You are on page 1of 17

PT PLN (Persero)

JASDIK
II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
I. TEKNIK LISTRIK TERAPAN HAL - 1/17


1. ARUS BOLAK-BALIK.

Untuk melayani keperluan disediakan saluran 1 phasa dan 3 phasa

1.1. KARAKTERISTIK ARUS BOLAK-BALIK

Tidak seperti arus searah dimana besar dan polaritas dari arus/tegangan selalu tetap
sepanjang waktu maka pada arus bolak-balik, besar dan polaritas dari arus/tegangan
berubah-rubah terhadap waktu mengikuti bentuk fungsi sinus


























Dari karakteristik tersebut maka kita kenal :

1. Tegangan / arus sesaat
2. Tegangan / arus puncak / maksimum
3. Tegangan / arus efektif






Perubahan
Positif
Arus Berkurang
pada arah Posistif
Arus Berkurang
pada arah Posistif
Perubahan
Negatif
Arus Bertambah
pada arah Negatif
Arus Bertambah
pada arah Negatif

1/3
0

1+

1-
Gambar - 1

PT PLN (Persero)
JASDIK
II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
I. TEKNIK LISTRIK TERAPAN HAL - 2/17


Tegangan Arus

Nilai sesaat : e = V sin wt I = sin t
Nilai maks : V = V I = I
Nilai efektif : V
ef
= V / 2 I
ef
= I / 2


Nilai efektif adalah nilai yang terukur pada alat ukur (Volt meter /Amper meter)
Misalnya tegangan dirumah : 220 volt atau 380 volt.




1.2.BEBAN PADA ARUS BOLAK-BALIK

Pada sistem arus searah hanya mengenal beban resistive ( R ), tetapi pada sistem arus bolak
balik beban merupakan Impedansi ( Z ) yang biasa dibentuk dari unsur : R, L, C.


Contoh beban :

R (hambatan murni) : Lampu pijar, setrika listrik, heater
L ( hambatan induktif) : Reaktor, komparan
C (hambatan kapasitas) : Kapasitor


Sifat hambatan L (X
L
) dengan C (X
C
) saling bertentangan /meniadakan.


X
L
= 2.f.L, dan X
C
=
fC t 2
1


X
L
dan X
C
merupakan bagian imajiner dari impedansi Z













PT PLN (Persero)
JASDIK
II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
I. TEKNIK LISTRIK TERAPAN HAL - 3/17


Hubungan dari tiga beban / hambatan digambarkan sebagai berikut :













































Z = R +
J
X
L










R
V
Z X
L


Z = R -
J
X
C










R
V
Z
-X
C


Z = R -
J
X
L
-
J
X
C

(
J
X
L
>
J
X
C
)








R
V
Z
X
L


-X
C

(a)
R
V
Z
X
L


-X
C

Z = R -
J
X
L
-
J
X
C

(
J
X
L
<
J
X
C
)








V
Z
X
L


-X
C

V
Z
X
L


-X
C

(c)
(b)
Gambar - 2

PT PLN (Persero)
JASDIK
II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
I. TEKNIK LISTRIK TERAPAN HAL - 4/17


1.3. DAYA PADA ARUS BOLAK-BALIK

Karena beban Z mempunyai/membentuk pergeseran sudut terhadap V (sebagai referensi)
maka arus beban I
b
yang mengalirpun membentuk sudut yang sama searah dengan sudut
dari Z sebesar .


Hal ini berakibat timbulnya 3 macam daya.

a. Daya aktif : P (watt)
b. Daya reaktif : Q (VAR)
c. Daya semu : S (VA)


Hubungan dari ketiga macam daya tersebut kita kenal sebagai segitiga daya.
















