You are on page 1of 11

Program, Kebijakan, dan Evaluasi Disarikan oleh:

A. Pengantar Evaluasi sistematis cakupan ekstensif program sosial yang ada dan inovatif sekarang merupakan hal yang biasa. Penelitian evaluasi merupakan area aktifitas kuat yang dikhususkan untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan informasi atas kebutuhan akan, implementasi, dan keefektifan serta efisiensi usaha-usaha intervensi untuk memperbaiki kapling umat manusia dengan meningkatkan kondisi sosial dan kehidupan masyarakat. Evaluasi dilakukan dengan berbagai macam alasan;: untuk menilai kelayakan program berkelanjutan dan untuk mengestimasi kebermanfaatan usaha untuk meningkatkan program tersebut; untuk menilai kegunaan program dan inisiatif inovatif; untuk meningkatkan keefektifan manajemen dan administrasi program; dan untuk memenuhi berbagai macam persyaratan akuntabilitas. Evaluasi juga dapat berkontribusi terhadap pengetahuan ilmu sosial substantif dan metodologis. Di dalam merencanakan program intervensi sosial, fokus evaluasi adalah pada luas dan keparahan permasalahan yang memerlukan intervensi sosial, dan pada desain program untuk memperbaiki permasalahan tersebut. Dalam pelaksanaan program inovatif dan berkelanjutan, perhatiannya adalah bahwa program sedang mencapai populasi sasaran yang dimaksud dan sedang memberikan sumber daya, layanan, dan keuntungan yang diharapkan. Ketika intervensi diimplementasikan dan dilanjutkan, terdapat kepentingan dalam hal apakah intervensi ini efektif dan, apabila demikian, apa saja gelombang dampaknya. Demi tujuan akuntabiltas, dan demi pengambilan keputusan pada kelanjutan, perluasan, atau pembatasan program ini, adalah penting untuk mempertimbangkan biaya sehubungan dengan keuntungan, dan membandingkan efisiensi biaya intervensi terhadap efisiensi biaya strategi alokasi sumber daya alternatif. Beberapa evaluasi bersifat komprehensif dan mempertimbangkan semua pertanyaan ini; sedangkan evaluasi lainnya diarahkan hanya pada beberapa pertanyaan tersebut. Dalam semua kasus, tujuannya adalah untuk memberikan temuan yang paling valid dan dapat dipercaya dalam hambatan politik dan etika serta batasan yang

dipaksakan oleh waktu, uang, dan sumber daya manusia. B. Pembahasan Penelitian evaluasi adalah aplikasi sistematis prosedur penelitian sosial dalam menilai konseptualisasi dan desain, implementasi, serta kegunaan program intervensi sosial. Dengan kata lain, penelitian evaluasi melibatkan pemakaian metodologi penelitian sosial untuk menilai dan meningkatkan perencanaan, monitoring, keefektifan, dan efisiensi program kesehatan, pendidikan, kesejahteraan, dan pelayanan masyarakat lainnya. Perhatikan bahwa definisi ini tidak berarti bahwa studi evaluasi menyertai satu atau beberapa kombinasi gaya penelitian lainnnya yang digunakan belakangan ini. Penelitian evaluasi adalah aktifitas ilmu pengetahuan sosial, dan metodenya mencakup keseluruhan paradigm penelitian sosial. Evaluasi bersifat sistematis terhadap tingkat di mana evaluasi menggunakan pendekatan ilmu pengetahuan sosial terhadap pengumpulan bukti yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Adalah komitmen terhadap aturan penelitian sosial yang berada pada inti perspektif kami atas evaluasi. Di dalam mendeskripsikan aktifitas evaluasi, Cronbach dkk (1980) memberikan beberapa poin berikut ini: 1. Tujuan dari suatu evaluasi adalah untuk mempengaruhi pemikiran dan tindakan sosial selama investigasi atau tahun-tahun setelah investigasi . (Adalah masuk akal untuk mendambakan pengaruh jangka-panjang juga.) 2. Bukti dikumpulkan atas pengalaman dengan program yang sudah ada atau dengan program yang di-install untuk tujuan penelitian. Setelah analisis, para penyidik menentukan bagaimana mereka dapat mencapai kesimpulan mereka, mendokumentasikan observasi mereka, dan berpikir sehingga para pembaca dapat menilai validitas yang tampak dalam masing-masing kesimpulan. 3. Para evaluator bertujuan untuk memberikan suatu interpretasi yang komprehensif dan disiplin. Catatan dimaksudkan untuk memberikan kesan pada pribadi yang berpikiran adil, termasuk mereka semua yang pra-konsepsi-nya atau preferensinya sejalan dengan temuan yang ada. Lebih jauh lagi, informasi yang dikumpulkan

