You are on page 1of 163

STIA LAN Makassar 2012

lgmhschool.com

Kompetensi
Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

Tim Peneliti STIA LAN Makassar

ANALISIS KOMPETENSI APARATUR PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA

ISBN 978-602-17411-1-5

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kompetensi aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan di 6 (enam) Kabupaten/Kota di Indonesia masing-masing: Kabupaten Sorong, Kota Kupang, Kota Ternate, Kota Kendari, Kota Bandung, dan Kabupaten Mamuju. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan pendekatan kuantitatif. Untuk tingkat analisis, penelitian ini menggunakan dua tingkatan sekaligus yaitu: analisis deskriptif pada semua variable serta lokus dan analisis komparatif untuk melihat kecenderungan pola yang sama atau berbeda antara lokasi yang satu dengan yang lainnya terhadap analisis jabatan/ pekerjaan pegawai dikaitkan dengan kompetensi aparatur baik secara kuantitas (cukup) maupun kualitas (cakap) sesuai dengan tugas pokok, fungsi, kewenangan, dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Berdasarkan hasil penelitian, analisis dan pembahasan tentang analisis kebutuhan kompetensi aparatur pemerintah kabupaten/kota di Indonesia, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Kompetensi aparatur pemerintah kabupaten/kota di Indonesia dilihat dari aspek pengetahuan memiliki rata-rata 3,77 atau berada pada kategori memadai; (2) Kompetensi aparatur pemerintah kabupaten/kota di Indonesia dilihat dari aspek keterampilan memiliki ratarata 3,67 atau berada pada kategori memadai; (3) Kompetensi aparatur pemerintah kabupaten/kota di Indonesia dilihat dari aspek sikap memiliki rata-rata 3,81 atau berada pada kategori memadai.

iii

PRAKATA

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Taupiq dan Hidayah-Nya sehingga laporan hasil penelitian STIA-LAN Makassar untuk tahun 2012 dengan Judul: Analisis Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia dapat kami selesaikan. Penelitian ini dilaksanakan pada 6 daerah sampel yaitu Kabupaten Sorong, Kota Bandung, Kabupaten Mamuju, Kota Kendari, Kota Kupang dan Kota Ternate. Kepada Narasumber, Responden dan Pembantu Lapangan yang telah memberi data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggitingginya. Terima kasih dan penghargaan yang sama juga disampaikan kepada Narasumber penilai atas masukan, saran dan koreksinya terhadap laporan ini. Terkhusus kepada anggota tim peneliti, terima kasih atas kerjasama dan dedikasinya yang tinggi serta upaya yang ditunjukkan untuk menghasilkan penelitian yang baik. Semoga apa yang telah dilakukan memberi manfaat. Amin. Makassar, Desember 2012 Koordinator,

Dra. Rohana Thahier, M.Pd

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

ii

DAFTAR ISI Hal SAMPUL .............................................................................................. KATA PENGANTAR ............................................................................ DAFTAR ISI ......................................................................................... DAFTAR TABEL ................................................................................. BAB I PENDAHULUAN...................................................................... A. Latar Belakang ................................................................ B. Rumusan Masalah........................................................... C. Tujuan Penelitian ............................................................. D. Manfaat Penelitian ........................................................... BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................. A. Tinjauan Teori ................................................................. 1. Manajemen Aparatur .................................................. 2. Kompetensi Aparatur .................................................. 3. Karakteristik Kompetensi ............................................. 4. Klasifikasi Kompetensi ................................................. 5. Kebutuhan Kompetensi Masa Depan ......................... 6. Komponen Kompetensi ............................................... B. Devinisi Operasional Variabel.......................................... C. Model Berpikir.................................................................. D. Pertanyaan Penelitian ..................................................... BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................. A. Metode Penelitian ............................................................ B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling........................... C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ...................... D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ............................. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ A. Deskripsi Lokasi Penelitian .............................................. B. Hasil Penelitian Dan Pembahasan ................................. BAB V PENUTUP ............................................................................. A. Kesimpulan ..................................................................... B. Saran .............................................................................. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN i ii iii iv 1 1 4 4 4 5 5 5 7 9 10 13 14 15 16 17 18 18 18 19 20 22 22 77 152 152 152

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

iii

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Judul Gambar Halaman 16

Model Berpikir ..................................................................

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 2.

Judul Tabel Karakteristik responden penelitian ... Tanggapan responden tentang penyampaian dan

Halaman 77

penjelasan pengetahuan terkini dalam peran sebagai ahli, membantu kesulitan tekhnis orang lain, menyebarkan teknologi baru keluar organisasi, menerbitkan tulisan tentang metode baru melalui artikel atau jurnal 82

professional......................................................................... 3. Tanggapan responden tentang kesadaran akan teknologi baru dan secara aktif mengembangkan pengetahuan yang dimiliki serta mengembangkan rasa ingin tahu untuk mendapatkan perkembangan hal yang baru dan tetap dari mengetahui bidang

terbaru

suatu

pengetahuan tertentu.......................................................... 4. Tanggapan pengetahuan mempunyai responden yang keahlian tentang penguasaan dengan untuk bidang &

83

terkait

pekerjaan

tekhnis

memberikan/ orang 86

menyumbangkan

pengetahuan-nya

kepada

lain.................................................................................................

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

5.

Tanggapan responden tentang tidak mempertentangkan sejarah & adat istiadat dalam organisasi, akan tetapi mendayagunakan-nya untuk menunjang kelancaran 87

pencapaian tujuan organisasi............................................. 6. Tanggapan responden tentang memiliki kemampuan keterampilan dari tingkat dasar sampai dengan pakar yang didapat dari pendidikan khusus dan pengalaman di bidang tertentu sampai dengan mengatur berbagai unit organisasi yang kompleks................................................... 7. Tanggapan responden tentang kemampuan menentukan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang lebih teliti dan berbeda sebelumnya.......................................................... 8. Tanggapan responden tentang memastikan hasil kerja yang berkualitas, dimana prosedur kerja, pelaksanaan tugas, dan hasil kerja untuk menghindari kekurangan atau kesalahan............................................................................ 9. Tanggapan responden tentang kemampuan untuk

100

102

104

mempengaruhi dan meyakinkan orang lain mengikuti ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam kelompok kerja dan menyelesaikan tugasnya dalam kelompok serta membagi informasi yang berguna dan relevan bagi

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

vi

anggota tim............................................................... 10. Tanggapan responden tentang melakukan kesepakatan dengan pihak-pihak yang terkait mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan..................................................... 11. Tanggapan responden tentang melakukan uji coba setiap solusi yang diterapkan, mengumpulkan umpan balik kegunaannya dan kreatifitas solusi untuk efektivitas......... 12. Tanggapan kemampuan responden melayani tentang memanfaatkan kepada

106

108

110

dengan

berorientasi

pelanggan........................................................................... 13. Tanggapan responden tentang kemampuan berempati terhadap orang lain yang menunjukkan suatu pandangan yang seimbang tentang kekuatan dan kelemahan tertentu seseorang......................................................................... 14. Tanggapan responden tentang penyerahan tugas dan tanggung jawab kepada bawahan untuk mengetahui hasil kerja yang didelegasikan.................................................... 15. Tanggapan responden tentang kemampuan untuk

122

124

126

mengendalikan diri dalam menggunakan wewenangnya 16. Tanggapan responden tentang kemampuan untuk

128

menyesuaikan diri dan bekerja secara efektif dalam

130

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

vii

situasi & kondisi yang berbeda........................................ 17. Tanggapan responden tentang kemampuan untuk

menyelaraskan sikap & perilaku dengan mengutamakan pekerjaan dalam rangka mewujudkan visi & misi 132

organisasi............................................................................ 18. Tanggapan responden tentang memulai dan

melaksanakan tugas-tugas baru, tanpa menunggu atau meminta orang lain untuk mengambil tindakan.................. 134

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Salah satu amanat yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok kepegawaian adalah mewujudkan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang professional. Namun persoalannya, mempersiapkan PNS yang professional dan memiliki kompetensi tinggi seperti yang diamanatkan oleh Undang-undang tersebut serta diinginkan oleh semua pihak, hingga saat ini masih merupakan impian dari pada kenyataan. Banyaknya keluhan, dan dalam beberapa hal penilaian negative yang dialamatkan kepada PNS merupakan salah satu indikasi yang memperkuat bahwa performance sang abdi dan pelayan public ini umumnya masih dibawah standar yang diharapkan. Salah satu penyebabnya adalah karena hingga saat ini kita belum memiliki standarkebutuhan kompetensi yang khusus dibuat untuk PNS. Menurut Suprapto (2002:3), dalam menetapkan standar

kebutuhankompetensi harus menggunakan ketentuan-ketentuan yang dapat diukur, dan ini lazimnya didahului dengan kegiatan riset dan pengembangan. Karena itu kebutuhan kompetensi aparatur pemerintah daerah di Indonesia perlu dilakukan dengan mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh masukan dari berbagai pihak terkait (stakeholders) seperti: pakar,

pemerintah, para cendekiawan, para peneliti di bidang administrasi, Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

2 perguruan tinggi, lembaga pelatihan, lembaga penelitian, dan dari

masyarakat yang dilayani. Namun dalam kenyataandan harapan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang berkualitas dari aparatur Negara khususnya PNS belum sepenuhnya dapat diwujudkan.Fenomena ini menunjukkan bahwa, di satu sisi aspirasi masyarakat semakin tinggi seiring dengan semakin tingginya tingkat kesadaran dan pendidikan masyarakat. Di sisi lain menunjukkan kontradiksi ketidaksiapan aparatur pemerintah terhadap tuntutan dan harapan masyarakat tersebut. Perubahan yang segera dapat dilakukan adalah peningkatan

kemampuan atau kompetensi yang dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan (Diklat) maupun non diklat.Perubahan melalui diklat dapat dilakukan dengan melakukan berbagai kursus, pendidikan formal maupun non formal atau pendidikan lainnya yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan atau kompetensi teknis maupun perubahan pola pikir, moral dan perilaku Sumber Daya Manusia (SDM) aparatur. Meskipun merubah pola pikir, moral dan perilaku SDM aparatur melalui diklat memang tidak mudah, akan tetapi perlu dilakukan. Sementara peningkatan kemampuan atau kompetensi melalui non diklat dapat dilakukan dengan menciptakan situasi dan kondisi kerja yang kondusif untuk terjadinya peningkatan kemampuan, melakukan mutasi secara berkala, menciptakan hubungan antara personal yang harmonis dan lain sebagainya. Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

3 Eksistensi SDM aparatur perlu mendapat perhatiaan khusus, berkaitan dengan strategi peningkatan kualitas dan kompetensinya.Peningkatan kompetensi SDM aparatur dalam mengemban tugas atau jabatan birokrasi melalui diklat adalah berorientasi pada standar kompetensi jabatan sesuai tantangan reformasi dan globalisasi yang tentu saja disesuaikan dengan kebutuhan stakeholder-nya.Oleh karena itu diklat perlu terus ditingkatkan agar SDM aparatur benar-benar memiliki kompetensi dalam melaksanakan tugasnya secara professional. Kompetensi jabatan SDM aparatur (PNS) secara umum berarti kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seorang PNS berupa pengetahuan, keterampilan , sikap,dan perilaku, yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya (Mustopadidjadja, 2002).Disinilah kompetensi menjadi satu karakteristik yang menyadari individu atau seseorang mencapai kinerja tinggi dalam pekerjaannya.Karakteristik itu muncul dalam bentuk pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan perilaku (attitude) untuk menciptakan aparatur yang memiliki semangat pengabdian yang tinggi dalam melayani masyarakat yang selalu bertindak hemat, efisien, rasional, transparan, dan akuntabel.Untuk itu, diperlukan strategi peningkatan kompetensi SDM aparatur, dimana kompetensi yang memadai merupakan sesuatu yang sangat mutlak yang perlu dipahami dan dilaksanakan oleh seluruh jajaran aparatur pemerintah baik di pusat maupun di daerah.

