You are on page 1of 40

CASE REPORT ORCHITIS DAN PENYAKIT INFEKSI

Disusun Oleh : ilma yanuarti

Pembimbing : dr. Yeppy A.N., Sp.B, FINaCS, MM.

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) SOREANG BANDUNG 2011

I. TINJAUAN KASUS

1.1 Identitas Nama Umur Jenis Kelamin Alamat Agama Status Pendidikan terakhir Pekerjaan Tanggal masuk RSUD Tanggal pemeriksaan : Tn.R : 29 tahun : Laki-laki : Neglarasa 05/05 Pinggir Sari, Arjasari, Kab. Bandung : Islam : Belum Menikah : Sekolah Dasar : Buruh Bangunan : 12 Oktober 2011 : 12 Oktober 2011

1.2 Anamnesis Keluhan Utama Pembengkakan buah zakar kanan. :

Riwayat Perjalanan Penyakit

Os datang dengan keluhan pembengkakan pada buah zakar kanan sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit. Buah zakar terasa lebih berat di sebelah kanan, dengan ukuran awal sebesar bola pingpong, sekarang berukuran sebesar +/- 7 x 3 cm. Kadangkadang terdapat keluhan nyeri pada benjolan, dan rasa nyeri menjalar sampai ke selangkangan. Benjolan pada buah zakar, tidak hilang timbul baik saat tidur, berdiri ataupun mengedan. Tidak terdapat discharge yang keluar dari benjolan. Tidak terdapat keluhan nyeri pada benjolan saat berhubungan seksual. Tidak terdapat keluhan mual dan muntah. Didapatkan riwayat demam selama satu minggu. Riwayat trauma dan penyakit menular seksual disangkal. BAK normal tidak ada lendir ataupun darah, tidak ada nyeri saat BAK, BAB tidak ada keluhan.

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama disangkal.

Riwayat Penyakit dalam Keluarga

Riwayat penyakit keluarga dengan keluhan yang sama disangkal.

1.3 Pemeriksaan Fisik Keadaan umum Kesadaran Tekanan darah Respirasi Nadi Suhu : Compos mentis : 120/70 mmHg : 20 x/menit : 80x/menit : afebris

Status generalis Kepala Leher Thoraks Paru-paru : Conjungtiva tidak anemis, sklera tak ikterik : JVP tak meninggi, KGB tidak membesar : Bentuk dan gerak simetris : VBS normal, kiri = kanan, ronkhi -/-, wheezing -/Jantung : Bunyi jantung S1-S2 reguler, Bunyi jantung tambahan (-) Abdomen : Datar, lembut, BU + normal, NTE (-), hepar dan lien tidak teraba Membesar,KGB inguinal tidak membesar Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2, edema (-)

Status Lokalis

a/r skrotalis dextra :

- Bentuk benjolan lonjong - Ukuran 7 x 3 cm - Konsistensi lunak - Permukaan rata - Terfiksir - Nyeri tekan (-) - Hiperemis (-) - Transiluminasi (-)

1.4 Diagnosa Banding - Orchitis dextra - Tumor testis dextra - Hernia skrotalis dextra - Hidrokel - Epididimitis - Torsio testis dextra

1.5 Usulan Pemeriksaan - Darah Rutin - Analisa urin - Kultur urin - VDRL - USG testis 4

1.6 Diagnosa Klinik - Suspek Orchitis Dextra

1.7 Penatalaksanaan Cefadroxil tablet 2x1 Dexamethason tablet 3x1 Parasetamol tab 3x1

1.8 Prognosis - Quo ad vitam - Quo ad functionam : dubia ad bonam : dubia ad bonam

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 ANATOMI TESTIS Testis merupakan organ yang berperan dalam proses reproduksi dan hormonal. Fungsi utama dari testis adalah memproduksi sperma dan hormon androgen terutama testosteron. Sperma dibentuk di dalam tubulus seminiferus yang memiliki 2 jenis sel yaitu sel sertoli dan sel spermatogenik. Diantara tubulus seminiferus inilah terdapat jaringan stroma tempat dimana sel leydig berada. Testis normal berukuran rata-rata 4x3x2,5 cm. Organ ini diliputi oleh suatu lapisan yang disebut dengan tunika albuginea, oleh suatu septa-septa jaringan ikat testis dibagi menjadi 250 lobus. Pada bagian anterior dan lateral testis dibungkus oleh suatu lapisan serosa yang disebut dengan tunika vaginalis yang meneruskan diri menjadi lapisan parietal, lapisan ini langsung berhubungan dengan kulit skrotum. Di sebelah posterolateral testis berhubungan dengan epididimis, terutama pada pool atas dan bawahnya. Testis terdapat di dalam skrotum yang merupakan lapisan kulit yang tidak rata dimana dibawahnya terdapat suatu lapisan yang disebut tunika dartos yang terdiri dari serabut-serabut otot. Peredarahan darah testis memiliki keterkaitan dengan peredarahan darah di ginjal karena asal embriologi kedua organ tersebut. Pembuluh darah arteri ke testis berasal dari aorta yang beranastomosis di funikulus spermatikus dengan arteri dari vasa deferensia yang merupakan cabang dari arteri iliaka interna. Aliran darah dari testis kembai ke pleksus pampiniformis di funikulus spermatikus. Pleksus ini di anulus inguinalis interna akan membentuk vena spermatika. Vena spermatika kanan akan masuk ke dalam vena cava inferior sedangkan vena spermatika kiri akan masuk ke dalam vena renalis kiri.3 Saluran limfe yang berasal dari testis kanan mengalir ke kelenjar getah bening di daerah interaaortacaval, paracaval kanan dan iliaka komunis kanan, sedangkan saluran limfe testis kiri mengalirkan isinya ke kelanjar getah bening paraaorta kiri dan daerah hilus ginjal kiri, paracaval kiri dan iliaka kiri

2. Epididimis Anatomi: Merupakan struktur per[anjangan dari bagian posterior testis. Duktus eferen yang berasal dari testis memindahkan sperma yang baru dibuat menuju epdidimis. Epididimis dibentuk oleh duktus epididimis yang kecil dan melilit secara padat. Saluran tersebut akan menjadi lebih kecil ketika melalui bagian atas epididimis (head of epididimis). Epididimis berfungsi sebagai tempat pematangan, penyimpanan dan sekresi Epididimis terbagi menjadi 3 bagian yaitu: - Head of epididymis : dibentuk oleh lobule yang berisi 1214 duktus eferen. - Body of epididymis - Tail of Epididymis : bagian epididimis yang akan menu vas deferens. 7

3. Duktus deferens Anatomi: Merupakan perpanjangan saluran epididimis. Duktus deferens: Mempunyai dinding otot yang tebal dengan lumen yang halus sehingga memberikan struktur yang kuat Dimulai dari bagian tail of epididimis yang terletak di ujung bawah testis Merupakan komponen utama spermatic cord Masuk ke dinding anterior abdomen melalui inguinal canal Berakhir dengan menyatu dengan duktus vesika seminalis untuk membentuk duktus ejakulatori Bagian ujung duktus deferens akan membesar yang disebut Ampulla. Vaskularisasi: Arteri : berasal dari arteri vesical superior yang akhirnya akan menyatu dengan arteri testicular. Vena : berasal dari vena testicular, termasuk plexus pampiniform. Bagian ujungnya menuju vena vesicular plexus atau vena prostatic plexus.

