You are on page 1of 30

TUGAS KELOMPOK HYPERTROPI PROSTAT

ANGGOTA KELOMPOK : HASNIAWAN ( 10.1101.605 ) ARISAH (10.1101.599) ARVIAH (10.1101.570) ROSMINI (10.1101.592) MUH.NASRI (10.1101.590) ARNIANTI SURYA (10.1101.569) HUSRIFA (10.1101.600) JUSMAWEDI (10.1101.583) ASMIANI HALID (10.1101.571) MUH.ALWI (10.1101.

HYPERTROPI PROSTAT
PENGERTIAN Hipertropi Prostat adalah hiperplasia dari kelenjar periurethral yang kemudian mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah. (Jong, Wim de, 1998).

ETIOLOGI
Banyak teori yang menjelaskan terjadinya pembesaran kelenjar prostat, namun sampai sekarang belum ada kesepakatan mengenai hal tersebut. Ada beberapa teori mengemukakan mengapa kelenjar periurethral dapat mengalami hiperplasia, yaitu :

1. Teori Sel Stem (Isaacs 1984) Berdasarkan teori ini jaringan prostat pada orang dewasa berada pada keseimbangan antara pertumbuhan sel dan sel mati, keadaan ini disebut steady state. Pada jaringan prostat terdapat sel stem yang dapat berproliferasi lebih cepat, sehingga terjadi hiperplasia kelenjar periurethral.

2. Teori MC Neal (1978) Menurut MC. Neal, pembesaran prostat jinak dimulai dari zona transisi yang letaknya sebelah proksimal dari spincter eksterna pada kedua sisi veromontatum di zona periurethral.

3. Di Hidro Testosteron (DHT) Testosteron adalah hormon pria yang dihasilkan oleh sel leyding. Testosteron sebagian besar dihasilkan oleh kedua testis, sehingga timbulnya pembesaran prostat memerlukan adanya testis yang normal. Jumlah testosteron yang dihasilkan oleh testis kira-kira 90 % dari seluruh produksi testosteron, sedang yang 10 % dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Sebagian besar testosteron dalam tubuh berada dalam keadaan terikat dengan protein dalam bentuk Serum Binding Hormon (SBH). Sekitar 2 % testosteron berada dalam keadaan bebas. Hormon yang bebas inilah yang memegang peranan dalam proses terjadinya pembesaran kelenjar prostat. Testosteron bebas dapat masuk ke dalam sel prostat dengan menembus membran sel ke dalam sitoplasma sel prostat sehingga membentuk DHT reseptor komplek yang akan mempengaruhi Asam Ribo Nukleat (RNA) yang dapat menyebabkan terjadinya sintetis protein sehingga dapat terjadi proliferasi sel (MC Connel 1990). Perubahan keseimbangan testosteron dan 50 tahun ke atas.estrogen dapat terjadi dengan bertambahnya usia

ANATOMI DAN FISIOLOGI


Spincter externa mengelilingi urethra di bawah vesica urinaria pada wanita, tetapi pada laki-laki terdapat kelenjar prostat yang berada dibelakang spincter penutup urethra. Prostat mengekskresikan cairannya ke dalam urethra pada saat ejakulasi, cairan prostat ini memberi makanan kepada sperma. Cairan ini memasuki urethra pars prostatika dari vas deferens. Prostat dilewati oleh :

a. Ductus ejakulatorius, terdiri dari 2 buah berasal dari vesica seminalis bermuara ke urethra. b. Urethra itu sendiri, yang panjangnya 17 23 cm. Secara otomatis besarnya prostat adalah sebagai berikut : a. Transversal : 1,5 inchi b. Vertical : 1,25 inchi c. Anterior Posterior : 0,75 inchi Prostat terdiri dari 5 lobus yaitu : a. Dua lobus lateralis b. Satu lobus posterior c. Satu lobus anterior d. Satu lobus medial Kelenjar prostat kira-kira sebesar buah kenari besar, letaknya di bawah kandung kemih.Normal beratnya prostat pada orang dewasa diperkirakan 20 gram.

