You are on page 1of 22

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Perawatan saluran akar adalah perawatan yang dilakukan dengan mengangkat jaringan pulpa yang telah terinfeksi dari kamar pulpa dan saluran akar, disertasi pembersihan, perbaikan bentuk dan kemudian saluram akar tersebut diisi oleh bahan pengisi saluran akar agar tidak terjadi kelainan lebih lanjut atau infeksi ulang. Dalam melakukan perawatan saluran akar ada beberapa tahapan yang harus dilakukan oleh operator, yaitu outline cavity entrance, preparasi cavity entrance, ekstirpasi jaringan pulpa, pengukuran panjang kerja, preparasi saluran akar, trial guttap, dan pengisian saluran akar. Pembuatan cavity entrance merupakan tahapan yang sangat penting dakam perawatan saluran akar. Cavity entrance adalah jalan masuk ke ruang pulpa. Dalam melakukan preparasi cavity entrance sebelumnya operator harus memahami tentang outline cavity entrance yang merupakan proyeksi ruang pulpa ke permukaan gigi. Outline dan preparasi cavity entrance pada gigi anterior dan posterior berbeda, oleh karena itu operator harus mengetahui perbedaan teknik preparasi cavity entrance pada masing-masing gigi agar perawatan saluran akar dapat berhasil. Apabila operator tidak memahami tentang cavity entrance, maka perawatan saluran akar yang dilakukan dapat mengalami kegagalan. Oleh karena pentingnya memahami cavity entrance, baik outline maupun preparasinya, penulis akan mambahas tentang definisi dan tujuan cavity entrance, outline cavity entrance pada gigi anterior baik yang normal maupun gigi yang karies, serta kesalahan yang mungkin terjadi dalam preparasi cavity entrance agar operator dapat meminimalisir kesalahan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah 1. Apa definisi dan tujuan dari cavity entrance? 2. Bagaimana outline cavity entrance pada gigi-gigi anterior? 3. Bagaimana teknik preparasi cavity entrance pada gigi-gigi anterior?

1.3 Tujuan 1. Mengetahui definisi dan tujuan dari cavity entrance 2. Memahami outline cavity entrance pada gigi-gigi anterior 3. Memahami teknik preparasi cavity entrance pada gigi-gigi anterior

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Endodontik Endodontik merupakan bagian ilmu kedokteran gigi yang menyangkut diagnosis serta perawatan penyakit atau cedera pada jaringan pulpa dan jaringan periapeks. Tujuan perawatan endodontik adalah mengembalikan keadaan gigi yang sakit agar dapat menerima secara biologic oleh jaringan sekitarnya. Ini berarti bahwa gigi tersebut tanpa simtom, dapat berfungsi dan tidak ada tanda-tanda patologik yang lain.

Tahap dasar perawatan endodontik ada tiga tahap. Pertama adalah tahap diagnosa yang meliputi penentuan penyakit dan perencanaan perawatan. Kedua, tahap preparasi. Pada tahap ini isi saluran akar dikeluarkan dan saluran akar dipreparasi untuk menerima bahan pengisi. Ketiga adalah tahap pengisian. Pada tahap terakhir ini saluran akar diisi dengan bahan yang dapat menutupnya secara hermetic sampai batas dentin dan semen. Setiap aspek perawatan endodontik termasuk dalam salah satu dari ketiga tahap tersebut. Asas pokok yang mendasari perawatan gigi dengan masalah endodontik adalah yang mendasari ilmu bedah pada umumnya. Teknik aseptik, debridemen luka, drainase dan perawatan lembut jaringan baik dengan istrumen maupun dengan obat-obatan semuanya adalah asas utama ilmu bedah. Selama perawatan, semua jaringan pulpa harus dikeluarkan, saluran akar dibesarkan dan diirigasi, permukaan saluran disterilkan sebagai yang ditentukan oleh pemeriksaan bakteriologik, dan saluran akar diobsturasi dengan baik untuk mencegah kemungkinan infeksi kembali.

2.2 Instrumen Dasar Pada Endodonsi Telah diketahui bahwa keberhasilan perawatan endodonsi tergantung pada pembersihan yang menyeluruh dan perbaikan untuk saluran akar serta pada pengisian saluran akar tiga dimensi dengan gutta percha dan sealer yang padat.

