You are on page 1of 48

LAPORAN TUTORIAL BLOK 1 SKENARIO B

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5

Tutor : Drh. Muhaimin Ramdja, Msc. Trop. Med.


Imam Zahid Nyimas Nursyarifah Mary Gisca Theressi Neni Septria Ningsih Rio Yus Ramadhani Liliana Surya F. Arief Tri Wibowo Ferdy Sugianto Astary Utami Ayu Risky Fitriawan Rabecca Beluta Ambarita Zhazha Savira H. (04111001019) (04111001113) (04111001036) (04111001058) (04111001103) (04111001080) (04111001119) (04111001062) (04111001004) (04111001118) (04111001007) (04111001081)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA TAHUN 2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas ridho dan karunia-Nya laporan tugas tutorial skenario ini dapat terselesaikan dengan baik. Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas tutorial yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Dan tak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada Drh. Muhaimin Ramdja, MSc. Trop. Med. selaku tutor serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan tugas tutorial ini. Kami menyadari laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca akan sangat kami harapkan guna perbaikan di masa yang akan datang.

Palembang, Oktober 2011

Penyusun

SKENARIO B

Emil mendapat nilai assignment yang rendah dari dosen. Assignment-nya berupa membuat Karya Tulis Ilmiah tentang manajemen belajar yang harus dikirim melalui e-mail. Menurut dosen, assignment Emil tidak dikerjakan dengan baik karena mengutip kata-kata dari penulis lain serta dikirim terlambat. Emil dituduh dosen telah melakukan kecurangan akademik dan kejahatan akademik yang serius, yaitu plagiarism. Emil mengajukan protes karena menganggap dirinya tidak melakukan kesalahan. Menurut Emil dirinya tidak mengutip kata-kata penulis secara langsung melainkan melakukan paraphrase. Emil juga merasa bahwa aktivitas belajar di kedokteran telah melampaui batas sehingga ia merasa sangat sibuk dan tidak sempat mengerjakan assignment dengan baik. Ditambah lagi, ia tidak mengerti bagaimana mengirim assignment melalui e-mail. Ia meminta pertolongan kakaknya untuk mengirim e-mail. Kakaknya yang tidak tahu batas waktu akhir pengiriman, mengirimkan email ke dosen 3 hari setelahnya.

I.

Klarifikasi Istilah

1. 2. 3.

Assignment: tugas Plagiarisme: meniru karya orang lain Parafrase: pengungkapan kembali suatu konsep dengan cara

lain tanpa mengubah makna 4. KTI : hasil dari suatu penelitian atau studi pustaka

5. 6. 7.

Manajemen: pengaturan E-mail: Akademik: surat elektronik sesuatu yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan

II.

Identifikasi Masalah

1. Emil merasa belajar di kedokteran telah melampaui batas sehingga merasa sangat sibuk 2. Emil tidak bisa mengirim assignment lewat e-mail 3. Assignment Emil tidak dikerjakan dengan baik 4. Emil mendapat nilai assignment yang rendah 5. Emil dituduh melakukan plagiarisme 6. Emil mengajukan protes karena merasa tidak melakukan kesalahan 7. Kakaknya tidak tahu batas waktu akhir pengiriman Main Problem : Emil dituduh melakukan plagiarisme

III.

Analisis Masalah

1. Emil merasa belajar di kedokteran telah melampaui batas sehingga merasa sangat sibuk a) Apa saja aktivitas belajar di kedokteran? IT, skill lab, praktikum, tutorial, BO, dan assignment.

b) Mengapa Emil merasa aktivitas belajar di kedokteran melampaui batas? Karena tidak bisa mengatur waktu dengan baik .

c) Apa saja faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi kesibukan Emil? Internal: kesibukan Emil di rumah dan di lingkungan(makan, nonton tv dll.) Eksternal: aktivitas perkuliahan seperti IT, skill lab, praktikum, tutorial, BO, dan assignment d) Bagaimana cara memanajemen waktu dengan baik di kedokteran? Menetapkan tujuan (goal setting), menelusuri penggunaan waktu dan membangun kesadaran tentang bagaimana anda akan menghabiskan waktu , membuat to do list, memantau (self monitoring). 2. Emil tidak bisa mengirim assignment lewat e-mail a) Bagaimana cara membuat e-mail? 1. Tekan tombol Sign Up 2. Mengisi tabel ID 3. Mengisi semua kolom permintaan dan centang kolom setuju 4. Akun e-mail mulai aktif b) Bagaimana cara mengirim tugas lewat e-mail? 1. Masuk ke dalam akun e-mail 2. Pilih Tulis atau klik New 3. Isi kolom-kolom yang ada dan ketik/attach pesan 4. Masukkan alamat e-mail yang dituju 5. Klik send atau OK untuk mengirim pesan c) Mengapa Emil tidak bisa mengirim assignment lewat e-mail? Karena Emil tidak menerapkan adult learning dalam memahami media komunikasi elektronik yang membantu dalam pembelajaran.

3. Assignment KTI Emil tidak dikerjakan dengan baik a) Apa kriteria KTI yang baik? Kriteria KTI yang baik meliputi penggunaan bahasa dalam karya tulis (struktur bahasa, pilihan kata/diksi, ejaan), isi karya tulis

(meliputi: pengorganisasian atau penalaran, pengembangan isi, dan kualitas isi karya tulis), dan teknik atau sistematika penulisan karya ilmiah (meliputi: struktur karya tulis, pengembangan kalimat dalam paragraf, korelasi antar kalimat dalam paragraf, dan hubungan antarparagraf dalam wacana) semuanya baik. b) Bagaimana cara membuat KTI? Mengikuti kaidah struktur KTI yang sesuai dan mencantumkan rujukan dalam mengutip ide.

4. Emil dituduh melakukan plagiarism a) Bagaimana suatu tulisan dikatakan melakukan plagiarisme? Mengakui tulisan orang lain sebagai tulisan sendiri, Mengakui gagasan orang lain sebagai pemikiran sendiri Mengakui temuan orang lain sebagai kepunyaan sendiri Mengakui karya kelompok sebagai kepunyaan atau hasil sendiri, Menyajikan tulisan yang sama dalam kesempatan yang berbeda tanpa menyebutkan asal-usulnya Meringkas dan memparafrasekan (mengutip tak langsung) tanpa menyebutkan sumbernya, dan Meringkas dan memparafrasekan dengan menyebut sumbernya, tetapi rangkaian kalimat dan pilihan katanya masih terlalu sama dengan sumbernya. b) Bagaimana cara mengutip suatu karya tulis yang baik? Mencantumkan rujukan dari karya tulis tsb., missal ket. buku yang dikutip, alamat web., dan jurnal. Jangan menjiplak utuh kalimat dari penulis awal melainkan hanya mengambil ide dengan kata-kata sendiri.

c) Apakah parafrase bisa dikatakan plagiarisme? Meringkas dan memparafrasekan (mengutip tak langsung) tanpa menyebutkan sumbernya, dan Meringkas dan memparafrasekan dengan menyebut sumbernya, tetapi rangkaian kalimat dan pilihan katanya masih terlalu sama dengan sumbernya. d) Apakah dampak dari plagiarisme? Sanksi Akademik: Skors sementara Dikeluarkan Dicabut gelarnya

.Sanksi Pidana Pelanggaran Hak Cipta Plagiarisme melanggar UU.No. 19/2002 tetang Hak Cipta:

Pidana penjara paling singkat satu bulan dan/atau denda paling sedikit 1 juta rupiah, atau pidana penjara paling lama 7 tahun dan/atau denda paling banyak 5 milyar rupiah.

5. Emil mendapat nilai assignment yang rendah a) Bagaimana cara penilaian assignment? Assignment harus sesuai dengan yang telah ditetapkan, tepat waktu dalam mengumpul tugas, mencari bahan assignment daru sumber yang terpercaya, dan membuat daftar pustaka. b) Bagaimana sistem penilaian dalam KTI? KTI yang diterima adalah yang asli(tidak plagiarism), bermanfaat, ilmiah, dan konsisten.