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

4 B. Rumusan Masalah Dari uraian di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji melalui penelitian ini, yaitu:Bagaimanakahkompetensi aparatur pemerintah

Daerah di Indonesia ? C. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untukmenganalisis kompetensi aparatur Pemerintah Daerah di Indonensia. D. Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan akan berguna baik dari aspek keilmuan maupun aspek praktis; 1. Aspek Keilmuan: Penelitian ini diharapkan dapat memperkuat teori-teori mengenal kompetensi aparatur dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik. 2. Aspek praktis: Bagi pemerintah: penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan dan informasi agar dapat meningkatkan kualitas pelayanan publiknya.

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Manajemen Aparatur Paradigma baru otonomi daerah yang lebih mengedepankan asas desentralisasi yang bertumpu pada dasar pemikiran otonomi daerah adalah pelimpahan wewenangdari manajemen pemerintahan pusat kepada manajemen pemerintahan di tingkat lokal.Tujuannya adalah untuk mencapai penyelenggaraan manajemen pemerintahan yang efktif dan efisien. Pelimpahan wewenang dalam perspektif ini tidak dapat dilihat sekedar sebagai hak yang dimiliki daerah yang konotasinya lebih mengarah kepada momen politis, melainkan juga menyangkut kewajiban daerah itu untuk melaksanakan kewenangan tersebut secara efektif dan efisien yang konotasinya lebih mengarah kepada momen manajemen. Dalam konteks ini, manajemen dalam bentuk sebuah paradigma melihat segala sesuatunya sebagai sebuah upaya untuk mengoptimalkan setiap asset yang ada, termasuk asset yang diberikan oleh manajemen sebelumnya (Nugroho, 2003). Dengan demikian, paradigma baru otonomi daerah melalui UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan Daerah bukan hanya

menyangkut perubahan sistem dan struktur pemerintahan daerah, Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

6 melainkan juga manajemen pemerintahan daerah terutama menyangkut kesiapan, ketersediaan, dan teknik menggerakkan sumber daya manusia aparatur pemerintah daerah, baik secara kuantitatif maupun kualitatif, yang akan berperan dan berfungsi sebagai motor penggerak jalannya pemerintahan daerah yang kuat, efektif, dan efisien, dan memiliki akuntabilitas (Salam, 2002). Sumber diperlukan daya manusia aparatur pemerintah dan daerah yang

bukan

hanya

memiliki

keterampilan

kemampuan

professional di bidangnya, melainkan juga memiliki etika dan moral yang tinggi, serta memiliki dedikasi dan pengabdian masyarakat. Keseluruhan kemampuan, keterampilan, etika moral dan dedikasi itu akan mengkristal menjadi sebuah sikap dan perilaku yang kreatif dan inovatif .Karena otonomi daerah memerlukan sumber daya aparatur pemerintah yang mampu mengerjakan sesuatu yang tadinya tidak mungkin menjadi mungkin. Banyak keraguan, was-was, dan pesimisme di kalangan aparatur pemerintah daerah dalam menghadapi pelaksanaan otonomi daerah terutama dalam hal kesiapan peraturan, kewenangan, dana, kemampuan daerah membiayai sendiri pemerintahan dan pembangunan daerah, dapat dijawab dengan manusia-manusia daerah (terutama aparatur pemerintah daerah) yang memiliki insight, imajinasi, dan inovasi tinggi untuk melakukan perubahan-perubahan mendasar (Salam, 2002). Dan itu Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

7 semua hanya bisa diwujudkan jika aparatur pemerintah memiliki kemampuan yang didasari pengetahuan. Selain itu dalam era otonomi daerah yang sejalan dengan era globalisasi yang sarat dengan tantangan, persaingan dan perkembangan ilmu pengetahuan maupun teknologi serta untuk mencapai efektivitas dan efisiensi dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan, tidak ada alternatif lain kecuali peningkatan kualitas profesionalisme Pegawai Negeri Sipil yang memiliki keunggulan kompetitif dan memegang teguh etika birokrasi dalam memberikan pelayanan yang sesuai dengan tingkat kepuasan dan keinginan masyarakat (Bratakusumah dan Solihin, 2002). Sementara pada dasarnya efektivitas dan efisiensi manajemen pemerintahan daerah sangat tergantung kepada pelaku-pelaku dari pemerintahan daerah itu sendiri, dalam hal ini sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya aparaturnya. Oleh sebab itu, pengangkatan aparatur Negara, termasuk penempatan, dan pengangkatan dalam jabatan harus dipenuhi kriteria pokok, yaitu berpengetahuan dan berkemampuan untuk melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya (the right man on the rightplace) Thoha (1997) atau dalam terminologi Larson (1979) disebut dengan kompetensi. 2. Kompetensi Aparatur Menurut Mc. Cleland, kompetensi bisa dianalogikan seperti gunung es dimana keterampilan dan pengetahuan membentuk

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

8 puncaknya yang berada di atas air. Bagian yang ada dibawah permukaan air tidak terlihat dengan mata telanjang, namun menjadi fondasi dan memiliki pengaruh terhadap bentuk dari bagian yang berada di atas air. Peran sosial dan citra diri berada pada bagian sadar seseorang, sedangkan Trait dan motif seseorang berada pada alam bawah sadarnya. Berdasarkan peraturan kepala Badan Kepagawaian Negara No. 13 tahun 2011 standar kompetensi jabatan yang selanjutnya disebut standar kompetensi manajerial adalah persyaratan kompetensi manajerial minimal yang harus dimiliki seorang PNS dalam melaksanakan tugas

jabatan.Sedangkan kompetensi manajerial adalah karakteristik yang mendasari individu dengan merujuk pada kriteria efektif danlatau kinerja unggul dalam jabatan tertentu. Terdapat berbagai macam definisi kompetensi, tetapi definisi yang sering dipakai adalah sejumlah karakteristik yang mendasari individu untuk mencapai kinerja superior. Berikut ini beberapa referensi yang berkaitan dengan definisi kompetensi: a) Kompetensi merujuk kepada pengetahuan (knowledge), keahlian (skill) dan kemampuan (abilities), yang dapat didemonstrasikan, yang dilakukan dengan standar tertentu. Kompetensi dapat diobservasi, merupakan tindakan perilaku yang memerlukan kombinasi dari ketiga hal ini.Kompetensi ini ditunjukkan dalam konteks pekerjaan dan Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

9 dipengaruhi oleh budaya organisasi dan lingkungan kerja. Dengan kata lain, kompetensi meliputi kombinasi dari pengetahuan, keahlian dan kemampuan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan atau fungsi di dalam setting pekerjaan.(JGN Consulting Denver USA). b) Kompetensi terdiri atas pengetahuan, keahlian, dan aplikasi yang konsisten dari keduanya untuk mencapai standar kinerja yang diperlukan dalam pekerjaan (Competency Standars Body Canberra, 1994) c) Kompetensi merupakan model yang mengidentifikasi keahlian,

pengetahuan dan karakteristik yang diperlukan untuk melakukan suatu pekerjaan (A.D. Lucia & R.Lepsinger/Preface xiii). Dari ketiga definisi di atas dapatlah dirumuskan bahwa kompetensi diartikan sebagai kemampuan seseorang yang dapat terobservasi mencakup atas pengetahuan, keterampilan, dan sikap atau KSA (Knowledge, Skill, Attitude) dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas sesuai dengan standar performance yang ditetapkan. 3. Karakteristik Kompetensi Penentuan tingkat kompetensi dibutuhkan agar dapat mengetahui tingkat kinerja yang diharaapkan untuk kategori baik atau rata-rata (BKN, 2003:10). Penentuan ambang kompetensi yang dibutuhkan tentunya dapat dijadikan dasar bagi proses seleksi, suksesi perencanaan, evaluasi kinerja dan pengembangan sumber daya manusia. Sedangkan

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

10 penjelasan lebih rinci dari masing-masing kompetensi menurut David Mc. Clelland adalah sebagai berikut: a) Keterampilan: Keahlian/kecakapan melakukan sesuatu dengan baik, Contoh: Kemampuan mengemudi. b) Pengetahuan: Informasi yang dimiliki/dikuasai seseorang dalam bidang tertentu. Contoh: Mengerti ilmu manajemen keuangan. c) Peran sosial: Citra yang diproyeksikan seseorang kepada orang lain (the outer self). Contoh: menjadi seorang pengikut, atau seorang oposan. d) Citra diri: persepsi individu tentang dirinya (the inner self). Contoh: melihat/memposisikan dirinya sebagai seorang pemimpin. e) Trait: Karakteristik yang relative konstan pada tingkah laku seseorang. Contoh: seorang pendengar yang baik. f) Motif: Pemikiran atau nilai dasar yang konstan yang mendorong individu untuk bertindak atau berperilaku. Contoh: ingin selalu dihargai, dorongan untuk mempengaruhi orang lain. 4. Klasifikasi Kompetensi Menurut yaitu:Kompetensi Muins (2000:40), ada tiga individu jenis dan kompetensi kompetensi

profesi,

kompetensi

social.Kompetensi profesi merupakan kemampuan untuk menguasai keterampilan/keahlian pada bidang tertentu, sehingga tenaga kerja mampu bekerja dengan tepat, cepat teratur dan bertanggung

