You are on page 1of 6

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Separasi aliran tiga dimensi (aliran sekunder) terjadi ketika suatu aliran melewati dua permukaan benda yang berdekatan. Aliran ini disebabkan oleh adanya interaksi dari dua boundary layer dua benda yang saling berdekatan tersebut. Aliran sekunder adalah bentuk aliran yang mengandung unsur aliran dengan arah tegak lurus terhadap arah aliran utama (Mirmanto, 2005). Aliran sekunder biasa dijumpai pada interaksi antara sayap dengan body pesawat terbang, blade kompresor dengan hub, dan atap mobil dengan bagian sisi mobil. Pada kompresor aksial, aliran sekunder yang terjadi karena adanya interaksi antara blade boundary layer dengan casing atau hub boundary layer. Munculnya aliran sekunder ini merupakan gangguan yang pada kompresor aksial. Kerugian yang diakibatkan oleh terjadinya aliran sekunder tersebut meliputi, secondary loss, blockage effect dan turning angle deflection sepanjang blade span. Hal ini merupakan masalah yang harus diatasi karena menurunnya unjuk kerja dari kompresor dan pada akhirnya berdampak pada proyeksi ekonomis yang dihasilkannya. Aliran sekunder yang terjadi pada sayap dengan body pada pesawat terbang ditandai dengan munculnya wing tip vortex pada tip region dan terciptanya beberapa unsur aliran vortex pada daerah sambungan. Hal ini diketahui dapat menyebabkan blockage effect. Blockage effect mempengaruhi karakteristik aerodinamis lift dan drag, dimana secara langsung berpengaruh pada efektifitas dan efisiensi wing. Penelitian tentang separasi aliran tiga dimensi dekat rotor hub dan dekat stator casing aksial kompresor pernah dilakukan oleh (Sasongko, 2001) dengan menggunakan metode oil flow picture yakni metode visualisasi menggunakan campuran titanium powder dan oli untuk menganalisa topologi shear stress lines, terutama guna menemukan garis separasi tiga dimensi, tiga 1

2 dimensi-attachment lines, saddle points, dan nodal (spiral) points. Variasi yang dilakukan adalah dengan menggunakan dua sudut stagger dan dua sudut serang. Pada penelitian ini didapatkan bahwa aliran sekunder yang terjadi pada keluaran cascade disebabkan karena separasi aliran di lorong sudu, dekat cascade. Aliran pada cascade kompresor dekat rotor pernah diteliti tapi tanpa menggunakan aspek tip clearance menghasilkan passage vortex pada aliran dekat wall dan daerah separasi aliran tiga dimensi dalam sudu hanya melingkupi daerah kecil di sudut belakang suction side. Sedangkan untuk penelitian aliran kompresor cascade dengan kompresor stator (dekat casing) juga tanpa aspek tip clearance mempunyai karakteristik aliran sekunder yang berbeda. Pada aliran dekat wall tidak terjadi passage vortex dan menghasilkan aliran separasi tiga dimensi hampir satu pich diantara dua sudu dan menghasilkan blockage effect yang cukup besar. Aspek tip clearace yang dimasukkan pada penelitian kompresor cascade yang dilakukan oleh Sasongko pada aliran dekat stator tapi tanpa menggunakan aspek inlet boundary layer. Karakteristik aliran sekunder dekat rotor mempunyai perbedaan dengan aliran sekunder dekat casing, dimana blockage effect dan secondary losses yang terjadi lebih besar pada aliran sekunder dekat casing (Sasongko, 2001). Penelitian aliran sekunder dengan variasi sudut serang mempunyai dampak yang cukup besar. Penambahan sudut serang mengakibatkan perbedaan tekanan antara lower dan upper side semakin besar (Nugroho, 2005). Hal ini menyebabkan induksi tip clearance flow dan semakin menjauhi suction side, bersama aliran upstream melebur pada daerah minimum energi. Selain itu menyebabkan branch separation line semakin lebar yang meggambarkan terjadinya losses energi pada daerah tersebut semakin besar. Potensi-potensi losses yang disebabkan oleh fenomena aliran tiga dimensi seperti yang telah disebutkan di atas akan semakin besar dengan meningkatnya sudut serang. Pada tahun 1970-an metode untuk mengatahui karakteristik aliran tiga dimensi digunakan Computational Fluid Dynamics

