You are on page 1of 20

Bunga Bangkai (Rafflesia Arnoldi)

Ditemukan oleh rombongan Sir Stamfort (gubernur East Indi Company di Sumatera dan Jawa) dan Dr. Joseph Arnord, seorang naturalis yang mengadakan ekspedisi di Bengkulu pada tanggal 20 Mei 1818. Kedua nama tersebut diabadikan menjadi nama latin bunga ini oleh Robert Brown. Indonesia dilimpahi dengan kekayaan hayati yang tiada taranya. Hutan yang terbentang di belasan ribu pulau mengandung berbagai jenis flora dan fauna, yang kadang tidak dapat dijumpai di bagian bumi lainnya dan merupakan salah satu negara Mega Biodiversity (kekayaan akan keanekaragaman hayati ekosistem, sumberdaya genetika, dan spesies yang sangat berlimpah). Tidak kurang dari 47 jenis ekosistem alam yang khas sampai jumlah spesies tumbuhan berbunga yang sudah diketahui, sebanyak 11 % atau sekitar 30.000 jenis dari seluruh tumbuhan berbunga di dunia. Sayangnya, banyak jenis tumbuhan tertentu, mengalami kepunahan. Sampai saat ini, Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) serta tiga cabangnya (Kebun Raya Cibodas,Purwodadi, dan Bedugul Bali) baru mengoleksi 20 % total jenis tumbuhan yang ada di Indonesia. Koleksi anggrek kurang dari 5 % yang ada di Kawasan Timur Indonesia. Untuk jenis durian saja, Indonesia memiliki puluhan jenis, talas ada 700-an jenis, yang semuanya sangat potensial untuk dikembangkan. Menurut data base yang ada, terdapat 2 juta spesies tumbuhan di dunia dan 60%nya ada di Indonesia. Pemerintah kini terus berupaya untuk menyelamatkan berbagai kekayaan Sumbar Daya Alam berupa tumbuhan langka yang bermanfaat bagi manusia melalui usaha memperbanyak kebun raya, taman nasional, cagar alam dan daerah-daerah konservasi di seluruh Indonesia. Tidak bisa dibayangkan banyaknya jenis tumbuh-tumbuhan atau flora di dunia ini. Sampai saat inipun banyak kalangan ilmuwan yang berpendapat bahwa belum semua jenis flora yang ada di bumi telah dikenali. Seperti halnya hewan, jenis-jenis flora sangat ditentukan oleh lingkungan spesifiknya yang disebut juga sebagai habitat. Dengan bantuan manusia, beberapa diantara tumbuh-tumbuhan ini tersebar luas ke berbagai belahan bumi, sehingga ada jenis yang bisa ditemui di banyak negara, dan adapula yang hanya dapat ditemui di habitat asalnya. Kerusakan lingkungan yang terjadi telah menghancurkan banyak habitat-habitat tumbuhan yang menyebabkan punahnya jenis-jenis tumbuhan tertentu, sehingga turut mempengaruhi kehidupan hewan dan penduduk yang tinggal diatasnya.

BUNGA EDELWEIS

Edelweis (kadang ditulis eidelweis) atau Edelweis Jawa (Javanese edelweiss) juga dikenal sebagai Bunga Abadi yang mempunyai nama latin Anaphalis javanica, adalah tumbuhan endemik zona alpina/montana di berbagai pegunungan tinggi Indonesia. Tumbuhan ini dapat mencapai ketinggian maksimal 8 m dengan batang mencapai sebesar kaki manusia walaupun umumnya tidak melebihi 1 m. Tumbuhan yang bunganya sering dianggap sebagai perlambang cinta, ketulusan, pengorbanan, dan keabadian ini sekarang dikategorikan sebagai tanaman langka. Edelweis juga melambangkan pengorbanan. Karena bunga ini hanya tumbuh di puncak-puncak atau lerenglereng gunung yang tinggi sehingga untuk mendapatkannya membutuhkan perjuangan yang amat berat. Ditambah lagi dengan adanya larangan membawa pulang bunga ini, pemetik harus main petak umpet dengan petugas Jagawana. Yang paling menarik, meskipun dipetik bunga ini tidak akan berubah bentuk dan warnanya, selama disimpan di tempat yang kering dengan suhu ruangan. Karenanya, menurut orang-orang edelweis adalah bunga keabadian. Namun, justru inilah yang membuat Edelweis menggali kuburnya sendiri. Keserakahan (oknum) pendaki gunung dan mitos ini telah membuat edelweis sebagai bunga langka bahkan terancam kepunahan. Sebuah studi yang dilakukan oleh Hakim Luqman dalam Kasodo, Tourism, and Local People Perspectives for Tengger Highland Conservation, menyimpulkan bahwa tanaman ini telah punah dari Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Padahal Edelweis merupakan tumbuhan pelopor bagi tanah vulkanik muda di hutan pegunungan dan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya di atas tanah yang tandus, karena mampu membentuk mikoriza dengan jamur tanah tertentu yang secara efektif memperluas kawasan yang dijangkau oleh akar-akarnya dan meningkatkan efisiensi dalam mencari zat hara. Bunga-bunganya, yang biasanya muncul di antara bulan April dan Agustus, sangat disukai oleh serangga, lebih dari 300 jenis serangga seperti kutu, tirip, kupu-kupu, lalat, tabuhan, dan lebah terlihat mengunjunginya. Kini Taman Nasional Gunung Gede Pangrango diklaim sebagai tempat perlindungan terakhir bunga abadi ini. Di sini terdapat hamparan bunga edelweis yang tumbuh subur di alun-alun Suryakencana sebuah lapangan seluas 50 hektar di ketinggian 2.750 meter di atas permukaan laut.

ANGGREK

Bunga yang memiliki penampilan yang elegan dan anggun ini merupakan satu suku tumbuhan berbunga dengan anggota jenis terbanyak. Bentuknya sangat indah dan variasinya hampir tidak terbatas. Beberapa diantaranya memiliki aroma yang lembut, membuat anggrek tak pernah lekang oleh waktu. Bunga eksotik ini dapat menjadi hadiah sempurna untuk berbagai kesempatan. Jenis anggrek Terdapat lebih dari 25.000 spesies anggrek dan lebih dari 100.000 hibrida. Beberapa orang merujuk hal ini sebagai jenis anggrek, tetapi sebenarnya hanya ada dua jenis anggrek. Diantaranya adalah jenisterrestrial orchids (anggrek yang hidup di daratan) dan epiphytes orchids(anggrek benalu). Terrestrial orchids termasuk spesies anggrek yang tumbuh di atas tanah. Sedangkan Epiphytes adalah jenis anggrek yang tumbuh di pohon. Baik Terrestrialsdan epiphytes dapat tumbuh dengan salah satu dari dua cara yaitu dengan memunculkan tunas baru di samping tumbuhan asli sehingga menyebabkan adanya pertumbuhan anggrek yang menyebar, atau pertumbuhan baru dapat ditambahkan ke puncak, sehingga meningkatkan ketinggian dari anggrek. Kedua jenis anggrek tersebut sangat terkenal diantara para penggemar bunga. Beberapa spesies terrestrial orchid terkenal, diantaranyaCymbidium dan Calopogon. Dan beberapa epiphytes populer adalahDendrobiums dan Bulbophyllums. Tentu saja, dua jenis anggrek itu juga diwakili oleh anggrek langka. Karena popularitas dari bunga ini, ada beberapa jenis anggrek langka yang terancam punah karena pengrusakan habitat atau adanya penyelundupan. Karena tingginya harga dari anggrek langka yang dapat diambil di beberapa pasar, ada beberapa anggrek langka telah menjadi punah. Terrestrial orchids Dari dua jenis anggrek, terrestrial orchid merupakan spesies yang paling dicari. Jenis Terrestial orchid termasuk jenis cymbium. Anggrek Cymbidium, misalnya, ada 40 jenis dan ribuan hirbida. Ini adalah salah satu jenis anggrek yang dapat diolah. Mereka dapat berkembang di lapangan dan juga bisa tumbuh di pohon-pohon dan batu. Habitat alami mereka meluas dari Asia tenggara ke Jepang dan Australia. Salah satu alasan anggrek Cymbidium begitu populer adalah mereka yang mudah tumbuh. Anggrek Cymbidium adalah pilihan populer untuk pemula dan mereka akan menghasilkan bunga yang indah setiap tahun tentunya dengan perawatan yang tepat.

