Professional Documents
Culture Documents
konstruksi wacana berita, karena ketika seorang individu media menseleksi berita, pada
saat itu ia pun membentuk berita itu sendiri. Konstruksionis melihat informasi mengalir
sepanjang saluran tertentu yang terdiri atas “pintu-pintu gerbang”, pada setiap pintu
gerbang inilah setiap keputusan harus diambil oleh para gatekeeper, informasi apa dan
(wartawan) memilih dan menentukan nara sumber dan melaporkan peristiwa dalam
berita. Kedua, ketika editor memparafrasekan atau membentuk wacana berita. Ketiga,
ketika para pemimpin redaksi menentukan berita mana yang dianggap layak atau tidak
dimuat. Pada tahap inilah proses dominan pembingkaian terjadi, di sini antara wartawan
dan redaksi dengan sengaja bersama-sama melakukan pembentukan wacana lewat seleksi
tersebut.
Mengenai sikap redaksi yang biasanya terlihat melalui rubrik Editorial atau Tajuk
Rencana adalah sikap dari redaksi media terkait terhadap suatu kasus atau wacana yang
sedang berkembang di dalam masyarakat. Dalam hal demikian sikap sebuah harian tidak
Gigih Sari Alam 2
Web : www.indohotnews.com , www.gigihsarialam.blogspot.com
Email : gigih.sa@gmail.com
hanya terlihat dari Tajuk Rencana atau Editorial tetapi dengan metode framing yang ketat
pemberitaan yang dilakukan oleh wartawan dan lay-out juga dapat terlihat.
Tajuk Rencana merupakan satu saluran bagi surat kabar untuk berusaha
pada suatu rentang historis tertentu. Dengan kata lain wacana dapat disimpulkan sebagai
kumpulan pernyataan pada suatu rentang historis tertentu yang siap dipakai sebagai
============================================
Catatan
Tajuk rencana merupakan sikap, pandangan atau pendapat penerbit terhadap masalah masalah yang sedang
hangat dibicarakan masyarakat. Menulis tajuk memerlukan situasi dan kondisi tertentu yang sangat
dipengaruhi oleh peristiwa atau kejadian dalam pemberitaan sehari-hari. Tajuk tidak bisa mengupas
kejadian yang sudah lama berlangsung. Tajuk juga menggambarkan falsafah dan pandangan hidup dari
penerbitnya. Sikap ini bisa eksplisit atau implisit. Menurut Lyle Spencer dalam bukunya"Editorial Writing"
yang dikutip oleh Dja'far Assegaf dalam bukunya Jurnalistik Masa Kini, Tajuk rencana merupakan
pernyataan mengenai fakta dan opini secara singkat, logis, menarik ditinjau dari segi penulisan dan
bertujuan untuk mempengaruhi pendapat atau memberikan interpretasi terhadap suatu berita yang menonjol
sebegitu rupa sehingga bagi kebanyakan pembaca surat kabar akan meyimak pentingnya arti berita yang
ditajukan tadi.
Terdapat lima model atau sifat utama dari tajuk rencana. Pertama, model editorial, yang menunjukan gejala
pendek namun padat, menurut penelitian menunjukan bahwa tajuk rencana yang panjang lebar tidak sering
dibaca orang. Umumnya pembaca surat-kabar tidak ingin matanya melekat untuk suatu uraian yang
demikian panjang, untuk hanya membahas satu objek saja. Kedua, adalah penulisan yang menempatkan
tajuk rencana sebagai pendukung suatu berita. Penulisan semacam ini mudah saja menghubungkan tajuk
rencana dengan suatu berita dalam bentuk tertentu. Biasanya penulisan ini merupakan komentar dari suatu
pemberitaan yang dilihat dari salah satu aspek atau salah satu segi. Ketiga, adalah melimpahkan gagasan
yang dapat mempercepat pengertian dikalangan masyarakat tentang sesuatu. Penulisnya berusaha sekuat
tenaga dengan menggunakan gaya bahasa yang dikuasainya dengan cara ini para pembaca akan mudah
menangkap dengan jelas apa yang dimaksudkan, apa yang disetujui dan apa pula yang tidak disetujui.
Tatacara yang langsung ini dinamakan "Declarative approach" atau " Pengumuman Gagasan Pendekatan"
yang justeru merupakan tata-cara yang paling banyak digunakan surat kabar. Keempat, tajuk rencana yang
Gigih Sari Alam 3
Web : www.indohotnews.com , www.gigihsarialam.blogspot.com
Email : gigih.sa@gmail.com
tampak dari ciri-cirinya yang khusus ialah "bantahan" yang dimaksudkan untuk menyanggah suatu
pandangan atau menjawab suatu pandangan yang dittuangkan dalam bentuk tajuk rencana. Kelima, adalah
bahwa setiap tajuk rencana selalu diakhiri dengan suatu kesimpulan yang tegas dan mantap.
Literatur
Dan Nimmo, Political Communication and Public Opinion and America, diterjemahkan oleh Tjun
Surjaman, Komunikasi Politik Komunikator, Pesan, dan Media, Penerbit: Remaja Rosdakarya, Bandung,
1999.
Dennis Mc. Quail, Mass Communication Theory, diterjemahkan oleh Agus Dharma dan Aminuddin Ram,
Teori Komunikasi, Suatu Pengantar, Penerbit: Erlangga, 1996, Jakarta.
Floyd G. Arpan, Prof. DR., Wartawan Pembina Masyarakat: Suatu Pedoman Kerja Wartawan
Berlandaskan Teori Tanggung Jawab, disusun kembali oleh; Drs. S. Rochady, Penerbit Bina Cipta, cetakan
kedua 1988.
Harsono Suwardi, Peran Pers dalam Politik Indonesia, Pustaka Sinar Harapan, 1993, Jakarta.
Krisna Sen dan David T. Hill, Media, Budaya dan Politik di Indonesia, Penerbit: ISAI, Jakarta, 2001.
Muhammad Qadari, “Membandingkan Tajuk Rencana tahun 1965”, dalam Pantau, Edisi 10, 2001.
Michael Foucault, History of Sexuality Vol 1: “The Will of Knowledge “(London: Penguin Books, 1990)
hal. 18, dalam Donny Gahral Adian, “Menabur Kuasa menuai Wacana”, Basis, hal. 44, No: 01-02, Tahun
ke-51, Januari-Februari 2002.
Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers, Penerbit: PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000.