyebabkan kerusakan retina, iris, uvea atau choroid. Perkembangan cysticercus dalam retina dapat dikelirukan dengan tumor, sehingga kadang terjadi kesalahan pengobatan dengan mengambil bola mata. Pengambilan cysticercus dengan operasi biasanya berhasil dilakukan. Cysticerci jarang ditemukan pada syaraf tulang belakang (spinal cord), tetapi sering ditemukan pada otak. Terjadinya nekrosis karena tekanan dapat menyebabkan gangguan sistem saraf yaitu tidak berfungsinya saraf tersebut. Gangguan tersebut ialah: terjadi kebutaan, paralysis, gangguan keseimbangan, hydrocephalus karena obstruksi atau terjadi disorientasi. Kemungkinan terjadinya epilepsi dapat terjadi. Penyakit dapat dicurigai sebagai epilepsi peyebab cysticercosis bila

menggunakan

definitif, sedangkan mamalia lain sebagai hospes intermedier. Jenis herbivora dapat terinfeksi karena memakan rumput yang tercemar telur cacing. Daur hidup Cacing dewasa hidup dalam usus halus hospes definitif, panjangnya sekitar 3-6 mm yang terdiri dari skolex, leher yang pendek dan 3 segmen proglotida. Segmen yang telah masak melepaskan diri dan mengeluarkan telur yang infektif. Bila telur tertelan hospes intermedier akan berkembang menjadi uniceluler hydatid. Dalam waktu 5 bulan hydatid berkembang dan lapisan bagian dalamnya memproduksi protoscolic yang infektif terhadap hospes definitif. Cysta yang kecil disebut brood capsules berisi 10-30 protoscolic, yang biasanya menempel pada lapisan germinal. Bila hydatid termakan oleh carnivora, dinding cysta terdigesti dalam saluran pencernaan dan protoscolic akan terbebaskan dan menempel pada vili intestinum, kemudian protoscolic berkembang dan menjadi dewasa dalam waktu 56 hari dan cacing dewasa tersebut dapat tahan hidup sampai 5-6 bulan. Patologi Patologi yang terjadi bergantung pada lokasi cyste berparasit. Bilamana ukuran hydatid membesar akan mendesak jaringan yang ditempatu

penderita bukan keturunan penderita epilepsi. Bilamana cysticercus mati dalam jaringan, akan menimbulkan reaksi radang, hal tersebut dapat mengakibatkan fatal pada hospes, terutama bila cacing berada dalam otak. Reaksi seluler lain dapat dpat terjadi yaitu dengan adanya kalsifikasi. Bila ini terjadi pada mata pengobatan dengan operasi akan sulit dilakukan. Pengobatan dan pencegahan Pencegahan infeksi cacing ini lebih utama yaitu mencegah kontaminasi air minum, makanan dari feses yang tercemar. Sayuran yang biasanya dimakan mentah harus dicuci berish dan hindarkan terkontaminasi terhadap telur cacing ini.

sehingga fungsi jaringan terganggu. Bila hydatid tumbuh dalam sumsum tulang maka parasit tersebut tidak dapat membesar karena terbatasi oleh tulang. Tetapi bila terjadi infeksi kronis, maka akan menyebabkan nekrosis tulang, sehingga tulang menjadi tipis dan mudah patah. Bila hydatid tumbuh pada lokasi yang tidak terbatas, maka cyste akan bertambah besar dan berisi cairan dan mengandung jutaan

kebiasaan mereka berhubungan dengan anjing liar yang memakan tikus liar. Diagnosis dan pencegahan Diagnosis Terutama ditemukan. Pencegahan terutama adalah karena sangat sulit dilakukan. tidak protoscolic sering

menghindarkan berhubungan dengan anjing di daerah endemik.

protoscolic dan dapat menimbulkan kematian mendadak bila cyste tersebut pecah. Cairan hydatid berupa protein yang akan dapat merangsang terjadinya shock anapylaktic. Diagnosis dan pengobatan Dengan sinar rontgen akan terlihat cysta hydatid. Tes intradermal dapat dilakukan bila ada kasus yang dicurigai. Tes lain seperti CFT, haem aglutinasi, latex aglutination tes dan sebagainya dapat dilakukan walaupun tidak 100% akurat. Pengobatan satu-satunya ialah dengan operasi pengambilan cysta hydatid pada lokasi yang mudah dicapai. Tetapi pemakain mebendazol cukup baik karena dapat meregresi E. granulosus dan E. multilocularis pada orang.