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

11 jawab.Kompetensi Individu, merupakan kemampuan yang diarahkan pada keunggulan tenaga kerja, baik pengusaan ilmu pengetahuan teknologi (Iptek) maupun daya saing kemampuannya. Kompetensi sosial

merupakan kemampuan yang diarahkan pada kemampuan tenaga kerja dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan, sehingga mampu

mengaktualisasikan dirinya di lingkungan masyarakat maupun lingkungan kerjanya. Menurut prayitno (BKN, 2003:110, standar kompetensi mencakup tiga hal, yaitu disingkat dengan KSA: 1. Pengetahuan (knowledge), yaitu fakta dan angka dibalik aspek tehnis; 2. Keterampilan (Skills), yaitu kemampuan untuk menunjukkan tugas

pada tingkat kriteria yang dapat diterima secara terus menerus dengan kegiatan yang paling sedikit; 3. Sikap (Attitude), yaitu yang ditujukan kepada pelanggan dan orang lain bahwa yang bersangkutan mampu berada dalam lingkungan kerjanya. Menurut Maarif (2003:16), penetapan standar kompetensi dapat diperioritaskan pada pengetahuan, keterampilan dan sikap, baik yang bersifat hard competencies maupun soft competencies.Soft/generic competencies menurut Spencer (1993) meliputi enam kelompok

kompetensi, yaitu: a. Kemampuan merencanakan dan mengimplementasikan (motivasi untuk berprestasi, perhatian terhadap kejelasan tugas, ketelitian, dan Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

12 kualitas kerja, proaktif, dan kemampuan mencari dan mneggunakan informasi). b. Kemampuan melayani (empati, berorientasi pada pelanggan) c. Kemampuan memimpin (kemampuan mempengaruhi, kesadaran berorganisasi, kemampuan membangun hubungan) d. Kemampuan mengelola (kemampuan mengembangkan orang lain, kemampuan mengarahkan, kemampuan kerjasama kelompok,

kemampuan memimpin kelompok) e. Kemampuan berpikir (berpikir analitis, berpikir konseptual, keahlian teknis/professional/manajerial) f. Kemampuan bersikap dewasa (kemampuan mengendalikan diri, fleksibilitas, komitmen terhadap organisasi). Suprapto (2002:3) berpendapat bahwa standar kompetensi minimal mengandung empat komponen kelompok pokok, yaitu: (1) Knowledge; (2) Skills; (3) Attitude; dan (4) kemampuan untuk mengembangkan Knowlegde, Skills pada orang lain. Secara specific Suprapto (2002:3) menjelaskan bahwa kualifikasi PNS dapat ditinjau dari tiga unsur utama, yaitu: keahlian, kemampuan teknis, dan sifat-sifat personil yang baik. Untuk keahlian PNS antara lain: 1). Memiliki pengalaman yang sesuai dengan tugas dan fungsinya; 2). Memiliki pengetahuan yang mendalam di bidangnya; 3). Memiliki wawasan yang luas; 4). Beretika. Untuk kemampuan teknis, PNS antara lain harus memahami tugas-tugas Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

13 dibidangnya. Sedangkan untuk sifat-sifat pegawai yang baik antara lain harus memiliki disiplin yang tinggi, jujur, sabar, menaruh minat, terbuka, objektif, pandai berkomunikasi, selalu siap dan terlatih. Dari pendapatpendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa kegiatan standarisasi pada dasarnya merupakan kegiatan dinamis, yaitu mengikuti kaidah ilmu pengetahuan dan teknologi dan selalu dapat mengimbangi dan mengikuti perkembangan dinamika kegiatan masyarakat di tingkat nasional maupun internasional.Cakupan standar kompetensi PNS pada prinsipnya dapat didasarkan kepada jabatan struktural dan fungsional.Jabatan-jabatan tersebut berdasarkan pada sifat pekerjaannya, sehingga dapat disusun standar kompetensi PNS yang specific. 5. Kebutuhan Kompetensi Masa Depan Kondisi pemerintahan kita saat ini cenderung tidak efisien dan tidak efektif dalam penyelenggaraan pemerintahan, hal ini merupakan masalah sulit yang dibenahi di dalam dunia pemerintahan kita dewasa ini. Banyak kalangan menilai bahwa pemerintahan di Negara kita (baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah) cenderung mengarah pada ekonomi biaya tinggi dalam membiayai eksekutif dan legislatif, dengan menyerap resources (sumber daya) yang sebenarnya terbatas, dan tinggal sedikit resources yang tersisa untuk kegiatan pelayanan, hal ini terlihat pada belanja publik yang tidak terlampau besar dibandingkan dengan belanja aparatur (Fadel Muhammad, Gtlo Post, 5 Maret 2005). Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

14 Kompetensi dasar merupakan kompetensi yang wajib dan mutlak dimiliki oleh setiap PNS yang menduduki jabatan struktural di lingkungan instansi pemerintah yang mencakup integritas (integrity), kepemimpinan (leadership), perencanaan dan pengorganisasian (planning and

organizing), kerjasama (collaboration) dan fleksibilitas (fleksibility). 6. Komponen Kompetensi Menurut Lembaga Administrasi Negara (2004:14) mengemukakan bahwa, cakupan kompetensi meliputi lima kemampuan, yaitu kemampuan tehnik, kemampuan manajerial, kemampuan komunikasi, kemampuan strategis dan kemampuan etika. a. Kemampuan Tehnikal; merupakan kemampuan yang berkaiatan secara langsung dengan tugas pokok dan fungsi instansi. Contohnya seperti: human relation, analisis kebijaksanaan dan penyusunan rencana kegiatan. Kemampuan-kemampuan tersebut hendaknya dapat dimiliki oleh para pejabat sampai pada tingkat menguasai. b. Kemampuan Manajerial; merupakan aspek kemampuan yang

berkaiatan dengan pelaksanaan fungsi manajemen, seperti: (1) tingkat kemampuan menetapkan sasaran kegiatan-kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsi; (2) Tingkat kemampuan dalam menetapkan tugastugas dalam upaya pencapaian sasaran; (3) tingkat kemampuan dalam mendistribusikan tugas pada bawahan, tingkat kemampuan

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

15 dalam mengkoordinasikan tugas; (4) tingkat kemampuan dalam melakukan bimbingan terhadap bawahan. B. Devinisi Operasional Variabel 1. Kompetensi menurut Michael Amstrong (1994:92) merupakan apa yang orang bawa pada suatu pekerjaan dalam bentuk tipe dan tingkat perilaku yang berbeda-beda. Sedangkan menurut McClelland (Prihadi, 2004:89) kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan sikap yang saling terkait mempengaruhi sebagian besar jabatan dan berkorelasi dengan kinerja pada jabatan tersebut serta dapat diukur dengan standar-standar yang telah ditentukan. 2. Pengetahuan menurut Wardoyo (2005:18) adalah kemampuan

wawasan yang dimiliki oleh seorang individu sumber daya manusia berdasarkan jenjang pendidikan yang dimiliki, latar belakang

pendidikan dan disiplin ilmu yang ditekuni, yang membentuk suatu wawasan yang komperehensif dalam membentuk sikap dan karakter dalam mencapai tujuan pembangunan pendidikan nasional. 3. Keterampilan menurut Pradiansyah (1999:59) adalah suatu

kemampuan yang dimiliki oleh pegawai dalam menjalankan tugas pokoknya sesuai dengan bidang kerja yang ditekuni. 4. Sikap menurut Rivai (2004:247) adalah suatu kesiapan untuk menanggapi suatu kerangka yang utuh untuk menetapkan keyakinan atau pendapat yang khas serta sikap juga pernyataan evaluatif, baik Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

16 yang menguntungkan atau tidak menguntungkan mengenai objek, orang atau peristiwa. C. Model Berpikir

Pengetahuan
Kemampuan berpikir Memahami pekerjaan dengan baik Mempunyai keahlian teknis Mengetahui sejarah, adat istiadat dan budaya masyarakat

Keterampilan Kompetensi Aparatur Pemda


Kemampuan merencanakan Kualitas kerja Ketelitian Kemampuan memimpin Kemampuan kerja sama dalam kelompok Kreatifitas

Sikap
Kemampuan melayani dengan berorientasi kepada pelanggan Kemampuan berempati terhadap orang lain Kejujuran Kemampuan mengendalikan diri Fleksibilitas dalam bekerja Komitmen terhadap pekerjaan Inisiatif Motivasi internal

Gambar 1: Model Berpikir Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

17 D. Pertanyaan Penelitian Adapun yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah kompetensi aparatur pemerintah kabupaten/kota di Indonesia dilihat dari aspek pengetahuan? 2. Bagaimanakah kompetensi aparatur pemerintah kabupaten/kota di Indonesiadilihat dari aspek keterampilan? 3. Bagaimanakah kompetensi aparatur pemerintah kabupaten/kota di Indonesiadilihat dari aspek sikap?

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

18 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. MetodePenelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan pendekatan kuantitatif. Untuk tingkatan alisis, penelitian ini akan menggunakan dua tingkatan sekaligus yaitu: analisis deskriptif pada semua variable serta lokus dan analisis komparatif untuk melihat

kecenderungan pola yang sama atau berbeda antara lokasi yang satu dengan yang lainnya terhadap analisis jabatan/pekerjaan pegawai dikaitkan dengan kompetensi aparatur baik secara kuantitas (cukup) maupun kualitas (cakap) sesuai dengan tugas pokok, fungsi, kewenangan, dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. B. Populasi, Sampel &Teknik Sampling 1. Populasi Populasi dalam penelitian adalah Aparatur Pemerintah Daerah yang ada di 6 (enam) Kabupaten/Kota di Indonesia masing-masing : Kabupaten Sorong, Kota Kupang, Kota Ternate, Kota Kendari, Kota Bandung danKabupaten Mamuju.

AnalisisKebutuhanKompetensiAparaturPemerintah Daerah di Indonesia

19 2. Sampel Selain penelitian terhadap sampel aparatur pemerintah, Baik untuk pemerintah di 6 (enam) Provinsi maupun Kabupaten/Kota, instansi yang dipilih untuk diteliti adalah masing-masing BKD, Bappeda, Bagian Organisasi danDinas Pendidikan Provinsi, Kabupaten/Kota. 3. Teknik Sampling Penarikan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini

menggunakan quota sampling, yang ditetapkan jatah sampel untuk masing-masing aparatur pemerintah daerah di Indonesia (sesuai dengan pertimbangan peneliti), misalnya masing-masing 20 orang aparatur yang menjadi responden dari 3 unit kerja di 6 (enam) Provinsi, Kabupaten/Kota sehingga totalnya 360 responden. C. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuesioner (angket), pedoman wawancara, dan dokumentasi. a. Kuesioner, yaitu melakukan pengumpulan data dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara tertulis dan sistematis yang diberikan kepada setiap responden dengan maksud untuk meperoleh data yang akurat dan valid.

