You are on page 1of 20

TERAPI PADA AKNE VULGARIS BERDASARKAN DERAJAT PENYAKIT Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Oleh: Jarot Manurdianto 08711211

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2012

TERAPI PADA AKNE VULGARIS BERDASARKAN DERAJAT PENYAKIT


Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin PENDAHULUAN Akne vulgaris atau lebih sering disebut jerawat merupakan suatu penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang ditandai dengan terbentuknya papul, pustul ataupun nodul. Biasanya terjadi pada kulit yang banyak mengandung kelenjar sebasea., seperti: muka, dada dan punggung (400-900 kelenjar/cm2).1,2 Penyakit ini biasanya muncul pada usia pubertas baik pada pria (usia 16-19 tahun) maupun wanita (usia 14-17 tahun) dan biasanya gejalanya lebih berat pada pria. Sekitar 85% populasi di United States (USA) menderita akne vulgaris dan angka ini hampir sama dengan negara-negara lain didunia.1 Jerawat pada kebanyakan orang dianggap sebagai suatu penyakit yang mengganggu, terutama pada penampilan mereka. Karena itu terkadang jerawat juga menjadi keluhan psikologis penderita terhadap lingkungan sosial sekelilingnya., bahkan dapat menyebabkan rasa kurang percaya diri pada penderita. Akne merupakan penyakit yang muktifaktorial, karena banyak faktor yang menyebabkan dan mempengaruhi timbulnya akne. Dengan demikian, terapi yang digunakan harus berdasarkan kemungkinan-kemungkinan timbulnya penyakit ini. Selain itu penggunaan dosis yang tepat dan kepatuhan penderita dalam menggunakan obat juga sangat berperan penting dalam proses penyembuhan penyakit ini. Seiring dengan perkembangan teknologi dan semakin banyak penelitian dibidang ini, maka terapi yang digunakan semakin berkembang. Refrat ini terutama akan membahas berbagai macam terapi yang digunakan pada penyakit akne vulgaris.

PEMBAHASAN Definisi Akne vulgaris merupakan penyakit inflamasi kronik dari kelenjar pilosebaseus yang ditandai dengan lesi berupa komedo, papul, pustul, kista, nodul dan juga jaringan parut.2 Tempat predileksi di muka, leher, dada bagian atas dan lengan bagian atas. Akne merupakan penyakit yang sering terjadi pada orang-orang yang beranjak dewasa, 90% remaja pada umumnya menderita penyakit ini.2 Kasus paling sering terjadi pada pertengahan remaja sampai akhir remaja dan menurun setelahnya.3 Gradasi Gradasi yang menunjukkan berat ringannya suatu penyakit diperlukan untuk pilihan pengobatan. Adanya berbagai pola pembagian gradasi akne vulgaris, salah satunya berdasarkan gradasi berat ringannya, yaitu: 4 1. Akne ringan Pada tipe akne yang ringan, lesi yang dominan berbentuk komedo tetapi terkadang terdapat pula pustula. 2. Akne sedang Pada akne dengan derajat sedang didapatkan pustula dan papula sebagai lesi yang dominan, biasanya akan meninggalkan scar sebagai bekas jerwat. 3. Akne berat Pada akne berat dapat ditemukan bentuk kista yang berisi pus. Bila dilihat dari lesinya, maka akne dapat dibagi menjadi inflamasi dan noninflamasi:4 1. Inflamasi. Pada lesi inflamasi ditandai dengan terdapatnya satu atau lebih dari papul, pustule, dan nodul (cyst). Papul berukuran kurang dari 5mm, pustule terdapat materi yang purulen, dan nodul beruuran lebih dari 5mm. 2. Non-inflamasi Pada lesi non-inflamasi ditandai dengan komedo yang terbuka dan tertutup.