Vampirolepsis nana
Parasit ini merupakan cacing pita yang cosmopolitan dan sering dijumpai pada manusia, terutama anak-anak dengan rata-rata infeksi sekitar 1-9% di Amerika Serikat dan Argentina. Cacing berukuran 40 mm, lebat 1 mm. Daur hidup Proglotida yang telah matang dan berisi telur melepaskan diri kemudian mengeluarkan telur infektif. Hospes intermediernya tidak tertentu, karena dapat menu;ar ke orang maupun tikus. Telur yang termakan akan menetas dalam duodenum dan mengeluarkan onchosfer yang penetrasi masuk kedalam mukosa dan tinggal di saluran limfe didaerah vili. Di lokasi tersebut cacing berkembang menjadi cysticercoid. Dalam waktu 5-6 hari cuysticercoid masuk kedalam lumen usus halus dan melekat di lokasi tersebut dan berkembang menjadi dewasa. Patologi dan pengobatan Perubahan patologi jarang ditemukan oleh infeksi cacing ini, kecuali pada infeksi berat yang jarang dijumpai. Infeksi berat dapat terjadi pada kasus autoinfeksi dengan gejala mirip dengan intoksikasi T. saginatus. Pengobatan dengan Niclosamid terlihat lebih efisien, tetapi harus diulang 1 bulan kemudian untuk membunuh cacing yang berkembang di dalam vili pada saat obet pertama diberikan. Obat seperti praziquantel juga dapat membunuh cacing V. nana dan H. diminuta dengan cepat.

Echinococcus multilocularis
Penyakit ini banyak dilaporkan di Eropa, Asia dan Amerika Utara. Kasus infeksi pada orang dilaporkan di beberapa negara bagian Amerika Serikat, Amerika Selatan dan New Zealand. Cacing dewasa sangat mirip dengan E. granulosus, tetapi ukurannya lebih kecil, panjangnya hanya 1,2-3,7 mm. Daur hidup dan patologi Daur hidup hampir sama dengan E. granulosus, tetapi kantong cyste hanya sedikit memproduksi protoscolic. Cystanya lebih teratur dan bila pecah dapat menyebar menyebabkan metastasis ke bagian lain dari tubuh. Konstruksi cystenya yang berbeda dengan E. granulosus sehingga disebut alveoler atau multilocular hydatid. Orang bukanlah merupakan hospes

definitif yang cocok, orang dapat tertular karena

Haemenolepis diminuta
Cacing ini juga merupakan cacing cosmoploitan yang terutama berparasit pada tikus rumah, tetapi banyak kasus dilaporkan menginfeksi pada orang. Ukuran lebih besar daripada V. nana, yaitu sampai 90 cm. Sebagai hospes intermedier adalah beberapa spesies arthropoda, misalnya jenis kumbang (Tribolium spp) adalah hospes intermedier yang sangat berperan terhadap infeksi pada tikus dan manusia. Daur hidup, pengobatan dan patologi mirip dengan V. nana. GEJALA KLINIS 1. Taeniasis Gejala klinis taeniasis sangat bervariasi dan tidak patognomosnis (khas). Sebagian kasus tidak menunjukkan gejala (asimptomatik). gejala klinis dapat timbul sebagai akibat iritasi mukosa usus atau toksin yang dihasilkan cacing. Gejala tersebut antara lain rasa tidak enak pada lambung , nausea (mual), badan lemah, berat badan menurun, nafsu makan menurun, sakit kepala, konstipasi (sukar buang air besar), pusing, diare, dan pruiritus ani (gatal pada lubang pelepasan). Pada pemeriksaan darah tepi (hitung jenis) terjadi peningkatan eosinofil (eosinofilia) Gejala klinis taeniasis solium hampir tidak dapat dibedakan dari gejala klinis taeniasis saginata. Secara psikologis penderita dapat merasa cemas karena adanya segmen/ proglotid pada tinja dan pada Taenia saginata segmen dapat lepas dan bergerak menuju sphincter anal yang merupakan gerakan spontan dari segmen. Segmen/Proglotid ini dikenal dengan istilah ampas nangka (bali), banasan (toraja), dan manisan (Sumatera Utara). 2. Sisterkosis Gejala klinis yang timbul tergantung dan letak jumlah, umur, dan lokasi dari kista. Sebagian besar penderita tidak menunjukkan gejala atau dapat ditemukan adanya nodul subkutan. Sistiserkosis serebri sering menimbulkan gejala epilepsi atau gejala tekanan intrakranial meninggi dengan sakit kepala dan muntah yang menyerupai gejala tumor otak. Pada kasus yang berlangsung lama dapat dijumpai bintik kallsifikasi dalam otak. I. DIAGNOSA