AnalisisKebutuhanKompetensiAparaturPemerintah Daerah di Indonesia

20 b. Wawancara, yaitu melakukan wawancara (dialog) langsung kepada responden dan informan untuk memperoleh informasi yang relevan dengan masalah penelitian. c. Dokumentasi, mengumpulkan yaitu melakukan pengumpulan yang data dengan dengan

berbagai

dokumen

berkaitan

permasalahan penelitian. D. TeknikAnalisa Data Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuantitatif yakni untuk mengetahui bagaimana kompetensi aparatur pada Pemerintah Daerah di Indonensia dengan menggunakan dua analisis yaitu: a. Analisisdeskritif Analisis deskritif dilakukan dengan menggunakan table prekuensi dan prensentase serta skoring. Untuk menjelaskan secara deskritif data diukur dari variable penelitian dengan menggunakan skala likert guna mengukur pendapat atau persepsi responden terhadap objek penelitian. Dalam pengolahan data, skala likert termasuk dalam skala interval (Sugiyono, 2004:108) skala likert ini mempunyai degradasi dari positif sampai sangat negative mulai skala 1 sampai dengan 5 dengan kategori jawaban yaitu :

AnalisisKebutuhanKompetensiAparaturPemerintah Daerah di Indonesia

21 Sangat Memadai Memadai Cukup Memadai Kurang Memadai Tidak Memadai Variabel yang = skor 5 = skor 4 = skor 3 = skor 2 = skor 1 menjadi objek penelitian ini kemudian

dijabarkan kedalam sub variabel yang kemudian ditentukan indikatorindikatornya dan dari indicator tersebutlah dibuatkan daftar pertanyaan atau pertanyaan untuk dijawab oleh responden. b. Analisis kompratif Analisis komparatif dilakukan dengan dukungan membandingkan skor yang diperoleh masing-masing daerah berdasarkan analisis dekskritif yang telah dilakukan.

AnalisisKebutuhanKompetensiAparaturPemerintah Daerah di Indonesia

22 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian a. Kota Bandung (Jawa Barat)

Kota Bandung dikelilingi oleh pegunungan, sehingga bentuk morfologi wilayahnya bagaikan sebuah mangkok raksasa, secara geografis Kota ini terletak di tengah-tengah provinsi Jawa Barat, serta berada pada ketinggian 768 m di atas permukaan laut, dengan titik tertinggi di berada di sebelah utara dengan ketinggian 1.050 meter di atas permukaan laut dan sebelah selatan merupakan kawasan rendah dengan ketinggian 675 meter di atas permukaan laut.

Kota Bandung dialiri dua sungai utama, yaitu sungai cikapundung dan sungai citarum beserta anak-anak sungainya yang pada umumnya mengalir ke arah selatan dan bertemu di sungai citarum. Dengan kondisi yang demikian, Bandung selatan sangat rentan terhadap masalah banjir terutama pada musim hujan.

Keadaan geologis dan tanah yang ada di Kota Bandung dan sekitarnya terbentuk pada zaman kwartier dan mempunyai lapisan tanah alluvial hasil letusan gunung tangkuban perahu. Jenis material di bagian utara umumnya merupakan jenis andosol begitu juga pada kawasan Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

23 dibagian tengah dan barat, sedangkan kawasan dibagian selatan serta timur terdiri atas sebaran jenis alluvial kelabu dengan bahan endapan tanah liat.

Sementara iklim Kota Bandung dipengaruhi oleh iklim pegunungan yang lembab dan sejuk, dengan suhu rata-rata 23.5 C, curah hujan ratarata 200.4 mm dan jumlah hari hujan rata-rata 21.3 hari per bulan.

Kota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan IbukotaProvinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat.Kota Bandung terletak diantara 107 0 bujur timur dan 6 0 55' lintang selatan.Lokasi Kotamadya Bandung cukup strategis, dilihat dari segi komunikasi, perekonomian maupun keamanan. Hal tersebut disebabkan oleh: 1. KotaBandung terletak pada pertemuan poros jalan raya : Barat Timur yang memudahkan hubungan dengan Ibukota Negara. Utara Selatan yang memudahkan lalu lintas ke daerah

perkebunan (Subang dan Pangalengan). 2. Letak yang tidak terisolasi serta dengan komunikasi yang baik akan memudahkan aparat keamanan untuk bergerak ke setiap penjuru. Secara topografis KotaBandung terletak pada ketinggian 768 meter di atas permukaan laut, titik tertinggi di daerah utara dengan Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

24 ketinggian 1.050 meter dan terrendah di sebelah selatan adalah 675 meter di atas permukaan laut. Di wilayah Kotamadya Bandung bagian selatan permukaan tanah relatif datar, sedangkan di wilayah Kota bagian utara berbukit-bukit sehingga merupakan panorama yang indah. Keadaan Geologis dan tanah yang ada di Kota Bandung dan sekitarnya terbentuk pada zaman kwartier dan mempunyai lapisan tanah alluvial hasil letusan gunung tangkuban perahu.Jenis material di bagian utara umumnya merupakan jenis andosol, dibagian selatan serta timur terdiri atas sebaran jenis alluvial kelabu dengan bahan endapan tanah liat.Di bagian tengah dan barat tersebar jenis andosol. Iklim Kota Bandung dipengaruhi oleh iklim pegunungan yang lembab dan sejuk. Pada tahun 1998 temperatur rata-rata 23,5 o C, curah hujan rata-rata 200,4 mm dan jumlah hari hujan rata-rata 21,3 hari perbulan. Sejarah Singkat Kota Bandung

Kata "Bandung" berasal dari kata bendung atau bendungan karena terbendungnya sungai citarum oleh lavagunung tangkuban perahu yang lalu membentuk telaga. Legenda yang diceritakan oleh orang-orang tua di Bandung mengatakan bahwa nama "Bandung" diambil dari sebuah kendaraan air yang terdiri dari dua perahu yang Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

25 diikat berdampingan yang disebut perahu bandung yang digunakan oleh Bupati Bandung, R.A. Wiranatakusumah II, untuk melayari Ci Tarum dalam mencari tempat kedudukan Kabupaten menggantikan ibukota yang lama di Dayeuhkolot. yang baru untuk

Kota Bandung secara geografis memang terlihat dikelilingi oleh pegunungan, dan ini menunjukkan bahwa pada masa lalu Kota Bandung memang merupakan sebuah telaga atau danau. Legenda Sangkuriang merupakan legenda yang menceritakan bagaimana terbentuknya danau Bandung, dan bagaimana terbentuknya gunung tangkuban perahu, lalu bagaimana pula keringnya danau Bandung sehingga meninggalkan cekungan seperti sekarang ini. Air dari danau Bandung menurut legenda tersebut kering karena mengalir melalui sebuah gua yang bernama Sangkyang Tikoro.

Daerah terakhir sisa-sisa danau Bandung yang menjadi kering adalah Situ Aksan, yang pada tahun 1970-an masih merupakan danau tempat berpariwisata, tetapi saat ini sudah menjadi daerah perumahan untuk pemukiman.

Kota Bandung mulai dijadikan sebagai kawasan pemukiman sejak pemerintahan kolonial Hindia-Belanda, melalui Gubernur Jenderalnya waktu itu Herman Willem Daendels, mengeluarkan surat keputusan Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

26 tanggal 25 September1810 tentang pembangunan sarana dan prasarana untuk kawasan ini. Dikemudian hari peristiwa ini diabadikan sebagai hari jadi Kota Bandung.

Kota Bandung secara resmi mendapat status gemeente (Kota) dari Gubernur JenderalJ.B. van Heutsz pada tanggal 1 April1906[11] dengan luas wilayah waktu itu sekitar 900 ha, dan bertambah menjadi 8.000 ha di tahun 1949, sampai terakhir bertambah menjadi luas wilayah saat ini.[12]

Pada masa perang kemerdekaan, pada 24 Maret1946, sebagian Kota ini di bakar oleh para pejuang kemerdekaan sebagai bagian dalam strategi perang waktu itu. Peristiwa ini dikenal dengan sebutan Bandung Lautan Api dan diabadikan dalam lagu Halo-Halo Bandung. Selain itu Kota ini kemudian ditinggalkan oleh sebagian penduduknya yang mengungsi ke daerah lain.

Pada tanggal 18 April1955 di Gedung Merdeka yang dahulu bernama "Concordia" (Jl. Asia Afrika, sekarang), berseberangan dengan Hotel Savoy Homann, diadakan untuk pertama kalinya Konferensi AsiaAfrika yang kemudian kembali KTT Asia-Afrika 2005 diadakan di Kota ini pada 19 April-24 April2005.

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

27 Kota Bandung tidak berdiri bersamaan dengan pembentukan Kabupaten Bandung.Kota itu dibangun dengan tenggang waktu sangat jauh setelah Kabupaten Bandung berdiri.Kabupaten Bandung dibentuk pada sekitar pertengahan abad ke-17 Masehi, dengan Bupati pertama tumenggung Wiraangunangun.Beliau memerintah KabupatenBandung hingga tahun 1681. Semula Kabupaten Bandung beribukota di Krapyak (sekarang Dayeuhkolot) kira-kira 11 kilometer ke arah Selatan dari pusat Kota Bandung sekarang. Ketika Kabupaten Bandung dipimpin oleh Bupati ke6, yakni R.A Wiranatakusumah II (1794-1829) yang dijuluki "Dalem Kaum I", kekuasaan di Nusantara beralih dari Kompeni ke Pemerintahan hindia Belanda, dengan gubernur jenderal pertama Herman Willem Daendels (1808-1811). Untuk kelancaran menjalankan tugasnya di Pulau Jawa, Daendels membangun Jalan Raya Pos (Groote Postweg) dari Anyer di ujung barat Jawa Barat ke Panarukan di ujung timur Jawa Timur (kirakira 1000 km). Pembangunan jalan raya itu dilakukan oleh rakyat pribumi di bawah pimpinan Bupati daerah masing-masing. Di daerah Bandung khususnya dan daerah Priangan umumnya, Jalan Raya pos mulai dibangun pertengahan tahun 1808, dengan memperbaiki dan memperlebar jalan yang telah ada.Di daearh Bandung sekarang, jalan raya itu adalah Jalan Jenderal Sudirman - Jalan Asia Afrika - Jalan A. Yani, berlanjut ke Sumedang dan seterusnya. Untuk Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

28 kelancaran pembangunan jalan raya, dan agar pejabat pemerintah kolonial mudah mendatangi kantor Bupati, Daendels melalui surat tanggal 25 Mei 1810 untuk meminta Bupati Bandung dan Bupati masing-