6. Emil mengajukan protes karena merasa tidak melakukan kesalahan a) Bagaimana mengajukan protes yang baik? - Menggunakan tata cara (attitude) yang baik - Ketika memaparkan gunakan bahasa yang sopan dan santun - Menggunakan etika komunikasi yg baik (pembahasan lebih lanjut di sintesis)

7. Kakaknya tidak tahu batas waktu akhir pengiriman a) Mengapa kakak Emil tidak tahu batas waktu pengiriman assignment? Karena Emil tidak melakukan komunikasi yang efektif dan baik sehingga tujuan komunikasi tidak tercapai seutuhnya.

IV.

Keterkaitan Masalah
EMIL TIDAK BISA MENGIRIM TUGAS LEWAT e-mail SIBUK

TIDAK MENGERJAKAN DENGAN BAIK NILAI ASSIGNMENT RENDAH

MINTA TOLONG KAKAK TELAT MENGUMPULKAN

CARA MENGUTIP SALAH

PLAGIARISME

EMIL PROTES

V.

Keterbatasan Masalah dan Learning Issue

Pokok bahasan Manajemen waktu dalam proses belajar Etika Komunikasi

What I know Definisi

What I dont know

What I have to prove

How I will learn

Cara manajemen waktu dalam proses belajar, Hambatan manajemen waktu dalam belajar Pakar

Definisi, Macam macam

Cara komunikasi efekif, Hambatan dalam berkomunikasi, bentuk, model,

Proses komunikasi Internet Etika dan keterampilan dalam berkomunikasi Text Book

komunikasi, dan jenis, kesulitan dalam Syarat komunikasi berkomunikasi.

Adult Learning

Definisi

Karakteristik

Plagiarisme dan parafrase e-mail

definisi

Hubungan , ciri-ciri, dan dampak.

definisi

Manfaat dalam pembelajaran, kelebihan dan kekurangan email.

VI.

Topik Pembelajaran

1. Manajemen waktu 2. Etika komunikasi 3. Adult learning 4. Plagiarisme dan Parafrase 5. Media komunikasi elektronik

VII.

Sintesis Masalah

VII.1. Manajemen waktu


Memang tidak ada satu cara yang ampuh yang berlaku bagi semua orang dalam manajemen waktu, tetapi dengan mengenali diri sendiri dengan lebih baik anda dapat menentukan bagaimana anda akan mempergunakan waktu anda dengan lebih efektif. Patut pula diingat bahwa inti dari manajemen waktu adalah konsentrasi pada hasil dan bukan sekedar menyibukkan diri. Banyak orang menghabiskan hari-

harinya dengan berbagai kegiatan yang seakan tiada habisnya tetapi tidak mendapat capaian apapun karena kurang konsentrasi pada hal yang benar. Siklus Manajemen Waktu Salah satu sistem manajemen waktu yang bisa dipilih oleh mahasiswa adalah menggunakan sistem siklus pada setiap tahun ajaran atau setiap semester. Itulah sebabnya saya mengatakan bahwa sekarang adalah waktu yang tepat untuk memulai manajeman waktu. Umumnya sistem ini dimulai dengan menetapkan tujuan (goal setting) untuk mengukuhkan konteks bagi manajemen waktu. Berikutnya adalah menelusuri penggunaan waktu dan membangun kesadaran tentang bagaimana anda akan menghabiskan waktu. Tahap ketiga adalah membuat rencana, dan ini termasuk membuat to do list, rencana mingguan, rencana bulanan, dan rencana semesteran. Tahap keempat adalah memantau (self monitoring) apa yang telah dikerjakan. Pada tahap ini anda menilai seberapa baik anda menjalankan rencana, seberapa akurat anda membuat rencana, seberapa tepat anda menduga kegiatan-kegiatan yang dilakukan, dan sebagainya. Tahap akhir dari siklus manajemen waktu ini adalah pergeseran dan penyesuaian waktu dimana anda melakukan koreksi terhadap sistem yang berjalan sebelum memulai siklus yang baru. Langkah untuk Meningkatkan Manajemen Waktu Jika anda sudah yakin dengan tujuan dan target yang ingin anda raih pada semester ini, maka anda sudah bisa memulai membuat jadwal semester. 1. Membuat Jadwal Semester a. Catat tugas mata kuliah yang telah diketahui: paper, proyek penelitian, kuis, dan sejenisnya. Mencatat tugas pada setiap awal semester membuat anda mengetahui kapan anda membutuhkan

waktu lebih banyak untuk kegiatan akademik dan kapan anda punya waktu lebih longgar untuk aktivitas lainnya b. Catat aktivitas ko-kurikuler termasuk hari kerja (jika bekerja), pertemuan atau rapat organisasi, aktivitas sosial, jadwal keluar kota (pulang kampung di akhir pekan atau liburan), dan sejenisnya. Mencatat aktivitas ko-kurikuler memungkinkan anda mendapat gambaran yang lebih akurat tentang seberapa penuh atau seberapa luang jadwal anda selama satu semester. Aktivitas non akademik ini penting untuk menciptakan keseimbangan pada jadwal anda Penting untuk diingat bahwa setelah anda mempunyai jadwal kegiatan semesteran ini, anda perlu memperbaharui jadwal semester ini secara berkala. Perubahan tenggat waktu pengumpulan tugas, misalnya, atau tugas matakuliah yang baru dan aktivitas lain yang perlu direncanakan, menyebabkan jadwal harus dikoreksi dan diperbaharui. Mempunyai jadwal semester yang akurat penting untuk tahap berikutnya dari proses ini, yaitu merencanakan beban kerja mingguan. 2. Menilai dan Merencanakan Jadwal Mingguan a. Buat daftar apa yang harus dikerjakan dalam minggu depan, termasuk tugas kuliah, praktikum, kuis. Buatlah daftar ini inklusif, karena segala sesuatu membutuhkan waktu, apakah itu membaca satu bab, mengerjakan soal latihan, atau menulis outline untuk makalah penelitian b. Masukkan dalam daftar apa yang harus dikerjakan minggu itu: aktivitas ko-kurikuler, jam kerja, olah raga, makan, dan kumpul dengan teman. Aktivitas sehari-hari dan aktivitas ko-kurikuler penting dan menciptakan keseimbangan hidup, walaupun itu berarti mengambil waktu belajar. Mempersiapkan makan dan mandi, misalnya, atau menghadiri rapat organisasi bisa menghabiskan waktu sebanyak waktu untuk membaca satu bab buku ajar

c. Estimasikan berapa lama setiap tugas dapat diselesaikan. Setiap aktivitas membutuhkan waktu yang berbeda, sehingga penting sekali untuk mengestimasikan berapa lama setiap tugas dapat diselesaikan dan menyediakan waktu untuk tugas tersebut. Bila anda tidak tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas, lebih baik mengestimasikan waktu secara konservatif. Jika anda dapat menyelesaikan waktu 30 menit lebih cepat dari yang anda perhitungkan, anda dapat menggunakan waktu sisanya untuk mengerjakan apapun yang anda suka, tetapi jika anda tidak dapat menyelesaikan dalam waktu yang telah direncanakan maka anda harus mengambil waktu dari kegiatan lain untuk menyelesaikan tugas yang membutuhkan waktu lebih lama dari yang direncanakan. d. Identifikasi pada hari apa setiap tugas akan diselesaikan, selalu ingat waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap tugas itu dan hal-hal lain yang juga harus dikerjakan pada hari itu. Dengan melihat jadwal minggu itu dan menyadari apa saja yang harus dikerjakan setiap harinya, tenggat tidak akan terlewati. Anda dapat membuat penyesuaian pada minggu tersebut, misalnya, jika anda melihat ada tugas yang membutuhkan waktu 6 jam untuk menyelesaikannya padahal hanya ada waktu tiga jam sebelum tenggat. Membuat jadwal minggu berikutnya setiap jumat petang atau jumat malam adalah suatu kebiasaan yang baik. Karena jika minggu berikutnya jadwal sangat padat, maka akan sangat membantu jika menyelesaikan sebagian tugas pada akhir pekan itu agar tekanan pada minggu yang akan datang berkurang. 3. Jadwal Setiap Hari a. Tulis jadwal harian pada setiap pagi. Termasuk tugas-tugas yang belum selesai dari hari sebelumnya. Pembuatan jadwal harian ini

