You are on page 1of 14

REDUPLIKASI KATA DALAM BAHASA MADURA Musaffak Universitas Negeri Malang Abstrak Penelitian tentang Reduplikasi Kata dalam

Bahasa Madura didasarkan pada beberapa pertimbangan, antara lain perlunya mengetahui bentuk, pola reduplikasi kata dalam Bahasa Madura, dan perbandingan pola reduplikasi kata antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia. Reduplikasi kata dalam Bahasa Madura sangat menarik karena mempunyai kekhasan tersendiri, khususnya pada aspek pola perulangannya. Berdasarkan analisis data yang telah ada dapat disimpulkan bahwa (1) terdapat bentuk reduplikasi kata dalam Bahasa Madura, (2) terdapat pola reduplikasi kata dalam Bahasa Madura, dan (3) terdapat perbedaan dan kesamaan pola reduplikasi kata antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia. Bentuk reduplikasi kata dalam Bahasa Madura sesuai data dan analisis yang dipakai terdapat beberapa bentuk, yaitu bentuk reduplikasi seluruh, bentuk reduplikasi sebagaian, bentuk reduplikasi yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, reduplikasi dengan perubahan fonem, dan reduplikasi semu. Pola reduplikasi kata dalam Bahasa Madura terdapat tiga belas pola, yaitu R(K)-KD, R(K)KB, R(SK)-KD, a-+ R(SK)-KD+-an, R(SK)-KD+-an, R(SK)-KD+-na, a-+R(SK)-KD, e+R(SK)-KD, R(SK)- ta-+KD, e-+R(SK)-KD+-e, R(SK)-ma-+KD, R(SK)+KD, dan R SK/KD. Kata kunci: Reduplikasi dan Bahasa Madura. PENDAHULUAN Bahasa merupakan alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa juga sebagai alat interaksi atau alat komunikasi dalam masyarakat yang bersifat arbitrer (Chaer, 2003: 31). Melalui bahasa manusia dengan mudah mengungkapkan pikiran, gagasan, konsep, perasaan dan berbagai pengalaman kepada sesamanya. Begitu juga sebaliknya, manusia akan mengalami kesulitan dalam menyampaikan pikiran, gagasan, konsep dan perasaan apabila tidak ada bahasa sebagai alat komunikasinya. Sehubungan dengan hal ini, Wardaugh (dalam Chaer, 2003: 33) juga berpendapat, bahwa fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi manusia, baik lisan maupun tulisan. Namun, fungsi ini sudah mencakup lima fungsi dasar yang menurut Kinneavi disebut fungsi eskpresi, fungsi informasi, fungsi ekplorasi, fungsi persuasi dan fungsi entertaimen. Kelima fungsi dasar ini mewadahi konsep bahwa bahasa merupakan alat untuk melahirkan ungkapan batin yang ingin disampaikan seseorang penutur kepada orang lain. Pernyataan senang, benci, kagum marah, jengkel, sedih, dan kecewa dapat diungkapkan dengan bahasa, meskipun tingkah laku, gerak-gerik dan mimik juga dapat berperan dalam pengungkapan ekspresi batin itu. Fungsi informasi adalah fungsi untuk menyampaikan pesan atau amanat kepada orang lain. Fungsi ekplorasi adalah penggunaan bahasa untuk menjelaskan sesuatu hal, perkara, dan keadaan. Fungsi persuasi adalah penggunaan bahasa yang bersifat mempengaruhi atau mengajak orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu secara baik-baik. Jurnal Artikulasi Vol.12 No.2 Agustus 2011 | 793

Sedangkan fungsi yang terakhir adalah fungsi entertaint, yaitu penggunaan bahasa dengan maksud menghibur, menyenangkan, atau memuaskan perasaan batin (Chaer, 2003: 33). Ragam bahasa mencakup beberapa hal, yaitu ragam bahasa pada bidang tertentu seperti bahasa istilah hukum, bahasa sains, bahasa jurnalistik, dan sebagainya; ragam bahasa pada perorangan atau idiolek; ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu wilayah atau dialek seperti dialek bahasa Madura, dialek bahasa Medan, dialek bahasa Sunda, dialek bahasa Bali, dialek bahasa Jawa, dan lain sebagainya; ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu golongan sosial seperti ragam bahasa orang akademisi beda dengan ragam bahasa orang-orang jalanan; ragam bahasa pada bentuk bahasa seperti bahasa lisan dan bahasa tulisan; dan ragam bahasa pada suatu situasi seperti ragam bahasa formal (baku) dan informal (tidak baku). Begitu juga dengan masyarakat Madura yang mempunyai bahasa dan dialek yang berbeda-beda. Hampir 95 % masyarakat Madura menggunakan Bahasa Madura sebagai alat komunikasi, di antaranya masyarakat yang tersebar di Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep. Keunikan Bahasa Madura tampak pada kata demi kata yang dituturkan. Penuturan kata bahasa Madura yang berbeda menjadi ciri khas bagi pendengarnya. Bahasa Madura dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah memiliki berbagai fungsi, yaitu sebagai lambang kebanggaan daerah, lambang identitas daerah, dan alat penghubung di dalam keluarga dan masyarakat daerah. Dalam hubungannya dengan fungsi bahasa Indonesia, bahasa daerah berfungsi sebagai pendukung bahasa nasional, bahasa pengantar di sekolah dasar di daerah tertentu pada tingkat permulaan untuk memperlancar pengajaran bahasa Indonesia dan mata