Parakanmuncang masing ke

memindahkan dan

ibukotaKabupaten, Andawadak

daerah

Cikapundung

(Tanjungsari),

mendekati Jalan Raya Pos. Rupanya Daendels tidak mengetahui, bahwa jauh sebelum surat itu keluar, Bupati Bandung sudah merencanakan untuk memindahkan ibukotaKabupaten Bandung, bahkan telah menemukan tempat yang cukup baik dan strategis bagi pusat pemerintahan. Tempat yang dipilih adalah lahan kosong berupa hutan, terletak di tepi barat Sungai Cikapundung, tepi selatan Jalan Raya Pos yang sedang dibangun (pusat Kota Bandung sekarang). Alasan pemindahan ibukota itu antara lain, Krapyak tidak strategis sebagai ibukota pemerintahan, karena terletak di sisi selatan daerah Bandung dan sering dilanda banjir bila musim hujan. Sekitar akhir tahun 1808/awal tahun 1809, Bupati beserta sejumlah rakyatnya pindah dari Krapyak mendekali lahan bakal ibukota baru.Mula-mula Bupati tinggal di Cikalintu (daerah Cipaganti), kemudian pindah ke Balubur Hilir, selanjutnya pindah lagi ke Kampur Bogor (Kebon Kawung, pada lahan Gedung Pakuan sekarang). Tidak diketahui secara pasti, berapa lama Kota Bandung dibangun. Akan tetapi, Kota itu dibangun bukan atas prakarsa Daendels, Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

29 melainkan atas prakarsa Bupati Bandung, bahkan pembangunan Kota itu langsung dipimpin oleh Bupati. Dengan kata lain, Bupati R. A. Wiranatakusumah II adalah pendiri (the founding father) Kota Bandung. Kota Bandung diresmikan sebagai ibukota baru Kabupaten Bandung dengan surat keputusan tanggal 25 September 1810.

Data Kependudukan

Kota Bandung merupakan Kota terpadat di Jawa Barat, di mana penduduknya didominasi oleh etnis Sunda, sedangkan etnis Jawa merupakan penduduk minoritas terbesar di Kota ini dibandingkan etnis lainnya.

Pertambahan penduduk Kota Bandung awalnya berkaitan erat dengan ada sarana transportasi kereta api yang dibangun sekitar tahun 1880 yang menghubungkan Kota ini dengan Jakarta (sebelumnya bernama Batavia). Pada tahun 1941 tercatat sebanyak 226.877 jiwa jumlah penduduk Kota ini kemudian setelah peristiwa yang dikenal dengan Long March Siliwangi, penduduk Kota ini kembali bertambah dimana pada tahun 1950 tercatat jumlah penduduknya sebanyak 644.475 jiwa.

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

30 Penduduk Kota Bandung menurut Registrasi Penduduk sampai dengan bulan Maret 2004 berjumlah: 2.510.982 jiwa dengan luas wilayah 16.729,50 Ha. (167,67 Km 2 ), sehingga kepadatan penduduknya per hektar sebesar 155 jiwa. Komposisi penduduk warga negara asing yang berdomisili di Kota Bandung adalah sebesar 4.301 jiwa. Jumlah warga negara asing menurut catatan Kantor Imigrasi Bandung yang berdiam tetap di Kota Bandung setiap bulannya rata-rata sebesar 2.511 orang, sedangkan jumlah warga negara asing yang berdiam sementara di Kota Bandung setiap bulannya rata-rata sebesar 5.849 jiwa. Dari program pemerintah dalam hal mengurangi kepadatan penduduk yang tinggi khususnya di Kota Bandung telah dilaksanakan Program Transmigrasi ke luar Pulau Jawa dengan jenis transmigrasi terbesar adalah Transmigrasi TU sebanyak 76 Kepala Keluarga dengan jumlah jiwa sebesar 86, sedangkan daerah tujuan Transmigrasi TU adalah Provinsi Riau dan Kalimantan tengah. Dalam hal membuka kesempatan kerja yang ada pada bursa kesempatan kerja jumlah kesempatan yang paling tinggi adalah dari lulusan SMU.Nampaknya dalam hal ini Pemerintah tetap harus bekerja keras dalam penyediaan lapangan pekerjaan, selain lowongan yang ada terus diciptakan dan kualitas sumber daya manusia juga harus ditingkatkan. Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

31 Pendidikan/ Kepegawaian

Kota Bandung merupakan salah satu Kota pendidikan, dan Soekarno, presiden pertama Indonesia, pernah menempuh pendidikan tinggi di Institut Teknologi Bandung (ITB) yang didirikan oleh pemerintah kolonial Hindia-Belanda pada masa pergantian abad ke-20.

b. Kabupaten Sorong (Papua Barat) wilayah13.603,46Km2,

KabupatenSorongmempunyai

luas

yangterdiridari daratanseluas845,71Km2, danlautan seluas 514,65 Km2 (sumber:BAPPEDA KabupatenSorong).Secaraadministratif,

KabupatenSorongberbatasandengansamudera pasifik danselat dampir disebelah utara, sebelahselatanberbatasan denganLaut

Seram.Sedangkansebelahtimur berbatasandengan KabupatenTambrauw dan KabupatenSorongSelatansertadi sebelahBaratberbatasan

denganKotaSorong,KabupatenRajaAmpat,dan Laut Seram. Badan Meteorologi,Klimatologi,dan Geofisika (BMKG) Sorong mencatat rata-rata suhu udara minimum selamatahun 2009 adalah 23,98oC. Angka inilebih tinggi dibandingkandengan tahun2008 yang tercatat 23,55oC.Sedangkanrata-ratasuhuudaramaksimumnya rendahdibanding oleh tercatat

31,49oC,lebih hujanyangdicatat

tahun2008.Banyaknyahari Geofisika

BadanMeteorologi,Klimatologi,dan

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

32 (BMKG)Sorongpadatahun2009 sebanyak2.345,10mm. padabulanFebruari dan sebanyak214hari dengancurahhujan adalah harihujan bulan.Halini hari padabulantersebuttahun

Kejadianhujan Maret dengan

terbanyak jumlah

sebanyak22hariuntukmasing-masing dapatdikatakanbahwahampirsetiap

2009terjadi hujan. Letak geografis dan batas wilayah Kabupaten Sorong: SebelahUtara SebelahSelatan Berbatasan SebelahBarat BerbatasandenganSamudraPasifik BerbatasandenganLautSeram, denganKabupatenTambrauw BerbatasandenganKotaSorong,

danSelatDampir, SebelahTimur danSorongSelatan,

KabupatenRajaAmpat,danLautSeram Sejarah Singkat Menurut sejarah, nama Sorong diambil dari nama sebuah perusahan Belanda yang pada saat itu diberikan otoritas atau wewenag untuk mengelola dan mengeksploitasi minyak di wilayah Sorong yaitu Seismic Ondersub Oil Niew Guines atau disingkat SORONG pemerintah tradisonal di wilayah Kabupaten Sorong awal mulanya dibentuk oleh Sultan Tidore guna perluasan wilayah kesultanan dengan diangkat 4 (empat) orang Raja yang disebut Kalano Muraha atau Raja Ampat. Keempat raja itu diangkat sesuai dengan 4 pulau besar yang tersebar dari gugusan pulau-pulau dengan wilayah kekuasaan adalah sebagai berilkut:

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

33 a. Raja Fan Gering menjadi Raja di pulau Waigeo b. Raja Fan Malaba menjadi Raja di Pulau Salawati c. Raja Mastarai menjadi Raja di Pulau Waigama d. Raja Fan Malanso menjadi Raja di Lilinta Pulau Misool Melihat rentetan sejarah seperti tersebut diatas, maka nampak jelas terbukti bahwa daerah Irian Jaya khususya Kabupaten Sorong sejak dahulu telah mempunyai hubungan dengan wilayah bumi

Nusantara.Nampak pula semboyan Bhineka Tunggal Ika tercermin bagi pedududk Kabupaten Sorong khusunya di Kepulaun Raja Ampat. Beberapa faktor yang membuktikan adanya hubungan baik sosial budaya, ekonomi dan politik dimasa itu adalah: 1. Kain Timur yaitu sejenis kain tenunan tangan yang digunakan di seluruh Daerah Kepala Burung, sebagai alat pembayaran dan mempunyai nilai yang sangat tinggi terutama sebagai mas kawain. 2. Adanya berbagai jenis peralatan dapur, parang, kapak dan sebagainya. 3. Nama-nama pangkat dan jabatan pada Pemerintah Kampung seperti sangaji (Bidang Pemerintahan),Kapaitan, Laut dan Mayor (bidang keamanaan),Marinyo (Bidang Keagaamaan) dan

sebagainya identik dengan nama-nama kepulauan di Ternate. Dari perjalanan sejarah Pemerintahan Tradisonal kesultanan Tidore sampai Gavuernements van Nederlands Niew Guniea. Terjadi Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

34 sisitem perubahan Pemerintah diKabupaten sorong dapat diuraikan sebagi berikut: 1. Sebelum perang dunia II yaitu semasa Pemerintahan Belanda atas kepulauan Indonesia, maka Kota Sorong pada tahun 1935 dibuka Base Camp Betaafe Petroleum Maatschappij (BPM) sedangkan Pos pemerintahan berkedudukan di Pulau Doom. Keadaan demikian berlangsung dengan sampai tahun 1944, kemudian Sorong diduduki tentara Jepang Dalam masa perang . 2. Sekutu dan tentara Jepang ini, Pemerintah Belanda membentuk lagi satuan pemerintahan sipil yang diberi nama Nederlands Indies civil Administrasition (NICA) berkedudukan di kampung harapan jayapura (Holandia pada waktu itu) Pemerintahan Nica ini menjalankan tugasnya tugasnya di Irian Jaya Barat sampai tahun 1947. 3. Pada tahun 1947 Pemerintah Belanda mulai menyusun

Pemerintahaan di Irian Jaya dengan pembagian wilayah atas daerah besar dan kecil. Sorong ditentukan sebagai Onderadeling yang meliputi Distrik- distrik dikepulauan Raja Ampat dan semenanjung Doreri. Onderafdeling ini dikepalai oleh Hoofd Van Paatselijk Bestur (HPB) yang berkedudukan disorong Doom kemudian ditetapkan sebagai Kota Afdeling West Niuew Guinea yang dikepalai seorang asisten resident. Sedangkan residentnya Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

