You are on page 1of 60

BAB I PENDAHULUAN Dalam upaya peningkatan kualitas perencanaan program

kesehatan, dibutuhkan suatu upaya perencanaan yang dapat menghasilkan rencana yang komprehensif dan holistik. Perencanaan kesehatan adalah kegiatan yang penting untuk dilakukan di masa yang akan datang guna menghadapi berbagai masalah dalam bidang kesehatan. Langkah-langkah perencanaan pada dasarnya sama dengan alur pikir siklus pemecahan masalah, langkah-langkah pokok yang perlu dilakukan adalah analisis situasi, identifikasi masalah dan menetapkan prioritas, menetapkan tujuan, melakukan analisis untuk memilih alternatif kegiatan terbaik, dan menyusun rencana operasional. Kegiatan untuk menentukan prioritas pada suatu masalah adalah suatu proses yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan menggunakan metode-metode tertentu untuk menentukan urutan masalah dari yang paling penting sampai yang kurang penting. Penentuan prioritas masalah ini dinilai oleh sebagian besar staf di bidang kesehatan sebagai inti proses perencanaan. Langkah yang mengarah pada titik ini dapat dikatakan sebagai suatu persiapan untuk keputusan penting dalam penetapan prioritas. Setelah prioritas dari masalah telah ditetapkan, langkah berikutnya dapat dikatakan merupakan gerakan progresif menuju pelaksanaan. Masalah akan timbul apabila terdapat kesenjangan (gap) di antara harapan dan kenyataan. Oleh karena itu, perumusan masalah yang baik adalah suatu rumusan yang jelas menyatakan adanya kesenjangan. Kesenjangan tersebut dapat dikemukakan baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Identifikasi dan prioritas masalah kesehatan merupakan bagian dari proses perencanaan yang harus dilaksanakan dengan baik dan melibatkan seluruh unsur terkait, termasuk di dalamnya adalah masyarakat. Dengan demikian, masalah yang akan ditanggulangi seyogyanya merupakan

masalah dari masyarakat, sehingga dalam pelaksanaan kegiatan untuk menanggulangi masalah kesehatan yang ada, masyarakat dapat berperan aktif didalamnya. Penetapan prioritas dari sekian banyak masalah kesehatan di masyarakat saat ini merupakan tugas yang penting dan semakin sulit untuk dilakukan. Manajer kesehatan masyarakat sering dihadapkan pada masalah yang semakin menekan dengan sumber daya yang semakin terbatas. Metode untuk menetapkan prioritas secara adil, masuk akal, dan mudah dihitung merupakan perangkat manajemen yang penting. Dari berbagai masalah kesehatan yang diidentifikasi, ada beberapa masalah kesehatan yang sangat penting untuk diatasi. Munculnya sejumlah masalah dari analisis permasalahan secara simultan, yang nampaknya mempunyai bobot permasalahan yang sama, menghadapkan pengambil keputusan kepada pertanyaan, masalah manakah yang memerlukan penanggulangan segera. Dalam menetapkan prioritas masalah ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan, yakni: besarnya masalah yang terjadi, pertimbangan politik, persepsi masyarakat, bisa tidaknya masalah tersebut diselesaikan. Secara garis besar pemilihan prioritas masalah dapat dibagi menjadi dua yaitu : Scoring Technique (Metode Penskoran) misal: metode Bryant, MCUA (Multiple Criteria Utility Assesment Methode), metode USG, metode CARL, PAHO, metode Hanlon dan metode teknik multi-voting sedangkan Non Scoring Technique misalnya: metode Delbeque, metode Delphi, metode estimasi beban kerugian, metode NGT, metode strategi Grids, dan metode analisis ABC. Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan membahas mengenai teknik-teknik menentukan prioritas masalah tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Langkah-Langkah Sebelum Penentuan Prioritas Masalah Masalah merupakan suatu kesenjangan antara apa yang diharapkan (expected) dan apa yang aktual terjadi (observed). Idealnya semua permasalahan yang timbul harus dicari jalan keluarnya. Namun, karena keterbatasan sumber daya, dana, dan waktu menyebabkan tidak semua permasalahan dapat dipecahkan sekaligus, untuk itu perlu ditentukan masalah yang menjadi prioritas. Setelah merumuskan masalah, maka dilanjutkan dengan menetapkan prioritas masalah yang harus dipecahkan. Prioritas masalah didapatkan dari data atau fakta yang ada secara kualitatif, kuantitatif, subjektif, objektif serta adanya pengetahuan yang cukup. Penetapan prioritas dinilai oleh sebagian besar manager sebagai inti proses perencanaan. Langkah yang mengarah pada titik ini, dapat dikatakan sebagai suatu persiapan untuk keputusan penting dalam penetapan prioritas. Sekali prioritas ditetapkan, langkah berikutnya dapat dikatakan merupakan gerakan progresif menuju pelaksanaan. Dalam penentuan prioritas, aspek penilaian dan kebijaksanaan banyak diperlukan bersama-sama dengan kecakapan unik untuk mensintesis berbagai rincian yang relevan. Hal ini merupakan bagian dari proses perencanaan yang biasanya dikatakan paling naluriah. Namun, penetapan prioritas mungkin dapat jauh lebih bermanfaat dibandingkan dengan langkah-langkah lain bila dibuat eksplisit dan menjadi tindakan yang ditentukan secara jelas. Keterampilan utama yang diperlukan dalam penentuan prioritas adalah menyeimbangkan variabel-variabel yang memiliki hubungan kuantitatif yang sangat berbeda dan dalam kenyataannya terletak dalam skala dimensional yang berbeda pula. Terlalu sering

kesalahan timbul akibat memberikan penekanan terlalu banyak pada satu dimensi. Seorang ahli epidemiologi cenderung untuk menilai penetapan prioritas terutama sebagai suatu masalah penentuan mortalitas dan mortabiditas relatif dari masalah-masalah kesehatan tertentu. Pendekatan ini dipakai secara berlebihan dalam versi pertama Metode Amerika Latin dalam perencanaan kesehatan. Ilmuwan sosial, politikus, dan masyarakat umum cenderung memandang penetapan prioritas sebagai suatu tanggapan atas perasaan populer mengenai hal-hal yang penting. Bagi mereka pertimbangan-pertimbangan yang penting adalah : Pertama, apa yang diinginkan masyarakat untuk dilakukan dan yang kedua adalah program kesehatan yang dapat diterima. Para administrator cenderung mengkaji prioritas terutama dalam hubungannya dengan yang disebut oleh metode perencanaan kesehatan Amerika Latin sebagai kerawanan ada pada masalah-masalah ketersediaan atau kesehatan metode teknis tertentu. untuk yang Perhatiannya mengendalikan

penyakit-penyakit

kondisi-kondisi

memerlukan perhatian. Keterbatasan paling serius di Negara berkembang yang bahkan mungkin seringkali lebih berat dari pada kerangka kerja administratif untuk menyediakan pelayanan dan personil yang diperlukan. Para ekonom memberi penekanan khusus pada biaya. Hal ini biasanya merupakan kendala akhir yang menentukan apa yang akan dilakukan, ongkos-ongkos relatif berbagai program pengendalian harus diseimbangkan. Kebijakan penting dalam menyeimbangkan ongkos perencanaan kesehatan umumnya adalah menyediakan pelayanan kesehatan ke masyarakat secara maksimum dari pada memberikan pelayanan dengan mutu tertinggi kepada sekelompok kecil masyarakat. Perencanaan kesehatan harus mengembangkan keterampilan dalam semua disiplin ilmu yang diperlukan agar dapat melakukan

pendekatan perencanaan yang seimbang. Yang terutama diperlukan adalah indeks-indeks tertentu yang valid di dalam informasi baik kualitatif maupun kuantitatif yang digunakan dalam penilaian ini. Tanpa mengindahkan semua usaha pada pengukuran dan pengelompokkan khusus, si perencana pada akhirnya harus bersandar pada elemen-elemen kebijaksanaan yang tak pasti berdasarkan pengalaman atau evaluasi rencana-rencana sebelumnya dalam membuat keputusan akhir. Dalam kebijaksanaan penentuan banyak prioritas, diperlukan aspek penilaian dan

bersama-sama

dengan

kecakapan unik untuk mensintesis berbagai rincian yang relevan. Namun, penetapan prioritas mungkin dapat jauh lebih bermanfaat dibandingkan dengan langkah-langkah lain bila dibuat eksplisit dan menjadi tindakan yang ditentukan secara jelas. Keterampilan utama yang diperlukan dalam penentuan prioritas adalah menyeimbangkan variabel-variabel yang memiliki hubungan kuantitatif yang sangat berbeda dan dalam kenyataannya terletak dalam skala dimensional yang berbeda pula sehingga mengurangi terjadinya kesalahan timbul akibat dimensi. Terdapat perbedaan dari cara penetepan prioritas pada seorang ahli epidemiologi, administrator dan ahli hukum. Seorang ahli epidemiologi cenderung untuk menilai penetapan prioritas terutama sebagai suatu masalah penentuan mortalitas dan mortabiditas relatif dari masalah-masalah kesehatan tertentu. Pendekatan ini dipakai secara berlebihan dalam versi pertama Metode Amerika Latin dalam perencanaan kesehatan. Para administrator kesehatan cenderung mengkaji sebagai prioritas terutama dalam hubungannya dengan yang disebut oleh metode perencanaan Amerika Latin 5 kerawanan masalahmemberikan penekanan terlalu banyak pada satu

masalah kesehatan tertentu. Perhatiannya ada pada ketersediaan metode teknis untuk mengendalikan penyakit-penyakit atau kondisikondisi yang memerlukan perhatian. Sedangkan para ekonom memberi penekanan khusus pada biaya. Hal ini biasanya merupakan kendala akhir yang menentukan apa yang akan dilakukan. Kebijakan penting dalam menyeimbangkan ongkos perencanaan kesehatan umumnya adalah menyediakan pelayanan kesehatan ke masyarakat secara maksimum dari pada memberikan pelayanan dengan mutu tertinggi kepada sekelompok kecil masyarakat. Agar dapat melakukan pendekatan perencanaan yang seimbang maka perencanaan kesehatan harus mengembangkan keterampilan dalam semua disiplin ilmu. Yang terutama diperlukan adalah indeks-indeks tertentu yang valid di dalam informasi baik kualitatif maupun kuantitatif yang digunakan dalam penilaian ini. Perencana harus bersandar pada elemen-elemen kebijaksanaan yang tak pasti berdasarkan pengalaman atau evaluasi rencana-rencana sebelumnya dalam membuat keputusan akhir. II.1.1 Analisis Situasi Dalam melakukan analisis situasi, kita akan dihadapkan dengan informasi yang akan mencerminkan dari masalah-masalah yang berada di lapangan. Masalah yang kerap terjadi di sini adalah orang terbiasa dengan informasi rutin untuk pelaporan. Mereka biasa memahami maksud dari data selain berkaitan dengan target kegiatan. Data terbiasa dipakai untuk mengukur hasil. Padahal data bisa digunakan untuk memahami lebih jauh tentang apa yang tidak beres dengan program. Data tentang proses dalam program itu tidak tersedia sehingga seorang menjadi tumpul. Manajer kesehatan memasukkan informasi yang mereka miliki ke dalam tabel. Jika tidak ada data, mereka diminta memasukkan indikator yang biasa mencerminkan kegiatan atau hasil dari elemen program 6

kesehatan. Yang penting adalah Manager kesehatan bisa memilahmilah mana yang harus ia masukkan ke dalam kolom status kesehatan, pelayanan kesehatan, dan masyarakat. Fasilitator menelaah semua data yang tersedia untuk menilai kegunaannya dalam menganalisis dan menguraikan masalah kesehatan, termasuk menyangkut kelengkapan dan relevansinya. Ia harus menjelaskan cara membuat analisis situasi dan indikator-indikator yang dapat digunakan, dan meminta peserta mendiskusikan data tambahan baik secara kualitatif dan kuantitatif untuk menyempurnakan penetapan masalah. Penggunaan tabel harus bisa memberikan informasi mengenai apakah suatu daerah mempunyai masalah. Tabel dapat membantu kita mengidentifikasi masalah-masalah dan menetapkan agenda. Tabel juga membantu kita membedakan apakah masalah tersebut termasuk sektor kesehatan, atau bukan. Ada banyak cara menyajikan informasi dalam bentuk tabel analisis situasi. Tabel di bawah ini adalah contoh untuk membedakan indikator dua daerah. Dalam tersebut terlihat jelas, untuk masingmasing kondisi, dicantumkan indikator untuk tahun pada saat program dibuat dan keadaan yang ingin dicapat pada beberapa tahun berikutnya. Tidak ada kepastian berapa tahun yang akan kita gunakan untuk membuat target dari kegiatan kita. Ini sama sekali tergantung pada siklus perencanaan. Jika kita bekerja untuk bupati yang berganti tiap 5 tahun, maka barangkali lebih tepat kita mencantumkan jangka harapan 5 tahun. Tetapi dapat pula terjadi dikaitkan dengan masa kerja kepala dinas atau apa saja yang membuat kita ingin mengerjakan sesuatu karena ingin mencapai keadaan tertentu dalam waktu tertentu.