PATOFISIOLOGI
Biasanya ditemukan gejala dan tanda obstruksi dan iritasi. Adanya obstruksi jalan kemih berarti penderita harus menunggu pada permulaan miksi, miksi terputus, menetes pada akhir miksi, pancaran miksi menjadi melemah, dan rasa belum puas selesai miksi. Gejala iritasi disebabkan oleh hipersentivitas otot detrusor, berarti bertambahnya frekuensi miksi, nokturia, miksi sulit ditahan dan disuria. Gejala obstruksi terjadi karena detrusor gagal berkontraksi dengan cukup kuat atau gagal berkontraksi cukup lama sehingga kontraksi terputus-putus. Gejala iritasi terjadi karena pengosongan yang tidak sempurna pada saat miksi atau pembesaran prostat menyebabkan rangsangan pada kandung kemih, sehingga vesica sering berkontraksi meskipun belum penuh. Keadaan ini membuat sistem scoring untuk menentukan beratnya keluhan klinik penderita hipertropi prostat.

Apabila vesica menjadi dekompensasi, akan terjadi retensi urine sehingga pada akhir miksi masih ditemukan sisa urine di dalam kandung kemih dan timbul rasa tidak tuntas pada akhir miksi.Jika keadaan ini berlanjut, pada suatu saat akan terjadi kemacetan total, sehingga penderita tidak mampu lagi miksi karena produksi urine terus terjadi maka pada suatu saat vesika tidak mampu lagi menahan urine, sehingga tekanan vesika terus meningakat. Apabila tekanan vesika menjadi lebih tinggi dari pada tekanan spincter dan obstruksi, akan terjadi Inkotinensia Paradoks Retensi kronik menyebabkan refluks vesicoureter, hidroureter, hidronefrosis dan gagal ginjal. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila ada infeksi.

Pada waktu miksi penderita harus selalu mengedan sehingga lama kelamaan menyebabkan hernia atau haemorhoid. Karena selalu terdapat sisa urine dapat terbentuk batu endapan di dalam kandung kemih. Batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuria. Batu tersebut dapat pula menyebabkan cystitis dan bila terjadi refluks dapat terjadi pyelonefritis.

Ada 3 cara untuk mengukur besarnya hipertropi prostat


1. Rectal grading Recthal grading atau rectal toucher dilakukan dalam keadaan buli-buli kosong. Sebab bila buli-buli penuh dapat terjadi kesalahan dalam penilaian. Dengan rectal toucher diperkirakan dengan beberapa cm prostat menonjol ke dalam lumen dan rectum. Menonjolnya prostat dapat ditentukan dalam grade. Pembagian grade sebagai berikut : 0 1 cm.: Grade 0 1 2 cm.: Grade 1 2 3 cm.: Grade 2 3 4 cm.: Grade 3 Lebih 4 cm.: Grade 4

2. Clinical grading Pada pengukuran ini yang menjadi patokan adalah banyaknya sisa urine. Pengukuran ini dilakukan dengan cara, pagi hari pasien bangun tidur disuruh kemih sampai selesai, kemudian dimasukkan catheter ke dalam kandung kemih untuk mengukur sisa urine. Sisa urine 0 cc. Normal Sisa urine 0 50 cc. Grade 1 Sisa urine 50 150 cc. Grade 2 Sisa urine >150 cc Grade 3 Sama sekali tidak bisa kemih Grade 4

3. Intra urethra grading Untuk melihat seberapa jauh penonjolan lobus lateral ke dalam lumen urethra. Pengukuran ini harus dapat dilihat dengan penendoskopy dan sudah menjadi bidang dari urology yang spesifik.

Efek yang dapat terjadi akibat hypertropi prostat


1. Terhadap urethra Bila lobus medius membesar, biasanya arah ke atas mengakibatkan urethra pars prostatika bertambah panjang, dan oleh karena fiksasi ductus ejaculatorius maka perpanjangan akan berputar dan mengakibatkan sumbatan.