hanya membutuhkan beberapa menit saja karena anda sudah mempunyai jadwal mingguan sebagai pedoman. Gunakan kartu indeks atau buku kecil atau notes untuk mencatat jadwal harian ini agar anda dapat membawanya kemana-mana dan memeriksanya setiap saat untuk menandai tugas mana saja yang sudah diselesaikan. b. Berikan skala prioritas untuk setiap tugas harian yang telah ditulis. Beberapa aktivitas harus dikerjakan hari itu dan sebagian lagi mungkin merupakan opsional untuk diselesaikan hari itu. Anda dapat menggunakan sistem A,B, C untuk memberi prioritas pada setiap tugas. A diberikan pada tugas yang harus diselesaikan pada hari itu dan C adalah opsional, sedangkan B penting tetapi tidak sepenting A. Cobalah untuk menyelesaikan semua tugas A sebelum mulai mengerjakan tugas B, dan akhirnya yang C. Cara ini dapat mengurangi tingkat stress karena beban tugas yang cukup banyak. 4. Evaluasi Setiap Jadwal a. Evaluasi jadwal setiap pagi. Tanyakan pada diri sendiri apakah jadwal hari itu cukup realistis. Tuliskan berapa jam setiap tugas akan diselesaikan. Jika dirasa tidak mungkin diselesaikan, buang beberapa tugas dengan prioritas B dan C dari jadwal b. Evaluasi jadwal setiap malam. Apakah semua tugas dalam daftar telah diselesaikan? Jika tidak, mengapa? Apakah karena jadwalnya tidak realistis atau manajemen waktunya yang tidak efektif? Apa penyesuaian yang bisa dilakukan agar di lain waktu anda dapat membuat jadwal yang lebih baik? Mengupayakan agar Manajemen Waktu Berjalan dengan Baik Menurut sistem kredit semester (SKS) mahasiswa belajar setidaknya dua jam di luar kelas untuk setiap jam belajar di kelas (ada universitas yang

merekomendasikan lebih dari dua jam!). Jika seorang mahasiswa mengambil 18 SKS, yang berarti kuliah di kelas 18 jam per minggu, maka mahasiswa tersebut harus belajar sedikitnya 36 jam per minggu di luar kelas secara mandiri. Jadi mahasiswa tersebut harus merencanakan total jam belajar di kelas dan di luar kelas sebanyak 54 jam per minggu. Pada awal tulisan, anda sudah mengidentifikasi lima kegiatan yang paling banyak menyita waktu anda. Nah, apakah anda siap untuk mengurangi atau mengganti aktivitas yang anda rasa dapat menggagalkan target belajar anda? STRATEGI MEMBUAT JADWAL 1. Identifikasi waktu terbaik pada setiap harinya. Apakah Anda termasuk seorang night person atau morning person? Gunakan kekuatan waktu tersebut untuk belajar. Belajar pada waktu terbaik setiap harinya - apakah itu pagi (jika anda seorang morning person) atau malam hari (jika anda seorang night person) - memungkinkan anda menyelesaikan tugas dalam waktu yang lebih singkat.

2. Belajar subyek yang sulit atau membosankan lebih dulu. Dalam keadaan segar, informasi dapat diproses lebih cepat dan anda jadi lebih menghemat waktu. Alasan lainnya adalah lebih mudah mendapatkan motivasi untuk mempelajari sesuatu yang menyenangkan pada saat lelah daripada mempelajari subyek yang membosankan.

3. Pastikan bahwa lingkungan sekitar kondusif untuk belajar. Perpustakaan adalah tempat yang baik untuk belajar karena satusatunya yang bisa dilakukan di perpustakaan adalah belajar. Tetapi

jika perpustakaan tidak memungkinkan untuk belajar (karena jam operasi yang terbatas, misalnya), carilah tempat (dan waktu) yang memang benar-benar jauh dari gangguan.

4. Jangan tinggalkan rekreasi dan hiburan. Kuliah di perguruan tinggi tidak berarti anda harus belajar sepanjang waktu. Anda harus tetap mempunyai kehidupan sosial demi keseimbangan hidup anda. Jadi, tidak ada salahnya anda menjadwalkan berkunjung dan mengobrol dengan teman atau mengerjakan hobi anda yang lain.

5. Usahakan anda punya waktu tidur dan makan yang cukup dan berkualitas. Tidur seringkali dianggap sebagai bank dalam manajemen waktu. Maksudnya, setiap kali anda mendapat tugas yang membutuhkan waktu cukup banyak, anda akan mengambil waktu tidur anda untuk mengerjakan tugas. Hal ini jelas tidak efektif karena anda pasti akan memerlukan waktu yang lebih banyak lagi untuk mengerjakan tugas karena tubuh anda kelelahan sehingga kurang konsentrasi. Jadi kebutuhan tidur anda haruslah tetap diperhatikan.

6. Manfaatkan waktu menunggu atau kombinasikan dua kegiatan. Jika anda menggunakan transpotasi umum untuk pergi dan pulang dari kampus anda seringkali harus menunggu beberapa menit bahkan beberapa jam di halte atau peron. Bawalah catatan atau ringkasan kuliah kemana pun anda pergi dan baca setiap ada kesempatan meskipun hanya satu paragraf.

Jika anda menggunakan kendaraan pribadi, mobil misalnya, jangan membaca sambil mengemudi karena sangat berbahaya. Tapi tidak berarti tidak bisa belajar selama perjalanan. Dengarkan saja rekaman belajar anda sendiri dari kaset.

VII.2. Etika komunikasi


Definisi Etika berasal dari bahasa yunani yaitu ethos yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat kebiasaan di mana etika berhubungan erat dengan konsep individu atau kelompok sebagai alat penilai kebenaran atau evaluasi terhadap sesuatu yang telah dilakukan. Etika, norma, moral dan akhlak memiliki banyak persamaan. Ketiganya selalu berkaitan dengan tingkah laku atau perbuatan yang selayaknya diadopsi dan ditinggalkan masyarakat, dan mempunyai nilai baik dan buruknya ditengah-tengah masyarakat. Dilihat dari segi fungsi dan perannya, dapat dikatakan bahwa etika adalah menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan seseorang untuk di tentukan baik dan buruknya. Dengan kata lain etika menghendaki terciptanya masyarakat yang baik, teratur,aman, damai, tenteram dan sejahtera lahir dan batin. Fungsi etika adalah untuk memberikan kepada para praktisi hubungan masyarakat beberapa prinsip atau ukuran yang baku untuk menentukan bagaimana tingkah laku yang baik dan apa yang buruk. Juga apa tingkah laku yang bertanggung jawab dan apa pula tingkah laku yang dapat dikategorikan tidak bertanggung jawab. Secara etimologi komunikasi berasal dari bahasa Latin communis yang berarti membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara

dua orang atau lebih. Hal yang sama dikemukakan oleh Effendy, komunikasi atau dalam bahasa Inggris-nya communication yang berarti sama, yakni sama dalam makna. Sedangkan menurut terminology (istilah), para ahli komunikasi telah memberikan pengertian (batasan) komunikasi sesuai dengan sudut pandang mereka masing-masing. Komunikasi sebagai proses individu/ seseorang yang mengirimkan stimulus (biasanya dalam bentuk verbal/ kata kata) untuk memberikan pengaruh atau memodifikasi tingkah laku orang lain .