3 (CFD). CFD adalah salah satu metode komputasi yang menggunakan metode numerik dan algoritma untuk menyelesaikan dan menganalisa masalah-masalah aliran fluida. Perancangan atau rekayasa pada aliran fluida sangat membutuhkan algoritma yang dapat mensimulasikan proses tersebut secara cepat dan tepat, meskipun alirannya sangat rumit untuk dianalisa, seperti aliran turbulen atau transonic. Dengan CFD bisa mempelajari gerakan dinamik fluida yang mengalir dengan membuat model mempergunakan komputer untuk memprediksi fenomena aliran yang terjadi di sekitar objek. Pemodelan numerik CFD dapat menggambarkan fenomena medan aliran yang terjadi di lorong sudu secara detail. Hasil simulasi numerik memberikan visualisasi aliran yang sesuai dengan hasil eksperimen (Mirmanto, 2001) Pemodelan ini memberikan informasi pola aliran sekunder tiga dimensi yang terjadi di lorong sudu yang tidak mampu ditampikan oleh eksperimen. Mengacu dari hasil penelitian Mirmanto dan Nugroho pada penelitian ini digunakan simulasi numerik CFD untuk mendapatkan visualisasi aliran tiga dimensi dan menggunakan data eksperimen. 1.2 Rumusan Masalah Aliran tiga dimensi dapat terjadi karena interaksi dua boundary layer dari dua benda yang saling berdekatan. Munculnya aliran sekunder ini merupakan gangguan yang dapat menimbulkan kerugian. Kerugian yang diakibatkan oleh terjadinya aliran sekunder tersebut meliputi secondary loss, blockage effect dan turning angle deflection sepanjang blade span. Hal ini meupakan masalah yang harus diatasi karena menurunnya unjuk kerja dan efisiensi sehingga pada akhirnya berdampak pada proyeksi ekonomis yang dihasilkannya. Penelitian tentang aliran tiga dimensi yang telah dilakukan oleh para peneliti selama ini secara garis besar dikelompokkan menjadi dua yaitu geometri airfoil dan pemberian sudut serang. Geometri airfoil yang akan mempengaruhi karakteristik aliran yang melintasi pressure side dan suction side airfoil. Bentuk

4 geometri yang tebal akan menyebabkan semakin cepat terjadinya separasi aliran. Sedangkan pemberian sudut serang semakin besar diduga akan menyebabkan semakin menguatnya aliran sekunder yang terbentuk (Nugroho, 2005). Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh bentuk geometri airfoil dan sudut serang terhadap karakteristik aerodinamika pada kaskade airfoil yang meliputi aliran sekunder pada leading edge dan di trailing edge, maka pada penelitian ini dikaji secara simulasi numerik pada model airfoil yang mempunyai perbedaan geometri dan pemberian variasi sudut serang 12 dan 20 . 1.3 Tujuan Penelitian in bertujuan untuk menganalisis pengaruh variasi geometri airfoil dan sudut serang terhadap pada kascade airfoil terhadap karakteristik aerodinamika yang meliputi aliran sekunder pada leading edge dan trailing edge dan berdasarkan CFD dan data-data eksperimen. 1.4 Batasan masalah Adapun batas ruang lingkup dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Penelitian ini menggunakan 2 model airfoil. Model airfoil yang digunakan adalah cascade airfoil standar NACA 6515 dan NACA 6520. 2. Sudut serang yang digunakan masing-masing airfoil 12 dan 20. 3. Aliran udara pada keadaan steady dan seragam. 4. Aliran yang disimulasikan diikutsertakan aspek tip-clearance. 5. Incompressible flow. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut.

1. Menjadi kajian karakteristik aliran sekunder pada kaskade airfoil dalam bidang aerodinamika. 2. Hasil penelitian dapat dijadikan dasar berpikir dan pertimbangan untuk penelitian dan pengembangan bidang kompresor axial cascade yang banyak melibatkan pengaruh clearance.

halaman ini sengaja dikosongkan

You might also like