Professional Documents
Culture Documents
iu
nd u
da
ri
w Dra w ft w .h pe
18-19 Oktober 2012
q. di
kt i.g
o. id
DAFTAR ISI
Hal Halaman Judul Daftar Isi Kata Pengantar Sambutan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 1 i ii
o. id kt i.g q. di w Dra w ft w .h pe da ri
B. Rumusan Permasalahan
6 7 8 8 9 14 13 16 17 17 19 20 24
BAB III SISTEM PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA A. Ketentuan Umum/ Terminologi B. Jenis Jenjang dan Beban Studi
C. Gelar Pendidikan Vokasi, Akademik, dan Profesi D. Kompetensi Berdasarkan Jenjang Pendidikan E. Penyelenggaraan Pendidikan Keperawatan
A. Kesimpulan
iu
BAB IV PENUTUP
nd u
32 32
B. Rekomendasi
34 36
ii
KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas Rahmat dan KaruniaNya Naskah Akademik Pendidikan Perawat Indonesia ini dapat diselesaikan dengan baik. Naskah Akademik Pendidikan Perawat Indonesia disusun oleh Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI), Asosiasi Institusi Pendidikan Diploma Tiga Keperawatan Indonesia (AIPDiKI) dan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Terlaksananya penyusunan Naskah Akademik ini karena difasilitasi oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Health Professional Education Quality Project (HPEQ-Projet). Proses kegiatan yang dilalui adalah
Indonesia, Standar Kompetensi Perawat Indonesia, Standar Pendidikan Perawat di negara lain dan workshop.
terima kasih disampaikan atas kontribusinya dalam penyelesaian Standar Pendidikan Perawat Indonesia ini. Semoga semua upaya dan dukungan yang telah diberikan berbagai pihak dapat memberikan manfaat yang bermakna bagi perkembangan profesi keperawatan, baik peningkatan mutu pendidikan maupun pelayanan keperawatan di Indonesia.
da
ri
w Dra w ft w .h pe
iu
nd u
q. di
Tersusunnya Naskah Akdemik ini karena dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu
kt i.g
o. id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Ilmu Keperawatan sebagai salah satu ilmu kesehatan sangat berbeda dengan disiplin ilmu kesehatan lainnya. Perbedaan ini terletak pada fokus keilmuan dimana ilmu keperawatan mempelajari respon tubuh manusia terhadap penyakit, pengobatan, dan lingkungan yang berubah sebagai akibat penyakitnya dan mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia, dari masa fetus hingga ajal. Dalam memahami respon manusia tersebut, ilmu keperawatan
timbulnya berbagai respon baik fisik, psikologis, sosial, spiritual, dan kultural. Berbagai teori dan model konseptual keperawatan diterapkan sebagai pendekatan untuk mengatasi respon tersebut antara lain teori adaptasi, teori caring, teori berduka, teori kemampuan merawat diri, teori lintas budaya, teori promosi kesehatan.
dengan profesi lain misalnya dokter. Profesi dokter lebih memfokuskan pada penyakit dan terapi / tindakan medik untuk mengatasi penyakit, sedangkan praktik keperawatan dilakukan oleh perawat untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia mencakup aspek bio-psiko-sosio-kultural-
melaksanakan
pelayanan
iu
kriteria profesi, antara lain: memiliki ilmu pengetahuan, ditumbuhkan pada pendidikan tinggi, profesi/ professional dengan menggunakan metode ilmiah.
Kesepakatan ini diikuti dengan adanya pergeseran berbagai regulasi pendidikan keperawatan yang semula ditetapkan oleh Departemen Kesehatan diatur oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Demikian juga pendidikan yang semula ada di jenjang SPK dan Diploma III dikembangkan menjadi pendidikan tinggi pada jenjang Strata 1/ profesi. Untuk penyetaraan dan pengintregrasian pendidikan dan pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaa di berbagai sektor maka pemerintah melalui Peraturan Presiden No. 8 tahun 2012 menetapkan 2
nd u
da
ri
w Dra w ft w .h pe
Berdasarkan keilmuan tersebut maka bidang garapan praktik keperawatan juga berbeda
q. di
kt i.g
o. id
mempelajari mulai dari sistem sel sampai pada fungsi organ tubuh yang memungkinkan
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Dalam KKNI tersebut tenaga keperawatan berada minimal di jenjang kualifikasi 5. Perkembangan sistem pendidikan keperawatan belum secara utuh dilaksanakan, karena regulasi pendidikan mulai dari perijinan ditangani oleh dua Departemen, yaitu Departemen Kesehatan dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Hal ini membawa dampak adanya kebijakan ganda dalam regulasi pendidikan Diploma III Keperawatan berupa: Perijinan, mekanisme seleksi, ujian, penerbitan ijasah dan akreditasi pendidikan yang berbeda antara kebijakan Depdiknas dan Depkes. Sebagai akibatnya, perkembangan jumlah institusi pendidikan yang tidak terkendali, perbedaan standar dan kualitas pengelolaan, serta mutu lulusan.
(SKB) 3 Menteri: No. 07/XII/SKB/2010; No. 1962/MENKES/PB/XII/2010; dan No. Pemda, dan SKB 2 Menteri: No. 14/VIII/KB/2011; 1673/Menkes/SKB/VIII/2011 tentang Penyelenggaraan Politeknik Kesehatan Yang Diselenggarakan Oleh Kementerian Kesehatan.
belum mampu menyelesaikan permasalahan penyelenggaraan pendidikan terutama pada tingkat Diploma Keperawatan. Kementerian Kesehatan sampai saat ini masih mengeluarkan regulasi penyelenggaraan pendidikan mulai dari sistem penerimaan mahasiswa baru sampai
Dalam kurikulum ini, pembelajaran aspek akademik dan keprofesian diintegrasikan menjadi satu
program pendidikan Sarjana keperawatan melaksanakan kurikulum pendidikan profesi keperawatan dalam 2 (dua) tahap, yaitu tahap akademik dan tahap profesi yang merupakan satu kesatuan. Pada tahap akademik lulusannya mendapat gelar Sarjana Keperawatan disingkat S.Kep., dan tahap profesi lulusannya mendapat gelar profesi Ners disingkat Ns. Dengan
demikian gelar Sarjana Keperawatan (SKp.) sebagai hasil dari kurikulum 1985 dan 1994, memiliki makna yang sama dengan gelar Sarjana Keperawatan dan Ners (S.Kep, Ns). Banyak pihak yang tidak dapat membedakan antara SKp. dan S.Kep. sehingga beberapa institusi merekrut S.Kep. sebagai perawat profesional padahal mereka belum memiliki 3
iu
nd u
310/U/1994 tentang kurikulum yang berlaku nasional bagi program sarjana ilmu kesehatan.
da
ri
penyelenggaraan wisuda.
w Dra w ft w .h pe
Namun demikian, SKB 2 Menteri dan SKB 3 Menteri tersebut belum cukup jelas sehingga
q. di
kt i.g
o. id
Kebijakan ganda tersebut telah diatasi dengan diterbitkannya Surat Keputusan Bersama
kemampuan sebagai perawat karena belum mengikuti pendidikan profesi (Ns.). Sebagai akibat dari hal tersebut banyak lulusan yang tidak mengikuti pendidikan sampai tahap profesi. Pola penyelenggaraan pendidikan profesi yang menjadi 2 (dua) tahap semakin dikukuhkan dengan diterbitkannya Undang Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa, pendidikan profesi adalah pendidikan setelah sarjana. Sampai saat ini penyelenggaraan pendidikan Ners menjadi 2 (dua) tahap masih terus berlangsung. Namun, UU tersebut belum diikuti dengan Peraturan Pemerintah, yang mengatur tentang penyelenggaraan Pendidikan Profesi. Pola penyelenggaraan pendidikan tahap akademik dan profesi yang terpisah diperlakukan sebagai program studi yang terpisah juga. Sesuai dengan
memperoleh ijin pendirian tahap profesi ada berbagai persyaratan yang terpenuhi diantaranya program studi tahap akademik (Sarjana Keperawatan) terlebih dahulu harus terakreditasi. Sedangkan untuk memperoleh akreditasi memerlukan waktu untuk proses di BAN PT. Hal ini berakibat tertundanya ijin penyelenggaraan tahap profesi. Disamping itu, dengan perlakuan
program studi terutama ketersediaan SDM dosen dan lahan praktik. Hal tersebut semakin menyulitkan penyelenggaraan tahap profesi. Hingga saat ini, jumlah program studi Ilmu
Keperawatan jenjang S1 berjumlah: 309, sementara yang telah mendapat ijin penyelenggaraan
penyelenggaraan yang harus segera diikuti dengan proses perijinan. Padahal keperawatan
dihadapkan pada berbagai tantangan yaitu berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan, tuntutan kebutuhan masyarakat akan layanan yang berkualitas dan pengembangan profesi Keperawatan, makin meningkatnya kompleksitas penyakit dan respon pasien terhadap penyakit, pengobatan dan lingkungan. Disamping itu dampak dan tuntutan globalisasi dengan adanya: 1) MRA yang sejak tahun 2006 ditandatangani oleh Menteri Perdagangan yang memungkinkan adanya peluang bekerja di lingkungan Negara ASEAN bagi para perawat lulusan ners dan terregister; 2) ASEAN Community yang menekankan kesetaraan standar pendidikan dan pelayanan bidang kesehatan serta keterbukaan pasar kerja dan 3) Peluang kerja yang tersedia 4
iu
Perkembangan keperawatan sebagai profesi saat ini dan masa yang akan datang
nd u
sebagai profesi, mewajibkan pendidikan akademik dan profesi sebagai satu kesatuan utuh dan
da
ri
program studi profesi (Ners): 62, ditambah 112 program studi telah mendapat hibah ijin
w Dra w ft w .h pe
sebagai program studi yang terpisah, pengelola harus memenuhi berbagai persyaratan sebagai
q. di
kt i.g
o. id
ketentuan yang berlaku, setiap program studi harus memiliki ijin tersendiri, sedangkan untuk
sampai tahun 2020 sebesar 1.5 juta tenaga perawat terutama di USA, Eropa danAustralia belum termasuk di Timur Tengah. Hasil benchmarking di berbagai Negara menunjukkan bahwa sistem pendidikan keperawatan dan sistem pelayanan keperawatan telah berkembang dengan sangat baik karena didukung oleh system ketenagaan dan credentialing system yang mengacu pada Undang-undang Keperawatan di Negara-negara tersebut. Selain itu telah terbina interprofessional collaboration yang efektif dimana pengambilan keputusan tentang pasien dilakukan bersama-sama antar disiplin sehingga penanganan pasien dilakasanakan secara komprehensif dan holistik melibatkan semua tenaga kesehatan termasuk profesi keperawatan.
pengembangan pendidikan Keperawatan di Indonesia. Penataan jenis dan jenjang pendidikan keperawatan yang baik dan terarah diharapkan dapat dijadikan bahan rujukan dalam mengembangkan profesi keperawatan di masa depan. Pengembangan jenjang pendidikan Keperawatan termasuk di dalamnya jenjang akademik pendidikan tingkat magister (S-2) yaitu
spesialis diberbagai bidang layanan spesialisasi yang telah dimulai sejak tahun 1998 yang mencakup: Keperawatan Maternitas dan Keperawatan Komunitas, Keperawatan Medikal Bedah, Keperawatan Jiwa dan Keperawatan Anak. Pengembangan pendidikan Doktor Keperawatan
Indonesia.
tatanan pelayanan baik dalam hal jenjang, jenis, jumlah maupun penyebaran belum selaras
bidang pendidikan. Hal ini mengakibatkan lulusan pendidikan Ners dan Ners Spesialis lebih memilih bekerja di institusi pendidikan. Selain masalah pendayagunaan tenaga kesehatan, persoalan lain tentang credentialing system. Credentialing System keperawatan di Indonesia saat ini belum dilakukan oleh lembaga credentialing sebagai badan regulator independen (Konsil Keperawatan) yang ditetapkan melalui UU Keperawatan. Pada tahun 2001 dikeluarkan kebijakan yang mengatur sistem registrasi dan lisensi yaitu Permenkes 1239 dalam bentuk SIP, SIK, dan SIPP. Peraturan ini khususnya tentang SIPP digantikan dengan Permenkes 148 tahun 2010, dan Perkemenkes 161 tahun 2010 tentang 5
iu
dengan tuntutan masyarakat dan tantangan perkembangan ilmu dan teknologi serta penataan di
nd u
da
ri
untuk jenjang doktor (S-3) dimulai tahun 2008 di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
w Dra w ft w .h pe
Magister Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, serta jenis pendidikan profesi tingkat
q. di
kt i.g
o. id
Di Indonesia, kondisi di atas belum terwujud sehingga mendorong perlunya penataan dan
registrasi tenaga kesehatan. Namun dikarenakan Permenkes 161 tahun 2010 tidak dapat dioperasionalkan maka kemudian diganti dengan Permenkes 1796 tahun 2011 tentang registrasi tenaga kesehatan yang hingga saat ini pelaksanaannya pun masih banyak kendala. Sebagai akibatnya tidak dapat dibedakan antara tenaga keperawatan yang memiliki kewenangan dengan yang tidak memiliki kewenangan sesuai amanah UU 36 tahun 2009 tentang kesehatan. Khusus terkait dengan akreditasi program studi, pada saat ini pelaksanaan akreditasi baru sebatas pada penyelenggaraan program pada tahap akademik dan belum termasuk pada penyelenggaraan program profesi. Selain itu pelaksanaan akreditasi program studi masih bersifat umum untuk semua jenis program studi sehingga kekhasan atau kekhususan program studi
keperawatan, sehingga diperlukan sistem akreditasi yang mengakomodasi kebutuhan dan kekhususan profesi keperawatan. Hal ini dimungkinkan untuk dikembangkan dengan membentuk lembaga akreditasi mandiri yang sesuai dengan UU Sisdiknas pasal 60 tentang akreditasi pada ayat 2.
ditetapkan standar penyelenggaraan pendidikan keperawatan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan, dengan mengacu pada berbagai ketentuan perundangan terkait pendidikan yang berlaku khususnya Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, Undang-undang No.
