You are on page 1of 7

STATUS PASIEN

3.I. IDENTITAS PASIEN Nama Umur Jenis Kelamin Alamat Agama Poli Tanggal periksa 3.2. ANAMNESIS Keluhan utama: Penglihatan tampak kabur Riwayat penyakit Pasien datang dengan keluhan penglihatan tampak kabur, pada saat melihat pasien merasa ada kabut, penghlihatan menurun dirasa sejak 1 tahun yang lalu. Mata kanan dirasa yang pertama kali dirasa menurun. Pasien tidak merasa gatal ataupun nyeri pada matanya, berair (-). Sebelum nya pasien belum pernah berobat. Pasien mempunyai riwayat terbiasa menggunakan obat dexametason selama + 2tahun, karena mengeluhkan nyeri pada kakinya. Menurut keterangan pasien di keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit yang sama. Kesan umum Pasien tidak tampak kesakitan 3.3. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF Pemeriksaan Visus jauh Refraksi Koreksi OD 1/60 OS 1/60 :S : 44th : Laki-Laki : Sadang 1/6 Kalidedep, Wadaslintang : Islam : Mata : 17 September 2012

Visus Dekat Proyeksi sinar Persepsi warna (merah, hijau)

3.4. PEMERIKSAAN OBJEKTIF Pemeriksaan 1. Sekitar mata Supercilia 2. Kelopak Mata Pasangan Gerakan Lebar rima Kulit Lebar kelopak Margo intermarginalis 3. Apparatus Lakrimalis Sekitar gl lakrimalis Sekitar saccus lakrimalis Uji fluresin Uji regurgitasi 4. Bola mata Pasangan Gerakan Ukuran 5. Tekanan bola mata 6. Konjungtiva K.Palpebra superior K.Palpebra inferior K.forniks K.bulbi Hiperemis (-) Hiperemis (-) Hiperemis (-) Hiperemis (-) Hiperemis (-) Hiperemis (-) Hiperemis (-) Hiperemis (-) Simetris Simetris Dbn Normal Simetris Simetris Dbn Normal Lakrimasi (-) Lakrimasi (-) Lakrimasi (-) Lakrimasi (-) Simetris Normal Dbn Dbn Dbn Dbn Simetris Normal Dbn Dbn Dbn Dbn OD Simetris distribusi merata OS dan Simetris dan distribusi merata

7. Sclera Episklera 8. Kornea Ukuran Kecembungan Limbus Permukaan Medium Dinding belakang Uji Fluresin Placido 9. Camera occuli anterior Ukuran kedalaman Isi 10. Iris Warna Pasangan Gambaran Bentuk 11. Pupil Ukuran Bentuk Tempat Tepi Reflek direk Reflek indirek 12. Lensa Ada/Tidak ada Kejernihan Letak Warna Kekeruhan

Putih Putih Dbn Dbn Dbn Dbn Licin Dbn Dbn Dalam Jernih Coklat Simetris Regular 2-3 mm Regular Tengah Regular + + Ada putih Simetris sentral putih

Putih Putih Dbn Dbn Dbn Dbn Licin Dbn Dbn Dalam Jernih Coklat Simetris Regular 2-3 mm Regular Tengah Regular + + Ada Putih Simetris sentral Putih

13. Korpus vitreum 14. Refleks fundus 15. Skiaskopi

3.5. DIAGNOSIS OD OS : Katarak komplikata et causa kortikosteroid : Katarak komplikata et causa kortikosteroid

3.6. TERAPI Kausal : operasi

Simtomatik : Subyektif Obyektif : : -

3.7. PROGNOSIS Ad visam Ad sanam Ad vitam Ad kosmetikam : Dubia at bonam : Dubia at bonam : Dubia at bonam : Dubia at bonam

BAB IV PEMBAHASAN Katarak adalah kekeruhan pada lensa.1,2 yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-duanya.3 Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama. Kekeruhan pada lensa ini mengakibatkan lensa tidak transparan, sehingga pupil akan berwarna putih atau abu-abu. Pada anamnesis pasien ini didapatkan keluhan penglihatan tampak kabur, pada saat melihat pasien merasa ada kabut, penghlihatan menurun dirasa sejak 1 tahun yang lalu. Mata kanan dirasa yang pertama kali dirasa menurun. Pasien tidak merasa gatal ataupun nyeri pada matanya, berair (-). Sebelum nya pasien belum pernah berobat. Pasien mempunyai riwayat terbiasa menggunakan obat dexametason selama + 2tahun, karena mengeluhkan nyeri pada kakinya. Menurut keterangan pasien di keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit yang sama. keluhan pandangan kabur pada pasien disebabkan karena kekeruhan lensa yang menyebabkan penurunan penglihatan yang progresif dan tidak disertai rasa nyeri. Kekeruhan lensa mengakibatkan lensa tidak transparan sehingga pupil berwarna putih dan abu-abu. Pada pemeriksaan fisik, katarak sering kali berkaitan dengan terjadinya penurunan ketajaman penglihatan, baik untuk melihat jauh maupun dekat. Ketajaman penglihatan dekat lebih sering menurun jika dibandingkan dengan ketajaman pengihatan jauh. Pada pemeriksaan fisik didapatkan, tajam penglihatan pasien pada kedua mata pasien 1/60 yang artinya pasien hanya dapat melihat dengan jarak 1 meter dimana mata normal dapat melihat sejauh 60 meter, lalu pada pemeriksaan refraksi tidak didapatkan perbaikan visus. Penglihatan menurun tergantung pada derajat katarak. Katarak imatur dari sekitar 6/91/60; pada katarak matur hanya 1/300-1/~. Pada pemeriksaan shadow tes didapatkan hasil (-) dimana bayangan iris pada lensa terlihat kecil dan letaknya dekat terhadap pupil. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien didiagnosis menderita penyakit katarak. Katarak pada pasien ini merupakan katarak komplikata yang kemungkinan disebabkan oleh penggunaan kortikosteroid jangka panjang yang menurut