Mencapai Kepuasan Komunikasi Harga diri tinggi Menghargai orang lain dengan tinggi Menghindari 5 dosa komunikasi (mengevaluasi, mencerca, member label, menyuruh, danmengancam)

Dampak jika tidak beretika 1.Merusak ketertiban 2.Sanksi sosial 3.'ditendang' dari forum 4.memicu konflik kecil 5.bisa memicu konflik yang lebih luas di dunia nyata 6.merusak nama baik pribadi dan almamate

Dosa-dosa Komunikasi

Mengevaluasi yaitu jelas, santun, spesifik, lengkap, dan tulus dengan menggunakan kata-kata yang objektif, faktual dan netral serta bahasa tubuh dan intonasi suara yang menyenangkan.

Mencecar yaitu lebih sering mencari solusi, fokus pada masa depan dan menemukan cara untuk membangun harga diri orang lain

Memberi label yaitu permasalahan dilihat secara lengkap, hindari membuat diagnosa atau kesimpulan tentang seseorang (kebanyakan salah tafsir).

Menyuruh yaitu gunakan empati Anda dan susun pesan Anda. Gunakan kalimat tanya, buka kesempatandiskusi. Mengancam yaitu memberikan pengertian yang jelas dan mudah dilaksanakan.

Berikut ini langkah berkomunikasi dengan etika Dalam setiap pembicaraan yang kita lakukan kepada lawan bicara kita, kita harus memperhatikan beberapa hal atau etika berkomunikasi untuk menjaga perasaan, kepercayaan dan harga diri seseorang terutama pada dunia bisnis atau kerja, yaitu antara lain: 1.Berbicara dengan suara yang jelas, dalam arti suara tidak kecil maupun tidak terlalu kencang. 2.Tidak berbicara terlalu cepat maupun terlalu lambat. 3.Saat berbicara dengan lawan bicara maupun saat mendengarkan lawan bicara, mata kita harus saling melihat, sehingga tidak terkesan malu ataupun tidak mendengarkan lawan bicara. 4.Berbicara seperlunya, tidak panjang lebar tanpa arti yang jelas ataupun berputar-putar (berbelit-belit) 5.Memberikan kesempatan kepada lawan bicara untuk berbicara, sehingga tidak terkesan mendominasi berbicara. 6.Jangan menyela atau memutus pembicaraan lawan bicara apabila lawan bicara kita belum selesai berbicara, karena itu akan membuat lawan bicara kita tiak senang dan tidak dihargai. 7.Dalam berkomunikasi diharapkan menjaga emosi kita, yaitu jangan sampai terbawa emosi sehingga marah-marah kepada lawan bicara. 8.Tidak tertawa secara berlebihan dan terus menerus. 9.Sebaiknya tidak menguap saat lawan bicara sedang berbicara, karena

lawan bicara akan merasa kita bosan dengan pembicaraannya. 10.Tidak mengerjakan sesuatu saat lawan bicara sedang berbicara (misalnya sambil menulis, mengetik, dan lain sebagainya). 11.Menghargai pendapat, masukan atau kritik dari lawan bicara. Artinya tidak langsung membantah.

JENIS-JENIS KOMUNIKASI :

1. Komunikasi Interpersonal yaitu pertukaran informasi antara seseorang dengan orang lain yang dapat diketahui umpan balliknya.

Cirri-ciri: Mencakup aspek isi pesan dan hubungannya Partisipasi dan saling mempengaruhi Adanya hbungan saling ketergantungan

Prinsip: Personaliti hubungan Empati Saling menghargai Jasa terbuka Saling percaya

2. Komunikasi Kelompok yaitu kelompok individu yang dapat mempengaruhi satu sama lain yang memperoleh beberapa kepuasan satu sama lain, interaksi untuk memperoleh tujuan terikat satu sama lain dan tatap muka (Muhammad,2005).

Tehnik Komunikasi

1. Verbal yaitu melalui lisan atau tulisan.

2. Non-verbal

yaitu

proses

penciptaan

dan

pertukaran

pesan

menggunakan gerakan tubuh seperti ekspresi vocal, sentuhan dll.

Hambatan Komunikasi Perbedaan persepsi Permasalahan bahasa Kurang mendengarkan Perbedaan emosional Perbedaan latarbelakang

VII.3. Adult Learning


ADULT LEARNING DEFINISI kegiatan pembelajaran yang dilakukan berdasarkan tujuan, pengalaman, dan melakukan yang terbaik KARAKTERISTIK bertanggung jawab mengidentifikasi kebutuhan merencanakan kegiatan menstrategikan kegiatan mempraktekkan yang terbaik mampu mengidentifikasi diri mempunyai pondasi pengetahuan dan pengalaman mandiri punya orientasi yang jelas dari tujuan hidupnya

UNTUK MENJADI ADULT LEARNER HARUS

Bertanggung jawab Mampu menggabungkan antara pengalaman dan ilmu pengetahuan Membuat rencana Mempunyai strategi belajar yang sesuai untuk mencapai hasil yang maksimal

Motivating the Adult Learner

Another aspect of adult learning is motivation. At least six factors serve as sources of motivation for adult learning:

Social relationships: to make new friends, to meet a need for associations and friendships.

External expectations: to comply with instructions from someone else; to fulfill the expectations or recommendations of someone with formal authority.

Social welfare: to improve ability to serve mankind, prepare for service to the community, and improve ability to participate in community work.

Personal advancement: to achieve higher status in a job, secure professional advancement, and stay abreast of competitors.

Escape/Stimulation: to relieve boredom, provide a break in the routine of home or work, and provide a contrast to other exacting details of life.

Cognitive interest: to learn for the sake of learning, seek knowledge for its own sake, and to satisfy an inquiring mind.

Barriers and Motivation

Unlike children and teenagers, adults have many responsibilities that they must balance against the demands of learning. Because of these responsibilities, adults have barriers against participating in learning. Some of these barriers include lack of time, money, confidence, or interest, lack of information about opportunities to learn, scheduling problems, "red tape," and problems with child care and transportation. Motivation factors can also be a barrier. What motivates adult learners? Typical motivations include a requirement for competence or licensing, an expected (or realized) promotion, job enrichment, a need to maintain old skills or learn new ones, a need to adapt to job changes, or the need to learn in order to comply with company directives. The best way to motivate adult learners is simply to enhance their reasons for enrolling and decrease the barriers. Instructors must learn why their students are enrolled (the motivators); they have to discover what is keeping them from learning. Then the instructors must plan their motivating strategies. A successful strategy includes showing adult learners the relationship between training and an expected promotion.

Learning Tips for Effective Instructors

Learning results from stimulation of the senses. In some people, one

sense is used more than others to learn or recall information. Instructors should present materials that stimulates as many senses as possible in order to increase their chances of teaching success. There are four critical elements of learning that must be addressed to ensure that participants learn. These elements are 1. motivation 2. reinforcement 3. retention 4. transference Motivation. If the participant does not recognize the need for the information (or has been offended or intimidated), all of the instructor's effort to assist the participant to learn will be in vain. The instructor must establish rapport with participants and prepare them for learning; this provides motivation. Instructors can motivate students via several means:

Set a feeling or tone for the lesson. Instructors should try to establish a friendly, open atmosphere that shows the participants they will help them learn.

Set an appropriate level of concern. The level of tension must be adjusted to meet the level of importance of the objective. If the material has a high level of importance, a higher level of tension/stress should be established in the class. However, people learn best under low to moderate stress; if the stress is too high, it becomes a barrier to learning.

Set an appropriate level of difficulty. The degree of difficulty should be set high enough to challenge participants but not so high that they become frustrated by information overload. The

instruction should predict and reward participation, culminating in success. In addition, participants need specific knowledge of their learning results (feedback ). Feedback must be specific, not general. Participants must also see a reward for learning. The reward does not necessarily have to be monetary; it can be simply a demonstration of benefits to be realized from learning the material. Finally, the participant must be interested in the subject. Interest is directly related to reward. Adults must see the benefit of learning in order to motivate themselves to learn the subject. Reinforcement. Reinforcement is a very necessary part of the teaching/learning process; through it, instructors encourage correct modes of behavior and performance.