ORCHITIS

DEFINISI DAN ETIOLOGI Orkitis adalah proses inflamasi (peradangan) satu atau kedua biji testis (zakar). Orkitis bisa disebabkan oleh sejumlah bakteri dan virus. Virus yang paling sering menyebabkan orkitis adalah virus gondongan (mumps). Hampir 15-25% pria yang menderita gondongan setelah masa pubertasnya akan menderita orkitis. 70% kasus orchitis biasanya didahului dengan kejadian parotitis akibat infeksi virus Mumps. Bakteri yang menyebabkan orchitis biasanya merupakan penyebaran dari epididimitis pada pria yang aktif secara seksual atau pada pasien BPH. Beberapa bakteri yang dpat menyebabkan orchitis antara lain Neisseria gonorrhoeae, Clamydia trachomatis, Eschericia coli, Klebsiella pneumoniae, Psedomonas Aeruginosa, Staphylococcus, dan Streptococcus.

FAKTOR RESIKO # Faktor resiko untuk orkitis yang tidak berhubungan dengan penyakit menular seksual adalah: Immunisasi gondongan yang tidak adekuat Usia lanjut (lebih dari 45 tahun) Infeksi saluran kemih berulang Kelainan saluran kemih.

# Faktor resiko untuk orkitis yang berhubungan dengan penyakit menular seksual adalah: Berganti-ganti pasangan Riwayat penyakit menular seksual pada pasangan Riwayat gonore atau penyakit menular seksual lainnya.

MANIFESTASI KLINIS Pembengkakan skrotum Testis yang terkena terasa berat, membengkak dan teraba lunak Pembengkakan selangkangan pada sisi testis yang terkena Demam Dari penis keluar nanah Nyeri ketika berkemih (disuria) Nyeri ketika melakukan hubungan seksual atau ketika ejakulasi Nyeri selangkangan Nyeri testis, bisa terjadi ketika buang air besar atau mengedan Semen mengandung darah.

DIAGNOSA Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Terjadi pembengkakan kelenjar getah bening di selangkangan dan pembengkakan testis yang terkena. # Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan adalah: Analisa air kemih # Pembiakan air kemih # Tes penyaringan untuk klamidia dan gonore # Pemeriksaan darah lengkap # Pemeriksaan kimia darah.

DIAGNOSIS BANDING Torsi testis umumnya menampakkan gejala nyeri buah zakar yang mendadak (terlokalisir pada satu testicle) yang mungkin disertai tanda-tanda dan gejalagejala kepekaan testicular dan/atau scrotal, pembengkakan dan kemerahan testicular dan/atau scrotal, kenaikan dari buah pelir yang terpengaruh didalam scrotum, kehilangan cremasteric reflex pada sisi yang terpengaruh. Tumor testis kadang-kadang menyebabkan nyeri buah pelir namun biasanya tidak mengakibatkan nyeri pada benjolan itu sendiri. Terdapat perubahan pada ukuran

10

atau tekstur dari buah pelir disertai sakit yang tumpul dari perut bagian bawah, punggung bagian bawah atau area selangkangan.

PENGOBATAN Penderita sebaiknya menjalani tirah baring, skrotumnya diangkat dan dikompres dengan air es. Jika penyebabnya adalah bakteri, diberikan antibiotik. Selain itu juga diberikan obat pereda nyeri dan anti peradangan. Antibiotik yang biasa dipakai antara lain ceftriaxone, ciprofloxacin, doksisiklin, azithromycin dan kotrimoksazol. Pastikan sebelumnya tidak ada alergi terhadap obat2 dimaksud. Dan habiskan antibiotika yang diberikan walaupun gejala penyakitnya sudah mereda. Jika penyebabnya adalah virus, obat yang diberikan bertujuan menghilangkan gejala-gejala yang ada. Obat anti nyeri, anti demam, obat anti peradangan non steroid (NSAID), seperti ibuprofen atau naproxen Operatif : Radikal Orchiectomy Inguinalis

KOMPLIKASI Testis yang mengecil (atropi) Abses (nanah) pada kantong testis Infertilitas (susah punya anak), terutama jika terkena kedua testis.

PENCEGAHAN Immunisasi gondongan bisa mencegah terjadinya orkitis akibat gondongan. Saat ini sudah tersedia vaksin untuk mumps yaitu MMR (measles, mumps, rubella) dan MMRV (MMR plus varisela, untuk usia 1-12 tahun). Perilaku seksual yang aman dan terlindung (misalnya tidak berganti-ganti pasangan dan menggunakan kondom) bisa mengurangi resiko terjadinya orkitis akibat penyakit menular seksual.

11

KESIMPULAN Penanganan pertama untuk orchitis dapat dilakukan Bed rest dan Elevasi skrotum diikuti pemberian Antibiotik, Analgesik. Pada pasien orchitis dengan penyebab utama bakteri terutama pada pasien di bawah usia 35 tahun dan aktif secara seksual dapat diberikan antibiotik Ceftriaxone, Doksisiklin ataupun Azitromycin. Penanganan lanjut apabila ada komplikasi hidrokel/pyocele dilakukan drainase untuk mengurangi tekanan pada tunica. Beberapa kasus orchitis mereda secara spontan dalam waktu 3 10 hari. Dengan pemberian antibiotic yang tepat kebanyakan kasus orchitis bacterial dapat sembuh tanpa komplikasi

12

EPIDIDIMITIS AKUT

1. Definisi Epididimitis merupakan suatu proses inflamasi yang terjadi pada epididimis. Epididimis merupakan suatu struktur berbentuk kurva (koil) yang menempel di belakang testis dan berfungsi sebagai tempat penyimpanan sperma yang matur.

Berdasarkan timbulnya nyeri, epididimitis dibedakan menjadi epididimitis akut dan kronik. Epididimitis akut memiliki waktu timbulnya nyeri dan bengkak hanya dalam beberapa hari sedangkan pada epididimitis kronik, timbulnya nyeri dan peradangan pada epididimis telah berlangsung sedikitnya selama enam minggu disertai dengan timbulnya indurasi pada skrotum.

