You are on page 1of 22

TINJAUAN PUSTAKA

1. PANEN Panen merupakan suatu kegiatan pemungutan hasil pertanian yang telah cukup umur dan sudah saatnya untuk dipetik hasilnya.Produk hortikultura setelah panen tidak bisa dinaikan, hanya bisa dipertahankan. Pada saat panen kwalitas harus maksimal, dengan penanganann yang baik dapat dipertahankan untuk waktu yang lama. Indicator yang dapat digunakan untuk penentuan waktu panen yang tepat menurut Purwadaria (1989) antara lain sebagai berikut : 1) Indicator fisik Indikator fisik sering digunakan khususnya pad beberapa komuditas buah. Indikatornya adalah: a) Buah mudah tidaknya dilepaskan dari tangkainya, uji kesegaran buah dengan menggunkaan onenetrometer. b) Uji kesegaran buah lebih objektif, karena dapat dikuantitatifkan. 2) Indicator visual Paling banyak dipergunakan baik pada komoditas bauh ataupun komoditas sayur. Indikatornya yaitu: i) Berdasarkan warna kulit,ukuran dan bentuk. ii) Berdasarkan karakteristik permukaan dan bagian tanaman yang mengering. Sifatnya sangat subjektif, keterbatasan dari indra penglihatan manusia. Sering salah pemenenan dialakukan terlalu muda/awal/atau terlalu tua/ lewat panen. 3) Analisis kimia Terbatas pada perusahan besar, lebih banyak pada komoditas buah. Indikatornya adalah: i) Jumlah kandungan zat padat terlarut. ii) Jumlah kandungan asam iii) Jumlah kandungan parti, iv) Jumlah kandungan gula Metode analisis kimia lebih objektif dari visual karena terukur.Dasarnya: terjadinya perubahan biokimia selama proses pemasakan buah. Perubahan yang sering terjadi adalah: a. Pati menjadi gula, b. Menurunnya kadar asam,

c. Meningkanya zat padat terlarut. 4) Indikator fisiologis Indikator utamanya adalah: a) Laju respirasi b) Jumlah konsentrasi dan konsentrasi etilen. Indikator fisiologis sangat baik diterapkan pada komoditas yang bersifat klimaterik.Saat komoditas tercapai masak fisiologis respirainya mencapai

klimaterik.Apabila laju respirasi suatu komoditas sudah mencapai klimaterik, siap dipanen. 5) Komputasi Indeksnya adalah: i. Jumlah dari rata-rata harian selama satu siklus hidup tanaman mulai dari penanaman sampai masak fisiologis. ii. Unit panas setiap tanaman. Dasarnya adalah adanya korelasi positif antara suhu lingkungan denagn pertumbuhan tanaman.Dapat diterapkan baik pada komoditas buah maupun sayur. Setelah diketahui bahwa produk hortikultura sudah cukup tua untuk dipanen, panen dapat segera dilakukan dan produk harus dikumpulkan di lahan secepat mungkin. Panen harus dilakukan secepat mungkin, dengan kerusakan produk sekecil mungkin, dan biaya semurah mungkin. Umumnya panen masih dilakukan secara manual menggunakan tangan dan peralatan-peralatan sederhana. Meskipun memerlukan banyak tenaga kerja, panen secara manual masih lebih akurat, pemilihan sasaran panen juga dapat lebih baik dilakukan, kerusakan fisik yang berlebihan dapat dihindari, dan membutuhkan biaya yang lebih kecil dibandingkan dengan panen menggunakan peralatan mekanis (Suparlan, 1990) Cara panen yang umum dilakukan adalah sebagai berikut: a) Dengan cara ditarik: apokat, kacang polong, tomat b) Dengan cara dipuntir: jeruk, melon c) Dengan cara dibengkokkan: nenas d) Dengan cara dipotong: buah dan sayuran pada umunya, dan bunga potong e) Dengan cara digali dan dipotong: umbi, dan sayuran akar f) Dengan menggunakan galah: buah pada di pohon yang tinggi secara umum Beberapa bagian yang Dipanen menurut Dhalimi(1990) antara lain : a) Biji.

Panen tidak bisa dilakukan secara serentak karena perbedaan waktu pematangan dari buah atau polong yang berbeda. Pemanenan biji di-lakukan pada saat biji telah masak fisiologis. Fase ini ditandai dengan sudah maksimalnya pertumbuhan buah atau polong dan biji yang di dalamnya telah terbentuk dengan sempurna. Kulit buah atau polong mengalami perubahan warna misalnya kulit polong yang semula warna hijau kini berubah menjadi agak kekuningan dan mulai mengering. Pemanenan biji pada tanaman se-musim yang sifatnya determinate dilakukan secara serentak pada suatu luasan tertentu. Pemanenan dilaku-kan setelah 60% kulit polong atau kulit biji sudah mulai mongering. Hal ini berbeda dengan tanaman se-musim indeterminate dan tahunan, yang umumnya dipanen secara ber-kala berdasarkan pemasakan dari biji/polong. b) Buah Buah harus dipanen setelah masak fisiologis dengan cara me-metik. Pemanenan sebelum masak fisiologis akan menghasilkan buah dengan kualitas yang rendah dan kuantitasnya berkurang. Buah yang dipanen pada saat masih muda, seperti buah mengkudu, jeruk nipis, jambu biji dan buah ceplukan akan memiliki rasa yang tidak enak dan aromanya kurang sedap. Begitu pula halnya dengan pemanenan yang terlambat akan menyebabkan pe-nurunan kualitas karena akan terjadi perombakan bahan aktif yang ter-dapat di dalamnya menjadi zat lain. Selain itu tekstur buah menjadi lembek dan buah menjadi lebih cepat busuk. c) Daun Pemanenan daun dilakukan pada saat tanaman telah tumbuh maksimal dan sudah memasuki periode matang fisiologis dan dilakukan dengan memangkas tanaman. Pemangkasan dilakukan dengan menggunakan pisau yang bersih atau gunting stek. Pemanenan yang terlalu cepat menyebabkan hasil produksi yang diperoleh rendah dan kandungan bahan bahan aktifnya juga rendah, seperti tanaman jati belanda dapat dipanen pada umur 1 - 1,5 tahun, jambu biji pada umur 6 - 7 bulan, cincau 3 - 4 bulan dan lidah buaya pada umur 12 - 18 bulan setelah tanam. Demikian juga dengan pemanenan yang terlambat menyebab-kan daun mengalami penuaan (se-nescence) sehingga mutunya rendah karena bahan aktifnya sudah ter-degradasi. Pada beberapa tanaman pemanenan yang terlambat akan mempersulit proses panen. d) Rimpang Untuk jenis rimpang waktu pe-manenan bervariasi tergantung penggunaan. Tetapi pada umumnya pe-manenan dilakukan pada saat tanaman berumur 8 - 10 bulan.