Epiphytes Istilah epiphytes tidak dilindungi undang-undang untuk jenis anggrek. Ia merujuk kepada tanaman yang memiliki sistem akar di atas tanah. Dendrobiums dikenal merupakan species yang terbaik dari jenis anggrek ini. Terdapat lebih dari 1000 jenis Dendrobiums dan mereka berasal dari India Utara, Asia Tenggara, Australia dan Polinesia. Daerah dengan iklim tropis ini biasanya hangat, lembab sehingga cocok untuk jenis Epiphyte orchidtumbuh. Phalaenopsisconditions merupakan salah satu diantaranya. Biasanya Dendrobiums tumbuh baik bila dirawat dengan suhu hangat dan lembab.Dendrobiums juga mudah untuk tumbuh tetapi membutuhkan perawatan yang lebih daripada Cymbidiums, selain ituDendrobiums juga tidak berbunga secara teratur. Spesies epiphyte lain yang juga populer adalah Phalaenopsis.Phalaenopsis (juga disebut Phals) merupakan bunga yang tahan lama dan mudah untuk tumbuh. Sering terlihat di acara pernikahan dan memiliki berbagai warna termasuk pink, kuning, dan bergaris-garis (stripes). Dengan pembawaannya yang anggun, Anggrek cantik ini cocok untuk acara-acara khusus atau hari peringatan. Perawatan Anggrek Untuk merawat bunga Anggrek tidaklah sulit, berikut ini beberapa panduan sederhana yang dapat membuat Anggrek Anda selalu mekar setiap tahunnya. - Simpan bunga Anggrek ditempat teduh dan memiliki ventilasi baik, jauhkan dari radiator, pendingin udara (ac) dan angin kencang. Untuk membantu menjaga tingkat kelembaban dengan baik, atur tanaman pada baki yang berkerikil dan berair sehingga pot tanaman Anggrek berada diatas baki air. Hal ini dapat mencegah akar dari kebusukan, dan dapat meratakan kelembaban. - Bunga Anggrek memperoleh air dari kelembaban rata-rata di atmosfir (air diperoleh dari hujan, tetesan, embun, atau uap air di udara), mereka tidak menyerap air dengan cara tradisional seperti dari akar dan tanah. Untuk stabilitas, anggrek sering membusuk jika akarnya berkembang di media yang terlalu basah. Pilih media yang dapat menyerap air tapi tidak menyimpan air, kombinasi media dapat dilakukan agar didapatkan sifat-sifat yang pas.

Jenis-Jenis dan Persebaran Fauna di Indonesia


a. Fauna Asiatis (Oriental) Fauna ini tersebar di bagian Barat yang meliputi Pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Bali. Daerah ini juga disebut daerah fauna dataran Sunda. Fauna Asiatis antara lain adalah: gajah India di Sumatera, harimau terdapat di Jawa, Sumatera, Bali, badak bercula dua di Sumatera dan Kalimantan, badak bercula satu di Jawa, orang utan di Sumatera dan Kalimantan, Kancil di Jawa, Sumatera dan Kalimantan, dan beruang madu di Sumatera dan Kalimantan. Hal yang menarik adalah di Kalimantan tidak terdapat harimau dan di Sulawesi terdapat binatang Asiatis seperti monyet, musang, anoa, dan rusa. Di Nusa Tenggara terdapat sejenis cecak terbang yang termasuk binatang Asia. Fauna endemik di daerah ini adalah, badak bercula satu di Ujung kulon Jawa Barat, Beo Nias di Kabupaten Nias, Bekantan/Kera Belanda dan Orang Utan di Kalimantan. Dapatkah Anda menyebutkan fauna Asiatis lainnya?

Gambar 3.1. fauna Asiatis. Harimau Sumatera [panthera tigris sumatrae] kini lebih terdengar sebagai legenda daripada fakta sejarah yang hidup. Seolah harimau itu tidak pernah ada di Sumatera, hanya cerita dongeng. Padahal, harimau Sumatera adalah bagian dari cerita rakyat; nyata dan benar-benar ada. Ceritacerita tersebut pada umumnya disampaikan oleh tukang kaba, didong, marturi melalui tradisi lisan . Gunanya untuk menghormati keberadaan harimau dan hubungannya dengan manusia. Hubungan yang dimaksud di sini adalah kepercayaan yang meyakini bahwa leluhur manusia berasal dari harimau. Agak sulit menerangkan bagian ini secara logis dan rasional. Sebab, tentu saja, kepercayaan terkadang dibangun dari mitos. Ada satu kepercayaan yang menyebutkan, dalam tradisi keislaman, bahwa macan dan buaya sama-sama keturunan Sayyidina Ali. Lebih dalam dikatakan, siapa yang bisa menyatukan kekuatan macan bisa untuk melindungi diri dan memiliki daya sembuh. Penyembuhannya dengan cara memanggil ruh Imam Ali. Tentu untuk melakukan hal ini harus melalui tirakat tapa dan puasa. Salah satu bagian Sumatera yang mempercayai bahwa manusia adalah memiliki pertalian yang rapat, erat, dan dekat dengan batin harimau adalah Kerinci-Jambi. Sebagian masyarakat Kerinci percaya, nenek moyang mereka berasal dari harimau. Cerita ini, bagi yang tak menghendakinya, tentu saja tidak dapat ditempatkan dalam posisi salah atau benar. Dalam tradisi masyarakat Kerinci, ada kepercayaan tentang adanya manusia harimau yang disebut cindaku. Dan Kerinci tak sendiri. Sebagian masyarakat Bengkulu juga percaya adanya manusia harimau yang dinamakan setuo. Demikian pula halnya di Payakumbuh Lembah Harau, Sumatera Barat, dimana diyakini ada manusia yang bisa menjadi inyiak (harimau), yang menguasai lembah Harau dan gunung Singgalang. Dan di Sumatera Barat dan Jambi, harimau disebut datuk atau inyiak belang. Sementara di tanah Batak, harimau disebut dengan opung, panggilan kehormatan untuk orang yang dituakan. Di hutan Sumatera, khususnya di Rimbo Larangan Nagari Paru Payakumbuh, ada keyakinan tersendiri terkait harimau. Disebutkan bahwa jika panter, yang masih satu spesies dengan harimau, yang biasa disebut juga dengan harimau hitam, datang ke suatu kampung, maka Monti Dulu Balang (tetua adat) bisa membaca sedang ada ketidakberesan di wilayahnya. Bisa jadi, penduduk desa ada yang berbuat zalim kepada hutan atau kepada sesama saudara sendiri. Tempat yang dihuni harimau hitam, di antaranya, berada di daerah Mudik Mandi Angin, Hulu Mudik Paru, dan Gunung Tunggal. Di tempat ini pulalah terdapat sebuah Ngalau (gua) tempat