1. Taeniasis Diagnosa taeniasis dapat ditegakkan dengan 2 ( dua ) cara yaitu : a) Menanyakan riwayat penyakit (anamnesis). Didalam anamnesis perlu ditanyakan antara lain apakak penderita pernah mengeluarkan proglotid (segmen) dari cacing pita baik pada waktu buang air besar maupun secara spontan. bila memungkinkan sambil memperhatikan contoh potongan cacing yang diawetkan dalam botol transparan. b) Pemeriksaan tinja Tinja yang dipeeriksa adalah tinja sewaktu berasal dari defekasi spontan. Sebaiknya diperiksa dalam keadaan segar. Bila tidak memungkinkan untuk diperiksa segera , tinja tersebut diberi formalin 5 10 % atau spiritus sebagai pengawet. Wadah pengiriman tinja terbuat dari kaca atau bahan lain yang tidak dapat ditembus seperti plastik Kalau konsistensi padat dos karton berlapiskan parafin juga boleh dipakai. Pemeriksaan tinja secara mikroskopis dilakukan antara lain dengan metode langsung (secara natif), bahan pengencer yang dipakai NaCL 0,9 % atau lugol. Dari satu spesimen tinja dapat digunakan menjadi 4 sediaan.Bilamana ditemukan telur cacing Taenia SP, maka pemeriksaan menunjukkan hasil positif taeniasis Pada pemeriksaan tinja secara makroskopis dapat juga ditemukan proglotid jika keluar. Pemeriksaan dengan metode langsung ini kurang sensitif dan speifik , terutama telur yang tidak selalu ada dalam tinja dan secara morfologi sulit diidentifikasi metode pemeriksaan lain yang lebih sensitif dan spesitik misalnya teknis sedimentasi eter, anal swab, dan coproantigen (paling sensitif dan spesifik). Sistiserkosis Dinyatakan tersangka sistiserkosis apabila pada a) Anamnesis : 1. Berasal dari /berdomisili didaerah endemis taeniasis / Sistiserkosis 2. Gejala taeniasis ( ) 3. Riwayat mengeluarkan proglotid ( ) 4. Benjolan ( nodul subkutan ) pada salah satu atau lebih bagian tubuh ( + ) 5. Gejala pada mata dan gejala sistiserkosis lainnya ( ) 6. Riwayat / gejala epilepsi ( - ) 7. Gejala peninggian tekanan intra kranial ( - ) 8. Gejala neurologis lainnya (- ) b) Pemeriksaan fisik :

1. Teraba benjolan /nodul sub kutan atau intra muskular satu lebih 2. Kelainan mata ( oscular cysticercosis ) dan kelainan lainnya yang disebabkan oleh sistiserkosis () 3. Kelainan neurologis ( - ) c) Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan tinja secara makroskopis : Proglotid ( ) 2. Pemeriksaan tinja secara mikroskopis : telur cacing taenia sp ( ) 3. Pemeriksaan serologis : sistiserkosis ( + ) 4. Pemeriksaan biopsi pada nodul subkutan gambaran menunjukkan patologi anatomi yang khas untuk sistiserkosis (+) Paling sedfikit gejala klinis yang harus ditemukan pada tersangka sistiserkosis ialah teraba benjolan/nodul subktan atau intra muskular baik satu atau lebih pada orang yang berasal dari/berdomisili di daerah endemis taeniasis/sistiserkosis. Dinyatakan penderita sistiserkosis apabila pada tersangka sistiserkosis sudah dipastikan diagnosisnya dengan pemeriksaan serologis danatau pemeriksaan biopsi. Pemeriksaan serologis dilakukan dengan metode ELISA (Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay) dan atau Immunoblot Spesimen yang diperiksa berupa serum (darah vena yang diambil kurang lebih 5ml). Tempat pemeriksaan di Laboratorium yang telah ditentukan . Pengiriman spesimen serum menggunakan tabung / botol steril dan es batu (suhu 1 C). Pada tersangka sistiserkosis yang menunjukkan respon positif terhadap obat sistiserkosis, membantu menegak-kan diagnosis (dapat dianggap sebagai penderita sistiserkosis). 3. Neurosistiserkosis Dinyatakan tersangka neurosistusekosis apabila : a) Anamnesis 1) Berasal dari / berdomisili didaerah endemis 2) Gejala taeniasis ( ) 3) Riwayat mengeluarkan proglotid ( ) 4) Gejala pada mata dan gejala sistiserkosis lainnya ( ) 5) Riwayat /gejala epilepsi ( +) 6) Gejala peninggian tekanan intra kranial ( ) 7) Gejala neurologis lainnya ( ) b) Pemeriksaan fisik