Seperti rimpang jahe, untuk kebutuhan eks-por dalam bentuk segar jahe dipanen pada umur 8 - 9 bulan setelah tanam, sedangkan untuk bibit 10 - 12 bulan. Selanjutnya untuk keperluan pem-buatan jahe asinan, jahe awetan dan permen dipanen pada umur 4 - 6 bulan karena pada umur tersebut serat dan pati belum terlalu tinggi. Sebagai bahan obat, rimpang di-panen setelah tua yaitu umur 9 - 12 bulan setelah tanam. Untuk temu-lawak pemanenan rimpang dilaku-kan setelah tanaman berumur 10 - 12 bulan. Temulawak yang dipanen pada umur tersebut menghasilkan kadar minyak atsiri dan kurkumin yang tinggi. Penanaman rimpang dilakukan pada saat awal musim hujan dan dipanen pada pertengahan musim kemarau. Saat panen yang tepat ditandai dengan mulai menge-ringnya bagian tanaman yang berada di atas permukaan tanah (daun dan batang semu), misalnya kunyit, temulawak, jahe, dan kencur. e) Bunga Bunga digunakan dalam industri farmasi dan kosmetik dalam bentuk segar maupun kering. Bunga yang digunakan dalam bentuk segar, pemanenan dilakukan pada saat bunga kuncup atau setelah pertumbuhannya maksimal. Berbeda dengan bunga yang digunakan dalam bentuk kering, pemanenan dilakukan pada saat bunga sedang mekar. Seperti bunga piretrum, bunga yang dipanen dalam keadaan masih kuncup menghasilkan kadar piretrin yang lebih tinggi dibandingkan dengan bunga yang sudah mekar. f) Kayu. Pemanenan kayu dilakukan setelah pada kayu terbentuk senyawa metabolit sekunder secara maksimal. Umur panen tanaman berbeda-beda tergantung jenis tanaman dan ke-cepatan pembentukan metabolit sekundernya. Tanaman secang baru dapat dipanen setelah berumur 4 sampai 5 tahun, karena apabila dipanen terlalu muda kandungan zat aktifnya seperti tanin dan sappan masih relatif sedikit.

Disamping cara panen, waktu panen juga mempengaruhi kualitas produk hortikultura yang dihasilkan. Umumnya panen dilakukan pagi hari ketika matahari baru saja terbit karena hari sudah cukup terang tetapi suhu lingkungan masih cukup rendah sehingga dapat mengurangi kerusakan akibat respirasi produk dan juga meningkatkan efisiensi pemanenan. Beberapa jenis produk hortikultura lebih baik dipanen agak siang agar embun yang menempel pada produk telah mengering, atau sekalian sore hari bila suhu lingkungan juga menjadi pertimbangan penting. Hal ini dapat mengurangi luka bakar akibat getah yang

mengering pada buah-buah yang mengeluarkan getah dari tangkainya seperti mangga, atau mengerluarkan minyak seperti jeruk, dan mengurangi kerusakan mekanis (sobek) pada sayuran daun (Winarno, 2001)

2. PASCA PANEN Dalam bidang pertanian istilah pasca panen diartikan sebagai berbagai tindakan atau perlakuan yang diberikan pada hasil pertanian setelah panen sampai komoditas berada di tangan konsumen. Istilah tersebut secara keilmuan lebih tepat disebut Pasca produksi (Postproduction) yang dapat dibagi dalam dua bagian atau tahapan, yaitu pasca panen (postharvest) dan pengolahan (processing). Penanganan pasca panen (postharvest) sering disebut juga sebagai pengolahan primer (primary processing) merupakan istilah yang digunakan untuk semua perlakuan dari mulai panen sampai komoditas dapat dikonsumsi segar atau untuk persiapan pengolahan berikutnya (Winarno, 2001). Umumnya perlakuan tersebut tidak mengubah bentuk penampilan atau penampakan, kedalamnya termasuk berbagai aspek dari pemasaran dan distribusi. Pengolahan (secondary processing) merupakan tindakan yang mengubah hasil tanaman ke kondisi lain atau bentuk lain dengan tujuan dapat tahan lebih lama (pengawetan), mencegah perubahan yang tidak dikehendaki atau untuk penggunaan lain. Ke dalamnya termasuk pengolahan pangan dan pengolahan industri.Gambaran umum karakteristik komoditas hortikultura bersifat

volumunios (membutuhkan tempat yang besar) dan perishable (mudah rusak) sehingga dibutuhkan penanganan pasca panen yang cepat dan tepat. Hal utama yang timbul akibat penanganan yang kurang tepat dan cepat tersebut adalah tingginya kehilangan atau kerusakan hasil (Dhalimi,1990). Hal ini disebabkan antara lain penanganan pasca panen produk hortikultura yang masih dilakukan secara tradisional atau konvensional dibandingkan kegiatan pra panen. Terlihat bahwa masih rendahnya penerapan teknologi, sarana panen/pasca panen yang terbatas, akses informasi dalam penerapan teknologi dan sarana pasca panen juga terbatas sehingga menjadi kendala dalam peningkatan kemampuan dan pengetahuan petani/pelaku usaha (Anonim, 1993). Pasca panen merupakan kelanjutan dari proses panen terhadap tanaman budidaya atau hasil dari penambangan alam yang fungsinya antara lain untuk membuat bahan hasil panen tidak mudah rusak dan memiliki kualitas yang baik serta mudah disimpan untuk diproses selanjutnya

Penanganan pasca panen hortikultura secara umum bertujuan untuk memperpanjang kesegaran dan menekan tingkat kehilangan hasil yang dilaksanakan melalui pemanfaatan sarana dan teknologi yang baik. Oleh karena itu, untuk mengurangi dampak teknologis, ekologis dan ekonomis diperlukan road map (peta perjalanan) penanganan pasca panen hortikultura sebagai landasan dalam penyusunan program kegiatan, rencana aksi serta kebijakan (Dhalimi,1990). Tahapan Penanganan Pasca Panen : 1. Pemanenan : Pemungutan hasil pertanian yang teah cukup umur 2. Pengumpulan : Mengumpulkan hasil panen untuk mempermudah penyortiran. 3. Sortasi : Pemisahan hasil panen yang baik dan jelek. 4. Pencucian :Mencuci Produk hasil sortasi dari kotoran 5. Grading: Untuk mendapatan sayuran yang baik dan seragan dalam suatu kelas yang sesuai dengan standard yang telah ditetapkan atau sesuai dengan permintaan konsumen. 6. Pengemasan : Untuk mengurangi terjadinya kerusakan karena benturan sesama produk selama penyimpanan. 7. Penyimpanan dan pendinginan : Menekan enzim respirasi agar aktivitasnya serendah mungkin sehingga laju respirasinya kecil dan produk terjaga kesegaranya. 8. Transportasi:Mendistribusikan hasil pertanian yang telah melewati tahap-tahap pascapanen. sama

Teknologi pasca panen adalah cara, metode atau teknik yang digunakan dalam menangani hasil hortikultura yang telah dipanen agar kerusakan pasca panen menurun, masa simpan dalam keadaan segar menjadi lebih lama, mutu lebih baik, penampilan dalam keadaan segar lebih menarik, dan penanganan oleh konsumen lebih mudah.