(a)

(b)
Gambar 1. Klasifikasi akne (a). Berdasarkan berat ringan (b). Berdasarkan lesi.4

Etiologi dan patogenesis Meskipun etiologi yang pasti dari akne belum diketahui, namun ada beberapa faktor yang berkaitan dengan penyakit ini. Ada beberapa faktor yang saling berkaitan dalam patogenesis terjadinya akne, yaitu:1,5 1. Produksi sebum (lemak) yang meningkat 2. Perubahan dalam komposisi lemak permukaan kulit. 3. Penyumbatan saluran kelenjar sebasea 4. Kolonisasi bakteri pada tempat tersebut.

Gambar 2. Evolusi perubahan lesi akne

TERAPI
Terapi tergantung dari tipe lesi, derajat berat penyakit, jenis kelamin dan usia dari pasien, dampak psikis akibat penyakit ini serta keberadaan jaringan parut. Di luar kondisi dimana produksi hormon androgen abnormal , atau penyebab eksternal lainnya, terapi diberikan sesuai penyebab. Semua terapi acne menghabiskan waktu hingga 12 minggu untuk mendapatkan hasil yang maksimal, dan biasanya juga dianjurkan untuk dilanjutkan selama beberapa bulan. Edukasi mengenai proses alami terjadinya akne dan terapi sesuai yang diharapkan akan dikembangkan agar terpenuhi

Terapi topikal Penggunaan obat-obatan sebagai terapi topikal merupakan satu cara yang banyak dipilih dalam mengatasi penyakit akne vulgaris. Tujuan diberikan terapi ini adalah untuk mengurangi jumlah akne yang telah ada, mencegah terbentuknya spot yang baru dan mencegah terbentuknya scar (bekas jerawat). Terapi topikal diberikan untuk beberapa bulan atau tahun, tergantung dari tingkat keparahan akne. Obat-obatan topikal tidak hanya dioleskan pada daerah yang terkena jerawat, tetapi juga pada daerah disekitarnya. Ada berbagai macam obat-obatan yang dipakai secara topikal, yaitu: 1. Benzoil Peroksida

Gambar 3. struktur kimia Benzoil peroksida

Benzoil peroksida adalah suatu zat kimia gabungan antara 2 kelompok benzoil (benzaldehyde) dengan kelompok peroksida. Mempunyai sifat bleaching yang kuat dan dalam konsentrasi yang tinggi mudah terbakar dan meledak.6 Efek benzoil peroksida dalam ekskresi sebum masih belum jelas. Lake (1942) melakukan penelitian dengan menggunakan benzoil peroksida pada kulit, didapatkan efek antiseptik tanpa menimbulkan iritasi pada kulit dengan efek lain berupa mempercepat penyembuhan, lokal anestesi, menghilangkan nyeri dan iritasi lokal.6 Beberapa penelitian lain telah menunjukkan bahwa zat ini dapat mengurangi pembentukan sebum. Zat ini juga mempunyai efek antiseptik, dapat mengurangi jumlah bakteri pada permukaan kulit tetapi tidak menyebabkan resistensi bakteri terhadap antibiotik. Selain itu, benzoil peroksida juga dapat mengurangi jumlah yeasts, bertindak sebagai agen pengoksidasi, mengeringkan komedo pada permukaan kulit dan bertindak sebagai anti inflamasi. Efek anti inflamasinya dapat mengurangi pembengkakan pada papul yang terinfeksi dan meringankan rasa nyeri yang kadang muncul sebagai akibat adanya akne. Faktor oksidasi dapat mengeluarkan sebum yang tersumbat dan membantu membebaskan pori-pori yang tersumbat sehingga akne dapat teratasi tanpa menimbulkan trauma karena penekanan pada akne. Zat ini bisa berdifusi ke bawah kulit memasuki pori-pori dan melepaskan radikal bebas yang dapat membunuh bakteri.2,6 Zat ini digunakan sebagai terapi topikal pada akne vulgaris sejak 20 tahun terakhir dan mungkin menjadi terapi topikal pertama yang terbukti efektif.l Benzoil peroksida digunakan untuk pengobatan akne ringan sampai sedang dan juga komedo.1,4 Benzoil peroksida tersedia dalam berbagai macam formula yang berbedabeda di setiap negara, dapat berupa zat tunggal atau berupa carnpuran dengan zat lain seperti sulfur, hidrokuinolon. Sediaannya dapat berupa gel, krim, lotion dan pembersih muka dengan konsentrasi 2,5%, 5%, l0% ,20%.Beberapa penelitian menyatakan bahwa konsentrasi 5% dan l0% tidak memberikan peningkatan efektifitas yang nyata jika dibandingkan dengan dengan toleransi yang lebih baik).2,6 konsentrasi 2,5% (konsentrasi