atau rumahnya orang bunian (makhluk halus). Tetapi, kepercayaan yang menempatkan harimau dalam posisi istimewa tidak hanya hidup di masyarakat Sumatera, tetapi juga negeri-negeri lain. Sebut saja Cirebon, dimana benderanya bergambar macan yang menjadi cerminan dari macan Imam Ali. Film tentang manusia harimau juga sempat beredar dengan berbagai versi. Satu di antaranya adalah 7 Manusia Harimau (1986) yang dibintangi El Manik. Meski cerita-kepercayaan semacam ini beredar luas, belum diketahui pasti bagaimana polarupanya. Apakah yang dimaksud manusia harimau itu adalah manusia yang berganti wujud menjadi harimau, berganti cangkang-rupa, bermetamorfosa seperti halnya transformer, atau bentuknya manusia sifatnya harimau? Peter Boomgaard, dalam bukunya Frontiers of Fear, Tigers and People in the Malay, 16001950 (2001), mengatakan bahwa keyakinan harimau sebagai leluhur manusia menjelaskan kenapa masyarakat enggan membunuh harimau. Menurut Peter, masyarakat enggan membunuh harimau karena ada kepercayaan bahwa harimau adalah nenek moyang mereka dan melindungi mereka. Keberadaan Harimau Sumatera Barangkali tidak banyak yang tahu atau tidak dapat menjawab, bahkan mungkin orang Sumatera sendiri, tentang di mana dan dari mana asal-usul Harimau Sumatera itu tepatnya? Apakah di Sumatera Timur (Utara), Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Kepulauan Riau, Jambi, atau merengkuh seluruh prefektur Sumatera, termasuk Aceh, Nias, Bangka, Belitung? Pun, apakah harimau Sumatera sama dengan harimau yang ada di pulau-pulau lainnya di Indonesia? Apakah lantaran ia ada di Sumatera maka dinamakan harimau Sumatera? Menurut buku The Natural History of Wild Cats, asal-usul harimau sudah ada sejak zaman yang disebut purba. Sedangkan harimau Sumatera populasinya disebut masih dapat ditemukan di wilayah Jambi, Tanjung Jabung Timur, kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat [TNKS] yang membentang sepanjang Jambi, Sumatera Selatan dan Bengkulu, dan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh, RiauJambi. Direktur Komunitas Konservasi Indonesia [KKI] Warsi Jambi, Rakhmad Hidayat mengatakan bahwa jumlah populasi harimau Sumatera di Jambi diperkirakan antara 250-300 ekor. Kemudian disebutkan juga bahwa harimau dapat ditemukan di wilayah Bayung Lincir, Taman Nasional Berbak [TNB]. Selain di Jambi, harimau Sumatera terdapat pula di Bengkulu, tepatnya Desa Talang Sebaris, Kecamatan Air Periukan, Kabupaten Seluma. Keberadaan harimau juga diidentifikasi berada di tempat lain, yakni di hutan Sei Senepis-Buluhala di Kota Dumai yang terdapat dalam wilayah Tiger Conservation Unit (TCU), Hutan Penyangga Bukit Tigapuluh di Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Jambi), Kabupaten Tebo (Jambi), Kabupaten Indragiri Hilir (Riau), Kabupaten Kuantan Singingi (Riau), lalu di Kelompok Hutan Sungai Kampar yang terletak di Kabupaten Pelalawan (Riau). Berdasarkan catatan World Wide Fund for Nature (WWF) pada 1978, populasi harimau Sumatera berjumlah sekitar seribu ekor. Saat ini, populasi harimau Sumatera diperkirakan kurang dari 400 ekor. Lebih dari setengah populasinya ditemukan di Kerinci Seblat Bukit Barisan lanskap selatan yang membentang dari Tesso Nilo di Riau untuk Bukit Tigapuluh, dan kemudian dari Kerinci Seblat untuk Bukit Barisan Selatan. Harimau Sumatera terdapat pula di Taman Nasional Gunung Leuser. Bentuk, Pola Hidup, dan Perilaku Harimau Sumatera Dari ciri fisiknya, harimau Sumatera dapat dikenali dari garis-garis loreng yang rapat dan berdekatan di tubuhnya. Hal ini disebut untuk membuat mangsanya tertipu di antara semak-semak dan belukar. Selain itu, harimau Sumatera memiliki bintik putih di telinga dengan bulu-bulu yang berwarna oranye-merah dengan garis-garis hitam. Menariknya, setiap belang harimau satu dengan dengan lainnya tidak ada yang serupa persis seperti sidik jari manusia. Pada umumnya, apabila sesama harimau Sumatera berinteraksi dan berkomunikasi, mereka saling menggosokkan wajah dan mencium aroma dengan suara geraman serta auman. Kibasan ekor harimau memperlihatkan ekspresi harimau.