Positive reinforcement is normally used by instructors who are teaching participants new skills. As the name implies, positive reinforcement is "good" and reinforces "good" (or positive) behavior.

Negative reinforcement is the contingent removal of a noxious stimulus that tends to increase the behavior. The contingent presentation of a noxious stimulus that tends to decrease a behavior is called Punishment. Reinforcing a behavior will never lead to extinction of that behavior by definition.

When instructors are trying to change behaviors (old practices), they should apply both positive and negative reinforcement. Reinforcement should be part of the teaching-learning process to ensure correct behavior. Instructors need to use it on a frequent and regular basis early in the process to help the students retain what they

have learned. Then, they should use reinforcement only to maintain consistent, positive behavior.

Retention. Students must retain information from classes in order to benefit from the learning. The instructors' jobs are not finished until they have assisted the learner in retaining the information. In order for participants to retain the information taught, they must see a meaning or purpose for that information. The must also understand and be able to interpret and apply the information. This understanding includes their ability to assign the correct degree of importance to the material. The amount of retention will be directly affected by the degree of original learning. Simply stated, if the participants did not learn the material well initially, they will not retain it well either. Retention by the participants is directly affected by their amount of practice during the learning. Instructors should emphasize retention and application. After the students demonstrate correct (desired) performance, they should be urged to practice to maintain the desired performance. Distributed practice is similar in effect to intermittent reinforcement. Transference. Transfer of learning is the result of training -- it is the ability to use the information taught in the course but in a new setting. As with reinforcement, there are two types of transfer: positive and negative.

Positive transference, like positive reinforcement, occurs when the participants uses the behavior taught in the course.

Negative transference, again like negative reinforcement,

occurs when the participants do not do what they are told not to do. This results in a positive (desired) outcome. Transference is most likely to occur in the following situations:

Association -- participants can associate the new information with something that they already know.

Similarity -- the information is similar to material that participants already know; that is, it revisits a logical framework or pattern.

Degree of original learning -- participant's degree of original learning was high.

Critical attribute element -- the information learned contains elements that are extremely beneficial (critical) on the job.

Although adult learning is relatively new as field of study, it is just as substantial as traditional education and carries and potential for greater success. Of course, the heightened success requires a greater responsibility on the part of the teacher. Additionally, the learners come to the course with precisely defined expectations. Unfortunately, there are barriers to their learning. The best motivators for adult learners are interest and selfish benefit. If they can be shown that the course benefits them pragmatically, they will perform better, and the benefits will be longer lasting.

VII.4. Plagiarisme dan Parafrase


PLAGIARISME Parafrase adalah istilah linguistik yang berarti pengungkapan kembali suatu konsep dengan cara lain dalam bahasa yang sama, namun tanpa mengubah maknanya. Parafrase memberikan kemungkinan kepada sang

penulis untuk memberi penekanan yang agak berlainan dengan penulis asli. Istilah parafrase berasal dari bahasa Inggris paraphrase, dari bahasa Latin paraphrasis, dari bahasa Yunani para phrasen yang berarti "cara ekspresi tambahan". Parafrasis Parafrasis adalah tindakan atau kegiatan untuk membuat parafrase, yaitu: 1. Bacalah teks yang akan diparafrasa secara keseluruhan. 2. Pahami topik atau tema dari teks tersebut, untuk teks berbentuk narasi pahami pula alur atau jalan ceritanya. 3. Carilah kalimat utama pada setiap paragraf untuk menemukan gagasan atau ide pokok paragraf tersebut. 4. Catatlah gagasan pokok setiap paragrafnya. 5. Perhatikan kalimat penjelas, pilihlah kalimat penjelas yang penting dan buanglah yang hanya berupa ilustrasi, contoh, permisalan, dan sebagainya. 6. Pilihlah kala atau kalimat yang efektif untuk menceritakan kembali. jika perlu gunakan kata yang sepadan atau ungkapan yang lebih mewakili pengertian yang panjang, tetapi dapat dipahami. 7. Jika ada kalimat langsung, ubahlah menjadi kalimat tidak langsung agar lebih singkat. 8. Ceritakan atau uraikan kembali dengan bahasa yang lebih mudah dipahami dan ringkas. A) Dalam buku Bahasa Indonesia: Sebuah Pengantar Penulisan Ilmiah, Felicia Utorodewo dkk. menggolongkan hal-hal berikut sebagai tindakan plagiarisme.

Mengakui tulisan orang lain sebagai tulisan sendiri, Mengakui gagasan orang lain sebagai pemikiran sendiri Mengakui temuan orang lain sebagai kepunyaan sendiri

Mengakui karya kelompok sebagai kepunyaan atau hasil sendiri, Menyajikan tulisan yang sama dalam kesempatan yang berbeda tanpa menyebutkan asal-usulnya

Meringkas dan memparafrasekan (mengutip tak langsung) tanpa menyebutkan sumbernya, dan

Meringkas dan memparafrasekan dengan menyebut sumbernya, tetapi rangkaian kalimat dan pilihan katanya masih terlalu sama dengan sumbernya.

Yang digolongkan sebagai plagiarisme:

menggunakan tulisan orang lain secara mentah, tanpa memberikan tanda jelas (misalnya dengan menggunakan tanda kutip atau blok alinea yang berbeda) bahwa teks tersebut diambil persis dari tulisan lain

mengambil gagasan orang lain tanpa memberikan anotasi yang cukup tentang sumbernya

Yang tidak tergolong plagiarisme:


menggunakan informasi yang berupa fakta umum. menuliskan kembali (dengan mengubah kalimat atau parafrase) opini orang lain dengan memberikan sumber jelas.

mengutip secukupnya tulisan orang lain dengan memberikan tanda batas jelas bagian kutipan dan menuliskan sumbernya.

Plagiarisme dalam literatur Plagiarisme dalam literatur terjadi ketika seseorang mengaku atau memberi kesan bahwa ia adalah penulis asli suatu naskah yang ditulis orang lain, atau mengambil mentah-mentah dari tulisan atau karya orang lain atau karya sendiri (swaplagiarisme) secara keseluruhan atau sebagian, tanpa memberi sumber.

Akademis Selain masalah plagiarisme biasa, swaplagiarisme juga sering terjadi di dunia akademis. Swaplagiarisme adalah penggunaan kembali sebagian atau seluruh karya penulis itu sendiri tanpa memberikan sumber asli. PLAGIARIME DALAM INSTITUSI PENDIDIKAN Dalam institusi pendidikan plagiarism terjadi ketika seorang mahasiswa atau dosen secara sengaja dalam hasil karyanya menggunakan bahasa, ide, atau materi orisinal lain, tanpa menyebutkan sumbernya. Plagiarisme dalam institusi pendidikan melanggar etika akademik dan melanggar hukum (Undang-Undang Hak Cipta)

PLAGIARISME: PELANGGARAN ETIKA AKADEMIK Plagiarisme dalam makalah dan karya ilmiah lainnya. Plagiarisme dalam karya ilmiah akhir (Skripsi, Thesis, Disertasi). CARA MENGUTIP KARYA TULIS YANG BAIK

Cara Menghindari Plagiat

Cantumkan dua tanda petik () pada pernyataan yang berasal langsung dari naskah asli dan cantumkan sumbernya dengan benar;

Tulis ulang (paraphrase); dan Cantumkan sumbernya dengan benar.

Cara Melakukan Paraphrase


Baca ulang secara cermat, singkirkan naskah aslinya; Gunakan kata-kata dan ide anda sendiri dalam merangkai kalimat;

Urutkan pemikiran anda dan utarakan ide tersebut; dan Periksa ulang parapharase anda, bandingkan dengan naskah asli, pastikan tidak menggunakan kata/istilah yang sama, dan informasi yang akan disampaikan tepat.

Yang Termasuk Kutipan


Ringkasan (summary); Ungkapan dengan kata-kata sendiri (paraphrase); Kutipan (quotation); dan Statistik dan grafik.