pelajaran lain, dan alat pengembangan serta pendukung kebudayaan daerah (Soegianto, dkk, 1986: 1). Bahasa Madura sebagai salah satu bahasa daerah yang ada di Indonesia ternyata masih hidup dan berkembang sampai ke luar pulau. Bahasa ini juga masih banyak digunakan penutur asli sebagai alat komunikasi sehari-hari, karena dijadikan mata pelajaran wajib sebagai mata pelajaran muatan lokal di sekolah dasar dan menengah. Biasanya tenaga pengajarnya harus asli orang Madura supaya proses pembelajaran lebih mudah dan penutur asli sudah terbiasa dengan Bahasa Madura. Bahasa Madura ini juga sebagai bahasa ibu serta sekaligus sebagai simbol budaya. Di samping itu, Bahasa Madura juga terkenal dengan karakteristik pengulangannya yang khas, sehingga sering dipakai sebagai ikon sosok Madura dalam berbagai pertunjukan, seperti pada Bu Bariyah di Unyil dengan kata bo-abo-nya seperti nga-enga (ingat-ingat), din-daddin (jadi), reng-oreng (orang-orang), tongsettong (satu-satu), dan sebagainya. Bahasa masyarakat Madura selalu ada perbedaan dalam pengucapan dan penulisan, khususnya kata ulang. Seperti pada kosakata Bahasa Madura kata lemmalem berasal dari bentuk dasar malem. Pengulangan yang terjadi dalam bahasa Madura ini sangat unik, karena jarang dan malah tidak ada pengulangan sejenis yang mengulang suku kata bentuk dasar kedua dan kebanyakan bentuk dasarnya berada pada morfem ulang kedua. Tidak seperti pengulangan bahasa Indonesia pada umumnya dengan kata yang sama, seperti kata malam-malam dengan bentuk dasar malam. Pola pengulangan Bahasa Madura semacam ini menjadi daya tarik tersendiri untuk diteliti oleh peneliti, karena dapat menambah pengetahuan yang lebih luas lagi masalah Bahasa Madura, khususnya Jurnal Artikulasi Vol.12 No.2 Agustus 2011 | 794

reduplikasi kata dalam Bahasa Madura. Daya tarik untuk meneliti itu muncul karena perbedaan-perbedaan dalam penuturan Bahasa Madura yang tidak sama dan tidak bisa didapatkan dalam reduplikasi kata dalam Bahasa Jawa ataupun Bahasa Indonesia. Penelitian terhadap kajian reduplikasi sudah pernah dilakukan oleh Chusnul Hidayati (2003) dalam skripsi yang berjudul Studi Komparatif Proses Afiksasi dan Reduplikasi Bahasa Jawa dalam Rubrik Pangudarasa Majalah Panjebar Semangat dengan Bahasa Indonesia. Reduplikasi yang diteliti pada penelitian sebelumnya ini lebih menitikberatkan pada perbandingan proses morfologi dalam bentuk afiksasi dan reduplikasi bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia. Hasil penelitian sebelumnya ini meliputi persamaan proses morfologi bentuk afiksasi dan reduplikasi bahasa Jawa dengan Bahasa Indonesia, dan perbedaan proses morfologi bentuk afiksasi dan reduplikasi bahasa Jawa dengan Bahasa Indonesia. Penelitian yang kedua tentang reduplikasi, yang dilakukan oleh Siti Salamah Arifin, dkk (1988) dengan judul penelitian Sistem Reduplikasi Bahasa Enim. Penelitian ini mengkaji aspek reduplikasi yang meliputi perulangan keseluruhan, perulangan sebagian, perulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan imbuhan, dan pengulangan dengan perubahan fonem. Hasil penelitian sebelumnya ini hanya pada bentuk reduplikasi bahasa Enim. Adapun persamaan dalam penelitian ini adalah penelitian yang sama-sama membahas tentang reduplikasi, sedangkan perbedaannya terletak pada objek penelitian dan bahan kajiannya. Perbedaan itu tampak pada penelitian yang dilakukan oleh Chusnul Hidayati (2003), yaitu perbandingan proses morfologi dalam bentuk afiksasi dan reduplikasi bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia, sedangkan pada