Penurunan Kerusakan Pasca Panen dan Perpanjangan Masa Simpan Pada saat panen dan pasca panen, hasil hortikultura dapat mengalami kerusakan fisik misalnya karena tergores, sobek, memar, benturan dan jatuh. Kerusakan fisiologis juga akan terjadi karena reaksi biokimia di dalam sel dan jaringan sehingga terjadi perubahan-perubahan pada warna, tekstur, dan rasa. Berat bahan dapat berkurang karena penguapan air dari bahan. Mikroorganisme dan serangga yang terbawa pada saat panen, atau mengkontaminasi bahan setelah panen dapat menyebabkan kerusakan. Kerusakan-kerusakan tersebut dapat dikurangi dan ditunda dengan menerapkan cara penanganan yang baik pada saat panen dan pasca panen. Memberi perlakuan dan perlindungan tertentu pada hasil hortikultura adalah salah satu contoh penanganan yang baik, misalnya memberi bahan yang dapat mengurangi energi benturan, membuang bagian-bagian yang

rusak, membersihkan dan mencuci bahan dengan air yang telah diberi desinfektan, dan menyimpan bahan pada suhu rendah.

Peningkatan Penampilan dan Kemudahan Penanganan oleh Konsumen Hasil hortikultura yang telah dipanen, sering tampak kotor karena terdapat bagian-bagian yang rusak, atau terkontaminasi kotoran. Penyiangan bagian-bagian yang rusak, pembersihan dan pencuciaan dapat meningkatkan penampilan hasil hortikultura sehingga tampak lebih menarik. Perlakuan tersebut juga memudahkan konsumen dalam menangani bahan karena mereka tidak perlu lagi melakukan penyiangan dan pembersihan bahan ketika melakukan pengolahan.

Perubahan pada Masa Pasca Panen Proses metabolisme yang ditandai dengan adanya respirasi akan mendorong terjadinya perubahan fisiologis, fisik dan kimia pada bahan. Senyawa-senyawa di dalam bahan dapat berubah jenis dan jumlahnya seiring dengan proses metabolisme. Perubahan itu pada akhirnya menuju kepada kerusakan pada bahan. 1. Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Masa Pasca Panen Berbagai faktor internal dan eksternal dapat berpengaruh terhadap hasil hortikultura pada masa pasca panen. Faktor internal adalah proses metabolisme yang terjadi pada sel dan jaringan bahan. Sedangkan faktor eksternal adalah lingkungan biotik seperti serangga, tikus dan mikroba, serta lingkungan abiotik seperti suhu, kelembaban dan komposisi gas pada udara ruang penyimpanan. Faktor abiotik seperti kondisi udara di ruang penyimpanan dapat mempengaruhi proses metabolisme. Misalnya pada suhu yang lebih tinggi, laju metabolisme akan lebih tinggi pula. Faktor biotik, seperti serangga dan mikroba akan mengkonsumsi jaringan bahan untuk pertumbuhannya. Populasi mikroba dan serangga pada bahan biasanya seiring dengan peningkatan kerusakan pada bahan. Faktor biotik juga dapat dipengaruhi oleh faktor abiotik, misalnya pada suhu rendah kebanyakan mikroba menjadi turun aktivitasnya. a) Metabolisme pada Sayur dan Buah Cara yang paling mudah untuk mempelajari metabolisme hasil hortikultura adalah dengan mengamati produksi karbondioksida dan gas etilen; perubahan warna dan komposisi bahan; pertambahan ukuran bahan dan perkecambahan. b) Produksi Karbondioksida Pada masa pasca panen, jaringan sayur dan buah masih terus melangsungkan metabolisme, di antaranya adalah respirasi yang memerlukan oksigen dan menghasilkan gas karbondioksida. Respirasi dapat menyebabkan berkurangnya kandungan zat gizi, perubahan flavor dan rasa; dan berkurangnya berat bahan.

Berdasarkan laju produksi karbondioksida, beberapa jenis sayur dan buah dapat dikelompokkan seperti Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Pengelompokan hasil hortikultura berdasarkan laju produksi karbondioksida Kelompok Respirasi Laju pada Produksi 5oC CO2 Komoditi

(mg.kg-

1.jam-1) Sangat rendah <5 Kurma, sayur dan buah kering, kacang Rendah 5-10 Seledri, jeruk, bawang putih,

bawang merah, pepaya, nenas, kentang, ubijalar, semangka Sedang 10-20 Pisang, kubis, wortel (tanpa daun), ketimun, tomat, mangga Tinggi 20-40 Alpokat, wortel (tanpa daun),

Kembang kol, bawang daun, selada Sangat tinggi Sangat tinggi sekali 40-60 >60 Brokoli, bunga potong Jamur, bayam, jagung manis

Produksi Etilen Etilen adalah sejenis hormon bagi tanaman yang mempengaruhi proses metabolisme tanaman. Senyawa ini diproduksi oleh jaringan tanaman. Pada buah tertentu, jumlah gas etilen yang diproduksi meningkat tajam pada saat pematangan. Buah seperti ini digolongkan sebagai buah klimaterik. Buah yang produksi etilennya tidak menunjukan peningkatan yang besar pada saat pematangan digolongkan sebagai buah non klimaterik. Proses metabolisme dapat menyebabkan perubahan pada warna sayur dan buah sebagai berikut: Kerusakan khlorofil. Kerusakan khlorofil menyebabkan bahan kehilangan warna hijau yang dikehendaki pada buah dan tidak dikehendaki pada sayur. Pembentukan karotenoid. Pembentukan karotenoid ditandai dengan munculnya warna kuning dan orange yang seringkali dikehendaki seperti pada pisang, jeruk, pepaya, markisa, nenas dan tomat. Pembentukan antosianin. Pembentukan antosianin ditandai dengan munculnya warna merah dan biru seperti yang terjadi pada terung pirus, dan apel. Perubahan antosianin dan senyawa fenolik. Perubahan ini menyebabkan terjadinya pencoklatan pada sayur dan buah.

