Professional Documents
Culture Documents
Ketika liburan akhir blok IX pepeng mahasiswa PSPDG UNAND pulang ke kampung halamannya di Kota Nopan, lelah rasanya setelah berjuang keras menghadapi ujian blok IX yang dirasakan amat sulit. Hujan lebat , mengguyur sepanjang perjalanannya, dalam pikirannya terbayang biasanya kalau begini sering terjadi longsor. Sesampainya dikampung langsung tertidur pulas sesudah makan malam karena terlalu capek dalam perjalanan. Menjelang fajar ia terjaga dari tidurnya karena mendengar bunyi gemuruh yang keras, dari informasi radio komunikasi yang dibawa terdengar berita bahwa ada tanah longsor di kampungnya dan menimbun beberapa rumah, korban belum dapat diperkirakan. Pepeng berpartisipasi membantu Tim SAR yang terjun ke lapangan mencari korban, ia diberi tugas menerima laporan masyarakat yang kehilangan keluarganya. Pepeng melihat ada anggota tim mewawancarai masysrakat yang kehilangan keluarganya dan mengisi formulir data Ante Mortem dan Post Mortem, karena penasaran maka ia bertanya kepada drg. Amitmundur yang bertugas dalam tim untuk apa semua data-data itu, dijelaskan bahwa ada prosedur tertentu yang harus dilaksanakan dalam mengidentifikasi korban salah satunya adalah melengkapi data Ante Mortem yang agar dapat mengidentifikasi korban secara cepat dan akurat. Drg. Bawor juga menjelaskan bahwa identifikasi gigi seseorang sangat penting dan membantu sekali dalam mengidentifikasi korban seperti pengalamannya selama ini dalam Tim SAR. Sehingga disarankan agar bila nanti telah menjadi dokter gigi yang kabarnya dari PSPDG UNAND mempunyai unggulan dalam hal DVI harus mengetahui dengan baik serta tahu perannya sebagai dokter gigi dalam Tim SAR. Mendengar penjelasan drg. Amitmundur semakin menggugah semangat pepeng untuk rajin belajar dan segera menyelesaikan studinya agar dapat mendharmabhaktikan diri kepada Negara dan sesame manusia. Jelaskan pendapatmu dalam masalah ini
I.
MENGKLARIFIKASI TERMINOLOGI
Terminologi : 1. Ante Mortem : data yang penting pada korban sebelum terjadinya kejadian. 2. Post Mortem : Data hasil pemeriksaan forensic yang bias dilihat dan ditemukan. 3. TIM SAR : tim pencarian dan penyelamat kejadian bencana alam dan kecelakaan
II.
MENGIDENTIFIKASI MASALAH
Masalah : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Apa tindakan pertama yang dilakukan dokter gigi di TKP? Apa saja data yang diperlukan untuk identifikasi korban? Bagaimana teknik identifikasi gigi? Apa saja prosedur yang dilakukan dalam identifikasi korban? Apa saja metode identifikasi? Bagaimana jika data ante mortem tidak ditemukan? Apa peran odontology forensic pada korban hidup?
III.