penelitian kedua yang dilakukan oleh Siti Salamah Arifin, dkk (1988) adalah bentuk reduplikasi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya sangatlah menonjol. Penelitian ini lebih menekankan pada bentuk, pola reduplikasi, dan perbandingan pola reduplikasi kata antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia. Bertolak dari hal tersebut, maka penelitian ini dengan judul Reduplikasi Kata dalam Bahasa Madura perlu dilaksanakan. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menelaah proses morfologi. Berdasarkan tujuan umum tersebut, secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk reduplikasi kata dalam Bahasa Madura, mendeskripsikan pola reduplikasi kata dalam Bahasa Madura, dan mendeskripsikan perbandingan pola reduplikasi kata antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia. Berdasarkan uraian di atas, maka masalah dalam penelitian ini berupa (1) bagaimanakah bentuk reduplikasi kata dalam Bahasa Madura?, (2) bagaimanakah pola reduplikasi kata dalam Bahasa Madura?, dan (3) bagaimanakah perbandingan pola reduplikasi kata antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia?. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif tersebut digunakan mengingat tujuan penelitian ini ingin menggambarkan tentang pemakaian reduplikasi kata dalam Bahasa Madura. Oleh karena itu, pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan linguistik deskriptif. Data dalam penelitian ini berupa kata-kata yang menunjukkan adanya proses morfologi dalam bentuk pengulangan atau reduplikasi kata, baik yang berupa pengulangan seluruh, pengulangan sebagian, pengulangan yang berkombinasi dengan Jurnal Artikulasi Vol.12 No.2 Agustus 2011 | 795

proses pembubuhan afiks, pengulangan dengan perubahan fonem, atau pun pengulangan semu dalam bahasa Madura. Sumber data penelitian ini berupa transkripsi bentuk-bentuk reduplikasi yang diperoleh dari hasil observasi terhadap tuturan lisan berbahasa Madura yang peneliti peroleh dari komunikasi antaranggota komunitas mahasiswa di luar lingkungan kampus maupun di dalam kampus. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah metode observasi, sedangkan tekniknya adalah teknik simak, libat, dan catat. Sesuai dengan sumber data yang digunakan, maka dalam pengumpulan data peneliti lebih mengacu pada pencarian kosakata yang mengandung reduplikasi kata dalam Bahasa Madura. Peneliti tidak terikat pada informan, karena keberadaan peneliti sendiri selaku penutur asli Bahasa Madura. HASIL PENELITIAN Bentuk Reduplikasi Kata dalam Bahasa Madura Berdasarkan hasil analisis reduplikasi kata dalam Bahasa Madura, teridentifikasi adanya beberapa bentuk reduplikasi dalam Bahasa Madura yakni berupa bentuk pengulangan seluruh/utuh, pengulangan sebagian, pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, pengulangan dengan perubahan fonem, dan bentuk pengulangan semu. Keseluruhan bentuk pengulangan tersebut dipaparkan dalam poin berikut ini. Bentuk Pengulangan Seluruh/Utuh Pengulangan seluruh/utuh yang terdapat dalam Bahasa Madura dapat diklasifikasikan dalam dua bentuk kategori. Dua bentuk kategori pengulangan ini dapat dipaparkan berikut ini. a) Pengulangan seluruh yang dibentuk dari kata dasar

moga moga-moga onggu onggu-onggu b) Pengulangan seluruh yang dibentuk dari kata bentukan kakorangan kakorangankakorangan kawajiban kawajiban-kawajiban Pengulangan ini terjadi pada kata dasar atau kata bentukan kedua bentuk dasar yang mengalami proses pengulangan. Bentuk Pengulangan Sebagian Pengulangan sebagian dalam Bahasa Madura dapat diklasifikasikan dalam satu bentuk kategori. Pengulangan ini dapat dilihat pada pemaparan berikut ini. ater ater-ater terater ngellos ngellos-ngellos losngellos Pengulangan ini terjadi dalam beberapa proses, yaitu kata dasar mengalami pengulangan secara utuh, kemudian pengulangan ini mengalami penghilangan pada suku kata pertama pada bentuk yang diulang, sehingga terjadilah pengulangan sebagian. Pengulangan ini terjadi pada suku kata kedua bentuk dasar yang mengalami proses pengulangan. Bentuk Pengulangan yang Berkombinasi dengan Proses Pembubuhan Afiks Pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks dalam Bahasa Madura dapat diklasifikasikan dalam beberapa bentuk kategori. Pengulangan ini dapat dilihat pada pemaparan berikut ini. gitgid gitgid-gitgid gitgitgid a-+git-gitgid+-an ngakan ngakan-ngakan kanngakankan-ngakan+-an jasa jasa-jasa sa-jasa sa-jasa+-na tandha tandha-tandha dhatandha a-+dha-tandha