Perubahan Komposisi

Komposisi kimia bahan juga berubah pada masa pasca panen, seperti pati berubah menjadi gula atau sebaliknya, kerusakan pektin dan asam organikPertumbuhan dan Perkecambahan. Berbagai hasil hortikultura tetap menunjukkan pertumbuhan atau bertunas pada masa pasca panen. Kentang, bawang merah, bawang putih dan komoditi umbi lainnya dapat bertunas dan akhirnya membusuk. Beberapa sayur seperti asparagus, bayam, dan kangkung dapat terus tumbuh sehingga bentuknya berubah, menjadi lebih alot dan rasa kurang enak. Bunga potong, misalnya gladiol yang diletakkan secara horizontal menunjukkan gejala geotropik sehingga tampak bengkok.

Pengaruh Lingkungan Suhu, kelembaban, komposisi gas, dan kandungan etilen pada ruang penyimpanan, serta cahaya dapat berpengaruh terhadap komoditi hortikultura yang sedang disimpan. Bahan-bahan kimia tertentu juga dapat ditambahkan untuk memperpanjang masa simpan atau meningkatkan ketahanan terhadap serangga dan mikroba.

Suhu Untuk mendapatkan masa simpan yang relatif panjang, komoditi hortikultura harus disimpan pada suhu optimum tertentu. Jika penyimpanan tidak dilakukan pada suhu optimum, maka berbagai kerusakan dapat terjadi. Penyimpanan di atas suhu optimum, akan mempercepat kerusakan bahan. C di atas suhu optimum,Biasanya, setiap kenaikan 10 maka kerusakan terjadi dua kali lebih cepat. Kerusakan tersebut dapat berupa kerusakan fisiologis dan kerusakan patologi.

Kelembaban Laju transpirasi tergantung kepada kelembaban relatif udara pada ruang penyimpanan bahan. Pada ruang dengan kelembaban relatif yang rendah, laju transpirasi akan tinggi sehingga bahan akan kehilangan berat dengan cepat. Sedangkan pada ruang dengan kelembaban relatif yang tinggi, kerusakan patologis oleh mikroba dapat berlangsung lebih cepat.

Komposisi Udara Komposisi oksigen dan karbondioksida udara pada ruang penyimpanan dapat mempengaruhi laju kerusakan pada bahan. Walaupun pengaruh komposisi udara berbeda terhadap jenis komoditi yang berbeda, pada umumnya laju metabolisme dan kerusakan patologis dapat dikurangi dengan menyimpan bahan pada ruang dengan kadar karbondioksida yang lebih tinggi dan oksigen yang lebih rendah.

Etilen

Etilen dapat memberikan pengaruh yang diharapkan atau yang tidak diharapkan. Pemberian etilen dapat mempercepat pematangan buah dengan warna yang lebih seragam. Sebaliknya, pemberian etilen yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan fisiologis pada buah dan sayur.

Cahaya Cahaya pada intensitas tertentu atau cahaya matahari langsung dapat menyebabkan kulit kentang menjadi hijau karena terbentuknya khlorofil; dan juga beracun karena terbentuknya solanin. Sayursayuran yang dipanen bersama akarnya akan menunjukkan gejala liototropik dimana bagian tanaman membengkok ke arah cahaya.

Kerusakan Pasca Panen Kerusakan pada masa pasca panen dapat dibagi atas tiga golongan, yaitu kerusakan fisiologis, kerusakan fisik dan kerusakan patologis. Kerusakan fisiologis terjadi jika bahan berada pada suhu penyimpanan yang tidak cocok. 1) Kerusakan Fisiologis Bahan yang disimpan pada suhu terlalu dingin dimana air bahan membeku, maka di dalam jaringan bahan akan terbentuk kristal es yang cukup tajam untuk merusak sel dan jaringan bahan. Kerusakan ini disebut kerusakan beku.

C atauBahan yang disimpan dingin (di atas suhu beku) dan di bawah 5 pada suhu yang tergantung kepada jenis bahan dapat mengalami kerusakan dingin. Kerusakan ini akan berupa perubahan warna, bercak lunak pada permukaan, tidak bisa matang, penyimpangan flavor, dan meningkatnya pertumbuhan kapang yang secara normal tidak terdapat pada bahan. Kerusakan ini akan lebih besar jika suhu penyimpanan turun naik, atau bahan dikeluarmasukkan dari ruang pendingin. Kerusakan panas terjadi jika bahan langsung terkena cahaya matahari yang cukup lama atau suhu relatif tinggi. Kerusakan ini berupa perubahan warna (biasanya warna semakin pucat). 2) Kerusakan Fisik Berbagai kerusakan fisik yang dapat terjadi berupa luka, goresan, memar, retak dan pecah akibat benda tajam, gesekan, dan benturan. Jaringan yang mengalami kerusakan fisik akan mengalami pencoklatan, lebih rentan terhadap serangan mikroba, dan mempercepat laju metabolisme. Kerusakan fisik yang lain adalah berkurangnya berat bahan yang disebabkan oleh transpirasi atau penguapan air yang dapat terjadi selama pasca panen. Perubahan berat juga akan diikuti dengan terjadinya kerut, layu, dan kehilangan kerenyahan. Transpirasi dipengaruhi oleh faktor internal bahan seperti morfologi, luas permukaan, adanya luka dan tingkat kematangan; serta faktor eksternal berupa suhu, kelembaban dan aliran udara dimana bahan disimpan.

3) Kerusakan Patologis Berbagai mikroba dapat menyerang bahan pada masa pasca panen. Serangan ini akan merusak bahan sehingga dapat menyebabkan kerusakan fisiologis dan fisik. Bahan yang masih segar dan sehat mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap serangan mikroba. Semakin lama sejalan dengan peningkatan kematangan, bahan semakin rentan terhadap mikroba. Pada saat bahan berada pada masa senescen, bahan paling rentan dengan serangan mikroba.

4) Teknologi Pasca Panen Teknologi pasca panen mencakup pengumpulan, pemilahan, pembersihan, pencucian, pemeringkatan, dan penyimpanan. Semua kegiatan tersebut bertujuan untuk memperoleh bahan segar yang tampak bersih dan menarik, serta umur simpan yang lebih panjang.

Pengumpulan Setelah panen, biasanya buah dan sayur diangkut dari kebun ke lokasi pengumpulan sebelum dijual ke pedagang pengumpul atau di bawa ke pasar untuk dijual. Proses pengumpulan ini harus memperhatikan jarak dan kondisi jalan ke tempat pengumpulan, wadah atau kemasan, alat angkut dan pekerja yang menangani pengumpulan. Jarak yang relatif jauh dan kondisi jalan yang buruk dapat mempertinggi kerusakan. Demikian juga dengan wadah atau kemasan yang tidak sesuai, misalnya wadah yang kasar untuk buah tomat dapat merusak bahan yang diangkut. Pekerja yang ceroboh dan kurang bertanggungjawab juga dapat mempertinggi kerusakan selama pengangkutan.