2011, memberikan data dasar tentang tingkat perkembangan institusi pendidikan keperawatan di
perawat. Disamping itu dari survey tesebut teridentifikasi pula kesenjangan antara harapan dan kondisi saat ini terhadap kompetensi perawat yang disebabkan oleh terbatasnya kualitas penyelenggara pendidikan. Oleh karena itu, standar kompetensi minimal lulusan setiap jenis dan jenjang pendidikan keperawatan juga perlu untuk dikembangkan agar diperoleh gambaran tentang perbedaan kompetensi dan kewenangan lulusan dari setiap jenis dan jenjang yang kemudian dituangkan indikator pengukurannya melalui sistem uji kompetensi. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku saat itu dimana kualifikasi dosen minimal satu tingkat di atasnya dan untuk memenuhi kebutuhan dosen khususnya pada pendidikan Diploma 6
iu
Indonesia serta harapan masyarakat dan institusi pelayanan kesehatan terhadap kompetensi
nd u
keperawatan. Berdasarkan hasil survey pendidikan keperawatan yang dilakukan pada tahun
da
ri
14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta peraturan perundangan lainnya. Upaya penjaminan
w Dra w ft w .h pe
q. di
kt i.g
o. id
keperawatan belum dapat dinilai. Hal tersebut belum sesuai dengan kaidah pendidikan profesi
III maka pada tahun 1998, dibuka Program Studi Perawat Pendidik (jenjang D IV) berdasarkan SK Dirjen Dikti no 395/Dikti/Kep/1997 di lima Perguruan Tinggi Negeri yaitu UGM, UNDIP, UNAIR, UNHAS, dan USU. Program tersebut merupakan crash program untuk memenuhi kebutuhan tenaga dosen pada program pendidikan Diploma III. Program studi D IV perawat pendidik di lima PTN ini telah ditutup penyelenggaraannya karena adanya UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 46 ayat 2 yang menyebutkan kualifikasi akademik dosen untuk program Diploma dan Sarjana adalah minimal Magister. Sayangnya, Kementerian Kesehatan justru menginstruksikan membuka kembali pendidikan D IV di seluruh Poltekkes di Indonesia, yang penyelenggaraannya, 1 tahun pasca Diploma III dan lulusan difungsikan sebagai
B. Rumusan Permasalahan
1. SKB 2 Menteri dan SKB 3 Menteri tidak mengatur dengan jelas dan tegas mengenai penyelenggaraan pendidikan diploma keperawatan dan Kementerian Kesehatan masih
dengan kewenangannya. Hal ini mengakibatkan pengelola pendidikan DIII Keperawatan tidak dapat melaksanakan tugas pengelolaan dengan baik. Masalah yang dihadapi pengelola pendidikan antara lain tidak adanya otonomi pengelolaan pendidikan mulai dari penerimaan
tim yang antara lain terdiri atas profesi kedokteran, keperawatan, farmasi, gizi. Pelayanan tersebut memerlukan kolaborasi berbagai profesi untuk mengatasi permasalahan pasien terutama dalam penetapan pengambilan keputusan melalui justifikasi klinik yang berasal dari profesi-profesi tersebut. 4. Kredibilitas dan pengakuan sebagai profesi perawat tidak terjaga karena belum dikelolanya credentialing system sesuai kaidah yang berlaku. Demikian juga hak masyarakat untuk mendapat pelayanan keperawatan dari seseorang yang memiliki kewenangan belum terjamin.
iu
3. Interprofessional collaboration yang belum tertata baik. Pelayanan kesehatan diberikan oleh
nd u
sistem pendidikan kurang memberi dampak pada peningkatan mutu pelayanan kesehatan baik
da
ri
w Dra w ft w .h pe
mengeluarkan regulasi penyelenggaraan pendidikan sampai dengan wisuda yang tidak sesuai
q. di
kt i.g
o. id
mitra dokter spesialis. Hal ini tidak sesuai dengan kaidah perkembangan profesi keperawatan.
5. Kurangnya dukungan terhadap praktik keperawatan yang profesional dapat berdampak pada kurangnya peran serta perawat dalam pencapaian MDGs. 6. Sistem akreditasi yang bersifat umum dan belum mengakomodasi kekhususan profesi keperawatan. 7. Kompetensi perawat dan kualitas penyelenggaraan pendidikan yang masih belum memenuhi harapan masyarakat. 8. Adanya pendidikan D IV keperawatan mitra dokter spesialis yang tidak sesuai dengan arah pengembangan profesi keperawatan.
Naskah akademik ini bertujuan memaparkan kondisi, perkembangan dan permasalahan yang ada serta berbagai upaya yang harus dilaksanakan untuk dapat memenuhi kaidah keperawatan sebagai profesi di Indonesia. Naskah ini juga dapat dijadikan landasan untuk
pendidikan, pengambil keputusan dan juga pemangku kepentingan keperawatan terutama pengguna lulusan pendidikan keperawatan. Naskah akademik ini juga bertujuan untuk memberikan gambaran tentang sistem pendidikan keperawatan di Indonesia.
3) Memberikan masukan kepada para pembuat kebijakan terkait, seperti Badan legislatif,
Kementerian Pemberdayaan dan Aparatur Negara dalam rangka menyempurnakan berbagai aturan dan kebijakan yang ada, termasuk perencanaan, pendistribusian dan pendayagunaan tenaga perawat. 4) Memberikan masukan kepada para penyelenggara pendidikan keperawatan dalam rangka meningkatkan kualitas penyelenggaraan dan pembelajaran. 5) Memberikan masukan kepada pengguna jasa pelayanan keperawatan dalam rangka utilisasi yang tepat sesuai jenjang pendidikan dan perencanaan jenjang karir yang bersangkutan. 8
iu
nd u
da
ri
w Dra w ft w .h pe
q. di
kt i.g
o. id
D. Metode Pendekatan
Naskah akademik ini disusun menggunakan berbagai metoda dan pendekatan antara lain dengan mengadakan diskusi diantara pakar keperawatan dalam beberapa workshop yang diikuti oleh kalangan perguruan tinggi negeri maupun swasta yang mewakili berbagai wilayah di Indonesia, Pengurus Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Pengurus Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI), wakil beberapa kolegium terkait, dan Pengurus Asosiasi Institusi Pendidikan Diploma III Keperawatan Indonesia (AIPDiKI). Beberapa nara sumber dilibatkan dalam berbagai rangkaian pertemuan yang melibatkan Kementerian Pendidikan dan
Indonesia/IDI, Persatuan Dokter Gigi Indonesia/PDGI, Ikatan Bidan Indonesia/IBI), Badan Akreditasi Nasional-Perguruan Tinggi (BAN-PT) dan Konsil Kedokteran Indonesia (KKI). Berbagai rujukan telah digunakan antara lain kebijakan International Council of Nurses (ICN), standar pendidikan nasional dan internasional, standar profesi perawat Indonesia serta
maju. Naskah akademik juga disusun berdasarkan hasil survei tentang pendidikan dan pelayanan keperawatan di berbagai wilayah Indonesia.
Naskah akademik disusun dalam 4 (empat) bab. Bab I: Pendahuluan, berisi tentang latar
Gelar
Pendidikan
iu
Keperawatan Indonesia, berisi Ketentuan Umum/ Terminologi; Jenis Jenjang dan Beban Studi; Vokasi, Akademik, dan Profesi; Kompetensi Berdasar Jenjang;
Penyelenggaraan Pendidikan; Peran Pendidikan Keperawatan Dalam Peningkatan Kualitas Pelayanan; Penjaminan Mutu Pendidikan. BAB IV Penutup, berisi kesimpulan dan rekomendasi.
nd u
belakang,
rumusan
permasalahan,
da
ri
E. Pengorganisasian
w Dra w ft w .h pe
tujuan dan
kegunaan,
q. di
kt i.g
metode
o. id
pendekatan,
dan
Keperawatan telah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW dimana seorang wanita bernama Siti Rufaidah putri seorang tabib saat itu telah mulai melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat melayani pada keadaan perang. Nilai-nilai keperawatan sudah ditumbuhkan termasuk bagaimana seseorang yang akan melakukan kegiatan membantu orang lain harus memiliki sifatsifat tertentu seperti ramah dan beretika. Beliau dianggap sebagai perawat pertama yang dikenal di dunia pelayanan kesehatan.
lenyap akibat perang, sampai kemudian seorang bernama Florence Nightingale melakukan kegiatan yang sama pada perang Krimean dan mencatat seluruh proses pelayanan kepada korban perang. Saat itu Florence Nightingale telah memperkenalkan tentang sifat pelayanan keperawatan yang memperhitungkan lingkungan untuk tetap bersih dan nyaman, ventilasi yang
kebutuhan terhadap nutrisi diyakini dapat meningkatkan daya tahan tubuh para korban sehingga proses penyembuhan dapat dipercepat. Semua korban terluka akibat perang dicermati dan diobservasi sepanjang waktu termasuk malam hari. Dengan lilin kecil ia mendatangi satu persatu the lamp. Melalui catatan yang ditinggalkan dan dipelajari oleh ahli-ahli keperawatan pada korban dan diamati perkembangan masalah kesehatannya sehingga ia terkenal sebagai lady with
modern telah menanamkan prinsip-prinsip dasar keperawatan yang berfokus pada sikap caring
kesembuhan pasien. Konsep dan prinsip ini menjadi landasan yang perlu ditumbuhkan dalam tindakan mandiri keperawatan, sebagai intervensi utama dalam keperawatan. Sejak saat itu banyak sekolah keperawatan yang didirikan oleh Rumah sakit (RS) dan penyelenggaraannya berbasis RS untuk memenuhi kebutuhan perawatan pasien yang manusiawi. Di Indonesia, perkembangan pendidikan keperawatan diawali sebelum kemerdekaan. Sekolah perawat pertama kali didirikan di Rumah Sakit PGI Cikini pada tahun 1916. Sekolah ini diselenggarakan dengan mengandalkan para perawat Belanda sebagai pendidik ditambah beberapa dokter. Para siswa diajarkan teori merawat yang kemudian diaplikasikan langsung 10
iu
terhadap pasien. Prinsip dasar tersebut menekankan kegiatan modifikasi lingkungan penting bagi
nd u
dekade sesudahnya, Florence Nightingale yang kemudian disebut sebagai pionir keperawatan
da
ri
w Dra w ft w .h pe
baik, kasih sayang dan perhatian kepada yang membutuhkan yaitu korban perang. Disamping itu,
q. di
kt i.g
o. id
Kegiatan Siti Rufaida tidak meninggalkan catatan yang berarti karena semua dokumen
kedalam praktik pada saat yang sama. Selanjutnya, pendidikan keperawatan berkembang di beberapa kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan. Pendidikan ini umumnya dikelola oleh perawat Belanda yang saat itu ditugaskan dirumah sakit tersebut. Syarat masuk menjadi siswa perawat adalah memiliki ijasah MULO (sistem pendidikan Belanda, setara dengan SMP). Dalam proses pembelajaran seluruh siswa diasramakan, dan setiap hari ada pelajaran teori dan praktik. Perawat yang dihasilkan pada saat itu memiliki disiplin tinggi dan sangat terampil. Setelah kemerdekaan, berbagai jenis pendidikan perawat yang berbasis RS telah dikembangkan sesuai kebutuhan RS untuk menyelesaikan masalah kesehatan masyarakat yang muncul saat itu seperti pendidikan mantri cacar, Penjenang Kesehatan, dan lain-lain, dengan
(setara SD) dan SMP. Berdasarkan SK MENKES nomor 32971/Pend/1953 tentang Pendidikan Perawat Diploma A dan B, dihasilkan Perawat A (umum), dan Perawat B (jiwa). Pada saat yang bersamaan sejak tahun 1953 mulai didirikan Sekolah Pengatur Rawat (SPR) dengan dasar pendidikan SMP dan lama pendidikannya 3 tahun.
dan dasar pendidikan yang bervariasi. Demikian juga Kualitas dan tingkat kemampuannya tidak jelas. sehingga pada saat itu perawat dengan jenis pendidikan apapun boleh melakukan tindakan tanpa ada batasan kewenangan. Pada tahun 1960 banyak perawat senior Belanda yang bekerja di
suatu pekerjaan sederhana yang berorientasi pada tugas semata (task oriented), menjadi suatu kritis dan menerapkan perilaku caring. Asuhan Keperawatan lebih berfokus pada respons klien
jenis tenaga perawat berpendidikan lebih tinggi untuk meningkatkan mutu pelayanan Keperawatan. Pada tahun 1962 Departemen Kesehatan RI berdasarkan SK nomor
67516/Pend/Kab/1962 telah mengembangkan Pendidikan Akademi Perawat yang berafiliasi dengan RS Cipto Mangunkusumo. Lulusan pendidikan ini menyandang gelar Sarjana Muda Ilmu Perawatan atau BSc. Setahun berikutnya pendidikan tingkat Akademi Perawat ini diikuti oleh RS St Carolus. Sejak diluluskannya Sarjana Muda Ilmu Perawatan, maka kategori pendidikan perawat menjadi jenjang pendidikan menengah dan tinggi yang semuanya berorientasi ke RS. 11
iu
terhadap penyakitnya, dari pada terhadap penyakit itu sendiri, sehingga dirasakan perlu adanya
nd u
profesi yang memiliki landasan ilmiah untuk bertindak, menggunakan keterampilan berfikir
da
ri
RS telah meninggalkan Indonesia. Pada saat yang sama Keperawatan telah berkembang dari
w Dra w ft w .h pe
Pada awal 1960 teridentifikasi lebih dari 20 jenis kategori tenaga perawat dengan lama
q. di
kt i.g
o. id
lama pendidikan bervariasi dari 3 bulan sampai 2 tahun dengan dasar pendidikan Sekolah Rakyat
Pendayagunaan lulusan Akademi Perawat diperluas menjadi pengelola pelayanan di tingkat ruang rawat dan tingkat RS, serta perawat pelaksana di ruang khusus seperti ICU, ICCU, Bedah, Ruang pemulihan (Sejarah keperawatan, 1975). Hal ini karena pimpinan RS telah merasakan pentingnya tenaga perawat lulusan Akademi Perawat untuk diberi tanggung jawab dan kewenangan yang lebih besar. Pimpinan RS membutuhkan peningkatan kualitas layanan dengan mengirimkan beberapa perawat lulusan Akademi Perawat saat itu ke Australia, dan Negara Commonwealth lainnya untuk meningkatkan kemampuannya. Pada tahun 1979 berbagai jenis pendidikan keperawatan tersebut ditutup dan diubah menjadi Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) sesuai dengan SK Menkes nomor 245/Menkes/SK/VI/1979.