dibuat tersedia bagi orang lain untuk diteliti dan ditafsirkan secara independen. Di era modern, komitmen terhadap evaluasi sistematis program dalam bidangbidang seperti pendidikan dan kesehatan masyarakat dapat dilihat pada usaha-usaha dalam pergantian abad guna memberikan literasi dan pelatihan kerja dengan sarana yang paling efektif dan ekonomis, dan untuk mereduksi mortalitas dan morbiditas dari penyakit menular. Kembali pada tahun 1930-an, terdapat para ilmuwan sosial yang mengadvokasi aplikasi metode penelitian sosial yang ketat terhadap penilaian program seperti usaha Dodd untuk memperkenalkan air mendidih sebagai praktek kesehatan masyarakat di daerah pedesaan Timur Tengah merupakan salah satu penelitian bersejarah dalam literatur sosiologis empiris pra-Perang Dunia II misalnya. Kemudian, pada akhir tahun 1950-an, program evaluasi berskala besar merupakan hal yang lazim. Para ilmuwan sosial terlibat dalam evaluasi program pencegahan-kejahatan, proyek rehabilitasi penjahat, perawatan psikoterapeutik dan psikofarmakologis, program perumahan publik, dan aktifitas organisasi masyarakat. Penelitian semacam ini tidak hanya dilakukan di Amerika Serikat, Eropa, dan negara industrialisasi lainnya, melainkan di negara-negara berkembang pula: Lambat laun, program untuk perencanaan keluarga di Asia, nutrisi dan perawatan kesehatan di Amerika Latin, serta pembangunan pertanian dan komunitas di Afrika mengikutsertakan komponen evaluasi (Levine dkk., 1981: Freeman dkk., 1980). Pengetahuan metode penelitian sosial, termasuk survei sampel dan prosedur statistik yang kompleks, menjadi tersebar luas. Teknologi computer memungkinkan pelaksanaan penelitian berskala-besar dan analisis statistik yang rumit. Selama tahun 1960-an, jumlah buku dan makalah pada praktek penelitian evaluasi juga berkembang secara dramatis. Kajian Suchman (1967) atas metode penelitian evaluasi, monograf Hayes (1959) pada penelitian evaluasi dalam negara yang kurang maju, dan seruan Campbell (1969) atas eksperimentasi social tidak lebih dari sekadar ilustrasi. Pada akhir tahun 1960-an di Amerika Serikat dan di dunia internasional penelitian evaluasi, menurut perkataan Wall Street, telah menjadi suatu industri pertumbuhan. Pada awal tahun 1970-an, beraneka ragam buku mengenai evaluasi muncul, termasuk teks (Weiss, 1972), kumpulan bacaan (Caro, 1971; Rossi dan Williams, 1972), kritik kualitas metodologis berbagai macam studi (Bernstein dan Freeman, 1975), serta diskusi batasan organisasional dan struktural pada pelaksanaan