2. Etiologi Bermacam penyebab timbulnya epididimitis tergantung dari usia pasien, sehingga penyebab dari timbulnya epididimitis dibedakan menjadi : Infeksi bakteri non spesifik Bakteri coliforms (misalnya E coli, Pseudomonas, Proteus, Klebsiella) menjadi penyebab umum terjadinya epididimitis pada anak-anak, dewasa dengan usia lebih dari 35 tahun dan homoseksual. Ureaplasma urealyticum, Corynebacterium, Mycoplasma, and Mima polymorpha juga dapat ditemukan pada golongan penderita 13

tersebut. Infeksi yang disebabkan oleh Haemophilus influenzae and N meningitides sangat jarang terjadi. Penyakit Menular Seksual Chlamydia merupakan penyebab tersering pada laki-laki berusia kurang dari 35 tahun dengan aktivitas seksual aktif. Infeksi yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae, Treponema pallidum, Trichomonas dan Gardnerella vaginalis juga sering terjadi pada populasi ini. Virus Virus menjadi penyebab yang cukup dominan pada anak-anak. Pada epididimitis yang disebabkan oleh virus tidak didapatkan adanya pyuria. Mumps merupakan virus yang sering menyebabkan epididimitis selain coxsackie virus A dan varicella Tuberkulosis Epididimitis yang disebabkan oleh basil tuberkulosis sering terjadi di daerah endemis TB dan menjadi penyebab utama terjadinya TB urogenitalis. Penyebab infeksi lain Seperti brucellosis, coccidioidomycosis, blastomycosis, cytomegalovirus [CMV], candidiasis, CMV pada HIV) dapat menjadi penyebab terjadinya epididimitis namun biasanya hanya terjadi pada individu dengan sistem imun tubuh yang rendah atau menurun. Obstruksi (seperti BPH, malformasi urogenital) memicu terjadinya refluks. Vaskulitis (seperti Henoch-Schnlein purpura pada anak-anak) sering menyebabkan epididimitis akibat adanya proses infeksi sistemik. Penggunaan Amiodarone dosis tinggi Amiodarone adalah obat yang digunakan pada kasus aritmia jantung dengan dosis awal 600 mg/hari 800 mg/ hari selama 1 3 minggu secara bertahap dan dosis pemeliharaan 400 mg/hari. Penggunaan Amiodarone dosis tinggi ini (lebih dari 200 mg/hari) akan menimbulkan antibodi amiodarone HCL yang kemudian akan menyerang epidididmis sehingga timbullah gejala epididimitis. Bagian yang sering terkena adalah bagian cranial dari epididimis dan kasus ini terjadi pada 3-11 % pasien yang menggunakan obat amiodarone. 14

Prostatitis Prostatitis merupakan reaksi inflamasi pada kelenjar prostat yang dapat disebabkan oleh bakteri maupun non bakteri dapat menyebar ke skrotum, menyebabkan timbulnya epididimitis dengan rasa nyeri yang hebat, pembengkakan, kemerahan dan jika disentuh terasa sangat nyeri. Gejala yang juga sering menyertai adalah nyeri di selangkangan, daerah antara penis dan anus serta punggung bagian bawah, demam dan menggigil. Pada pemeriksaan colok dubur didapatkan prostat yang membengkak dan terasa nyeri jika disentuh. Tindakan pembedahan seperti prostatektomi. Prostatektomi dapat menimbulkan epididimitis karena terjadinya infeksi preoperasi pada traktus urinarius. Hal ini terjadi pada 13% kasus yang dilakukan prostatektomi suprapubik. Kateterisasi dan instrumentasi Terjadinya epididimitis akibat tindakan kateterisasi maupun pemasangan instrumentasi dipicu oleh adanya infeksi pada urethra yang menyebar hingga ke epididimis.

3. Patofisiologi Patofisiologi terjadinya epididimitis masih belum jelas, dimana diperkirakan terjadinya epididimitis disebabkan oleh aliran balik dari urin yang mengandung bakteri, dari uretra pars prostatika menuju epididimis melalui duktus ejakulatorius vesika seminalis, ampula dan vas deferens. Oleh karena itu, penyumbatan yang terjadi di prostat dan uretra serta adanya anomali kongenital pada bagian genito-urinaria sering menyebabkan timbulnya epididimitis karena tekanan tinggi sewaktu miksi. Setiap kateterisasi maupun instrumentasi seperti sistoskopi merupakan faktor resiko yang sering menimbulkan epididimitis bakterial. Infeksi berawal di kauda epididimis dan biasanya meluas ke tubuh dan hulu epididimis. Kemudian mungkin terjadi orkitis melalui radang kolateral. Tidak jarang berkembang abses yang dapat menembus kulit dorsal skrotum. Jarang sekali epididimitis disebabkan oleh refluks dari jalan kemih akibat tekanan tinggi intraabdomen karena cedera perut. 15

4. Gejala Klinis Gejala yang timbul tidak hanya berasal dari infeksi lokal namun juga berasal dari sumber infeksi yang asli. Gejala yang sering berasal dari sumber infeksi asli seperti duh uretra dan nyeri atau itching pada uretra (akibat uretritis), nyeri panggul dan frekuensi miksi yang meningkat, dan rasa terbakar saat miksi (akibat infeksi pada vesika urinaria yang disebut Cystitis), demam, nyeri pada daerah perineum, frekuensi miksi yang meningkat, urgensi, dan rasa perih dan terbakar saat miksi (akibat infeksi pada prostat yang disebut prostatitis), demam dan nyeri pada regio flank (akibat infeksi pada ginjal yang disebut pielonefritis).

Gejala lokal pada epididimitis berupa nyeri pada skrotum. Nyeri mulai timbul dari bagian belakang salah satu testis namun dengan cepat akan menyebar ke seluruh testis, skrotum dan kadangkala ke daerah inguinal disertai peningkatan suhu badan yang tinggi. Biasanya hanya mengenai salah satu skrotum saja dan tidak disertai dengan mual dan muntah.

5. Tanda Klinis Tanda klinis pada epididimitis yang didapat saat melakukan pemeriksaan fisik adalah : Pada pemeriksaan ditemukan testis pada posisi yang normal, ukuran kedua testis sama besar, dan tidak terdapat peninggian pada salah satu testis dan epididimis membengkak di permukaan dorsal testis yang sangat nyeri. Setelah beberapa hari, epididimis dan testis tidak dapat diraba terpisah karena bengkak yang juga meliputi testis. Kulit skrotum teraba panas, merah dan bengkak karena adanya udem dan infiltrat. Funikulus spermatikus juga turut meradang menjadi bengkak dan nyeri. Hasil pemeriksaan refleks kremaster normal Phren sign bernilai positif dimana nyeri dapat berkurang bila skrotum diangkat ke atas karena pengangkatan ini akan mengurangi regangan pada testis. Namun pemeriksaan ini kurang spesifik. 16

Pembesaran kelanjar getah bening di regio inguinalis. Pada colok dubur mungkin didapatkan tanda prostatitis kronik yaitu adanya pengeluaran sekret atau nanah setelah dilakukan masase prostat. Biasanya didapatkan eritema dan selulitis pada skrotum yang ringan Pada anak-anak, epididimitis dapat disertai dengan anomali kongenital pada traktus urogenitalis seperti ureter ektopik, vas deferens ektopik, dll. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium yang dapat digunakan untuk mengetahui adanya suatu infeksi adalah: Pemeriksaan darah dimana ditemukan leukosit meningkat dengan shift to the left (10.000-30.000/l) Kultur urin dan pengecatan gram untuk kuman penyebab infeksi Analisa urin untuk melihat apakah disertai pyuria atau tidak Tes penyaringan untuk klamidia dan gonorhoeae. Kultur darah bila dicurigai telah terjadi infeksi sistemik pada penderita

6. Pemeriksaan Radiologis Sampai saat ini, pemeriksaan radiologis yang dapat digunakan adalah :

1. Color Doppler Ultrasonography Pemeriksaan ini memiliki rentang kegunaan yang luas dimana pemeriksaan ini lebih banyak digunakan untuk membedakan epididimitis dengan penyebab akut skrotum lainnya. Keefektifan pemeriksaan ini dibatasi oleh nyeri dan ukuran anatomi pasien (seperti ukuran bayi berbeda dengan dewasa) Pemeriksaan menggunakan ultrasonografi dilakukan untuk melihat aliran darah pada arteri testikularis. Pada epididimitis, aliran darah pada arteri testikularis cenderung meningkat. Ultrasonografi juga dapat dipakai untuk mengetahui adanya abses skrotum sebagai komplikasi dari epididimitis.