tenaga kesehatan harus berasal dari lulusan SMA (berada pada jenjang Pendidikan Tinggi). Untuk merespons kebijakan tersebut serta kebijakan pemerintah di bidang Pendidikan, maka dilaksanakan Lokakarya Nasional Keperawatan tahun 1983 di Jakarta yang dihadiri oleh berbagai elemen termasuk unsur Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen
berbagai Organisasi Profesi Kesehatan. Kegiatan ini menghasilkan kesepakatan nasional yang menyatakan Keperawatan sebagai profesi dan ditumbuhkan pada sistem pendidikan tinggi. Dengan demikian profesi keperawatan diharapkan mampu memandirikan, memberdayakan
melaksanakan pelayanan profesi/professional dengan menggunakan metode ilmiah. Kesepakatan ini diikuti dengan adanya pergeseran berbagai regulasi pendidikan keperawatan yang semula ditetapkan oleh Departemen Kesehatan diatur oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Demikian juga pendidikan yang semula ada di jenjang SPK dan D III dikembangkan menjadi pendidikan tinggi pada jenjang Strata 1/ profesi. Pada tahun 1985 dimulai Pendidikan Keperawatan pada jenjang strata satu (S-1) di Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) yang ditumbuhkan di Fakultas Kedokteran-Universitas Indonesia. Sementara itu pendidikan Akademi Perawat (AKPER) dengan program pendidikan 12
iu
kriteria profesi, antara lain : memiliki ilmu pengetahuan, ditumbuhkan pada pendidikan tinggi,
nd u
da
ri
w Dra w ft w .h pe
q. di
kt i.g
o. id
Sistem Kesehatan Nasional tahun 1982 antara lain menyatakan bahwa pendidikan bagi
diploma tiga (D-III) masih terus bertambah jumlahnya hingga saat ini. Pada awal perkembangannya kurikulum pendidikan S-1 Keperawatan merupakan satu kesatuan dan terintegrasi antara pendidikan akademik dan pendidikan profesi yang lulusannya diberi gelar Sarjana Keperawatan yang disingkat S.Kp. serta diakui sebagai perawat profesional. Penyelenggara pendidikan tinggi yang pertama adalah Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun 1985. Pembukaan program studi tersebut diikuti oleh beberapa universitas negeri seperti Universitas Padjadjaran Bandung pada tahun 1994, pada tahun 19971998 berdiri di Universitas Gadjah Mada, Universitas Airlangga, Universitas Diponegoro, Universitas Hasanuddin, Universitas Brawijaya, Universitas Sumatera Utara; serta perguruan tinggi swasta lainnya seperti Universitas Muhammadiyah Jakarta dan STIK St. Carolus Jakarta. Program ini menerima calon mahasiswa dari SMU (jalur reguler) dan dari DIII Keperawatan (alih jalur / transfer).
Tahun 1994, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI telah menerbitkan SK Nomor 310/U/1994 tentang kurikulum yang berlaku nasional bagi program sarjana ilmu kesehatan. Dalam kurikulum ini, pembelajaran aspek akademik dan keprofesian diintegrasikan menjadi satu kesatuan. Kurikulum ini disempurnakan melalui SK nomor 129/U/1998 yang menjadikan program pendidikan
tahap akademik dan tahap profesi yang merupakan satu kesatuan. Pada tahap akademik lulusannya mendapat gelar Sarjana Keperawatan disingkat S.Kep., dan tahap profesi lulusannya mendapat gelar profesi Ners disingkat Ns. Dengan demikian gelar Sarjana Keperawatan (SKp.) sebagai hasil dari kurikulum 1985 dan 1994, memiliki makna yang sama dengan gelar Sarjana Keperawatan dan Ners
tahun 1996. Hal ini merupakan tindak lanjut implementasi Sistem Kesehatan Nasional 1982 dan
Penataan jenis dan jenjang pendidikan keperawatan yang baik dan terarah diharapkan dapat
jenjang pendidikan Keperawatan termasuk di dalamnya jenjang akademik pendidikan tingkat magister (S2) yaitu Magister Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, serta jenis pendidikan profesi tingkat spesialis diberbagai bidang layanan spesialisasi yang telah dimulai sejak tahun 1998 yang mencakup:Keperawatan Maternitas dan Keperawatan Komunitas, Keperawatan Medikal Bedah, Keperawatan Jiwa dan Keperawatan Anak. Pengembangan pendidikan Doktor Keperawatan untuk jenjang doktor (S-3) dimulai tahun 2008 di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
iu
dijadikan bahan rujukan dalam mengembangkan profesi keperawatan di masa depan. Pengembangan
nd u
da
(S.Kep. Ns) hasil kurikulum tahun 1998. Sementara itu pendidikan SPK secara berangsur ditutup pada
ri
w Dra w ft w .h pe
Sarjana keperawatan melaksanakan kurikulum pendidikan profesi keperawatan dalam 2 (dua) tahap, yaitu
q. di
kt i.g
o. id
13
A. Ketentuan Umum/ Terminologi Beberapa ketentuan umum/ terminologi pada naskah akademik pendidikan keperawatan sebagai berikut: 1. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan/asuhan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan/asuhan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit
2. Ilmu keperawatan adalah ilmu yang mempelajari pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Ilmu keperawatan merupakan sintesis dari ilmu biomedik, psikologi, sosial, perilaku,
ilmu keperawatan adalah penyimpangan atau tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual) mulai dari tingkat individu utuh mencakup seluruh siklus kehidupan, yang juga tercerminkan pada tidak terpenuhinya kebutuhan dasar pada tingkat sistem organ fungsional sampai molekuler, sampai pada tingkat masyarakat.
Tinggi untuk menghasilkan berbagai lulusan Ahli Madya Keperawatan, Ners, Magister
4. Jenis pendidikan perawat adalah pendidikan akademik, vokasi, dan profesi. Pendidikan
pengetahuan. Pendidikan vokasi merupakan pendidikan yang diarahkan terutama pada kesiapan penerapan keahlian tertentu sebagai perawat. Pendidikan profesi merupakan pendidikan yang diarahkan untuk mencapai kompetensi profesi keperawatan. 5. Peserta didik pendidikan keperawatan yang selanjutnya disebut mahasiswa keperawatan adalah seseorang yang telah terdaftar dan mengikuti kegiatan akademik profesional di Perguruaan Tinggi.
iu
nd u
da
ri
w Dra w ft w .h pe
q. di
antropologi, dan trans budaya. Bidang garapan dan fenomena yang menjadi objek studi
kt i.g
o. id
14
yang menggunakan
metode ilmiah untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri. Diberikan secara holistik dan komprehensif meliputi kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial, spiritual, dan kultural secara manusiawi dan bersifat caring. 7. Perawat adalah seseorang yang lulus pendidikan tinggi Keperawatan baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh pemerintah RI sesuai dengan peraturan perundangan serta teregistrasi.
9. Ners adalah Perawat profesional yang telah menyelesaikan pendidikan profesi dalam bidang keperawatan umum dan memiliki kemampuan sebagai perawat profesional jenjang pertama (first professional degree).
degree) yang telah menyelesaikan pendidikan Magister pada program Magister Keperawatan.
11. Ners spesialis adalah Perawat yang telah menyelesaikan pendidikan Spesialis
12. Doktor Keperawatan adalah Perawat profesional yang telah menyelesaikan pendidikan
13. Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama memfasilitasi,
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat di bidang keperawatan. 14. Standar pendidikan keperawatan adalah kriteria minimal komponen pendidikan yang harus dimiliki oleh institusi pendidikan tinggi keperawatan yang terdiri atas standar pendidikan profesi keperawatan. 15. Standar kompetensi adalah kompetensi minimal yang harus dicapai dalam pendidikan keperawatan yang mencakup pengetahuan, sikap, dan, keterampilan. 16. Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan 15
iu
nd u
doktor keperawatan.
da
ri
Keperawatan
w Dra w ft w .h pe
10. Magister Keperawatan adalah Perawat profesional jenjang pertama (first professional
q. di
kt i.g
o. id
8. Perawat Ahli Madya adalah Perawat yang telah menyelesaikan pendidikan jenjang
tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu. Kompetensi terdiri atas kompetensi utama, kompetensi pendukung, kompetensi lain yang bersifat khusus dan gayut dengan kompetensi utama (SK Mendiknas No. 045/U/2002). Elemen-elemen kompetensi terdiri atas a) Landasan kepribadian, b) Penguasaan ilmu dan keterampilan, c) Kemampuan berkarya, d) Sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dikuasai, dan e) Pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya. 17. Kompetensi perawat Indonesia terdiri dari kompetensi perawat praktisi (perawat ahli madya dan ners spesialis), kompetensi perawat manajer dan kompetensi perawat peneliti
perawat untuk menjalankan praktik keperawatan di seluruh Indonesia setelah lulus uji kompetensi.
19. Institusi Pendidikan Tinggi Keperawatan adalah institusi yang menyelenggarakan pendidikan keperawatan dalam bentuk fakultas, jurusan atau program studi yang
Akademi.
20. Kurikulum pendidikan keperawatan yang selanjutnya disebut kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan belajar, serta cara
22. Uji Kompetensi suatu proses untuk mengukur pengetahuan, keterampilan dan sikap tenaga perawat sesuai dengan standar profesi perawat. 23. Surat Tanda Registrasi adalah yang selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis yang diberikan lembaga yang berwenang. 24. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap tenaga keperawatan yang telah memiliki sertifikat kompetensi perawat dan telah mempunyai kualifikasi tertentu lainnya serta diakui secara hukum untuk menjalankan praktik dan/pekerjaan profesinya.
iu
nd u
da
ri
w Dra w ft w .h pe
q. di
kt i.g
o. id
18. Sertifikat Kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kemampuan seorang
16
B. Jenis Jenjang dan Beban Studi 1. Jenis pendidikan keperawatan meliputi: a. Pendidikan Vokasi yaitu pendidikan yang diarahkan terutama pada kesiapan penerapan dan penguasaan keahlian keperawatan tertentu sebagai perawat vokasi. b. Pendidikan Akademik yaitu pendidikan yang diarahkan terutama pada penguasaan dan pengembangan disiplin ilmu keperawatan. c. Pendidikan Profesi yaitu pendidikan yang diarahkan untuk mampu memecahkan masalah sains dan teknologi dalam bidang ilmu keperawatan untuk mampu mengambil keputusan strategis dengan akuntabilitas dan tanggung jawab penuh atas
2. Jenjang pendidikan tinggi keperawatan, meliputi: a. Pendidikan Diploma III Keperawatan b. Pendidikan Ners c. Pendidikan Magister Keperawatan
d. Pendidikan Spesialis Keperawatan terdiri dari: 1) Spesialis Keperawatan Maternitas 2) Spesialis Keperawatan Anak
3. Beban Studi Pendidikan keperawatan dilaksanakan dengan sistem kredit semester sebagaimana diamanatkan oleh Undang Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
iu
nd u
da
ri
w Dra w ft w .h pe
q. di
kt i.g
o. id
17
Beban studi pendidikan keperawatan untuk semua jenjang sesuai SK Mendiknas No. 232/U/2000 sebagai berikut: a. Diploma Tiga Keperawatan memiliki beban studi 110-120 SKS b. Pendidikan Ners memiliki beban studi pada tahap akademik antara 144-160 SKS, dan pada tahap Profesi memiliki beban studi antara 36-50 SKS c. Magister Keperawatan memiliki beban studi antara 36-50 SKS. d. Spesialis Keperawatan memiliki beban studi antara 36-50 SKS e. Beban studi program doktor bagi peserta yang berpendidikan magister (S2) sebidang sekurang-kurangnya 40 SKS yang dijadwalkan untuk empat semester dengan lama
peserta yang berpendidikan magister (S2) tidak sebidang sekurang-kurangnya 52 SKS yang dijadwalkan untuk lima semester dengan lama studi selama-lamanya sebelas (11) semester. C. Gelar Pendidikan Vokasi, Akademik, dan Profesi
1. Lulusan program pendidikan diploma tiga mendapatkan sebutan Ahli Madya Keperawatan (AMd. Kep.)
Keperawatan ( M.Kep.).
(Dr.Kep.).
D. Kompetensi Berdasarkan Jenjang Pendidikan Kompetensi berdasarkan Jenjang Pendidikan digambarkan dalam tabel dibawah ini. Tabel tersebut digambarkan hubungan antara jenis pendidikan, jenjang pendidikan, gelar lulusan dan kompetensi (rincian uraian kompetensi terdapat pada lampiran). Pada tabel 2 digambarkan hubungan antara jenjang pendidikan, Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) bidang keperawatan dan lama pendidikannya. Draf Naskah Akademik Sitem Pendidikan Keperawatan 18
iu
nd u
da
ri
w Dra w ft w .h pe
q. di
kt i.g
o. id
studi selama-lamanya sepuluh (10) semester. Beban studi program doktor bagi
Tabel 1. Kompetensi Berdasarkan Jenjang Pendidikan Saat Ini Jenis Pendidikan Vokasi Jenjang Pendidikan Diploma Tiga Keperawatan Gelar Lulusan Ahli Madya Keperawatan (AMd.Kep.) Kompetensi Setelah menyelesaikan pendidikan diploma tiga, lulusan mampu menjalankan kegiatan pekerjaannya sesuai dengan 3 ranah kompetensi pada lampiran Setelah menyelesaikan pendidikan profesi, lulusan mampu menjalankan kegiatan pekerjaannya sesuai dengan 3 ranah kompetensi pada lampiran Setelah menyelesaikan pendidikan profesi Spesialis Keperawatan, lulusan mampu menjalankan kegiatan pekerjaannya sesuai dengan 3 ranah kompetensi pada lampiran Setelah menyelesaikan pendidikan magister, lulusan mampu menjalankan kegiatan pekerjaannya sesuai dengan 3 ranah kompetensi pada lampiran Setelah menyelesaikan pendidikan doktor, lulusan mampu menjalankan kegiatan pekerjaannya sesuai dengan 3 ranah kompetensi pada lampiran
Profesi
Ners
Ners (Ns)
Akademik
Doktor Keperawatan
Dr. Kep.