penelitian evaluasi yang berhasil (Riecken dan Boruch, 1974; Wholey dkk., 1970). Handbook of Evaluation Research sebanyak dua volume karangan Guttentag dan Struenting dipublikasikan pada tahun 1975. Evaluation Review, sebuah jurnal yang mulai diterbitkan pada tahun 1976, dibaca secara luas oleh para peneliti evaluasi, dan sekarang ada beberapa jurnal lain pula, seperti Evaluation News, Evaluation and the Health Professions, the Journal of Evaluation and Program Planning, serta New Directions for Program Evaluation. Meskpun demikian, ada pertentangan di dalam penelitian evaluasi itu sendiri. Donald Campbell melalui makalahnya memberikan kajian pendekatan eksperimental bagi penelitian dampak program sosial. Namun makalah ini lebih dari sekedar pendekatan eksperimental tersebut; makalah ini menguraikan posisi ideologis yang telah dikemukakan oleh Campbell selama lebih dari dua puluh tahun. Perspektif beliau adalah bahwa keputusan dan kebijakan program harus muncul dari pengujian terus-menerus terhadap cara-cara untuk meningkatkan kondisi sosial, dan bahwa usaha perubahan sosial atas masyarakat harus berakar dalam eksperimentasi sosial. Melihat kenyataan ini, Lee Cronbach, seorang ahli statistika yang hebat dan peneliti yang sangat dihormati, mengambil sudut pandang yang berbeda dan menentang pendapat Campbell. Beliau berpendapat bahwa penelitian evaluasi adalah suatu seni, dan berbeda dari penelitian ilmiah (Cronbach, 1982). Menurut Cronbach, setiap evaluasi merepresentasikan, atau harus merepresentasikan, suatu usaha idiosinkratis yang diarahkan pada penyediaan informasi yang bermanfaat secara maksimal kepada para sponsor dan stakeholder program. Hal ini bertentangan dengan investigasi ilmiah, yang desain dan implementasinya berusaha untuk memenuhi standar para rekan investigator. Menurut Cronbach, adalah bertentangan dalam maksud dan tujuan yang membedakan evaluasi dari investigasi ilmiah. Kedua jenis penelitian ini dapat menggunakan logika pertanyaan dan prosedur penelitian yang sama, namun penelitian ilmiah berusaha untuk memenuhi seperangkat standar penelitian, sedangkan evaluasi perlu dikembangkan dengan cara yang mengakui kepentingan kebijakan maupun program para sponsor dan stakeholder, dan untuk dirumuskan serta dilaksanakan sehingga evaluasi berguna secara maksimal terhadap para pengambil keputusan, mengingat sumber daya, keadaan politik, dan hambatan program yang mengelilinginya.

Di dalam melaksanakan penelitian evaluasi, ada satu hal yang harus diperhatikan yaitu fokus evaluasi. Ada tiga fokus evaluasi yang dapat dijadikan acuan oleh seorang peneliti, yaitu: 1. Konseptualisasi program dan desain Intervensi, secara khusus selama perencanaannya dan juga di sepanjang eksistensinya, dapat dipandang sebagai tanggapan terhadap permasalahan komunal yang dirasakan atau yang masih dalam permulaan. Asal mula suatu program sosial adalah pengakuan permasalahan sosial yang melaluinya kita mengartikan kerusakan dalam kondisi manusia dan sosial. Daya dorong bagi sebuah program untuk membangkitkan keahlian pendidikan, misalnya, biasanya merupakan pengakuan bahwa jumlah orang yang signifikan dalam populasi bersangkutan tidak memiliki keahlian membaca dan matematika atau berhitung yang memadai. Untuk membantu penelitian dengan menggunakan fokus ini, seorang peneliti dapat menggunakan ketiga pertanyaan berikut: a. Apakah tingkat dan distribusi permasalahan dan/atau populasi sasaran? b. Apakah program didesain sesuai dengan sasaran yang diingikan; apakah ada pemikiran koheren yang mendasarinya; dan apakah kesempatan penyampaian yang berhasil telah dimaksimalkan? c. Berapakah biaya yang ada atau yang diproyeksikan dan apakah hubungannya dengan keuntungan dan keefektifan? 2. Monitoring dan akuntabilitas implementasi program Ada sejumlah alasan untuk melakukan monitoring terhadap program. Pertama, manajemen dan administrasi yang tepat dalam program sumber daya manusia mengharuskan bahwa para manajer program, dalam basis harian, melakukan aktifitas mereka seefisien mungkin. Kedua, sponsor dan stakeholder program memerlukan bukti atas apa yang kiranya dibayarkan dan sejumlah besar anggapan yang sebenarnya dilakukan. Ketiga, tidak ada maksud di dalam keprihatinan atas dampak atau hasil dari suatu proyek tertentu, kecuali kalau proyek tersebut, memang, berlangsung dan benar-benar memenuhi keinginan para partisipan yang tepat dengan cara yang dimaksud. Untuk memudahkan jalannya evaluasi dari focus ini, seorang peneliti dapat menggunakan pertanyaan berikut:

a. Apakah program sedang mencapai populasi sasaran atau area sasaran yang ditentukan? b. Apakah usaha intervensi sedang dilakukan sesuai dengan yang ditentukan dalam desain program? 3. Penilaian utilitas atau kegunaan program Sudah jelas , adalah penting untuk mengetahui tingkat di mana suatu program memiliki dampak dan keuntungannya sehubungan dengan biaya. Kata pertama mengacu pada keefektifan program dan kata yang kedua mengacu pada efisiensi program. Kecuali kalau program memiliki dampak yang dapat didemonstrasikan, adalah sulit untuk mempertahankan implementasi dan kesinambungannya; karenanya terdapat kebutuhan akan penilaian dampak. Namun pengetahuan keefektifan sematamata tidak memadai dalam sebagian besar kasus; hasil atau dampak harus dinilai terhadap biaya input. Beberapa program mungkin tidak dapat didukung dikarenakan oleh biayanya yang tinggi dibandingkan dengan dampaknya. Misalnya, beberapa universitas, di hadapan permasalahan anggaran, telah menghilangkan program konseling mahasiswa mereka karena biayanya tinggi dan manfaatnya sedikit. Program-program lainnya dapat diperluas, dipertahankan, atau dihilangkan dengan dasar biaya komparatif. Penilaian ini dibagi menjadi dua kategori sebagai berikut: a. Penilaian dampak, yang mengukur tingkat di mana sebuah program menyebabkan perubahan dalam arah yang diinginkan. b. Penilaian efisiensi, yang mempertimbangkan pemberian dana, keberlanjutan, dan perluasan sebuah program dibandingkan dengan program lainnya. Di dalam melakukan evaluasi dari sudut pandang ini, ada empat pertanyaan yang dapat digunakan oleh peneliti: a. Apakah program ini bersifat efektif dalam mencapai sasaran yang dimaksud? b. Dapatkah hasil dari program ini dijelaskan oleh beberapa proses alternatif yang tidak mengikutsertakan program ini? c. Berapakah biaya untuk menyampaikan layanan dan apakah manfaatnya terhadap para partisipan program ini? d. Apakah program ini merupakan pemakaian sumber daya yang efisien,

dibandingkan dengan pemakaian alternatif sumber daya? Ada 3 jenis evaluasi yang dapat dipilih oleh para peneliti di dalam melaksanakan pekerjaan evaluasi mereka. Ketiga jenis evaluasi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Evaluasi program inovatif Intervensi yang benar-benar baru secara relatif jarang ditemukan. Sebagian besar program yang diperkenalkan sebagai program yang baru dan inovatif merupakan modifikasi biasa dari praktek-praktek yang sudah ada. Apa yang membuat suatu intervensi menjadi inovatif menurut pemahaman kami adalah bahwa perlakuan tersebut belum pernah diaplikasikan terhadap populasi yang ditentukan. Perlakuan tersebut telah dicoba dalam skala kecil, demonstrasi yang dinilai dengan mengesankan, namun tidak pernah dengan tujuan realistis mengimplementasikannya ke dalam skala luas. Ada beberapa criteria yang dapat digunakan untuk menentukan apakah sebuah program itu bersifat inovatif atau tidak: a. Intervensi itu sendiri masih merupakan tahapan berkembang atau tahapan riset dan pengembangan (R&D = Research and Development). b. Sistem penyampaian atau bagian sistem penyampaian tidak diuji secara memadai. c. Sasaran program adalah luar biasa baru atau luar biasa luas. d. Sebuah program yang awalnya dilakukan sebagai tanggapan terhadap satu sasaran dilanjutkan atau diperluas dikarenakan oleh dampaknya pada tujuan yang lain. 2. Evaluasi untuk penentuan sasaran Sekali program mulai dijalankan, seringkali adalah penting untuk menguji variasi dalam cara program ini beroperasi. Alasan utama untuk melakukan pengujian ini adalah meningkatkan kemanjuran atau efisiensinya yaitu, untuk meningkatkan magnitudo dampaknya atau untuk meningkatkan biayanya per unit dampak. Contoh tujuan yang pertama adalah program tutoring mingguan untuk anak-anak yang mengalami kesulitan ekonomi yang sedang meningkatkan keahlian pendidikan hingga level yang setara, namun staf program tersebut merasa dapat lebih efektif apabila anak-anak diberikan kesempatan belajar di luar sesi tutoring sekali dalam