10

2. Asam retinoid (tretionin) Tretionin adalah bentuk asam dari vitamin A dan juga dikenal sebagai all-trans retinoic acid (ATRA). Obat ini telah dikembangkan untuk pengobatan akne sejak tahun 1969 dan mulai banyak digunakan pada tahun 70-an. 2,6 Tretionin merupakan obat yang menyebabkan deskuamasi, menyerupai efek sinar matahari, melepaskan prostaglandin, menyebabkan pengelupasan (peeling) dan eritema.4 Meskipun mekanisme kerja yang pasti dari obat ini belum diketahui, beberapa penelitian menunjukkan bahwa tretionin topikal dapat menurunkan penyatuan folikel-folikel sel epitelial dengan mengurangi pembentukan komedo (blackheads) sehingga dapat menekan jumlah lesi yang terinflamasi. Sebagai efek sekunder dari komedogenesis, tretionin mungkin dapat mengurangi P.aknes karena tretionin mampu mengubah lingkungan duktus menjadi tempat yang asing bagi petumbuhan P.aknes.6 Pemilihan sediaan tergantung pada lokasi timbulnya akne. Biasanya lotio yang digunakan untuk akne di punggung, sedangkan gel untuk akne di muka. Sediaan tretionin dapat berupa gel, krim, lotio denga konsentrasi 0,025% - 0,05%. Terapi terutama pada wajah, harus dimulai perlahan untuk menghindari reaksi iritan yang berlaebihan. Pada penggunaan topikal, berbagai macam efek samping dapat timbul. Tretionin dapat menyebabkan kulit menjadi kering, bahkan pada beberapa orang yang sensitif dapat timbul kemerahan, gatal dan rasa panas sepeti terbakar.6 Kesimpulannya terapi menngunakan retinoid (tretionin) aman, efektif, ekonomis dalam mengatasi semua bentuk akne terutama pada kasus-kasus yang berat. Retinoid sebaiknya diberikan sebagai terapi awal, baik secara tunggal ataupun kombinasi dengan topikal atau oral antibiotik dan benzoil peroksida.6 3. Antibiotika Antibiotika topikal banyak digunakan sebagai terapi akne. Mekanisme kerja antibiotik topikal yang utama adalah sebagai antimikroba. Hal ini telah terbukti pada efek klindamisin 1% dalam mengurangi jumlah P.aknes baik dipermukaan atau dalam saluran kelenjar sebasea.Lebih efektif diberikan pada pustul dan lesi papulopustular yang kecil. Eritromisin 3% dengan kombinasi benzoil peroksida 5% tersedia dalam

