You are on page 1of 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN RHABDOMIOSARKOMA

Pengertian
Rhabdomiosarkoma (RMS) kata ini berasal dari bahasa Yunani, (rhabdo yang artinya bentuk lurik, dan myo yang artinya otot). Rabdomiosarkoma merupakan suatu tumor ganas yang aslinya berasal dari jaringan lunak ( soft tissue) tubuh, termasuk disini adalah jaringan otot, tendon dan connective tissue. Rabdomiosarkoma merupakan keganasan yang sering didapatkan pada anakanak. Respon pengobatan dan prognosis dari penyakit ini sangat bergantung dari lokasi dan gambaran histologi dari tumor ini sendiri.

Etiologi
Beberapa sindroma genetik yang berhubungan dengan angka kejadian RMS Neurofibromatosis (4-5% risk of any of a number of malignancies) Li-Fraumeni syndrome (germline mutation of the tumor suppressor gene TP53) Rubinstein-Taybi syndrome Gorlin basal cell nevus syndrome Beckwith-Wiedemann syndrome Costello syndrome Beberapa faktor lingkungan yang diduga berperan dengan prevalensi RMS : Parental use of marijuana and cocaine Intrauterine exposure to X-rays Previous exposure to alkylating agents

Manifestasi Klinis
Massa dari RMS yang dapat dilihat dan dirasakan, bisa dirasakan nyeri maupun tidak. Perdarahan pada hidung, vagina, rectum, atau mulut dapat terjadi jika tumor terletak pada ea ini. Rasa geli, nyeri serta pergerakan dapat terjadi jika tumor menekan saraf pada area yang terkena. Penonjolan serta kelopak mata yang layu, dapat mengindikasikan suatu tumor dibelakang area ini.

Patofisiologi
Proses salami dari kebanyakan tumor ganas dapat dibagi atas 4 fase yaitu:
Perubahan ganas pada sel-sel target, disebut sebagai transformasi. Pertumbuhan dari sel-sel transformasi. Invasi Lokal. Metastasis Jauh.

Laju pertumbuhan tumor ditentukan oleh 3 faktor utama yaitu :


Kelipatan waktu sel-sel tumor. Fraksi sel-sel tumor yang berada dalam pul replikatif. Laju pertumbuhan pada sel-sel yang terlepas dan hilang dalam lesi pertumbuhan.

Pemeriksaan Radiologi
Pada foto polos : foto pada dada sangat membantu untuk mengetahui adanya kalsifikasi dan keterlibatan tulang dalam pada tumor primer dan untuk mengetahui apakah terdapat metastase pada paru-paru. CT-Scan : CT-Scan pada dada perlu dilakukan sebagai evaluasi apakah terdapat metastase pada paru-paru. CT-Scan dada baik dilakukan sebelum dilakukan operasi untuk menghindari kesalaham dimana atelektasis dapat disangka sebagai proses meastase. CT juga dapat membantu dalam mengevaluasi tulang, apakah terdapat erosi tulang dan untuk follow up terhadap respon dari terapi. CT pada hati dengan tumor primer pada bagian abdomen atau pelvis sangat membantu untuk mengetahui jika adanya metastase. MRI : MRI meningkatkan kejelasan jika terdapat invasi tumor pada organorgan tubuh. Terutama pada orbita, paraspinal, bagian parameningeal. Bone scanning : Untuk mencari jika terdapat metastase pada tulang. USG : Untuk memperoleh gambaran sonogram dari hati pada pasien dengan tumor primer pada abdomen dan pelvis. Ekokardiografi : Unruk mengetahui jika tedapat gangguan jantung sebelum kemoterapi.

Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah : Dapat dijumpai anemia, hal ini dapat diakibatkan adanya suatu proses inflamasi, atau pansitopenia dapat terlihat pada bone marrow. Tes fungsi hati, termasuk pemeriksaan LDH, AST, ALT, alkalin fosfatase, dan level bilirubin. Suatu proses metastase pada hati dapat membuat perubahan pada jumlah dari protein-protein tersebut. Tes fungsi hati juga perlu dilakukan sebelum memulai kemoterapi. Tes fungsi ginjal, termasuk pemeriksaan pada BUN dan kreatinin : Fungsi ginjal juga harus diperiksa sebelum dilakukan kemoterapi. Urinalisis (UA) : Terdapatnya hematuria dapat mengindikasikan terlibatnya GU tract dalam proses metastase tumor. Elektrolit dan kimia darah : perlu dilakukan pengecekan terhadap sodium, potassium, klorida, karbon dioksida, kalsium, fosfor, dan albumin.

Data Pengkajian
Aktivitas/Istirahat Sirkulasi Integritas Ego Eliminasi Makanan/cairan Neurosensori Nyeti/Kenyamanan Pernapasan Keamanan Seksualitas Interaksi Sosial Penyuluhan/Pembelajaran

Pemeriksaan Diagnostik
Scan (misalnya MRI, CT, gallium) dan ultrasound: dilakukan untuk tujuan diagnostic, identifikasi metastatik, dan evaluasi respon pada pengobatan. Biopsy (aspirasi, eksisi, jarum, melubangi): dilakukan untuk diagnostik banding dan menggambarkan pengobatan dan dapat dilakukan melalui sumsum tulang, kulit, organ, dan sebagainya. Penanda tumor (zat yang dihasilkan dan disekresi oleh sel tumor dan ditemukan dalam serum, misalnya CEA, antigen spesifik prostat, fetoprotein, HCG, asam fosfat prostat, kalsitonin, antigen onkofetal pancreas, CA 15-3, CA 19-9, CA 125 dan sebagainya): dapat membantu dalam mendiagnosis kanker tetapi lebih bermanfaat sebagai prognostic dan/atau monitor terapeutik.

PRIORITAS KEPERAWATAN Dukungan adaptasi dan kemandirian. Meningkatkan kenyamanan. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal. Mencegah komplikasi. Memberikan informasi tentang proses/kondisi penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan.
TUJUAN PEMULANGAN

Pasien menerima situasi dengan realistis. Nyeri hilang/terkontrol. Homeostatis dicapai. Komplikasi dicegah/dikurangi. Proses/kondisi penyakit, prognosis, pilihan terapeutik dan aturan dipahami.

DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI

You might also like