Untuk memenuhi tujuan ini, endodontis harus mempunyai alat yang berbeda, masing-masing dibuat untuk tujuan tertentu. Beberapa alat ini digunakan selama bertahun-tahun sesuai dengan kemajuan teknologi menghasilkan situasi dimana evaluasi fungsi dan keterbatasan produk menjadi sangat penting. Sesuai fungsinya alat-alat endodonsi adalah sebagai berikut: 1. Alat preparasi orifice a. b. c. 2. Paket peralatan dasar Bur Rubber dam

Alat untuk preparasi saluran akar a. Hand instrument i. ii. iii. b. Reamer Eksterpansi File

Alat saluran akar dengan bantuan listrik i. Handpiece

c. d. e.

Alat pengukuran saluran akar elektronik Alat pengukur, jangka dan penggaris Alat untuk mengeluarkan alat endodonti yang patah dan Pasak.

3.

Alat pengisian saluran akar a. b. c. d. e. Kondensasi lateral dan vertikal Pemadatan termokemis Suntikan gutta percha termoplastis Kondenser endodonti endotec File saluran akar spiral

4.

Peralatan untuk menyimpan dan sterilisasi alat

(Harty; 1992)

2.3 Preparasi Saluran Akar Perawatan saluran akar dapat didefinisikan sebagai mengeluarkan seluruh pulpa gigi yang rusak diikuti dengan pembersihan, perbaikan bentuk dan pengisian sistem saluran akar sehingga gigi dapat menjadi unit fungsional, dalam lengkung rahang. Eksterpasi dari pulpa vital diikuti dengan terapi saluran akar mungkin diperlukan pada kasus dimana rencana perawatan mencakup pembuatan overdenture atau bila susunan angulasi akar terhadap mahkota mengharuskan dibuatnya pasak atau core. Tujuan perawatan ini untuk membersihkan kavitas pulpa yang terinfeksi dan kotoran toksik serta untuk membentuk saluran akar dari jaringan periodontal dan dari rongga mulut. Alasan perawatan terletak pada fakta bahwa pulpa nonvital, avaskular, tidak mempunyai mekanisme perlindungan diri. Jaringan ini dalam saluran akar mengalami autolisis dan produknya akan berdifusi ke jaringan di sekitarnya dan menimbulkan iritasi periapikal bahwa walaupun tidak terjadi kontaminasi bakteri. Terapi endodonti harus mencakup penutupan seluruh sistem saluran akar untuk mencegah timbunan cairan jaringan di saluran akar dan membentuk media kultur bakteri sisa atau mikroorganisma yang dapat masuk dari aliran darah. Perawatan saluran akar dapat dilakukan pada salah satu dari kedua cara, baik dengan cara konvensional melalui kavitas orifice yang dibuat di mahkota gigi atau dengan cara operasi. (Harty; 1992)

2.4 Obat-obatan Intrasaluran Obat-obatan saluran akar dianjurkan sebagai perawatan endododnti rutin untuk berbagai alasan. Namun obat-obat ini jangan digunakan sebagai pengganti preparasi kemomekanis dario sistem saluran akar, yang membentuk perawatan endodonti yang baik dan berhasil. Pada terapi endodonti multikunjungan, obat-obat saluran akar digunakan untuk satu atau beberapa alasan berikut ini: 1. 2. Untuk membantu mengeluarkan mikroorganisme Mengurangi rasa sakit

3. 4.

Menghilangkan eksudat apikal Untuk mempercepat penyembuhan dan pembentukan jaringan Keras.

5.

Untuk mengontrol resorpsi peradangan akar

Bila sebagian besar obat-obatan yang digunakan dahulu umumnya dalam bentuk cairan, sekarang obat-obat ini paling sering digunakan dalam bentuk pasta. Pasta mempunyai kelebihan yaitu memberikan ketebalan bahan yang mengeluarkan komponen aktif selama periode waktu tertentu ke dentin dan jaringan periodontal, dengan juga mengisi saluran akar. (Harty; 1992)