17

Kronik epididimitis dapat diketahui melalui pembesaran testis dan epididimis yang disertai penebalan tunika vaginalis dimana hal ini akan menimbulkan gambaran echo yang heterogen pada ultrasonografi.

2. Nuclear Scintigraphy Pemeriksaan ini menggunakan technetium-99 tracer dan dilakukan untuk mengkonfirmasi hasil pemeriksaan aliran darah yang meragukan dengan memakai ultrasonografi. Pada epididimitis akut, akan terlihat gambaran peningkatan penangkapan kontras Memiliki sensitivitas dan spesifitas 90-100% dalam menentukan daerah iskemia akibat infeksi. Pada keadaan skrotum yang hiperemis akan timbul diagnosis negatif palsu Keterbatasan dari pemeriksaan ini adalah harga yang mahal dan sulit dalam melakukan interpretasi

3. Vesicouretrogram (VCUG), cystourethroscopy, dan USG Abdomen

Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui suatu anomali kongenital pada pasien anak-anak dengan bakteriuria dan epididimitis.

7. Diagnosis Diagnosis epididimitis dapat ditegakkan melalui :

a) Anamnesa b) Pemeriksaan fisik c) Pemeriksaan Laboratorium d) Pemeriksaan penunjang lainnya

18

8. Diagnosis Banding Diagnosis banding epididimitis meliputi : 1. Orkitis 2. Hernia inguinalis inkarserata 3. Torsio testis 4. Seminoma testis 5. Trauma testis

9. Penatalaksanaan Penatalaksanaan epididimitis meliputi dua hal yaitu penatalaksanaan medis dan bedah, berupa : a. Penatalaksanaan Medis Antibiotik digunakan bila diduga adanya suatu proses infeksi. Antibiotik yang sering digunakan adalah : Fluorokuinolon, namun penggunaannya telah dibatasi karena terbukti resisten terhadap kuman gonorhoeae Sefalosforin (Ceftriaxon) Levofloxacin atau ofloxacin untuk mengatasi infeksi klamidia dan digunakan pada pasien yang alergi penisilin Doksisiklin, azithromycin, dan tetrasiklin digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri non gonokokal lainnya

b. Penanganan epididimitis lainnya berupa penanganan suportif, seperti : Pengurangan aktivitas Skrotum lebih ditinggikan dengan melakukan tirah baring total selama dua sampai tiga hari untuk mencegah regangan berlebihan pada skrotum. Kompres es Pemberian analgesik dan NSAID Mencegah penggunaan instrumentasi pada urethra

19

c. Penatalaksanaan Bedah Penatalaksanaan di bidang bedah meliputi : Scrotal exploration Tindakan ini digunakan bila telah terjadi komplikasi dari epididimitis dan orchitis seperti abses, pyocele, maupun terjadinya infark pada testis. Diagnosis tentang gangguan intrascrotal baru dapat ditegakkan saat dilakukan orchiectomy. Epididymectomy Tindakan ini dilaporkan telah berhasi mengurangi nyeri yang disebabkan oleh kronik epididimitis pada 50% kasus. Epididymotomy Tindakan ini dilakukan pada pasien dengan epididimitis akut supurativa.

10. Komplikasi Komplikasi dari epididimitis adalah : Abses dan pyocele pada skrotum Infark pada testis Epididimitis kronis dan orchalgia Infertilitas sekunder sebagai akibat dari inflamasi maupun obstruksi dari duktus epididimis Atrofi testis yang diikuti hipogonadotropik hipogonadism Fistula kutaneus

11. Prognosis Epididimitis akan sembuh total bila menggunakan antibiotik yang tepat dan adekuat serta melakukan hubungan seksual yang aman dan mengobati partner seksualnya. Kekambuhan epididimitis pada seorang pasien adalah hal yang biasa terjadi.

20

PAROTITIS

Berdasarkan ukurannya kelenjar saliva terdiri dari 2 jenis, yaitu kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar parotis, kelenjar submandibularis, dan kelenjar sublingualis (Dawes, 2008; Roth and Calmes, 1981). Gambar Kelenjar Saliva Mayor (DeNardin, 2006) Kelenjar parotis yang merupakan kelenjar saliva terbesar, terletak secara bilateral di depan telinga, antara ramus mandibularis dan prosesus mastoideus dengan bagian yang meluas ke muka di bawah lengkung zigomatik (Leeson dkk., 1990; Rensburg, 1995). Kelenjar parotis terbungkus dalam selubung parotis (parotis shealth). Saluran parotis melintas horizontal dari tepi anterior kelenjar. Pada tepi anterior otot masseter, saluran parotis berbelok ke arah medial, menembus otot buccinator, dan memasuki rongga mulut di seberang gigi molar ke-2 permanen rahang atas (Leeson dkk., 1990; Moore dan Agur, 1995).

Penyakit Gondongan (Mumps atau Parotitis) adalah suatu penyakit menular dimana sesorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian bawah.

21

Penyakit gondongan tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemic atau epidemik, Gangguan ini cenderung menyerang anak-anak yang berumur 2-12 tahun. Pada orang dewasa, infeksi ini bisa menyerang testis (buah zakar), sistem saraf pusat, pankreas, prostat, payudara dan organ lainnya. Adapun mereka yang beresiko besar untuk menderita atau tertular penyakit ini adalah mereka yang menggunakan atau mengkonsumsi obat-obatan tertentu untuk menekan hormon kelenjar tiroid dan mereka yang kekurangan zat Iodium dalam tubuh. # Penularan Penyakit Gondongan Penyakit Gondong (Mumps atau Parotitis) penyebaran virus dapat ditularkan melalui kontak langsung, percikan ludah, bahan muntah, mungkin dengan urin. Virus dapat ditemukan dalam urin dari hari pertama sampai hari keempat belas setelah terjadi pembesaran kelenjar. Penyakit gondongan sangat jarang ditemukan pada anak yang berumur kurang dari 2 tahun, hal tersebut karena umumnya mereka masih memiliki atau dilindungi oleh anti bodi yang baik. Seseorang yang pernah menderita penyakit gondongan, maka dia akan memiliki kekebalan seumur hidupnya. # Tanda dan Gejala Penyakit Gondongan Tidak semua orang yang terinfeksi oleh virus Paramyxovirus mengalami keluhan, bahkan sekitar 30-40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical). Namun demikian mereka sama dengan penderita lainnya yang mengalami keluhan, yaitu dapat menjadi sumber penularan penyakit tersebut. Masa tunas (masa inkubasi) penyakit Gondong sekitar 12-24 hari dengan rata-rata 17-18 hari.