Gambar : Segi Tiga Daya

Penjumlahan Vektor P dan Q
S = Q J P

+











Q
S
P

Q
S
P

Beban bersifat kapasitif Beban bersifat induktif

PT PLN (Persero)
JASDIK
II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
I. TEKNIK LISTRIK TERAPAN HAL - 5/17


1.3.1 Rumus Dasar Arus Bolak Balik 1 phasa





















1.3.2. Rumus-rumus Daya

1 Phasa :

S = V x I (VA)
P = V x I x cos (Watt)
Q = V x I j X sin (VAR)

V = Tegangan Phasa-netral (220 Volt)
I = Arus Phasa



3 Phasa :

S = V x I x 3 (VA)
P = V x I x 3 x cos (Watt)
Q = V x I x 3 j X sin (VAR)

V = Tegangan Phasa-phasa (380 Volt)
I = Arus Phasa




I
2
Z cos

V
2
Z Cos
Z

I V cos

V
Z

P
Z cos

PZ
cos

P
V cos

P
I cos

IZ
P
I
2
cos

V
2
cos
P

V
I
P I
U Z
= Sudut Phasa

PT PLN (Persero)
JASDIK
II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
I. TEKNIK LISTRIK TERAPAN HAL - 6/17



2. IMPEDANSI

2.1. TAHANAN R

Tahanan dari suatu konduktor (kawat penghantar) dinyatakan oleh :



R =
A
L


Dimana : = Resistivitas
L = Panjang kawat
A = Luas penampang dalam kawat


Dalam tabel-tabel yang tersedia sering kita jumpai penampang kawat diberikan dalam
satuan circular Mil disingkat CM.

Difenisi dari CM ialah penampang kawat yang mempunyai diameter 1 mil (0,001 inch).


CM = 1973 x 10
-4
x (dalam CM)
Atau
mm
2
= 5,067 x 10
-4
x (dalamCM)



Dalam satuan MKS :

= Ohm Meter
L = Meter
A = m
2



Dalam satuan CGS :

= Mikro Ohm - Centimeter
L = Cm
A = Cm
2







PT PLN (Persero)
JASDIK
II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
I. TEKNIK LISTRIK TERAPAN HAL - 7/17


Karena pada umumnya kawat-kawat penghantar terdiri dari kawat pilin (stranded
conductors)
Maka sebagai factor koreksi untuk memperhitungkan pengaruh dari pilin, panjang kawat
dikalikan dengan 1,02 - 1,05 (2% - 5 % factor koreksi).

Dalam batas temperatur 10
0
C sampai dengan 100
0
C, untuk kawat tembaga (Cu) dan
aluminium (AL) berlaku rumus :

Rt
2
= Rt
1
{ l +
t1
(t
2
t
1
) }

Dimana :

Rt
2
= Tahanan pada temperatur t
2

Rt
1
= Tahanan pada temperatur t
1


t1
= Koefisien temperatur dari tahanan pada temperatur l
1


Jika :

t1
=
1
1
L To +
sehingga T
0
=
1 1
1
T
t
o



Maka :
Rt
2
= Rt
1

1 0
2 0
t T
t T
+
+



T
0
adalah temperatur dimana tahanan kawat akan menjadi nol.


Untuk kawat :

Cu (100%) : 20 = 0,00393

T
0
=
00393 , 0
1
20 = 234,5
o
C


Cu (97,5%) : 20 = 0,00383

T
0
=
00383 , 0
1
20 = 241,5
o
C




PT PLN (Persero)
JASDIK
II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
I. TEKNIK LISTRIK TERAPAN HAL - 8/17


AL (61%) : 20 = 0,00403

T
0
=
00433 , 0
1
20 = 228,1
o
C




Tabel dibawah ini harg-harga T
0
dan untuk bahan-bahan konduktor standard.


Tabel-1 : Harga koefisien temperatur (T
0
dan ) bahan konduktor standard
Material T
0
(
o
C)
Koefisien temperatur dari tahanan

o

oo

25

50

75

80

100

Cu (100%) 234,5 4,27 3,93 3,85 3,52 3,25 3,18 2,99
Cu (97,5%) 241,0 4,15 3,83 3,76 2,44 3,16 3,12 2,93
AL (61%) 228,1 4,03 2,83 3,95 3,60 3,30 3,25 3,05