Tempat pengumpulan juga merupakan faktor yang perlu diperhatikan. Tempat pengumpulan tidak boleh terkena cahaya matahari langsung, harus terlindung dari hujan dan angin, bersih, dan tidak ada bagian-bagian yang dapat merusak bahan secara fisik (gores dan luka).

Pemilahan Pemilahan dilakukan untuk memisahkan buah dan sayur yang cacat (misalnya luka, memar, pecah, gores, busuk, dan berlobang), dan yang tidak memenuhi syarat mutu tertentu (misalnya ukuran terlalu kecil, terlalu besar, terlalu tua, atau terlalu matang). Pemilahan ini dapat dilakukan secara langsung pada saat panen, di tempat pengumpulan atau pada tempat khusus.

Pembersihan dan Pencucian Setelah pemilahan, sayur dan buah hendaknya segera dibersihkan dari segala kotoran yang menempel. Jika harus digosok atau dilap, hendaknya menggunakan lap yang bersih dan lembut sehingga tidak menyebabkan gores dan luka pada sayur dan buah. Pada umumnya, sayur yang telah dipilah juga perlu dicuci dengan air bersih yang mengalir. Jika sayur hendak dikonsumsi segar sebagai lalap, setelah dicuci bersih, bahan direndam selama 10 menit

di dalam air yang telah diberi kaporit (natrium hipokhlorit) 0,1%. Tujuannya adalah untuk mematikan mikroba dan parasit yang tidak mungkin dihilangkan hanya dengan pencucian dengan air biasa. Buah tertentu juga perlu dicuci seperti pisang, mangga dan pepaya. Pencucian bertujuan permukaan kulit bersih, dan tampak lebih cerah. Setelah bersih dan selesai dicuci, bahan ditiriskan sampai tidak tampak lagi butiran air yang menempel pada bahan. Penirisan sebaiknya dilakukan pada rak-rak atau balai-balai berlobang dan dikipasi dengan kipas angin agar penirisan berlangsung lebih cepat.

Pemeringkatan (Grading) Pemeringkatan bertujuan untuk memisahkan bahan berdasarkan kelas mutunya, tapi untuk menyisihkan antara bahan yang layak dikonsumsi dengan bahan yang tidak layak dikonsumsi atau tidak layak diedarkan. Kelas mutu didasarkan pada berbagai kriteria, seperti ukuran, warna, tingkat kematangan, dan bentuk. Setiap jenis sayur dan buah dapat diperingkat berdasarkan satu atau beberapa kriteria di atas. Pemeringkatan ini berkaitan dengan perdagangan dan selera konsumen. Bahan dengan mutu lebih tinggi akan dihargai lebih tinggi pula oleh pasar Pemeringkatan dapat dilakukan tanpa alat bantu, yaitu hanya mengandalkan kemampuan subjektif orang yang melakukannya. Peralatan atau mesin tertentu juga dapat digunakan untuk pemeringkatan, seperti timbangan, penggaris, dan ayakan.

Pemeringkatan harus dilakukan dengan cepat pada kondisi yang tidak memacu kerusakan pada bahan, misalnya dilakukan pada tempat yang bersih serta terlindung dari panas dan cahaya matahari langsung. Pekerjaan dilakukan dengan hati-hati agar tidak menimbulkan gores, luka dan memar.

Pemeraman Jenis buah tertentu ada yang harus dipanen pada kondisi yang belum atau tidak dapat dikonsumsi. Agar dapat dikonsumsi, buah perlu diperam sampai tingkat kematangan tertentu. Jika buah hendak dijual langsung ke konsumen dan tidak memerlukan waktu lama untuk dibawa ke tempat penjualan, pemeraman dilakukan sampai matang konsumsi. Jika jarak ke pasar atau pembeli cukup jauh dan memerlukan waktu yang relatif lama, biasanya pemeraman dilakukan sampai setengah matang. Pematangan sempurna untuk siap konsumsi diharapkan terjadi selama pengangkutan. Pemeraman dilakukan untuk mempercepat proses pematangan buah yang proses menuju matang konsumsinya berlangsung relatif lama. Selain mempercepat pematangan, pemeraman juga bertujuan untuk menyeragamkan tingkat kematangan. Misalnya pada pisang dalam tandan yang sudah matang pohon, tanpa pemeraman tidak akan matang konsumsi secara merata. Karena itu, pemeraman dapat membuat pisang matang konsumsi secara merata.

Pemeraman menggunakan karbit yang akan menghasilkan gas etilen jika terkena air atau uap air. Gas etilen ini akan merangsang metabolisme dan respirasi sehingga pematangan berlangsung lebih cepat. Pemeraman dapat dilakukan pada kotak atau ruang tertutup. Cara yang lebih murah adalah dengan menutup rapat tumpukan buah yang telah diberi karbit dengan lembaran plastik. Uap air yang dihasilkan dari traspirasi bahan akan bereaksi dengan karbit sehingga menghasilkan gas etilen.

Pengemasan Pengemasan bertujuan untuk memberi perlindungan terhadap bahan selama penyimpanan, pengangkutan dan pemajangan di tempat penjualan. Perlindungan oleh kemasan dapat berupa mencegah gores, luka, dan memar akibat goncangan dan gesekan antar bahan. Kontaminasi mikroba, infestasi serangga, dan radiasi cahaya, serta kontak dengan udara lembab dan panas juga dapat dicegah dengan penggunaan kemasan yang cocok. Selain fungsi perlindungan, kemasan juga dapat meningkatkan daya tarik dan nilai tambah bahan yang dijual. Pemilihan kemasan harus disesuaikan dengan fungsi perlindungan yang dikehendaki, kondisi pemakaian (penyimpanan, pengangkutan dan pemajangan), dan nilai ekonomi bahan yang dikemas.

Kemasan untuk Penyimpanan Sayur dan buah yang disimpan dingin dengan harapan dapat disimpan relatif lama perlu dikemas dengan bahan yang dapat mencegah transpirasi sehingga berat bahan tidak berkurang serta bahan tidak layu dan keriput.

Kemasan untuk Pengangkutan Sayur dan buah yang hendak diangkut dengan kendaraan bermotor hendaknya terlindung dari kerusakan akibat getaran, goncangan, gesekan dan hempasan. Untuk itu digunakan kemasan yang kuat secara fisik yang di dalamnya sering diberi bahan penahan goncangan. Contoh kemasan ini adalah peti kayu, keranjang, dan kardus. Bahan penahan goncangan dapat berupa sterofoam (dalam bentuk butiran atau tercetak).