Jurnal Artikulasi Vol.12 No.2 Agustus 2011 | 796

lecca lecca-lecca calecca e-+ca-lecca barangka barangka-barangka kabarangka ka-ta-+barangka korong korong-korong rongkorong e-+rong-korong+-e teppa teppa-teppa pateppa pa-ma-+teppa ngakal ngakal-ngakal kalngakal kal-ngakal+-e Pengulangan ini terjadi dalam beberapa proses, yaitu kata dasar mengalami pengulangan secara utuh, kemudian pengulangan ini mengalami penghilangan pada suku kata pertama pada bentuk yang diulang, sehingga terbentuklah pengulangan sebagian, selanjutnya berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks. Pengulangan ini dalam bahasa Madura terjadi pada suku kata kedua bentuk dasar yang mengalami proses pengulangan. Bentuk Pengulangan dengan Perubahan Fonem Pengulangan dengan perubahan fonem dalam Bahasa Madura dapat diklasifikasikan dalam satu bentuk kategori. Pengulangan ini dapat dilihat pada pemaparan berikut ini. mardik mardak-mardik dakmardik anjin anjan-anjin jananjin Pengulangan ini dalam bahasa Madura terjadi pada suku kata kedua bentuk dasar yang mengalami proses pengulangan. Pengulangan ini terjadi dalam beberapa proses, yaitu kata dasar mengalami pengulangan secara utuh tetapi mengalami perubahan fonem dari fonem /a/ berubah menjadi fonem /i/, kemudian pengulangan ini mengalami penghilangan pada suku kata pertama pada bentuk yang diulang, sehingga terbentuklah pengulangan dengan perubahan fonem.

Bentuk Pengulangan Semu Pengulangan semu dalam Bahasa Madura tidak dapat diklasifikasikan seperti bentuk kategori pengulangan seluruh/utuh Bahasa Madura, karena bentuk pengulangan ini semu atau bersifat mandiri yang apabila dipisahkan tidak mempunyai makna apaapa. Pengulangan tersebut dapat dilihat pada pemaparan berikut ini. dhur dhur-dhur kaling kolang-kaling Pengulangan ini tanpa mengalami perubahan vokal dan pengulangan semu dengan perubahan vokal. Pengulangan ini juga mempunyai beberapa ketentuan, yaitu unsur yang tampaknya sebagai bentuk dasar itu tidak pernah muncul sebagai kata, seperti dhur di dalam dhur-dhur memar/busuk tidak pernah mandiri sebagai kata, unsur yang bersangkutan tidak pernah bergabung dengan unsur bermakna yang lain, dan unsur itu bukan unsur bermakna. Pola Reduplikasi Kata dalam Bahasa Madura Berdasarkan hasil analisis reduplikasi kata dalam Bahasa Madura, teridentifikasi adanya beberapa pola reduplikasi dalam Bahasa Madura, yakni berupa pola pengulangan seluruh/utuh, pengulangan sebagian, pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, pengulangan dengan perubahan fonem, dan pola pengulangan semu. Keseluruhan bentuk pengulangan tersebut dipaparkan dalam poin berikut ini. Pola Pengulangan Seluruh/Utuh Pengulangan seluruh/utuh yang terdapat dalam Bahasa Madura dapat diklasifikasikan dalam dua pola kategori. Dua pola kategori pengulangan ini dapat dipaparkan berikut ini. a) Pengulangan seluruh yang dibentuk dari kata dasar (R(K)-KD) moga-moga moga (verba)

Jurnal Artikulasi Vol.12 No.2 Agustus 2011 | 797

ngodha-ngodhan godha (adjektiva) b) Pengulangan seluruh yang dibentuk dari kata bentukan (R(K)-KB) kakorangan-kakorangan kakorangan (adverbia) kawajiban-kawajiban kawajiban (adverbia) Semua kata ulang di atas merupakan pengulangan seluruh dalam bahasa Madura tanpa mengalami perubahan fonem, dan pembubuhan afiks. Pengulangan ini terjadi pada kata dasar atau kata bentukan kedua bentuk dasar yang mengalami proses pengulangan. Pola Pengulangan Sebagian Pola pengulangan sebagian yang terdapat dalam Bahasa Madura dapat diklasifikasikan dalam satu pola reduplikasi. Pola pengulangan ini dapat dipaparkan berikut ini. ter-ater ater-ater ater R(SK)-KD (nomina) te-bukte bukte-bukte bukte R(SK)-KD (nomina) Pengulangan ini terjadi pada suku kata kedua bentuk dasar yang mengalami proses pengulangan. Pengulangan ini terjadi dalam beberapa proses, yaitu kata dasar mengalami pengulangan secara utuh, kemudian pengulangan ini mengalami penghilangan pada suku kata pertama pada bentuk yang diulang, sehingga terjadilah pengulangan sebagian. Pola Pengulangan yang Berkombinasi dengan Proses Pembubuhan Afiks Pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks dalam Bahasa Madura dapat diklasifikasikan dalam beberapa pola reduplikasi. Pengulangan ini dapat dilihat pada pemaparan berikut ini. 1) Pola a-+ R(SK)-KD+-an. Misalnya: a-+ru-garu+-an ru-garu garugaru garu (verba)