2.5 Pengisian saluran akar Setelah jaringan pulpa dikeluarkan akan terdapat luka, yang kemudian dibersihkan dan didesinfeksi dengan instrumentasi dan irigasi. Luka ini tidak akan menutup epitelium, seperti luka pada tubuh lain, dan karena itu mudah terkena infeksi ulang, untuk mencegah penetrasi mikroorganisma dan toksin dari luar melalui rongga pulpa ke tubuh, ruang ini harus ditutup di bagian koronal dan apikal, yang terakhir ini untuk mencegah infeksi dan untuk memblokir lubang periapeks bagi organisme yang bahkan setelah instrumentasi maupun desinfeksi, tetap hidup dalam rongga pulpa. Selain itu, untuk mencegah infeksi ulang dari ruang pulpa oleh mikroorganisme dari rongga mulut, seluruh ruang pulpa harus diisi , jadi memblokir tubula dentin dan saluran asesori. Dengan cara menentukan lokus pembelahan bakteri dan semua lubang masuk ke tubuh, maka hal ini dapat dicegah. Pada prakteknya, seal yang tidak permeabel harus menutup foramen apikal dan dari bahan yang sesuai serta dapat berfungsi sebagai dresing luka dimana jaringan sehat akan dibentuk untuk beberapa tahun. (Harty; 1992)

2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan perawatan saluran akar Perawatan saluran akar merupakan prosedur perawatan gigi yang bermaksud mempertahankan gigi dan kenyamanannya agar gigi yang sakit

dapat diterima secara biologik oleh jaringan sekitarnya, tanpa simtom, dapat berfungsi kembali dan tidak ada yanda-tanda patologik. Gigi yang sakit bila dirawat dan direstorasi dengan baik akan bertahan seperti gigi vital selama akarnya terletak pada jaringan sekitarnya yangsehat (Bence, 1990). Tidak semua perawatan saluran akar berhasil dengan baik. Pasien harus selalu diberi tahu mengenai kemungkinan terjadinya kegagalan perawatan. Prognosisnya sering berubah pada waktu sebelum, selama dan sesudah perawatan bergantung kepada apa yang terjadi dan apa yang ditemukan selama atau setelah perawatan. Prognosis memuaskan pada permulaan perawatan dapat berubah menjadi prognosis yang lebih buruk atau tidak memuaskan pada akhir prosedur. Dokter gigi harus memberikan pandangan umum bahwa hasil yang mungkin terjadi adalah memuaskan, meragukan atau tidak memuaskan. Mereka akan tahu bahwa segala sesuatunya mungkin tidak akan berjalan seperti yang diharapkan. Pasien akan lebih menerima jika kegagalan terjadi. Interprestasi keberhasilan atau kegagalan berbeda-beda pada setiap klinisi. Kriteria keberhasilan bagi seorang dokter gigi mungkin berupa lamanya hasil perawatan bertahan dan kriteria kegagalannya mungkin kalau pasien mengeluhkan gejala sakit pada gigi yang telah dirawat. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan

perawatan saluran akar adalah faktor patologi, faktor penderita, faktor anatomi, faktor perawatan dan kecelakaan prosedur perawatan (Ingle, 1985; Cohen & Burn, 1994; Walton & Torabinejab, 1996). a.. Faktor Patologis 1. Keadaan patologis jaringan pulpa. Beberapa peneliti melaporkan tidak ada perbedaan yang berarti dalam keberhasilan atau kegagalan perawatan saluran akar yang melibatkan jaringan pulpa vital dengan pulpa nekrosis. Peneliti lain menemukan bahwa kasus dengan pulpa nekrosis memiliki prognosis yang lebih baik bila tidak terdapat lesi periapikal.

2. Keadaan patologis periapikal Adanya granuloma atau kista di periapikal dapat mempengaruhi hasil perawatan saluran akar. Secara umum dipercaya bahwa kista apikalis menghasilkan prognosis yang lebih buruk dibandingkan dengan lesi granulomatosa. Teori ini belum dapat dibuktikan karena secara radiografis belum dapat dibedakan dengan jelas ke dua lesi ini dan pemeriksaan histologi kista periapikal sulit dilakukan. 3. Keadaan periodontal Kerusakan jaringan periodontal merupakan faktor yang dapat mempengaruhi prognosis perawatan saluran akar. Bila ada hubungan antara rongga mulut dengan daerah periapikal melalui suatu poket periodontal, akan mencegah terjadinya proses penyembuhan jaringan lunak di periapikal. Toksin yang dihasilkan oleh plak dentobakterial dapat menambah bertahannya reaksi inflamasi. 4. Resorpsi internal dan eksternal Kesuksesan perawatan saluran akar bergantung pada kemampuan menghentikan perkembangan resorpsi. Resorpsi internal sebagian besar prognosisnya buruk karena sulit menentukan gambaran radiografis, apakah resorpsi internal telah menyebabkan perforasi. Bermacammacam cara pengisian saluran akar yang teresorpsi agar mendapatkan pengisian yang hermetis. b. Faktor Penderita Faktor penderita yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu perawatan saluran akar adalah sebagai berikut (Ingle, 1985; Cohen & Burns, 1994;Walton &Torabinejad, 1996) : 1. Motivasi Penderita Pasien yang merasa kurang penting memelihara kesehatan mulut dan melalaikannya, mempunyai risiko perawatan yang buruk.