Yang Bukan Kutipan


Pengetahuan umum (common sense); Kesimpulan anda sendiri; Fakta-fakta yang dapat ditemukan pada berbagai sumber; dan Istilah standar (standard term).

CARA MEMBUAT KUTIPAN YANG BENAR. Demi menghindari pelanggaran hak cipta, dan dengan mempertimbangkan etika dalam penulisan karya ilmiah, penulis perlu mengetahui kaidah-kaidah mengutip. Kapan seorang penulis harus mengutip sumber? Penulis mengutip sumber ketika:

1.Sumber itu benar-benar diperlukan untuk mendukung gagasan penulis bahwa sebelum itu pernah ada orang lain yang menyampaikan dan atau melempar gagasan serupa.

Membuktikan ihwal yang Anda sampaikan 2.Mengritik atau mengamini premis atau temuan orang lain 3.Membangun argumen/ simpulan Anda sendiri dengan menggunakan premis-premis yang sudah ada sebelumnya. 4.Menggarisbawahi gagasan atau bagian tertentu.

Yang perlu dihindari ialah, kutipan yang tidak menambah makna apa-apa dalam bangun tulisan Anda. Jangan sekali-kali mengutip sumber dengan tujuan untuk `memamerkan' bahwa Anda telah membaca sumber itu, padahal tidak relevan dengan topik yang sedang dibahas. Buang jauh kesombongan intelektual seperti itu, sebab Anda akan membangun citra yang kurang baik. Mengutip sumber langsung memang lazim dan kerap sangat berguna. Namun, namanya mengutip, jangan sekali-kali melakukan kesalahan ketika mengutip. Kutiplah dengan saksama dan seakurat mungkin. Kalau ternyata terdapat kesalahan dalam teks yang dikutip, penulis dapat memberikan catatan khusus langsung pada teks dengan tanda kurung, lalu diberi catatan `sic.', yakni singkatan dari sicut (Latin) yang berarti : memang demikianlah aslinya (tercetak). Atau, sesuai petunjuk dari Depdiknas-Pusat Bahasa seperti termuat dalam buku Pedoman Umum EYD, berikan tanda siku [ ] mengapit kutipan yang ternyata salah itu.

Contoh teks asli: Menteri Tenaga Kera di Jakarta mengatakan bahwa para buruh akan dinaikkan upahnya dua kali lipat tahun depan.

Sebagai penulis, Anda menyaksikan, terdapat kesalahan fatal pada kata `Kera'. Seharusnya, Kerja. Jadi, tercetak kurang huruf r. Anda mengutip, namun tak mau konyol dengan melakukan kesalahan

serupa. Bagaimana caranya?

Cara pertama Menteri Tenaga Ker[j]a di Jakarta mengatakan bahwa para buruh akan dinaikkan upahnya dua kali lipat tahun depan.

Cara kedua Menteri Tenaga Kera (sic.) di Jakarta mengatakan bahwa para buruh akan dinaikkan upahnya dua kali lipat tahun depan.

Cara mengutip Dalam dunia ilmiah, mengutip karya, temuan, hasil penelitian, atau gagasan orang lain terutama pakar tidak diharamkan. Bahkan, untuk sebagian akademisi, kutipan itu sangat vital, asalkan jujur pada sumber.

Apa kompensasi bagi orang yang karya ciptanya dikutip? Kompensasinya ialah, dengan dikutipnya karya, temuan, hasil penelitian, atau gagasan tadi, pencetusnya akan jadi populer dan dikenal. Dengan dikenal, ia akan mendapat efek domino. Ini namanya kontraproduktif, atau win-win solution. Dalam mengutip, terdapat dua cara yang lazim digunakan yakni: 1) Sistem Harvard 2) Sistem numerik

Yang paling disukai dalam penulisan karya ilmiah ialah cara mengutip dengan sistem Harvard. Selain paling umum, sistem mengutip ala Harvard juga gampang, selain memudahkan penulis di dalam menggunakan dan menelusuri kembali sumber atau

rujukan. Sistem Harvard sendiri mengenal dua pola : (1) kutipan yang terintegrasi dalam teks dan (2) rujukan bibliografis.

Kutipan yang terintegrasi atau tekstual Untuk kutipan ini, biasanya halaman sumber dicantumkan, sebab penulis merujuk langsung pada sumber yang dikutip.

Contoh 1: Ada banyak ragam lead. Masing-masing penulis buku jarang menyepakati jumlahnya, namun mereka umumnya sepakat bahwa lead berfungsi mengantar pembaca memasuki sebuah tulisan. Dengan membaca lead, orang sudah mafhum inti tulisan. Seperti ditegaskan R. Masri Sareb Putra (2006): Dalam dunia jurnalistik, lead juga disebut sebagai "teras berita". Pada sebuah rumah, teras selalu berada di bagian depan. Fungsinya sebagai ruang khusus sebelum memasuki ruang utama (inti) (hlm. 58).

Lingustik Anda, penerbit Dioma, 2005, hlm. 115. Yang sama dari contoh 1 dan 2, kutipan yang terintegrasi perlu dibedakan body text (asli tulisan anda) dengan kutipan. Agar berbeda, dapat keduanya menggunakan point huruf (font size) yang berbeda, atau dengan jenis huruf (tipologi) yang berbeda. Selain kedua contoh itu, kita masih sering menemukan berbagai variasi lain dari cara mengutip model Harvard. Misalnya,

Dalam sebuah artikel yang menghebohkan, Anna Wang (2006) melaporkan mengenai perilaku seks bebas di sebuah kampus antah berantah. Belakangan, ia malah dengan gamblang menunjuk

tempat-tempat yang biasanya dipakai kencan oleh para insan akademis muda itu (Anna Wang 2007a). Ia mengkhawatirkan, jika praktik-praktik seks bebas di kampus seperti itu terus dilakukan, maka negara entah berantah tidak akan bisa menghasilkan manusia-manusia yang terampil dan siap bekerja, namun hanya bisa menghasilkan ` manusia-manusia yang siap pakai saja' (Anna Wang 2007b).

Dalam sebuah artikel yang menghebohkan, Anna Wang melaporkan mengenai perilaku seks bebas di sebuah kampus antah berantah. Belakangan, ia malah dengan gamblang menunjuk tempat-tempat yang biasanya dipakai kencan oleh para insan akademis muda itu . Ia mengkhawatirkan, jika praktik-praktik seks bebas di kampus seperti itu terus dilakukan, maka negara entah berantah tidak akan bisa menghasilkan manusia-manusia yang terampil dan siap bekerja, namun hanya bisa menghasilkan ` manusia-manusia yang siap pakai saja' (Anna Wang, 2006, 2007a, 2007b).

Dalam tulisannya di sebuah milis baru-baru ini, Mula Harahap (2007) mengisahkan asal mula onani. Ia mengangkat hikayat dari Kitab Perjanjian Lama, dengan menyebut Onan sebagai asal mula kata onani dibentuk.

Sebuah riset baru-baru ini (James Pennebaker 2007) menemukan bahwa menulis banyak sekali manfaatnya, antara lain menulis dapat menghilangkan trauma-trauma masa lalu. Parakitri T. Simbolon (2006) mencatat terdapat 16 ragam lead.

Pemimpin pada hakikatnya adalah pelayan, yang harus

memerhatikan semua aspek anak buahnya. Tapi betapa sulit mempraktikkan hal itu, sebab selama ini sudah terlanjur berkembang asumsi, pemimpin justru yang harus dilayani. Selain itu,ada asumsi, melayani itu pekerjaan hina. Padahal, ibarat main badminton atau voli, siapa yang banyak melakukan servis justru dia yang menang. Pemimpin masa depan harus punya jiwa dan semangat melayani (lihat misalnya The Servant Leader, Robert P. Neuschel, Kellog, 2006).

Studi-studi mutakhir mengenai komunikasi sampai pada kesimpulan, setiap bangsa memiliki persepsi masing-masing terhadap sebuah perilaku atau simbol yang sama (lihat misalnya Cart dan Fox 2006).