Dari segi panjang tubuh, rata-rata harimau Sumatera jantan mencapai sekitar 2,3 meter dengan berat sekitar 120 kilogram. Sedangkan panjang betinanya mencapai sekitar 2,1 meter dengan berat 90 kilogram. Dari segi ukuran, harimau Sumatera lebih kecil dibandingkan harimau lain di seluruh dunia. Dari usia, harimau Sumatera dapat hidup sampai sekitar 15-20 tahun. Jika dibandingkan dengan percepatan kepunahannya, ini sungguh usia yang sangat pendek. Dan masa hidupnya ini sebagian besar dilewati dengan menyendiri dalam menjelajahi rimba. Akan tetapi, hal ini dapat dikecualikan pada saat musim kawin dan membesarkan anak. Pada harimau betina, tingkat kematangan untuk melakukan perkawinan dengan harimau jantan terjadi pada usia sekitar 3-4 tahun. Masa kehamilan harimau betina adalah sekitar 103 hari. Ia bisa melahirkan 2-3 anak sekaligus. Ketika melahirkan, bulunya berubah menjadi hijau gelap. Harimau sumatera terbilang satwa yang sangat cepat beradaptasi dengan lingkungannya. Ia dapat hidup di banyak tempat, seperti hutan hujan, hutan gambut, dataran rendah, dataran tinggi, pegunungan, savana, hutan terbuka, hutan pantai, hutan tebangan, pantai berlumpur, mangrove, pantai berawa payau, pantai air tawar, padang rumput, sepanjang aliran sungai, perkebunan, dan tanah pertanian. Selain itu, harimau Sumatera juga pintar dan suka berenang, pun memanjat pohon. Terdapat selaput di sela-sela jari yang menjadikan harimau mampu berenang cepat dan memanjat. Di sinilah dapat ketahui perbedaan dari macan, harimau, singa, jaguar, dan kucing. Singa (panthera leo) merupakan hewan yang hidup berkelompok. Singa betina berburu, singa jantan bersikap menunggu. Sekalipun singa disebut raja hutan, singa tidak dapat memanjat pohon. Macan [panthera pardus] termasuk keluarga Felidae yang terkecil dari empat jenis kucing besar (big cat), seperti harimau, singa, dan jaguar. Jejak perjalanan harimau ini juga dapat dijadikan penunjuk jalan bagi manusia. Sejak zaman dahulu dan sampai sekarang, apabila para pendaki, polisi hutan, atau siapa pun, tersesat di hutan, ia dapat menemukan jalan pulang dengan cara menandai jejak harimau. Harimau menandai suatu lokasi dengan feses (kotoran dan kencing), juga dengan cakarnya. Mengikuti jejak harimau untuk menemukan jalan pulang juga bisa dengan melihat patahan ranting-ranting kayu. Harimau adalah hewan pemakan daging (karnivora). Sekali makan, ia membutuhkan daging kurang lebih sebanyak delapan kilogram. Ia juga merupakan predator utama dalam mata rantai makanan. Hampir semua buruannya tak ada yang pernah lolos. Dan ini dikarenakan kemampuan indera penglihatan dan pendengarannya yang amat tajam. Harimau mampu bersabar untuk menunggu kapan saat yang tepat untuk memangsa dan berburu. Dan penjelajahan buruan harimau Sumatera dapat mencapai lebih dari 20 kilometer. Setelah mendapatkan mangsa, harimau Sumatera biasanya tidak langsung melahapnya. Ia akan menariknya terlebih dahulu ke dekat sumber air, terutama sungai. Adapun makanan harimau Sumatera, di antaranya, adalah rusa sambar, babi hutan, kera, celeng babi hutan liar, kijang, kancil, kerbau liar, tapir, kera, langur, landak, trenggiling, beruang madu, jenis reptil seperti kura-kura, ular, biawak, berbagai jenis burung, unggas, dan ikan. Sedangkan hewan peliharaaan atau ternak manusia yang sering menjadi incaran harimau adalah kerbau, kambing, domba, sapi, anjing, dan ayam. Jika ada ternak yang dihabisi, itu menandakan harimau Sumatera sudah tidak lagi menemukan makanan di hutan. Meski demikian, tak setiap hari harimau Sumatera melakukan perburuan. Pada umumnya, harimau Sumatera mencari mangsa sekitar 3-6 hari sekali. Pola perburuan harimau ini kemudian melahirkan idiom rezeki harimau. Rezeki harimau adalah istilah orang Sumatera untuk menyebutkan rezeki atau penghasilan yang tidak selalu dapat diperoleh setiap hari. Sekali dapat, rezeki harimau bisa cukup untuk bertahan hidup sekian waktu. Sementara itu, harimau Sumatera disebut sangat menyukai buah durian. Ia lebih pintar memilih durian daripada manusia, dan umumnya memakan buah itu dengan sangat rapi. Ia mulai dengan mengumpulkan buahnya, kemudian mengumpulkan kulitnya, dan biji-biji durian tidak ada yang tergores oleh cakar-cakar harimau. Ketajaman mata dan penciuman harimau membuatnya mudah mencari durian yang jatuh sekalipun malam gulita. Bisa kita bayangkan, bagaimana nikmatnya memakan durian yang jatuh dari pohonnya langsung.

Dan harimau tahu itu. Kepunahan Harimau Sumatera Harimau Sumatera adalah jenis satwa liar yang dilindungi yang saat ini justru terancam punah. Ada sejumlah faktor yang menyebabkan turunnya populasi harimau Sumatera. Di antaranya karena tidak tersedianya informasi memadai bagi masyarakat tentang bagaimana sebenarnya menangani ancaman harimau Sumatera apabila memasuki kawasan lahan dan perumahan penduduk. Jika melihat harimau, masyarakat seketika pasti sudah takut dan berniat untuk membunuhnya. Penyebab lain dari ancaman kepunahan harimau Sumatera adalah karena terjadinya konversi hutan menjadi lahan, kebakaran hutan dan pembakaran hutan, eksploitasi hutan besar-besaran, penebangan liar (illegal logging), perambahan hutan pohon rindang menjadi pokok-pokok sawit, karet, dan jarak. Sekalipun banyak seruan untuk menanam pohon, yang banyak terjadi justru adalah penanaman sawit. Pohon sawit tidak dapat menyerap air hujan. Ini berbeda dengan hutan sebagaimana pada umumnya. Padahal, makhluk hidup sangat membutuhkan air. Selain itu, harimau Sumatera juga diburu untuk kepentingan yang sebenarnya tidak penting. Misalkan atas nama seni, dimana kemudian kulit harimau dan taring giginya dipajang. Belum lagi digunakan untuk pengobatan yang bersandar pada mitos. Tidak ada upaya penegakan hukum terhadap wildlife crime. Berdasarkan pantauan International Fund for Animal Welfare (IFAW) sampai 2009, perdagangan bagian tubuh, kulit, cakar, dan badan utuh harimau di Indonesia semakin memprihatinkan. Harga tubuh harimau dijual mulai dari lima sampai puluhan juta rupiah. Kebanyakan tubuh harimau dijual art shop. Sejauh ini paling banyak ditemukan kasusnya di Lampung. Penyelamatan dan Perlindungan Harimau Sumatera Dalam upaya menyelamatkan dan melindungi harimau Sumatera, Indonesia melakukan pengelolaan dengan mendirikan Pusat Penangkaran Harimau Sumatera sebagai tempat penyimpanan sperma ((genome rescue bank) harimau Sumatera. Tempatnya bukan di Sumatera, tetapi di Jawa, tepatnya di Taman Safari Indonesia di Bogor, Jawa Barat. Program penanganan harimau Sumatera ini merupakan hasil kerjasama antara Departemen Kehutanan Indonesia dengan The Tiger Foundation Canada dan Sumatran Tiger Trust, Inggris. Secara hukum, perlindungan harimau sudah termaktub dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Pada pasal 21 (d) tertulis bahwa setiap orang dilarang untuk memperniagakan, menyimpan atau memiliki, kulit, tubuh atau bagian-bagian lain satwa yang dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari bagian-bagian satwa tersebut atau mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia. Ada sanksi bagi pelanggaran ini, yakni pidana berupa hukuman penjara maksimal lima tahun dan denda maksimum seratus juta rupiah. Harimau Sumatera dalam Bingkai Budaya Kebudayaan Melayu, khususnya yang ada di Sumatera, terbentang dari ujung hingga ujung, dari lubuk sampai ufuk. Karena itu, taklah heran jika tariannya umumnya mempunyai gerak alam yang serupa laksana gerakan laut yang lentur, dinamis, tak berbatas tepi. Gerak alam itu tak hanya merujuk pada gerakan laut, tetapi juga merupakan personifikasi dari hewan, seperti ikan, burung, ular, dan harimau. Ia dicirikan dengan kain selampit selendang bahu, gelang bajang, dan dukohrantai. Warna dominannya adalah kuning, hijau, merah. Akan tetapi, di sisi lain, tarian Melayu dapat dikatakan tak memiliki nuansa ritual klenik. Umumnya tarian ini digunakan untuk menjamu tamu, bersuka ria, syukuran atas berakhirnya sebuah kesusahan atau duka lara. Tarian alam ini kadangkala berpadu dengan seni beladiri Melayu, yakni silat. Dalam tradisi Masyarakat Minangkabau, misalnya, harimau merupakan inti dari seni beladiri silat. Dan di sana terdapat jenis beladiri yang disebut silat harimau. Datuk Edwel, yang termasuk keturunan bangsawan Minangkabau, disebut memiliki ilmu telepati yang dapat berkomunikasi dengan harimau. Inti ilmu telepati adalah rasa saling menjaga. Katanya, Kami menjaga harimau di