35 sebagai kepala Provinsi dan berkedudukan di Holandia (Jayapura). 4. Keberhasilan Pemerintah Belanda dalam usahanya memisahkan daerah Irian Jaya melalui Konfresi Meja Bundar (KMB) tahun 1949, maka Pemerintah Belanda lebih memperkuat kedudukan dengan membentuk satuan Pemerintah yang diberi nama Het Holandia (Jayapura sekarang). Dengan terbentuknya satuan Pemerintahan Het Gouvernur Guienea pada waktu itu) diantaranya Afdeling west Nieuw Guinea yang meliputi kepala burung (Vogelkop) dan fak-fak dikepalai seorang Resident dan berkedudukan di Sorong Doom. Pembangunan wilayah dalam Kabupaten Sorong seperti tersebut diatas sampai tahun 1973 saat dihapusnya wilayah-wilayah kepala Pemerintahan setempat dan sejumlah Kecamatan di Provinsi Irian Jaya Barat dan dibentuk Pemerintah wilayah Kecamatan tahap I (pertama) 1973-1974 dalam rangka usaha penyesuaian pembagian wilayah dengan daerah Indonesia lainnya. Perkembangan selanjutnya berdasarkan peraturan Pemerinth No. 45 tahun 1992 dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nonor 105 tahun 1994, Kabupaten Daerah Tingkat II Sorong ditetapkan sebagai Kabupaten Otonom Daerah Tingkat II yang dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 25 April 1995. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1996 tanggal 3 mei 1996, IbukotaKabupaten Tinggkat II Sorong yang Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

36 berkedudukan di Kecamatan Sorong ditingkatkan statusnya menjadi Administratif Sorong pada tanggal 3 Juni 1996. Dalam Perkembangan salanjutnya,maka berdasarkan UU Nomor 45 tahun 1999 Kota

Administrasi Sorong ditingkatkan Menjadi Kota Sorong pada tanggal 12 Oktober 1999. Mengigat luasnya Kabupaten maka dalam rangka mendekatkan pelayanan Pemerintah kepada masyarakat dan pemerataan pembangunan telah diadakan pemekaran ditingkat Kampung/Kelurahan ,Kecamatan Dan Kabupaten hingga tahun 2008.

Kependudukan DanKetenagakerjaan Jumlah Penduduk Kabupaten Sorong berjumlah 78. 807 Jiwa dengan komposisi 53,59 % (42.235 Jiwa ) merupakan penduduk Laki-laki, dan 46, 41 % (36.572 Jiwa adalah penduduk berjenis kelamin perempuan. Dengan demikian sex ratio penduduk Kabupaten Sorong adalah 115, 48. Penduduk usia produktif( 15-64 Tahun ) sebnyak 44.061 jiwa ( 55,91 % ) dari total penduduk.Apabila dilihat dari jenis kelamin penduduk usia produktif maka ada 23.567 jiwa ( 53,49 % ) laki-laki, sedangkan yang perempuan 20,494 jiwa ( 46,51 % ). Sedangkan penduduk yan non produktif ( usia 0-14 dan 65+ ) sekitar 34,746 jiwa atau 44,09 % dari total penduduk; terdiri atas 34.020 jiwa ( 97,91 % ) merupakan penduduk usia 0-14 tahun dan 726 jiwa ( 2,09 % ) merupakan penduduk yang usianya 65 tahun keatas. Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

37 Dengan memperhatikan jumlah penduduk usia produktif dan non produktif maka dapat diketahui besarnya angka rasio ketergantungan (Dependency Ratio), yaitu 78,86. Rasio ketergantungan diartikan sebagai besarnya beban yang ditanggung oleh penduduk usia produktif atau rasio jumlah penduduk usia non produktif terhadap penduduk usia produktif. Dengan demikian di Kabupaten Sorong pada tahun 2005, setiap 100 orang pendudk usia produktif menanggung kurang lebih 79 orang penduduk usia non produktif. Sebaran penduduk Kabupaten Sorong yang memiliki luas sekitar 17.970 Km2 dengan penduduk 78.807 jiwa tersebar pada 105 kampung dan 5 kelurahan yang terhimpun pada 16 distrik, Distrik yang meliliki penduduk paling banyak adalah Distrik Salawati dengan penduduk 26.843 jiwa atau sekitar 34,06 % dari total penduduk, dengan kepadatan 59,19 jiwa / km2 , Distrik Aimas sebagai pusat kegiatan pemerintahan Kabupaten Sorong mempunyai penduduk 24.695 jiwa atau sekitar 31,34 % dari total penduduk dengan tinkat kepadatan mencapai 40,48 jiwa/km2 . Dari kedua distrik tersebut dihuni oleh sekitar 51,538 jiwa atau kurang lebih 65,40 % dari total penduduk Kabupaten Sorong pada tahun 2005. Sedangkan kepadatan rata-rata penduduk Kabupaten Sorong sekitar 6,78 jiwa/km2 . Sehingga distrik Salawati dan Distrik Aimas merupakan tempat konsentrasi penduduk Kabupaten Sorong, sedangkan Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

38 empat belas distrik lainnya dihuni oleh seitar 27.269 jiwa atau sekitar 34,60 % dari total penduduk Pendidikan Dan Kepegawaian Pendidikan merupakan salah satu pilar terpenting dalam meningkatkan kualitas manusia, bahkan kinerja pendidikan yaitu

gabungan APK jenjang pendidikan dasar sampai perguruan tinggi dan melek aksara digunakan sebagai salah satu variabel dalam menghitung Indek Pembangunan Manusia (IPM).Oleh karena itu peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan yang lebih berkualitas merupakan mandat yang harus dilakukan oleh seluruh bangsa Indonesia

sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945. Pembangunan Pendidikan nasional yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Sorong dalam kurun waktu 2007-2012 akan mempertimbangkan kondisi obyektif daerah sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan kegiatan pembangunan.

c. Kabupaten Mamuju (Sulawesi Barat)

Kabupaten Mamuju terletak di sebelah barat Pulau Sulawesi, berdasarkan UU RI No.26 Tahun 2004 tanggal 5 Oktober 2004 maka Kabupaten Mamuju bersama 4 Kabupaten lainnya yaitu: Polewali Mandar,

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

39 Majene, Mamasa dan Mamuju Utara resmi menjadi sebuah Provinsi Sulawesi Barat dan ibukota Provinsi terletak di Kabupaten Mamuju.

Kabupaten Mamuju merupakan daerah yang terluas di Provinsi Sulawesi Barat. Secara geografis Kabupaten Mamuju terletak di posisi: 00 45' sampai 20 55' Lintang Selatan dan 45' sampai 1190 50' Bujur Timur

Kabupaten Mamuju berbatasan dengan: 1. Disebelah Utara: Kabupaten Mamuju Utara, 2. Disebelah Timur: Kabupaten Luwu Utara (Provinsi Sulawesi Selatan), 3. Disebelah Selatan : Kab.Majene, Polewali Mandar dan Tator (Provinsi Sulawesi Selatan), 4. Disebelah Barat: Selat Makassar (Provinsi Kalimantan Timur)

Kabupaten Mamuju memiliki luas 801.406 Ha. Secara administrasi, Pemerintahan Kabupaten Mamuju terbagi atas 16 Kecamatan, 155 Desa / Kelurahan dan 2 UPT (Unit Pemukiman Transmigrasi). Kabupaten Mamuju, merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan dan setelah diadakan pemekaran saat ini berada di wilayah Provinsi Sulawesi Barat, berdasarkan Undang-Undang No. 26 Tahun 2004, bersama dengan Kabupaten Polewali Mandar, Majene, Mamuju Utara dan Kabupaten Mamasa, sekaligus dalam Undang - Undang No. 26 tersebut Kabupaten Mamuju ditetapkan sebagai Ibukota Provinsi Sulawesi Barat.

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

40 KabupatenMamuju terletak padaProvinsiSulawesiBaratpadaposisi

1038110-2054552LintangSelatan dan110 5447130535BujurTimur dariJakarta;(0000Jakarta=160048 28Bujur TimurGreen

Wich).Kabupaten Mamuju yang beribukotadiMamuju, berbatasandengan KabupatenMamuju Utaradi sebelah Majene, utara danKabupatenLuwu Mamasa dan

Utaradisebelahtimur,Kabupaten

Kabupaten

KabupatenTana Torajadisebelah selatan serta Selat Makasardi sebelah barat. KabupatenMamuju dengan luas administrasi pemerintahan wilayah 794.276 Ha, secara terbagi kelurahan atas dan2 16 UPT

Kecamatan,terdiridari143desa,10 KecamatanKalumpang adalah

Kecamatanterluasdenganluas1.731,99

km2atau 21,81persen dariseluruh wilayahKabupaten Mamuju.Kecamatan Balabalakang luas wilayahnya terkecildi 21,86km2atau0,28persen

merupakanKecamatan

KabupatenMamuju.Hampirseluruh

Kecamatandi Kabupaten Mamujudilintasi oleh sungai.Kecamatan yang palingbanyakdilintasi sungai adalah Kecamatan Bonehau sungai yangmelintasinya. KabupatenMamujumemiliki wilayah yangberbukit-bukit.Sedangkan untukgunung,di KabupatenMamuju hanyaterdapat di duaKecamatan yaitu Kecamatan KalumpangdanKecamatan BudongBudong. Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia dengan12

41

Diantara 16 Kecamatandi Kabupaten Mamuju,ibukotaKecamatan yang letaknyaterjauh dariibukotaKabupatenadalahibukotaKecamatan

Balabalakangyaitu sejauh 202km sementaraibukotaKecamatan yang terdekat dari ibukotaKabupaten adalah KecamatanSimboroyang

berjarak6km dariMamuju. Curah hujan di Kabupaten Mamuju tertinggi terjadi padabulan Septembersebesar17.570mm3 sebanyak11hari.Sedangkan curah hujan dengan terendah harihujan terjadipadabulan

Januari sebesar 2.781mm3 dengan jumlah hari hujan adalah6hari.

