You are on page 1of 21

PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALITIK PERCOBAAN 8 (IDENTIFIKASI CAMPURAN 2)

27 Desember 2010

Disusun Oleh TRI RATNA REJEKI 31108066 3B

PRODI FARMASI STIKes BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA 2010

PERCOBAAN 8 IDENTIFIKASI CAMPURAN 2

I.

Tujuan Percobaan Mahasiswa diharapkan mampu menganalisa dan mengidentifikasi sampel suatu campuran obat.

II.

Dasar Teori Analisis kimia farmasi dapat didefinisikan sebagai penerapan metode metode dan prosedur prosedur kimia. Analisis kualitatif dan kuantitatif terhadap bahan bahan atau sediaan farmasi. Tujuan dari analisa kulitatif adalah untuk mengetahui atau memastikan identitas sutu bahan obat dengan mengetahui unsure atau senyawa dalam contoh tersebut. Dalam analisis kulitatif metode yang sering digunakan adalah metode kimia , metode fisika, dan metode biologi. a. Metode Kimia Cara kimia merupakan cara yang paling tua, dilakukan dengan penggunaan siuatu pereaksi yang dapat bereaksi dengan senyawa yang dapat menghasilkan produk reaksi yang spesifik (warna, endapan , pembentukan gas ,dan bau). Tidak semua reaksi kimia dapat digunakan dalam keperluan identifikasi. Reaksi kimia yang dibutuhkan harus memenuhi persyaratn sebagai berikut: 1) Reaksi tersebut harus khas, artinya pereaksi itu hanya bereaksi dengan senyawa/ion atau segolongan saja. 2) Reaksi dapat diulang (reproduksibel), artinya reaksi yang terjadi harus menghasilkan gejala yang sama pada waktu pengulangan dalam waktu dan keadaan yang berbeda beda. Reaksi tersebut harus peka, arting pereaksi tersebut masih dapat memberikan gejala yang diamati walau konsentasi senyawa yang sangat kecil sekali.

b. Metode Fisika Cara fisika memiliki beberapa keuntungan : 1) hasil yang diperoleh lebih eksak 2) Dalam beberapa hal bahan yang diperiksa tidak mengalami kerusakan sehingga bahan tersebut dapat dipakai dalam perngujian selanjutnya cara kimia ataupun cara biologi Salah satu kerugiannya cara ini memerlukan peralatan yang mahal dan langka. Cara ini meliputi: adsorpsi, mikroskopi, kromatografi, polarografi, spektroskopi, aktivasi netron, penetapan konstanta fisika (titik leleh, titik didih, dan lain lain) dan lain lain. c. Metode Biologi Metode ini memiliki keuntungan dalam hal kecepatan dalam memberikan respon, akan tetapi tidak spesifik. Cara ini menggunakan hewan percobaan atau organ jaringan yang diisolasi. Pemisahan a. Stass-Otto-Gary Prinsip: Pemisahan berdasarkan distribusi kedalam fasa air dan fasa pelarut organik. Pembentukan/penguraian garam. (Perbedaan kelarutan-garam lebih hidrofil, asam/basa lebih lipofil, keragaman sifat lipofil/hidrofil memungkinkan pemisahan lebih lanjut). b. Cara lain (Sudjadi) Distilasi. Pelelehan. Larutan cairan dalam cairan. Sublimasi. Ekstraksi/penyaringan. Kromatografi (cairan-cairan, cairan-padatan, penukar ion,

KLT/KCKT, KG, dll).