22

Adapun tanda dan gejala yang timbul setelah terinfeksi dan berkembangnya masa tunas dapat digambarkan sdebagai berikut : 1. Pada tahap awal (1-2 hari) penderita Gondong mengalami gejala: demam (suhu badan 38.5 40 derajat celcius), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu makan, nyeri rahang bagian belakang saat mengunyah dan adakalanya disertai kaku rahang (sulit membuka mulut). 2. Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang diawali dengan pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian kedua kelenjar mengalami pembengkakan. 3. Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3 hari kemudian berangsur mengempis. 4. Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang (submandibula) dan kelenjar di bawah lidah (sublingual). Pada pria akil balik adalanya terjadi pembengkakan buah zakar (testis) karena penyebaran melalui aliran darah. # Diagnosis Penyakit Gondongan (Mumps atau Parotitis) Diagnosis ditegakkan bila jelas ada gejala infeksi parotitis epidemika pada pemeirksaan fisis, termasuk keterangan adanya kontak dengan penderita penyakit gondong (Mumps atau Parotitis) 2-3 minggu sebelumnya. Selain itu adalah dengan tindakan pemeriksaan hasil laboratorium air kencing (urin) dan darah. # Pemeriksaan Laboratorium Disamping leucopenia dengan limfosiotsis relative, didapatkan pula kenaikan kadar amylase dengan serum yang mencapai puncaknya setelah satu minggu dan kemudian menjadi normal kembali dalam dua minggu. Jika penderita tidak menampakkan pembengkakan kelenjar dibawah telinga, namun tanda dan gejala lainnya mengarah ke penyakit gondongan sehingga meragukan diagnosa. Dokter akan memberikan order untuk dilakukannya pemeriksaan lebih lanjut seperti serum darah. Sekurang-kurang ada 3 uji serum (serologic) untuk membuktikan spesifik

23

mumps antibodies: Complement fixation antibodies (CF), Hemagglutination inhibitor antibodies (HI), Virus neutralizing antibodies (NT). # Komplikasi Akibat Penyakit Gondongan Hampir semua anak yang menderita gondongan akan pulih total tanpa penyulit, tetapi kadang gejalanya kembali memburuk setelah sekitar 2 minggu. Keadaan seperti ini dapat menimbulkan komplikasi, dimana virus dapat menyerang organ selain kelenjar liur. Hal tersebut mungkin terjadi terutama jika infeksi terjadi setelah masa pubertas. Dibawah ini komplikasi yang dapat terjadi akibat penanganan atau pengobatan yang kurang dini : 1. Orkitis ; peradangan pada salah satu atau kedua testis. Setelah sembuh, testis yang terkena mungkin akan menciut. Jarang terjadi kerusakan testis yang permanen sehingga terjadi kemandulan. 2. Ovoritis : peradangan pada salah satu atau kedua indung telus. Timbul nyeri perut yang ringan dan jarang menyebabkan kemandulan. 3. Ensefalitis atau meningitis : peradangan otak atau selaput otak. Gejalanya berupa sakit kepala, kaku kuduk, mengantuk, koma atau kejang. 5-10% penderita mengalami meningitis dan kebanyakan akan sembuh total. 1 diantara 400-6.000 penderita yang mengalami enserfalitis cenderung mengalami kerusakan otak atau saraf yang permanen, seperti ketulian atau kelumpuhan otot wajah. 4. Pankreatitis : peradangan pankreas, bisa terjadi pada akhir minggu pertama. Penderita merasakan mual dan muntah disertai nyeri perut. Gejala ini akan menghilang dalam waktu 1 minggu dan penderita akan sembuh total. 5. Peradangan ginjal bisa menyebabkan penderita mengeluarkan air kemih yang kental dalam jumlah yang banyak 6. Peradangan sendi bisa menyebabkan nyeri pada satu atau beberapa sendi. 24

# Pengobatan Penyakit Gondongan Pengobatan ditujukan untuk mengurangi keluhan (simptomatis) dan istirahat selama penderita panas dan kelenjar (parotis) membengkak. Dapat digunakan obat pereda panas dan nyeri (antipiretik dan analgesik) misalnya Parasetamol dan sejenisnya, Aspirin tidak boleh diberikan kepada anak-anak karena memiliki resiko terjadinya sindroma Reye (Pengaruh aspirin pada anak-anak). Pada penderita yang mengalami pembengkakan testis, sebaiknya penderita menjalani istirahat tirah baring ditempat tidur. Rasa nyeri dapat dikurangi dengan melakukan kompres Es pada area testis yang membengkak tersebut. Sedangkan penderita yang mengalami serangan virus apada organ pancreas (pankreatitis), dimana menimbulkan gejala mual dan muntah sebaiknya diberikan cairan melalui infus. Pemberian kortikosteroid selama 2-4 hari dan 20 ml convalescent gammaglobulin diperkirakan dapat mencegah terjadinya orkitis. Terhadap virus itu sendiri tidak dapat dipengaruhi oleh anti mikroba, sehingga Pengobatan hanya berorientasi untuk menghilangkan gejala sampai penderita kembali baik dengan sendirinya. Penyakit gondongan sebenarnya tergolong dalam self limiting disease (penyakit yg sembuh sendiri tanpa diobati). Penderita penyakit gondongan sebaiknya menghindarkan makanan atau minuman yang sifatnya asam supaya nyeri tidak bertambah parah, diberikan diet makanan cair dan lunak. Jika pada jaman dahulu penderita gondongan diberikan blau (warna biru untuk mencuci pakaian), sebenarnya itu secara klinis tidak ada hubungannya. Kemungkinan besar hanya agar anak yang terkena penyakit Gondongan ini malu jika main keluar dengan wajah belepotan blau, sehingga harapannya anak tersebut istirahat dirumah yang cukup untuk membantu proses kesembuhan. # Pencegahan Penyakit Gondongan (Mumps/Parotitis)

25

Pemberian vaksinasi gondongan merupakan bagian dari imunisasi rutin pada masa kanakkanak, yaitu imunisasi MMR (mumps, morbili, rubela) yang diberikan melalui injeksi pada usia 15 bulan. Imunisasi MMR dapat juga diberikan kepada remaja dan orang dewasa yang belum menderita Gondong. Pemberian imunisasi ini tidak menimbulkan efek apanas atau gejala lainnya. Cukup mengkonsumsi makanan yang mengandung kadar Iodium, dapat mengurangi resiko terkena serangan penyakit gondongan.