Dalam pidatonya berjuluk `Jas Merah', atau jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah, Soekarno telah mengingatkan agar manusia jangan pernah melupakan masa lalu. Sebab, barang siapa yang tidak belajar dari sejarah, akan dikutuk oleh sejarah. Dalam studi mengenai pengalaman sejarah, sebagaimana diingatkan Soekarno, St. Stanislaus Lamberto di Kompas (2007) bahkan mengatakan sejarah adalah guru (historia docet).

Dalam studi mengenai efek atau pengaruh penonton Anfield, psikolog bernama Kampret Terbang Tinggi (2007, hlm. 113) menyebut bahwa penonton di stadion Anfield adalah pemain ke-12 pasukan merah Liverpool. Tak mengherankan, jika bermain di kandang, Liverpool hampir selalu menang. Sebab, mereka berhadapan dengan 11 pemain lawan.

Itu contoh dan sejumlah variasi model kutipan Harvard. Memang

masih menyisakan perebatan, seperti cara mengutip ala Harvard mengurangi kelancaran (dan kenyamanan) membaca. Oleh karena itu, penulis hendaknya mengurangi jumlah rujukan tekstual yang dipetik. Lagi pula, akan muncul kecurigaan: benarkah penulis membaca seluruh sumber yang dikutip? Bukankah litani yang dikutip itu bukan ihwal yang bermaksud memamerkan atau untuk gagah-gagahan? Dalam mengutip gaya Harvard, hindari kutipan seperti berikut ini.

Tidak ada kesepakatan soal definisi komunikasi (Laswell, 1937; Little John 2005; Rupert Murdoch 1998; Astrid Susanto 2001; Brian Clegg 2001; Jamiludin Ritonga 2005; Wiryono, 2005; Dani Vardiansyah 2005; Lidia Evelina 2006; Masri Sareb Putra 2006; Arifin Harahap 2006; Zaenal Abidin 2006; Emrus Sihombing 2006; Ati Cahayani 2006; Jenni Purba 2006; Jalaludin Rahmat 2006; Berta Sri Eko 2007; Cart dan Fox 2006; Rozikis dan Ambulu 2007; Thomson 2007; Kukuh Prihmanto 2007; Ande-ande Lumut 2007, Djoko Bodo 2007; Lita Mawarni 2007; Dian Budiargo et at. 2006, 2007). Dengan ada begitu banyak definisi komunikasi, maka justru pengertian komunikasi jadi simpang siur. Dari kesepakatan para pakar untuk tidak bersepakat soal definisi komunikasi, dapat disimpulkan, upaya membangun komunikasi untuk menyepakai definisi komunikasi mengalami diskomuninkasi. Dengan demikian, terjadikah komunikasi ketika membahas definisi komunikasi, sebab dari awal para pakar sudah mengalami diskomunikasi?

Kutipan dan bagaimana mengatur rujukan bibliografis Rujukan berasal dari kata "rujuk" yang berarti: acuan. Makna kata ini sepadan dengan referensi (to refer = mengacu). Sedangkan bibliografi berasal dari kat Yunani biblos atau ta biblia (jamak) yang berarti buku dan grafein yang berarti tulisan atau ilmu. Jadi,

bibliografi ialah buku yang di dalamnya terkandung tulisan dan atau gambar. Rujukan dalam bentuk tulisan, baik cetak maupun etektronik, dapat ditulis berdasarkan kategori medianya seperti contoh berikut.

1) Mengutip dan mengatur rujukan dari buku Cart dan Fox (2004) Bridging the Culture Gap: A Practical Guide to International Business Communication, London, Kogan Page. 2) Mengutip dari koran, majalah, jurnal Vanda Gunawan (2007) "Hati-hati dengan Kambing Guling" Nirmala, edisi Mei, hlm. 24. 3) Mengutip dari sumber internet Abdul Aziz, Tunku (diakaes 10 Mei 2007), Transparency International (Online) http://www.tramapar ency.org (http://transparency mauritius. intnet.mu/ cpiwhat2. htm)

Masih menjadi bahan perdebatan, manakah pola (gaya) yang paling benar? Bukan soal benar tidaknya, tapi soal praktis atau kelaziman dan mana yang paling banyak digunakan orang. Umumnya, kalangan akademis menggunakan gaya Harvard, sebab dibandingkan dengan yang dianjurkan Pusat Bahahasa, model Harvard masih lebih sederhana dan mudah. Akan halnya, apakah nama penulis harus dibalik ataukah tidak, masih perlu diperdebatkan. Mengapa umumnya nama penulis luar, terutama Barat, dibalik? Ini karena mereka mengenal nama kecil, nama keluarga, dan nama diri. Di Indonesia, kecuali bangsa tertentu, tidak mengenal seperti ini. Maka, apakah nama mesti dibalik atau tidak dalam tata krama penulisan sumber di Indonesia, sangat tergantung konteks. Sebagai contoh, inilah cara mengutip bibliografi seperti dianjurkan Depdiknas-Pusat Bahasa.

DAMPAK PLAGIARISME

Sanksi Akademik: Skors sementara Dikeluarkan Dicabut gelarnya

Sanksi Hukum: Plagiarisme melanggar UU.No. 19/2002 tetang Hak Cipta. Hak cipta yang dilindungi oleh UU. No.19/2002 ini adalah: Buku, dan karya tulis yang lain Proram komputer (software) Alat peraga Lagu dan musik Drama, kareografi Seni: rupa, tari, pahat Arsitektur Fotografi Sinematografi

Sanksi Plagiat (UU No. 20/2003) Lulusan PT yang karya ilmiahnya digunakan untuk memperoleh gelar akademik, profesi, atau vokasi terbukti merupakan jiplakan:

dicabut gelarnya (Pasal 25 ayat 2). dipidana penjara paling lama dua tahun dan/atau pidana denda paling banyak 200 juta rupiah (Pasal 70).

Hak Cipta

Memberi perlindungan terhadap karya cipta di bidang seni, sastra, dan ilmu pengetahuan.

Timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan. Dianggap sebagai benda bergerak. Dapat beralih atau dialihkan. Ciptaan yang tidak diketahui penciptanya, hak ciptanya adalah pada Negara.

Sanksi Pidana Pelanggaran Hak Cipta

Pidana penjara paling singkat satu bulan dan/atau denda paling sedikit 1 juta rupiah, atau pidana penjara paling lama 7 tahun dan/atau denda paling banyak 5 milyar rupiah.

Bentuk Ciptaan yang Dilindungi

Buku, program komputer, pamflet, perwajahan (layout) terbitan, dan karya tulis lain;

Ceramah, kuliah, pidato dan sejenis; Alat peraga pendidikan dan ilmu pengetahuan; Lagu atau musik dgn atau tanpa teks; Drama atau drama musikal, tari, koregografi, pewayangan dan pantomim;

Seni rupa (seni lukis, gambar, ukir, kaligrafi, pahat, patung, kolase, dan seni terapan;

Arsitektur;

Peta; Seni batik; Fotografi; Sinematografi; dan Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database, dan karya lain hasil pegalihwujudan.

Hak Atas Kekayaan Intelektual

Pengakuan hukum bagi pemegang hak utk mengatur penggunaan dari gagasan-gagasan dan ekspresi yg diciptakannya utk jangka waktu tertentu.

Hak milik intelektual (HMI) atau intelectual property right. Obyeknya adalah kecerdasan, daya pikir atau produk pemikiran manusia (WIPO, 1983:3).

Ruang Lingkup HAKI


Hak cipta dan hak-hak berkaitan dgn hak cipta; Merek; Indikasi geografis; Rancangan industri; Paten; Desain layout dari rangkaian elektronik terpadu; Perlindungan thd rahasia dagang; dan Pengendalian praktek-praktek persaingan tdk sehat dalam perjanjian lisensi.