ANALISA MASALAH
1. Apa tindakan pertama yang dilakukan dokter gigi di TKP? membantu identifikasi korban membantu kegawatdaruratan mengumpulkan data post moertem mengamankan TKP menyelamatkan bukti penting mengambil cairan rongga mulut 2. Apa saja data yang diperlukan untuk identifikasi korban? Data gigi yang ada/tidak Tambalan Atrisi Gigi M3 sudah tumbuh/belum Jenis tambalan/restorasijejas gigitan 3. Bagaimana teknik identifikasi gigi? Dengan manual, pemeriksaan dengan rahang, foto, pencetakkan. Membandingkan PM dengan AM. 1. Rekonstruksi Identifikasi tanpa Ante Mortem 2. Perbandingan Membandingkan ante mortem dengan post mortem
4. Apa saja prosedur yang dilakukan dalam identifikasi korban? Mengamankan TKP Pengumpulan data post mortem Pengumpulan data ante mortem Membandingkan data PM dengan AM Apabila sudah teridentifikasi dikembalikan kepada keluarga
5. Apa saja metode identifikasi? Sederhana - Visual - Perhiasan - Pakaian - Dokumen - Ekslusi Ilmiah - Odontologi forensic - Serologi forensic - Sidik Jari - DNA
6. Bagaimana jika data ante mortem tidak ditemukan? Dilakukan rekonstruksi, Hanya dapat mengidentifikasi : ras, jenis kelamin, golongan darah
8. Apa peran odontology forensic pada korban hidup? Korban hidup : Bekas gigitan pada korban tersangka Bekas gigitan pada tersangka
IV.
Ante Mortem
Post Mortem
Identifikasi korban
prosedur identifikasi
Odontologi forensic
Peran
Bite Mark
teknik identifikasi
V.
LEARNING OBJECTIVE
Learning Objective Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai : 1. Peran odontologi forensic 2. Teknik pemeriksaan gigi pada proses identifikasi 3. Bitemark 4. Data postmortem dan antemortem 5. Prosedur identifikasi korban
VI. VII.
Seperti hal nya dengan sidik jari, maka setiap individu memiliki susunan gigi yang khas.Dengan demikian dapat dilakukan indentifikasi dengan cara membandingkan data temuan dengan data pembanding antemortem.
LO III : Bitemark
Bitemark Jejas gigitan pada kulit adalah suatu pola daricedera pada kulit yang dihasilkan oleh gigi.Keperluan dalam pemeriksaan jejas gigitan inipada bidang forensik biasanya terjadi pada suatukejahatan misalkan pada kasus pembunuhan,kekerasan seksual, penyiksaan anak, kekerasandalam rumah tangga, dan penganiayaan. Jejasgigitan juga bisa diakibatkan binatang terutamaanjing dan kucing.
Urutan pemeriksaan jejas gigitan Identifikasi Dokumentasi Pengumpulan barang bukti dan penyimpanan barangbukti Penyidikan dental dari bukti yang masih diragukan Penyidikan dental dari bukti yang sudah diketahui Perbandingan fisik antara nomor 4 dan 5 yang dapatberhubungan atau pun tidak Pengenalan DNAdari usapan saliva pada jejas gigitan Komunikasi atau penyampaian hasil investigasi
Mengacu pada American Board of ForensicOdontology (ABFO), variasi dari jejas gigitantermasuk penambahan,pengurangan danpenyimpangan.
Karakteristik kelas bekas gigitan o o o o o Empat gigi depan atas akan membuat bekas berbentukpersegi panjang Gigi taring atas akan membuat bekas berbentuk bulatatau ovoid Empat gigi depan bawah akan membuat bekasberbentuk persegi panjang Gigi taring bawah akan membuat bekas berbentuk bulatatau ovoid Celah yang terlihat jelas antara bekas gigitanmenandakan 4 kemungkinan :
- Kemungkinan tidak punya gigi - gigi terlalu pendek atau ada kerusakan gigisebelumnya - Ada sebuah objek yang menghalangi gigi saatberkontak dengan kulit - Hipotesa yang mengatakan tentang pergerakan jaringan o Area diantara gigitan gigi yang menunjukkantanda signifikan seperti memar yang samar sesuai dengan bagian gigi yang tidakbersentuhan dengan kulit sesuai denganbeberapa gambaran giginya saat itu.Perbedaangaris bentuk jaringan akan lebih jelas terlihatpada photograph bekas gigitan
ciri-ciri tambahan yang terlihatpada kulit yang luka disekitar jejas gigitan o o o o o o o o o o o Ekimosis sentral (luka memar sentral) Abrasi, kontusio linear Gigitan ganda Bekas gigitan sebagian Bekas gigitan buram/kabur Penyatuan lengkungan Jejas gigitan penuh Lengkungan tertutup Tersembunyi Gigitan berulang (superimposedbites) Gigitan avulsif
Bila ada bekas gigitan, maka perlu tindakan: Dibuat foto close up, hitam putih dan dilengkapi denganmistar ukur
Dibuat usapan disekitar luka bekas gigitan dengan kapas yang dibasahi saline solution sebagai bahan pemeriksaansaliva. Dibuat cetakan (Impression ) dari garis cetak atau alginate.