hutannya, mereka juga menjaga kampung kami dari segala bahaya seperti hewan liar. Silat harimau adalah beladiri khas yang langsung diajarkan oleh harimau. Dahulu, silat ini umumnya diajarkan di bawah kolong rumah panggung pada malam hari selepas salat Isya. Inyiak angguik yang memiliki ilmu ini adalah orangtua dari Datuk Edwel. Silat asli Minang dinamakan pula dengan Silok Tuo (silat tua). Silat inilah yang mula-mula sekali digunakan oleh Datuk Parapatiah Nan Sabatang dan Datuk Katumangguanggan. Di Minang sendiri banyak aliran silat dan pecahannya, termasuk silat Kisamandi yang dibawa Tuanku Nan Renceh Pahlawan Perang Kamang. Sebelum belajar silat harimau, ada beberapa persiapan yang dilakukan. Di antaranya harus disediakan beras,pinjaik perlengkapan jahit, pisau, kain kafan. Persyaratan ini sebagai simbol bahwa manusia hidup tidak boleh mencari musuh. Jika musuh menantang, pantang untuk menghilang (mengelak-menghindar). Sebelumnya guru silat menyediakan nasi kunyit untuk memanggil harimau. Latihan silat dibuka dengan mambukak langkah. Keistimewaan silat harimau ada pada pola pembelajaran fisik yang disebut garik dan pola pembelajaran insting-naluri yang disebut garak. Perpaduan keduanya menghasilkan garak jo garik (gerak-gerik). Jadi, bukan hanya mengandalkan gerakan semata. Harimau Sumatera dan hubungannya dengan masyarakat Sumatera tambah lengkap dengan adanya Gua Harimau di Sumatera. Gua harimau terdapat di Desa Padangbindu, Kecamatan Semidangaji, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan. Menurut masyarakat setempat, gua ini pernah menjadi tempat harimau berdiam. Selain tempatnya yang bagus untuk harimau, lokasinya juga tersembunyi di lereng perbukitan karst, tertutup semak belukar. Di bawahnya terdapat sungai kecil yang dinamakan Aek Kaman Basah. Alirannya bermuara sampai ke Sungai Ogan. Dibandingkan dengan gua-gua lain, keistimewaan gua ini terdapat pada keberadaan lukisan prasejarah pada dinding-dinding guanya. Ini menandakan manusia purba pernah hidup di dalam gua harimau. Saat berperang dengan Belanda, Aceh juga dikenal dekat dengan harimau. Di Aceh, disebutkan suatu kepercayaan bahwa dalam sejarahnya pasukan-pasukan Aceh, dalam keadaan sangat terdesak, akan memakan hati harimau. Keyakinan ini dipercaya dapat menambah daya kekuatan dengen ceubeuh (garang, berani, buas, ganas). Pawang harimau dalam bahasa Aceh disebut pawang rimueng. Sejak kecil, pawang rimeung sudah berlatih sifat-sifat harimau. Seperti halnya sifat harimau, pawang rimeung pun jarang bertemu manusia. Ia juga menjaga kampung dari ancaman hewan liar. Menurut H. C. Zengraaf dalam bukunya, Atjeh, yang terbit pada 1930-an, harimau hitam dan harimau putih adalah penjaga kuburan keramat. Seperti Teungku Cot Bada di Geulumpang Payong, dimana disebutkan bahwa harimau dapat dilihat sesekali menjelang magrib. Gambaran mengenai harimau masih kuat mengakar dalam tradisi lisan masyarakat Sumatera pada umumnya. Bahkan sampai sekarang, masih dapat kita jumpai orang yang mengaku memiliki empat saudara dalam satu kelahiran: harimau, ular, manusia, dan makhluk bunian (orang halus).

BADAK BERCULA SATU

Badak adalah binatang berkuku ganjil (perrisodactyla), pada tahun 1758 Linnaeus telah memberi nama marga (genus) Rhinoceros sondaicus kepadaBadak Jawa. Rhinoceros: berasal dari bahasa Yunani yaitu rhino, berarti hidung dan ceros, berarti cula , sondaicus merujuk pada kepulauan Sunda di Indonesia. (Bahasa Latin -icus mengindikasikan lokasi); Sunda berarti Jawa. SEJARAH BADAK Badak muncul pada jaman tertier ( 65 juta tahun yang lalu) dan terdiri dari 5 periode : Periode Paleocene ( 60 - 50 juta tahun yang lalu) Periode Eocene ( 50 - 45 juta tahun yang lalu Periode Oligocene ( 35 - 25 juta tahun yang lalu) Periode Miocene ( 25 - 10 juta tahun yang lalu Periode Pleocene ( 10 juta tahun yang lalu) Seperti halnya Dinosaurus yang telah punah 70 juta tahun yang lalu, badak yang pada enam puluh juta tahun yang lalu ada 30 jenis yang hidup di bumi juga mengalami kepunahan. Pada saat ini hanya 5 jenis badak hidup di dunia diantaranya 3 jenis badak hidup di Asia, yaitu: 1. Badak Sumatera (Sumatran rhino) bercula dua atau Dicerorhinus sumatrensis Fischer, 1814 2. Badak Jawa (Javan rhino) bercula satu atau Rhinocerus sondaicus Desmarest, 1822 3. Badak India (Indian rhino) bercula satu atau Rhinocerus unicornis Linnaeus, 1758 4. Badak Hitam Afrika bercula cula (Black Rhino) atau Diceros bicormis 5. Badak Putih Afrika bercula dua (White Rhino) atau Cerathoterium simum DESKRIPSI BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus) Tinggi dari telapak kaki hingga bahu berkisar antara 168-175 cm. Panjang tubuh dari ujung moncong hingga ekor 392 cm dan panjang bagian kepala 70 cm. Berat tubuhnya dapat mencapai 1.280 kg. Tubuhnya tidak berambut kecuali dibagian telinga dan ekornya. Tubuhnya dibungkus kulit yang tebalnya antara 25-30 mm. kulit luarnya mempunyai corak yang mozaik. Lipatan kulit di bawah leher hingga bagian atas berbatasan dengan bahu. Di atas punggungnya juga terdapat lipatan kulit yang berbentuk sadel (pelana) dan ada lipatan lain di dekat ekor serta bagian atas kaki belakang. Badak Jawa bercula satu Ukuran cula dapat mencapai 27 cm.