Identifikasi dilakukan terhadap sampel golongan alkohol, fenol, asam, sulfonamid, barbital, alkaloid, vitamin, dan antiniotik. a. Alkohol Alkohol adalah persenyawaan yang terdiri atas rantai hidrokarbon (jenuh atau tak jenuh) dengan gugus hidroksil (-OH) satu atau lebih. Berdasarkan gugus OH, alkohol dapat dibagi menjadi dua, yaitu alcohol monovalen dan alcohol polivalen. Alkohol monovalen (mono hidroksi alcohol) mengandung 1 gugus OH. Sedangkan alcohol polivalen (poli hidroksi alcohol) mengandung lebih dari satu gugus OH. Alkohol monovalen dibagi menjadi 3 bagian, alifatik, aromatic, dan siklik. Sedangkan alcohol polivalen dibagi menjadi 2 bagian, yaitu yang berbentuk cairan dan berbentuk padatan. Berdasarkan tempat terikatnya gugus OH, alcohol dapat dibagi menjadi tiga, yaitu alcohol primer, alcohol sekunder, dan alcohol tersier. Alkohol primer, dimana OH terikat pada atom C primer. Alkohol sekunder, -OH terikat pada atom c sekunder. Alkohol tersier, -OH terikat pada atom C tersier. (Riawan, 1990) Sifat-sifat alcohol 1) Index bias banyak. 2) Kelarutan : umumnya lebih mudah larut dalam pelarut polar. Makin besar molekulnya makin baik larutnya dalam air (atom karbon banyak). Makin banyak gugus OH makin mudah larut dalam air. Dan makin kurang dalam PAE (Petroleum Aether). Alkohol tinggi larut dalam alcohol rendah. 3) Bobot jenis : makin rendah makin bagus larut dalam PAE. 4) Titik didih : makin pendek rantai karbon makin rendah titik didihnya. b. Fenol Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat Kristal tak berwarna yang memiliki bau khas. Rumus kimianya adalah C6H5OH dan : makin besar jika jumlah atom karbon makin

strukturnya memiliki gugus hidroksil (-OH) yang berikatan dengan cincin fenil.

Struktur resonansi fenol


H O H O H O H O H O

Senyawa golongan fenol adalah golongan senyawa dengan struktur aromatik dengan mengandung gugus OH pada rantai aromatik. Jadi pada fenol gugus OH langsung terikat pada inti benzene.

c. Asam Suatu asam karboksilat adalah suatu senyawa organik yang mengandung gugus karboksil, -COOH. Gugus karboksil mengandung gugus karbonil dan sebuah gugus hidroksil; antar aksi dari kedua gugus ini mengakibatkan suatu kereaktifan kimia yang unik untuk asam karboksilat (Fessenden, 1997) Dalam kimia organik, turunan asam karboksilat adalah kelompok senyawa organik yang memiliki gugus karbonil dan memiliki sebuah atom elektronegatif (oksigen, nitrogen atau halogen yang terikat pada atom karbon karbonil. Turunan senyawa karboksilat berbeda dengan keton dan aldehida yang memiliki gugus karbonil tapi tidak terikat dengan atom elektronegatif. Keberadaan atom elektronegatif ini menyebabkan perubahan signifikan pada reaktivitas senyawa ini. Struktur dan ikatan asam karboksilat,

d. Sulfonamid Sulfonamida berupa kristal putih yang umumnya sukar larut dalam air, tetapi garam natriumnya mudah larut. Rumus dasarnya adalah sulfanilamide. Berbagai variasi radikal R pada gugus amida (-SO2NHR) dan substitusi gugs amino (NH2) menyebabkan perubahan sifat fisik, kimia dan daya antibaktreri sulfonamida. Rumus umum sulfonilamid :

R1 H atau sisa ftalat atau suksinat R2- H radikal alifatis atau heterosiklik Sifat-sifat golongan sulfonamide, diantaranya yaitu : 1) Bersifat ampoter, karena itu sukar dpindahka dengan acara pengocokan yang digunakan dalam analisa organik

2) Mudah larut dalam aseton, kecuali Sulfasuksidin, Ftalazol dan Elkosin e. Barbital Barbiturat mempunyai inti hasil kondesasi etilester dan asam dietilmalonal dengan ureum. Rumus umum : R1, R2, R3, dan R4, adalah subtitusi-subtitusi yang menentukan struktur Barbiturat. Asam Barbiturat adalah zat induk barbital-barbital yang sendirinya tidak bersisat hipnotik. Sifat ini baru nampak jika atom-atom hydrogen pada atom C 5 dari inti pirimidinnya digantikan oleh gugusan alkil atau aril. Sifat-sifat Barbiturat, diantaranya yaitu : 1) Sukar larut dalam air, kecuali garamnya (Na) bereaksi asam lemah. Barbital-barbital semuanya bersifat lipofil, sukar larut dalam air tetapi mudah dalam pelarut-pelarut non polar seperti minyak, kloroform dan sebagainya. Sifat lipofil ini dimiliki oleh kebanyakan obat yang mampu menekan ssp. Dengan