26

KOLITIS

Usus besar merupakan tabung muscular berongga dengan panjang sekitar 5 kaki (sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter usus besar lebih besar daripada usus kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inchi (sekitar 6,5 cm), tetapi makin dekat anus diameternya makin kecil. Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon, dan rektum. Pada sekum terdapat katup ileosekal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum menempati sekitar dua atau tiga inci pertama dari usus besar. Katup ileosekal mengontrol aliran kimus dari ileum ke sekum. Kolon dibagi lagi menjadi kolon ascendens, transversum, descendens, dan sigmoid. Tempat dimana kolon membentuk kelokan tajam yaitu pada abdomen kanan dan kiri atas berturut-turut dinamakan fleksura hepatika dan fleksura lienalis. Kolon sigmoid mulai setinggi krista iliaka dan berbentuk suatu lekukan berbentuk S. Lekukan bagian bawah membelok ke kiri waktu kolon sigmoid bersatu dengan rektum. Rektum terbentang dari kolon sigmoid sampai dengan anus. Satu inci terakhir dari rektum terdapat kanalis ani yang dilindungi oleh sfingter ani eksternus dan internus. Panjang rektum sampai kanalis ani adalah 5,9 inci (Lindseth, 2005). Dinding kolon terdiri dari empat lapisan yaitu tunika serosa, muskularis, telasubmukosa, dan tunika mukosa akan tetapi usus besar mempunyai gambaran-gambaran yang khas berupa: lapisan otot longitudinal usus besar tidak sempurna tetapi terkumpul dalam tiga pita yang disebut taenia koli yang bersatu pada sigmoid distal. Panjang taenia lebih pendek daripada usus sehingga usus tertarik dan berkerut membentuk kantong-kantong kecil yang disebut haustra. Pada taenia melekat kantong-kantong kecil peritoneum yang berisi lemak yang disebut apendices epiploika. Lapisan mukosa usus besar lebih tebal dengan kriptus lieberkuhn terletak lebih dalam serta mempunyai sel goblet lebih banyak daripada usus halus. Vaskularisasi usus besar diatur oleh arteri mesenterika superior dan inferior. Arteri mesenterika superior memvaskularisasi kolon bagian kanan (mulai dari sekum sampai dua pertiga proksimal kolon transversum). Arteri mesenterika superior mempunyai tiga cabang utama yaitu arteri ileokolika, arteri kolika dekstra, dan arteri kolika media. Sedangkan arteri mesenterika inferior memvaskularisasi kolon bagian kiri (mulai dari sepertiga distal kolon transversum sampai rektum bagian proksimal). Arteri mesenterika inferior mempunyai tiga cabang yaitu arteri kolika sinistra, arteri 27

hemorroidalis superior, dan arteri sigmoidea. Vaskularisasi tambahan daerah rektum diatur oleh arteria sakralis media dan arteria hemorroidalis inferior dan media. Aliran balik vena dari kolon dan rektum superior melalui vena mesenterika superior dan inferior serta vena hemorroidalis superior, yaitu bagian dari sistem portal yang mengalirkan darah ke hati. Vena hemorroidalis media dan inferior mengalirkan darah ke vena iliaka dan merupakan bagian dari sirkulasi sistemik. Ada anastomosis antara vena hemorroidalis superior, media, dan inferior sehingga peningkatan tekanan portal dapat mengakibatkan aliran balik ke dalam vena-vena ini dan mengakibatkan hemorroid. Aliran pembuluh limfe kolon mengikuti arteria regional ke limfenodi preaorta pada pangkal arteri mesenterika superior dan inferior. Aliran balik pembuluh limfe melalui sistrna kili yang bermuara ke dalam sistem vena pada sambungan vena subklavia dan jugularis sinistra. Hal ini menyebabkan metastase karsinoma gastrointestinal bisa ada dalam kelenjar limfe leher (kelenjar limfe virchow). Aliran balik pembuluh limfe rektum mengikut i aliran pembuluh darah hemorroidalis superior dan pembuluh limfe kanalis ani menyebar ke nodi limfatisi iliaka interna, sedangkan aliran balik pembuluh limfe anus dan kulit perineum mengikuti aliran limfe inguinalis superficialis.

Kolitis adalah suatu peradangan akut atau kronik pada kolon, yang berdasarkan penyebab dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a. Kolitis infeksi, misalnya : shigelosis, kolitis tuberkulosa, kolitis amebik, kolitis pseudomembran, kolitis karena virus/bakteri/parasit. b. Kolitis non-infeksi, misalnya : kolitis ulseratif, penyakit Crohns kolitisradiasi, kolitis iskemik, kolitis mikroskopik, kolitis non-spesifik (simplecolitis). Pembahasan ini difokuskan pada kolitis infeksi yang sering ditemukan di Indonesia sebagai daerah tropik, yaitu kolitis amebik, shigellosis, dan kolitistuberkulosa serta infeksi E.coli patogen yang dilaporkan sebagai salah satu penyebab utama diare kronik di Indonesia.

28

KOLITIS AMEBIK (AMEBIASIS KOLON) Batasan. Peradangan kolon yang disebabkan oleh protozoa Entamoeba histolytica. Epidemiologi. Prevalensi amebiasis diberbagai tempat sangat bervariasi, diperkirakan 10% populasi terinfeksi. Prevalensi tertinggi di daerah tropis (50-80%). Manusia merupakan host sekaligus reservoir utama. Penularannya lewat kontaminasi tinja ke makanan dan minuman, dengan perantara lalat, kecoak, kontak interpersonal atau lewat hubungan seksual anal-oral. Sanitasi lingkungan yang jelek. Penduduk yang padat dan kurangnya sanitasi individual mempermudah penularannya. Pasien yang asimtomatik tanpa adanya invasi jaringan, hanya mengeluarkan kista pada tinjanya. Kista tersebut dapat bertahan hidup di luar tubuh manusia. Sedangkan pada pasien dengan infeksi amuba akut/kronik yang invasif selain kista juga mengeluarkan trofozoit, namun bentuk trofozoit tersebut tidak dapat bertahan lama diluar tubuh manusia.

Gejala klinis. Gejala klinis pasien amebiasis sangat bervariasi, mulai dan asimtomatik sampai berat dengan gejala klinis menyerupai kolitis ulseratif. Beberapa jenis keadaan klinis pasien amebiasis adalah sebagai berikut :

29

1. Carrier: ameba tidak mengadakan invasi ke dinding usus, tanpa gejala atau hanya keluhan ringan seperti kembung, flatulensi, obstipasi, kadang-kadang diare. Sembilan puluh persen pasien sembuh sendiri dalam waktu satu tahun, sisanya (10 %) berkembang menjadi kolitis ameba. 2. Disentri ameba ringan : kembung, nyeri perut ringan, demam ringan, diare ringan dengan tinja berbau busuk serta bercampur darah dan lendir, keadaan umum pasien baik. 3. Disentri ameba sedang : kram perut, demam, badan lemah, hepatomegalidengan nyeri spontan. 4. Disenti ameba berat : diare disertai banyak darah, demam tinggi, mual, anemia. 5. Disentri ameba kronik : gejala menyerupai disentri ameba ringan diselingi dengan periode normal tanpa gejala, berlangsung berbulan-bulan sampai bertahuntahun, neurasthenia, serangan diare biasanya timbul karena kelelahan, demam atau makanan yang sukar dicerna. Penatalaksanaan. 1. Karier asimtomatik. Diberi obat yang bekerja di lumen usus (luminal agents) antara lain: Iodoquinol (diiodohidroxyquin) 650 mg tiga kali per hari selama 20 hari atau Paromomycine 500 mg 3 kali sehari selama 10 hari. 2. Kolitis ameba akut. Metronidazol 750 mg tiga kali sehari selama 5 10 hari, ditambah dengan obat luminal tersebut di atas. 3. Amebiasis ekstraintestinal (misalnya : abses hati ameba). Metronidazol 750 mg tiga kali sehari selama 5-10 hari ditambah dengan obat luminal tersebut diatas. Penggunaan 2 macam atau lebih amebisidal ekstra intestinal tidak terbukti lebih efektif dari satu macam obat.