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

42

Daftar Kecamatan Pada Kabupaten Mamuju 01. Kecamatan Tapalang 02. Kecamatan Tapalang Barat 03. Kecamatan Simboro 04. Kecamatan Mamuju 05. Kecamatan Kalukku 06. Kecamatan Bonehau 07. Kecamatan Kalumpang 08. Kecamatan Papalang 09. Kecamatan Sampaga 10. Kecamatan Pangale 11. Kecamatan Tommo 12. Kecamatan Budong Budong 13. Kecamatan Tobadak 14. Kecamatan Topoyo 15. Kecamatan Karossa 16. Kecamatan Bala-Balakang Sejarah Singkat Penetapan Hari Jadi Mamuju sebagai salah satu Kabupaten di Sulawesi Selatan memakan waktu yang cukup panjang dan melibatkan banyak tokoh di daerah ini.Kajian sejarah dan berbagai peristiwa penting Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

43 melahirkan beberapa versi mangenai waktu yang paling tepat untuk dijadikan sebagai Hari Jadi Mamuju. Menyadari perlunya titik temu pendapat mengenai hari jadi tersebut, HIPERMAJU dan PERSUKMA bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Mamuju melaksanakan seminar, dan ditetapkan tahun 1540 sebagai Hari Jadi Mamuju. Hasil seminar inilah yang kemudian ditindaklanjuti oleh Bupati dengan menyusun Rancangan Peraturan Daerah tentang Hari Jadi Mamuju. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Mamuju hasil pemilu 1999 menerima Ranperda dan setelah melalui pembahasan termasuk dengar pendapat dengan para tokoh sejarah, budayawan dan tokoh intelektual di daerah ini, dalam sidang paripurna tanggal 9 Agustus 1999 secara resmi Ranperda tentang Hari Jadi Mamuju disahkan menjadi Peraturan Daerah Kabupaten Mamuju. Peraturan daerah ini adalah Perda Nomor 05 Tahun 1999 diundangkan pada Tanggal 10 Agustus 1999 dan dicantumkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Mamuju Tahun 1999 Nomor 14. Inti dari Perda tersebut adalah menetapkan TANGGAL 14 JULI 1540 SEBAGAI HARI JADI MAMUJU. Dalam penjelasan Peraturan Daerah tersebut diuraikan latar belakang penetapan waktu Hari Jadi Mamuju dan kesempatan ini dikutip beberapa kalimat butir C (penjelasan peraturan) sebagai berikut:

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

44 "Apabila dilihat dari sudut yuridis formal, maka Hari Jadi Mamuju akan jatuh pada tanggal 4 Juli 1959, yaitu saat ditetapkannya Undang- Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi. Namun akal sehat akan membawa kita untuk tidak terpaku dan terperangkap dalam kelakuan formalitas yang sempit yang kelak dapat mengaburkan maksud dan tujuan menetakan Hari Jadi Mamuju itu sendiri". Dengan demikian, Hari Jadi Mamuju akan bermakna dan bernilai moral yang amat mendalam bukan sekedar formalitas belaka tetapi dapat memberi makna simbolik tentang harkat, hakekat, citra dan jati diri untuk selanjutnya berperan sebagai wahana motivasi bagi masyarakat demi melestarikan nilai-nilai budaya dan sejarah Mamuju. Ungkapan Mutiara hikmah nilai budaya dan tradisi masyarakat Mamuju mengatakan: "Todiari Teppo Dolu, Parallu Nikilalai Sule Wattu Ia Te'e, Laiyalai Mendiari Peppondonganna Katuoatta'ilalan Era

Laittingayoaianna". Dari kutipan diatas tergambar dasar-dasar pemikiran penetapan waktu yang diambil sebagai Hari Jadi Mamuju dan peristiwa yang menjadi patokan penetapannya adalah terbentuknya Kerajaan Mamuju dari hasil perpaduan tiga buah kerajaan Kurri-Kurri, Langgamonar dan

Managallang. Selanjutnya, dasar pemikiran dan pertimbangan penetapan

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

45 waktu tersebut secara terinci dari tanggal, bulan dan tahun yang diambil diungkapkan sebagai berikut: 1. Tanggal 14 (empat belas)

Angka 14 adalah angka kelipatan dua dari tujuh, yang oleh tradisi Masyarakat Mamuju menyebutnya Penduang Pitu.

Jumlah hari dalam sebulan bergerak antara 28/29 dan 30/31 hari dengan demikian, posisi tanggal 14 berada pada posisi tengah yang diapit 14/15 hari sebelum dan 15/16 hari sesudahnya.

Tanggal 14 akan selalu berada pada posisi mendekati kebenaran, karena keseimbangan jumlah hari sebelum dan sesudahnya dalam sebulan.

Nilai-nilai tradisi yang lekat dengan tanggal 14 adalah perhitungan hari ke-14 dengan posisi bulan situru' yang berarti mufakat bulan malam ke-14 adalah purnama.

Angka 14 disimbolkan dengan 14 Distrik Swapraja di Mamuju.

2. Bulan Juli a. Bulan Juli adalah bulan berada pada posisi urutan 7 dari 12 bulan setahun. Nilai tradisi angka 7 bagi Masyarakat Mamuju dipandang amat sakral penuh makna. Demikian letaknya angka 7 dengan masyarakat Mamuju di bawah ini terinventarisir dengan angka 7 sebagai berikut :

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

46 1) Ada' Gala'gar Pitu (7 Pemangku Adat) 2) Pitu Ba'bana Binanga (7 Kerajaan di pesisir) 3) Pitu Ulunna Salu' (7 Kerajaan di Hulu Sungai) 4) Penduang Pitu (14 sebagai kelipatan 2 dari 7) 5) Nene Pitullapis (Nenek tujuh turunan) 6) Ampo Pitullapis (Cucu tujuh turunan) 7) Langi' Pitussusung (Langit tujuh susun) 8) Tanpo Pitullapis (Tanah tujuh lapis) 9) Tanete Pituttodong (Gunung tujuh bersusun) 10) Tobo Lengkong Pitu (Keris berlekuk tujuh) 11) Nambo Pitundappa (Kedalaman tujuh depah) 12) Pitu Tokke Pitu Sassa (Tujuh Tokke dan tujuh Cecak) 13) Anjoro Pitu (Kelapa 7) 14) Belua' bare pitu (Rambut terbelah tujuh) 15) Orang Lanta' Pitu (Tangga beranak tujuh) 16) Mingguling Pempitu Dapurang (Mengelilingi dapur hingga 7 kali) 17) Pitumbongi, Pitungallo (7 hari 7 malam) b. Bulan Juli adalah bulan saat diundangkannya UU Nomor 29 Tahun 1959 tentang pembentukan daerah-daerah tingkat II di Sulawesi. c. Bulan dengan posisi urutan 7 berada pada posisi tengah yang diapit oleh 6 bulan sebelumnya dan 6 bulan sesudahnya termasuk bulan Juli itu sendiri dari 12 bulan dalam setahun. Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

47 d. Dengan bulan Juli akan selalu berada pada posisi tengah yang mendekati kebenaran karena keseimbangan jumlah bulan sebelum dan sesudahnya dalam setahun. e. Bulan Juli adalah bulan yang berada pada posisi urutan ke-7 dari 12 bulan dalam setahun. 3. Tahun 1540

Tahun 1540 adalah tahun terbentuknya kerajaan Mamuju dari hasil perpaduan dari tiga buah kerajaan di Rante Lisuang Ada' Kurungan Bassi, yakni Kurri-Kurri, Langgamonar dan Managgallangoleh Pue Tunileo.

Tahun 1540 didasarkan atas pemikiran dan fakta sejarah bahwa pada tahun tersebut, tercatat dalam sejarah Pelabuhan Kurri-Kurri sebagai pelabuhan Internasional yang telah menjadi persinggahan Portugis mambawa barang komuditas pada rute Karajaan Siang di Pangkaje'ne sebelum Gowa dan Manado Tua (Sulawesi Utara).

Tahun 1540 adalah tahun kesepakatan sebagai kesimpulan hasil seminar Hari Jadi Mamuju yang diselenggarakan oleh Hipermaju dan Persukma Makassar, berkerja sama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Mamuju.

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

48 Data Kependudukan JumlahPendudukKabupaten Mamujupadatahun2010, berjumlah

36.973 jiwa, meningkatsekitar21.920 jiwadari tahunsebelumnyadengan lajupertumbuhanpenduduk 16Kecamatan,Kecamatan pertahun sebesar 6,96 persen. Dari

Mamujumerupakan

Kecamatandengan

jumlahpendudukterbesar,yaitusekitar 55.105jiwa.Sedangkan yangterkecil adalahKecamatanBalabalakangsebesar 2.347 jiwa.Sedangkankepadatan penduduk Kabupaten Mamuju pada tahun2010adalah42jiwaperKm2,atau terdapatsekitar 42jiwasetiap1Km2. Jumlah penduduklaki-laki di Kabupaten Mamujupadatahun 2010 sebanyak 173.413 jiwa, sedangkan penduduk

perempuansebanyak163.560 jiwa. Data ini menunjukkan bahwa jumlah penduduklaki-lakiternyata1,06 persen lebih banyakdaripadajumlah

penduduk perempuan, dengan perbandingan jenis kelamin (sex ratio) 106yang berartibahwadiantara100 orang perempuanterdapat 106laki-laki. Di KabupatenMamuju ada sebanyak 157.208 jiwa penduduk berumur15tahun ke atasyangbekerja pada tahun 2010, yang terdiri dari 95.717laki-lakidan61.491perempuan.Jumlah penduduk yang bekerja

terbanyak ada di kelompok penduduk berusia 30 - 34 tahun. Lapangan usahayangpaling banyakmenyerap tenagakerjaadalah lapangan usaha sektor Pertanian, Perkebunan,Kehutanan,Perburuan dan Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

49 Perikanan,yang menyeraptenagakerja sebanyak 104.981 jiwa, atau sebanyak 66,77%. Jumlah pencarikerjayang terdaftar di Dinas Tenaga Kerja

Kabupaten Mamujupadatahun 2010 sebanyak 2.615 pencari kerja. Dari jumlah tersebut yang berhasil ditempatkan sebanyak1.578pencari

kerja,atausebanyak60,34% dari total pencarikerja yangterdaftar. Pendidikan/Kepegawaian Pendidikan merupakan manusia salah satu

saranameningkatkansumberdaya

(SDM).Salahsatuupaya

pemerintah daerah dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan SDM melaluipendidikanadalahdengan mencanangkanprogram akan tercipta

wajibbelajar9

tahun.Denganprograminidiharapkan

sumberdayamanusiayang siapbersaingdalamera globalisasi. Demikian juga dengan KabupatenMamuju yang berupaya menciptakan suatu

masyarakatyang berpendidikan. Keadaan Pendidikan di Kabupaten Mamuju dapat dilihatdari jumlah sekolah dan murid,mulai daritingkat

sekolah dasar(SD)sampaiSekolah MenengahAtas(SMA). Jumlah pegawai negeri sipil di Kabupaten mamuju mengalami peningkatan dari sekitar 1.998 orang pada tahun 2008 menjadi sekitar 2.537 orang pada tahun 2010. Dilihat dari komposisi pegawai menurut jenis kelamin, jumlah pegawai laki-laki jauh lebih besar dari pada jumlah pegawai perempuan. Fenomena ini mungkin juga dijumpai di Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