Bidang Keperawatan
Jenjang Pendidikan
iu
nd u
da
Catatan : (*) Khusus untuk program Magister, terdiri dari Magister ilmu keperawatan dasar dan Magister kepemimpinan.
ri
w Dra w ft w .h pe
Beban Studi Vokasi
q. di
M.Kep
kt i.g
o. id
5 7 8 8 9
110-120 SKS -
144-160 SKS 36-50 SKS 36-50 SKS 50 SKS (matrikulasi 12 sks/semester selama 2 semester
36-50 SKS -
19
E. Penyelenggaraan Pendidikan Keperawatan Jenjang pendidikan keperawatan yang ada pada jenjang pendidikan tinggi adalah pendidikan Diploma III Keperawatan yang bersifat vokasi, pendidikan Ners, Magister Keperawatan, Ners Spesialis dan Doktor Keperawatan. Pendidikan Diploma Tiga Keperawatan adalah pendidikan vokasi yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi keperawatan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi sebagai pelaksana asuhan keperawatan. Program Pendidikan Ners adalah program pendidikan akademik profesi yang bertujuan menghasilkan Ners yang memiliki kemampuan sebagai perawat profesional jenjang pertama
Program magister keperawatan adalah program pendidikan akademik yang bertujuan menghasilkan magister yang memiliki kemampuan : (1) mengembangkan dan memutakhirkan
keterampilan penerapannya, (2) memecahkan permasalahan di bidang keperawatan melalui kegiatan penelitian dan pengembangan berdasarkan kaidah ilmiah, dan (3) mengembangkan kinerja profesionalnya yang ditunjukkan dengan ketajaman analisis permasalahan,
keserbacakupan tinjauan, kepaduan pemecahan masalah atau profesi yang serupa. Program Spesialis keperawatan diarahkan pada hasil lulusan yang memiliki kemampuan
kaidah ilmiah, dan (3) Mengembangkan kinerja profesionalnya yang ditunjukkan dengan
Program Doktor Keperawatan diarahkan pada hasil lulusan yang memiliki kemampuan sebagai berikut : (1) mengembangkan konsep ilmu, teknologi /atau kesenian baru di dalam bidang keahlianya melalui penelitian, (2) Mengelola, memimpin dan mengembangkan program penelitian (3) Pendekatan interdisipliner dalam berkarya dibidang keperawatan. Penyelenggara pendidikan tersebut diatas harus memenuhi standar penyelenggaraan pendidikan yang mencakup 7 standar mencakup 1) Visi, Misi, Tujuan, sasaran dan stratetgi pencapaian; 2) Tata pamong, kepemimpinan, sisytem pengelolaan dan penjaminan mutu: 3) Draf Naskah Akademik Sitem Pendidikan Keperawatan 20
iu
nd u
da
(1) Mengembangkan dan memutakhirkan ipteks dengan cara menguasai dan memahami,
ri
w Dra w ft w .h pe
q. di
IPTEKS dengan cara menguasai dan memahami, pendekatan, metode, kaidah ilmiah disertai
kt i.g
o. id
Mahasiswa dan Lulusan; 4) Sumber Daya Manusia; 5) Kurikulum, Pembelajaran dan Suasana akademik; 6) Pembiayaan, Sarana dan Prasarana, Sistem Informasi; 7) Penelitian, pelayanan/Pengabdian kepada Masyarakat dan Kerjasama (Secara lengkap dapat di lihat pada Lampiran).
F. Peran Pendidikan Keperawatan Dalam Peningkatan Kualitas Pelayanan Pelayanan Kesehatan berkualitas yang sebagian besar diberikan oleh Perawat kompeten sangat diharapkan oleh masyarakat. Hal ini terbukti dengan hasil survey yang dilakukan oleh PPNI bekerjasama dengan HPEQ Project pada tahun 2010 diidentifikasi bahwa terdapat kesenjangan antara harapan masyarakat dengan kompetensi perawat yang ada saat ini. Hasil
pendidikan formal maupun pendidikan nonformal. (Tim HPEQ Project Komponen I, 2010).
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Permasalahan yang ada adalah distribusi dan pendayagunakan tenaga kesehatan/lulusan pendidikan tinggi belum tertata dengan baik. Hal ini mengakibatkan belum meratanya jangkauan pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh para lulusan pendidikan tinggi. Lulusan dari berbagai jenjang pendidikan ini perlu diatur pendayagunaannya secara baik berdasarkan asas keadilan dan pemerataan keterjangkauan.
mendasari perlu peningkatan jenjang pendidikan spesialis dan program pendidikan doktor
merupakan serangkaian kegiatan yang mewujudkan interaksi antara pembimbing klinik, mentor/perceptor dengan mahasiswa, dalam melakukan pelayanan keperawatan berdasarkan standar prosedur operasional berkontribusi untuk dalam peningkatan mutu pelayanan keperawatan dan pelayanan kesehatan melalui praktik terbaiknya.
Untuk memberikan jaminan kepada masyarakat, bahwa pelayanan perawat diberikan oleh Perawat yang kompeten perlu dibuktikan melalui uji kompetensi yang telah dilakukan oleh lembaga yang berwenang. Sejak tahun 2007 sistem uji kompetensi telah dikembangkan oleh Draf Naskah Akademik Sitem Pendidikan Keperawatan 21
iu
nd u
diharapkan dimiliki oleh para perawat untuk mengatasi masalah tersebut. Hal ini pula yang
da
Masalah kesehatan yang semakin kompleks menyebabkan semakin tingginya kompetensi yang
ri
w Dra w ft w .h pe
q. di
kt i.g
survei ini mengindikasikan bahwa perlu adanya peningkatan kompetensi perawat baik melalui
o. id
Organisasi profesi (PPNI) terhadap para perawat khususnya yang akan bekerja ke luar negeri dan lulusan baru dimana pelaksanaannya dilakukan oleh Komite Nasional Uji Kompetensi Perawat (KNUKP). Dengan dikeluarkannya Kepmenkes Nomor 1796 tahun 2011 yang mengatur tentang Registrasi Tenaga Kesehatan termasuk Perawat, maka setiap lulusan baru harus mengikuti uji kompetensi untuk mendapatkan Surat Tanda Registrasi (STR). STR merupakan persyaratan bagi para tenaga perawat untuk melakukan praktik mulai diberlakukan pada tahun 2013. Pelaksanaan uji kompetensi berdasarkan peraturan menteri kesehatan tersebut merupakan kewenangan dari lembaga/Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI). Dalam menjalankan tugasnya tersebut, MTKI bekerjasama dengan Lembaga Pengembangan Uji Kompetensi (LPUK)
perawat dalam uji kompetensi berupa Surat Tanda Registrasi (STR) identik dengan Registered Ners (RN) di luar negeri.
Pendayagunaan lulusan diberbagai fasilitas pelayanan kesehatan maupun pendidikan didasarkan pada kompetensi, yang selanjutnya ditata dalam sistem jenjang karir perawat
2008 melalui suatu sistem jenjang karir yang telah diadopsi oleh Kementerian Kesehatan namun aturan hukum yang mengatur pelaksanaannya belum ada. Dalam sistem jenjang karir perawat klinik tersebut, sebagai contoh seorang lulusan program pendidikan Diploma III Keperawatan
kategori yang sama (PK I), seorang lulusan ners dengan masa kerja 0-1 tahun. Untuk mencapai
seorang lulusan ners hanya memerlukan waktu 1-2 tahun. Seorang lulusan DIII Keperawatan
Sementara lulusan Spesialis dan sub spesialis dapat mencapai PK V. Untuk lebih jelasnya mengenai system jenjang karir dapat pada lihat pada tabel berikut ini.
iu
hanya bisa mencapai maksimal jenjang PK III, sedangkan lulusan Ners dapat mencapai PK IV.
nd u
jenjang PK II, seorang lulusan D III Keperawatan memerlukan masa kerja 5 tahun, sementara
da
ri
dengan masa kerja 0-2 tahun dikategorikan sebagai seorang Perawat Klinik I (PK I). Pada
w Dra w ft w .h pe
professional. Penataan jenjang karir perawat di tatanan pelayanan keperawatan telah diatur sejak
q. di
kt i.g
o. id
untuk mengembangkan sistem termasuk soal uji kompetensi. Bukti dari kelulusan seorang
22
PK II
D3 Keperawatan S1 Keperawatan/Ners
iu
nd u
da
ri
PK III
D3 Keperawatan
w Dra w ft w .h pe
>5 sd 9 tahun >3 sd 6 tahun 0-1 tahun
q. di
kt i.g
o. id
23
PK IV
>1 tahun
*) Sistem jenjang karir ini perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat ini dan kebutuhan di masa datang
iu
nd u
da
ri
w Dra w ft w .h pe
q. di
>4tahun
Memberikan asuhan keperawatan khusus atau sub-spesialisasi dalam lingkup medikal bedah /maternitas/ pediatrik/ jiwa/ komunitas / gawat darurat Melakukan tindakan keperawatan khusus atau sub-spesialis dengan keputusan secara mandiri Melakukan bimbingan bagi PK IV Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan Melakukan kolaborasi dengan profesi lain Melakukan konseling kepada pasen Melakukan pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga Membimbing peserta didik keperawatan Berperan sebagai konsultan dalam lingkup bidangnya Berperan sebagai peneliti
kt i.g
o. id
Memberikan asuhan keperawatan khusus atau sub-spesialisasi. Melakukan tindakan keperawatan khusus atau sub-spesialis dengan keputusan secara mandiri Melakukan bimbingan bagi PK III Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan Melakukan kolaborasi dengan profesi lain Memberikan asuhan keperawatan khusus atau sub-spesialisasi. Melakukan pendidikan kesehatan bagi pasien, keluarga Membimbing peserta didik keperawatan Mengidentifikasi hal-hal yang perlu diteliti lebih lanjut
24
G. Penjaminan Mutu Pendidikan Keperawatan 1. Untuk menjamin mutu intake, proses dan output lulusan, setiap penyelenggara pendidikan keperawatan harus melakukan program penjaminan mutu pendidikan. 2. Program penjaminan mutu dapat dilakukan secara internal maupun eksternal. Penjaminan mutu internal dilakukan dengan membentuk badan jaminan mutu internal, sedangkan penjaminan mutu eksternal dapat melibatkan lembaga penjaminan mutu independen yang diakui pemerintah. 3. Penjaminan mutu pendidikan keperawatan perlu ditetapkan bahwa untuk dapat melanjutkan pendidikan profesi ke jenjang lebih tinggi, seperti dari Ners generalis ke
sebagai Ners Konsultan dari para sejawat Ners Spesialis sejenis dapat diberikan setelah Ners Spesialis mendapatkan pengalaman kespesialisasiannya paling sedikit 5 (lima) tahun di bidang kepakarannya melalui berbagai kegiatan ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan secara nasional dan atau internasional.
Akreditasi merupakan upaya pengendalian mutu secara eksternal yang dilakukan oleh
Tinggi yaitu Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Program Health
2014) sedang mengembangkan sistem akreditasi yang diharapkan dapat melakukan akreditasi pada pendidikan profesi kesehatan di masa mendatang yang disebut dengan Lembaga Akreditasi Mandiri Perguruan Tinggi Kesehatan (LAM-PT Kes). Akreditasi oleh LAM-PT Kes dilakukan dengan menilai proses dan kinerja serta keterkaitan antara tujuan, masukan, proses dan keluaran suatu perguruan tinggi atau program studi keperawatan melalui penilaian formatif. Prinsip akreditasi adalah Continous Quality Improvement. Sejak bulan Mei 2010 melalui program HPEQ DIKTI mulai dikembangkan instrumen untuk program studi pendidikan Ners sebagai kegiatan awal sebelum mengembangkan 25
Professional Education Quality Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (HPEQ DIKTI 2009 -
iu
nd u
suatu badan mandiri. Di Indonesia, saat ini hanya ada satu badan mandiri akreditasi Perguruan
da
ri
w Dra w ft w .h pe
q. di
kt i.g
o. id
pendidikan Ners spesialis, diperlukan paling sedikit pengalaman kerja 2 (dua) tahun di
instrumen sejenis untuk program studi diploma dan program studi pasca sarjana (Program Magister, Program Doktor dan Program Spesialis). Standar kompetensi sesuai jenis dan jenjang pendidikan telah ditetapkan bersama antara Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI) dan Asosiasi Institusi Pendidikan Diploma Tiga Keperawatan Indonesia (AIPDiKI). Standar Pendidikan Ners yang menjadi tanggung jawab AIPNI telah disusun melalui serangkaian kerja bersama dengan PPNI dan beberapa pemangku kepentingan lainnya. Melalui kedua standar ini maka pengembangan instrumen akreditasi untuk program studi pendidikan Ners telah dilaksanakan dengan mengacu pada kedua standar ini, disamping itu juga mempertimbangkan
ditetapkan sebelumnya. Sedangkan standar pendidikan Diploma III, Magister, Spesialis dan Doktor keperawatan sedang dalam proses penyusuanan dengan melibatkan berbagai stakeholder
akreditasi pada pendidikan profesi keperawatan sebagaimana contoh skema untuk pendidikan ners seperti berikut ini:
da
ri
w Dra w ft w .h pe
S.Kep
INPUT
iu
nd u
TH-1
TH-2
TH-3
TH-4
TH-5
IQF LEVEL 6
AKREDITASI
q. di
kt i.g
o. id
berbagai aturan dan kebijakan tentang pendidikan profesi kesehatan dan keperawatan yang telah
sistem
NERS
OUT PUT
26
Berdasarkan skema diatas maka tim penilai atau asesor merupakan komponen penting dalam proses akreditasi ini. Oleh karena itu melalui naskah akademik ini diharapkan dapat dibentuk tim yang terdiri dari berbagai komponen seperti terlihat pada skema berikut. Harapannya akan terjadi proses akreditasi yang transparans, trustable, kredibel dan akuntabel sebagaimana contoh skema tim akreditasi untuk program pendidikan ners dibawah ini:
ACCREDITATION TEAM
BAN-PT AIPNI PPNI
Government (KEM.DIKNAS & KEMENKES)
USER (STUDENT)
4/20/2011
w Dra w ft w .h pe
Pada akhirnya, sistem akreditasi yang baik dapat menghasilkan citra yang baik bagi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496); 3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 91 Tahun 2011;
iu
nd u
1.
da
lulusan maupun institusi yang menghasilkannya. Landasan hukum pelaksanaan akreditasi yang
ri
q. di
19
kt i.g
Public Representative
o. id
27
4.
Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara;
5.