Contoh Tabel yang Membedakan Indikator Dua Daerah


Status Kesehatan
Indikator Daerah 1 Daerah 2 Indikator

Status Pelayanan Kesehatan


Daerah 1 Daerah 2 Indikator

Kondisi Penyulit
Daerah 1 Daerah 2

Kita dapat menggunakan beberapa pola lain yang mungkin lebih sesuai dengan kondisi otonomi daerah. Satu tabel menekankan betapa penting arti sebuah indikator agar ia menjadi agenda dalam perencanaan. Bukan mencantumkan tahun akan datang, tabel ini membandingkan keadaan saat ini dengan keadaan di masa lampau. Jika keadaan di masa sekarang menjadi lebih buruk dibanding yang lalu, maka keadaan itu pantas dicatat sebagai masalah yang penting. Pengisian Kolom Tabel Kita bisa menuliskan status kesehatan dengan apa saja yang dianggap outcome yang dianggap masalah kesehatan pribadi supaya kita dapat meninjau masalah-masalah kesehatan tersebut secara lebih mudah. Apakah outcome ini berkaitan langsung dengan sistem kesehatan atau tidak, Gunakan akal sehat ketika menuliskan sesuatu itu sebagai masalah kesehatan. Sebagai contoh, gizi buruk bisa kerap dimasukkan sebagai status kesehatan. Meskipun memang ada yang bisa dikerjakan oleh petugas kesehatan berkenaan dengan gizi buruk, tetapi itu bisa lebih tepat sebagai kelompok penyulit. Penyulit karena gizi buruk mencerminkan masalah-

masalah distribusi makanan dan kemampuan keluarga mensuplai makanan yang memadai kepada anak. Hal ini sudah menjadi pekerjaan kementerian sosial dan kementerian pangan. Sistem pelayanan berisi apa saja yang menjadi pekerjaan dinas kesehatan dan perangkatnya di daerah, termasuk rumah sakit dan puskesmas. Indikator Indikator yang umum dipakai adalah angka insidensi, prevalensi, rasio, dan rate yang biasanya diukur per 1000 hingga 100000 penduduk. Angka-angka kejadian penyakit dan kematian per jumlah penduduk itu pada masa lalu berguna untuk memperkirakan kejadian di tingkat nasional atau provinsial. Kadang-kadang angka-angka dari bawah dibuat agar terdapat angka nasional. Analisis biasanya dibuat pada level internasional. Bagi pemerintah pusat, angka-angka itu menjadi dasar pengembangan perencanaan dan pembiayaan program penyakit. Dalam konteks desentralisasi, angka-angka tersebut tentu saja bisa dijadikan pegangan bagi bupati untuk mengeluarkan dana untuk program kesehatan. Tetapi perlu diingat bahwa angka-angka itu perlu dibuat pada level yang mempunyai arti bagi satuan politik di masyarakat. Jika kita memahami angka-angka itu berdasarkan kabupaten atau kota saja, maka kita tidak bisa mengetahui di mana sebenarnya masalah itu terjadi. Jika kita bisa membuat angka-angka itu per kecamatan, maka hal itu akan lebih berarti bagi kepentingan pencegahan pada tingkat kecamatan. Dalam kenyataannya tidak semua angka-angka mudah dipahami pembuat keputusan di kabupaten. Bahkan terkadang angka-angka sulit ditentukan karena penduduk yang menjadi dasar pembagi angka itu tidak jelas dan kurang spesifik. Sebagai respon terhadap keadaan seperti itu, tidak salah jika kita mencantumkan angka absolut. Keuntungan indikator di tingkat kecamatan atau kelurahan dapat dijadikan sebagai indikator kepentingan stakeholder. Permasalahan yang sering terjadi pada saat

penentuan indikator salah satunya adalah informasi yang tidak akurat, tetapi selalu ada informasi lain yang mendekati dan berfungsi sebagai pengganti. II.1.2 Identifikasi Masalah Suatu perencanaan pada dasarnya merupakan bentuk rancangan pemecahan masalah. Oleh karena itu langkah selanjutnya dalam perencanaan kesehatan adalah mengidentifikasi masalahmasalah kesehatan. Sumber masalah kesehatan masyarakat dapat diperoleh dari berbagai cara antara lain: laporan-laporan kegiatan dari program-program kesehatan yang ada, surveilans epidemiologi atau pemantauan penyebaran penyakit, survei kesehatan yang khusus diadakan untuk memperoleh masukan perencanaan kesehatan, dan hasil kunjungan lapangan supervisi. Dalam menemukan masalah kesehatan diperlukan ukuran-ukuran. Ukuran-ukuran yang paling lazim dipakai adalah angka kematian (mortalitas) dan angka kesakitan (morbiditas). Masalah kesehatan harus diukur karena terbatasnya sumber daya yang tersedia sehingga sumber daya yang ada betul-betul dipergunakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang penting dan memang bisa diatasi. Ada 1. 3 cara pendekatan yang dilakukan dalam mengidentifikasi masalah kesehatan, yakni: Pendekatan logis. Secara logis, identifikasi masalah kesehatan dilakukan dengan mengukur mortalitas, morbiditas dan cacat yang timbul dari penyakit-penyakit yang ada dalam masyarakat. 2. Pendekatan Pragmatis. Pada umumnya setiap orang ingin bebas dari rasa sakit dan rasa tidak aman yang ditimbulkan penyakit/kecelakaan. Dengan demikian ukuran pragmatis suatu masalah gangguan kesehatan adalah gambaran upaya masyarakat untuk memperoleh pengobatan, misalnya jumlah orangyang datang berobat ke suatu fasilitas kesehatan.

10

3.

Pendekatan Politis. Dalam pendekatan ini, masalah kesehatan

diukur atas dasar pendapat orang-orang penting dalam suatu masyarakat. Mengidentifikasi suatu masalah merupakan langkah pertama yang di lakukan di dalam tahap analisis sistem. Masalah ini yang terkadang menyebabkan sasaran dari sistem tidak dapat dicapai seperti apa yang diharapkan. Oleh karena itu pada tahap analisis sistem, langkah pertama yang harus dilakukan oleh analisis sistem adalah mengidentifikasi terlebih dahulu masalah-masalah yang terjadi. Tugas-tugas yang harus di lakukannya adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi masalah 2. Mengidentifikasi penyebab masalah 3. Mengidentifikasi titik keputusan 4. Mengidentifikasi personil. Untuk meningkatkan kinerja dan mutu perencanaan program kesehatan, diperlukan suatu proses perencanaan yang akan menghasilkan suatu rencana yang menyeluruh. Perencanaan kesehatan adalah kegiatan yang perlu dilakukan di masa yang akan datang, yang jelas tujuannya. II.2 Prioritas Masalah II.2.1 Langkah-Langkah Menentukan Prioritas Masalah Penentuan terhadap masalah yang akan diteliti merupakan tahap yang penting dalam melakukan penelitian, karena pada hakikatnya seluruh proses penelitian yang dijalankan adalah untuk menjawab pertanyaan yang sudah ditentukan sebelumnya.

11

Menentukan masalah juga merupakan hal yang tidak mudah karena tidak adanya panduan yang baku. Meskipun demikian, dengan latihan dan kepekaan ilmiah, penentuan masalah utama yang harus segera diatasi dapat dilakukan dengan tepat. Kriteria berikut ini akan mempermudah kita menemukan masalah: 1. Masalah sebaiknya merumuskan setidak-tidaknya hubungan antar dua variable atau lebih 2. Masalah harus dinyatakan secara jelas dan tidak bermakna ganda dan pada umumnya diformulasikan dalam bentuk kalimat tanya. 3. Masalah harus dapat diuji dengan menggunakan metode empiris, yaitu dimungkinkan adanya pengumpulan data yang akan digunakan sebagai bahan untuk menjawab masalah yang sedang dikaji. 4. Masalah tidak boleh merepresentasikan masalah posisi moral dan etika. Dalam upaya menetapkan prioritas masalah, ada beberapa hal yang harus dilakukan, yaitu: 1. Pengumpulan data Untuk dapat menetapkan prioritas masalah kesehatan, perlu tersedia data yang cukup. Untuk itu perlu dilakukan pengumpulan data. Data yang perlu dikumpulkan adalah data yang berkaitan dengan lingkungan, perilaku, keturunan, dan pelayanan kesehatan, termasuk keadaan kesehatan. 2. Pengolahan Data Setelah data telah berhasil dikumpulkan, maka data tersebut harus diolah, maksudnya adalah menyusun data yang tersedia sedemikian rupa sehingga jelas sifat-sifat yang dimiliki oleh masinggeografis, keadaan pemerintahan, kependudukan, pendidikan, , sosial budaya, pekerjaan, mata pencaharian, dan keadaan

12

masing data tersebut. Teknik dalam melakukan pengolahan data yang dikenal ada tiga macam, yaitu secara manual, elektrik, dan mekanik. 3. Penyajian Data Data yang telah diolah perlu disajikan, ada tiga macam penyajian data yang lazim digunakan yaitu tekstual, tabulasi, dan grafik. 4. Pemilihan Prioritas Masalah Hasil penyajian data akan memunculkan berbagai masalah. Tidak semua masalah dapat diselesaikan. Karena itu diperlukan pemilihan prioritas masalah, dalam arti masalah yang paling penting untuk diselesaikan. Penentuan prioritas masalah kesehatan adalah suatu proses yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan menggunakan metode tertentu untuk menentukan urutan masalah dari yang paling penting sampai dengan kurang penting. Penetapan prioritas memerlukan perumusan masalah yang baik, yakni spesifik, jelas ada kesenjangan yang dinyatakan secara kualitatif dan kuantitatif, serta dirumuskan secara sistematis. Dalam menetapkan 1. 2. 3. 4. prioritas masalah ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan, yakni : Besarnya masalah yang terjadi Pertimbangan politik Persepsi masyarakat Bisa tidaknya masalah tersebut diselesaikan.