Tabel-1 : Resistivitas ( bahan konduktor standard ).
Material
Resistivitas dari tahanan (.Cm)

o

oo

25

50

75

80

100

Cu (100%) 1,58 1,72 1,75 1,92 2,09 2,12 2,26
Cu (97,5%) 1,63 1,77 1,80 1,97 2,14 2,18 2,31
AL (61%) 2,60 2,83 2,89 3,17 3,46 3,51 3,74

Tahanan arus searah (DC) yang diperoleh dari perhitungan diatas harus dikalikan dengan
factor :

1,0 untuk konduktor padat (solid)
1,01 untuk konduktor pilin yang terdiri dari 2 lapis
1,02 untuk konduktor pilin yang lebih dari 2 lapis

Biasanya tahanan konduktor standard diberikan oleh pabrik yang diukur pada
temperature 20
o
C, sehingga untuk pemakaian dilapangan harga R harus dikoreksi sesuai
temperature rata-rata diluar (t
2
) dan dinyatakan dalam Ohm/Km.










PT PLN (Persero)
JASDIK
II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
I. TEKNIK LISTRIK TERAPAN HAL - 9/17


3. HUKUM KIRCHOFF
Hukum Kirchoff I

Pada setiap rangkaian listrik, jumlah aljabar dari arus-arus yang bertemu disatu titik adalah
nol.

Notasi : I = 0
I2 I4

Jadi :
I
1
+(-I
2
)+(-I
3
)+(I
4
)+(-I
5
)=0
I
1
+I
4
=I
2
+I
3
+ I
5

Jumlah arus yang masuk=jumlah
I1 I3 I5 Arus yang keluar atau jumlah arus
Yang bertemu disatu titik adalah
Nol.





Hukum Kirchoff II

Jumlah aljabar dari hasil kali arus dan tahanan pada setiap konduktor dalam suatu
rangkaian tertutup (mesh) , sama dengan jumlah aljabar dari ggl.

a. b c
I R = GGL = E

E R
1
R
2

1.
abef = E = I
1
. R
1
2. acdf = E = I
2
R
2

3. bcdeb = 0 = 1
2
R
2 -
I
1
R
1

f e d













PT PLN (Persero)
JASDIK
II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
I. TEKNIK LISTRIK TERAPAN HAL - 10/17


4. RANGKAIAN LISTRIK

4.1. Rangkaian Impedansi Seri

Z
1
Sebuah rangkaian listrik yang terdiri dari 3 buah Impedansi yang
disambung seri, arus yang mengalir pada setiap Impedansi sama
besarnya karena rangkaian seri.
V I Z
2




Z
3


Menurut hukum Kirchoff II :
V = I.Z1 + I.Z2 + I.Z3
= I ( Z1 + Z2 + Z3 )
= I x Z
tot


Apabila :
Z1 = R1 + jX1
Z2 = R2 + jX2
Z3 = R3 + jX3

V = I (R1 + jX1 + R2 + jX2 + R3 + jX3)
= I ( ) ( ) { } 3 2 1 3 2 1 X X X j R R R + + + + +

riil imaginer
Z
tot
=
2 2
) 3 2 1 ( ) 3 2 1 ( X X X R R R + + + + +
3 2 1
3 2 1
. .
R R R
X X X
tg arc
+ +
+ +
Z



COTOH SOAL :

Diketahui :
Z
1
= 60 + j 80 O
Z
2
= 80 - j 60 O
Z
3
= 80 + j 60 O
V = 200 Volt.

Tentukan : besarnya
- Arus (I)
- Impedansi total (Z
tot
).



PT PLN (Persero)
JASDIK
II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
I. TEKNIK LISTRIK TERAPAN HAL - 11/17


Jawab :
Z
tot
= 60 + j 80 + 80 - j 60 + 80 + j 60
= 220 + j 80 O
= 234
0
20 Z O


I =
0
0
20 234
0 200
Z
Z
= 0,85
0
20 Z Amp.

Tegangan masing-masing Impedansi :
V
Z1
= 100
0
13 , 53 Z x 0,85
0
20 Z
= 85
0
13 , 33 Z Volt.

V
Z2
= 100
0
87 , 36 Z x 0,85
0
20 Z
= 85
0
87 , 56 Z Volt.