Informasi yang mungkin dapat diperoleh dari bekas gigitan antara lain :
o o o o
Pola/susunan gigi pelaku. Air liur golongan darah. Analisa DNA pelaku.
Penentuan golongan darah pada pemeriksaan air liur yang diambil dari bekas gigitan : Dalam bidang kedokteran forensik, pemeriksaan salivapenting untuk kasus-kasus dengan jejas gigitan untukmenentukan golongan darah penggigitnya. Golongan darah penggigit yang termasuk dalam golongan sekretor dapat ditentukan dengan cara absorbsi inhibisi.
Analisa DNA pada pemeriksaan air liur yang diambildari bekas gigitan : Saliva ini dapat menjadi sumber untuk pencarian DNAyang berguna untuk proses identifikasi
Data postmortem : o o o o Gigi yang ada dan tidak ada. Bekas gigi yang tidak ada apakah baru atau lama Gigi yang ditambal, jenis bahan dan klasifikasi tambalannya Anomaly bentuk dan posisi gigi Karies atau kerusakan gigi yang ada
o Jenis dan bahan restorasi, perawatan dan rehabilitasi yang mungkin ada seperti jacket crown, teeth bridge, plat orthodonti, prothesa gigi, dsb
o Atrisi atau keausan dataran kunyah gigi yang merupakan proses fisiologis untuk fungsi mengunyah o o Gigi m3 sudah erupsi atau belum Lain-lain
Pada jenazah yang rusak/busuk untuk menjamin keakuratan dilakukan dua sampai tiga metode pemeriksaan dengan hasil positif. b. Identifikasi sekunder Pemeriksaan dengan menggunakan data identifikasi sekunder tidak dapat berdiri sendiri dan perlu didukung kriteria identifikasi yang lain. Identifikasi sekunder terdiri atas cara sederhana dan cara ilmiah. Cara sederhana yaitu melihat langsung ciri seseorang dengan memperhatikan perhiasan, pakaian dan kartu identitas yang ditemukan. Cara ilmiah yaitu melalui teknik keilmuan tertentu seperti pemeriksaan medis.
1) Pemeriksaan sidik jari Metode ini membandingkan gambaran sidik jari jenazah dengan data sidik jari antemortem. Pemeriksaan sidik jari merupakan pemeriksaan yang diakui paling tinggi akurasinya dalam penentuan identitas seseorang, oleh karena tidak ada dua orang yang memiliki sidik jari yang sama. 2) Metode visual Metode ini dilakukan dengan cara keluarga/rekan memperhatikan korban (terutama wajah). Oleh karena metode ini hanya efektif pada jenazah yang masih utuh (belum membusuk), maka tingkat akurasi dari pemeriksaan ini kurang baik. 3) Pemeriksaan dokumen Metode ini dilakukan dengan dokumen seperti kartu identitas (KTP, SIM, kartu golongan darah, paspor dan lain-lain) yang kebetulan dijumpai dalam saku pakaian yang dikenakan. Namun perlu diingat bahwa dalam kecelakaan massal, dokumen yang terdapat dalam saku, tas atau dompet pada jenazah belum tentu milik jenazah yang bersangkutan. 4) Pengamatan pakaian dan perhiasan Metode ini dilakukan dengan memeriksa pakaian dan perhiasan yang dikenakan jenzah. Dari pemeriksaan ini dapat diketahui merek, ukuran, inisial nama pemilik, badge, yang semuanya dapat membantu identifikasi walaupun telah terjadi pembusukan pada jenazah. Untuk kepentingan lebih lanjut, pakaian atau perhiasan yang telah diperiksa, sebaiknya disimpan dan didokumentsikan dalam bentuk foto. 5) Identifikasi medik Metode ini dilakukan dengan menggunakan data pemeriksaan fisik secara keseluruhan, meliputi tinggi dan berat badan, jenis kelamin, warna rambut, warna tirai mata, adanya luka bekas operasi, tato, cacat atau kelainan khusus dan sebagainya. Metode ini memiliki akurasi yang tinggi, oleh karena dilakukan oleh seorang ahli dengan menggunakan berbagai cara atau modifikasi. 