II.2.2 Penyusunan Prioritas Masalah Masing-masing organisasi secara garis besar mempunyai pernyataan yang jelas mengenai prioritas program yang diacu secara resmi dan diperbarui setiap jangka waktu tertentu. Prioritas tersebut 13

menjadi dasar pengambilan keputusan yang juga dipengaruhi oleh ketersediaan sumber daya. Akan tetapi, dalam kenyataannya banyak organisasi yang baru menyadari bahwa mereka tidak memiliki prioritas yang jelas hingga organisasi tersebut mengalami masalah dan krisis. Penentuan prioritas merupakan proses mengidentifikasi aktivitas yang paling penting dalam sebuah organisasi. Prioritas (priority setting) dikembangkan sebagai dasar pembuatan keputusan. Penentuan prioritas perlu dikembangkan dengan memahami sumbersumber daya yang bermanfaat untuk mencapai hasil (outcomes) dan pengaruh (impact) yang diharapkan. Ketersediaan dari sumber daya dapat menjadi faktor utama dalam penentuan prioritas. Prioritas masalah disusun berdasarkan tingkat kebutuhan dan disesuaikan dengan visi, misi, dan tujuan yang ingin dicapai. Pada umumnya, penyusunan prioritas akan memperhatikan masalahmasalah dasar yang dihadapi maupun faktor-faktor yang menghambat tercapainya suatu tujuan. Oleh karena itu, pemahaman terhadap akar permasalahan yang dihadapi menjadi modal utama bagi pengambil keputusan, khususnya yang terkait dengan masalah fundamental. Efektifitas penentuan prioritas masalah berhubungan erat dengan proses pengambilan keputusan. Dalam hal ini, pengambilan keputusan harus mempertimbangkan tujuan organisasi, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Setiap langkah yang dilakukan memiliki tujuan sendiri. Analisis situasi sebagai langkah awal dalam perencanaan harus dilakukan sebaik mungkin, sehingga dapat diperoleh gambaran tentang masalah kesehatan yang ada serta faktorfaktor yang mempengaruhi masalah kesehatan tersebut, yang merupakan tujuan dari analisis ini. Pada akhirnya akan diperoleh hasil dari analisis ini yang merupakan titik tolak perencanaan kesehatan terpadu dan dalam langkah selanjutnya diikuti oleh kegiatan untuk merumuskan masalah secara jelas, sekaligus menentukan prioritas

14

masalah-masalah tersebut. Yang dimaksud dengan masalah dalam perencanaan kesehatan tidak terbatas pada masalah gangguan kesehatan saja, akan tetapi meliputi semua faktor yang mempengaruhi kesehatan penduduk (lingkungan, perilaku, kependudukan dan pelayanan kesehatan). Beberapa poin berikut ini merupakan alasan mengapa penentuan prioritas masalah dipandang penting: - Agar tetap fokus pada hal-hal yang berada pada prioritas utama atau menuntun perencanaan dan proses update program. - Untuk mengawasi agar penggunaan sumber daya langka dapat lebih efektif. - Untuk membangun komunikasi mengenai proyek/aktivitas antar stakeholder. - Untuk menghubungkan antara kebijakan dan tujuan ekonomi sosial pemerintah. Penentuan prioritas masalah kesehatan adalah suatu proses yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan menggunakan metode tertentu untuk menentukan peringkat masalah kesehatan. Penentuan prioritas 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. ini dilakukan karena disebabkan oleh pertimbangan sumberdaya, yaitu: Man atau sumber daya manusia Money atau biaya Material atau bahan Methode atau metode/teknik. Machine atau peralatan Market atau pasar/konsumen atau pelanggan Time atau waktu Dalam menetapkan prioritas sebelumnya kita menentukan kriteria untuk menetapkan prioritas, dapat menggunakan salah satu dari

15

tiga metode, yaitu: dot voting, weighted voting atau consensus voting tergantung waktu, sumber dan sifat kelompok.
1. Dot Voting

Masing-masing anggota kelompok diberikan sejumlah votes dengan menggunakan stiker titik-titik warna. Aturan mainnya adalah, masing-masing orang mendapat sejumlah titik yang menunjukkan VA dari jumlah item. Pemilahan dan penggabungan ide-ide dapat ditunda sampai selesainya voting, jadi waktu tidak akan terbuang percuma untuk mendiskusikan item-item dengan prioritas rendah. Voting ulang dapat dilakukan beberapa kali bersamaan dengan pemilihan dan pengklasifikasian ide. Dot voting ini merupakan metode dengan visualisasi tinggi dan sederhana. Kekurangannya adalah metode ini mengambil opini mayoritas dan menyingkirkan kelompok minoritas yang dapat merusak interaksi kelompok di masa yang akan datang.
2. Weighted Voting

Poin diberikan pada ranking individu. Contohnya, jika anggota diharuskan meranking lima pilihan teratas, maka 5 suara dapat memilih pilihan pertama, 4 suara untuk pilihan kedua, 3 suara untuk pilihan ketiga dan seterusnya. Seluruh nilai individu untuk tiap item kemudian ditotal dan item dapat diranking (diurutkan) berdasarkan nilai total kelompok. Metode ini lebih akurat dibandingkan dengan straight voting dalam mengukur pilihan anggota. Metode ini juga dapat dilakukan dan dijumlahkan atau ditotal antara pertemuan, sehingga kelompok tidak menghabiskan waktunya hanya untuk menyelesaikan tugas ini.
3. Consensus decision

Metode ini paling banyak menyita waktu, namun penting karena implementasi keputusan membutuhkan penerimaan dan komitmen dari seluruh anggota kelompok.

16

Aturan dasar untuk membangun konsensus adalah: 1. Meminta seluruh anggota kelompok berdiskusi. 2. Hindari argumentasi. 3. Ungkapkan seluruh kekhawatiran/masalah/isu (terutama pandanganpandangan minor). 4. Dengarkan seluruh kekhawatiran/masalah/isu. Ajukan pertanyaan klarifikasi, dan paraphrase kekhawatiran/masalah/isu (mengulangi pernyataan kekhawatiran/masalah/isu tersebut dengan bahasa anda sendiri). 5. Catat pro dan kontra masing-masing posisi dalam suatu chart. 6. Jika ada dua posisi yang bertentangan (konflik), carilah yang ketiga untuk mengatasi perbedaan. 7. Dapatkan ekspresi dukungan dari seluruh anggota kelompok sebelum membuat keputusan final. Prioritas berfungsi untuk memudahkan pengambilan keputusan merupakan suatu proses yang kompleks. Seseorang tidak dapat menggunakan satu pendekatan yang sesuai untuk semua kebutuhan. Oleh karena itu, pihak yang bertanggung jawab dan terlibat dalam penetapan prioritas perlu mengetahui beberapa pendekatan utama dan kendala-kendala yang mungkin muncul dalam penetapan prioritas, sekaligus bagaimana cara untuk mengatasi kendala tersebut. II.2.3 Macam-Macam Pendekatan Dalam Pemecahan Masalah Ada 3 cara pendekatan yang dilakukan dalam mengidentifikasi masalah kesehatan, yakni : 1. Identifikasi masalah kesehatan dilakukan dengan mengukur mortalitas, morbiditas dan cacat yang timbul dari penyakit-penyakit yang ada dalam masyarakat. 2. Pendekatan Pragmatis

17

Pada umumnya setiap orang ingin bebas dari rasa sakit dan rasa tidak aman yang ditimbulkan penyakit/kecelakaan. Dengan demikian ukuran pragmatis suatu masalah gangguan kesehatan adalah gambaran upaya masyarakat untuk memperoleh pengobatan, misalnya jumlah orangyang datang berobat ke suatu fasilitas kesehatan. 3. Pendekatan Politis

Dalam pendekatan ini, masalah kesehatan diukur atas dasar pendapat orang-orang penting dalam suatu msyarakat (pemerintah atau tokoh-tokoh masyarakat).

Pendekatan yang tepat sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut:


1.

Seberapa eksplisit identifikasi prioritas dalam mempersiapkan Sampai seberapa jauh prioritas yang telah disusun

rencana kerja (work plan)? 2. merepresentasikan apakah prioritas organisasi secara menyeluruh? Prioritas organisasi mencakup prioritas proyek dan program? Seringkali penyusunan prioritas hanya memperhatikan program internal dan mengabaikan prioritas antar program. 3.
4.

Seberapa jauh setiap pihak mampu memahami dan menghargai Bagaimana kajian dan pembaruan (up date) prioritas? Sampai seberapa jauh penerapan pendekatan rasional dalam Apakah terdapat fokus pada kebutuhan masyarakat yang utama

proses yang telah dilakukan untuk menetapkan prioritas? 5. 6.

penyusunan prioritas? sebagai penentu kunci dalam penyusunan prioritas? Dalam menentukan prioritas, terdapat beberapa pertanyaan petunjuk (guidance question) yang dapat digunakan, yaitu:

18

1. 2. 3. 4. 5.
6.

Apa prioritas utama berdasarkan pemikiran dan kebutuhan yang Apa yang kita ketahui mengenai prioritas-prioritas tersebut? Apakah sumber daya tersedia dan dapat diakses untuk menjalankan Apakah ada orang, kelompok, atau organisasi lain yang lebih Siapa yang sudah atau sedang terlibat dalam pekerjaan berkaitan Siapa partner yang potensial?

diidentifikasi selama analisis situasi?

prioritas tersebut? mampu melaksanakan prioritas tersebut? dengan prioritas tersebut?

II.2.4 Menentukan bobot masalah Menentukan bobot masalah adalah suatu proses pemberian nilai terhadap kriteria yang telah dipilih. Tujuannya adalah agar dapat membandingkan antara satu kriteria dengan kriteria lainya yang dilihat dari nilai bobot tersebut. Langkah-langkah dalam menetapkan bobot masalah: a. Kriteria yang sudah ditetapkan dikaji dan dibahas secara rinci sehingga kesahihannya (validitas) setiap kriteria diterima oleh semua anggota. b. Masing-masing anggota menentukan, memberikan bobot terhadap kriteria yang ada. Biasanya bobot yang diberikan berkisar antara 1-5 atau 1-10 apabila ingin memperoleh variasi nilai yang cukup luas. Kriteria yang sangat penting Kriteria yang penting Kriteria yang cukup penting Kriteria yang kurang penting Kriteria yang tidak penting : Skor 5 : Skor 4 : Skor 3 : Skor 2 : Skor 1

19

c.

Bobot yang telah ditentukan pada masing-masing kriteria

dijumlahkan untuk mendapatkan nilai rata-ratanya sehingga didapatkan bobot sebenarnya. d. Menetapkan skor Menetapkan skor permasalahan yang dihadapi atas dasar kriteria yang telah ditentukan. Caranya dengan menjumlahkan skor dari setiap kriteria, sehingga didapatkan skor total bagi setiap masalah yang ada. Dari total inilah diperoleh urutan atau prioritas masalah kesehatan II.2.5 Proses Penyusunan Prioritas yang Efektif Dalam penentuan prioritas, aspek penilaian dan kebijaksanaan banyak diperlukan bersama-sama dengan kecakapan unik untuk mensintesis berbagai rincian yang relevan. Hal ini merupakan bagian dari proses perencanaan yang biasanya dikatakan paling naluriah. Namun, penetapan prioritas mungkin dapat jauh lebih bermanfaat dibandingkan dengan langkah-langkah lain bila dibuat eksplisit dan menjadi tindakan yang ditentukan secara jelas. Ketrampilan utama yang diperlukan dalam penentuan prioritas adalah menyeimbangkan variabel-variabel yang memiliki hubungan kuantitatif yang sangat berbeda dan dalam kenyataannya terletak dalam skala dimensional yang berbeda pula. Terlalu sering kesalahan timbul akibat memberikan penekanan terlalu banyak pada satu dimensi. Perencanaan kesehatan harus mengembangkan ketrampilan dalam semua disiplin ilmu yang diperlukan agar dapat melakukan pendekatan perencanaan yang seimbang. Yang terutama diperlukan adalah indeksindeks tertentu yang valid di dalam informasi baik kualitatif maupun kuantitatif yang digunakan dalam penilaian ini. Tanpa mengindahkan semua usaha pada pengukuran dan pengelompokkan khusus, si perencana pada akhirnya harus bersandar pada elemen-elemen kebijaksanaan yang

20

tak pasti berdasarkan pengalaman atau evaluasi rencana-rencana sebelumnya dalam membuat keputusan akhir. Karakter organisasi (struktur, budaya, dan sejarah) sangat berpengaruh terhadap penyusunan prioritas. Selain itu, proses dokumentasi prioritas program dan kondisi pada saat penyusunan prioritas juga akan mempengaruhi penyusunan prioritas yang efektif. Adapun beberapa ciri proses penyusunan prioritas yang efektif adalah: 1. Mulai dari program yang dibutuhkan, bukan dari berapa jumlah dana yang dimiliki. Jadi pertanyaan yang harus dijawab adalah apa yang perlu kita lakukan bukan kegiatan apa yang dapat kita biayai 2. Mengkomunikasikan perlunya penetapan prioritas dan berfokus pada masa depan organisasi
3.