2. Terhadap vesica urinaria Pada vesica urinaria akan didapatkan hypertropi otot sebagai akibat dari proses kompensasi, dimana muscle fibro menebal ini didapatkan bagian yang mengalami depresi (lekukan) yang disebut potensial divertikula.Pada proses yang lebih lama akan terjadi dekompensasi dari pada otototot yang hypertropi dan akibatnya terjadi atonia (tidak ada kekuatan) dari pada otot-otot tersebut.Kalau pembesaran terjadi pada medial lobus, ini akan membentuk suatu post prostatika pouch, ini adalah kantong yang terdapat pada kandung kemih dibelakang medial lobe. Post prostatika adalah sebagai sumber dari terbentuknya residual urine (urine yang tersisa) dan pada post prostatika pouch ini juga selalu didapati adanya batu-batu di kandung kemih.

3. Terhadap ureter dan ginjal Kalau keadaan urethra vesica valve baik, maka tekanan ke ekstra vesikel tidak diteruskan ke atas, tetapi bila valve ini rusak maka tekanan diteruskan ke atas, akibatnya otot-otot calyces, pelvis, ureter sendiri mengalami hipertropy dan akan mengakibatkan hidronefrosis dan akibat lanjut uremia

4. Terhadap sex organ Mula-mula libido meningkat, teatapi akhirnya libido menurun.

GEJALA KLINIK
Terbagi 4 grade yaitu : Pada grade 1 (congestic) 1. Mula-mula pasien berbulan atau beberapa tahun susah kemih dan mulai mengedan. 2. Kalau miksi merasa puas. 3. Urine keluar menetes dan pancaran lemah. 4. Nocturia 5.Urine keluar malam hari lebih dari normal. 6. Ereksi lebih lama dari normal dan libido lebih dari normal. 7. Pada cytoscopy kelihatan hyperemia dari orificium urethra interna. Lambat laun terjadi varices akhirnya bisa terjadi perdarahan (blooding)

Pada grade 2 (residual) 1. Bila miksi terasa panas. 2. Dysuri nocturi bertambah berat. 3. Tidak bisa buang air kecil (kemih tidak puas). 4. Bisa terjadi infeksi karena sisa air kemih. 5. Terjadi panas tinggi dan bisa menggigil. 6. Nyeri pada daerah pinggang (menjalar ke ginjal).

Pada grade 3 (retensi urine) 1. Ischuria paradosal. 2. Incontinensia paradosal. Pada grade 4 1. Kandung kemih penuh. 2. Penderita merasa kesakitan. 3. Air kemih menetes secara periodik yang disebut over flow incontinensia. 4. Pada pemeriksaan fisik yaitu palpasi abdomen bawah untuk meraba ada tumor, karena bendungan yang hebat. 5. Dengan adanya infeksi penderita bisa menggigil dan panas tinggi sekitar 40 410 C. 6. Selanjutnya penderita bisa koma.

Diagnostik test
Diagnosa klinik pembesaran prostat dapat ditegakkan dengan pemeriksaan sebagai berikut : a. Anamnese yang baik b. Pemeriksaan fisik Dapat dilakukan dengan pemeriksaan rectal toucher, dimana pada pembesaran prostat jinak akan teraba adanya massa pada dining depan rectum yang konsistensinya kenyal, yang kalau belum terlalu besar masih dapat dicapai batas atasnya dengan ujung jari, sedang apabila batas atasnya sudah tidak teraba biasanya jaringan prostat sudah lebih dari 60 gr.

c. Pemeriksaan sisa kemih d. Pemeriksaan ultra sonografi (USG) Dapat dilakukan dari supra pubic atau transrectal (Trans Rectal Ultra Sonografi :TRUS). Untuk keperluan klinik supra pubic cukup untuk memperkirakan besar dan anatomi prostat, sedangkan TRUS biasanya diperlukan untuk mendeteksi keganasan. e. Pemeriksaan endoskopy Bila pada pemeriksaan rectal toucher, tidak terlalu menonjol tetapi gejala prostatismus sangat jelas atau untuk mengetahui besarnya prostat yang menonjol ke dalam lumen.