meningkatnya sifat lipofil ini, misaInya dengan mengganti atom oksigen pada atom C 2 menjadi atom belerang, maka efeknya dan lama kerjanya dipercepat, dan seringkali daya hipnotiknya diperkuat pula. 2) 3) 4) 5) Dalam bentuk keto tidak larut dalam air. Dalam bentuk etanol larut dalam air. Bentuk keto larut dalam CHCL3, eter dan etilasetat. Garam natriumnya mudah terhidrolisa, apalagi kalau dipanaskan. Mis. Luminal Natrium. f. Alkaloid Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan heterosiklik dan terdapat di tumbuhan (tetapi ini tidak mengecualikan senyawa yang berasal dari hewan). Asam amino, peptida, protein, nukleotid, asam nukleik, gula amino dan antibiotik biasanya tidak digolongkan sebagai alkaloid. Dan dengan prinsip yang

sama, senyawa netral yang secara biogenetik berhubungan dengan alkaloid termasuk golongan ini. Golongan alkaloid adalah golongan senyawa yang mempunyai struktur heterosiklik dan mengandung atom N di dalam intinya (pembawa sifat basa/alkalis). Sifat umum yang dimiliki oleh golongan senyawa ini adalah: basa, rasa pahit, umumnya berasal dari tumbuhan dan berkhasiat secara farmakologis. Struktur golongan alkaloid amat beragam, dari yang sederhana sampai yang rumit. Koniina dan nikotin adalah dua contoh yang sederhana. Koniina diambil dari tanaman keluarga :hemlok beracun (Conius maculata). Nikotin adalah salah satu alkaloid dalam tembakau, dalam takaran rendah, seperti yang diperoleh perokok, merangsang sistem syaraf secara tak sengaja, sedangkan takaran tinggi dapat meracuni. Nikotina adalah obat yang menyebabkan kebiasaan, yaitu penyebab ketergantungan faali. Obat yang menyebabkan keracunan adalah yang mengakibatkan perubahan faali apabila si pecandu tidak menerimanya dalam suatu jangka waktu. g. Vitamin Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita yang berfungsi untuk mambantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh. Tanpa vitamin manusia, hewan dan makhluk hidup lainnya tidak akan dapat melakukan aktifitas hidup dan kekurangan vitamin dapat menyebabkan memperbesar peluang terkena penyakit pada tubuh kita. h. Antibotik Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses

biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Literatur lain mendefinisikan antibiotik sebagai substansi yang bahkan di dalam konsentrasi rendah dapat menghambat pertumbuhan dan reproduksi bakteri dan fungi.

Antibiotik termasuk jenis obat yang cukup sering diresepkan dalam pengobatan modern. Antibiotik adalah zat yang membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Sebelum penemuan antibiotik yang pertama, penisilin, pada tahun 1928, jutaan orang di seluruh dunia tak terselamatkan jiwanya karena infeksi-infeksi yang saat ini mudah diobati. Ketika influenza mewabah pada tahun 1918, diperkirakan 30 juta orang meninggal, lebih banyak daripada yang terbunuh pada Perang Dunia I. III. Alat dan Bahan a. Alat Tabung reaksi Rak tabung Pipet tetes Beaker glass Gelas ukur Batang pengaduk Penjepit kayu Pembakar spirtus b. Bahan Sampel nomor 25 Aquadest Etanol 95 % Diazo A Diazo B H2SO4 P HNO3 P Formaldehid FeCl3 KMnO4 CuSO4 Cu asetat K2Cr2O7 fehling

IV.

Prosedur Percobaan

Sampel 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. Bentuk Makroskopik Bentuk Mikroskopik Warna Bau Rasa Air Asam Basa Pelarut Organik