Ketidaksenangan yang mungkin timbul selama perawatan akan menyebabkan mereka memilih untuk diekstraksi (Sommer, 1961).

2. Usia Penderita Usia penderita tidak merupakan faktor yang berarti bagi kemungkinan keberhasilan atau kegagalan perawatan saluran akar. Pasien yang lebih tua usianya mengalami penyembuhan yang sama cepatnya dengan pasien yang muda. Tetapi penting diketahui bahwa perawatan lebih sulit dilakukan pada orang tua karena giginya telah banyak mengalami kalsifikasi. Hali ini mengakibatkan prognosis yang buruk, tingkat perawatan bergantung pada kasusnya (Ingle, 1985). 3. Keadaan kesehatan umum Pasien yang memiliki kesehatan umum buruk secara umum memiliki risiko yang buruk terhadap perawatan saluran akar, ketahanan terhadap infeksi di bawah normal. Oleh karena itu keadaan penyakit sistemik, misalnya penyakit jantung, diabetes atau hepatitis, dapat menjelaskan kegagalan perawatan saluran akar di luar kontrol ahli endodontis (Sommer, dkk, 1961; Cohen & Burns, 1994). c. Faktor Perawatan Faktor perawatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu perawatan saluran akar bergantung kepada : 1. Perbedaan operator Dalam perawatan saluran akar dibutuhkan pengetahuan dan aplikasi ilmu biologi serta pelatihan, kecakapan dan kemampuan dalam manipulasi dan menggunakan instrumen-instrumen yang dirancang khusus. Prosedur-prosedur khusus dalam perawatan saluran akar digunakan untuk memperoleh keberhasilan perawatan. Menjadi kewajiban bagi dokter gigi untuk menganalisa pengetahuan serta kemampuan dalam merawat gigi secara benar dan efektif (Healey, 1960; Walton &Torabinejad, 1996). 2. Teknik-teknik perawatan Banyak teknik instrumentasi dan pengisian saluran akar yang tersedia bagin dokter gigi, namun keuntungan klinis secara individual dari masing-masing ukuran keberhasilan secara umum belum dapat

ditetapkan.

Suatu

penelitian

menunjukan

bahwa

teknik

yang

menghasilkan penutupan apikal yang buruk, akan menghasilkan prognosis yang buruk pula (Walton & Torabinejad, 1996). 3. Perluasan preparasi atau pengisian saluran akar. Belum ada penetapan panjang kerja dan tingkat pengisian saluran akar yang ideal dan pasti. Tingkat yang disarankan ialah 0,5 mm, 1 mm atau 1-2 mm lebih pendek dari akar radiografis dan disesuaikan dengan usia penderita. Tingkat keberhasilan yang rendah biasanya berhubungan dengan pengisian yang berlebih, mungkin disebabkan iritasi oleh bahan-bahan dan penutupan apikal yang buruk. Dengan tetap melakukan pengisian saluran akar yang lebih pendek dari apeks radiografis, akan mengurangi kemungkinan kerusakan jaringan periapikal yang lebih jauh (Walton & Torabinejad, 1996). d. Faktor Anatomi Gigi Faktor anatomi gigi dapat mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan suatu perawatan saluran akar dengan mempertimbangkan : 1. Bentuk saluran akar Adanya pengbengkokan, penyumbatan,saluran akar yang sempit, atau bentuk abnormal lainnya akan berpengaruh terhadap derajat kesulitan perawatan saluran akar yang dilakukan yang memberi efek langsung terhadap prognosis (Walton & Torabinejad, 1996). 2. Kelompok gigi Ada yang berpendapat bahwa perawatan saluran akar pada gigi tunggal mempunyai hasil yang lebih baik dari pada yang berakar jamak. Hal ini disebabkan karena ada hubungannya dengan interpretasi dan visualisasi daerah apikal pada gambaran radiografi. Tulang kortikal gigi-gigi anterior lebih tipis dibandingkan dengan gigi-gigi posterior sehingga lesi resorpsi pada apeks gigi anterior terlihat lebih jelas. Selain itu, superimposisi struktur radioopak daerah periapikal untuk gigi-gigi anterior terjadi lebih sedikit, sehingga interpretasi radiografinya mudah