2) Pola R(SK)-KD+-an. Misalnya: kay-rakay+-an kay-rakay rakayrakay rakay (adjektiva) 3) Pola R(SK)-KD+-na. Misalnya: sa-jasa+-na sa-jasa jasa-jasa jasa (nomina) 4) Pola a-+R(SK)-KD. Misalnya: a-+ta-juta ta-juta juta-juta juta (nemeralia) 5) Pola e-+R(SK)-KD. Misalnya: e-+ja-kaja ja-kaja kaja-kaja kaja (verba) 6) Pola R(SK)- ta-+KD. Misalnya: ka-ta-+barangka ka-barangka barangka-barangka barangka
(verba)

7) Pola e-+R(SK)-KD+-e. Misalnya: e-+rong-korong+-e rong-korong korong-korong korong (verba) 8) Pola R(SK)-ma-+KD. Misalnya: thel-ma-+kenthel thel-kenthel kenthel-kenthel kenthel (verba) 9) Pola R(SK)-KD+-e. Misalnya: kal-ngakal+-e kal-ngakal ngakal-ngakal ngakal (verba) Pengulangan ini terjadi dalam beberapa proses, yaitu kata dasar mengalami pengulangan secara utuh, kemudian pengulangan ini mengalami penghilangan pada suku kata pertama pada bentuk yang diulang, sehingga terbentuklah pengulangan sebagian, selanjutnya berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks. Pengulangan ini dalam bahasa Madura terjadi pada suku kata kedua bentuk dasar yang mengalami proses pengulangan. Pola Pengulangan Perubahan Perubahan Fonem Pengulangan dengan perubahan fonem dalam Bahasa Madura dapat diklasifikasikan dalam satu pola pengulangan, yaitu pengulangan dengan perubahan fonem yang dibentuk dari kata dasar. Pengulangan tersebut dapat dilihat pada pemaparan berikut ini. Jurnal Artikulasi Vol.12 No.2 Agustus 2011 | 798

dak-mardik
(verba)

mardak-mardik
R(SK)-KD

mardik

Pengulangan ini dalam bahasa Madura terjadi pada suku kata kedua bentuk dasar yang mengalami proses pengulangan. Pengulangan ini terjadi dalam beberapa proses, yaitu kata dasar mengalami pengulangan secara utuh tetapi mengalami perubahan fonem dari fonem /a/ berubah menjadi fonem /i/, kemudian pengulangan ini mengalami penghilangan pada suku kata pertama pada bentuk yang diulang, sehingga terbentuklah pengulangan dengan perubahan fonem. Pola Pengulangan Semu Pengulangan semu dalam Bahasa Madura tidak dapat diklasifikasikan seperti pola pengulangan seluruh/utuh Bahasa Madura, karena bentuk pengulangan ini semu atau bersifat mandiri yang apabila dipisahkan tidak mempunyai makna apaapa. Pengulangan tersebut dapat dilihat pada pemaparan berikut ini. mang-mang mang
(adjektiva) R SK/KD

yakni berupa bentuk pengulangan seluruh/utuh, pengulangan sebagian, pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, pengulangan dengan perubahan fonem, dan bentuk pengulangan semu. Keseluruhan bentuk pengulangan tersebut dipaparkan dalam poin berikut ini. Perbedaan Pola Pengulangan Seluruh/Utuh antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia Untuk membuktikan kebenaran adanya perbedaan pola pengulangan seluruh/utuh antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia, dapat dilihat pada pemaparan di bawah ini. BM BI moga-moga semoga mandar-mandar semoga Jadi, sesuai contoh di atas bahwa pola pengulangan seluruh/utuh antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia berbeda. Persamaan Pola Pengulangan Seluruh/Utuh antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia Berdasarkan contoh yang ada dapat dianalisis persamaan pola pengulangan seluruh/utuh antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia, dapat dilihat pada pemaparan di bawah ini. BM BI onggu-onggu sungguhsungguh panerrangan-panerrangan peneranganpenerangan Jadi, sesuai contoh di atas bahwa pola pengulangan seluruh/utuh antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia berbeda. Perbedaan Pola Pengulangan Sebagian antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia Jurnal Artikulasi Vol.12 No.2 Agustus 2011 | 799

kolang-kaling
(nomina) R SK/KD

kaling

Pengulangan ini tanpa mengalami perubahan vokal dan pengulangan semu dengan perubahan vokal. Pengulangan ini juga mempunyai beberapa ketentuan, yaitu unsur yang tampaknya sebagai bentuk dasar itu tidak pernah muncul sebagai kata, seperti mang di dalam mang-mang ragu-ragu tidak pernah mandiri sebagai kata, unsur yang bersangkutan tidak pernah bergabung dengan unsur bermakna yang lain, dan unsur itu bukan unsur bermakna. Perbandingan Pola Reduplikasi Kata antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia Berdasarkan hasil analisis reduplikasi kata dalam Bahasa Madura, teridentifikasi adanya beberapa perbedaan dan persamaan pola reduplikasi kata antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia,