Uji Organoleptik

Uji Kelarutan

Fluoresensi

Reaksi Nyala

Pirolisa

Reaksi Warna

Reaksi penggolongan

Reaksi Penegasan

a. Organoleptik Bentuk, warna, bau, rasa b. Pemisahan 1) Berdasarkan kebasaan

2) Berdasarkan kelarutan

3) Berdasarkan Makrografi Untuk molekul/ partikel 4) Berdasarkan BJ sentrifuga 5) Titik didih Destilasi

c. Kelarutan Dilihat kelarutannya dalam air, asam, basa, dan dalam pelarut organic d. Uji Golongan Reaksi dengan pereaksi Diazo A, diazo B (1:4) Reaksi dengan H2SO4 p Reaksi dengan HNO3 p Reaksi dengan fehling Reaksi dengan FeCl3 e. Uji Penegasan Reaksi dengan AgNO3 Reaksi dengan KMnO4 Reaksi Cuprifil Reaksi dengan aqua Iod V. Data Hasil Pengamatan a. Organoleptik Sampel 25 Penentuan Makroskopik Pengamatan Serbuk, kristal Kemungkinan Alkohol, asam, alkaloid, vitamin Bau Tidak berbau Alkohol, asam, alkaloid, vitamin Warna Rasa Putih Asam, pahit Alkohol, asam, alkaloid, vitamin Alkohol, asam, alkaloid, vitamin

b. Pemisahan Sampel nomor 24 dipisahkan secara makroskopik. Ada yang berbentuk serbuk warna putih, dan Kristal. Selanjutnya yang bentuk serbuk putih dipisahlan berdasarkan kelarutannya.

c. Kelarutan Sampel 25 bentuk serbuk warna putih Penentuan Air Pengamatan Sukar larut Kemungkinan Alkohol, asam, alkaloid, vitamin Asam Larut Alkohol, asam, alkaloid, vitamin Alkohol, asam, alkaloid, vitamin Alkohol, asam, alkaloid, Pelarut Organik Sukar larut vitamin Sampel 25 bentuk serbuk warna putih tulang Basa larut Penentuan Air Pengamatan Ada yang larut, ada yang tidak Asam Larut Kemungkinan Alkohol, asam, alkaloid, vitamin Alkohol, asam, alkaloid, vitamin Basa Pelarut Organik Tidak larut Larut Alkohol, asam, alkaloid, vitamin Alkohol, asam, alkaloid, vitamin Kemungkinan Alkohol, asam, alkaloid, vitamin Asam Larut Alkohol, asam, alkaloid, vitamin Basa Pelarut Organik Larut Larut Alkohol, asam, alkaloid, vitamin Alkohol, asam, alkaloid, vitamin

Sampel 25 bentuk Kristal Penentuan Air Pengamatan larut

d. Uji Golongan Sampel 25 Sampel 25 + H2SO4 p

(ungu kehitaman)

Sampel 25 + HNO3 p

(kuning)

Sampel 25 + FeCl3

(coklat muda)

Sampel 25 + Diazo A + Diazo B e. Reaksi Penegasan Sampel 25

(coklat)

Sampel 25 + NaOH + Cu asetat

(kuning jingga)

Sampel 25 + fehling A + fehling B

(merah bata)

Sampel + H2SO4 p + K2Cr2O7

(hijau)

Sampel 25 + CuSO4 + NaOH

(biru membentuk gel)

Sampel 25 + KMnO4

ungu

(warna ungu hilang, kemudian coklat

VI.

Pembahasan Untuk mengidentifikasi suatu sampel secara kualilatif ada beberapa prosedur yang harus dilakukan, diantaranya yaitu uji pendahuluan, uji kelarutan, fluoresensi, uji nyala api, pirolisa, reaksi warna, reaksi penggolongan, dan reaksi penegasan. Sebelum identifikasi sampel dari suatu campuran obat terlebih dahulu harus dilakukan pemisahan. Supaya matriks tidak mengganggu reaksi. Sampel 25, mempunyai bentuk makroskopik serbuk berwarna putih, putih tulang, kristal, tidak berbau, rasa asam dan pahit. Setelah organoleptik dari zat yang akan diidentifikasi diketahui, selanjutnya dilihat kelarutannya. Sampel tersebut, larut dalam air, asam, basa, atau dalam pelarut organik. Dari kelarutan sampel dalam pelarut tertentu, kita dapat membuat hipotesis. Sampel 25, bentuk kristal larut dalam air, asam, basa, dan pelarut organic. Sampel bentuk serbuk berwarna putih sukar larut dalam air, larut dalam asam dan basa, sukar larut dalam pelarut oganik. Sampel bentuk serbuk putih tulang ada yang larut dalam air, ada yang tidak larut dalam air, pelarut organik dan ada yang tidak, larut dalam asam dan pelarut organik, dan tidak larut dalam basa. Selanjutnya penggolongan dilakukan nomor uji 25 penggolongan. merupakan Berdasarkan uji

sampel

golongan

alkaloid,

antihistamin, dan vitamin.

