You are on page 1of 5

Fungsi Kata de dalam Bahasa Jawa Kuno oleh Arie Toursino Hadi, 096655130 Judul: The Old Javanese

Word de Pengarang: A.K. Oglobin, University of St. Petersburg, Rusia Publikasi: Society and Culture of Southeast Asia Continuities and Changes, International Academy of Indian Culture and Aditya Prakashan, New Delhi, 2000, 179190. Dalam Kamus Jawa Kuno yang diterbitkan Zoetmulder (1982), kata de mempunyai pengertian: (1) aksi, perbuatan (dalam melakukan aksi), kondisi, penyebab, alasan, (2) oleh (melalui perantara), (3) dalam hubungan dengan, dengan hormat kepada, ke arah. Arti kata 'de' ini dirujuk oleh Zoetmulder dari kitab diparwa. Berangkat dari pengertian Zoetmulder, Oglobin (2000) mencoba untuk mendeskripsikan fungsi kata 'de' dari beberapa teks Jawa Kuno hingga masa post-Majapahit. Oglobin mengungkapkan bahwa fungsi kata ini ada 3 (tiga), yaitu (1) kata 'kerja' atau 'sebab' yang utuh, (2) kata depan yang bersifat kebendaan, dan (3) pembendaan pelengkap guna mendukung pembentukan predikat. Dalam uraian berikut akan dijelaskan fungsi dari kata 'de' yang telah disebutkan oleh Oglobin tersebut. 'De' Sebagai Kata 'Kerja' atau 'Sebab' Dalam konteks kalimat llitya ri de (terj: gerakan yang indah), kata 'de' mempunyai pengertian 'aksi' atau 'cara beraksi'. Ini artinya kata ini secara utuh diartikan sebagai kata 'kerja' yang tidak ditambahkan pengertian yang lain. Sementara dalam konteks kalimat deyani sora sa mailala drabya haji tan kumnna ramamrati (terj: kewajiban setiap anak buah pemungut pajak adalah tidak boleh bertemu dengan rama-s Amrati), kata ini mendapat akhiran -a, sehingga pengertiannya berubah menjadi kata kerja berarealis.1 Kata 'deya' juga dapat diartikan sebagai 'pengaruh' atau 'sebab', seperti yang diungkapkan dalam konteks kalimat deyanta t pti ya (terj: ia bisa saja mati olehmu). Pengertian lain dari kata ini adalah 'penyebab, dorongan' yang dalam sebuah kalimat menunjukkan 'tindakan', 'pekerjaan', 'hal yang dilakukan' yang dikenal dalam banyak bahasa serumpun maupun tidak
1 Menurut Wojowasito (1982), arealis mempunyai pengertian yang luas, yaitu menyatakan segala kejadian yang belum, akan, tidak akan, mungkin, seandainya, dan sebagainya terjadi. Jadi dapat diterjemahkan dengan bermacam-macam jalan, menurut hubungan kalimat,....

serumpun (dalam bahasa Jawa Modern 'gawe', Melayu/Indonesia 'membuat', Belanda 'doen', Inggris 'make', Prancis 'faire'). Kadang kala kata ini dapat diterjemahkan menjadi 'tujuan', namun pengertian 'sebab' juga masih dapat digunakan dengan konteksnya, denira ya ta humurip sira (terj: tujuannyadalam mencari perlindungandemi kelangsungan hidupnya). Pengertian 'sebab' juga dapat dipersempit dari kata bentukkan (derivative) 'ade' atau 'ande' (penyebab; pendorong), yatikde larrrsi manahni hulun (terj: hal ini disebabkan oleh anak panas, menyusahkan hatiku). 'De' sebagai kata depan (preposisi) Mungkin yang paling sering dijumpai dalam teks adalah fungsi 'de' sebagai kata depan, sebagai pengantar perantara kalimat pasif, tinakwanan ta sa brhmana tamuy de Mahrja Duwanta (terj: Ditanyai sang tamuyang seorang brahmanaoleh Maharaja Duwanta). Zoetmulder menyebutkan kata ini sebagai pelengkap dan cukup memberikan tambahan terjemahan, di lain pihak, dalam terjemahan harfiah: 'meminta (dan telah) melakukan pekerjaan dari....' Tentu saja, fungsi preposisi ini dapat juga menghilangkan arti 'aksi, sebab', yang lazim dijumpai dalam tatanan tata bahasa. Dalam fungsi ini, 'de' dapat disamakan dengan makna yang lain:
(a) preposisi 'i-', sering kali digabungkan dengan partikel '-' sehingga menjadi 'i'. Secara

konvensional '-' dapat didefinisikan sebagai artikel tertentu. Uhlenbeck (1986) mengkualifikasikan morfem ini sebagai clitic. Contoh: 'pinaan i apuy' (terj: dilahap oleh api).
(b) atributif morfem '-ni', juga sering atau kadang-kadang dengan tambahan '-'. Tampaknya

varian '-ni' berbeda dengan '-' yang ditemukan sebelum kata, di mana '-ni' dimungkinkan diikuti dengan sebuah kata. Kehilangan [n] setelah berproses dengan kata yang berakhiran [n], kata sifat (attributive) clitic ini bersesuaian dengan kemunculan preposisi + artikel 'i-'. Contoh: pinipilni bhujaga ta ya' (terj: ia diasuh oleh bujangga).
(c) hubungan post-posisi dengan kata tidak ada yang harus disambung. Peraturan ini berlaku