11

bentuk gel. Thomas dkk melakukan penelitian dengan membandingkan eritromisin 1,5% dengan klindamisin 1% mendapatkan hasil yang sama-sama efektif, duapertiga pasien mendapatkan respon yang sangat baik dalam waktu 12 minggu, tetapi penggunaan eritromisin secara tunggal tidak direkomendasikan karena dapat menyebabkan resistensi. Penggunaan eritromisin kombinasi dengan benzoil peroksida lebih direkomendasikan.2,6 Keefektifan antibiotik topikal pada akne terbatas karena mekanisme kerja dalam mengeliminasi bakteri membutuhkan jangka waktu yang panjang. Bakteri dapat timbul di mana-mana dan tidak secara langsung menyebabkan akne. Pada keadaan di mana kelenjar sebasea memproduksi sebum berlebihan, pori-pori kulit juga akan lebih mudah terbuka sehingga banyak bakteri yang akan masuk dan berkembang. Adanya sel kulit mati juga bisa memperburuk keadaan. Bila kelenjar sebasea tidak memproduksi sebum berlebihan, maka bakteri tidak mudah masuk ke dalam kulit. Dengan kata lain, jumlah produksi sebum menjadi masalah utama dalam akne. Antibiotik topikal kerjanya terbatas, karena tidak mengatasi masalah dalam jumlah produksi sebum.2,6 4. Azelaic acid Azelaic acid adalah derivat asam dekarboksilat dari Pityrosporum ovale, ditemukan beberapa tahun lalu. Beberapa peneliti dari Italia dan United Kingdom (UK) menemukan bahwa azelaic acid ini efektif sebagai terapi akne, bahkan pada akne yang berat. Penelitian klinis menunjukkan bahwa azelaic acid dapat mengurangi jumlah lesi non inflamasi. Mekanisme yang mungkin dari penelitian klinis ini adalah perubahan pada granula keratohialin, yang merupakan tanda morfologis dari filaggrin, keratin aggregating protein. Efek azelaic acid dalam terapi akne adalah sebagai komedolitik dan antibakteri.6 5. Sulfur, resorsin dan asam salisilat Walaupun benzoil peroksida, retinoid, dan antibiotik topikal lebih banyak digunakan, tetapi preparat sulfur, resorsin, dan asam salisilat masih digunakan sebagai terapi terutama ketika jenis terapi-terapi terbaru tidak memberikan respon yang baik.2

12

6. Anti-androgen Sejak diketahui bahwa akne merupakan salah satu penyakit yang berhubungan dengan aktivitas hormon androgen, beberapa dermatologis dan industri farmakologi mengembangkan anti androgen topikal sebagai salah satu terapi akne yang tidak mempunyai efek sistemik. Studi yang dikembangkan adalah tentang penggunaan topikal dari 17-propylmesterolone, akan tetapi preparat ini belum tersedia secara komersial.1,5 Terapi oral Terapi oral diberikan pada kasus akne sedang sampai berat. Terkadang terapi oral juga diberikan pada beberapa pasien yang secara psikologis merasa sangat terganggu dengan adanya jerawat pada wajah mereka atau pada pasien yang merasa jerawat dapat mengganggu pekerjaan meskipun jerawat pada wajah mereka relatif ringan. Pada orang-orang dengan kulit berwarna cendrung mengalami masalah dengan bekas jerawat yang berwarna kehitaman yang bisa bertahan selama beberapa bulan. Pada kasus seperti ini juga diberikan terapi oral sebagai terapi tambahan meskipun tergolong akne ringan. Dosis pemberian terapi oral minimal selama 6-8 bulan. Ada tiga kelompok utama dalam terapi oral pada akne vulgaris, yaitu: antibiotika, hormon dan retinoid. Antibiotik biasanya digunakan sebagai terapi oral lini pertama. 1. Antibiotik Antibiotik bekerja dengan beberapa mekanisme terutama dalam mengurangi jumlah bakteri di dalam dan disekitar folikel. Selain itu, antibiotik juga mengurangi zat-zat kimia yang mengiritasi yang diproduksi oleh sel darah putih, pada akhrnya antibiotik dapat mengurangi konsentrasi asam lemak bebas dalam sebum dan berguna sebagai anti inflamasi. Beberapa antibiotik yang sering digunakan adalah: Tetrasiklin. Merupakan jenis antibiotik yang sering digunakan sebagai terapi akne. Dosis awal biasanya 250-500mg, satu-empat kali sehari dan dilanjutkan sampai terlihat penurunan jumlah lesi. Dosis dapat diturunkan secara perlahan tergantung dari respon terapi pada pasien. Tetrasiklin lebih efektif