Pengujian yang terakhir, yaitu uji penegasan. Uji penegasan dilakukan untuk lebih meyakinkan dalam memberikan kesimpulan. Uji penegasan merupakan uji yang spesifik untuk masing-masing zat. Berdasarkan uji penegasan, sampel nomor 25 merupakan teofilin, vitamin C, CTM, dan kofein. Seharusnya sampel nomor 34 merupakan teofilin, vitamin C, vitamin K, dan efedrin HCl. Hasil reaksi kimia untuk masing-masing uji penegasan menunjukkan reaksi positif untuk teofilin, vitamin C, CTM, dan kofein. Kesalahan terjadi karena hasil reaksi terutama yang menghasilkan warna memberikan warna-warna yang hampir dekat, sehingga praktikan salah dalam memberikan kesimpulan. Teofilin

Struktur teofilin Teofilin adalah bronkodilator yang digunakan untuk pasien asma dan penyakit paru obstruktif yang kronik, namun tidak efektif untuk reaksi akut pada penyakit paru obstruktif kronik. Teofilin dapat meningkatkan resiko efek samping jika digunakan bersamaan dengan agonis reseptor beta, seperti munculnya hipokalemia. Teofilin dimetabolisme oleh hati. Pada pasien perokok atau gangguan fungsi hati dapat menyebabkan perubahan kadar teofilin dalam darah. Kadar teofilin dalam darah dapat meningkat pada gagal jantung, sirosis, infeksi virus dan pasien lanjut usia. Kadar teofilin dapat menurun pada perokok, pengkonsumsi alkohol, dan obat-obatan yang meningkatkan metabolisme di hati. Teofilin mempunyai bentuk serbuk hablur, putih, tidak berbau, pahit, mantap di udara. Teofilin larut dalam lebih kurang 180 bagian air, lebih mudah larut dalam air panas, larut dalam lebih kurang 120 bagian

bagian etanol (95%)P, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida, dan dalam ammonia encer P. (FI EDISI III, 1979) Dalam pemeriksaan teofin terdeteksi dengan reaksi cuprifil. Teofilin akan membentuk kompleks Cu berbentuk seperti gel pada saat direaksikan dengan CuSO4 dan NaOH. Vitamin C

Struktur vitamin C Vitamin C adalah salah satu jenis vitamin yang larut dalam air dan memiliki peranan penting dalam menangkal berbagai penyakit. Vitamin ini juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat. .Vitamin C termasuk golongan vitamin antioksidan yang mampu menangkal berbagai radikal bebas ekstraselular. Beberapa karakteristiknya antara lain sangat mudah teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam. Buah-buahan, seperti jeruk, merupakan sumber utama vitamin ini. Vitamin (asam askorbat) berbentuk serbuk atau hablur,putih atau agak kuning, tidak berbau, rasa asam, oleh pengaruh cahaya lambat laun menjadi gelap. Dalam keadaan kering, mantap di udara, dalam larutan cepat teroksidasi. Vitamin C mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol (95%) P, praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P, dan dalam benzene P. (FI EDISI III, 1979)

Dalam pemeriksaan vitamin C terdeteksi dengan reaksi dengan KMnO4. Vitamin C dapat mereduksi KMNO4. Warna KMNO4 yang berwarna ungu akan hilang dan lama-kelamaan larutan akan menjadi coklat. Vitamin C juga dapat mereduksi fehling A dan fehling B. hasil reduksinya membentuk endapan merah bata. Kofeina

Kofeina mempunyai bentuk serbuk atau hablur bentuk jarum mengkilat biasanya menggumpal, putih, tidak berbau, rasa pahit. Kofeina agak sukar larut dalam air, dan dalam etanol (95%) P, mudah larut dalam kloroform P, sukar larut dalam eter P. (FI EDISI III, 1979) Sampel 25 diduga mengandung kofeina karena memberikan hasil positif dengan reaksi cuprifil menghasilkan warna hijau. Hasil analisis tidak sesuai dengan data sebenarnya. Sampel nomor 25 tidak mengandung kaffeina. CTM