Penyimpanan Penyimpanan dilakukan karena bahan dianggap belum saatnya untuk dilepas ke konsumen, atau bahan perlu dicadangkan untuk menghadapi saat atau kondisi tertentu. Sayur dan buah tertentu mungkin sangat besar produksinya pada musim panen. Jika bahan tersebut dijual ke pasar, harganya mungkin menjadi sangat murah sehingga merugikan petani. Salah satu cara mengatasinya adalah dengan menyimpan bahan sampai harga jual dianggap sudah dapat memberikan keuntungan. Penyimpanan juga dilakukan untuk kepentingan konsumen dan pedagang. Pada saat harga bahan

rendah, konsumen dapat berbelanja dalam jumlah banyak, kemudian bahan tersebut disimpan sebagai cadangan. Penggunaan suhu dingin selama penyimpanan sejauh ini adalah cara paling baik untuk memperpanjang masa simpan hasil hortikultura. Pendinginan akan memperlambat metabolisme dan aktivitas mikroba serta serangga yang dapat menyerang hasil hortikultura. Untuk meningkatkan efek pendinginan terhadap perpanjangan masa simpan, pada ruang penyimpanan atau di dalam kemasan dimana bahan terkemas dapat dilakukan pengaturan komposisi gas. Biasanya pengaturan tersebut berupa penurunan kadar oksigen dan peningkatan kadar karbondioksida.

(1) Panen dan pascapanen buah pepaya Pemanenan buah pepaya merupakan tahap akhir dari kegiatan budidaya tanaman pepaya. Pada tahap ini, dapat dilihat keberhasilan dari budidaya pepaya yang dilakukan. Untuk mendapatkan hasil panen yang berkualitas, tentu diperlukan penangan panen dan pascapanen yang benar. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat melakukan panen, misalnya waktu yang tepat untuk panen, serta panen yang benar, dan penanganan pascapanen (termasuk penanganan papaian yang terkandung dalam pepaya). (a) Waktu dan cara panen Pepaya akan mulai berbunga pada umur 3-4 bulan setelah tanam. Sementara buahnya dapat dipanen setelah 3-4 bulan sejak bunga mekar. Pemanenan biasanya dilakukan pada buah yang telah memenuhi tingkat kematangan optimal ata disesuaikan dengan kebutuhan. Pepaya memiliki tujuh stadia kematangan buah yaitu, matang fisiologis (mature green), semburat kuning (colour break), 25 % kuning (quarter ripe), 50 % kuning (half ripe), 75 % kuning (ripe), 100 % kuning (full ripe), dan terlalu matang (over ripe). Untuk memenuhi permintaan pasar lokal, kriteria buah pepaya yang dipanen adalah sudah tua dengan kondisi buah 95 % berwarna hijau disertai semburat warna kuning diantara tengah dan unjung pepaya. Penampakan luar buah kelihatan mengkal, tetapi apabila dibelah dibagian dalamnya sudah menunjukkan warna merah kekuningan. Sedangkan buah yang akan diangkut ketempat yang cukup jauh biasanya dipanen pada saat semburat/strip kuning minimal 2 baris. Pada saat memanen diusahaka buah tidak tergores atau terluka. Pemanenan pepaya untuk komoditas ekspor biasanya dilakukan ketika buah tiga seperempat matang dan dijual ke konsumen ketika bauh tiga perempat matang. Pemanenan pepaya untuk konsumsi buah segar dilakukan ketika pepaya telah berukuran besar (matang penuh) dan sudah ada bagian kulitnya yang menguning. Pemanenan pada tahap lebih awal akan menyebabkan buah berwarna pucat dan bercita rasa pahit. Buah yang lambat dipanen akan mengakibatkan buah cepat lunak dan tidak tahan diangkut ketempat yang jauh. Sebelum pemanenan, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni sebagai berikut.

(i) Lakukan pemanenan buah pepaya pada pagi hari (pukul 07.00-10.00) atau sore hari (pukul 15.00-17.00). pemanenan sebaiknya dilakukan dalam kondisi cuaca cerah. (ii) Amati tingkat kematangan buah, yakni dengan cara memperhatukan jumlah semburat merah pada kulit buah (20-25 % semburat merah). (iii) Perkiraan umur buah dari saat bungan mekar adalah 140-150 hari atau 4-5,5 bulan. (iv) Untuk jarak angkut jauh, buah yang dipetik sebaiknya yang kulit buahnya berwarna hijau sedikit kekuningan. (v) Agar tidak melukai kulit buah, ada baiknya bila memetik buah mengenakan sarung tangan. (vi) Cara pemetikan dilakukan dengan memutar buah menggunakan tangan sampai terlepas dari tangkainya. Cara lain adalah dengan memotong tangkai buah sepanjang satu buku buah ke atas dengan pisau tajam. Untuk menghindar buah luka atau bonyok, usahakan buah yang dipanen tidak sampai jatuh. (vii) Bila pohon mulai meninggi, pemetikan buah sebaiknya menggunakan bantuan tangga. (viii) Setiap buah yang elah dipanen, idelnya buah dibungkus dengan kertas karton. Tujuannya untuk mencegah gesekan atau benturan antar buah yang dapat mengakibatkan buah memar. (ix) Dasar keranjang,wadah buah dilapisi dengan daun kering atau kertas koran yang berfungsi sebagai bantalan buah. (x) Buah diletakkan pada posisi berdiri dengan tangkai buah menghadap kebawah. Buah yang besar diletakkan didasar keranjang. Rongga antarbuah diisi dengan daun kering atau kertas koran. (xi) Pada setiap lapisan buah dilapisi bantalan yang sama. (xii) Tinggi tumpukan buah hendaknya tidak terlalu tinggi, yakni cukup 2-3 susun saja. (xiii) Angkat keranjang dengan hati-hati agar ketika dibawah kepasar atau tempat penyortiran tidak terjadi gesekan/guncangan. (b) Pengelolaan pascapanen Setelah buah pepaya dipanen, tentu perlu dilakukan penanganan lebih lanjut agar buah tetap dalam kondisi baik ketika sampai ketangan konsumen. Teknologi pascapanen sangan penting diperhatikan guna mendapatkan buah pepaya bermutu tinggi, teutama untuk tujuan dijual kepasar swalayan. Teknologi tersebut meliputi proses pencucian, Ihot-water treatment, pengemasan, pengepakan, dan pengiriman. Namun, bila tujuannya hanya untuk pasar tradisional, teknologi pascapanen cenderung kurang diperhatikan. Buah pepaya biasanya hanya cenderung kurang diperhatijan. Buah pepaya biasanya hanya dikumpulkan, disimpan sementara, dikirim ke pengumpul ata pengecer, kemudian dipasarkan. Secar umum, kegiatan pascapenen pepaya meliputi beberapa proses berikut. (i) Sortasi buah