Teraba benjolan / nodul sub kutan atau intra muskular satu atau lebih Kelainan mata ( ocular cysticercosis ) dan kelainan lainnya yang disebabkan cysticercosis ( ) Kelainan neurologis ( ) c) Pemeriksaan Penunjang 1) Pemeriksaan secara tinja makroskopis : proglotid (+) 2) Pemeriksaan tinja secara mikroskopis : telur cacing Taenia sp ( + ) 3) Pemeriksaan darah tepi : Hb , leukosit ( leukositosis ), Eritrosit, hitung jenis ( Eosinofilia ), laju endap darah / LED ( meningkat ) dan gula darah 4) Punksi lumbal : sel ( eosinofil meningkat 70 % ), Protein ( meningkat 100 % ) glukosa ( menurun 70 % dibandingkan dengan glukosa darah ) NaCI 5) Pemeriksaan serologi ( ELISa dan atau Immunoblot ) : sistiserkosis ( +) Spesimen yang diperiksa berupa cairan otak ( LCS ) kurang lebih sebanyak 2-3 cc. Tempat pemeriksaan di laboratorium yang telah ditentukan. Pengiriman spesimen cairan otak dengan tabung / botol steril dan es batu ( suhu 1 C ) 6) Bila memungkinkan dilakukan pemeriksaan foto kepala ( untuk kista yang sudah mengalami kalsifikasi ) dan lebih baik lagi pemeriksaan CT Scan ( Computerized tomography scanning ) atau MRI ( magnetic resonance imaging ). Paling sedikit gejala klinis yang harus ditemukan pada tersangka neurosistiserkosis adalah adanya riwayat epilepsi / gejala epilepsi dengan atau tanpa disertai sakit kepala yang berlangsung lebih dari dua minggu, serta mual dan / atau muntah pada orang yang berasal dari / berdomisili di daerah endemis. Sedangkan yang dimaksud dengan epilepsi adalah semua penderita dengan gejala yang datang mendadak lalu hilang sendiri. Gejala-gejalanya bisa berupa : a) Kejang ke seluruh tubuh dengan mulut berbusa, mata mendelik keatas dan badan kelojotan atau kejang sebagian tubuh sering disebut mati-mati ayam b) Bengong berulang , kadang-kadang benda yang dipegang sampai jatuh. c) Melakukan hal-hal yang dibawah ini berulangulang secara tidak disadari : - Mengecap-ngecap dan kadang-kadang keluar liur - Mengancing baju - Menepuk-nepuk - Berjalan tanpa tujuan