Sampel 25 diduga mengandung CTM karena memberikan hasil positif pada saat direaksikan dengan H2SO4 dengan K2Cr2O7 menghasilkan

warna hijau. Hasil analisis tidak sesuai dengan data sebenarnya. Sampel nomor 25 tidak mengandung CTM. Efedrin HCl
NH

OH

H Cl

ephedrine HCl

. Efedrin (EPH) adalah alkaloid yang terdapat dalam tumbuhan efedra yang biasa tumbuh di daerah Asia tengah. Tanaman ini biasanya hijau sepanjang tahun dan biji keringnya digunakan sebagai obat. Efedrin biasanya digunakan sebagai obat asma dan penurun berat badan. Efedrin dijual dalam bentuk garam hidroklorida dan sulfat. Efedrin pertama kali diisolasi dari tanaman Ephedra vulgaris pada tahun 1885 oleh Nagayoshi Nagai. Sampel 25 diduga tidak mengandung efedrin HCl karena memberikan hasil negative dengan reaksi cuprifil. Efedrin akan menghasilkan warna ungu dengan reaksi cuprifil. Sampel 25 menghasilkan warna hijau dengan reaksi cuprifil. Vitamin K

Vitamin K (K dari "Koagulations-Vitamin" dalam Bahasa Jerman dan Bahasa DenmarkMmerujuk pada sekelompok vitamin lipofilik dan hidrofobik yang dibutuhkan untuk modifikasi pascatranslasi dari berbagai macam protein, seperti dalam proses pembekuan darah. Secara kimia vitamin ini adalah turunan 2-metil-1,4-naftokuinona. Vitamin K bersifat tahan panas, tetapi akan segera rusak apabila terpapar senyawa asam, basa, dan cahaya matahari. Pada manusia, vitamin K didapat dari nutrisi asupan makanan dan mikroflora pada saluran pencernaan. Di dalam hati, vitamin K dibutuhkan untuk mengaktivasi protrombin dengan reaksi karboksilasi gugus Glu pada residu protein prekursornya. Asam glutamat yang mengalami reaksi karboksilasi akan berubah menjadi asam karboksiglutamat gamma. Vitamin K berbentuk serbuk hablur, kuning cerah, bau khas lemah, oleh pengaruh cahaya warna menjadi coklat muda. Vitamin K praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam kloroform P, dan dalam etanol (95%) P, larut dalam benzene P, dan dalam minyak nabati. (FI EDISI III, 1979) Sampel 25 diduga tidak mengandung vitamin K karena memberikan hasil negative pada saat direaksikan dengan H2SO4 p dan HNO3 p. Vitamin K bereaksi dengan H2SO4 p menghasilkan warna kuning coklat. Sampel 25 menghasilkan bening dengan H2SO4 p. Vitamin K bereaksi dengan HNO3 p menghasilkan warna kuning. Sampel 25 menghasilkan warna jingga dengan HNO3 p

VII.

Kesimpulan Setelah dilakukan uji organoleptik, uji kelarutan, uji golongan, dan uji penegasan. a. Sampel 25 merupakan golongan alkaloid dan vitamin. b. Sampel 25 merupakan teofilin, efedrin HCl, vitamin C, dan vitamin K.

VIII. Daftar Pustaka Farmakope Indonesia Edisi III.1979. Jakarta: Republik Indonesia Ibrahim, Selamet(1983) Cara Cepat Identifikasi Obat. Bandung : ISFI JABAR Wikipedia (2010) efedrin HCl [Online]. Tersedia: Departemen Kesehatan

http://id.wikipedia.org/wiki/efedrin HCl. [29 Desember 2010] Wikipedia (2010) kofeina [Online]. Tersedia:

http://id.wikipedia.org/wiki/kofeina.[29 Desember 2010] Wikipedia (2010) teofilin [Online]. Tersedia:

http://id.wikipedia.org/wiki/teofilin.[29 Desember 2010] Wikipedia (2010) vitamin C [Online]. Tersedia:

http://id.wikipedia.org/wiki/vitamin C. [28 Desember 2010] Wikipedia (2010) vitamin K [Online]. Tersedia:

http://id.wikipedia.org/wiki/vitamin K. [28 Desember 2010]

You might also like