30

SELULITIS

Selain sebagai pelindung terhadap cedera fisik, kekeringan, zat kimia, kuman penyakit, dan radiasi, kulit juga berfungsi sebagai pengindra, pengatur suhu tubuh, dan ikut mengatur peredaran darah. Pengaturan suhu dimungkinkan oleh adanya jaringan kapiler yang luas di dermis (vasodilatasi dan vasokonstriksi), serta adanya lemak subkutan dan kelenjar keringat. Faal perasa dan peraba dijalankan oleh ujung saraf sensoris Vater Paccini, Meissner, Krause, Ruffini yang terdapat di dermis.(5)

1. Bagian-bagian Kulit Manusia Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok, yaitu epidermis, dermis atau korium, dan jari ngan subkutan atau subkutis. a) Epidermis 31

Epidermis terbagi atas lima lapisan. 1. Lapisan tanduk atau stratum korneum yaitu lapisan kulit yang paling luar yang terdiri dari beberapa lapis sel gepeng yang mati, tidak berinti dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk). 2. Stratum Lusidum yaitu lapisan sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma berubah menjadi eleidin (protein). Tampak jelas pada telapak tangan dan kaki. 3. Lapisan granular atau stratum granulosum yaitu 2 atau 3 lapisan sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti di antaranya. Mukosa biasanya tidak memiliki lapisan ini. Tampak jelas pada telapak tangan dan kaki. 4. Lapisan malpighi atau stratum spinosum. Nama lainnya adalah pickle cell layer (lapisan akanta). Terdiri dari beberapa lapis sel berbentuk poligonal dengan besar berbeda-beda karena adanya proses mitosis. Protoplasma jernih karena mengandung banyak glikogen dan inti terletak ditengah-tengah. Makin dekat letaknya ke permukaan bentuk sel semakin gepeng. Diantara sel terdapat jembatan antar sel (intercellular bridges) terdiri dari protoplasma dan tonofibril atau keratin. Penebalan antar jembatan membentuk penebalan bulat kecil disebut nodus bizzozero. Diantara sel juga terdapat sel langerhans. 5. Lapisan basal atau stratum germinativium. Terdiri dari sel berbentuk kubus tersusun vertikal pada perbatasan dermo-epidermal, berbaris seperti pagar (palisade),mengadakan mitosis dari berbagai fungsi reproduktif dan terdiri dari : A. Sel berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik inti lonjong dan besar, dihubungkan satu dengan yang lain dengan jembatan antar sel. B. Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell merupakan sel berwarna muda dengan sitoplasma basofilik dan inti gelap dan mengandung butiran pigmen (melanosomes). Epidermis mengandung juga : Kelenjar ekrin, kelenjar apokrin, kelenjar sebaseus, r ambut dan kuku. Kelenjar keringat ada dua jenis, ekrin dan apokrin. Fungsinya mengatur suhu, men yebabkan panasdilepaskan dengan cara penguapan. Kelanjar ekrin terdapat disemua daerah kulit, tetapi tidak terdapat diselaput lendir. Seluruhnya 32

berjumlah antara 2 sampai 5 juta yang terbanyak ditelapak tangan. Sekretnya cairan jernih kira-kira 99 persen mengandung klorida,asam laktat,nitrogen dan zat lain. Kelenjar apokrin adalah kelenjar keringat besar yang bermuara ke folikel rambut, terdapat di ketiak, daerah anogenital, papilla mamma dan areola. Kelenjar sebaseus terdapat di seluruh tubuh, kecuali di manus, plantar pedis, dan dorsum pedis. Terdapat banyak di kulit kepala, muka, kening, dan dagu. Sekretnya berupa sebum dan mengandung asam lemak, kolesterol dan zat lain. b) Dermis Dermis atau korium merupakan lapisan bawah epidermis dan diatas jaringan subkutan. Dermis terdiri dari jaringan ikat yang dilapisan atas terjalin rapat (pars papillaris), sedangkan dibagian bawah terjalin lebihlebih longgar (pars r eticularis). Lapisan pars retucularis mengandung pembuluh darah, saraf, rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebaseus. c) Jaringan Subkutan (Subkutis atau Hipodermis) Jaringan subkutan merupakan lapisan yang langsung dibawah dermis. Batas antara jaringan subkutan dan dermis tidak tegas. Sel sel yang terbanyak adalah liposit yang menghasilkan banyak lemak. Jaringan subkutan mengandung saraf, pembuluh darah dan limfe, kandungan rambut dan di lapisan atas jaringansubkutan terdapat kelenjar keringan. Fungsi dari jaringa n subkutan adalah penyekat panas, bantalan terhadap trauma dan tempat penumpukan energi.

33

Selulitis adalah radang jaringan ikat difus dengan peradangan parah lapisan dermal dan subkutan kulit. Selulitis bisa disebabkan oleh flora kulit normal atau oleh bakteri eksogen, dan sering terjadi di mana kulit sebelumnya telah rusak: retakan di kulit, luka, lecet, luka bakar, gigitan serangga, luka bedah, atau situs penyisipan kateter intravena. Kulit pada wajah atau kaki bagian bawah paling sering terkena infeksi ini, meskipun selulitis dapat terjadi pada setiap bagian tubuh. Andalan terapi tetap pengobatan dengan antibiotik yang tepat. Erisipelas adalah istilah yang digunakan untuk infeksi yang lebih dangkal dari lapisan dermis dan subkutan bagian atas yang menyajikan klinis dengan tepi yang didefinisikan dengan baik. Erisipelas dan selulitis sering hidup berdampingan, sehingga sering sulit untuk membuat perbedaan antara keduanya. Selulitis adalah tidak berhubungan (kecuali etimologis) untuk selulit, kondisi kosmetik yang menampilkan dimpling kulit. Orang tua dan mereka dengan imunodefisiensi (sistem kekebalan tubuh yang lemah) sangat rentan untuk tertular selulitis. Penderita diabetes lebih rentan terhadap selulitis daripada populasi umum karena gangguan sistem kekebalan tubuh, mereka sangat rentan terhadap selulitis pada kaki karena penyakit penyebab gangguan sirkulasi darah di kaki yang mengarah ke diabetes kaki / kaki bisul. Kontrol miskin kadar glukosa darah memungkinkan bakteri untuk tumbuh lebih cepat di jaringan yang terkena dan memfasilitasi perkembangan yang cepat jika infeksi memasuki aliran darah. Degenerasi saraf pada diabetes cara ini borok mungkin tidak menyakitkan dan dengan demikian sering menjadi terinfeksi.