Klarifikasi peranan (role) dan aturan (rule)

4. Mulai dari apa yang telah ada dan sumber daya yang telah dimiliki 5. Mendorong kreatifitas 6. Mencari tahu apa yang sedang terjadi dan berkembang di masyarakat 7. Melibatkan sumber daya manusia dari luar/eksternal
8. Mengidentifikasi persetujuan (agreement) dan ketidaksetujuan

(disagreement) mengenai prioritas yang ditetapkan 9. Identifikasi program-program yang berkaitan dengan organisasi lain 10. Penggunaan kriteria yang kredibel dalam penentuan prioritas akhir 11. Memastikan bahwa organisasi secara formal mengadopsi penyataan prioritas yang telah diputuskan 12. Diperlukan kompetensi sumber daya manusia (namun jangan sampai kompetensi tersebut yang mengarahkan prioritas) II.2.6 Metode Penentuan Prioritas Masalah Penentuan prioritas masalah merupakan hal yang sangat penting, setelah masalah-masalah kesehatan teridentifikasi. Metode yang dapat dilakukan dalam penentuan prioritas masalah dibedakan atas dua yaitu

21

secara Scoring dan Non Scoring. Kedua metode tersebut pelaksanaannya berbeda-beda. Pemilihan kedua cara tersebut berdasarkan ada tidaknya data yang tersedia, yaitu : II.2.6.1 Scoring Technique Pemilihan prioritas dilakukan dengan memberikan score (nilai) untuk berbagai parameter tertentu yang telah ditetapkan. Parameter yang dimaksud adalah : Besarnya masalah atau prevalensi penyakit Berat ringannya akibat yang ditimbulkan Kenaikan prevalensi masalah (rate of increase) Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut (degree of unmeet need) Keuntungan sosial yang dapat diperoleh jika masalah tersebut terselesaikan (social benefit) Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah. Sumber daya yang tersedia yang dapat dipergunakan untuk mengatasi masalah (resources availibilily) Teknologi yang tersedia dalam mengatasi masalah (technical feasibility) Metode tersebut terbagi lagi menjadi beberapa cara sebagai berikut: a. Metode Bryant Cara ini telah dipergunakan di beberapa negara yaitu di Afrika dan Thailand. Cara ini menggunakan 4 macam kriteria, yaitu : Community Concern, yakni sejauh mana masyarakat menganggap masalah tersebut penting. Prevalensi, yakni berapa banyak penduduk yang terkena penyakit tersebut

22

Seriousness, yakni sejauh mana dampak yang ditimbulkan penyakit tersebut Manageability, yakni sejauh mana kita memiliki kemampuan untuk mengatasinya. Menurut cara ini masing-masing kriteria tersebut diberi

scoring, kemudian masing-masing skor dikalikan. Hasil perkalian ini dibandingkan antara masalah-masalah yang dinilai. Masalah-masalah dengan skor tertinggi, akan mendapat prioritas yang tinggi pula. Parameter diletakkan pada baris dan masalah-masalah yang ingin dicari prioritasnya diletakkan pada kolom. Kisaran skor yang diberikan adalah satu sampai lima yang ditulis dari arah kiri ke kanan untuk tiap masalah. Kemudian dengan penjumlahan dari arah atas ke bawah untuk masing-masing masalah dihitung nilai skor akhirnya. Masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan sebagai prioritas masalah. Tetapi metode ini juga memiliki kelemahan yaitu hasil yang didapat dari setiap masalah terlalu berdekatan sehingga sulit untuk menentukan prioritas masalah yang akan diambil. b. MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment Metode) Metode MCUA digunakan apabila pelaksana belum terlalu siap dalam penyediaan sumber daya, serta pelaksana program atau kegiatan menginginkan masalah yang diselesaikan adalah masalah yang ada di masyarakat. MCUA adalah suatu teknik atau metode yang digunakan untuk membantu tim dalam mengambil keputusan atas beberapa alternatif. Alternatif dapat berupa masalah pada langkah penentuan prioritas masalah atau pemecahan masalah pada langkah penetapan prioritas pemecahan masalah. Pada metode ini parameter diletakkan pada baris dan harus ada kesepakatan mengenai kriteria dan bobot yang akan digunakan. Kriteria adalah batasan yang digunakan untuk menyaring alternatif 23

masalah sesuai kebutuhan.Metode ini memakai lima kriteria untuk penilaian masalah tetapi masing-masing kriteria diberikan bobot penilaian dan dikalikan dengan penilaian masalah yang ada. Cara untuk menentukan bobot dari masing-masing kriteria dengan diskusi, argumentasi, dan justifikasi Kriteria yang dipakai terdiri dari: Emergency Greetes member Expanding scope Feasibility Policy : : :Kegawatan menimbulkan kesakitan :Menimpa orang banyak, atau kematian. insiden/prevalensi. : Ruang lingkup besar di luar Kemungkinan Kebijakan dapat/tidaknya pemerintah kesehatan dilakukan. daerah/nasional. c. Metode Matematik PAHOCENDES (Pan American

Health Organization-Center for Development Studies) Cara ini digunakan di Amerika Latin. Kriteria yang dipakai adalah : M = Magnitude of the problem yaitu besarnya masalah yang dapat dilihat dari % atau jumlah/kelompok yang terkena masalah, keterlibatan masyarakat serta kepentingan instansi terkait. I = Importancy atau kegawatan masalah yaitu tingginya angka morbiditas dan mortalitas serta kecenderunagn dari waktu ke waktu. Importancy terdiri dari : Severity (S) : berat ringannya masalah tersebut terhadap masalah kesehatan pada umumnya (semakin berat, nilai semakin tinggi). Rate of Increase (RI) semakin tinggi). 24 : berat ringannya hambatan jika masalah tersebut tidak segera ditangani (semakin berat hambatan, nilai

Public Concern (Pco) : banyak sedikitnya masalah tersebut menjadi perhatian masyarakat (semakin menjadi perhatian, nilai semakin tinggi) Political Climate (PC) : banyak sedikitnya perhatian semakin tinggi) Social Benefit (SB) : banyak sedikitnya masalah tersebut memberikan manfaat sosial jika ditangani (semakin banyak memberi manfaat sosial, nilai semakin tinggi) V = Vulnerability yaitu sensitif atau tidaknya pemecahan masalah dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Sensitifitas dapat diketahui dari perkiraan hasil (output) yang diperoleh dibandingkan dengan pengorbanan (input) yang dipergunakan. C = Cost yaitu biaya atau dana yang dipergunakan untuk melaksanakan pemecahan masalah. Semakin besar biaya semakin kecil skornya. Hubungan keempat kriteria dalam menentukan prioritas masalah (P), yaitu: P = M . I .V.C politik terhadap masalah tersebut (semakin menjadi perhatian politik, nilai

Parameter diletakkan pada baris atas dan masalah-masalah yang ingin dicari prioritasnya diletakkan pada kolom. Pengisian dilakukan dari satu parameter ke parameter yang lain. Hasilnya didapat dari perkalian parameter tersebut. Penentuan skor untuk setiap masalah dilakukan oleh expert. Langkah PAHO: 1. Tulis atau daftarlah masalah yang didapat dari kegiatan analisis situasi. 2. Tentukan expert yang akan dilibatkan dalam penyusunan prioritas

25

3. Tentukan skor yang akan dipergunakan dalam penentuan prioritas 1 sampai dengan 10 4. Pemberian skor oleh expert untuk setiap masalah berdasarkan 4 kriteria PAHO. (Pemberian skor sebaiknya membandingkan antar masalah dengan kriteria yang sama) 5. Kalikan skor setiap kriteria pada tiap masalah 6. Tentukan prioritas berdasarkan urutan hasil perkalian. Hasil yang paling besar merupakan prioritas.

Contoh Tabel : NO MASALAH 1 Masalah 1 S 3 3 RI PCo PCl SB 3 5 1 3 3 3 1 3 1 M 5 V 3 C 1 Nilai 45

Masalah 2

11

Masalah 2

1 3

3 5 5 3 25

d. Metode Hanlon Metode ini memberikan cara untuk membandingkan berbagai masalah kesehatan dengan cara yang relatif, tidak absolut/mutlak, memiliki kerangka, 26

sederajat, dan objektif. Dalam buku Public Health: Administration and Practice (Hanlon and Pickett, Times Mirror/Mosby College Publishing) dan Basic Health Planning (Spiegel and Hyman, Aspen Publishers), metode Hanlon memiliki tiga tujuan utama: 1. Memungkinkan para pengambil keputusan untuk mengidentifikasi faktor-faktor eksplisit yang harus diperhatikan dalam menentukan prioritas 2. Untuk mengorganisasi faktor-faktor ke dalam kelompok yang memiliki bobot relatif satu sama lain 3. Memungkinkan faktor-faktor agar dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan dinilai secara individual. Proses penentuan kriteria diawali dengan pembentukan kelompok yang akan mendiskusikan, merumuskan dan menetapkan kriteria. Sumber informasi yang dipergunakan dapat berasal dari : 1. 2. 3. 4. Pengetahuan dan pengalaman individual para anggota Saran dan pendapat nara sumber Peraturan pemerintah yang relevan Hasil rumusan analisa keadaan dan masalah kesehatan.

Langkah selanjutnya adalah : 1. Menginventarisir kriteria 2. Menginventalisir dan mengevaluasi kriteria Metode Hanlon hampir sama dengan metode MCUA, dilakukan dengan memberikan skor atas serangkaian kriteria A, B, C dan D (PEARL). 1. Kelompok kriteria A = besarnya masalah Komponen ini adalah salah satu faktornya memiliki angka yang kecil. Pilihan biasanya terbatas pada persentase dari populasi yang secara langsung terkena dampak dari masalah tersebut yakni insiden, prevalensi, atau tingkat kematian dan angka.

27

Ukuran/besarnya masalah juga dapat dipertimbangkan dari lebih dari satu cara. Baik keseluruhan populasi penduduk maupun populasi yang berpotensi atau berisiko dapat menjadi pertimbangan. Selain itu, penyakit penyakit dengan faktor risiko pada umumnya yang mengarah pada solusi bersama atau yang sama dapat dipertimbangkan secara bersama-sama. Misalnya, jika kanker yang berhubungan dengan tembakau dijadikan pertimbangan maka kanker paru-paru, kerongkongan, dan kanker mulut dapat dianggap sebagai satu. Jika akan dibuat lebih banyak penyakit yang juga dipertimbangkan, penyakit cardiovascular mungkin juga dapat dipertimbangkan. Nilai maksimal dari komponen ini adalah 10. Keputusan untuk menentukan berapa ukuran atau besarnya masalah biasanya merupakan konsensus kelompok. 2. Kelompok kriteria B = tingkat kegawatan masalah Kelompok harus mempertimbangkan faktor-faktor yang mungkin dan menentukan tingkat keseriusan dari masalah. Sekalipun demikian, angka dari faktor yang harus dijaga agar tetap pada nilai yang pantas. Kelompok harus berhati-hati untuk tidak membawa masalah ukuran atau dapat dicegahnya suatu masalah ke dalam diskusi, karena kedua hal tersebut sesuai untuk dipersamakan di tempat yang lain. Maksimum skor pada komponen ini adalah 20. Faktor-faktor harus dipertimbangkan bobotnya dan ditetapkan secara hati-hati. Dengan menggunakan nomor ini (20), keseriusan dianggap dua kali lebih pentingnya dengan ukuran atau besarnya masalah. Faktor yang dapat digunakan adalah: a. Urgensi: sifat alami dari kedaruratan masalah; tren insidensi, tingkat kematian, atau faktor risiko; kepentingan relatif terhadap masayarakat; akses terkini kepada pelayanan yang diperlukan.Tingkat keparahan: tingkat daya tahan hidup, rata-rata usia kematian, kecacatan/disabilitas, angka kematian prematur relatif