13

diiberikan 30 menit sebelum makan dan sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil. Tetrasiklin dapat membunuh P.acne dan menurunkan kadar asam lemak pada folikel sebasea. Tetrasiklin berespon baik pada 70% pasien. Terapi dengan tetrasiklin akan terlihat hasilnya setelah 4-6 minggu.2 Eritromisin. Antibiotik jenis ini biasanya digunakan sebagai terapi akne dan mempunyai beberapa kelebihan dibanding tetrasiklin yaitu dapat mengurangi kemerahan pada lesi dan dapat diberikan bersama dengan makanan. Eritromisin juga dapat digunakan pada pasien yang tidak bisa mengkonsumsi tetrasiklin seperti pada wanita hamil. Dosis yang diberikan bervariasi tergantung dari tipe lesi, biasanya berkisar antara 250-500mg, dua-empat kali sehari. Karena sering menimbulkan resistensi pada P.acne maka eritromisin sering dikombinasikan dengan benzoil peroksida.2,5,6 Minosiklin. Merupakan derivat dari tetrasiklin yang digunakan secara efektif sebagai terapi akne selama beberapa dekade, khususnya untuk akne tipe pustular. Absorbsi obat ini dapat menurun bila dicampur dengan makanan dan susu, tetapi tidak seperti penurunan absorbsi pada tetrasiklin.
1,2,6

Dosis awal

antara 50 sampai 100mg, dua kali sehari. Efek samping utama berupa pusing (vertigo), lemah, mual, perubahan pigmen kulit, dan perubahan warna gigi. Perubahan pada kulit dan gigi lebih sering dijumpai pada orang-orang yang mengkonsumsi minosiklin dalam waktu yang lama. Doksisiklin. Antibiotik ini sering diberikan pada orang-orang yang tidak dapat merespon pemberian eritromisin atau tetrasiklin. Dosis yang digunakan antara 50-100mg. Dua kali dalam sehari dan dapat dikonsumsi bersama dengan makanan (mudah diabsorbsi). Harisson melaporkan 50mg doksisiklin satu kali perhari sama efektifnya dengan 50mg minosiklin dua kali perhari. Sebaiknya tidak dikonsumsi bersama antasida, tablet besi, kalsium dan tidak dikonsumsi selama masa menyusui atau wanita hamil. Doksisiklin akan kembuat kulit lebih sensitif terhadap sinar matahari. Karena itu harus disertai dengan penggunaan tabir surya.2,8,9

14

Klindamisin. Klindamisin berguna sebagai antibiotik oral untuk terapi akne. tetapi antibiotika ini banyak digunakan dalam bentuk topikal. Dosis awal 150 mg, tiga kali sehari. Efek samping utama berupa infeksi intestinal yang dinamakan kolitis pseudomembran yang disebabkan oleh bakteri.1,2,9 Kotrimoksazol. Antibiotika ini diindikasikan pada penderita yang intoleran dengan tetrasiklin atau eritromisin, atau pada penderita yang tidak ada respon terhadap terapi lain. Kotrimoksazol juga digunakan pada folikulitis gram negatif.1 2. Hormonal Terapi hormonal diindikasikan pada wanita yang tidak mempunyai respon terhadap terapi konvensional. Mekanisme kerja obat-obat hormonal ini secara sistemik mengurangi kadar testosteron dan dehidroepiandrosterone, yang pada akhirnya dapat mengurangi produksi sebum dan mengurangi terbentuknya komedo. Ada tiga jenis terapi hormonal yang tersedia, yaitu: estrogen dengan prednisolon, estrogen dengan cyproterone acetate (Diane, Dianette) dan spironolakton. Terapi hormonal harus diberikan selama 6-12 bulan dan penderita harus melanjutkan terapi topikal. Seperti halnya antibiotik, tingkat respon obatobat hormonal juga lambat, dalam bulan pertama terapi tidak didapatkan perubahan dan perubahan kadang-kadang baru dapat terlihat pada bulan ke enam pemakaian. Terapi setelah itu akan terlihat perubahan yang nyata. Perubahan yang dihasilkan pada penggunaan diane hampir mirip dengan tetrasiklin 1 g/hari. Diane merupakan kombinasi antara 50 g ethinylestradiol dan 2 mg cyproterone acetate. Pada wanita usia tua (> 30 tahun) dengan kontraindikasi relatif terhadap pil kontrasepsi yang mengandung estrogen, salah satu terapi pilihan adalah dengan penggunaan spironolakton. Dosis efektif yang diberikan antara 100-200 mg.2,10