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 84/P Tahun 2009 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011;
Sertifikasi merupakan tanda bukti keabsahan suatu akhir proses, dalam hal ini proses pendidikan keperawatan. Sertifikasi lulusan pendidikan keperawatan ini diberikan dalam bentuk/jenis sebagai berikut:
jenjang tertentu meliputi: pendidikan diploma tiga keperawatan, pendidikan Ners, pendidikan Magister Keperawatan, pendidikan Ners spesialis keperawatan dan pendidikan doktoral keperawatan.
berkelanjutan, diberikan oleh lembaga sertifikasi Perawat sebagai tanda telah lulus uji
Pengembangan pendidikan Keperawatan saat ini diarahkan sejalan dengan perkembangan IPTEK, perubahan demografik kependudukan di Indonesia, arus global dan masalah kesehatan yang kompleks serta tuntutan akan layanan kesehatan yang paripurna dan berkualitas. Diperlukan beberapa profil Perawat mulai dari dasar sampai tingkat lanjut. Jenis Perawat terdiri dari jenjang vokasi (Diploma III) dan jenjang profesi yang meliputi Ners dan Ners Spesialis pada berbagai bidang keperawatan, serta adanya pengakuan kepakaran pada Ners Spesialis sebagai Ners Konsultan. Disamping itu keberadaan Perawat Diploma tiga sebagai tenaga vokasi masih diperlukan untuk berperan serta mendukung Ners di berbagai tatanan layanan termasuk 28
iu
nd u
kompetensi perawat.
da
ri
w Dra w ft w .h pe
1. Ijazah diberikan oleh perguruan tinggi kepada lulusan yang telah menyelesaikan
q. di
kt i.g
o. id
Rumah Sakit dan komunitas. Jenis Perawat yang dikembangkan juga saat ini adalah yang berjenjang pendidikan akademik (Magister dan Doktor). Pendidikan akademik bertujuan untuk memenuhi persyaratan memasuki jenjang pendidikan profesi spesialis dan upaya pengembangan keilmuan Keperawatan (Ilmu Keperawatan Dasar dan Kepemimpinan). Salah satu upaya meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan Ners adalah dengan penyusunan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pendidikan Sarjana Keperawatan oleh AIPNI dan PPNI mulai tahun 2006 dengan mengacu pada SK No. 232/U/2000 dan memberlakukannya pada tahun 2008. Kurikulum Diploma III juga di lakukan pembenahan oleh Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan sejak tahun tahun 2006 dan diberlakukan tahun 2008 sampai
Pada bulan Juli tahun 2010 telah ditetapkan kurikulum pendidikan profesi Ners yang mengembalikan pola pendidikan tahapan menjadi terintegrasi kembali dengan struktur dan pola yang telah disempurnakan dari sebelumnya (kurikulum 1985 dan 1998). AIPNI dan PPNI melakukan kesepakatan perubahan pola kurikulum ini dalam rangka memperoleh standarisasi
kemampuan setiap institusi juga sangat bervariasi. Kurikulum yang dikembangkan berupa kurikulum inti berbobot 60% dan isu global 20% dari kurikulum institusi. Tujuannya adalah diperolehnya kompetensi inti yang setara pada lulusan pendidikan Ners yang ada di Indonesia.
tahap akademik dan tahap profesi yang diukur melalui pembagian kegiatan akademik yang
iu
nd u
berbeban studi 68% dan kegiatan profesi berbeban studi 32% dari total 180 sks (berasal dari
da
ri
Pola penyelenggaraan pendidikan Ners yang baru ini merupakan pola terintegrasi antara
w Dra w ft w .h pe
kurikulum dan implementasinya yang pada kenyataan selama ini sangat bervariasi mengingat
q. di
kt i.g
o. id
dengan sekarang.
29
Gambaran pola penyelenggaraan pendidikan Ners digambarkan pada skema berikut: 36 sks KEGIATAN PROFESI 57,6 sks
180 sks (total beban studi) KEGIATAN AKADEMIK 122,4 sks 144 sks
Pada saat yang sama juga telah dikembangkan beberapa Kolegium Keperawatan termasuk Kolegium Pendidikan Ners. Kolegium ini memiliki fungsi antara lain mengkawal kualitas penyelenggaraan Pendidikan Profesi melalui kurikulum yang dapat menjamin
(untuk Perawat) dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat secara nasional maupun global.
dicantumkan pula ketentuan tentang Uji Kompetensi Nasional bagi peserta didik sebelum
Uji kompetensi akan diberikan sertifikat kompetensi yang menjadi syarat memperoleh Surat Tanda Registrasi (STR). Berdasarkan pola pengembangan tenaga keperawatan maka jenis dan jenjang pendidikan keperawatan adalah sebagai berikut: 1. Jenjang pendidikan Diploma III keperawatan memangku peran dan fungsi sebagai tenaga perawat vokasi yang proses pendidikanya menggunakan kurikulum terintegrasi. Sampai dengan saat ini jenis tenaga vokasi masih dibutuhkan baik dalam negeri maupun diluar negeri. Oleh karena dalam beberapa dekade kedepan pendidikan jenjang Diploma III masih tetap eksis. 30
iu
dinyatakan lulus, yang disebut dengan Exit exam atau Entry level exam. Bagi peserta yang lulus
nd u
da
ri
diperolehnya lulusan yang berkualitas, mengacu pada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
w Dra w ft w .h pe
q. di
kt i.g
o. id
2. Jenjang pendidikan dasar Ners generalis untuk memangku peran dan fungsi sebagai tenaga profesional yang memiliki kompetensi dan kewenangan profesi pada tingkat keperawatan umum. Jenjang pendidikan ini pola kurikulumnya terintegrasi walaupun masih tersirat persyaratan tahap akademik dan tahap profesi yang mencerminkan eksistensi Undang Undang No. 20 tahun 2003 yaitu tentang pendidikan profesi setelah pendidikan sarjana. Pertimbangan utamanya adalah meningkatkan kualitas layanan yang diberikan pada klien dan masyarakat melalui kinerja Ners yang memperlihatkan penguasaan keilmuan dan pengetahuan keperawatan yang tinggi dan kemampuan kritikal dalam menetapkan tindakan dengan justifikasi ilmiah yang dapat
profesi ini diperlukan untuk mengakomodasi upaya pengembangan profesi keperawatan di Indonesia dan menyesuaikan dengan kondisi ketenagaan keperawatan di dunia internasional. Jabaran kompetensi Ners disampaikan pada bagian C tentang kompetensi setiap jenjang pendidikan keperawatan
spesialisasi yang memperkuat dan meningkatkan kualitas layanan keperawatan di bidang spesialisasi tersebut melalui upaya mewujudkan praktik keperawatan berbasis bukti (evidence based nursing practice) yang terdiri dari :
b. Keperawatan Jiwa
d. Keperawatan Anak
f. Keperawatan Kritis g. Keperawatan Kardiovaskuler h. Keperawatan Emergensi i. Keperawatan Onkologi j. Keperawatan Gerontik k. Keperawatan Nefrologi l. Keperawatan Neurologi
iu
e. Keperawatan Komunitas
nd u
c. Keperawatan Maternitas
da
ri
w Dra w ft w .h pe
3. Jenjang berikutnya adalah Ners Spesialis yang memiliki kompetensi sesuai bidang
q. di
kt i.g
o. id
dipertanggung jawabkan. Disamping itu, pola terintegrasi antara tahap akademik dan
31
Disamping jenis dan jenjang yang disebutkan diatas, diperlukan pendidikan berkelanjutan bagi para perawat. Jenis pendidikan berkelanjutan ini bertujuan untuk mempertahankan atau meningkatkan kemampuan teknis keperawatan. Beberapa contoh program pendidikan berkelanjutan ini seperti: 1) keperawatan kardiovaskular dasar, 2) keperawatan endoskopi, 3) keperawatan dialisa, 4) keperawatan kamar bedah, 5) keperawatan luka, dll. Disamping jenis dan jenjang pada pendidikan profesi, maka jenis pendidikan Akademik pada jenjang pendidikan Magister Keperawatan juga akan tetap dikembangkan misalnya bidang Ilmu Keperawatan Dasar dan Dasar Keperawatan; Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan.
pengembangan keilmuan keperawatan melalui berbagai penemuan inovatif dan memiliki tingkat originalitas tinggi serta meningkatkan budaya meneliti dan menghasilkan IPTEK baru untuk mendukung peningkatan praktik keperawatan berbasis bukti (evidence based nursing practice).
iu
nd u
da
ri
w Dra w ft w .h pe
q. di
kt i.g
o. id
32
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Perkembangan keperawatan di Indonesia berjalan sangat lambat dikarenakan beberapa kendala terkait kebijakan dan implementasinya baik yang berhubungan langsung dengan pendidikan maupun pelayanan. Kendala tersebut makin diperberat dengan belum adanya UU Keperawatan. Kondisi sebaliknya terjadi di negara-negara maju sehingga menyulitkan kesetaraan antara profesi keperawatan di Indonesia dengan di luar negeri. Dengan tidak setaranya perawat
dimanfaatkan atau dipenuhi oleh tenaga perawat Indonesia. Di samping itu kontribusi profesi perawat dalam melaksanakan program pemerintah menjadi belum optimal. Oleh karena itu perlu
Sistem pendidikan keperawatan meliputi jenjang pendidikan Diploma III Keperawatan, Pendidikan Ners, Magister Keperawatan (Ilmu Keperawatan Dasar dan Dasar Keperawatan; Manajemen dan Kepemimpinan dalam Keperawatan), Spesialis Keperawatan, dan Doktor Keperawatan. Untuk lebih menjamin efektivitas lulusan dari setiap jenis dan jenjang pendidikan
Pendidikan keperawatan berkelanjutan meliputi berbagai jenis program pelatihan dalam bidang
Beberapa rekomendasi dalam Naskah Akademik ini antara lain: 1. Mendorong percepatan disahkannya UU Keperawatan untuk penataan upaya
profesionalisme keperawatan secara utuh. 2. Adanya pola tunggal dalam regulasi pendidikan keperawatan untuk mengatasi regulasi ganda.
B. Rekomendasi
iu
nd u
da
yang ada perlu didukung oleh peraturan perundangan dan kebijakan untuk menjadi acuan.
ri
w Dra w ft w .h pe
q. di
dilakukan penataan sistem pendidikan keperawatan sehingga berdampak pada kualitas pelayanan
kt i.g
o. id
Indonesia dengan perawat asing, menyebabkan banyak peluang kerja yang tidak dapat
33
3. Mendorong pengembangan perencanaan dan pendayagunaan tenaga keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat baik lokal, nasional, dan global serta pengembangan IPTEK termasuk dalam upaya percepatan pencapain MDGs. 4. Memberlakukan pendidikan antar profesi (Interprofessional collaboration education) 5. Segera memfungsikan Lembaga Akreditasi Mandiri (LAM) untuk mengakreditasi program studi keperawatan secara utuh. 6. Ditetapkannya sistem pendidikan keperawatan yang sesuai dengan pengembangan profesi keperawatan.
iu
nd u
da
ri
w Dra w ft w .h pe
q. di
kt i.g
o. id
Draf Naskah Akademik Sitem Pendidikan Keperawatan 34
DAFTAR PUSTAKA
AIPNI. 2008. Pedoman Kelayakan Penyelenggaraan Pendidikan Ners Indonesia. AIPNI. 2009. Laporan Benchmark AIPNI tentang Sistem Pendidikan Keperawatan di USA. AIPNI, 2010. Kurikulum berbasis kompetensi pada pendidikan Nurse di Indonesia dan suplemen. AIPNI. 2011. Standar Pendidikan Ners Indonesia. AIPNI. 2011. Laporan Benchmark AIPNI tentang Sistem Pendidikan Keperawatan Berkelanjutan di Negara-negara Eropa. College of Registered Nurse of Mannitoba. 2007. Standard for Nursing Education Program.
HPEQ 2010. Laporan Benchmark tentang Sistem Akrreditasi dan Uji Kompetensi di Kanada. HPEQ Project 2011. Laporan hasil survey Standar Pendidikan dan Kompetensi Perawat. International Council of Nurses. 2008. Nursing Care Continuum Framework and Competencies. ICN Regulation Series. Janice Rider Ellis & Celia Love Hartley. 2008. Nursing in Todays World: Trends, issues, and management . 9th Edition. By Wolters Kluwer Health & Lippincott Williams & Wilkins.
Simpson, E., Courtney, M. 2009. Critical Thinking in Nursing Education: A literature review. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009, tentang Kesehatan Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009, tentang Rumah Sakit Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009, tentang Pelayanan Publik, Undang Undang Nomor 8 tahun 1999, tentang Perlindungan Konsumen Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996, tentang Tenaga Kesehatan 35
iu
nd u
Peraturan Presiden Nomor 8 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia.
da
ri
w Dra w ft w .h pe
q. di
kt i.g
HPEQ Project 2010. Laporan hasil survey data dasar keperawatan tahap satu.
o. id
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010, tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010, tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan Kepmendiknas Nomor 163 Tahun 1997 tentang Nomenklatur Pendidikan Tinggi. Kepmendiknas Nomor 232 Tahun 2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa. Kepmendikna Nomor 045 Tahun 2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi. Permendiknas Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan.
Kepmenkes Nomor 148 Tahun 2010, tentang Registrasi dan Praktik Perawat Permenkes Nomor 1796 Tahun 2011, tentang Registrasi Tenaga Kesehatan Kesepakatan Mutual Recognition Agreement tahun 2006
iu
nd u
da
ri
w Dra w ft w .h pe
q. di
kt i.g
Permendiknas Nomor 6 tahun 2010 tentang Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi.