10

dilakukan. Radiografi standar lebih mudah didapat pada gigi anterior, sehingga perubahan periapikal lebih mudah diobservasi dibandingkan dengan gambaran radiologi gigi posterior (Walton & Torabinejad, 1989). 3. Saluran lateral atau saluran tambahan Hubungan pulpa dengan ligamen periodontal tidak terbatas melalui bagian apikal saja, tetapi juga melalui saluran tambahan yang dapat ditemukan pada setiap permukaan akar. Sebagian besar ditemukan pada setengah apikal akar dan daerah percabangan akar gigi molar yang umumnya berjalan langsung dari saluran akar ke ligamen periodontal (Ingle, 1985). Preparasi dan pengisian saluran akar tanpa

memperhitungkan adanya saluran tambahan, sering menimbulkan rasa sakit yang hebat sesudah perawatan dan menjurus ke arah kegagalan perawatan akhir (Guttman, 1988). e. Kecelakaan Prosedural Kecelakaan pada perawatan saluran akar dapat memberi pengaruh pada hasil akhir perawatan saluran akar, misalnya : 1. Terbentuknya ledge (birai) atau perforasi lateral. Birai adalah suatu daerah artifikasi yang tidak beraturan pada permukaan dinding saluran akar yang merintangi penempatan instrumen untuk mencapai ujung saluran (Guttman, et all, 1992). Birai terbentuk karena penggunaan instrumen yang terlalubesar, tidak sesuai dengan urutan; penempatan instrumen yang kurang dari panjang kerja atau penggunaan instrumen yang lurus serta tidak fleksibel di dalam saluran akar yang bengkok (Grossman, 1988, Weine, 1996). Birai dan ferforasi lateral dapat memberikan pengaruh yang merugikan pada prognosis selama kejadian ini menghalangi pembersihan, pembentukan dan pengisian saluran akar yang memadai (Walton & Torabinejad, 1966).

11

2. Instrumen patah Patahnya instrumen yang terjadi pada waktu melakukan perawatan saluran akar akan mempengaruhi prognosis keberhasilan dan kegagalan perawatan. Prognosisnya bergantung pada seberapa banyak saluran sebelah apikal patahan yang masih belum dibersihkan dan belum diobturasi serta seberapa banyak patahannya. Prognosis yang baik jika patahan instrumen yang besar dan terjadi ditahap akhir preparasi serta mendekati panjang kerja. Prognosis yang lebih buruk jika saluran akar belum dibersihkan dan patahannya terjadi dekat apeks atau diluar foramen apikalis pada tahap awal preparasi (Grossman, 1988; Walton & Torabinejad, 1996). 4. Fraktur akar vertikal Fraktur akar vertikal dapat disebabkan oleh kekuatan kondensasi aplikasi yang berlebihan pada waktu mengisi saluran akar atau pada waktu penempatan pasak. Adanya fraktur akar vertikal memiliki prognosis yang buruk terhadap hasil perawatan karena menyebabkan iritasi terhadap ligamen periodontal (Walton &Torabinejad, 1996).

12

BAB 3. PEMBAHASAN CAVITY ENTRANCE GIGI ANTERIOR Perawatan saluran akar merupakan perawatan yang yang dilakukan dengan cara mengeluarkan seluruh jaringan pulpa gigi yang rusak yang diikuto pembersihan, perbaikan bentuk dan pengisian seluruh system saluran akar sehingga gigi dapat tetap menjadi unit fungsional dalam bentuk rahang. Salah satu tahap paling awal dari perawatan saluran akar adalah Cavity entrance. Cavity Entrance merupakan jalan masuk menuju ruang pulpa pada gigi dalam bentuk kavitas, kavitas tersebut dibentuk dengan jalan pengeburan pada permukaan palatal/lingual (gigi anterior) atau oklusal (gigi posterior). Sebelum dilakukan preparasi cavity entrance pada pasien, hal-hal yang harus dilakukan oleh operator adalah melakukan anestesi pada region gigi yang akan di preparasi. Setelah itu operator hendaknya dapat menentukan outline pada gigi yang akan dilakukan preparasi cavity entrance. Outline Cavity entrance adalah proyeksi ruang pulpa ke permukaan gigi di bagian singulum (fosa caecum) atau oklusal. Outline cavity entrance digambar pada bagian palatal/lingual gigi anterior atau bagian oklusal gigi posterior. Tujuan dari dilakukannya cavity entrance adalah untuk menghindari terbuangnya terbuangnya jaringan gigi yang berlebihan pada waktu preparasi cavity entrance.