Badak betina tidak mempunyai cula, Warna cula abu-abu gelap atau hitam, warnanya semakin tua semakin gelap, pada pangkalnya lebih gelap dari pada ujungnya. Secara taksonomi Klasifikasi Badak Jawa sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Sub phylum : Vertebrata Super kelas : Gnatostomata Kelas : Mammalia Super ordo : Mesaxonia Ordo : Perissodactyla Super famili : Rhinocerotides Famili : Rhinocerotidae Genus : Rhinoceros (Linnaeus, 1758) Spesies : Rhinoceros sondaicus (desmarest, 1822) PERILAKU BADAK Badak termasuk binatang nocturnal artinya segala aktivitasnya dilakukan pada sore, malam, dan pagi hari. Pada siang hari pada umumnya mereka beriistirahat. Bekas tidurnya sering ditemukan berada dekat dengan sebuah kubangan atau di bawah pohon atau rumpun bambu, sering pula ditemukan di hutan terbuka pada puncak sebuah bukit Badak berbaring tidur dan istirahat dengan satu atau kedua kakinya merentang ke depan, berlawanan dengan Diceros yang sebelum berbaring mereka menyusun jerami disekelilingnya dengan kaki depannya. Ketika beristirahat badak meletakan sebagian sisi tubuhnya ke tanah. Badak bukan tipe penidur yang sungguh. Badak sering dijumpai beristirahat di tanah padat selain kubangan. Tempat beristirahat ditandai dengan bekas atau jejak kulit badak di tanah, tetapi kadang-kadang tidak berbekas bila tanahnya cukup keras. Badak beristirahat tidak selalu berbaring, tetapi berdiri, terlihat ngantuk (tidur ayam) dengan kepala terkulai ke bawah. Badak jantan kelihatannya lebih senang mengembara dari pada badak betina. Badak Secara teratur selalu mengikuti lintasan-lintasan yang sama, terutama didekat tempat berkubang dan tempat untuk salt licks (penggaraman), selalu mengikuti jalur-jalur tertentu yang sering digunakan oleh generasi badak sebelumnya. Berjalan pelan dan siap siaga, dengan tubuh dilumuri tanah, dan ini berlangsung selama 24 jam. Bila menemukan jalur-jalur lain dalam hutan dan yang disenanginya, badak akan terus berkeliling di daerah tersebut selama berhari-hari Badak dapat berjalan dengan melangkah, lari atau melompat-lompat, kedua cara terakhir ini hanya terlihat pada hewan-hewan yang melarikan diri. Kemampuan badak melewati tanah-tanah terjal sangat mengagumkan. Bila diganggu, badak dapat membuat lompatan, yaitu dengan kaki depan terangkat dan ditekuk melewati semak belukar. MAKANAN BADAK JAWA Tidak kurang dari 190 jenis tumbuhan merupakan sumber pakan bagi badak. Dari jumlah tersebut, 4 jenis merupakan sumber pakan utama, yaitu kedondong hutan (Spondias pinnata), tepus (Ammomum sp), selungkar (Leea sambucina) dan segel (Dillenia excelsa). Jenis tumbuhan pakan banyak ditemukan pada daerah belukar di Ujung Kulon bagian timur seperti Nyiur, Nyawaan, Citelang, Cikarang, Pamegaran, Cigenter dan Cihandeuleum. Tumbuhan pakan di dalah kawasan Taman Nasional Ujung Kulon berhasil diidentifikasi sebanyak 453 jenis tumbuhan, diantaranya berupa pohon 362 jenis (80%) dan sebanyak 148 jenis dari 62 famili dengan 120 genus merupakan pakan badak. Pakan Badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon. Bagian tumbuhan yang dimakan berdasarkan temuan di lapangan adalah pucuk, daun, umbut, batang, kulit dan buah dengan tingkat kesukaan 87 % tingkat sapling.

JALAK BALI

Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) atau disebut juga Curik Bali adalah sejenis burung sedang dengan panjang lebih kurang 25 cm. Burung pengicau berwarna putih ini merupakan satwa endemik Indonesia yang hanya bisa ditemukan di Pulau Bali bagian barat. Burung ini juga merupakan satu-satunya satwa endemik Pulau Bali yang masih tersisa setelah Harimau Bali dinyatakan punah. Sejak tahun 1991, satwa yang masuk kategori kritis (Critically Endangered) dalam Redlist IUCN dan nyaris punah di habitat aslinya ini dinobatkan sebagai fauna identitas (maskot) provinsi Bali. Jalak Bali ditemukan pertama kali oleh Dr. Baron Stressmann seorang ahli burung berkebangsaan Inggeris pada tanggal 24 Maret 1911. Nama ilmiah Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) dinamakan sesuai dengan nama Walter Rothschild pakar hewan berkebangsaan Inggris yang pertama kali mendiskripsikan spesies pada tahun 1912. Burung Jalak Bali ini mudah dikenali dengan ciri-ciri khusus, di antaranya memiliki bulu yang putih di seluruh tubuhnya kecuali pada ujung ekor dan sayapnya yang berwarna hitam. Jalak Bali memiliki pipi yang tidak ditumbuhi bulu, berwarna biru cerah dan kaki yang berwarna keabu-abuan. Antara burung jantan dan betina serupa. Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) merupakan satwa yang secara hidupan liar (di habitat aslinya) populasinya amat langka dan terancam kepunahan. Diperkirakan jumlah spesies ini yang masih mampu bertahan di alam bebas hanya sekitar belasan ekor saja. Karena itu, Jalak Bali memperoleh perhatian cukup serius dari pemerintah Republik Indonesia, yaitu dengan ditetapkannya makhluk tersebut sebagai satwa liar yang dilindungi oleh undangundang. Perlindungan hukum untuk menyelamatkan satwa tersebut ditetapkan berdasarkan surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 421/Kpts/Um/8/1970 tanggal 26 Agustus 1970. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa Jalak Bali merupakan satwa yang dilarang diperdagangkan kecuali hasil penangkaran dari generasi ketiga (indukan bukan dari alam). konvensi perdagangan internasional bagi jasad liar CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) Jalak Bali terdaftar pada Apendix I, yaitu kelompok yang terancam kepunahan dan dilarang untuk diperdagangkan. Sedang IUCN (International Union for Conservation of Natur and Natural Resources) memasukkan Jalak Bali dalam kategori kritis (Critically Endangered) yang merupakan status konservasi yang diberikan terhadap spesies yang memiliki risiko besar akan menjadi punah di alam liar atau akan sepenuhnya punah dalam waktu dekat. Kepunahan Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) di habitat aslinya disebabkan oleh deforestasi (penggundulan hutan) dan perdagangan liar. Bahkan pada tahun 1999, sebanyak 39 ekor Jalak