o. id
36
LAMPIRAN STANDAR KOMPETENSI PERAWAT BERDASARKAN JENIS DAN JENJANG PENDIDIKAN I. Kategori : Perawat Vokasional No. Urut 1 2 3 4 5 6 7 Kode Wat.PV.1.Ak.1 Wat.PV.1.PE.2 Wat.PV.1.PE.3 Wat.PV.1.PE.4 Wat.PV.1.PE.5 Wat.PV.1.PL.6 Wat.PV.2.PAK.7 Judul Unit Komptensi
Menerima tanggung gugat terhadap keputusan dan tindakan professional sesuai dengan lingkup praktik, dan hukum/peraturan perundangan Menerapkan prinsip etik dalam keperawatan sesuai dengan Kode Etik Perawat Indonesia Menerapkan sikap menghormati hak privasi dan martabat klien Menerapkan sikap menghormati hak klien untuk memilih dan menentukan sendiri asuhan keperawatan & kesehatan yang diberikan, Menjaga kerahasiaan dan keamanan informasi tertulis, verbal dan elektronik yang diperoleh dalam kapasitas sebagai seorang profesional Melakukan praktik keperawatan profesional sesuai dengan peraturan perundangan Menggunakan keterampilan penyelesaian masalah untuk memandu praktik Berperan serta dalam promosi kesehatan bersama perawat profesional, profesional lain dan kelompok komunitas/ masyarakat dalam kegiatan yang ditujukan untuk mengurangi rasa sakit dan meningkatkan gaya hidup dan lingkungan yang sehat Melaksanakan pengumpulan data kesehatan sesuai aspek yang didelegasikan, kemudian mengkontribusikan data dan informasi tersebut untuk pengkajian yang dibuat oleh Perawat Teregistrasi Mengidentifikasi masalah kesehatan yang umum, aktual dan potensial serta mencatat temuan yang meyimpang Melaporkan dan menjaga keakuratan, mencatat temuan tepat waktu sesuai dengan standar profesi dan kebijakan organisasi Membantu Perawat Teregistrasi dalam merencanakan asuhan klien berdasarkan hasil pengkajian Menetapkan prioritas asuhan yang diberikan bersama perawat supervisor Memberikan informasi yang akurat kepada klien tentang aspek rencana asuhan yang menjadi tanggung jawabnya
Wat.PV.2.PAK.8
10 11 12 13 14
iu
Wat.PV.2.PAK.9
nd u
da
ri
w Dra w ft w .h pe
q. di
kt i.g
o. id
37
15
Wat.PV.2.PAK.15
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Melaporkan dan meminta seorang penasehat apabila klien dan/atau pemberi asuhan meminta dukungan, atau memiliki keterbatasan kemampuan dalam membuat keputusan, memberikan persetujuan, atau mengalami hambatan bahasa Berkoordinasi dengan Perawat Teregisterasi, mengkaji kembali dan merevisi rencana asuhan secara reguler Menjaga kelangsungan rencana asuhan yang terkiri, akurat dan catatan terkait dibawah supervisi Perawat Teregistrasi Melaksanakan intervensi keperawatan yang direncanakan sesuai dengan standar praktik keperawatan dibawah pengawasan perawat teregistrasi
26
27 28 29 30 31
Mengkomunikasikan dan berbagi informasi yang relevan, mencakup Wat.PV.2.PAK.27 pandangan klien, keluarga dan/atau pemberi pelayanan dengan anggota tim kesehatan lain yang terlibat dalam pemberian pelayanan kesehatan. Memberikan advokasi dan berkontribusi . untuk menciptakan Wat.PV.2.KM.28 lingkungan keja yang positif
iu
Memberikan kontribusi kepada tim dalam evaluasi kemajuan terhadap hasil/pencapaian yang ditargetkan Memberikan kontribusi data evaluasi dan saran perbaikan terhadap Wat.PV.2.PAK.24 rencana asuhan kepada perawat teregistrasi Mengkomunikasikan secara jelas, konsisten dan akurat informasi baik Wat.PV.2.PAK.25 verbal, tertulis maupun elektronik, sesuai tanggung jawab profesionalnya Berinteraksi dengan cara menghargai dan menghormati budaya klien, Wat.PV.2.PAK.26 keluarga, dan/atau pemberi pelayanan dari berbagai latar belakang budaya
Wat.PV.2.PAK.23
nd u
Memahami kebutuhan pendekatan dan berbagai gaya kepemimpinan dalam situasi yang berbeda Mengenali konflik dan menggunakan ketrampilan interpersonal serta mekanisme organisasi yang ada untuk mencapai solusi Mendukung pemimpin dengan cara konsisten untuk meningkatkan rasa
da
ri
w Dra w ft w .h pe
Mendokumentasikan intervensi dan respon klien secara akurat dan tepat waktu Mengidentifikasi dan melaporkan situasi perubahan yang tidak Wat.PV.2.PAK.20 diharapkan Meminta bantuan cepat dan tepat dalam situasi gawat darurat/ bencana Wat.PV.2.PAK.21 Menerapkan ketrampilan bantuan hidup dasar sampai bantuan tiba Memonitor dan mendokumentasikan kemajuan hasil asuhan yang Wat.PV.2.PAK.22 diharapkan secara akurat dan lengkap
q. di
kt i.g
o. id
38
32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53
Wat.PV.2.KM.32 Wat.PV.2.KM.33 Wat.PV.2.KM.34 Wat.PV.2.KM.35 Wat.PV.2.KM.36 Wat.PV.2.KM.37 Wat.PV.2.KM.38 Wat.PV.2.KM.39 Wat.PV.2.KM.40 Wat.PV.2.KM.41 Wat.PV.2.KM.42 Wat.PV.2.KM.43 Wat.PV.2.KM.44 Wat.PV.2.KM.45 Wat.PV.2.KM.46 Wat.PV.2.KM.47 Wat.PV.2.KM.48 Wat.PV.2.KM.49 Wat.PV.2.KM.50 Wat.PV.2.KM.51 Wat.PV.2.KM.52 Wat.PV.3.PP.53
*)
Memprioritaskan beban kerja dan mengelola waktu secara efektif Memahami bagaimana kebijakan dan prosedur dikembangkan serta memberikan kontribusi untuk umpan balik komite review. Berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran berbasis unit Memberikan umpan balik dan saran untuk perubahan di lingkungan praktiknya sendiri secara efektif Memahami dan menghargai peran, pengetahuan dan ketrampilan anggota tim kesehatan yang berkaitan dengan tanggung jawabnya. Bekerjasama untuk mempertahankan kerja tim multi dispilin secara efektif. Menggunakan pengetahuan tentang praktik kerja inter dan intra profesional yang efektif Menyampaikan pandangan pasien/klien dan/atau pemberi pelayanan untuk membantu pembuatan keputusan oleh tim inter-profesional Merujuk klien kepada Perawat Teregister untuk menjamin klien mendapatkan intervensi terbaik yang tersedia.
*)
iu
nd u
Mengidentifikasi dan melaporkan situasi yang dapat membahayakan keselamatan klien atau staf. Mempertahankan lingkungan asuhan yang aman melalui tindakan tepat waktu, mengikuti peraturan nasional dan persyaratan keselamatan dan kesehatan di tempat kerja, kebijakan dan prosedur. Menyimpan bahan-bahan pengobatan dengan memperhatikan kemananan dan keselamatan. Memberikan dan mencatat obat dibawah pengawasan seorang Perawat Teregistrasi bila secara hukum diijinkan. Memenuhi prosedur pencegahan infeksi Mengetahui tindakan yang dilakukan pada saat dinyatakan terjadi bencana Mengetahui dan mengikuti standar profesi dan praktik terbaik yang
*)
da
Menerima kegiatan yang didelegasikan sesuai dengan tingkat keahlian dan lingkup praktik legal Memberikan umpan balik kepada orang yang mendelegasikan/ menugaskan kegiatan dan mengawasi kerjanya. Mempertahankan akontabilitas terhadap hasil kegiatan yang didelegasikan
ri
w Dra w ft w .h pe
q. di
kt i.g
o. id
39
54 55 56 57 58 59 60
diterapkan sebagai tanggung jawab profesi Meningkatkan dan mempertahankan citra keperawatan yang positif Bertindak sebagai model peran yang efektif bagi mahasiswa keperawatan (enrolled nurse students) dan staf pendukung Bertindak sebagai nara sumber baagi mahasiswa keperawatan (enrolled nurse students) dan staf pendukung
*) *) *)
Ikut serta dalam kegiatan advokasi melalui organisasi profesi untuk mempengaruhi kebijakan pelayanan kesehatan dan sosial serta masuk ke dalam pelayanan Melaksanakan tugas sesuai arahan dan sesuai dengan kebijakan, ketentuan, tolok ukur kualitas dan juga sesuai dengan tingkat pelatihan yang diikutinya. Berperan serta dalam peningkatan kualitas dan prosedur jaminan mutu Melakukan kajian secara teratur tentang praktik yang dilaksanakannya dengan cara refleksi dan peer review Bertanggung jawab untuk belajar seumur hidup, pengembangan profesional dan mempertahankan kompetensi yang dimilikinya Menyempatkan diri untuk belajar bersama orang lain untuk memberikan kontribusi terhadap asuhan kesehatan
61 62 63 64 65
iu
No. Urut 1 2 3 4 5
nd u
da
ri
Menerima tanggung gugat terhadap keputusan, tindakan profesional, hasil asuhan dan kompetensi lanjutan sesuai dengan lingkup praktik, tanggung jawab yang lebih besar, dan hukum/peraturan perundangan Menerapkan prinsip etik dalam keperawatan sesuai dengan Kode Etik Perawat Indonesia Menerapkan sikap menghormati hak privasi dan martabat klien Menerapkan sikap menghormati hak klien untuk memperoleh informasi, memilih dan menentukan sendiri asuhan keperawatan & kesehatan yang diberikan Menjaga kerahasiaan dan keamanan informasi tertulis, verbal dan
w Dra w ft w .h pe
q. di
kt i.g
o. id
40
6 7
Wat.Ns.1.PL.6 Wat.Ns.2.PAK.7
Wat.Ns.2.PAK.8
elektronik yang diperoleh dalam kapasitas sebagai seorang profesional Melakukan praktik keperawatan profesional sesuai dengan peraturan perundangan Menerapkan keterampilan berpikir kritis dan pendekatan sistem untuk penyelesaian masalah serta pembuatan keputusan keperawatan dalam konteks pemberian asuhan keperawatan profesional Mengelola promosi kesehatan melalui kerjasama dengan sesama perawat, profesional lain serta kelompok masyarakat untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan gaya hidup dan lingkungan yang sehat Melakukan pengkajian melalui pengumpulkan data obyektif dan subyektif yang akurat dan relevan melalui pengkajian kesehatan dan keperawatan yang sistematik Mengorganisasikan, mensintesis, menganalisis, menerjemahkan data dari berbagai sumber untuk menegakkan diagnosis keperawatan dan menetapkan rencana asuhan Berbagi temuan dan mendokumentasikan-nya secara akurat dan tepat waktu sesuai dengan standar profesi dan kebijakan organisasi Merumuskan rencana asuhan yang komprehensif dengan hasil asuhan yang teridentifikasi berdasarkan diagnosis keperawatan, hasil pengkajian keperawatan dan kesehatan, masukan dari anggota tim kesehatan lain, dan standar praktik keperawatan Menetapkan prioritas asuhan melalui kolaborasi dengan pemberi asuhan lain dan klien. Melibatkan klien apabila memungkinkan, dalam rencana asuhan untuk menjamin klien mendapatkan informasi akurat, dapat dimengerti, sebagai dasar persetujuan asuhan yang diberikan Melibatkan seorang penasehat apabila klien, keluarga atau pemberi asuhan meminta dukungan atau memiliki keterbatasan kemampuan dalam membuat keputusan, memberikan persetujuan, atau mengalami hambatan bahasa Mengkaji kembali dan merevisi rencana asuhan secara reguler, apabila memungkinkan berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dan klien Menjaga kelangsungan rencana asuhan yang terkini, akurat dan catatan terkait Melaksanakan serangkaian prosedur, treatment dan intervensi yang berada dalam lingkup praktik keperawatan bagi perawat teregistrasi dan sesuai standar praktik keperawatan Mendokumentasikan intervensi dan respon klien secara akurat dan tepat waktu
Wat.Ns.2.PAK.9
10 11
Wat.Ns.2.PAK.10 Wat.Ns.2.PAK.11
12
Wat.Ns.2.PAK.12
13 14
Wat.Ns.2.PAK.13 Wat.Ns.2.PAK.14
16 17 18 19
iu
15
Wat.Ns.2.PAK.15
nd u
da
ri
w Dra w ft w .h pe
q. di
kt i.g
o. id
41
20 21 22 23 24 25
26
Wat.Ns.2.PAK.26
27 28 29 30
32 33 34 35 36
iu
31
Wat.Ns.2.KM.31
Berinteraksi dengan cara menghargai dan menghormati budaya klien, keluarga, dan/atau pemberi pelayanan dari berbagai latar belakang budaya Mengkomunikasikan dan berbagi informasi yang relevan, mencakup pandangan klien, keluarga dan/atau pemberi pelayanan dengan anggota tim kesehatan lain yang terlibat dalam pemberian pelayanan kesehatan. Memberikan advokasi dan berbertindak dalam rentang kendalinya untuk menciptakan lingkungan keja yang positif Menyesuaikan pendekatan dan gaya kepemimpinan dalam situasi yang berbeda Menghadapi konflik dengan cara yang bijaksana, menggunakan ketrampilan komunikasi yang efektif dan mekanisma yang ada untuk mencapai solusi Memberikan kontribusi untuk kepemimpinan tim dengan memperkuat tujuan sehingga dapat meningkatkan sikap saling menghargai dan percaya diri diantara anggota tim Mengekpresikan pemikiran kepemimpinannya secara jelas dan mendukung harapan anggota tim lainnya Memprioritaskan beban kerja dan mengelola waktu secara efektif Memberikan kontribusi pada hasil review dan modifikasi kebijakan dan prosedure organisasi terbaru. Memberikan kontribusi terhadap pendidikan dan pengembangan profesional mahasiswa dan sejawat di tempat kerja Memberikan umpan balik, saran perubahan di lingkungan praktiknya sendiri atau organisasinya, secara effektif
nd u
da
ri
w Dra w ft w .h pe
q. di
kt i.g
o. id
Merespon situasi perubahan yang cepat atau yang tidak diharapkan secara cepat dan tepat Merespon situasi gawat darurat/ bencana secara cepat dan tepat, termasuk melakukan prosedur bantuan hidup jika diperlukan, dan prosedur gawat darurat/ bencana lainnya Memonitor dan mendokumentasikan kemajuan hasil asuhan yang diharapkan secara akurat dan lengkap Mengevaluasi kemajuan hasil asuhan terhadap pencapaian yang ditargetkan, dengan melibatkan klien, keluarga dan/atau pemberi pelayanan, serta anggota tim kesehatan lain Menggunakan data evaluasi untuk memodifikasi rencana asuhan Mengkomunikasikan secara jelas, konsisten dan akurat informasi baik verbal, tertulis maupun elektronik, sesuai tanggung jawab profesionalnya
42
37 38 39 40 41 42 43
Memahami dan menghargai peran, pengetahuan dan ketrampilan anggota tim kesehatan yang berkaitan dengan tanggung jawabnya Berkolaborasi dengan professional kesehatan lain untuk meningkatkan pelayanan keperawatan dan kesehatan yang dapat dijangkau oleh klien Menggunakan pengetahuan tentang praktik kerja inter dan intra profesional yang efektif Memaparkan dan mendukung pandangan klien, keluarga, dan/atau pemberi pelayanan selama pembuatan keputusan oleh tim inter profesional Merujuk untuk memastikan klien mendapatkan intervensi terbaik yang tersedia.