Untuk membuktikan kebenaran adanya perbedaan pola pengulangan sebagian antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia, dapat dilihat pada pemaparan di bawah ini. BM BI ter-ater makanan/bingkisan sa-kasa diam-diam Kata ter-ater (BM) dalam BI bermakna makanan/bingkisan dan kata sa-kasa (BM) dalam BI bermakna diamdiam. Kata pertama jelas berbeda pola maknannya dan perbedaan kata kedua terletak pada pola pengulangangan, karena pengulangan BM mengalami penghilangan pada suku kata pertama dari bentuk dasar yang diulang dan juga berlaku untuk contohcontoh yang lain. Jadi, pola pengulangan sebagian antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia berbeda. Persamaan Pola Pengulangan Sebagian antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia Kata agu-ongguan (BM) dalam BI bermakna mengangguk-angguk. Kata ini jelas tidak sama pola pengulangannya, karena pengulangan BM mengalami penghilangan pada suku kata pertama dari bentuk dasar yang diulang dan juga berlaku untuk contoh-contoh yang lain. Jadi, pola pengulangan sebagian antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia tidak ada persamaan. Perbedaan Pola Pengulangan yang Berkombinasi dengan Proses Pembubuhan Afiks antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia Untuk membuktikan kebenaran adanya perbedaan pola pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia, dapat dilihat pada pemaparan di bawah ini. BM BI

agu-ongguan mengangguk-angguk te-potean putih-putihan sa-jasana jasa-jasanya adha-tandha bertanda-tanda esak-rosak dirusak ka-tabarangka terluntah-luntah erong-koronge dikurung-kurungi thel-makenthel mendekati kal-ngakale berbohong Kata agu-ongguan (BM) dalam BI bermakna mengangguk-angguk dan kata adha-tandha (BM) dalam BI bermakna bertanda-tanda. Kata pertama jelas berbeda pola pengulanannya dan perbedaan kata kedua terletak pada pola pengulangangan, karena pengulangan BM mengalami penghilangan pada suku kata pertama dari bentuk dasar yang diulang dan juga berlaku untuk contoh-contoh yang lain. Jadi, pola pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia berbeda. Persamaan Pola Pengulangan yang Berkombinasi dengan Proses Pembubuhan Afiks antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia Kata adep-keddeb (BM) dalam BI bermakna berkedip-kedip. Kata ini jelas tidak sama pola pengulangannya, karena pengulangan BM mengalami penghilangan pada suku kata pertama dari bentuk dasar yang diulang dan juga berlaku untuk contohcontoh yang lain. Jadi, pola pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia tidak ada persamaan. Perbedaan Pola Pengulangan Perubahan Fonem antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia Untuk membuktikan kebenaran adanya perbedaan pola pengulangan perubahan fonem antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia, dapat dilihat pada pemaparan di bawah ini. Jurnal Artikulasi Vol.12 No.2 Agustus 2011 | 800

BM BI dak-mardik uring-uringan jan-anjin ayunan Kata dak-mardik (BM) dalam BI bermakna uring-uringan dan kata asir- jananjin (BM) dalam BI bermakna ayunan. Kata pertama dan kata kedua jelas berbeda pola pengulanannya, karena pengulangan BM mengalami penghilangan pada suku kata pertama dari bentuk dasar yang diulang dan pengulangan Bahasa Indonesia tidak terjadi perubahan fonem. Jadi, pola pengulangan perubahan fonem antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia berbeda. Persamaan Pola Pengulangan Perubahan Fonem antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia Kata dak-mardik (BM) dalam BI bermakna uring-uringan. Kata ini jelas tidak sama pola pengulangannya, karena pengulangan BM mengalami penghilangan pada suku kata pertama dari bentuk dasar yang diulang dan pengulangan Bahasa Indonesia tidak terjadi perubahan fonem. Jadi, pola pengulangan perubahan fonem antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia tidak ada persamaan. Perbedaan Pola Pengulangan Semu antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia Untuk membuktikan kebenaran adanya perbedaan pola pengulangan semu antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia, dapat dilihat pada pemaparan di bawah ini. BM BI dhur-dhur memar/busuk kolang-kaling buah enau Kata dhur-dhur (BM) dalam BI bermakna memar/busuk dan kata kolangkaling (BM) dalam BI bermakna buah enau. Kata pertama dan kata kedua jelas berbeda pola pengulanannya apabila

dibandingkan. Jadi, pola pengulangan perubahan fonem antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia berbeda. Persamaan Pola Pengulangan Semu antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia Berdasarkan contoh yang ada dapat dianalisis persamaan pola pengulangan semu antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia, dapat dilihat pada pemaparan di bawah ini. BM BI mang-mang ragu-ragu Kata mang-mang (BM) dalam BI bermakna ragu-ragu. Kata ini jelas memiliki persamaan pola pengulangannya, karena pengulangan BM tidak mengalami penghilangan pada suku kata pertama dari bentuk dasar yang diulang. Jadi, sesuai contoh di atas bahwa pola pengulangan seluruh/utuh antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia berbeda. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis bentuk dan pola reduplikasi kata dalam Bahasa Madura dapat diidentifikasikan adanya bentuk dan pola reduplikasi yang meliputi berikut ini. Bentuk Reduplikasi Kata dalam Bahasa Madura 1) Bentuk pengulangan seluruh a) Pengulangan seluruh yang dibentuk dari kata dasar. Misalnya: onggu ongguonggu sungguh-sungguh b) Pengulangan seluruh yang dibentuk dari kata bentukan. Misalnya: kawajiban kawajiban-kawajiban kawajiban 2) Bentuk pengulangan sebagian Misalnya: ater ater-ater terater 'makanan/bingkisan