28

b. Kerugian ekonomi: untuk masyarakat (kota /daerah / Negara) dan untuk masing-masing individu. Masing-masing faktor harus mendapatkan bobot. Sebagai contoh, bila menggunakan empat faktor, bobot yang mungkin adalah 0-5 atau kombinasi manapun yang nilai maksimumnya sama dengan 20. Menentukan apa yang akan dipertimbangkan sebagai minimum dan maksimum dalam setiap faktor biasanya akan menjadi sangat membantu. Hal ini akan membantu untuk menentukan batas-batas untuk menjaga beberapa perspektif dalam menetapkan sebuah nilai numerik. Salah satu cara untuk mempertimbangkan hal ini adalah dengan menggunakannya sebagai skala : 0=tidak ada 1=beberapa 2=lebih (lebih parah, lebih gawat, lebih banyak, dll) 3=paling 3. Kelompok kriteria C = kemudahan penanggulangan masalah Komponen ini harus dianggap sebagai "Seberapa baikkah masalah ini dapat diselesaikan?" Faktor tersebut mendapatkan skor dengan angka dari 0 10 (sulit mudah). Komponen ini mungkin merupakan komponen formula yang paling subyektif. Terdapat sejumlah besar data yang tersedia dari penelitian-penelitian yang mendokumentasikan sejauh mana tingkat keberhasilan sebuah intervensi selama ini. Efektivitas penilaian yang dibuat berdasarkan tingkat keberhasilan yang diketahui dari literatur dikalikan dengan persen dari target populasi yang diharapkan dapat tercapai. Contoh: Berhenti Merokok : Target populasi 45.000 perokok Total yang mencoba untuk berhenti 13.500 Efektivitas penghentian merokok 32% atau 0,32 29

Target populasi x efektivitas 0,30 x 0,32 = 0,096 atau 0,1 atau 1 Sebuah keuntungan dengan mempertimbangkan populasi target

dan jumlah yang diharapkan adalah akan didapatkannya perhitungan yang realistis mengenai sumber daya yang dibutuhkan dan kemampuan yang diharapkan untuk memenuhi tujuan yang ditetapkan. 4. Kelompok kriteria D = Pearl faktor Yang berarti P = Kesesuaian, E = Secara ekonomi murah, A = dapat diterima, R = Tersedianya sumber, L = Legalitas terjamin. Pearl adalah suatu kelompok faktor yang walaupun tidak secara langsung berkaitan dengan masalah kesehatan namun memiliki pengaruh yang tinggi dalam menentukan apakah masalah tertentu dapat diatasi. P - Propriety Suatu masalah yang masuk dalam ranah misi agensi keseluruhan. E - Economic Feasibility Apakah mengatasi suatu masalah masuk akal secara ekonomi? apakah ada konsekuensi ekonomis jika masalah tidak diatasi? A Acceptability Apakah masyakarat dan/atau target populasi akan menerima bahwa masalah tersebut ditangani? R Resources Apakah tersedia sumber daya untuk mengatasi/menangani masalah tersebut L Legality Apakah hukum yang berlaku saat ini mengijinkan masalah tersebut ditangani. Komponen-komponen ini diterjemahkan kedalam dua formula (rumus) yang memberikan nilai numerical yang memberikan prioritas utama bagi penyakit/kondisi dengan nilai tertinggi.

30

Basic Priority Rating atau Nilai Dasar Prioritas: (BPR) > BPR = (A+B) C/3 Overall Priority Rating atau Nilai Prioritas Keseluruhan (OPR) > OPR = [(A+B)C/3] x D Perbedaan dari dua rumus akan semakin jelas saat Komponen D (PEARL) dideskripsikan. Masing-masing faktor ini dipertimbangkan, dan penilaian untuk masing masing faktor PEARL adalah 1 untuk setiap jawaban iya dan 0 jika jawabannya tidak. Saat penilaian lengkap, seluruh angka dikalikan untuk mendapatkan jawaban final. Karena seluruh faktor ini mewakili suatu produk dan bukan jumlah maka jika salah satu dari lima faktor tersebut jawabannya tidak, maka D sama dengan 0. Karena D adalah pengali final dalam rumus, jika D=0, maka masalah kesehatan tidak akan teratasi dalam OPR, walaupun masalah tersebut memiliki ranking yang tinggi dalam BPR. e. Metode CARL (Capability, Accesability, Readiness & Leverage) Metode CARL merupakan suatu teknik yang digunakan untuk menentukan prioritas masalah jika data yang tersedia adalah data kualitatif. Metode ini dilakukan dengan menentukan skor atas kriteria tertentu, seperti kemampuan (capability), kemudahan (accessibility), kesiapan (readiness), serta daya ungkit (leverage). Semakin besar skor semakin besar masalahnya, sehingga semakin tinggi letaknya pada urutan prioritas. Penggunaan metode CARL untuk menetapkan prioritas masalah dilakukan apabila pengelola program menghadapi hambatan keterbatasan dalam menyelesaikan masalah. Penggunaan metode ini menekankan pada kemampuan pengelola program. Metode CARL (Capability, Accesibility, Readness, Leverage) dengan menggunakan skore nilai 1 5. Kriteria CARL tersebut mempunyai arti : C: Ketersediaan Sumber Daya (dana dan sarana/peralatan) 31

A:

Kemudahan, masalah yang ada diatasi atau tidak Kemudahan dapat didasarkan pada ketersediaan metode/cara/teknologi serta penunjang pelaksanaan seperti peraturan atau juklak.

R: L:

Kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran seperti keahlian/kemampuan dan motivasi Seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain dalam pemecahan yang dibahas.

Nilai total merupakan hasil perkalian C x A x R x L, urutan ranking atau prioritas adalah nilai tertinggi sampai nilai terendah.

Contoh Tabel : NO 1 2 3 4 5 6 7 MASALAH Masalah 1 Masalah 2 Masalah 3 Masalah 4 Masalah 5 Masalah 6 Masalah 7 C 3 2 3 1 1 4 5 A 2 3 1 3 2 2 3 R 1 2 3 4 3 2 1 L 2 3 1 1 4 1 3 NILAI 12 36 9 12 24 16 45 RANK 5 2 7 6 3 4 1

Metode CARL digunakan apabila pelaksana program masih mempunyai keterbatasan (belum siap) dalam menyelesaikan masalah. Penggunaan metode ini menekankan pada kemampuan pelaksana program.

32

Langkah-langkah Metode CARL : Persiapan yang perlu dilakukan antara lain : 1. Persiapan Gugus Tugas Susunan petugas : a. Pimpinan CARL b. Petugas pencatat pada flipchart c. Petugas skoring dan ranking 2. 3. Persiapan Ruang Pertemuan Persiapan Sarana atau Peralatan a. Peserta CARL b. Data c. Proses Dinamika Kelompok Langkah inti pelaksanaan CARL : 1. Pemberian skor pada masing-masing masalah dan perhitungan hasilnya a. b. Tulis atau daftarlah masalah yang didapat dari kegiatan analisis situasi. Tentukan skor atau nilai yang akan diberikan pada tiap masalah berdasarkan kesepakatan bersama Misal : telah disepakati bersama skor atau nilai yang diberikan adalah 1-5, dengan ketentuan sebagai berikut : Nilai 1 = sangat tidak menjadi masalah Nilai 2 = tidak menjadi masalah Nilai 3 = cukup menjadi masalah Nilai 4 = sangat menjadi masalah Nilai 5 = sangat menjadi masalah (mutlak) c. Berikan skor atau nilai untuk setiap alternatif masalah berdasarkan kriteria CARL (Capability atau kemampuan, Accessability atau Kemudahan, Readiness atau kesiapan, Leverage atau Daya Ungkit)

33

2.

Menentukan prioritas berdasarkan hasil rangking. Urutkan

masalah menurut prioritasnya, berdasarkan hasil yang telah diperoleh pada langkah b. Misal : dari contoh tampilan pada langkah b, maka prioritas masalahnya adalah sebagai berikut : 1. Rendahnya mutu pelayanan BP 2. Perhatian keluarga pada bumil rendah 3. Perilaku PHBS rendah Contoh Tabel
No. M a sa la h C 1 M u t u p e l a y a n a n B P re n d a h 2 P e ri l a k u P H B S re n d a h 4 3 Sk or A 5 3 4 R 4 3 3 L 5 3 3 H a sil C x A x R x L 400 81 144 1 3 2 R ank ing

3 P e rh a t i a n k e l u a r g a p a d a b u m il r e n d a h 4

Kelebihan Penggunaan Metode CARL Dengan masalah yang relatif banyak, bisa ditentukan peringkat atas masing-masing masalah sehingga bisa diperoleh prioritas masalahnya. Kekurangan Penggunaan Metode CARL 1. 2. Penentuan skor sangat subyektif, sehingga sulit untuk distandarisasi Penilaian atas masing-masing kriteria terhadap masalah yang diskor perlu kesepakatan agar diperoleh hasil yang maksimal dalam penentuan peringkat (prioritas) 3. Objektifitas hasil peringkat masalah kurang bisa dipertanggungjawabkan karena penentuan skor atas kriteria yang ada bersifat subyektif. f. Metode Teknik Multi-voting

34

Teknik multi-voting biasanya digunakan jika terdapat banyak masalah kesehatan atau masalah tersebut harus dipersempit menjadi beberapa masalah saja. Hasil dari cara multi-voting adalah cukup menarik karena proses ini memungkinkan masalah kesehatan yang mungkin tidak menjadi prioritas utama dari setiap individu, tetapi disukai oleh semua, untuk naik ke atas. Sebaliknya teknik straight voting akan menutupi popularitas dari tipe masalah kesehatannya sehingga membuatnya menjadi lebih sulit untuk mencapai consensus. Langkah-langkah dalam melaksanakan multi voting: 1. Putaran suara pertama Setelah daftar masalah kesehatan ditetapkan, setiap peserta memberikan suara terhadap prioritas utama mreka masing masing. Pada putaran ini mereka boleh memilih sebanyak yang mereka mau atau tergantung pada jumlah item yang ada dalam daftar, jumlah maksimum suara yang boleh diberikan oleh setiap peserta dapat ditentukan 2. Memperbaharui daftar Masalah kesehatan dengan jumlah suara sama dengan separuh dari jumlah peserta yang memberikan voting akan tetap dipertahankan dalam daftar tersebut, dan semua masalah kesehatan lain yang di eliminasi. 3. Putaran suara ke dua Setiap peserta memberikan suara terhadap apa yang paling mereka prioritaskan pada tahap ini, peserta voting boleh memberikan suara dengan jumlah yang sama dengan separuh dari masalah kesehatan yang ada dalam daftar masalah. (misalnya jika sepuluh masalh tetap pada daftar, setiap peserta dapat melemparkan lima suara). 4. Pengulangan

35

Langkah ketiga tersebut tetap diulang sampai prioritas masalah menjadi lebih sempit dan disesuaikan dengan jumlah yang diinginkan Contoh Multi Voting:

Warna merah menandakan tahap pertama yaitu eliminasi, warna hijau menandakan tahap eliminasi ke dua, sedangkan warna biru menunjukkan tahap eliminasi pertama, daftar masalah yang mendapat suara terbanyak mendapatkan prioritas ataupun posisi utama sebagai masalah yang paling penting dan harus diselesaikan. g. Metode USG (Urgency, Seriousness, and Growth) Metode USG merupakan salah satu cara menetapkan urutan prioritas masalah dengan metode teknik scoring. Proses untuk metode USG dilaksanakan dengan memperhatikan urgensi dari masalah, keseriusan masalah yang dihadapi, serta kemungkinan bekembangnya masalah tersebut semakin besar. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