6) Pemeriksaan Gigi Pemeriksaan ini meliputi pencatatan data gigi yang dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan manual, sinar x, cetakan gigi serta rahang. Odontogram memuat data tentang jumlah, bentuk, susunan, tambalan, protesa gigi dan sebagainya. Bentuk gigi dan rahang merupakan ciri khusus dari seseorang, sedemikian khususnya sehingga dapat dikatakan tidak ada gigi atau rahang yang identik pada dua orang yang berbeda, bahkan kembar identik sekalipun. 7) Serologi Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan golongan darah yang diambil baik dari tubuh korban atau pelaku, maupun bercak darah yang terdapat di tempat kejadian perkara. Ada dua tipe orang dalam menentukan golongan darah, yaitu:
Sekretor
: golongan darah dapat ditentukan dari pemeriksaan darah, air mani dan cairan tubuh.
Non-sekretor : golongan darah hanya dari dapat ditentukan dari pemeriksaan darah. 8) Metode ekslusi Metode ini digunakan pada identifikasi kecelakaan massal yang melibatkan sejumlah orang yang dapat diketahui identitasnya. Bila sebagian besar korban telah dipastikan identitasnya dengan menggunakan metode identifikasi lain, sedangkan identitas sisa korban tidak dapat ditentukan dengan metode tersebut di atas, maka sisa diidentifikasi menurut daftar penumpang. 9) Identifikasi kasus mutilasi Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan apakah potongan berasal dari manusia atau binatang. Bila berasal dari manusia ditentukan apakah potongan tersebut berasal dari satu tubuh. Untuk memastikan apakah potongan tubuh berasal dari manusia dilakukan beberapa pemeriksaan seperti pengamatan jaringan secara makroskopik, mikroskopik dan pemeriksaan serologik berupa reaksi antigen-antibodi. 10) Identifikasi kerangka Identifikasi ini bertujuan untuk membuktikan bahwa kerangka tersebut adalah kerangka manusia, ras, jenis kelamin, perkiraan umur, tinggi badan, ciri-ciri khusus, deformitas dan bila memungkinkan dapat dilakukan rekonstruksi wajah. Kemudian dicari pula tanda kekerasan pada tulang serta keadaan kekeringan tulang untuk memperkirakan saat kematian. 11) Forensik molekuler Pemeriksaan ini memanfaatkan pengetahuan kedokteran dan biologi pada tingkatan molekul dan DNA. Pemeriksaan ini biasa dilakukan untuk melengkapi dan menyempurnakan berbagai pemeriksaan identifikasi personal pada kasus mayat tak dikenal, kasus pembunuhan, perkosaan serta berbagai kasus ragu ayah (paternitas).
Oleh:
Ardiyan Irfan Cahyadi Amalia P Yusril Bunga R Fucha D. Arjilene Hazni Viyanti
Melisa Fristy E Rahmatul Aini Nurul Rizqina Widya Ilanda Yunike Genisya P Yori Rachmia Riva
Fakultas Kedokteran PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI UNIVERSITAS ANDALAS 2012