15

3. Isotretionin Isotretionin (13-cis-retinoic acid) telah digunakan sebagai terapi pada akne yang berat. Bebearapa penelitian yang berat menunjukkan bahwa isotretinoin lebih baik dari pada terapi konvensional berupa eritromisin 1g/hari, 5% benzoil peroksida, tetrasiklin dan asam retinoat topikal. Pilihan dosis obat ini masih diperdebatkan. Di Switzerland dosis yang digunakan adalah 0,5mg/kgbb/hari, sementara di USA dan UK digunakan dosis yang lebih tinggi yaitu 1mg/kgbb/hari. Kebanyakan penderita membutuhkan waktu 4 bulan dalam terapi bahkan 13% penderita membutuhkan waktu yang lebih lama. Bila pada waktu tersebut hanya sedikit lesi yang tersisa, maka penggunaan obat ini dapat dihentikan. Salah satu keunggulan obat ini adalah sedikitnya kekambuhan yang terjadi bila pengobatan tidak dilanjutkan. Isotretion dapat menekan eksresi sebum secara cepat, sehingga dapat mencegah komedogenesis. Isotretionin tidak secara langsung mempengaruhi P.akne tetapi menekan bakteri dipermukaan secara in vivo dengan cara mengurangi suplai nutrisi untuk P.akne dan mengurangi ukuran daerah folikular yang merupakan tempat P.akne tumbuh. Isotretionin juga mempengaruhi inflamasi akibat akne dengan mengurangi kemotaksis dari polymorphonucleocytes dan monocytes serta mengurangi pembentukan pustul. akne vulgaris dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
1

Secara ringkas, mekanisme kerja dari obat-obat yang digunakan sebagai terapi

16

Gambar 4. Mekanisme dari berbagai obat pada pengobatan akne 4

Terapi fisik Selain terapi topikal dan terapi oral, terdapat beberapa terapi tambahan dengan menggunakan alat ataupun agen fisik, diantaranya adalah:2 1. Ekstraksi komedo Pengangkatan komedo dengan menekan daerah sekitar lesi dengan menggunakan alat ekstraktor dapat berguna dalam mengatasi akne. Secara teori, pengangkatan closed comedos dapat mencegah pembentukan lesi inflamasi. Dibutuhkan keterampilan dan kesabaran untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. 2. Kortikosteroid Intralesi Akne cysts dapat diterapi dengan triamsinolon intralesi atau krioterapi. Nodulnodul yang mengalami inflamasi menunjukkan perubahan yang baik Dalam kurun waktu 48 jam setelah disuntikkan dengan steroid. Dosis yang biasa digunakan adalah 2,5 mg/ml triamsinolon asetonid dan menggunakan syringe 1ml. Jumlah total obat yang diinjeksikan pada lesi berkisar antara 0,025 sampai 0,1 ml dan penyuntikan harus ditengah lesi. Penyuntikan yang terlalu dalam atau terlalu superfisial akan menyebabkan atrofi.