36

1. Urgensy atau urgensi, yaitu dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau tidak masalah tersebut diselesaikan. 2. Seriousness atau tingkat keseriusan dari masalah, yakni dengan melihat dampak masalah tersebut terhadap produktifitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan, membahayakan system atau tidak. 3. Growth atau tingkat perkembangan masalah yakni apakah masalah tersebut berkembang sedemikian rupa sehingga sulit untuk dicegah. Penggunaan metode USG dalam penentuan prioriotas masalah dilaksanakan apabila pihak perencana telah siap mengatasi masalah yang ada, serta hal yang sangat dipentingkan adalah aspek yang ada dimasyarakat dan aspek dari masalah itu sendiri. Langkah-langkah USG: 1. Persiapan Dalam melaksanakan penentuan prioritas masalah dengan metode USG persiapan yang perlu dilakukan antara lain : a) Persiapan gugus tugas Pembagian pekerjaan atau gugus tugas perlu dilaksanakan sebelum pertemuan dimulai, dimana ditentukan siapa yang akan menjadi pimpinan proses USG, siapa yang melakukan tugas sebagai notulis, dan orang yang menulis di flipchart, siapa yang melakukan scoring dan menghitung hasilnya untuk menetukan ranking, serta siapa yang membacakan hasilnya. Susunan petugas untuk metode teknik scoring dengan metode USG, yakni sebagai berikut : Pimpinan USG Petugas pencatat flipchart Petugas scoring dan ranking Personil yang bertugas sebagai notulis

b) Persiapan ruang pertemuan 37

Ruang pertemuan yang akan digunakan sebaiknya menggunakan ruangan yang cukup luas dan nyaman. Meja dan tempat duduk diatur setengah lingkaran atau seperti huruf U yang terbuka ujungnya atau meja bundar (Round table), dimana pada ujung meja yang terbuka ditempatkan flipchart atau papan tulis atau white board. c) Persiapan peralatan atau sarana Sarana atau peralatan yang diperlukan dalam proses kegiatan ini adalah: Daftar hadir Kertas flipchart, papan tulis atau whiteboard lengkap dengan alat tulisnya. Alat tulis dimasing-masing meja. Kalkulator.

d) Peserta Sebelum melakukan pemilihan atau seleksi untuk peserta, beberapa hal yang perlu dijelaskan oleh pimpinan atau yang akan memimpin pelaksanaan metode USG, yaitu Peserta yang akan bergabung dalam kelompok USG, adalah karena kemampuan mereka untuk melakukan analisis dan mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah. Menekankan pentingnya tugas kelompok. Menekankan pentingnya sumbangan pikiran setiap peserta. Memberikan petunjuk kegunaan hasil pertemuan. Memberikan sambutan yang bersifat hangat dan ramah, selanjutnya tentukan siapa yang akan diundang atau dilibatkan dalam pertemuan untuk melakukan proses metode USG. Jumlah peserta berkisar antara 7-10 peserta.

38

e) Data yang Dibutuhkan Data atau informasi yang dibutuhkan dalam pelaksanaan metode USG, yakni sebagai berikut: Hasil analisa situasi Informasi tentang sumber daya yang dimiliki Dokumen-dokumen tentang perundang-undangan, peraturan, serta kebijakan pemerintah yang berlaku. Proses Dinamika Kelompok Sebelum memasuki proses atau langkah inti pada pelaksanaan metode USG, pimpinan kelompok metode USG memberikan sambutan dalam bentuk kata pengantar, yang berisi: a) Ucapan selamat datang pada peserta USG b) Penjelasan tentang teknik scoring, proses, terutama menyangkut jalannya proses, dengan menekankan pada pentingnya untuk menciptakan suasana kerjasama, saling pengertian dan kesatuan pandangan dari setip peserata dalam melaksanakan setiap tahapan proses. c) Tujuan pertemuan diadakan, yakni berorientasi pada masalah dan pemecahan masalah. Langkah inti pelaksanaan USG : 1. Penyusunan daftar masalah a. Setiap peserta pertemuan diminta mengemukakan masalah bagian yang diwakilinya b. Pimpinan USG menginstruksikan kepada petugas pencatat papan tulis atau white board untuk mencatat setiap masalah yang dikemukakan di lembar flipchart atau

39

2. Klarifikasi masalah a. Lakukan klarifikasi masalah yang telah diidentifikasi dalam rangka menentukan prioritas masalah b. Setiap anggota dimintai penjelasan (klarifikasi) maksud dari masalah yang dikemukakannya. c.Setelah diklarifikasi, maka tulis masalah hasil dari klarifikasi tersebut 3. Membandingkan antar masalah a. Bandingkan masalah yang diperoleh, sebagai contoh dan Kemungkinan Berkembangnya Masalah (Growth) b. Tulis frekuensi kemunculan tiap masalah setelah diperbandingkan, frekuensi ini dianggap sebagai nilai atau skor masalah. Kemudian jumlahkan skor yang diperoleh tiap masalah berdasarkan kriteria Urgency, Seriousness dan Growth masalah A sampai E menurut kriteria Urgensi (Urgency), Keseriusan (Seriousness)

Lembar Flipchart
LEM B A R FLIP C HA R T Dipe ro le h ha sil pe rba ndinga n se ba ga i be rik ut : A spe k U rge n cy A = 3 B = 3 C = 0 D = 1 E= 3 A spe k Se r iousne ss A = 3 B = 3 C = 0 D = 1 E= 3 A sp e k G ro w t h A = 3 B = 3 C = 0 D = 1 E= 3

Ha sil Sk or ing M a sa la h U rge ncy S e rio usne ss A 3 3 B 3 3 C 0 0 D 1 1 E 3 340

G ro w t h 3 4 0 1 2

T ot a l 9 10 0 3 8

4. Penyusunan prioritas masalah Menyusun prioritas masalah berdasarkan hasil langkah 3. Misalnya dari hasil langkah 3 pada contoh, maka dapat disusun prioritas masalah dengan urutan sebagai berikut : a. Masalah B b. Masalah A c. Masalah E d. Masalah D e. Masalah C Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Metode USG: 1. Kelebihan a. Merupakan pandangan orang banyak dengan kemampuan sama sehingga dapat dipertanggung-jawabkan. b. Diyakini bahwa hasil prioritas dapat memberikan hasil yang obyektif. c. Identifikasi dapat dilanjutkan, terutama untuk penyelesaian dalam bentuk penyelasaian dengan pengelolaan manajemen atau tidak.

41

2. Kekurangan a. b. Dengan metode USG lebih banyak berdasar asumsi dengan suatu keterbatasan tertentu yang melemahkan eksistensi permasalahan. Jika asumsi yang disepakati lebih banyak dengan keterbatasan, maka hasilnya akan bersifat lebih subyektif. II.2.6.2 Non Scoring Technique Memilih prioritas masalah dengan mempergunakan berbagai parameter, dilakukan bila tersedia data yang lengkap. Bila tidak tersedia data, maka cara menetapkan prioritas masalah yang lazim digunakan adalah dengan menggunakan non scoring technique, metode-metodenya terdiri atas: a. Metode Delbeque Metode Delbeque adalah metode dimana penetapan prioritas masalah dilakukan melalui kesepakatan sekelompok orang yang tidak sama keahliannya. Oleh karena itu diperlukan penjelasan terlebih dahulu untuk meningkatkan pengertian dan pemahaman peserta tanpa mempengaruhi peserta, sehingga mereka mempunyai persepsi yang sama terhadap masalah-masalah yang akan dibahas. Lalu diminta untuk mengemukakan beberapa masalah. Masalah yang banyak dikemukakan adalah prioritas masalah. Adapun caranya adalah sebagai berikut: 1. Peringkat masalah ditentukan oleh sekelompok ahli yang berjumlah antara 6 sampai 8 orang. 2. Mula-mula dituliskan pada white board masalah apa yang akan ditentukan peringkat prioritasnya.

42

3. Kemudian masing-masing orang tersebut menuliskan peringkat atau urutan prioritas untuk setiap masalah yang akan ditentukan prioritasnya. 4. Penulisan tersebut dilakukan secara tertutup. 5. Kemudian kertas dari masing-masing orang dikumpulkan dan hasilnya dituliskan di belakang setiap masalah. 6. Nilai peringkat untuk setiap masalah dijumlahkan, jumlah paling kecil berarti mendapat peringkat tinggi (prioritas tinggi). Delbeque menyarankan dilakukan satu kali lagi pemberian peringkat tersebut, dengan harapan masing-masing orang akan memertimbangkan kembali peringkat yang diberikannya setelah mengetahui nilai rata-rata;Tidak ada diskusi dalam teknik ini, yaitu untuk menghindari orang yang dominan memengaruhi orang lain. Cara ini mempunyai beberapa kelemahan dan kelebihan yaitu: 1. Menentukan siapa yang seharusnya ikut dalam menentukan peringkat prioritas tersebut, 2. Penentuan peringkat bisa sangat subyektif, 3. Cara ini lebih bertujuan mencapai konsensus dari interest yang berbeda dan tidak untuk menentukan prioritas atas dasar fakta. Kelebihan cara ini adalah mudah dan dapat dilakukan dengan cepat, penilaian prioritas secara tertutup dilakukan untuk memberikan kebebasan kepada masing-masing anggota diskusi tanpa terpengaruh oleh hirarki hubungan yang ada. b. Metode Delphi Metode ini dikembangkan pertama kali oleh Rand Corporation pada tahun 1950an. Pada metode delphi, penetapan prioritas masalah tersebut dilakukan melalui kesepakatan sekelompok orang yang sama keahliannya. Pemilihan prioritas masalah dilakukan

43

melalui pertemuan khusus. Setiap peserta yang sama keahliannya dimintakan untuk mengemukakan beberapa masalah pokok, masalah yang paling banyak dikemukakan adalah prioritas masalah yang dicari. Dimana pada metode ini, sekelompok pakar atau orang yang dianggap memahami permasalahan mengisi kuesioner, moderator menyimpulkan hasilnya dan memformulasikan menjadi suatu kuesioner baru yang diisi kembali oleh kelompok tersebut, demikian seterusnya. Hal ini merupakan proses pembelajaran (learning process) dari kelompok tanpa adanya tekanan atau intimidasi individu. Pemilihan prioritas masalah dilakukan melalui pertemuan khusus. Setiap peserta yang sama keahliannya dimintakan untuk mengemukakan beberapa masalah pokok, masalah yang paling banyak dikemukakan adalah prioritas masalah yang dicari. Adapun caranya adalah sebagai berikut: a. Identifikasi masalah yg hendak/perlu diselesaikan; b. Membuat kuesioner dan menetapkan peserta/para ahli yg dianggap mengetahui dan menguasai permasalahan; c. Kuesioner dikirim kepada para ahli, kemudian menerima kembali jawaban kuesioner yang berisikan ide dan alternatif solusi penyelesaian masalah; d. Pembentukan tim khusus untuk merangkum seluruh respon yang muncul dan mengirim kembali hasil rangkuman kepada partisipan; e. Partisipan menelaah ulang hasil rangkuman, menetapkan skala prioritas/memeringkat alternatif solusi yang dianggap terbaik dan mengembalikan keputusan. Kelemahan cara ini adalah waktunya yang relatif lebih lama dibandingkan dengan metode Delbeque serta memungkinkan kepada pemimpin kelompok/pembuatan

44

pakar/anggota diskusi yang dominan akan mempenguruhi anggota yang tidak dominan, Kelebihan metode ini adalah kemungkinan telaah yang mendalam oleh masing-masing anggota diskusi yang terlibat. c. Metode Estimasi Beban Kerugian Metode ini memerlukan data dan perhitungan hari produktif yang hilang yang disebabkan oleh masing-masing masalah/penyakit. Sejauh ini metode ini belum pernah dilakukan di tingkat kabupaten, untuk di tingkat nasional baru Badan Litbangkes yang mencoba menghitung beberapa DALY (disability adjusted life year) yang ditimbulkan oleh berbagai macam penyakit yang ada di Indonesia. Pada tingkat global, Bank Dunia telah menghitung waktu produktif yang hilang (disease burden) yang disebut DALY yang diakibatkan oleh berbagai macam penyakit. Atas dasar perhitungan tersebut, Bank Dunia menyarankan dalam program kesehatan, prioritas diberikan kepada pelayanan kesehatan yang essensial yang terdiri dari : a. KIA dan pertolongan persalinan b. KB c. Manajemen kesehatan pada anak d. TBC e. Pemberantasan STDs (Sexual Transmitted Diseases) Menurut peneliti dalam menentukan prioritas digunakan metode estimasi beban menghitung waktu produktif yang hilang (DALY). Metode ini membutuhkan perhitungan yang canggih dan sulit karena memerlukan data dan perhitungan hari produktif yang hilang yang disebabkan oleh masing-masing masalah. d. Metode NGT (Nominal Group Technique) masalah di atas dengan cara kerugian