seminggu. Sesuai dengan hal itu, program pekerjaan rumah suplemental diperkenalkan dan dievaluasi. Contoh tujuan yang kedua adalah sebuah program yang melibatkan konseling harian selama tiga bulan bagi para alkoholik yang sebelumnya di-opname. Karena biaya program ini tinggi, maka mereduksi durasi program ini dari tiga bulan menjadi dua bulan dapat menjadi subyek suatu evaluasi. 3. Evaluasi program yang sudah dibentuk Program yang dimandatkan oleh legislasi atau undang-undang dan bahkan program yang sudah ada sejak lama juga dapat tunduk kepada evaluasi dengan serangkaian alasan yang berbeda. Pertama, sebuah program dapat dibentuk karena rangkaian alasan politik yang kompleks dan alas an eksternal lainnya, dan adalah penting untuk memiliki data cetak pada dampak program tersebut serta rasio manfaat terhadap biaya guna menilai kesinambungan, ekspansi, atau terminasi program bersangkutan. Perubahan dalam suber daya yang tersedia, pandangan politik, prioritas anggota masyarakat, serta penurunan nyata atau penurunan yang ditegaskan dalam keadaa ekstensif atau keparahan permasalahan sasaran dapat mendorong aktifitas evaluasi. Mungkin yang paling penting dalam menstimulasi evaluasi suatu program yang disusun adalah bukti dari atau kecurigaan bahwa program-program yang tidak bersifat efektif atau efisien. Lebih jauh lagi, sebagaimana yang disebutkan, banyak program di tingkat lokal dan negara bagian, serta sejumlah program federal yang berkembang, harus memenuhi persyaratan undang-undang matahari terbenam (sunset legislation), yang memberkan kajian program regular serta terminasi otomatis program yang gagal mendemonstrasikan utilitas atau kegunaannya. Evaluasi pun dapat digunakan dalam berbagai cara. Satu hal yang perlu diperhatikan, evaluasi tidak hanya berbeda menurut keadaan perkembangan program, melainkan juga bervariasi menurut pemakaiannya. Lingkup dan desain evaluasi harus mempertimbangkan pemakaian yang bervariasi ini. Sekali lagi, tidak ada perbedaan jelas mungkin terjadi, namun cakupan pemakaian bagaimanapun juga dapat dideskripsikan dengan beberapa tingkat kekhususan dengan mempertimbangkan pemakaian evaluasi menurut moda pengambilan keputusan. Pemakaian juga dapat diteliti menurut konsekuensi atau percabangan usaha evaluasi. Kedua perspektif tersebut adalah relevan dengan cara bagaimana para evaluator menjalani pekerjaan mereka.

Sehubungan dengan jenis evaluasi di atas, ada 5 aspek yang perlu diperhatikan d\i dalam pelaksanaan evaluasi. Kelima aspek tersebut adalah sebagai berikut: 1. Moda pengambilan keputusan Sebagaimana halnya dalam semua kasus penelitian terapan, evaluasi dilakukan untuk mempengaruhi tindakan dan aktifitas individual serta kelompok yang telah menganggap atau yang dianggap memiliki kesempatan untuk menyesuaikan tindakan mereka pada basis hasil usaha evaluasi. Dalam kasus yang paling sederhana, hasilnya diarahkan pada suatu eksekutif individual, seperti seorang pejabat publik utama yang memiliki otoritas dan tanggung jawab untuk mengalokasikan sumber daya dan memberikan program layanan manusia. 2. Keputusan dijalankan atau tidak Pada berbagai macam poin dalam pemrograman layanan manusia, tindakan tegas diperlukan. Misalnya, sekretaris Layanan Kesehatan dan Manusia (the Health and Humand Service) harus merekomendasikan pihak Kongres atau Gedung Putih untuk memberikan pelatihan atau tidak bagi kategori praktisi kesehatan yang berbeda, tipe pasien apa yang diterima dalam rumah sakit yang didanai pemerintah federal, kelayakan persyaratan bagi program kesejahteraan, dan seterusnya. Di tingkat lokal, pengawas dan dewan sekolah mungkin harus memutuskan apakah akan memaksakan ruangan kelas standar, menyusun program studi pekerjaan bagi para siswa sekolah menengah, atau menghentikan instruksi taman kanak-kanak atau tidak. 3. Pengembangan pemikiran untuk tindakan Lebih sering, evaluasi mempengaruhi determinan keputusan; pertimbangan politik, praktek, dan sumber daya; serta kebijaksanaan dan pengalaman pribadi mereka semua yang berpengaruh. Kadang-kadang evaluasi secara langsung mempengaruhi pemikiran yang mendasari sebuah program dan keputusan profesional, politik, serta legal yang menyertainya. 4. Legitimasi dan akuntabilitas Evaluasi juga dapat memuaskan para pendukung atau penentang program sebagai input ke dalam pengawasan program. Informasi mengenai seberapa baik intervensi diimplementsikan, tingkat di mana intervensi mencapai sasaran, dampaknya, serta biayanya dapat membantu para pendukung atau para penentang suatu program