VII.5. Media Komunikasi Elektronik

Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar dan vital dalam kehidupan manusia. Dikatakan mendasar karena setiap masyarakat manusia, baik yang primitif maupun yang modern, berkeinginan mempertahankan suatu persetujuan mengenai berbagai aturan sosial melalui komunikasi. Dikatakan vital karena setiap individu memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan individu individu lainnya sehingga meningkatkan kesempatan individu itu untuk tetap hidup (Rakhmat, 1998:1). Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasl dari bahasa Latin communis yang berarti sama, communico, communicatio, atau communicare yang berarti membuat sama (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering sebagai asal usul komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama (Mulyana, 2005 : 4) Secara paradigmatis, komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan maupun tak langsung melalui media (Effendy, 2006 : 5). Pengertian komunikasi menurut Berelson dan Starainer dalam Fisher adalah penyampaian informasi, ide, emosi, keterampilan, dan seterusnya melalui penggunaan simbol kata, angka, grafik dan lain-lain (Fisher, 1990:10). Sedangkan menurut Onong U. Effendy (1984 : 6), komunikasi adalah peristiwa penyampaian ide manusia. Dari pengertian diatas dapat dilihat bahwa komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan yang dapat berupa pesan informasi, ide, emosi, keterampilan dan sebagainya melalui simbol atau lambang yang dapat menimbulkan efek berupa tingkah laku yang dilakukan dengan mediamedia tertentu Masa milenium era globalisasi saat ini merupakan masa terjadi perubahan dan perkembangan yang luar biasa diberbagi bidang

kehidupan manusia, terutama kemajuan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini tidak terlepas dari semakin majunya pola berfikir dan kemampuan manusia yang selalu melakukan hal - hal baru untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan teknologi yang berkembang pesat saat ini salah satunya adalah perkembangan teknologi informasi (TI) yang meliputi

perkembangan infrastruktur TI, seperti hardware, software, teknologi penyimpanan data (storage), dan teknologi komunikasi (Laudon, 2006). Perkembangan TI sangatlah luas dan mencakup semua bentuk teknologi yang digunakan dalam menangkap, manipulasi, mengkomunikasikan, menyajikan, dan menggunakan data yang akan diubah menjadi informasi, juga merupakan sebagai teknologi komputer yang digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi serta teknologi komunikasi yang digunakan untuk mengirimkan informasi (Martin et al., 2002).

Dalam bidang kesehatan khususnya dalam lingkup keperawatan, perkembangan TI juga mulai diterapkan dan mengalami kemajuan yang sangat pesat, salah satunya yaitu pelaksanaan dan pendokumentasian asuhan keperawatan melalui teknik komputerisasi yang sekarang ini mulai dilakukan, juga telah adanya penyediaan data kesehatan secara elektronik yang semakin mudah diakses. Hal ini dimungkinkan selain untuk meningkatkan komunikasi antara tim perawat, juga dapat meningkatkan kualitas pelayanan dan hasil yang baik bagi penerima asuhan keperawatan. Contohnya saja penyimpanan data tentang riwayat pertumbuhan dan perkembangan anak yang dapat dipantua secara otomatis melalui media elektronik komunikasi secara online. Sistem komunikasi TI secara online ini sebagai sarana komunikasi dan melakukan diskusi bagi orangtua dan keluarga terkait dengan petugas kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan anak mereka. Kondisi ini akan lebih mudah apabila data kesehatan sudah ada dalam suatu tempat ( server ) atau chip yang bisa dibuka dengan menggunakan password yang diketahui pasien. Sistem

penyimpanan data secara elektronik memungkinkan orangtua dan tenaga kesehatan dapat membuka data dimana saja, sehingga apabila terjadi masalah tentang tumbuh kembang anak atau yang berkaitan dengan anaknya orangtua akan langsung dengan mudah melakukan konsultasi ataupun berkomunikasi langsung dengan petugas kesehatan secara online ( Dixon,2010).

Sistem komunikasi TI secara online ini sebenarnya merupakan proses yang sangat rumit karena masih berkaitan dengan pengetahuan, status, kekuasaan, akuntabilitas, ciri kepribadian dan budaya yang mengelilinggi iptek tersebut, namun meskipun penggunaan sistem komunikasi belajar TI secara online merupakan suatu yang relative mahal, tetapi dapat ditarik suatu manfaat yang sangat besar dari strategi pembelajaran tersebut (Lynn, et, al. 2009)

Media Komunikasi Elektronik

Menurut Koncaid & Schramn, komunikasi adalah sebuah proses. Artinya komunikasi merupakan proses berbagi/menggunakan sebuah informasi secara bersama dan pertalian antara para peserta dalam proses informasi tersebut dinamakan komunikasi.

Media Komunikasi Komunikasi yang biasa kita lakukan, dapat menyebar melalui berbagai media. Seperti media cetak, media elektronik dan lain sebagainya. Contoh komunikasi melalui media cetak, seperti majalah,

Koran, buku, dan lain-lain. Sedangkan contoh komunikasi media elektronik, yaitu televisi, komputer, internet dan lain-lain. Tipe Komunikasi Dalam ilmu komunikasi, Edward Sapir membagi tipe komunikasi menjadi 2. Yaitu komunikasi tipe primer dan sekunder. 1. Komunikasi tipe Primer Adalah komunikasi yang bersifat langsung, face to face baik dengan menggunakan bahasa, gerakan ataupun aba-aba. 2. Komunikasi tipe Sekuder Adalah komunikasi yg bersifat tidak langsung.

Dampak Media Komunikasi Elektronik

PERILAKU ANTI SOSIAL (Antisocial Behavior) Perkembangan komunikasi melalui media computer, berjalan

seiring dengan tumbuh suburnya nilai-nilai yang menyimpang yang dihasilkan oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab

KECEMASAN BERLEBIH TERHADAP KOMPUTER (Computer Anxiety)

Hal ini biasa disebut sebagai cyberphobia atau computerphobia, yakni rasa takut, cemas, khawatir pada saat menggunakan komputer. Biasanya ditunjukkan dengan gejala-gejala mual, pusing, dan keringat dingin pada saat menggunakan komputer.

KETERGANTUNGAN (Addiction)

Dampak positif dari adanya internet, antara lain :


Sebagai media pertukaran data Sebagai media untuk mencari informasi atau data

IX.

Kesimpulan

Emil mendapat nilai assignment yang rendah disebabkan ia tidak mengerjakan dengan baik karena dituduh plagiarism dan telat mengumpul. Hal itu didukung oleh Emil tidak bisa memanajemen waktu dengan baik sehingga ia merasa sibuk. Kemudian ia mengajukan protes.

Daftar Pustaka

1. METODOLOGI_ PENELITIAN_ MIKM_ PPS_ UNDIP.pdf 2. Bahasa Indonesia: Sebuah Pengantar Penulisan Ilmiah, Felicia Utorodewo dkk. 3. Straubhaar, Joseph & La Rose, Robert. Media Now: Communications Media in the Information Age. Wadsworth,2004. Chapter 13. 4. Mirabito, M.A.M & Morgenstern, B.L, Communication Technology:Applications, Policy, and Impact,Fifth Edition, UK:Local Press,2004.halm 231-246. 5. Dixon.2010. Enhanching primary care through online communication. http://www.proquest.com.pdqwed.pdf/021fb8de131567a024da31062cf06 bcc/1288032301//share4/pqimage/pqirs104v/201010251415/00613/1000/ out.pdf Journal Health Affairs. Juli 2010.Vol 29Iss. 7; p. 1364 6. http://risyana.files.wordpress.com/2011/03/dist-etika-teknologi-informasidan-etika-komunikasi-digital.pdf 7. www.peutuah.com/pengertian-etika-dan-komunikasi 8. http://susianty.wordpress.com/2010/09/29/etika-dalam-berkomunikasi/ 9. Partao, Zainal Abidin. 2006. Tekik Lobi dan Diplomasi untuk Insan

Public Relations. Jakarta : PT Indeks.

You might also like