45

NGT merupakan variasi terstruktur dari kelompok diskusi kecil untuk mencapai konsensus. NGT mengumpulkan informasi dengan cara menanyakan secara individual kepada partisipan untuk memberi respon mengenai pertanyaan-pertanyaan yang diajukan moderator, kemudian menanyakan partisipan untuk memprioritaskan ide atau saran-saran dari seluruh anggota kelompok. Proses ini menyemangati seluruh anggota kelompok untuk berpartisipasi, mencegah adanya dominasi oleh satu orang, dan menghasilkan kesatuan solusi prioritas atau rekomendasi yang mencerminkan hasil pilihan kelompok tersebut. Teknik ini merupakan metode pengambilan keputusan yang digunakan oleh berbagai macam ukuran kelompok yang ingin mengambil keputusan dengan cepat, seperti dengan vote, tapi ingin melibatkan/mempertimbangkan seluruh opini anggota (berbeda dengan cara voting yang lama, dimana hanya kelompok terbesar saja yang dipertimbangkan). Perbedaannya ada pada metode penjumlahan, pertama tiap anggota kelompok memberikan pandangan untuk solusi dengan penjelasan singkat. Kemudian, duplikasi solusi dihilangkan dari daftar seluruh solusi dan anggota kelompok melanjutkan merangking solusi tersebut. Jumlah masing-masing solusi yang diterima kemudian ditotal dan solusi dengan rangking total terendah (most favored/paling disukai) dipilih sebagai keputusan akhir. Terdapat beberapa variasi dalam penggunaan teknik ini. Misalnya, teknik ini dapat mengidentifikasi kekuatan vs area yang dibutuhkan untuk pengembangan dari pada hanya digunakan sebagai alternatif voting untuk pengambilan keputusan. Selain itu, pilihan tidak selalu harus di rangking tapi dapat dievaluasi lebih lanjut

Efek NGT

46

NGT telah terbukti meningkatkan satu atau lebih dimensi efektifitas dari pengambilan keputusan kelompok. Mengharuskan individu untuk menuliskan ide-idenya secara tenang/diam dan independen sebelum diskusi kelompok menambah solusi yang didapat kelompok. Round-robin polling juga menghasilkan input dalam jumlah besar dan mendorong partisipasi yang sama. Peningkatan jumlah input yang heterogen mengarah pada pengambilan keputusan dengan mutu tinggi. Dibandingkan dengan kelompok interaktif, kelompok NGT lebih memberikan ide-ide yang unik, partisipasi yang lebih seimbang daftar anggota kelompok, meningkatkan perasaan pencapaian, dan kepuasan yang lebih besar dengan ide yang bermutu dan efisiensi kelompok Waktu Penggunaan NGT a. Saat sebagian anggota kelompok lebih vokal dibandingkan lainnya b. Pada saat beberapa anggota kelompok merasa bahwa diam lebih baik c. Jika mengkhawatirkan bahwa beberapa anggota kelompok tidak berpartisipasi. d. Saat kelompok susah mendapatkan sejumlah ide e. Saat seluruh atau sebagian anggota kelompok merupakan anggota baru dalam kelompok f. Saat isu yang dibahas kontrovesi atau terjadi konflik yang memanas Penggunaan Nominal Group Technique (NGT) NGT merupakan sebuah metode yang sangat baik untuk mendapatkan kesepakatan grup, sebagai contoh, kelompok orang (staf program, anggota komunitas, dll) yang terlibat dalam pembangunan model logis dan daftar hasil dari komponen khusus tersebut terlalu banyak dan harus diprioritaskan. Pada kaus ini, pertanyaan yang seharusnya diajukan

47

adalah Hasil dari daftar ini yang manakah yang harus diprioritaskan untuk mencapai tujuan dan mudah diukur? Yang mana dari daftar hasil tersebut yang tidak terlalu penting dan lebih susah? Prosedur Standar NGT biasanya melibatkan lima tahapan: 1. Perkenalan dan penjelasan. 2. Pengumpulan ide dengan diam/tenang: Fase ini berlangsung kira-kira 10 menit. 3. Membagi-bagi ide (sharing idea): fasilitator mengajak partisipan untuk membagi ide-ide yang telah mereka tulis. Tidak ada debat dalam tahapan ini dan partisipan didorong untuk menuliskan ide baru apapun yang muncul. Proses ini memastikan bahwa seluruh partisipan mendapatkan kesempatan yang sama dalam memberikan kontribusi dan menghasilkan catatan seluruh ide yang didapat dari kelompok. Tahapan ini berlangsung antara 15-30 menit. 4. Diskusi kelompok: partisipan diundang untuk mencari penjelasan verbal atau detail lebih lanjut atas ide apapun yang diberikan oleh koleganya yang mungkin tidak begitu jelas bagi mereka. Sangat penting untuk diingat bahwa proses ini harus netral dan menghindari penilaian dan kritik. Tahap ini berlangsung 30-45 menit. 5. Voting dan Ranking: memprioritaskan ide yang tercatat yang relevan dengan pertanyaan. Setelah proses voting dan rangking, hasil cepat atas respon pertanyaan tersedia bagi partisipan sehingga pertemuan disimpulkan telah mencapai outcome spesifik. Keunggulan dan kelemahan NGT

Salah satu keunggulan NGT adalah bahwa teknik ini menghindari terjadinya dua masalah yang disebabkan oleh interaksi kelompok. Pertama, beberapa anggota tidak ingin memberikan ide karena mereka khawatir di kritik. Kedua, beberapa anggota tidak ingin menciptakan konflik dalam kelompok (banyak orang ingin tepat mempertahankan iklim yang kondusif). NGT dapat mengatasi masalah ini. NGT memiliki

48

keunggulan yang jelas dalam meminimalkan perbedaan dan memastikan partisipasi yang seimbang. Dan teknik ini, dalam berbagai macam kasus menjadi teknik yang hemat waktu. Keunggulan lain adalah dengan teknik (penutup/tidak mengambang) yang sering kali tidak ditemukan dalam metode kelompok yang lebih tidak terstruktur. Kelemahan utama metode ini adalah kurang fleksibel karena metode ini hanya dapat mengatasi masalah satu persatu. Selain itu, harus mencapai jumlah keseragaman (conformity) tertentu. Setiap orang harus merasa nyaman dengan jumlah struktur yang terlibat. Kelemahan lainnya adalah waktu yang diperlukan dalam menyiapkan aktivitas ini. Tidak ada spontanitas terlibat dalam metode ini. Fasilitas harus diatur dan direncanakan dengan hati-hati. Opini bisa saja tidak menyatu dalam proses voting, fertilisasi silang, ide-ide dapat terhambat dan proses menjadi terlalu mekanis. Kerugian NGT: 1. Memerlukan persiapan 2. Ditujukan untuk satu tujuan dan satu topik saja dalam satu pertemuan 3. Diskusi lebih sedikit dan tidak ditujukan untuk mengembangkan ide, dan merupakan metode yang paling tidak menstimulasi proses dalam grup tersebut dibandingkan teknik lain. Keuntungan NGT: 1. Mendapatkan banyak jumlah ide dibandingkan diskusi grup biasa 2. Menyeimbangkan pengaruh masing-masing anggota sehingga membatasi seseorang untuk mendominasi 3. Menghilangkan kompetisi dan tekanan di dalam grup 4. Membuat para anggota menentukan prioritas utamanya secara demokrasi Persiapan NGT

49

a. Ruang pertemuan Pesiapkan sebuah ruangan yang cukup luas yang dapat menampung lima sampai sembilan orang. Susun meja sehingga membentuk huruf U, dengan flip chart si ujungnya. b. Peralatan Masing-masing meja dengan susunan berbentuk U memerlukan flip chart, sebuah spidol yang bermata besar, selotip, kertas, pensil, dan kartu indeks berukuran 3x5 inchi bagi masing-masing partisipan. c. Kalimat Pembuka Kalimat ini memperkenalkan masing-masing peran anggota dan tujuan dari grup tersebut, dan harus mencakup salam pembuka yang hangat, kepentingan tugas, dan menyebutkan pentingnya kontribusi dari masing-masing anggota, dan bagaimana hasil dari grup tersebut akan digunakan. Proses dalam Melakukan NGT a. Mengumpulkan ide Moderator mengajukan pertanyaan atau suatu masalah ynag telah tertulis pada suatu format dan membacakannya pada peserta kelompok. Moderator menginstruksikan pada semua peserta agar menuliskan pendapatnya pada kalimat singkat secara bebas dan dengan tenang. b. Mencatat ide Seluruh anggota kelompok terlibat dalam sesi umpan balik untuk mendengarkan masing-masing ide (tanpa berdebat mengenai pendapat tersebut). Moderator menuliskan ide setiap anggota kelompoknya pada flip chart yang dapat dilihat semua anggota kelompok. Ide yang sudah tertulis sebelumnya tidak perlu dituliskan lagi namun apabila anggota kelompok tersebut meyakinkan bahwa ide tersebut memiliki

50

penekanan lain atau variasi maka boleh dimasukkan. Langkah ini terus dilanjutkan hingga semua ide dicatat. c. Mendiskusikan ide Setiap ide yang telah dicatat kemudian didiskusikan untuk menentukan kejelasan dan kepentingannya. Untuk masing-masing ide, moderator menanyakan Apakah ada pertanyaan atau komentar? Langkah ini memberikan kesempatan bagi anggota untuk memperlihatkan pengertian mengenai logis dan relatif pentingnya ide tersebut. Pembuat ide tidak harus merasa wajib untuk menjelaskan ide tersebut, siapapun yang dapat membantu menjelaskannya dapat melakukan itu. d. Memilih ide Setiap anggota secara individual memberi suara untuk memprioritaskan ide. Pengambilan suara dilakukan untuk mengetahui ide yang memiliki rate tertinggi yang dipilih oleh kelompok secara kesatuan. Moderator memberitahukan kriteria apa yang digunakan untuk menentukan prioritas. Pada awalnya masing-masing anggota memilih lima hal yang paling penting dari daftar dan menuliskan satu ide pada masing-masing kartu index. Setelah itu setiap anggota mengurutkan lima ide yang telah dipilih, yang paling penting mendapat 5 bintang dan yang berada di urutan terakhir 1 bintang. e. Metode Strategi Grids Strategi Grids Strategi grids memfasilitasi instansi untuk lebih fokus dengan memberikan penekanan terhadap masalah yang akan memberikan hasil terbaik. Alat ini sangat berguna ketika lembaga-lembaga dimana lembaga tersebut memilki kemampuan terbatas dalam kapasitas dan ingin fokus pada area yang sekiranya akan memberikan keuntungan

51

terbesar bagi mereka daripada melihat tantangan ini melalui lensa ataupun pandangan dimana kulaitas pelayanan masih memiliki kekurangan, strategi grids dapat menyediakan mekanisme untuk mengambil pendekatan yang bijaksana agar mendapatkan hasil yang maksimal dengan sumber daya yang masih terbatas. Metode ini dapat membantu dalam proses perubahan dimana selama ini hanya memikirkan permasalahan menjadi lebih fokus untuk merencanakan tindakan yang akan dilakukan. Langkah-langkah strategi grids: 1. Pilih kriteria Pilihlah dua kriteria yang luas yang saat ini paling berhubungan dengan agensi tersebut (penting/ mendesak, biaya/ dampak, kebutuhan/ kelayakan). Dalam hal ini akan diberikan evaluasi mengenai seberapa baik set criteria ini memenuhi tujuan yang ingin dicapai. 2. Buat kisi-kisi Buatlah kisi-kisi dengan empat kuadran yang telah disediakan dan tetapkan criteria yang luas untuk setiap sumbu. Buatlah panah pada sumbu untuk menunjukkan tinggi atau rendah, seperti contoh yang akan ditunjukkan dibawah ini. 3. Buat tabel kuadran Berdasarkan sumbu, beri label pada tiap kuadran yaitu kebutuhan tinggi/ paling mungkin dikerjakan, kebutuhan tinggi/ sulit dikerjakan, kebutuhan rendah/ mudah dikerjakan, kebutuhan rendah/ sulit dikerjakan

52

4. Mengkategorikan dan membuat prioritas Merumuskan, menempatkan criteria sesuai dengan kondisinya, sehingga dapat dibuat prioritas apa yang paling dibutuhkan dan paling mungkin untuk dikerjakan, sehingga masalah yang ada berubah dari hanya dipikirkan kearah bergerak. Berikut adalah makna dari tiap sumbu dalam tabel kuadran : a. Kebutuhan tinggi/ kemungkin dikerjakan tinggi : Dengan kebutuhan atau tingkat keperluan yang paling tinggi dan merupakan hal yang paling mungkin atau paling mudah dikerjakan, maka hal inilah yang menjadi prioritas utama dimana harus direncanakan dan diberikan sumber daya yang cukup baik untuk mempertahankan maupun meningkatkan

b.