Jurnal Artikulasi Vol.12 No.2 Agustus 2011 | 801

Pengulangan ini terjadi dalam beberapa proses, yaitu kata dasar mengalami pengulangan secara utuh, kemudian pengulangan ini mengalami penghilangan pada suku kata pertama pada bentuk yang diulang, sehingga terjadilah pengulangan sebagian. 3) Bentuk pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks Misalnya: onggu onggu-onggu guonggu a-+gu-onggu+-an Pengulangan ini terjadi dalam beberapa proses, yaitu kata dasar mengalami pengulangan secara utuh, kemudian pengulangan ini mengalami penghilangan pada suku kata pertama pada bentuk yang diulang, sehingga terbentuklah pengulangan sebagian, selanjutnya berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks. 4) Bentuk pengulangan dengan perubahan fonem Misalnya: anjin anjan-anjin jananjin ayunan Pengulangan ini terjadi dalam beberapa proses, yaitu kata dasar mengalami pengulangan secara utuh tetapi mengalami perubahan fonem dari fonem /a/ berubah menjadi fonem /i/, kemudian pengulangan ini mengalami penghilangan pada suku kata pertama pada bentuk yang diulang, sehingga terbentuklah pengulangan dengan perubahan fonem. 5) Bentuk pengulangan semu Misalnya: bang bang-bang sayap kaling kolang-kaling buah enau Pengulangan ini tanpa mengalami perubahan vokal dan pengulangan semu dengan perubahan vokal.

Pola Reduplikasi Kata dalam Bahasa Madura 1) Pola Pengulangan Seluruh a) Pola pengulangan seluruh R(K)-KD Misalnya: senneng-senneng senneng (adjektiva) b) Pola pengulangan seluruh R(K)-KB Misalnya: kennangngan-kennangngan kennangngan (adverbia) 2) Pola Pengulangan Sebagian Pola pengulangan sebagian R(SK)-KD Misalnya: los-ngellos ngellos-ngellos ngellos (verba) sa-kasa kasa-kasa kasa (verba) 3) Pengulangan yang Berkombinasi dengan Proses Pembubuhan Afiks a) Pola a-+ R(SK)-KD+-an. Misalnya: a-+gu-onggu+-an gu-onggu onggu-onggu onggu (verba) b) Pola R(SK)-KD+-an. Misalnya: kan-ngakan+-an kan-ngakan ngakan-ngakan ngakan (adjektiva) c) Pola R(SK)-KD+-na. Misalnya: wa-buwa+-na wa-buwa buwa-buwa buwa (nomina) d) Pola a-+R(SK)-KD. Misalnya: a-+dha-tandha dha-tandha tandha-tandha tandha (nomina) e) Pola e-+R(SK)-KD. Misalnya: e-+los-ellos los-ellos ellosellos ellos (verba) f) Pola R(SK)- ta-+KD. Misalnya: ka-ta-+barangka ka-barangka barangka-barangka barangka
(verba)

g) Pola e-+R(SK)-KD+-e. Misalnya: Jurnal Artikulasi Vol.12 No.2 Agustus 2011 | 802

e-+rong-korong+-e rong-korong korong-korong korong (verba) h) Pola R(SK)-ma-+KD. Misalnya: pa-ma-+teppa pa-teppa teppa-teppa teppa (verba) 4) Pola Pengulangan dengan Perubahan Fonem Pola pengulangan dengan perubahan fonem R(SK)+KD Misalnya: anjin jan-anjin (nomina) 5) Pola Pengulangan Semu Pola pengulangan semu R SK/KD Misalnya: bang-bang bang
(nomina)

kolang-kaling
(nomina)

kaling

Perbandingan Pola Reduplikasi Kata antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia Berdasarkan hasil perbandingan pola reduplikasi kata antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Terdapat perbedaan proses morfologis antara reduplikasi kata dalam Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia, yaitu: a. perbedaan pola pengulangan seluruh/utuh antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia. Contoh: moga-moga (BM), sedangkan dalam BI artinya semoga (mengalami perbedaan pola). b. perbedaan pola pengulangan sebagian antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia. Contoh: los-ngellos (BM), sedangkan dalam BI artinya mengelus-elus (mengalami perbedaan pola). c. perbedaan pola pengulangan yang berkombinasi dengan proses