untuk penyebutan nama mulia dan personalitas seperti 'sa', 'hya', dsb. tanpa didahului

penambahan 'ni-'. Contoh: yk kinon hya Indra (terj: mereka diperintah oleh Hyang Indra). Di samping itu, jika perantara (agent) adalah kata ganti (pronominal), clitic yang sering dijumpai sebagai kata ganti orang yang berhubungan langsung dengan kata pasif: '-ku', '-mami' untuk kata ganti orang pertama; '-mu' (mungkin juga '-nyu') untuk kata ganti orang kedua; '-nta' untuk kata ganti milik orang pertama dan kedua; dan '-nya', '-nira' untuk kata ganti orang ketiga. Contoh: sinagihku kita kabaih (terj: kalian dilibatkan olehku). Fungsi lain dari '-ni()' adalah mengikutsertakan pelengkap pada kata utama. Hubungan posesive dan agentive bahasa Jawa Kuno dalam berbagai bahasa serumpun, khususnya di daerah Philipina (juga dalam bahasa Melayu/Indonesia '-nya' sebagai perantara orang ketiga), mengekspresikan bentuk yang sama. Kata ganti enclitic bergabung dengan kata depan 'de' seperti halnya yang digunakan dalam kata pasif dan kata benda. Secara sintaksis enclitic ini actant dengan 'de' sama halnya denga kata kerja, di mana dengan kata benda mereka menjadi pelengkap. Contoh: ko mtya deku athaw aku mtya demu (terj: kau akan mati ditanganku atau aku mati ditanganmu). Agen kata benda juga dapat diperlihatkan dengan mengkombinasikan 'de' dengan '-i' atau '-ni'. Contoh: inamr dening watk dewata (terj: dilindungi dewa). Kenyataannya, beberapa preposisi de diperlakukan seperti kata benda, sifat-sifat ini tidak sejalan dengan kebiasaan preposisi yang lain, seperti i(di dalam, di tempat, di atas), 'ri' (di atas, kepada, tentangperkenalan objek), 'saka, ri' (dari, keluar), 'saka' (dari, keluar dari, lalu), 'lawan' (dengan). Kata 'de' dan kata sandingan 'de-ni' mungkin juga memperkenalkan sebuah klausa yang terdiri dari subjek dan predikat. Fungsi yang berhubung dengan kata penghubung preposisi tidak lazim dalam bahasa Indonesia barat. Dalam bahasa Indonesia kata 'karena' mungkin memperkenalkan kedua kata benda sebagai preposisi dan sebagai konjungsi. Preposisional lain yang artinya 'ke, menuju, dalam kaitannya dengan' muncul antara kata benda ketika seorang sosial atau hubungan keluarga yang dimaksud. 'De' sebagai kata benda 'De' dalam fungsi ini, disebut 'tambahan kata benda'. Sebuah frase yang diawali dengan 'de' secara normal minimum terdiri dari tiga komponen: 'de' + kata ganti orang (dalam posisi

posesif) + kata kerja (atau kata sifat yang dapat dikategorikan dengan verba intransitif). Seluruh frase mungkin memiliki berbagai peran sintaksis kata benda. Kadang-kadang juga sebuah kata benda atau kelompok preposisional menempati tempat verba. Dalam hal ini seperti kata atau kelompok memberikan fitur atau karakteristik dari sesuatu yang telah disebutkan di atas.

Irealis dalam Bahasa Jawa Kuno oleh Arie Toursino Hadi, 096655130 Judul: Irrealis in Old Javanesee Pengarang: A.K. Oglobin, University of St. Petersburg, Rusia Publikasi: Seminar Internasional Jawa Kuno, Program Studi Jawa FIB-UI, Depok, 2005, 116 Irealis dalam bahasa Jawa Kuno (JK) adalah bentuk kata yang menyatakan makna tidak faktual, seperti makna situasi yang akan terjadi, niat, pengharapan, penanda, dsb. Seperti diketahui, irealis JK dapat diterapkan bukan saja pada verba, tetapi juga pada nomina, pronomina, dan berbagai kata tugas. Dalam tata bentuk verba, irealis dapat dibagi lmenjadi verba transitif (kata dasar atau yang berimbuhan [a] -i, [b] paha-, paka-, pi-, dsb, [3] atau kata dasar yang biasanya menghendaki pelaku 2), verba intransitif (yang dihasilkan dengan bantuan imbuhan), prefiks dua bentuk aktif, nomina verbal, dan konstruksi pasif. Irealis mempunyai beberapa makna, antara lain (1) makna independen--> hanya mengungkapkan sikap sang penutur (makna kala mendatang, makna permintaan/dorongan secara halus, makna suruhan atau petunjuk, dan makna syarat) dan (2) makna dependen--> mengungkapkan sikap penutur dan yang dituturkan (makna kala mendatang, makna keinginan/niat, makna maksud/tujuan, makna situasi yang disuruh, makna kemungkinan, makna prasangkaan, makna persyaratan, makna bersyarat konsesif, makna penilaian)

You might also like