Sortasi tak lain dilakukan untuk memilah dan memisahkan antara buah yang baik dan cacat serta mengklasifikasikann buah berdasarkan ukuran dan tingkat kematangannya. Namun, pada dasarnya kegiatan sortasi bertujuan untuk menghasilkan buah yang sergama dan sesuai dengan butu buah yang diinginkan. Buah pepaya yang akan dijual untuk kebutuhan pasar swalayan/supermarket dan kebutuhan ekspor perlu dilakukan pengkelasan/pengkelompokan terhada buah yang telah disortasi menjadi kelas tertentu yang disesuaikan berdasarkan ukuran, bentu, tingkat kemasakan buah, dan kesegaran warna. Kelaskkelas Super keterangan Kualitas buah sesuai dengan karakteristik varietas. Bebas dari kerusakan, kecuali kerusakan sangat kecil yang tidak terlihat yang tidak mempengaruhi penampilan buah secara kualitas, daya simpan, dan keberadaan produk dalam kemasan. A Kulitas buah sesuai denga karakteristik varietas Cacat yang kecil pada buah sejauh tidak mempengaruhi penampilan umum, kualitas, daya simpan, dan keberadaan produk dalam kemasan. Sedikit kerusakan pada bentuk sedikit kerusakan pada kulit buah ( seperti memar tuan, terpapar akibat sinar matahari dan/atau kena getah) B Total kerusakan klit lebih 10 % dari luas permukaan kulit buah Kualitas buah sesuai dengan karakteristik varietas Bentuk tidak sempuran Warna tidak merata Kerusakan pada kulit buah (seperti memar akibat benturan, terpapar sinar matahari dan/atau kena getah), total kerusakan kulit tidak boleh lebih 15% dari luas permkaan kulit buah Pengemasan Proses pengemasan buah pepaya dilakukan untuk mempertahankan mutu buah, terutama pada saat pengangkutan atau penyimpanan. Pengemasan juga bertujuan agar penampilan buah menjadi lebih menarik ketika dijual. Pepaya yang sudah dikemas dengan tempat buah, bak plastik, atau dicurah langsung ditata dengan rapi di bak pengangkut. Untuk kebutuhan pasar swalayan, buah pepaya biasanya dikemas menggunkan karton, kardus, atau menggunkan plastik kedap udara. Sementara untuk kebutuhan pasar tradisional, buah pepaya Sedikit ada bekas serangan hama/penyakit. Keruskan tidak mempengaruhi daging buah.

biasanya hanya diletakkan didalam tempat buah atau dikemas menggunakan bungkus kertas koran. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengemasan buah pepaya adalah sebagai berikut. 1. Gunakan alat kemas seperti kotak karton atau kardus yang memiliki sekat-sekat 2. Masukan buah yang telah dibungkus dan telah desesuaikan dengan ukuran/ruangan sekat padar kertas karton. 3. Pastikan pada alat kemas terdapat lubang/celah untuk sirkulasi udara 4. Tempatkan buah yang sudah dikemas pada wabah yang kering atau pada tempat penyimpanan yang suhunya bisa diatur.

Penyimpanan Penyimpanan buah pepaya dilakukan untuk menjaga buah agar memiliki tingkat kesegaran (shelf life) yang lebih lama. Selama dalam penyimpanan, karton/kardus pepaya sebaiknya disusun secara teratur (tidak tumpang tindih). Bila menumpuk, usahakan agar karton tidak lebih dari 3 tumpukan. Suhu ruang penyimpanan diatur agar tetap kering dan sirkulasi udara yang baik. Suhu ruangan penyimpanan yang baik adalah sihu riangan ber-AC. Penyimpanan buah pepaya yang telah dikemas harus dilakukan dengan baik agar buah yang disimpan tidak mudah rusak, terutama pada buah yang ketika dipanen telah lunak. Oleh karena itu, untuk memperpanjang masa simpan, buah yang disimpan harus dalam kondisi optimal. Selain itu didukung oleh beberapa faktor seperti pemanenan pada tingkat kematangan yang tepat, penanganan panen yang hati-hati, penyimpanan pada suhu yang tepat, pengurangan terjadinya proses respirasi, serta terhindar dari infeksi hama dan patogen penyebab penyakit.

Transportasi Hasil panen pepaya yang telah melalui beberapa tahapan pascapanen membutuhkan transportasi yang meadai. Hal ini penting agar buah pepaya yang akan dijual tetap dalam kondisi baik. Selama pengangkutan, buah pepaya yang dikemas dalam kotak karton/kardus sebaiknya diusahan agar tinggi tumpukkan tidaknya menyebabkan buah yang didalam karton/kardus tersebut rusak dan diupayakan agar goncangan yang terjadi tidak terlalu keras. Penyusunan kotak pepaya dalam kendaraan harus memperhatikan kekuatan kemasan dan juga memperhatikan adanya sirkulasi udara untuk mencegah buah menjadi busuk. (S.sujiprihati, ketty suketi, 2009).

a) teknologi panen dan pascapenen cabai. Masa panen Cabai siap dipanen jika tanaman sudah berumur 3 hingga 4 bulan. Pada masa ini, nuah cabai akan terus membesar dan akhirnya matang. Buah yag matang berwarna merah terang untuk cabai merah, buah yang masak memiliki karakteristik bulat dan besar. Sedangkan untuk cbai keriting, buah yang masak bentuknya keriting dan llebih kurus

daripada cabai besar. Memanen cabai dapat dilakukan seminggi sekali. Tanaman cabai berumur 5 hingga 6 bulan masih produktif. Namun, setelah itu tanaman cabai akan mengalami masa kritis, yakni masa-masa tidak produktif. Pascapanen Jika perawatannya maksimal, tanaman cabai yang sudah dipanen akan bertahan hidup hingga lebih dari satu tahun. Tanaman yang sudah menempuh masa berbunga satu kali hingga panen terakhir akan memasuki masa tidak produktif. Perawatan tanaman bisa dilakukan dengan memangkas batang yang kering, layu, dan tidak subur. Dengan begitu, tanaman akan kembali produktif. Hingga dua bulan setelah panen, dengan perawatan maksimal, tanaman cabai akan memunculkan tunas-tunas baru. Bersamaan dengan munculnya tunas-tunas baru itu akan muncul pula bunga-bunga cabai yang berwarna putih. Produktivitas tanaman cabai yang sudah satu kali melewati masa berbunga akan selesai dipanen tidak seperti saat pertama berbunga. Namun, bisa didapatkan hasil yang maksimal apabila melakukan perawatan yang intensif. Setelah selesai panen periode kedua, sebaiknya tanaman cabai diganti media tanamnya. Hal ini karena unsur hara yang terdapat pada media tanaman sudah terserap oleh tanaman. Media tanam lama ssebenarnya bisa dimanfaatkan untuk bercocok tanam kembali dengan cara menambahkan larutan penetralisir yang dapat diperoleh ditoko-toko pertanian terdekat. b) Teknologi panen dan pasca panen tomat Panen Setelah tanaman berumur 50 hari, buah sudah dapat dipetik. Buah yang berwarna kuning kemrahan sudah bisa dipanen. Sedangkan buah yang masih berwarna hijau dibiarkan hingga menguning. Memtik buah yang sudah matang bisa dilakukan dengan menggunting tangkai buah yang siap dipetik. Hati-hati ketika memetik karena akan menganggu pertumbuhan buah yang masih m uda. Karena pertumbuhan buah dalam setiap tangkai biasanya tidak sama. Pascapanen Tomat bisa dipaen berkali-kali hingga buah habis. Buah bisa dipetik satu minggu sekali. Biasanya, dalam satu pohon tanaman tomat akan terus berbunga dan berbuah. c) Teknologi panen dan pascapanen mentimun Tanaman mentimun yang berumur satu hingga dua bulan biasanya sudah memperlihatkan buah yang siap dipanen. Buah sudah membesar dan kulit buah sudah licin. Potonglah tangkai buah kira-kira 2 cm dari pangkalnya menggunakan gunting. d) Teknologi panen dan pascapanen terong