V
Z3
= 100
0
87 , 36 Z x 0,85
0
20 Z
= 85
0
87 , 16 Z Volt.



4.2. Rangkaian Impedansi Paralel.

Suatu rangkaian listrik yang terdiri dari dua buah Impedansi yang disambung Paralel
Tegangan yang kita pilih sebagai referensi :
Hikum Kirchoff I
I
I = I
1
+ I
2

I
1
=
1 Z
V
I
1
I
2

I
2
=
2 Z
V
V Z
1
Z
2


Z
tot
= Z
1
// Z
2
atau Z
tot
=
I
V









PT PLN (Persero)
JASDIK
II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
I. TEKNIK LISTRIK TERAPAN HAL - 12/17


CONTOH SOAL

Diketahui suatu rangkaian listrik seperti gambar diatas dengan :
Z
1
= 60 + j80 O
Z
2
= 40 j30 O
V = 200 Volt.

Tentukan :
Arus I
tot
, I
1
, I
2

Impedansi Z
tot
.

Jawab :
Z
1
= 60 + j80 = 100
0
13 , 53 Z O
Z
2
= 40 j30 = 50
0
87 , 36 Z O
Tegangan V sebagai referensi, sehingga.
V = 200
0
0 Z = 200 + j0 Volt.

Arus I
1
=
1
Z
V
=
0
0
13 , 53 100
0 200
Z
Z
= 2
0
13 , 53 Z = 1,2 j1,6 Amp.
Arus I
2
=
2
Z
V
=
0
0
87 , 36 50
0 200
Z
Z
= 4
0
87 , 36 Z = 3,2 + j2,4 Amp.

Arus I
tot
= I
1
+ I
2
= 4,4 + j0,8 = 4,47
0
3 , 10 Z

Z
tot
=
Itot
V


=
0
0
3 , 10 47 , 4
0 200
Z
Z
= 44,74
0
3 , 10 Z O
= 44,01 j8 O














PT PLN (Persero)
JASDIK
II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
I. TEKNIK LISTRIK TERAPAN HAL - 13/17


5. JATUH TEGANGAN

Dalam penyediaan tenaga listrik disyaratkan suatu level standard tertentu untuk
menentukan kwalitas tegangan pelayanan.

Secara umum ada tiga hal yang perlu dijaga kwalitasnya.

1. Frekwensi (50 Hz)
2. Tegangan SPLN.No.1; 1985 (220/380 Volt : + 5%; - 10%)
3. Keandalan


5.1. JATUH TEGANGAN (VOLTAGE DROP = V)

Akibat terjadinya rugi tegangan pada saluran maka tegangan khususnya ditempat
pelanggan rugi paling jauh dari sumber (gardu distribusi) akan lebih kecil dari tegangan
nominal.
Rugi tegangan pada saluran yang menyebabkan adanya jatuh tegangan (V) dapat
dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

V = Vs - Vr

Dimana :

Vs = tegangan pengiriman dari sumber
Vr = tegangan penerimaan disisi beban

Dalam gambar-4 diberikan rangkaian pengganti dari saluran distribusi.












Gambar-. Rangkaian Pengganti Saluran Distribusi





~
V
S

V
r

V
L

Z
I
r
JX R I
S


PT PLN (Persero)
JASDIK
II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
I. TEKNIK LISTRIK TERAPAN HAL - 14/17



I
S
= I
r
= I = arus pada saluran
Z = R + JX = impedansi saluran














Gambar-. Diagram Phasor Saluran

Dengan rumus pendekatan :

Vs = Vs1 maka
V = Vs1 Vr
V = I R cos + I jJ X sin
V = I (R cos + jJ X sin )

Dimana :

I = arus penghantar phasa (ampere)
R = resistansi/tahanan penghantar phasa (/km)
jX = reaktansi saluran (/km)
= sudut daya (beda sudut antara I dan E)

Maka :

V = I . L (R cos + J X sin )

Untuk saluran 3 phasa

V = 3 . I . L (R cos + J X sin )

Bila beban terpusat diujung

V = 3 . I . L (R cos + J X sin )