Bali yang berada di pusat penangkaran di Taman Nasional Bali Barat, di rampok. Padahal penangkaran ini bertujuan untuk melepasliarkan satwa yang terancam kepunahan ini ke alam bebas. Untuk menghindari kepunahan, telah didirikan pusat penangkaran yang salah satunya berada di Buleleng, Bali sejak 1995. Selain itu sebagian besar kebun binatang di seluruh dunia juga menjalankan program penangkaran Jalak Bali. Tetapi tetap muncul sebuah tanya di hati saya; mungkinkah beberapa tahun ke depan kita hanya akan menemui Jalak Bali, Sang Maskot Bali, di balik sangkar-sangkar kebun binatang. Suatu hal yang ironis, melihat sebuah maskot yang harus dikurung dalam kerangkeng besi. b. Fauna Australis Fauna ini terdapat di Irian Jaya dan pulau-pulau disekitarnya. Binatang-binatangnya mempunyai kesamaan dengan binatang-binatang di benua Australia. Daerah ini juga disebut fauna dataran Sahul., contohnya antara lain: kanguru, kasuari, kuskus, burung cendrawasih dan berbagai jenis burung lainnya, reptil, dan amphibi. Apakah Anda dapat menyebutkan lainnya?

Kangguru Pohon/Wallaby (Macropus)

Kanguru ternyata tidak hanya terdapat di Autralia saja. Ternyata di Indonesia yaitu Papua, juga memiliki Kangguru. Kanguru Papua ini memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan Kanguru Australia. Sayang Kanguru yang terdiri atas Kanguru tanah dan Kanguru pohon ini mulai langka sehingga termasuk binatang (satwa) Indonesia yang dilindungi dari kepunahan.

Tupai Berkantong (Petaurus)

Tupai berkantung atau Petaurus ini berukuran kecil kira - kira 400 mm dihitung dengan ekornya juga. Mereka meiliki kulit di pergelangan tangan dan kaki sehingga dapat loncat dari pohon ke pohon dengan meloncat. Mereka juga dapat meloncat sampai 100 meter. Tupai berkantong ini juga memiliki mata yang besar dan tajam. Ekor yang tipis dan rata. Hewan ini adalah omnivora, memakan pohon, gum, nektar, serangga, dan madu.

Kuskus (Phalanger)

Hewan marsupial ini hidup di atas pohon. Mereka ini aktif di malam hari. Makanannya adalah bunga, buah-buahan dan daun-dauan. Kuskus jenis abu-abu juga ditemukan di Irian Jaya dan Papua Nugini. Di Papua terdapat sekitar 650 spesies burung dimana 454 spesies diantaranya merupakan spesies asli Papua. Beberapa jenis burung yang sangat khas adalah

Burung Cenderawasih (Paradise Spoda)

Ukuran burung cendrawasih mulai dari Cendrawasih Raja pada 50 gram dan 15 cm hingga Cendrawasih Paruh-sabit Hitam pada 110 cm dan Cendrawasih Manukod Jambul-bergulung pada 430 gram. Masyarakat di Papua sering memakai bulu cendrawasih dalam pakaian dan adat mereka, dan beberapa abad yang lalu bulu itu penting untuk dibuat topi wanita di Eropa. Perburuan untuk mendapat bulu dan perusakan habitat menyebabkan penurunan jumlah burung pada beberapa jenis ke tingkat terancam; perusakan habitat karena penebangan hutan sekarang merupakan ancaman utama. Perburuan burung cendrawasih untuk diambil bulunya untuk perdagangan topi marak di akhir abad 19 dan awal abad 20 (Cribb 1997), namun sekarang burungburung itu dilindungi dan perburuan hanya dibolehkan untuk kebutuhan perayaan dari suku setempat

Mambruk (Gonna Victorial)

Mambruk Victoria adalah salah satu dari tiga burung dara mahkota dan merupakan spesies terbesar di antara jenis-jenis burung merpati. Burung Mambruk Victoria berukuran besar, dengan panjang mencapai 74cm, dan memiliki bulu berwarna biru keabu-abuan, jambul seperti kipas dengan ujung putih, dada merah marun keunguan, paruh abu-abu, kaki merah kusam, dan garis

tebal berwarna abu-abu di sayap dan ujung ekornya. Di sekitar mata terdapat topeng hitam dengan iris mata berwarna merah. Burung jantan dan betina serupa. Populasi Mambruk Victoria tersebar di hutan dataran rendah, hutan sagu dan hutan rawa di bagian utara pulau Irian, yang juga termasuk pulau Yapen. Pulau Biak dan pulau-pulau kecil disekitarnya.Burung Mambruk Victoria bersarang di atas dahan pohon. Sarangnya terbuat dari ranting-ranting dan dedaunan. Burung betina biasanya menetaskan sebutir telur berwarna putih. Burung ini mencari makan di atas permukaan tanah. Pakan burung Mambruk Victoria terdiri dari aneka biji-bijian dan buah-buahan yang jatuh di tanah. Spesies ini biasanya hidup berpasangan atau dalam kelompok. Mambruk Victoria diburu untuk di ambil daging dan bulunya. Spesies ini sudah jarang ditemui di daerah dekat populasi manusia. Kasuari (Kasuarius)

Burung ini terdiri dari tiga spesies Kasuari yang berukuran sangat besar dan tidak dapat terbang. Daerah sebaran ketiga spesies ini adalah di hutan tropis dan pegunungan di pulau Irian. Kasuari diperlengkapi tanduk di atas kepalanya, yang membantu burung ini sewaktu berjalan di habitatnya di hutan yang lebat. Selain tanduk dikepalanya, Kasuari mempunyai kaki yang sangat kuat dan berkuku tajam. Burung betina biasanya berukuran lebih besar dan berwarna lebih terang daripada jantan.

c. Fauna Peralihan Fauna peralihan tersebar di Maluku, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Daerah fauna Peralihan dibatasi oleh garis Wallace yang membatasi dengan fauna di dataran Sunda dan garis Weber yang membatasi dengan fauna di dataran Sahul. Contoh faunanya antara lain: babi rusa, anoa, kuskus, biawak, katak terbang. Katak terbang ini juga termasuk fauna Asiatis. Di daerah fauna peralihan juga terdapat fauna endemik seperti: Komodo di P.Komodo dan pulau-pulau sekitarnya, tapir (kerbau liar), burung Kasuari di Pulau Morotai, Obi, Halmahera dan Bacan.

KOMODO

Komodo, atau yang selengkapnya disebut biawak komodo (Varanus komodoensis[1]), adalah spesies kadal terbesar di dunia yang hidup di pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang, dan Gili Dasami di Nusa Tenggara.[2] Biawak ini oleh penduduk asli pulau Komodo juga disebut dengan nama setempat ora.[3] Termasuk anggota famili biawak Varanidae, dan klad Toxicofera, komodo merupakan kadal terbesar di dunia, dengan rata-rata panjang 2-3 m. Ukurannya yang besar ini berhubungan dengan gejala gigantisme pulau, yakni kecenderungan meraksasanya tubuh hewan-hewan tertentu yang hidup di pulau kecil terkait dengan tidak adanya mamalia karnivora di pulau tempat hidup komodo, dan laju metabolisme komodo yang kecil.[4][5] Karena besar tubuhnya, kadal ini menduduki posisi predator puncak yang mendominasiekosistem tempatnya hidup.[6] Komodo ditemukan oleh peneliti barat tahun 1910. Tubuhnya yang besar dan reputasinya yang mengerikan membuat mereka populer di kebun binatang. Habitat komodo di alam bebas telah menyusut akibat aktivitas manusia dan karenanya IUCNmemasukkan komodo sebagai spesies yang rentan terhadap kepunahan. Biawak besar ini kini dilindungi di bawah peraturan pemerintah Indonesia dan sebuah taman nasional, yaitu Taman Nasional Komodo, didirikan untuk melindungi mereka.