17

3.Liquid Nitrogen Cara lain untuk terapi akne cysts adalah dengan mengaplikasikan nitrogen cair selama 20 detik, aplikasi kedua diberikan 2 menit berikutnya. Terapi ini bekerja dengan mendinginkan dinding fibrotik dari akne cysts sehingga akan terjadi kerusakan pada dinding tersebut. 4.Radiasi Ultraviolet Radiasi ultraviolet alami (UVR) yang didapat dari paparan matahari, 60% dapat digunakan sebagai terapi tambahan pada akne, tetapi sekarang terapi ini tidak dianjurkan lagi. Terapi alamiah Salah satu terapi tambahan pada akne adalah dengan menggunakan bahan-bahan alamiah, diantaranya adalah dengan teh hijau. Teh hijau telah lama bermanfaat dalam pengobatan cina tradisional terutama dalam mengatasi jerawat. Alasan utama adalah karena teh hijau sangat kaya akan antioksidan terutama epigallocatecin gallate dengan aktivitas anti oksidan 200 kali lebih kuat dibanding vitamin E dalam melawan radikal bebas.11 Selain dapat melawan bakteri, penelitian menunjukkan bahwa teh hijau dapat membantu mengurangi kemerhan, inflamasi, aktivitas hormon oleh karena itu teh hijau dapat mempercepat penyembuhan dan membantu mencegah timbulnya jerawat yang sering disebabkan oleh perubahan aktivitas hormonal. Untuk terapi jerawat, teh hijau dapat diminum, dapat pula berupa pil (ekstrak teh hijau), atau dalam sediaan krim topikal. Selain itu, dengan menempatkan sekantong teh hangat pada lesi jerawat di wajah, dapat menarik keluar toksin dan memicu penyembuhan lebih cepat. Sejauh ini, metode yang paling popuuler adalah dengan meminum teh hijau namun jika penggunaan teh hijau dimaksudkan untuk terapi jerawat, maka dibutuh kan dosis yang lebih tinggi. Untuk hasil yang lebih baik, banyak regimen yang merekomendasikan minum sebanyak 8 gelas teh hijau setiap hari sampai kulit bersih. Paling efektif jika minuman teh hijaunya baru dibuat dan bebas gula. Pengawet dan gula akan menetralisir banyak manfaat dari teh hijau. Sebagai pil, teh hijau mirip dengan vitamin untuk jerawat yang berfokus pada

18

detoksifikasi kulit melalui aktivitas antioksidan. Kelemahannya, cara ini tidak bekerja sebaik teh hijau yang diminum karena nutrisi lebih banyak diserap dengan mudah bila berbentuk cairan dibanding pil.11 Menurut hasil studi saat ini yang dipresentasikan oleh Dr. Jennifer Gan-Wong dalam pertemuan tahunan the American Academy of Dermatology 2003, suatu krim topikal dengan ekstrak teh hijau 3% memberikan hasil yang sama dengan larutan yang mengandung benzoil peroksida 4%. Studi tersebut dilakukan secara acak dan double blind terhadap 108 subyek yang dibagi menjadi 2 kelompok dimana satu kelompok mendapat krim benzoil peroxide 2 kali sehari selama 12 minggu dan kelompok yang lain mendapat krim ekstrak teh hijau 2 kali sehari selama 12 minggu juga. Kemudian dilakukan pemeriksaan dan pengambilan foto oleh dokter kulit setiap minggu.11

19

DAFTAR PUSTAKA 1. Cunliffe, William J. Treatment of acne. In: Cunliffe, William J. Martin Dunitz Ltd, The United Kingdom.1989;.252-87. 2. James WD, Berger TG, Eston DM, Acne. In: James WD Berger TG, Eston DM. Andrews diseases of the skin, 9th edn. WB saunders company, Canada.2000; 284-92. 3. Zaenglein L. Andrea, et al. Acne Vulgaris and Acneiform Eruptions. In: Dermatology in General Medicine Fitzpatricks. The McGraw-Hill Companies, Inc. 2008; 690-700. 4. Habiff Thomas P. Acne, Rocasea, and Related Disorder. In: Clinical Dermatology A Color Guide to Diagnosis and Therapy. Mosby, Inc. 2004. 5. Baumann Leslie, Acne. In: Dermatology Cosmetics. Churcill Livingstone. 1994; 55-61 6. Webster F Guy, Anthony V. Rawlings. Acne and Its Therapy. Informa Healhcare USA, Inc.2007; 75-135. 7 .Bolognia Jean, Joseph L. Jarizzo, Ronald P Rapini. Acne. In: Bolognia Dermatology, Volume 2. 2003; 1940-42. 8. Brannon, Heather MD. 2006. Antibiotics used to treat acne. Available at: http:// dermatology.about.com/antibioticsusedtreatacne.htm 9. Anonim.. Consensus Recommendation for the Management of Acne. Global Alliance to improve outcomes in acne.2006. 10. Gerny, H. Potential acne therapies for women. In: Nurnberger, F. In: The therapy of acne Vulgaris In women, Walter de Gruyter, Berlin.1990; 1-8. 11.Anonim. .2006. The hijau Untuk Terapi Jerawat. Available at: http:// tehhijau untukterapijerawat.htm.

20

You might also like