Vr
VS
IZ
IX
Vs
I
Vr
IR

PT PLN (Persero)
JASDIK
II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
I. TEKNIK LISTRIK TERAPAN HAL - 15/17


Bila beban merata sapanjang saluran

V =
( )
2
sin . cos . . . . 3 JX R L I +



Sesuai SPLN No. 72 ; tahun 1987 V max sebagai berikut :


JTM = 5% Trafo = 3%
JTR = 4% saluran Pelayanan = 1%


Nilai V biasa berubah-ubah tergantung fluktuasi beban
Untuk optimasi jaringan nilai untuk dapat diambil nilai maksimum sesuai SPLN
No. 72;198



5.2. REGULASI TEGANGAN (VR)

Regulasi tegangan dapat dinyatakan sebagai berikut :


VR (%) =
Vr
Vr Vs
x 100%

Biasanya VR dibatasi sebesar 10% maksimum.

















PT PLN (Persero)
JASDIK
II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
I. TEKNIK LISTRIK TERAPAN HAL - 16/17



6. PERBAIKAN FAKTOR DAYA


6.1.Pengaruh Faktor Daya

Faktor daya (cos ) adalah perbandingan antara daya nyata P (watt) dengan daya semu
S (VA) yang biasa dinyatakan dalam angka decimal atau persentasi.

Contoh :

P = 80 KW ; S = 100 KVA


P.F = = = 0,8 = 8%


Pengaruh dari nyata dari peningkatan PF pada suatu sirkuit adalah untuk mengurangi
arus yang mengalir lewat sirkuit tersebut sehingga memperoleh beberapa keuntungan
antara lain :

1. Daya semu S lebih kecil untuk P yang tetap

P.F 60% 70% 80% 90% 100%

P (KW) 600 600 600 600 600
Q (KVAR) 800 612 450 291 0
S (KVA) 1000 857 750 667 600

2. Daya nyata P lebih besar untuk S yang tetap

P.F 60% 70% 80% 90% 100%

P (KW) 360 42 480 540 600
Q (KVAR) 480 428 360 262 0
S (KVA) 600 600 600 600 600

3. Mengurangi rugi tegangan.

4. Mengurangi ukuran kemampuan transformator, kabel, peralatan hubung sehingga
biaya investasi awal lebih rendah.





P

S

80

100


PT PLN (Persero)
JASDIK
II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
I. TEKNIK LISTRIK TERAPAN HAL - 17/17



6.2.Pemasangan Kapasitor

Daya yang dipakai oleh motor-motor dalam industri mempunyai dua komponen :

5. Daya nyata P yang menghasilkan kerja.
6. Daya reaktip Q yang diperlukan untuk membangkitkan medan magnet agar
motor-motor dapat berputar.

Dengan diperlukannya daya reaktip tersebut maka peraltan seperti motor-motor,
transformator (peralatan induktip) memerlukan daya yang lebih besar dari sumber.

Fungsi penggunaan kapasitor adalah untuk meningkatkan P.F dengan cara mensuplai
daya reaktip bila dipasang pada atau dekat peralatan induktip.

Keperluan besarnya daya reaktif dari kapasitor dapat dilihat dari segi tiga daya sebagai
berikut :











Q = P x tg
o

Q1 = P x tg
1

Q(C) = P x (tg
o
tg
1
) KVAR

6.3. Penempatan kapasitor

Untuk mendapatkan hasil yang optimal dari pemasangan kapasitor maka perlu
penempatan yang tepat.

Kapasitor TR
a. Pada terminal motor-motor ukuran besar
b. Untuk kumpulan beberapa motor-motor kecil atau motor-motor yang tidak
bekerja terus menerus kapasitor ditempatkan pada ujung instansi
c. Penempatan didaerah pusat beban apabila sulit untuk menempatkan dilokasi
a. atau b. Ditempatkan pada sisi beban dari APP jika hanya bertujuan untuk
menghindari tagihan kelebihan VAR.

KVAR

KVAR

KVAR

KVAR

KVAR

KVAR

Q

Q
O


S
O
= KVA

S
1
= KVA

PF
O


PF
1


P - KW

You might also like