MALEO

"Maleo" beralih ke halaman ini. Untuk kegunaan lain dari Maleo, lihat Maleo (disambiguasi). Maleo Senkawor atau Maleo, yang dalam nama ilmiahnya Macrocephalon maleo adalah sejenis burung gosong berukuran sedang, dengan panjang sekitar 55cm, dan merupakan satu-satunya burung di dalam genus tunggal Macrocephalon.[1][2] Yang unik dari maleo adalah, saat baru menetas anak burung maleo sudah bisa terbang.[3] Ukuran telur burung maleo beratnya 240 gram hingga 270 gram per butirnya, ukuran rata-rata 11 cm, dan perbandingannya sekitar 5 hingga 8 kali lipat dari ukuran telur ayam.[4][5] Namun saat ini mulai terancam punah karena habitat yang semakin sempit dan telur-telurnya yang diambil oleh manusia. Diperkirakan jumlahnya kurang dari 10.000 ekor saat ini.[6] Ciri-Ciri Burung ini memiliki bulu berwarna hitam, kulit sekitar mata berwarna kuning, iris mata merah kecoklatan, kaki abu-abu, paruh jingga dan bulu sisi bawah berwarna merah-muda keputihan. Di atas kepalanya terdapat tanduk atau jambul keras berwarna hitam.[1] [7] [8] Jantan dan betina serupa.[1] Biasanya betina berukuran lebih kecil dan berwarna lebih kelam dibanding burung jantan.[1] ]Populasi Tidak semua tempat di Sulawesi bisa ditemukan maleo. Sejauh ini, ladang peneluran hanya ditemukan di daerah yang memliki sejarah geologi yang berhubungan dengan lempeng pasifik atau Australasia. [1] Populasi hewan endemik Indonesia ini hanya ditemukan di hutantropis dataran rendah pulau Sulawesi khususnya daerah Sulawesi Tengah, yakni di daerah Kabupaten Sigi (Desa Pakuli dan sekitarnya) dan Kabupaten Banggai.[6] Populasi maleo di Sulawesi mengalami penurunan sebesar 90% semenjak tahun 1950-an.[9] Berdasarkan pantauan di Tanjung Matop, Tolitoli, Sulawesi Tengah, jumlah populasi dari maleo terus berkurang dari tahun ke tahun karena dikonsumsi dan juga telur-telur yang terus diburu oleh warga.[4] ]Habitat Maleo bersarang di daerah pasir yang terbuka, daerah sekitar pantai gunung berapi dan daerah-daerah yang hangat dari panas bumi untuk menetaskan telurnya yang berukuran besar, mencapai lima kali lebih besar dari telur ayam.[10] [5] Setelah menetas, anak Maleo menggali jalan keluar dari dalam tanah dan bersembunyi ke dalam hutan. Berbeda dengan anak unggas pada umumnya yang pada sayapnya masih berupa bulu-bulu halus, kemampuan sayap pada anak maleo sudah seperti unggas dewasa, sehingga ia bisa terbang, hal ini dikarenakan nutrisi yang terkandung di dalam telur maleo lima kali lipat dari telur biasa, anak maleo harus

mencari makan sendiri dan menghindari hewan pemangsa, seperti ular, kadal, kucing, babi hutan dan burung elang.[5] [1] [Makanan Maleo Senkawor adalah monogami spesies.[1] Pakan burung ini terdiri dari aneka biji-bijian, buah, semut, kumbang serta berbagai jenis hewan kecil.[1] [Ancaman Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan yang terus berlanjut, tingkat kematian anak burung yang tinggi, populasi yang terus menyusut serta daerah dimana burung ini ditemukan sangat terbatas, Maleo Senkawor dievaluasikan sebagai terancam punah di dalam IUCN Red List.[11] Spesies ini didaftarkan dalam CITES Appendice I.[12] ]Predator Predator yang sering ditemukan pada malam hari adalah ular, soa-soa atau biasa disebut biawak, kucing, anjing, babi, dan tikus.[13] Pada siang hari predatornya adalah elang dan manusia yang sering mengambil telurnya dan menggunakan jerat untuk menangkap satwa maleo. [13]

BABI RUSA

Babirusa (Babyrousa babirussa) hanya terdapat di sekitar Sulawesi, Pulau Togian, Malenge, Sula, Buru dan Maluku. Habitatbabirusa banyak ditemukan di hutan hujan tropis. Hewan ini gemar melahap buah-buahan dan tumbuhan, seperti mangga, jamur dandedaunan. Mereka hanya berburu makanan pada malam hari untuk menghindari beberapa binatang buas yang sering menyerang. Panjang tubuh babirusa sekitar 87 sampai 106 sentimeter. Tinggi babirusa berkisar pada 65-80 sentimeter dan berat tubuhnya bisa mencapai 90 kilogram. Meskipun bersifat penyendiri, pada umumnya mereka hidup berkelompok dengan seekor pejantan yang paling kuat sebagai pemimpinnya. Binatang yang pemalu ini bisa menjadi buas jika diganggu. Taringnya panjang mencuat ke atas, berguna melindungi matanya dari duri rotan. Babirusa betina melahirkan satu sampai dua ekor satu kali melahirkan. Masa kehamilannya berkisar antara 125 hingga 150 hari. Bayi babirusa itu akan disusui selama satu bulan, setelah itu akan mencari makanan sendiri di hutan bebas. Selama setahun babirusa betina hanya melahirkan satu kali. Usia dewasa seekor babirusa lima hingga 10 bulan, dan dapat bertahan hingga usia 24 tahun. Mereka sering diburu penduduk setempat untuk dimangsa atau sengaja dibunuh karena merusak lahan pertanian dan perkebunan. Populasi hewan yang juga memangsa larva ini kian sedikit hingga termasuk

dalam daftar hewan yang dilindungi. Jumlah mereka diperkirakan tinggal 4000 ekor dan hanya terdapat di Indonesia. Sejak tahun 1996 hewan ini telah masuk dalam kategori langka dan dilindungi oleh IUCN dan CITES. Namun masih sering dijumpai perdagangan daging babirusa di daerah Sulawesi Utara. Karena itu, pusat penelitian dan pengembangan biologi LIPI bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat beserta Departemen Kehutanan dan Universitas Sam Ratulangi mengadakan program perlindungan terhadap hewan langka ini. Perlindungan tersebut meliputi pengawasan habitat babirusa dan membuat taman perlindungan babirusa di atas tanah seluas 800 hektar.

You might also like