f. Pemeriksaan radiologi Dengan pemeriksaan radiology seperti foto polos perut dan pyelografi intra vena yang sering disebut IVP (Intra Venous Pyelografi) dan BNO (Buich Nier Oversich). Pada pemeriksaan pembesaran prostat dapat dilihat sebagai lesi defek irisan kontras pada dasar kandung kemih dan ujung distal ureter membelok ke atas berbentuk seperti mata kail/pancing (fisa hook appearance). g. Pemeriksaan CT- Scan dan MRI Computed Tomography Scanning (CT-Scan) dapat memberikan gambaran adanya pembesaran prostat, sedangkan Magnetic Resonance Imaging (MRI) dapat memberikan gambaran prostat pada bidang transversal maupun sagital pada berbagai bidang irisan, namun pameriksaan ini jarang dilakukan karena mahal biayanya.

h.Pemeriksaan sistografi Dilakukan apabila pada anamnesis ditemukan hematuria atau pada pemeriksaan urine ditemukan mikrohematuria. pemeriksaan ini dapat memberi gambaran kemungkinan tumor di dalam kandung kemih atau sumber perdarahan dari atas apabila darah datang dari muara ureter atau batu radiolusen di dalam vesica. Selain itu sistoscopi dapat juga memberi keterangan mengenai besar prostat dengan mengukur panjang urethra pars prostatica dan melihat penonjolan prostat ke dalam urethra. i. Pemeriksaan lain Secara spesifik untuk pemeriksaan pembesaran prostat jinak belum ada, yang ada ialah pemeriksaan penanda adanya tumor untuk karsinoma prostat yaitu pemeriksaan Prostatic Spesifik Antigen (PSA), angka penggal PSA ialah 4 nanogram/ml.

PENGOBATAN Dalam pengobatan ini dilakukan berdasarkan pembagian besarnya


prostat, yaitu derajat 1 4. a. Derajat I Dilakukan pengobatan koservatif, misalnya dengan fazosin, prazoin dan terazoin (untuk relaksasi otot polos). b. Derajat II Indikasi untuk pembedahan. Biasanya dianjurkan resekesi endoskopik melalui urethra. c. Derajat III Diperkirakan prostat cukup besar dan untuk tindakan yang dilakukan yaitu pembedahan terbuka melalui transvesical, retropubic atau perianal. d. Derajat IV Membebaskan penderita dari retensi urine total dengan memasang catheter, untuk pemeriksaan lebih lanjut dalam pelaksanaan rencana pembedahan.

Pengobatan untuk hipertropy prostat ada 2 macam : a.Konsevatif b.Operatif Konservatif. Pengobatan konservatif ini bertujuan untuk memperlambat pertumbuhan pembesaran prostat. Tindakan dilakukan bila untuk terapi operasi tidak dapat dilakukan, misalnya : menolak operasi atau adanya kontra indikasi operasi. Tindakan terapi konservatif yaitu : a. Mengusahakan agar prostat tidak mendadak membesar karena adanya infeksi sekunder dengan pemberian antibiotika. b. Bila retensi urine dilakukan catheterisasi.

Operatif Pembedahan merupakan pengobatan utama pada hipertropi prostat benigna (BPH), pada waktu pembedahan kelenjar prostat diangkat utuh dan jaringan soft tissue yang mengalami pembesaran diangkat melalui 4 cara yaitu a) transurethral b) suprapubic c) retropubic d) perineal.

a). Transurethral. Dilaksanakan bila pembesaran terjadi pada lobus medial yang langsung mengelilingi urethra. Jaringan yang direseksi hanya sedikit sehingga tidak terjadi perdarahan dan waktu pembedahan tidak terlalu lama. b). Suprapubic Prostatectomy. Metode operasi terbuka, reseksi supra pubic kelenjar prostat diangkat dari urethra lewat kandung kemih. c). Retropubic Prostatectomy Pada prostatectomy retropubic dibuat insisi pada abdominal bawah tapi kandung kemih tidak dibuka. d). Perianal prostatectomy. Dilakukan pada dugaan kanker prostat, insisi dibuat diantara scrotum dan rectum.

KOMPLIKASI
a. Perdarahan b. Inkotinensia c. Batu kandung kemih d. Retensi urine e. Impotensi f. Epididimitis g. Haemorhoid, hernia, prolaps rectum akibat mengedan h. Infeksi saluran kemih disebabkan karena catheterisasi i. Hydronefrosis

You might also like