*)
Mendelegasikan kepada orang lain, kegiatan sesuai dengan kemampuan, tingkat persiapan, keahlian dan lingkup praktik legal. Menerima kegiatan yang didelegasikan sesuai dengan tingkat keahliannya dan lingkup praktik legal Memonitor dan menggunakan serangkaian strategi pendukung termasuk precepting ketika pengawasan dan/atau monitoring asuhan didelegasikan Mempertahankan akontabilitas dan tanggung jawab saat mendelegasikan aspek asuhan kepada orang lain Memberikan kontribusi terhadap pengembangan panduan dan kebijakan yang berkaitan dengan pendelegasian tanggung jawab klinik. Menggunakan alat pengkajian yang tepat untuk mengidentifikasi risiko actual dan potensial terhadap keselamatan dan melaporkan kepada pihak yang berwenang. Mengambil tindakan segera dengan menggunakan strategi manajemen risiko peningkatan kualitas untuk menciptakan dan menjaga lingkungan asuhan yang aman dan memenuhi peraturan nasional, persyaratan keselamatan dan kesehatan tempat kerja, serta kebijakan dan prosedur. Menjamin keamanan dan ketepatan penyimpanan, pemberian dan pencatatan bahan-bahan pengobatan. Memberikan obat, mencatat, mengkaji efek samping dan mengukur dosis yang sesuai dengan resep yang ditetapkan. Memenuhi prosedur pencegahan infeksi dan mencegah terjadinya pelanggaran dalam praktik yang dilakukan para praktisi lain. Mengetahui tanggung jawab dan prosedur yang harus diikuti pada saat dinyatakan terjadi bencana. Meningkatkan deseminasi, penggunaan, monitoring dan penelaahan
44 45 46 47
49 50 51 52 53
iu
48
Wat.Ns.2.KM.48
nd u
da
ri
w Dra w ft w .h pe
q. di
kt i.g
o. id
43
54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65
Wat.Ns.3.PP.54 Wat.Ns.3.PP.55 Wat.Ns.3.PP.56 Wat.Ns.3.PP.57 Wat.Ns.3.PP.58 Wat.Ns.3.PP.59 Wat.Ns.3.PP.60 Wat.Ns.3.PK.61 Wat.Ns.3.PK.62 Wat.Ns.3.PB.63 Wat.Ns.3.PB.64 Wat.Ns.3.PB.65
standar profesi serta pedoman praktik terbaik Meningkatkan dan mempertahankan citra keperawatan yang positif Bertindak sebagai model peran yang efektif bagi mahasiswa dan dalam tim pemberi asuhan Bertindak sebagai nara sumber bagi mahasiswa, anggota tim kesehatan lain dan masyarakat Menghargai penelitian dalam memberikan kontribusi pada pengembangan keperawatan dan menggunakan hasil penelitian sebagai alat untuk meningkatkan standar asuhan
*)
Mencermati lingkungan praktik dan literatur keperawatan untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) dan issu yang muncul Ikut serta dalam kegiatan advokasi melalui organisasi profesi untuk mempengaruhi kebijakan pelayanan kesehatan dan sosial serta masuk ke dalam pelayanan Mengikuti pedoman praktik terbaik dan berdasarkan pembuktian (evidence-based ) dalam melakukan praktik keperawatan. Bepartisipasi dalam kegiatan peningkatan kualitas dan penjaminan mutu. Melakukan kajian secara teratur tentang praktik yang dilaksanakannya dengan cara refleksi, telaah kritis, dan evaluasi serta peer review Bertanggung jawab untuk belajar seumur hidup, pengembangan profesional dan mempertahankan kompetensi yang dimilikinya Menyempatkan diri untuk belajar bersama orang lain untuk memberikan kontribusi terhadap asuhan kesehatan
iu
nd u
da
ri
w Dra w ft w .h pe
q. di
kt i.g
o. id
44
III. Kategori : Ners Spesialis No. Urut 1 2 3 4 5 6 7 Kode Unit Wat.Sp.1.Ak.1 Wat.Sp.1.PE.2 Wat.Sp.1.PE.3 Wat.Sp.1.PE.4 Wat.Sp.1.PE.5 Wat.Sp.1.PL.6 Wat.Sp.2.PAK.7 Judul Unit Komptensi
Menerima tanggung gugat dan tanggung jawab yang lebih besar terhadap keputusan, , tindakan profesional dan kompetensi lanjut sesuai dengan lingkup praktik, hukum/peraturan perundangan Menerapkan prinsip etik dalam keperawatan sesuai dengan Kode Etik Perawat Indonesia Menerapkan sikap menghormati hak privasi dan martabat klien Menerapkan sikap menghormati hak klien untuk memperoleh informasi, memilih dan menentukan sendiri asuhan keperawatan & kesehatan yang diberikan Menjaga kerahasiaan dan keamanan informasi tertulis, verbal dan elektronik yang diperoleh dalam kapasitas sebagai seorang profesional Melakukan praktik keperawatan profesional sesuai dengan peraturan perundangan termasuk area khusus praktik spesialis Menerapkan keterampilan berpikir kritis dan pendekatan sistem untuk penyelesaian masalah serta pembuatan keputusan keperawatan dalam konteks pemberian asuhan keperawatan spesialis Mengelola promosi kesehatan melalui kerjasama dengan sesama perawat, profesional lain kelompok masyarakat serta kelompok khusus tertentu untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan gaya hidup dan lingkungan yang sehat dalam area praktik spesialis Mengumpulkan data obyektif dan subyektif yang akurat dan relevan yang dibutuhkan untuk praktik di area khusus melalui pengkajian kesehatan dan keperawatan yang sistematik, mengajukan permintaan pemeriksaan dan prosedur diagnostik yang diperbolehkan dalam lingkup praktik spesialis dan peraturan perundangan Mengorganisasikan, mensintesis, menganalisis, menerjemahkan data dari berbagai sumber untuk menegakkan diagnosis keperawatan dan menetapkan rencana asuhan Berbagi temuan dan mendokumentasikan-nya secara akurat dan tepat waktu sesuai dengan standar profesi dan kebijakan organisasi Merumuskan rencana asuhan yang komprehensif dengan hasil asuhan yang teridentifikasi berdasarkan diagnosis keperawatan, hasil pengkajian keperawatan dan kesehatan, masukan dari anggota tim kesehatan lain, dan standar praktik keperawatan Menetapkan prioritas asuhan melalui kolaborasi dengan pemberi asuhan lain dan klien
Wat.Sp.2.PAK.8
10 11
Wat.Sp.2.PAK.10 Wat.Sp.2.PAK.11
12
Wat.Sp.2.PAK.12
13
Wat.Sp.2.PAK.13
iu
nd u
Wat.Sp.2.PAK.9
da
ri
w Dra w ft w .h pe
q. di
kt i.g
o. id
45
14
Wat.Sp.2.PAK.14
15
Wat.Sp.2.PAK.15
Melibatkan klien apabila memungkinkan, dalam rencana asuhan untuk menjamin klien mendapatkan informasi akurat, dapat dimengerti, sebagai dasar persetujuan asuhan yang diberikan Melibatkan seorang penasehat apabila klien, keluarga atau pemberi asuhan meminta dukungan atau memiliki keterbatasan kemampuan dalam membuat keputusan, memberikan persetujuan, atau mengalami hambatan bahasa Mengkaji kembali dan merevisi rencana asuhan secara reguler, apabila memungkinkan berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dan klien Menjaga kelangsungan rencana asuhan yang terkini, akurat dan catatan terkait Melaksanakan serangkaian prosedur, treatment dan intervensi yang berada dalam lingkup praktik spesialis dan sesuai dengan standar praktik keperawatan spesialis Mendokumentasikan intervensi dan respon klien secara akurat dan tepat waktu Merespon situasi perubahan yang cepat atau yang tidak diharapkan secara cepat dan tepat Merespon situasi gawat darurat/ bencana secara cepat dan tepat, mengambil peran kepemimpinan dalam triage dan koordinasi asuhan klien sesuai kebutuhan asuhan khusus Memonitor dan mendokumentasikan kemajuan hasil asuhan yang diharapkan secara akurat dan lengkap Mengevaluasi kemajuan hasil asuhan terhadap pencapaian yang ditargetkan, dengan melibatkan klien, keluarga dan/atau pemberi pelayanan, serta anggota tim kesehatan lain Menggunakan data evaluasi untuk memodifikasi rencana asuhan Mengkomunikasikan secara jelas, konsisten dan akurat informasi baik verbal, tertulis maupun elektronik, sesuai tanggung jawab profesionalnya Berinteraksi dengan cara menghargai dan menghormati budaya klien, keluarga, dan/atau pemberi pelayanan dari berbagai latar belakang budaya Mengkomunikasikan dan berbagi informasi yang relevan, mencakup pandangan klien, keluarga dan/atau pemberi pelayanan dengan anggota tim kesehatan lain yang terlibat dalam pemberian pelayanan kesehatan. Memberikan advokasi dan berbertindak dalam rentang kendalinya untuk menciptakan lingkungan keja yang positif Menyesuaikan pendekatan dan gaya kepemimpinan dalam situasi
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Wat.Sp.2.PAK.16 Wat.Sp.2.PAK.17 Wat.Sp.2.PAK.18 Wat.Sp.2.PAK.19 Wat.Sp.2.PAK.20 Wat.Sp.2.PAK.21 Wat.Sp.2.PAK.22 Wat.Sp.2.PAK.23 Wat.Sp.2.PAK.24 Wat.Sp.2.PAK.25
26
Wat.Sp.2.PAK.26
27 28 29
iu
nd u
da
ri
w Dra w ft w .h pe
q. di
kt i.g
o. id
46
30 31 32 33
khusus di area praktik spesialis Menghadapi konflik dengan cara yang bijaksana, menggunakan ketrampilan komunikasi yang efektif dan mekanisma yang ada untuk mencapai solusi Memimpin dengan cara yang dapat menginspirasi rasa saling menghargai dan percaya diri dari anggota lain Menetapkan secara jelas kontribusi dan harapan2 yang diinginkan oleh anggota tim, dalam perannya sebagai ketua tim dan sesuai dengan uraian tugas terbaru. Memprioritaskan beban kerja, mengelola waktu secara efektif dan mengalokasikan sumber2 untuk mencapai hasil yang optimal Memberikan kontribusi pada hasil review dan modifikasi kebijakan dan prosedure organisasi terbaru dan menunjukan kepemipinan dalam mengembangkan dan mengimplementasikan kebijakan organisasi serta prosedur khusus pada area spesialis. Memberikan kontribusi terhadap pengembangan dan implementasi pendidikan spesialis serta pengembangan profesional siswa dan sejawat di tempat kerja Menggunakan proses berubah untuk mempengaruhi pengenalan inovasi dan adaptasi pada praktik spesialis dan organisasi pelayanan. Memahami dan menghargai peran, pengetahuan dan ketrampilan anggota tim kesehatan yang berkaitan dengan tanggung jawabnya Berkolaborasi dengan professional kesehatan lain untuk meningkatkan pelayanan keperawatan dan kesehatan yang diberikan dalam area khusus. Menggunakan pengetahuan tentang praktik kerja inter dan intra profesional yang efektif Memaparkan pandangan klien, keluarga, dan/atau pemberi pelayanan dalam pembuatan keputusan oleh tim inter profesional dan membantu dalam menegosiasikan keputusan yang disepakati bersama Merujuk klien dan menerima rujukan dari pemberi pelayanan kesehatan lain untuk menjamin klien mendapatan intervensi terbaik yang tersedia
34
Wat.Sp.2.KM.34
36 37 38 39 40 41 42
iu
43
Wat.Sp.2.KM.43
Menerima kegiatan yang didelegasikan sesuai dengan tingkat keahliannya dan lingkup praktik legal Memonitor dan menggunakan serangkaian strategi pendukung termasuk precepting dan mentoring ketika pengawasan dan/atau
44
Wat.Sp.2.KM.44
nd u
*)
Mendelegasikan kepada orang lain, kegiatan sesuai dengan kemampuan, tingkat persiapan, keahlian dan lingkup praktik legal
da
ri
w Dra w ft w .h pe
q. di
35
Wat.Sp.2.KM.35
kt i.g
o. id
47
45 46
Wat.Sp.2.KM.45 Wat.Sp.2.KM.46
47
Wat.Sp.2.KM.47
monitoring asuhan didelegasikan Mempertahankan akontabilitas dan tanggung jawab saat mendelegasikan aspek asuhan kepada orang lain Memberikan kontribusi terhadap pengembangan panduan dan kebijakan yang berkaitan dengan pendelegasian tanggung jawab klinik yang khusus pada praktik spesialis. Menggunakan alat pengkajian yang tepat untuk mengidentifikasi risiko actual dan potensial terhadap keselamatan dan melaporkan kepada pihak yang berwenang.
Mengambil tindakan segera dengan menggunakan strategi manajemen risiko peningkatan kualitas untuk menciptakan dan menjaga lingkungan asuhan yang aman dan memenuhi peraturan nasional, persyaratan keselamatan dan kesehatan tempat kerja, serta kebijakan dan prosedur.