pengakuan pasien sudah menggunakan dexametason per oral selama + 2 tahun. Pada pasien tidak bias dikatakan menderita katarak senilis dikarenakan katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. Penggunaan jangka panjang kortikosteroid dapat menyebabkan katarak subkapsular posterior. Insidensinya berhubungan dengan dosis dan durasi pengobatan. Katarak subkapsular, katarak ini berkembang hanya pada pasien yang menggunakan dosis steroid tinggi dengan jangka waktu yang panjang lebih dari 1 tahun. Penatalaksanaan utama katarak adalah dengan ekstraksi lensa melalui tindakan bedah. Dua tipe utama teknik bedah adalah Intra Capsular Cataract Extraction/Ekstraksi katarak Intra Kapsular (ICCE) dan Extra Capsular Cataract Extraction/Ekstraksi katarak Ekstra Kapsular (ECCE). Indikasi dilakukannya oprasi katarak pada pasien ini adalah indikasi optic yang merupakan indikasi terbanyak dari pembedahan katarak. Jika penurunan tajam penglihatan pasien telah menurun hingga mengganggu kegiatan seharihari, maka operasi katarak bisa dilakukan. Komplikasi katarak yang tersering adalah glaukoma yang dapat terjadi karena proses fakolitik, fakotopik, fakotoksik. Pada operasi katarak dapat terjadi komplikasi selama operasi maupun setelah operasi. komplikasi yang bisa mempengaruhi visus pasca operasi diantaranya adalah: selama operasi yaitu prolaps korpus viterum, iridodialisis, hifema dan perdarahan ekspulsif, sedangkan komplikasi setelah operasi yaiut edema kornea, descemet fold, kekeruhan kapsul posterior, residual lens material, prolaps iris, dekompensasi kornea, hifema, glaukoma sekunder, iridosklitis, endoftalmitis, ephitelial ingrowth, ablasi retina, edema makular kistoid. Komplikasi setelah operasi yang terjadi pada kornea dimana bisa mempengaruhi stabilitas visus adalah edema korna, descemet fold dan dekompensaso kornea. Prognosis pada pasien ini jika dilakukan operasi dan perawatan sesuai yang dianjurkan adalah bonam, tajam penglihatan mungkin tidak ada sempurna seperti sedia kala, namun setidaknya akan mengalami peningkatan, dan dapat dikoreksi menggunakan kacamata.

BAB V KESIMPULAN Katarak adalah kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-duanya. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama. Kekeruhan pada lensa ini mengakibatkan lensa tidak transparan, sehingga pupil akan berwarna putih atau abu-abu. Katarak dapat disebabkan bahan toksik khusus (kimia dan fisik). Keracunan beberapa jenis obat dapat menimbulkan katarak seperti eserin (0,25-0,5%), kortikosteroid, ergot, antikolinesterase topikal. Kelainan sistemik atau metabolik yang dapat menimbulkan katarak adalah diabetes melitus, galaktosemi dan distrofi miotonik. Katarak dapat ditemukan dalam keadaan tanpa adanya kelainan mata atau sistemik (katarak senil, juvenil, herediter) atau kelainan kongenital mata. Katarak sering kali berkaitan dengan terjadinya penurunan ketajaman penglihatan, baik untuk melihat jauh maupun dekat. Kekeruhan lensa mengakibatkan penurunan pengelihatan yang progresif atau berangsur-angsur dan tanpa nyeri. Pengobatan pada katarak adalah tidakan pembedahan. Setelah pembedahan, lensa diganti dengan kacamata afakia, lensa kontak atau lensa tanam intraocular. Komplikasi katarak yang tersering adalah glaukoma yang dapat terjadi karena proses fakolitik, fakotopik, fakotoksik. Pada operasi katarak dapat terjadi komplikasi selama operasi maupun setelah operasi.

You might also like