tertentu untuk menangkis lawan-lawannya. Legitimasi dapat diperlukan pada berbagai macam level berbeda. 5. Studi kebijakan dan administratif Literatur mengenai penelitian evaluasi memang, sebagian besar komentar mengenai seluruh penelitian terapan mengacu pada relevansi-kebijakan pekerjaan dalam bidang ini. Evaluasi kebijakan secara umum dapat dideskripsikan sebagai evaluasi yang memiliki dampak potensial terhadap segmen populasi yang besar, yang mengakibatkanperubahan organisasional dalam struktur dan aktifitas kelompok yang menyampaikan intervensi, atau yang penting terhadap alokasi moneter, staf, dan sumber daya lainnya. Di tingkat margin atau selisih, adalah mudah untuk memisahkan kebijakan dari evaluasi administratif. Namun demikian, dalam prakteknya, pembedaan ini berada pada cara-cara stakeholder merasakan konsekuensi penilaian. Studi atau penelitian evaluasi sistematis dilandaskan pada teknik penelitian ilmu pengetahuan sosial yang memiliki aplikasi dalam penelitian evaluasi. Jadi, sebagian besar spesialis evaluasi telah mengalami pelatihan ilmu pengetahuan sosial. Pada awalnya, seseorang yang tidak akrab dengan penelitian evaluasi tidak diragukan lagi akan menemukan diskusi evaluasi oleh para profesional sebagai hal yang sulit dipahami. Sebagaimana halnya dalam bidang professional manapun, para evaluator telah mengembangkan kosakata, ekspresi singkat, dan aturan mereka sendiri untuk melakukan pekerjaan mereka. C. Penutup Melihat dari isi pembahasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa evaluasi program adalah mutlak diperlukan dalam pelaksanaan suatu program untuk menentukan keberlanjutannya. Kemudian, evaluasi program juga dapat memberikan dampak atau pengaruh secara langsung maupun tidak langsung kepada sebuah program. Lalu, ada perbedaan tipis antara penelitian investigatif dan penelitian evaluasi; akan tetapi, yang membedakan penelitian evaluasi dan penelitian investigatif adalah tujuan dari penelitian itu sendiri. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan di dalam penggunaan evaluasi. Hal yang

pertama adalah fokus evaluasi, yang terdiri dari konseptualisasi program dan desain, monitoring dan akuntabilitas implementasi program, dan penilaian utilitas atau kegunaan program. Hal yang kedua adalah jenis evaluasi, yang terdiri dari evaluasi program inovatif, evaluasi untuk penentuan sasaran, dan evaluasi program yang sudah dibentuk. Hal yang ketiga ada aspek-aspek di dalam pelaksanaan usaha evaluasi, yang terdiri dari moda pengambilan keputusan, keputusan dijalankan atau tidak, pengembangan pemikiran untuk tindakan, legitimasi dan akuntabilitas, serta studi kebijakan dan administratif. Siapapun, tanpa memperhatikan latar belakang pendidikan atau kekhususannya, dapat menggunakan usaha evaluasi ini untuk menilai keberlanjutan, ekspansi, atau terminasi program-program tertentu. Mengacu pada para investigator, mereka biasanya memiliki kosakata dan ekspresi tertentu, namun hal ini dapat dipelajari oleh semua pihak yang ingin menggunakan usaha evaluasi. Penulis berharap bahwa makalah ini mampu berkontribusi bagi program pendidikan yang lebih baik lagi di masa mendatang, sehingga bisa menghasilkan program yang lebih bermutu dengan cakupan yang lebih luas sehingga mencapai sasaran yang lebih tinggi. Namun demikian, makalah ini masih jauh dari sempurna dan oleh karena ini penulis terbuka terhadap masukan apapun dari semua pihak supaya makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi.

You might also like