Kebutuhan rendah/ kemungkinan untuk dikerjakan tinggi Seringkali penting dalam segi politik, dan sulit untuk

dieliminasi item ini mungkin perlu dirancang ulang dan untuk mengurangi pemborosan sekaligus mengurangi dampak yang tidak baik c. Kebutuhan tinggi/ kemungkinan untuk dikerjakan rendah Ini adalah proyek jangka panjang yang tetap harus dikerjakan karena memiliki bayak potensi dalam menyelesaikan masalah yang sedang terjadi, namun akan memerlukan investasi yang cukup signifikan. Apabila terlalu terfokus dengan item ini maka hal itu justru akan mempersulit pelaksana kegiatan d. Kebutuhan rendah/ kemungkinan untuk dilakukan rendah Dengan hasil yang begitu rendah yang didapatkan bila kita mengutamakan untuk menyelesaikan masalah ini maka, masalah

53

yang terdapat di kuadran ini merupakan prioritas yang terendah dan harus dihapuskan, sehingga kita dapat mengguankan sumber daya ke prioritas masalah yang jauh lebih penting. f. Metode Analisis ABC Metode analisis ABC merupakan sebuah metode dimana kita menganalisa dan memberikan ukuran berupa kisaran dari setiap masalah tersebut yang akan dikelompokkan berdasarkan tingkatan tertentu yang signifikan dan bisa diselesaikan sesuai dengan kebutuhannya atau tingkat kesulitannya. Item tersebut dikelompokkan dalam grup yang terdiri dari tiga kategori yaitu A, B, C, yang ditentukan sesuai dengan dugaan tingkat kepentingannya yaitu a. Item A adalah sangat penting b. Item B adalah penting c. Item C adalah tidak begitu penting Metode ini merupakan metode yang berguna dan cukup banyak dipakai di beberapa area, baik oleh individu maupun oleh grup. ABC analisis bisa digunakan sebagai ide untuk mengevaluasi dalam dua cara yang berbeda yaitu : a. Kemungkinan pertama adalah untuk mengelompokkan beberapa ide berdasarkan tingkat kepentingannya sesuai criteria ABC yang telah tersedia b. Kemungkinan kedua adalah untuk menganalisa ide yang terpilih dalam melewati dua tahap: 1. Tahap pertama, dengan menggunakan metode brainstorming sebanyak mungkin ide yang terdapat dalam daftar tersebut 2. Tahap kedua adalah kita mengelompokkan mereka berdasarkan tingkat kepentingannya yaitu kategori ABC

54

2.2.7 Kendala dalam Penyusunan Prioritas Terdapat beberapa alasan mengapa organisasi pada umumnya mengalami kesulitan dalam menetapkan prioritas. Menurut Drucker (1973) hal ini utamanya banyak terjadi dalam organisasi yang bergerak di sektor publik karena melibatkan kepentingan banyak pihak. Bryson (1988) menyebutkan empat masalah utama yang menjadi hambatan dalam mencapai perencanaan strategi yang efektif. Keempatnya memiliki kaitan erat dengan penentuan prioritas program. Keempat masalah itu adalah:
1. Human problem; kesulitan untuk memusatkan perhatian personil

kunci (key people) terhadap masalah, keputusan, konflik, dan kebijakan utama. Tantangan yang dihadapi untuk mengatasi masalah ini adalah bagaimana menentukan prioritas organisasi secara imperatif dan meminta setiap individu untuk mengesampingkan kepentingan masing-masing hingga kerangka yang lebih luas selesai disusun. Untuk mengatasi human problem, beberapa hal yang harus dilakukan antara lain: a. Mulailah dengan menciptakan konsensus mengenai apa yang akan dicapai melalui penetapan prioritas. Mengapa kita melakukan hal tersebut dan apa manfaatnya?
b.

Melibatkan para pengambil keputusan dalam menentukan

proses dan kriteria prioritas untuk memastikan rasionalitas dan kejelasan prioritas tersebut. c. Mengidentifikasi kekuatan dari berbagai sudut berbeda.

55

d.

Memberikan kesempatan bagi pihak lain untuk mencerna

informasi yang diberikan dan memberi masukan sehingga dapat dilakukan penyesuaian terhadap keputusan yang akan diambil.
e.

Secara

hati-hati

mempekerjakan

staff

yang

akan

mengumpulkan dan menginterpretasikan informasi. Sediakan pelatihan apabila diperlukan. f. Memastikan bahwa setiap pihak yang terlibat dapat menjalankan peran mereka secara berkesinambungan.
2. Process problem; kesulitan dalam mengelola informasi dan ide

dalam proses penentuan prioritas. Untuk mengatasi process problem, beberapa hal yang harus dilakukan antara lain:
a.

Penentuan prioritas harus sangat spesifik untuk mengurangi Adanya kewajiban dan tanggung jawab untuk

multi interpretasi.
b.

mengekspresikan dan memberikan sejumlah alternatif yang masuk akal. c.


d.

Informasi kunci harus disediakan sebelum penentuan Hati-hati agar tidak membuang terlalu banyak waktu dalam

keputusan melakukan analisis maupun terlalu terburu-buru mengejar tenggat waktu. e. Secara aktif menciptakan suasana yang membantu orang untuk memiliki pandangan luas dan memiliki paradigma masingmasing karena informasi eksternal mungkin sangat berguna.
3. Structural problem; kesulitan dalam mengelola sebagian atau

keseluruhan hubungan yang ada dalam organisasi. Tantangan yang harus dihadapi dalam mengatasi masalah ini adalah bagaimana untuk menentukan prioritas sesuai dengan prioritas organisasi atau asosiasi

56

secara lebih luas. Hal ini merepresentasikan interpretasi konsisten terhadap visi dan misi. Dengan demikian, suatu organisasi dapat melakukan penentuan prioritas dengan sangat baik dalam lingkup program maupun antar program. Untuk mengatasi structural problem, beberapa hal yang harus dilakukan antara lain:
a.

Menetapkan dan mengklarifikasi peranan setiap pihak sejak Tetap fokus pada prioritas saat ini dan bukan prioritas masa Komunikasi terbuka inter- dan antar-staff dan pemimpin. Mengidentifikasi dan mengkomunikasikan manfaat yang Mendorong terjalinnya hubungan yang harmonis selama

awal proses.
b.

lalu.
c. d.

dapat diperoleh apabila suatu sistem dapat berjalan dengan baik. e. proses perencanaan.
4. Institutional problem; kesulitan dalam menerjemahkan prioritas ke

dalam aksi atau aktivitas yang riil. Untuk mengatasi institutional problem, beberapa hal yang harus dilakukan antara lain:
a.

Adanya komitmen dalam mengimplementasikan hal yang

telah disepakati maupun penyesuaian atau perubahan yang dilakukan.


b.

Perlu

adanya

proses

pencocokan

(fitting)

antara

pengetahuan dan keahlian dengan tugas yang diberikan ke setiap individu.


c.

Implementasi program disesuaikan dengan kekuatan yang Rencana implementasi didefinisikan secara jelas. Prioritas dilengkapi dengan deskripsi posisi, alokasi waktu,

dimiliki.
d. e.

rencana implementasi, dan penghargaan terhadap prestasi kerja.

57

BAB III KESIMPULAN Analisis situasi, Identifikasi dan prioritas masalah kesehatan merupakan salah satu bagian dari proses perencanaan. Dalam analisis situasi, kita berurusan dengan informasi yang mencerminkan masalahmasalah yang adalah di lapangan. Masalah yang kerap terjadi di sini adalah orang terbiasa dengan informasi rutin untuk pelaporan. Mereka biasa memahami maksud dari data selain berkaitan dengan target kegiatan. Data terbiasa dipakai untuk mengukur hasil. Padahal data bisa digunakan untuk memahami lebih jauh tentang apa yang tidak beres dengan program. Yang penting adalah Manager kesehatan bisa memilah-milah mana yang harus ia masukkan ke dalam kolom status kesehatan, pelayanan kesehatan, dan masyarakat. Dalam melakukan identifikasi masalah kesehatan, ada beberapa cara pendekatan yang perlu diperhatikan sehingga masalah yang dikemukakan merupakan masalah yang benar-benar penting dan memang harus segera diselesaikan. Selain itu diperlukan ukuran-ukuran dan data untuk menemukan masalah kesehatan yang ada. Penentuan prioritas masalah merupakan hal yang sangat penting setelah masalah-masalah kesehatan teridentifikasi. Penentuan prioritas masalah harus memperhatikan beberapa faktor, antara lain : besarnya masalah, pertimbangan politik, persepsi masyarakat dan bisa tidaknya masalah tersebut diselesaikan. Cara pemilihan prioritas masalah banyak macamnya. Secara sederhana dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : Scoring Technique

58

(Metode Penskoran) misal: metode USG, metode Hanlon, metode MCUA, metode CARL, PAHO, cara Bryant, cara ekonometrik, dan Non Scoring Technique (NGT, Delphin Technique dan Delbech Technique). Pemilihan kedua cara tersebut berdasarkan ada tidaknya data yang tersedia. Pada metode Scoring Technique, pemilihan prioritas dilakukan dengan memberikan score (nilai) untuk berbagai parameter tertentu yang telah ditetapkan. Parameter yg dimaksud adalah : besarnya masalah, berat ringannya akibat yang ditimbulkan, kenaikan prevalensi masalah, keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut, keuntungan sosial yang dapat diperoleh jika masalah tersebut terselesaikan, rasa prihatin masyarakat terhadap masalah, serta sumber daya yang tersedia yang dapat dipergunakan untuk mengatasi masalah. Namun, bila tidak tersedia data yang lengkap maka metode yang digunakan untuk menentukan prioritas masalah yang lazim digunakan hdala dengan metode Non Scoring Technique (Delphin Technique dan Delbech Technique). Adapun kendala-kendala dalam menentukan prioritas masalah seperti human, process, structural, dan institutional problem harus dapat dikaji dan diatasi selama proses perencanaan agar tercapai prioritas masalah yang benar-benar harus diatasi sesegera mungkin.

59

DAFTAR PUSTAKA 1. Pasinringi, Syahrir A. Perencanaan Pelayanan Kesehatan. 2002. Makassar. FKM Unhas. Available from : http://www.scribd.com/doc/2908460/ Perencanaan-Pelayanan-Kesehatan. 2. Nangi, Moh.Guntur. Problem Solving Kesehatan Masyarakat. 2010. Available from : http://www.google.co.id/url? sa=t&source=web&cd=1&ved=0CBQQFjAA&url=http%3A%2F %2Fmohamadguntur.files.wordpress.com%2F2010%2F03%2Fproblemsolving-kes 3. Azwar, Azrul. Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi Ketiga. 1996. Jakarta 4. Reinke, William A. Perencanaan Kesehatan Untuk Meningkatkan Efektifitas Manajemen. 1994. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press 5. DUTTWEILER, Michael W. 2004. Priority Setting Resources Selected Background Information and Techniques. Cornell Cooperative Extension, Cornell University, New York. URL http://staff.cce.cornell.edu/administration/program/documents/priority_setti ng_tools.pdf 6. Notoatmodjo, Soekidjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cetakan ke-2. 2003. Jakarta : Rineka Cipta. 7. Maidin. 1998. Perencanaan dan Evaluasi Kesehatan. Jakarta: Aksara 8. Vilnius, D. A Priority Rating System for Public Health Programs. September-October 1990, Vol. 105 No. 5

60

You might also like