pembubuhan afiks antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia. Contoh: aru-garuan (BM), sedangkan dalam BI artinya menggaruk-garuk (mengalami perbedaan pola). d. perbedaan pola pengulangan perubahan fonem antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia. Contoh: dak-mardik (BM), sedangkan dalam BI artinya uring-uringan (mengalami perbedaan pola). e. perbedaan pola pengulangan semu antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia. Contoh: bang-bang (BM), sedangkan dalam BI artinya sayap (mengalami perbedaan pola). 2) Terdapat persamaan proses morfologis antara reduplikasi kata dalam Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia, yaitu: a. persamaan pola pengulangan seluruh/utuh antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia. Contoh: senneng-senneng (BM), sedangkan dalam BI artinya senang-senang (mengalami persamaan pola). b. persamaan pola pengulangan semu antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia. Contoh: mang-mang (BM), sedangkan dalam BI artinya ragu-ragu (mengalami persamaan pola). Temuan Penelitian Adapun temuan penelitian ini sebagai berikut: 1) pengulangan kata dalam Bahasa Madura terjadi pada suku kata kedua bentuk dasar yang mengalami proses pengulangan; dan

Jurnal Artikulasi Vol.12 No.2 Agustus 2011 | 803

2) pola pengulangan kata dalam Bahasa Madura terdapat tiga belas pola, yaitu: R(K)-KD, R(K)-KB, R(SK)-KD, a-+ R(SK)-KD+-an, R(SK)-KD+-an, R(SK)KD+-na, a-+R(SK)-KD, e-+R(SK)-KD, R(SK)- ta-+KD, e-+R(SK)-KD+-e, R(SK)-ma-+KD, R(SK)+KD, dan
R SK/KD.

Saran Saran yang diharapkan dari peneliti, adalah (1) pemakaian Bahasa Madura

hendaknya lebih selektif, sehingga tidak terjadi kekeliruan dalam penggunaannya, (2) pemakai Bahasa Madura untuk penutur asli hendaknya membiasakan diri dalam penggunaannya guna menjaga keutuhan/kelestarian bahasa daerah, dan (3) perlu kiranya bagi peneliti berikutnya mengadakan penelitian tentang Bahasa Madura dari aspek yang lebih luas dan mendalam, seperti aspek sintaksis, fonologi, dan sebagainya.

Jurnal Artikulasi Vol.12 No.2 Agustus 2011 | 804

DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Alitu, H., dkk. 1988. Morfologi dan Sintaksis Bahasa Gorontalo. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Arifin, Siti Salamah, dkk. 1988. Sistem Reduplikasi Bahasa Enim. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik (Kajian Teoritik). Jakarta: Rineka Cipta. ----------------. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta. Djupri, dkk. 1991. Soal-soal Evaluasi Bahasa Madura Tingkat Sekolah Dasar. Surabaya: Duta Graha Pustaka. Dradjid, M, dkk. 2002. Pengajaran Basa Madura. Bogor: Ghalia Indonesia. Fanani, M. 2009. Ragam dan Laras Bahasa. (Online) file:///C:/DOCUME~1/Fana ni/LOCALS~1/Temp/BAB 2.htm. Diakses tanggal 8 Desember 2009.

Kridalaksan, Harimurti. 1986. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia. Priantono, Bambang. 2005. Bahasa Madura dalam Alam Pikiran Saya. (Online) http://bambangpriantono.multiply.com/journal/item/279. Diakses tanggal 1 Januari 2010. Putrayasa, Ida Bagus. 2008. Kajian Morfologi (Bentuk Derivasional dan Infleksional). Bandung: Refika Aditama. Muhadjir. 1984. Morfologi Dialek Jakarta (Afiksasi dan Reduplikasi). Jakarta: Djambatan. Mujianto, Gigit dkk. 2005. Bahasa Indonesia untuk Karangan Ilmiah. Malang: UMM Press. Ramlan, M. 1985. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: C.V. Karyono. Saleh, Yuslizal, dkk. 1988. Sistem Morfologi Verba Bahasa Rejang. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Soegianto, dkk. 1986. Pemetaan Bahasa Madura di Pulau Madura. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik (ii) Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Jurnal Artikulasi Vol.12 No.2 Agustus 2011 | 805

Tarigan, Henry Guntur. 1987. Pengajaran Morfologi. Bandung: Angkasa. Tome, Sariati, dkk. 1994. Morfologi Dialek Bune Bonda. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Wedhawati. 2006. Tata Bahasa Jawa Mutakhir. (Online) http://books.google.co.id/ books?id=GgUSxxXw0JIC&pg=PA42.lpg=PA42&dq=pengulangan+semu&source=bl& ots=1vUkEEBvdT&sig+CTNIik1H5uYAUqZxwWT0VWwEovw&hl=id&ei=LDxqS7m nKY_m7APOwdzIBg&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1&ved=0CAcQ6AE wAA#v=onepage&q=pengulngan%20semu&f=false). Diakses tanggal 1 Februari 2010.

Jurnal Artikulasi Vol.12 No.2 Agustus 2011 | 806

You might also like