Saat tanaman berumur 3 bulan, buah terong sudah dapat dipanen. Petiklah buah yang mekar sempurna, besar, dan tampak mulus. Jangan membiarkan buah matanga berada di batang terlalu lama karena akan membuat buah terong tua. Cara memanennya : ptiklah terung beserta tangkainya angkat buah keatas, tangkaipun akan mudah terlepas. Tanaman terung yang ditanam ditanah pekarangan/laham terbuka biasanya bisa tahan hingga lebih dari 6 bulan. Apalagi sejenis terong bulat, tanaman akan semakin bercabang dan buah akan semakin banyak. e) Teknologi panen dan pascapanen jeruk nipis Memanen jeruk nipis tidak perlu menunggu buah matang dan berwaran kuning. Justru ketika mulai menguning, khasiat dan kegunaannya tidak seperti jeruk nipis yang masih hijau. Panenlah buah yang tampak besar maksimal dibandingkan dengan buah lainnya pada satu rumpun. Memanen jeruk nipis dapat dilakukan dengan memotong tangkai atau memetik buah satu persatu apabila masih terdapat buah lain yang belum siap dipanen. Apabila ingin mengonsumsi sendiri, sebaiknya petiklah jeruk nipis sesaat sebelum digunkan. Hal ini akan menghasilkan buah yang segar. f) Teknologi panen dan pascapanen kacang panjang Saat tanaman berumur 40 hari, kacang panjang sudah ada yag bisa dipanen, petiklah kacang panjang dengan hati-hati untuk menghindari terlepasnya kacang panjang yang masih kecil. Karena perkembangan kacang panjang yang demikian cepat, sebaiknya dipanen dua hari sekali. Jangan membiarkan kacang panjang terlalu lama dibatang karena akan membuatnya tua dan rasanya tidak enak. Terkecuali kacang panjang yang akan digunakan sebagai bibit, biarkan ia mengering di batang. g) Teknologi panen dan pascapanen sawi Panen tanaman sawi dapat dilakukan saat tanaan berumur 2 bulan. Caranya dengan mencabut tanaman hingga keakar-akrnya. Potonglah akar dan pisahkan dengan batang. Bagian tanaman yang diambil adalah bagian batang dan daun yang berbentuk pelepah. Untuk konsumsi sendiri, sawi dapat dipanen segera setelah daun mulai membesar seukuran telapak tangan. Sawi harus segera diolah setelah oanen, karena sifat tumbuhan yang lunak dan berair menjadikan sawi cepat layu. g) Teknologi panen dan pascapanen bayam Bayam dipanen saat tanaman berumur 35 hari. Cara memanennya berdasarkan jenis bayam. Untuk bayam cabut, memanenya dengan cara mencabuti batang hingga ke akar. Jika jenis bayam kakap, bayam dipanen dengan cara dipetik. h) Teknologi panen dan pascapanen kangkung Kangkung darat dapat dipanen saat tanaman berumur 40 hari atau lebih. Caranya dengan mencabut setiap rumpun tanamn hingga keakar-akrnya. Sedangkan untuk tanaman

kangkung air, panen bisa dilakukan dengan memetik pucuk tanaman yang masih lembut. Gunkan pisau untuk memetik kangkung air. Kangkung air bisa dipanen hingga beberapa kali sepanjang masih bisa bertunas. i) Teknologi panen dan pascapanen daun bawang Jika tanaman daun bawang sudah berumur tiga bulan dan sudah rimbun, tanaman sudah boleh dipanen. Cara memanen daun bawang adalah dengan mencabuti rumpun hingga keakar-akarnya (Y.adismal, 2011)

BAB III PENUTUP


KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan tentang panen dan pasca panen hortikultura, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Panen merupakan suatu kegiatan pemungutan hasil pertanian yang telah cukup umur dan sudah saatnya untuk dipetik hasilnya 2. Indikator yang dapat digunakan untuk penentuan waktu panen yang tepat adalah indicator fisk, indicator visual, indicator fisioligis, analisis kimia, dan komputasi

3.

Pasca panen merupakan kelanjutan dari proses panen terhadap tanaman budidaya yang fungsinya antara lain untuk membuat bahan hasil panen tidak mudah rusak dan memiliki kualitas yang baik serta mudah disimpan untuk diproses selanjutnya. Selain itu juga, dengan adanya proses perlakuan setelah panen yaitu pasca panen. Kita dapat mempertahankan umur simpan, mutu dan dapat mengurangi kehilangan hasil yang mungkin terjadi

4.

Tahapan penanganan pasca panen meliputi pemanenan, pengumpulan, sortasi, penyucian, grading, pengemasan, penyimpanan dan pendinginan, transportasi.

DAFTAR PUSTAKA
Sriani, S. Dan Ketty, S. 2009. Budidaya Pepaya Unggul. Jakarta : Penebar Swadaya. Yurmawita, A. 2011. Agrihome : Panen 17 Tanaman dari Teras Rumah. Yogyakarta. Cahaya Atma Pustaka
Winarno, F.G. 2001., Penanganan Pasca Panen. Bahan Kuliah (Diktat) Penanganan Pasca Panen Bogor: Program Studi PGKP FATETA IPB.

Anonim, 2013., Hortikultura. http://id.wikipedia.org/wiki/Hortikultura. Diakses pada tanggal 16 Februari 2013.


http://andrewopunk.blogspot.com/2010/11/teknologi-hasil-hortikultura.html http://chylenzobryn.blogspot.com/2011/04/penangan-panen-dan-pasca-panen-pada-tan.html

You might also like