13

a. Outline form Insisivus Rahang Atas Bentuknya segitiga dengan alas sejajar insisal

14

b. Outline form Kaninus RA Bentuknya oval/ bulat dengan arah insiso-cervical

c. Outline form gigi insisivus rahang bawah

15

d. Outline form gigi caninus rahang bawah

16

PREPARASI CAVITY ENTRANCE TEKNIK PREPARASI CAVITY ENTRANCE GIGI ANTERIOR RA 1. Memperhatikan outline cavity entrance

2. Gunakan bur bulat dan diletakkan di atas singulum pada sudut tegak lurus dengan permukaan enamel gigi lalu dilakukan pengeburan.setelah menembus enamel, dengan arah sejajar sumbu akar gigi dilakukan pengeburan sampai menembus ruang pulpa yang ditandai dengan sensasi seperti menembus ruang kosong.

3. Orifice dicari dengan jarum miller (orifice adalah lubang saluran akar yang terletak pada dasar ruang pulpa, perhatikan letak dan jumlahnya).

4. Setelah itu dengan bur bulat dilakukan gerakan ke arah incisal edge untuk menghilangkan atap pulpa dan tanduk pulpa dan membentuk cavity entrance sedemikian rupa sehingga alat preparasi dapat memperluas ke dalam saluran akar dengan bebas. Untuk memperluas dan menghaluskan kavitas akses digunakan fissure bur.

17

Cavity entrance pada gigi insisivus rahang atas

18

PREPARASI CAVITY ENTRANCE TEKNIK PREPARASI CAVITY ENTRANCE GIGI ANTERIOR RB 1. Memperhatikan outline cavity entrance

2. Gunakan bur bulat dan diletakkan di atas singulum pada sudut tegak lurus dengan permukaan enamel gigi lalu dilakukan pengeburan.setelah menembus enamel, dengan arah sejajar sumbu akar gigi dilakukan pengeburan sampai menembus ruang pulpa yang ditandai dengan sensasi seperti menembus ruang kosong.

3. Orifice dicari dengan jarum miller (orifice adalah lubang saluran akar yang terletak pada dasar ruang pulpa, perhatikan letak dan jumlahnya).

4. Setelah itu dengan bur bulat dilakukan gerakan ke arah incisal edge untuk menghilangkan atap pulpa dan tanduk pulpa dan membentuk cavity entrance sedemikian rupa sehingga alat preparasi dapat memperluas ke dalam saluran akar dengan bebas. Untuk memperluas dan menghaluskan kavitas akses digunakan fissure bur.

19

20

BAB 4. KESIMPULAN

Cavity Entrance merupakan jalan masuk menuju ruang pulpa pada gigi dalam bentuk kavitas, kavitas tersebut dibentuk dengan jalan pengeburan pada

permukaan palatal/lingual (gigi anterior) atau oklusal (gigi posterior). Sebelum dilakukan preparasi cavity entrance pada pasien, hal-hal yang harus dilakukan oleh operator adalah melakukan anestesi pada region gigi yang akan di preparasi. Setelah itu operator hendaknya dapat menentukan outline pada gigi yang akan dilakukan preparasi cavity entrance. Outline Cavity entrance adalah proyeksi ruang pulpa ke permukaan gigi di bagian singulum (fosa caecum) atau oklusal. Outline cavity entrance digambar pada bagian palatal/lingual gigi anterior atau bagian oklusal gigi posterior. Tujuan dari dilakukannya cavity entrance adalah untuk menghindari terbuangnya terbuangnya jaringan gigi yang berlebihan pada waktu preparasi cavity entrance.

21

DAFTAR PUSTAKA

Grosman, 195, Ed.11 Ilmu Endodontic dalam Praktek, Rafiah Abiyono, Jakarta,EGC, Hal:196-264. Walton dan Torabinejad, 2008, 2008, Ed.3, Prinsip dan Praktik Ilmu Edodontia, lilia Juwono, Jakarta, EGC hal 204-266. Black GV. Operative dentistry. 7th ed. Vol II. Chicago: Medico-Dental Publishing; 1936.

22

You might also like