34

Obat imunosupresif, dan penyakit lain atau infeksi yang melemahkan sistem kekebalan tubuh juga faktor yang membuat infeksi lebih mungkin. Cacar air dan herpes zoster sering mengakibatkan lepuh yang pecah, memberikan celah di kulit melalui mana bakteri bisa masuk. Lymphedema, yang menyebabkan pembengkakan pada lengan dan / atau kaki, juga dapat menempatkan seseorang pada risiko. Penyakit yang mempengaruhi sirkulasi darah di kaki dan kaki, seperti insufisiensi vena kronis dan varises, juga faktor risiko untuk selulitis. Selulitis juga sangat umum di kalangan populasi yang padat berbagi fasilitas kebersihan dan tempat tinggal umum, seperti instalasi militer, asrama perguruan tinggi, dan tempat penampungan tunawisma. Setiap luka harus dibersihkan dan berpakaian tepat. Mengubah perban setiap hari atau ketika mereka menjadi basah atau kotor akan mengurangi risiko tertular selulitis. Saran medis harus dicari untuk setiap luka yang dalam atau kotor dan ketika ada kekhawatiran tentang benda asing dipertahankan. Infeksi dan inflamasi dan kulit dan jaringan subkutan yang menyebar PENYEBAB Biasanya disebabkan Streptokok dan Stafilokok, tetapi walaupun jarang, bisa akibat Kiostridium. Penyebaran mungkin terjadi akibat kerusakan jaringan menurunnya daya tahan tubuh atau virulensi dan organisme invasif MANIFESTASI KLINIS - Daerah kemerahan, nyeri, panas dan mernbengkak pada kulit dengan batas yang tidak jelas - Bila jaringan yang dalam terkena, nyeri pada palpasi - Tanda dan gejala konstitusional - Kecurigaan kuman anerob bila luka terkontaminasi benda asing - Mungkin terjadi limfangitis, limfadenitis, penibentukan abses dan penyebaran ke tempat jauh 35

DIAGNOSA Thombosis vena yang dalam harus disingkirkan Mungkin perlu diIakukan pemeriksaan sinar-X pada selulitis yang dalam

TERAPI Antibiotik yang tepat (penicillin, penicillinase-resistant penicillin, erytliromycin, cephalosporin) Nyeri lokal dapat dihilangkan dengan kompres dingin Analgesik (aspirin, acetaminophen dan lain-lain) mungkin juga mcmbantu menghilangkan nyeri Infeksi anerob, gunakan antibiotik yang tepat secara sistemik Bila disertai dengan fasutis akibat infeksi sterptokok diperlukan tindakan ""debridement"" segera

36

OSTEOMIELITIS

Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau, yang lebih sering, setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi bedah (osteomielitis eksogen). Luka tusuk pada jaringan lunak atau tulang, yang terjadi akibat gigitan hewan atau manusia, atau injeksi intramuskular yang salah tempat, dapat menyebabkan osteomielitis eksogen. Bakteri adalah penyebab umum osteomielitis akut, namun virus, jamur, dan mikroorganisme lain dapat berperan. 37

Osteomielitis adalah penyakit yang sulit diobati karena dapat terbentuk abses lokal. Abses tulang biasanya memiliki suplai darah yang buruk; dengan demikian, pelepasan sel imun dan antibiotik terbatas. Nyeri hebat dan disabilitas permanen dapat terjadi apabila infeksi tulang tidak diobati dengan segera dan agresif. Gambaran Klinis - Gejala osteomielitis hematogen pada anak-anak adalah demam, menggigil, dan keengganan menggerakkan ekstremitas tertentu. Pada individu dewasa, gejala mungkin samar dan berupa demam, keletihan, dan malaise. Infeksi saluran napas, saluran kemih, telinga, atau kulit sering mcndahului osteomielitis hematogen. - Osteomielitis eksogen biasanya disertai tanda cedera dan inflamasi di tempat nyeri. Terjadi demam dan pembesaran nodus limfe regional. Perangkat Diagnostik - Scan tulang dengan menggunakan injeksi nukleotida berlabel radioaktif dapat memperlihatkan tempat inflamasi tulang. Pencitraan resonansi magnetik (magnetic resonance imaging, MRI) dapat memungkinkan peningkatan sensitivitas diagnostik. - Analisis darah dapat memperlihatkan peningkatan hitung darah lengkap (HDL) dan laju endap eritrosit, yang menunjukkan adanya infeksi aktif yang sedang berlangsung. Komplikasi - Osteomielitis kronis dapat terjadi, yang ditandai oleh nyeri hebat yang tidak berkurang dan penurunan fungsi bagian tubuh yang terkena. Penatalaksanaan - Antibiotik dapat diberikan pada individu yang mengalami patah tulang atau luka tusuk pada jaringan lunak yang mengelilingi suatu tulang sebelum tanda tanda infeksi timbul. Apabila infeksi tulang terjadi, diperlukan terapi antibiotik agresif.

38

III. PEMBAHASAN

1. Mengapa pasien ini didiagnosis dengan suspek orchitis dextra ? Berdasarkan anamnesa : Pembengkakan pada buah zakar kanan Buah zakar terasa lebih berat di sebelah kanan Kadang-kadang terdapat keluhan nyeri pada benjolan, dan rasa nyeri menjalar sampai ke selangkangan. Pembengkakan / benjolan pada buah zakar, tidak hilang timbul baik saat tidur, berdiri ataupun mengedan. Didapatkan riwayat demam selama satu minggu. Riwayat trauma dan penyakit menular seksual disangkal.

Berdasarkan pemeriksaan fisik : a/r skrotalis dextra : Bentuk benjolan bulat lonjong Ukuran 7 x 3 cm Konsistensi lunak Permukaan rata Terfiksir Nyeri tekan (-) Hiperemis (-) Transiluminasi (-)

2. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien ini ? Penatalaksanaan sudah tepat, pasien diberikan antibiotic cefadroxil tablet 2x1, Dexamethason tablet 3x1 sebagai obat antiinflamasi, dan Parasetamol tablet 3x1 sebagai antipiretik.

39

DAFTAR PUSTAKA

1. Reksoprodjo, Soelarto.Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah FKUI.Jakarta:Binarupa Aksara. 2. Sjamsuhidajat R. dan Jong W.D.1997.Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 4. Jakarta:EGC. 3. http://www.drdidispog.com/2009/12/radang-testis-orchitis.html 4. http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?page=PENATALAKSANAAN+OR CHITIS+PADA+LAKI-LAKI+UMUR+23+TAHUN 5. 6. 7. 8. 9. http://www.drdidispog.com/2009/12/radang-testis-orchitis.html http://drvickywiedira.blogspot.com/2009/11/orchitisinfeksi-pada-testis.html http://www.suaradokter.com/2009/06/kolitis/ http://jurnaldokter.com/2011/04/03/osteomielitis-akut http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/susunan-kulit-manusia/

40

You might also like