Dinyatakan penderita neurosistiserkosis apabila pada tersangka neurosistiserkosis dipastikan diagnosisnya dengan serologis dan atau CT Scan / MRI. Seperti halnya pada tersangka sistiserkosis pada tersangka neusistiserkosis yang menunjukan respon positif terhadap obat neurosistiserkosis ( tanpa pemberian obat anti epileptik ) sangat membatu menegakkan diagnosis ( dapat dianggap sebagai penderita nuerosistiserkosis J. PENGOBATAN 1. Pengobatan taeniasis Penderita Taeniasis diobati ( secara massal ) dengan Praziquantel , Dosis 100 mg / kg , dosis tunggal. Cara pemberian obat praziquantel adalah sebagai berikut: a) Satu hari sebelum pemberian obat cacing, penderita dianjurkan untuk makan makanan yang lunak tanpa minyak dan serat. b) Malam harinya setelah makan malam penderita menjalani puasa c) Keesok harinya dalam keadaan perut kosong penderita diberi obat cacing. Dua sampai dua setengah jam kemudian diberikan garam Inggris ( MgS O4 ), 30 gram untuk dewasa dan 15 gram atau 7,5 gram untuk anak anak, sesuai dengan umur, yang dilarutkan dalam sirop ( pemberian sekaligus ). Penderita tidak boleh makan sampai buang air besar yang pertama. Setelah buang air besar , penderita diberi makan bubur, d) Sebagian kecil tinja dari buang air besar pertama dikumpulkan dalam botol yang berisi formalin 5-10 % untuk pemeriksaan telur Taenia sp . Tinja dari buang air besar pertama dan berikutnya selama 24 jam ditampung dalam baskom plastik dan disiram dengan air panas/ mendidih supaya cacingnya relaks. Kemudian diayak dan disaring untuk mendapatkan proglotid dan skoleks Taenia sp. e) Proglotid dan skoleks dikumpulkan dan disimpan dalam botol yang berisi alkohol 70 % untuk pemeriksaan morfologi yang sangat penting dalam identifikasi spesies cacing pita tersebut f) Pengobatan taeniasis dinyatakan berhasil bila skoleks taenia sp. Dapat ditemukan utuh bersama proglotid 2. Pengobatan sistiserkosis

a) Praziquantel dengan dosis 50 mg/kg BB/hari, dosis tunggal /dibagi 3 dosis per oral selama 15 hari, atau b) Albendazole 15 mg/kg BB/hari, dosis tunggal dibagi 3 dosis per oral selama 7 hari Untuk pengobatan dengan praziquantel maupun albendazole,reaksi dari tubuh dapat dikurangidengan memberikan kortikosteroid (prednison 1mg/kg BB/hari dosis tunggal/dibagi 3 dosis atau dexamethasone dengan dosis yang setara dengan prednison). Pemberian praziquantel maupun albendasole harus dibawah pengawasan petugas kesehatan atau dilakukan dirumah sakit. 3. Penderita /tersangka neurosistiserkosis dirujuk ke rumah sakit Pengobatan penderita neurosistiserkosis rumah sakit adalah sebagai berikut : a) Preziquantael dengan dosis 50 mg/kg BB/hari, dosis tunggal dibagi 3 dosis, diberikan per oral selama 15 hari, atau b) Albendazole 15 mg/kg BB/hari, dosis tunggal/dibagi 3 dosis, per oral selama 30 hari. Untuk mengurangi reaksi dari tubuh diberikan dexamethasone (atau prednison dengan dosis yang setara dengan dexamethasone) selama 45 hari , diturunkan bertahap : 1) 15 hari pertama diberikan 3x5 mg/hari, per 0ral 2) 15 hari kedua diberikan 2x5 mg/hari, per 0ral 3) 15 hari ketiga diberikan 1x5 mg/hari, per oral

Pencegahan 1. Usaha untuk menghilangkan sumber infeksi dengan mengobati penderita taenasis 2. Pemakaian jamban keluarga ,sehingga tinja manusia tidak dimakan oleh babi dan tidak mencemari tanah atau rumput. 3. Pemelihara sapi atau babi pada tempat yang tidak tercemar atau sapi dikandangkan sehingga tidak dapat berkeliaran 4. Pemeriksaan daging oleh dokter hewan/mantri hewan di RPH, sehingga daging yang mengandung kista tidak sampai dikonsumsi masyarakat (kerjasama lintas sektor dengan dinas Peternakan) 5. Daging yang mengandung kista tidak boleh dimakan. Masyarakat diberi gambaran tentang bentuk kista tersebut dalam daging, hal ini penting dalam daerah yang banyak memotong babi untuk upacaraupacara

adat seperti di Sumatera Utara, Bali dan Irian jaya. 6. Menghilanglkan kebiasaan maka makanan yang mengandung daging setengah matang atau mentah. 7. Memasak daging sampai matang ( diatas 57 C dalam waktu cukup lama ) atau membekukan dibawah 10

selama 5 hari . Pendekatan ini ada yang dapat diterima ,tetapi dapat pula tidak berjalan , karena perubahan yang bertentangan dengan adat istiadat setempat akan mengalami hambatan. Untuk itu kebijaksanaan yang diam bil dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerah tersebut.

You might also like