48
Wat.Sp.2.KM.48
50
Wat.Sp.2.KM.50
51 52
Wat.Sp.2.KM.51 Wat.Sp.2.KM.52
55 56 57
54
Wat.Sp.3.PP.54
iu
58
Wat.Sp.3.PP.58
nd u
53
Wat.Sp.3.PP.53
Bertindak sebagai nara sumber di area spesialis bagi mahasiswa, anggota tim kesehatan lain, perencana kesehatan dan masyarakat
Memberikan kontribusi dalam pengembangan pengetahuan dan praktik keperawatan klinis spesialis melalui identifikasi dan pelaksanaan penelitian sesuai kebutuhan Memberikan advokasi dan berpartisipasi untuk mendapatkan pengakuan pimpinan, hukum dan masyarakat terhadap kualifikasi spesialis, perlindungan hak sebagai perawai spesialis dan lingkup
da
ri
w Dra w ft w .h pe
q. di
kt i.g
49
Wat.Sp.2.KM.49
Menjamin keamanan dan ketepatan penyimpanan, pemberian dan pencatatan bahan-bahan pengobatan Memberikan obat termasuk dosis yang tepat, cara, frekuensi, berdasarkan pengetahuan yang akurat tentang efek farmakologis, karakteristik klien dan terapi yang disetujui, sesuai dengan resep yang ditetapkan. Memenuhi prosedur pencegahan infeksi dan mencegah terjadinya pelanggaran dalam praktik yang dilakukan para praktisi lain. Mengidentifikasi dan merencanakan langkah-langkah khusus yang diperlukan untuk menangani klien di area praktik khusus dalam kondisi bencana. Meningkatkan deseminasi, penggunaan, monitoring , penelaahan standar profesi spesialis dan pedoman praktik terbaik, serta berpartisipasi dalam mengembangkan dan menyesuaikan standar dalam kontek praktik Meningkatkan praktik keperawatan spesialis sebagai bagian esensial dari pemberian pelayanan kesehatan Bertindak sebagai model peran yang efektif bagi mahasiswa dan dalam tim pemberi asuhan
o. id
48
praktik terkait Mengamati lingkungan praktik dan literatur keperawatan spesialis untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) dan issu yang muncul Ikut serta dalam kegiatan advokasi melalui organisasi profesi untuk mempengaruhi kebijakan pelayanan kesehatan dan sosial serta pemberian pelayanan di area spesialisnya Menggunakan dan berkontribusi dalam penelitian untuk memperoleh pembuktian guna praktik yang aman, efektif dan efesien, di area spesialisasinya. Melakukan telaah secara sistematik untuk meningkatkan kepuasan dan hasil asuhan sesuai area spesialisnya. Melakukan kajian secara teratur tentang praktik yang dilaksanakannya dengan cara refleksi, telaah kritis, dan evaluasi serta peer review Memikul tanggung jawab untuk belajar seumur hidup, pengembangan profesional dan mempertahankan kompetensi yang dimilikinya Berpartisipasi dalam proses belajar mengajar pada bidang keilmuan yang sama maupun multidisiplin
59 60
Wat.Sp.3.PP.59 Wat.Sp.3.PP.60
61 62 63 64 65
iu
nd u
da
ri
w Dra w ft w .h pe
q. di
kt i.g
o. id
49
IV. Kategori : Ners Konsultan No. Urut 1 Kode Unit Judul Unit Komptensi
Menerima tanggung gugat dan tanggung jawab yang lebih besar terhadap keputusan, , tindakan profesional dan kompetensi lanjut sesuai dengan perubahan lingkup praktik, hukum/peraturan perundangan Menerapkan prinsip etik dalam keperawatan sesuai dengan Kode Etik Perawat Indonesia Menerapkan sikap menghormati hak privasi dan martabat klien Berperan serta dalam menetapkan kebijakan yang menegaskan hak klien untuk mendapatkan informasi, memilih dan menentukan sendiri asuhan kepartewatan & kesehatannya dan menerapkannya dalam praktik Berperan serta dalam pengembangan kebijakan dan sistem untuk meningkatkan kerahasiaan dan keamanan informasi tertulis, verbal dan elektronik yang diperoleh dalam kapasitas sebagai seorang profesional Melakukan praktik keperawatan professional mandiri, sesuai dengan peraturan perundangan, termasuk kekhususan dari peran praktik lanjutan Menerapkan keterampilan berpikir kritis, pertimbangan klinis dan keahlian untuk membuat keputusan pada area-area praktik yang komplek dalam konteks pemberian asuhan keperawatan profesional Berperan secara aktif dengan profesional kesehatan lain, perencana, pembuat kebijakan, kelompok masyarakat dan advokasi untuk merumuskan strategi dan menggerakkan sumber sumber untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat Mengumpulkan data obyektif dan subyektif yang akurat dan relevan untuk pengkajian klien menggunakan strategi pengumpulan multipel data dan sumber-sumber informasi, mengajukan permintaan pemeriksaan dan prosedur diagnostik yang diperbolehkan dalam lingkup praktik spesialis dan peraturan perundangan Menerapkan pertimbangan klinis lanjutan dan pengetahuan yang mendalam untuk menegakkan diagnosis banding dan menetapkan rencana asuhan yang komprehensif Berbagi temuan dan mendokumentasikan-nya secara akurat dan
Wat.Sp.K.1.Ak.1
2 3 4
Wat.Sp.K.1.PE.5
Wat.Sp.K.1.PL.6
Wat.Sp.K.2.PAK.9
10 11
Wat.Sp.K.2.PAK.10 Wat.Sp.K.2.PAK.11
iu
Wat.Sp.K.2.PAK.8
nd u
da
Wat.Sp.K.2.PAK.7
ri
w Dra w ft w .h pe
q. di
kt i.g
o. id
50
12
Wat.Sp.K.2.PAK.12
tepat waktu sesuai dengan standar profesi dan kebijakan organisasi Merumuskan dan memobilisasi sumber daya untuk menyusun rencana asuhan yang komprehensif dan terkoordinasi sesuai dengan hasil asuhan yang diharapkan, berdasarkan standar praktik keperawatan lanjutan, serta keputusan tentang pencegahan, diagnostik dan intervensi terapeutik Bernegosiasi untuk memenuhi prioritas asuhan yang diberikan didalam sumber kesehatan dan kemampuan sistem yang tersedia. Melibatkan klien apabila memungkinkan, dalam rencana asuhan untuk menjamin klien mendapatkan informasi akurat, dapat dimengerti sebagai dasar persetujuan asuhan yang diberikan Merencanakan mekanisme untuk menjamin kehadiran seorang penasehat apabila klien, keluarga atau pemberi asuhan meminta dukungan atau memiliki keterbatasan kemampuan dalam membuat keputusan, memberikan persetujuan, atau mengalami hambatan bahasa Mengkaji kembali dan merevisi rencana asuhan secara reguler, apabila memungkinkan berkolaborasi dengan tim kesehatan lain, klien dan/atau pemberi asuhan Menjaga kelangsungan rencana asuhan yang terkini, akurat dan catatan terkait Melaksanakan prosedur, treatment dan intervensi yang berada dalam kewenangan legal, lingkup praktik yang diperluas dan sesuai dengan standar praktik keperawatan Mendokumentasikan intervensi dan respon klien secara akurat dan tepat waktu Menyesuaikan intervensi untuk memenuhi kebutuhan klien dan/atau lingkungan dalam situasi yang berubah secara cepat atau tidak diharapkan Memobilisasi dan mengkoordinasikan sumber daya dan mengambil peran kepemimpinan dalam situasi gawat darurat dan/atau bencana Memonitor dan mendokumentasikan kemajuan hasil asuhan yang diharapkan secara akurat dan lengkap Mengevaluasi kemajuan hasil asuhan terhadap pencapaian yang ditargetkan melalui partisipasi dengan inter disiplin, dan melibatkan klien, keluarga dan/atau pemberi pelayanan Menggunakan data evaluasi untuk mempengaruhi strategi asuhan
13 14
Wat.Sp.K.2.PAK.13 Wat.Sp.K.2.PAK.14
15
Wat.Sp.K.2.PAK.15
16 17 18 19 20
21
Wat.Sp.K.2.PAK.21
22
Wat.Sp.K.2.PAK.22
23 24
Wat.Sp.K.2.PAK.23 Wat.Sp.K.2.PAK.24
iu
nd u
da
ri
w Dra w ft w .h pe
q. di
kt i.g
o. id
51
25
Wat.Sp.K.2.PAK.25
26
Wat.Sp.K.2.PAK.26
27
Wat.Sp.K.2.PAK.27
dan menginformasikan kecenderungan / trend praktik di masa depan Mengkomunikasikan secara jelas, konsisten dan akurat informasi baik verbal, tertulis maupun elektronik, sesuai tanggung jawab profesionalnya Berinteraksi dengan cara menghargai dan menghormati budaya klien, keluarga, dan/atau pemberi pelayanan dari berbagai latar belakang budaya Menciptakan mekanisme yang efektif untuk mengkomunikasikan dan berbagi informasi dengan anggota tim kesehatan lain yang terlibat dalam pemberian pelayanan
Memberikan advokasi dan mengimplementasikan kebijakan dan strategi yang berkaitan dengan sistem kesehatan untuk membangun lingkungan praktik yang positif, termasuk rekrutmen, retensi dan pengembangan sumber daya manusia
28
Wat.Sp.K.2.KM.28
31
Wat.Sp.K.2.KM.31
34
Wat.Sp.K.2.KM.34
iu
35 36 37
nd u
33
Wat.Sp.K.2.KM.33
Mempromosikan kebijakan dan mengadvokasi sumber2 untuk mendukung pendidikan dan pengembangan profesional di lingkungan kerja
Memperkenalkan, mengevaluasi dan mengelola inovasi dan perubahan dalam sistem kesehatan dengan mendorong kreatifitas Menciptakan lingkungan yang membangun kepercayaan diantara pemberi asuhan kesehatan, memahami pengetahuan dan ketrampilan berbagai profesi dan disiplin ilmu dalam
da
ri
32
Wat.Sp.K.2.KM.32
w Dra w ft w .h pe
30
Wat.Sp.K.2.KM.30
Menghadapi konflik dengan cepat dan kreatif, mengenali/ mengetahui potensi peluang untuk mendapat solusi baru Menciptakan rasa percaya untuk dirinya dan organisasi untuk menginspirasi melalui sikap kepemimpinan guna memaksimalkan Kontribusi orang lain Menciptakan visi dan bertindak untuk memberikan rasa memiliki kepada seluruh anggota dan mengawasi seluruh kegiatan kerja mereka Memperioritaskan beban masalah, mengelola waktu secara efektif dan mengalokasi sumber2 untuk mencapai hasil yang optimal Mengembangkan dan melaksanakan mekanisme monitoring dan evaluasi kebijakan secara berkala yang berdampak pada pelayanan keperawatan dan menterjemahkannya dalam rencana, struktur dan program kesehatan.
q. di
29
Wat.Sp.K.2.KM.29
Melibatkan diri dalam kaderisasi pemimpin masa depan, melalui pendidikan, coaching dan mentoring
kt i.g
o. id
52
38
Wat.Sp.K.2.KM.38
39
Wat.Sp.K.2.KM.39
40
Wat.Sp.K.2.KM.40
41 42 43 44 45 46
48
Wat.Sp.K.2.KM.48
47
Wat.Sp.K.2.KM.47
iu
49 50
Wat.Sp.K.2.KM.49 Wat.Sp.K.2.KM.50
nd u
Mendelegasikan kepada orang lain, kegiatan sesuai dengan kemampuan, tingkat persiapan, keahlian dan lingkup praktik legal Menawarkan strategi pengawasan termasuk mentoring, coaching dan precepting sebagai bagian dari tanggungjawab pengawasan. Mempertahankan akontabilitas dan tanggung jawab saat mendelegasikan aspek asuhan kepada orang lain Memberikan kontribusi terhadap pengembangan panduan dan kebijakan yang berkaitan dengan pendelegasian tanggung jawab klinik dalam keperawatan dan lintas profesi kesehatan Menggunakan pengkajian yang umum untuk mengidentifikasi masalah aktual dan potensial terhadap lingkungan , klien, keselamatan perorangan dan risiko keamanan serta melaporkan kepada pihak yang berwenang. Menggunakan berbagai intervensi dan strategi manajemen risiko untuk memprakarsai perubahan dan menjaga lingkungan aman yang ada dalam sistem dan yang memenuhi peraturan nasional , persyaratan keselamatan dan kesehatan tempat kerja Menjamin bahwa kebijakan dan prosedur sudah dijalankan untuk keamanan dan ketepatan penyimpanan,pemberian dan pencatatan bahan-bahan pengobatan. Memberikan obat termasuk dosis yang tepat, cara, frekuensi, berdasarkan pengetahuan yang akurat tentang efek farmakologis,
da
ri
w Dra w ft w .h pe
q. di
memberikan pelayanan kesehatan. Menggunakan kepemimpinan, pembangunan tim, negosiasi dan ketrampilan menyelesaikan konflik untuk membangun hubungan intra-/inter profesional, lembaga lain, dan masyarakat guna meningkatkan kualitas asuhan dan meningkatkan kualitas asuhan serta menagatasi hambatan untuk menjangkau pelayanan Melibatkan diri secara aktif dalam meningkatkan praktik kerja kolaboratif inter dan antar profesional dalam lingkungan praktik Memaparkan pandangan klien, keluarga, dan/atau pemberi pelayanan dalam pembuatan keputusan oleh tim inter profesional dan membantu dan/atau mengarahkan dalam menegosiasikan keputusan yang disepakati bersama Merujuk dan menerima rujukan dari pemberi pelayanan kesehatan lain untuk meningkatkan keberlangsungan asuhan dan menjamin klien mendapatkan intervensi terbaik yang tersedia . Menerima akontabilitas dan tanggungjawab untuk pengelolaan kasus yang kompleks.
kt i.g
o. id
53
51 52
Wat.Sp.K.2.KM.51 Wat.Sp.K.2.KM.52
karakteristik klien dan terapi yang disetujui, sesuai dengan resep yang ditetapkan. Bersikap proaktif dalam menyoroti dan mengajukan perbaikan pada strategi pengawasan infeksi untuk semua tempat praktik. Memberikan kontribusi pada perumusan rencana pelayanan bencana dan pemulihan Memberikan kepemimpinan dalam mengembangkan standar profesi dan praktik terbaik berdasarkan bukti/fakta (evidence base) dan membimbing dalam mengembangkan dan menyesuaikan standar dalam konteks praktik Menyampaikan dan meningkatkan peran keperawaatan praktik lanjutan dalam konteks klinis, politis dan profesional Bertindak sebagai model peran yang efektif bagi mahasiswa dan dalam tim pemberi asuhan
Bertindak sebagai nara sumber dalam praktik keperawatan lanjutan bagi mahasiswa, tim kesehatan lain, perencana kesehatan dan masyarakat
53
Wat.Sp.K.3.PP.53
54 55 56
57
Wat.Sp.K.3.PP.57
58
Wat.Sp.K.3.PP.58
59
Wat.Sp.K.3.PP.59
61
Wat.Sp.K.3.PK.61
62
Wat.Sp.K.3.PK.62
iu
60
Wat.Sp.K.3.PP.60
Memberikan kontribusi pengetahuan baru untuk pengembangan praktik dengan melakukan penelitian, deseminasi dan menggabungkan hasil penelitian kedalam praktik Memberikan advokasi dan berpartisipasi untuk mendapatkan pengakuan pimpinan, hukum dan masyarakat terhadap kualifikasi spesialis, perlindungan hak sebagai perawat konsultan dan lingkup praktiknya Mencermati lingkungan global terhadap kecenderungan yang muncul dalam praktik lanjutan dan asuhan kesehatan Memimpin kegiatan advokasi melalui organisasi profesi untuk mempengaruhi kebijakan pelayanan kesehatan dan sosial yang berdampak pada ketersediaan dan keterjangkauan terhadap pelayanan praktik keperawatan lanjut Menggali dan mengintegrasikan penelitian untuk menghasilkan praktik berbasis pembuktian (evidence-based practice) untuk memperbaiki keamanan, efesiensi dan efektifitas asuhan keperawatan. Berpartisipasi dalam pengawasan dan telaah intra- dan inter dispilin untuk meningkatkan atau memperbaiki kepuasan dan hasil asuhan yang diharapkan klien. Melakukan kajian secara teratur tentang praktik yang dilaksanakannya dengan cara refleksi, telaah kritis, dan evaluasi serta peer review
63
Wat.Sp.K.3.PB.63
nd u
da
ri
w Dra w ft w .h pe
q. di
kt i.g
o. id
54
64 65
Wat.Sp.K.3.PB.64 Wat.Sp.K.3.PB.65
Bertanggung jawab untuk belajar seumur hidup, pengembangan profesional dan mempertahankan kompetensi yang dimilikinya Meningkatkan dan mendorong berbagai program yang mendukung pendidikan asuhan kesehatan yang bersifat interdisiplin
iu
nd u
da
ri
w Dra w ft w .h pe
q. di
kt i.g
o. id
Draf Naskah Akademik Sitem Pendidikan Keperawatan 55