50 Kabupatenlain. Ketimpangan tersebut ditunjukkan oleh adanya

penambahan jumlah pegawai laki-laki yang jumlahnya jauh lebih besar dibanding penambahan jumlah pegawai perempuan. Selanjutnya data yang ada juga menunjukkan adanya peningkatan kualitas PNS dari sisi pendidikan yaitu semakin meningkatnya jumlah pegawai yang berpendidikan SMA dan sarjana.Pada tahun 2010, mayoritas PNS di Kabupaten mamuju berpendidikan SLTA sebesar 55.56 persen diikuti dengan DIV/S1 sebesar 39.64 persen.Hal ini dapar memberikan pengaruh positif terhadap kualitas SDM dalam memberikan pelayanan setiap SKPD terhadap masyarakat.diharapkan hal ini akan dapat ditingkatkan di tahun-tahun berikutnya, sehingga akan mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik (Good Governance). d. KotaKendari (Sulawesi Tenggara)

Keadaan Geografi Dan Iklim

Wilayah KotaKendari terletak di sebelah Tenggara Pulau Sulawesi. Wilayah daratannya terdapat di daratan Pulau Sulawesi mengelilingi Teluk Kendari. Terdapat satu pulau pada wilayah KotaKendari yang dikenal sebagai Pulau Bungkutoko. Luas wilayah daratan

KotaKendari 295,89 Km2 atau 0,70 persen dari luas daratan Provinsi Sulawesi Tenggara. Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

51 Luas wilayah menurut Kecamatan sangat beragam.Kecamatan Abeli merupakan wilayah Kecamatan yang paling luas (16,77%), selanjutnya Kecamatan Baruga (16,76%), Kecamatan Poasia (14,71%), Kecamatan Kecamatan Puuwatu Kambu (14,43%), (7,82%), (6,61%), Kecamatan Mandonga Barat (7,89%), (7,77%), dan

KecamatanKendari Kecamatan Wua-Wua

KecamatanKendari

(4,17%),

Kecamatan Kadia (3,08%).

Wilayah KotaKendari dengan ibukotanya Kendari dan sekaligus juga sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara secara astronomis terletak di bagian selatan garis khatulistiwa berada di antara 3o 54` 30``4o 3` 11`` Lintang Selatan dan membentang dari Barat ke Timur diantara 122o 23`- 122o 39` Bujur Timur.

Sepintas tentang posisi geografisnya, KotaKendari memiliki batas-batas sebelah Utara - Kabupaten Konawe; Timur - Laut Kendari ; Selatan - Kabupaten Konawe Selatan ; Barat - Kabupaten Konawe Selatan. KotaKendari terbentuk dengan Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 6 Tahun 1995 yang disyahkan pada tanggal 3 Agustus 1995 dengan status Kotamadya Daerah Tingkat II Kendari.

Wilayah administrasi Kecamatan, yaitu

KotaKendari

terdiri

atas 10 wilayah Baruga,

Kecamatan

Mandonga,

Kecamatan

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

52 KecamatanPuuwatu, Kecamatan Poasia, Kecamatan Kecamatan Kadia, Abeli, Kecamatan Kecamatan Wua-Wua, Kambu,

KecamatanKendari dan KecamatanKendari Barat berdasarkan Peraturan Daerah KotaKendari Nomor 5 s/d 14 Tahun 2005 yang selanjutnya terbagi menjadi 64 kelurahan.

Secara terinci wilayah administrasi pemerintah Kecamatan Mandonga tahun 2010 dengan ibukotanya Wawombalata, terdiri dari 6 kelurahan; wilayah administrasi pemerintah Kecamatan Baruga dengan ibukotanya Watubangga, terdiri dari 4 kelurahan; Kecamatan Puuwatu dengan ibukotanya Puuwatu terdiri dari 6 kelurahan; wilayah administrasi Kecamatan Kadia dengan ibukotanya Kadia terdiri dari 5 kelurahan; wilayah administrasi Kecamatan Wua-Wua dengan ibukotanya Anawai terdiri dari 4 kelurahan; pemerintah Kecamatan Poasia dengan ibukotanya Rahandouna terdiri dari 4 kelurahan; wilayah administrasi pemerintah Kecamatan Abeli dengan ibukotanya Anggalomelai terdiri dari 13 kelurahan; wilayah administrasi Kecamatan Kambu dengan ibukotanya Padaleu terdiri dari 4 kelurahan; wilayah administrasi pemerintah KecamatanKendari dengan ibukotanya Kandai terdiri dari 9 kelurahan; dan wilayah administrasi KecamatanKendari Barat dengan ibukotanya Benu-Benua terdiri dari 9 kelurahan.

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

53 Menyikapi tuntutan tetap tegaknya semangat reformasi, maka penyelenggaraan pemerintahan di wilayah KotaKendari dilaksanakan dengan bertumpu pada prinsip demokratis, partisipatif, transparansi dan akuntabel dalam upaya mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance).

Dalam prakteknya pada pelaksanaan pemerintahan daerah pada tahun 2010, di KotaKendari terdapat 7.695 pegawai yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS). Jumlah PNS perempuan lebih banyak dibadingkan PNS laki-laki

KotaKendari melaksanakan

dikepalai

oleh

seorang didampingi

Walikota, oleh

dalam wakilnya,

tugasnya,

selain

WalikotaKendari dibantu oleh Sekretaris Wilayah Kota yang membawahi beberapa Asisten, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

(BAPPEDA), dan Inspektorat Wilayah Daerah serta dibantu oleh berbagai instansi dinas/vertikal yang masing-masing mempunyai lingkup tugas yang berbeda-beda. Di setiap Kecamatan dan kelurahan, WalikotaKendari mendudukkan masing-masing seorang Camat dan seorang Lurah dalam upaya untuk membantu kelancaran pelaksanaan pembangunan dan kemasyarakatan sampai ke bawah.

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

54 Untuk mencapai hal tersebut diperlukan pendekatan pengelolaan yang strategis antara permasalahan internal dan tantangan eksternal bagi KotaKendari, diperlukan suatu cara pandang bersama para pengelola kebijaksanaan maupun pelaku pembangunan Kota (Stakeholders) bagi masa depan KotaKendari, dalam suatu Visi, Misi, Kebijaksanaan dan Strategi (Vimistra) Pembangunan KotaKendari.

Visi, misi, kebijakan dan program RPJM Daerah KotaKendari disusun sebagai penjabaran dari visi dan misi pasangan Walikota dan Wakil Walikota terpilih. Visi dan misi tersebut kemudian dijabarkan dalam bentuk dokumen perencanaan dengan memperhatikan kondisi, gambaran umum daerah maupun kebijakan pengembangan pembangunan Kota serta mengacu pada RPJP KotaKendari (Perda Nomor 10 Tahun 2001).

Untuk mencapai misi yang diemban, ditetapkan tujuan dan strategi kebijakan dengan mempertajam fokus yang ingin dicapai dari masing-masing misi yang didukung oleh aturan (melalui Perda), studistudi, perencanaan yang terpadu, sistim kelembagaan serta berbagai upaya agar misi dapat tercapai secara maksimal.

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

55 Kependudukan Sumber utama data kependudukan adalah Sensus Penduduk yang dilaksanakan setiap sepuluh tahun sekali. Sensus Penduduk telah dilaksanakan sebanyak 6 kali sejak Indonesia merdeka yaitu pada tahun 1961, 1971, 1980, 1990, 2000, dan 2010.

Metode pengumpulan data dalam sensus dilakukan dengan wawancara antara petugas sensus dengan responden. Pencacahan dilakukan terhadap seluruh penduduk yang berdomisili di seluruh wilayah teritorial Indonesia termasuk warga negara asing kecuali anggota Korps Diplomatik negara sahabat beserta keluarganya.

Bagi penduduk yang bertempat tinggal tetap, dicacah dimana mereka biasa tinggal. Akan tetapi jika sedang bertugas ke luar wilayah lebih dari 6 bulan, tidak dicacah di tempat tinggalnya. Sebaliknya, seseorang atau keluarga menempati suatu bangunan belum mencapai 6 bulan tetapi bermaksud menetap disana, dicacah di tempat tersebut.

Untuk penduduk yang tidak bertempat tinggal tetap dicacah di tempat dimana mereka ditemukan petugas sensus biasanya pada malam Hari Sensus. Termasuk penduduk yang tidak bertempat tinggal tetap adalah tuna wisma, awak kapal berbendera Indonesia, penghuni perahu/

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

56 Penduduk KotaKendari berdasarkan Sensus Penduduk 2000 berjumlah 205.240 jiwa. Ketika dilakukan Survei Penduduk Antarsensus (Supas) pada tahun 2005, diketahui jumlah penduduk KotaKendari meningkat menjadi 226.056 jiwa. Jumlah penduduk terakhir pada tahun 2010 berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010 tercatat sebanyak 289.966 jiwa.

Penduduk tersebut tersebar dengan persebaran yang tidak merata. Pada tahun 2010, sebanyak 14,80 persen penduduk KotaKendari tinggal di wilayah Kendari Barat, hanya 6,68 persen tinggal di Kecamatan baruga, dan selebihnya tersebar pada 8 Kecamatan dengan persebaran yang bervariasi. Di samping itu, dilakukan penghitungan kepadatan penduduk pada masing-masing wilayah Kecamatan. Kepadatan penduduk adalah banyaknya penduduk per km persegi. Kadia merupakan Kecamatan dengan kepadatan penduduk paling tinggi yaitu sebesar 4.313 jiwa per km2 sedangkan Baruga merupakan Kecamatan dengan kepadatan penduduk paling rendah yaitu sebesar 391 jiwa per km2.

Bila dilihat berdasarkan rasio jenis kelamin, di KotaKendari terdapat lebih banyak penduduk laki-laki daripada perempuan. Rasio jenis kelamin adalah perbandingan antara banyaknya penduduk laki-laki dengan banyaknya penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu. Biasanya dinyatakan dengan banyaknya penduduk laki-laki untuk 100 Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

57 perempuan. Rasio jenis kelamin penduduk KotaKendari sebesar 101,98. Atau dengan kata lain, terdapat 102 penduduk laki-laki untuk tiap 100 penduduk perempuan.

Rata-rata laju pertumbuhan penduduk adalah angka yang menunjukkan tingkat pertumbuhan penduduk per tahun dalam jangka waktu tertentu. Selama periode tahun 2000 sampai dengan tahun 2010, untuk laju pertumbuhan penduduk menurut Kecamatan, Wua-wua merupakan Kecamatan dengan laju pertumbuhan penduduk tertinggi yaitu sebesar 8,23 persen per tahun. Selanjutnya Kendari Barat merupakan Kecamatan dengan laju pertumbuhan penduduk paling rendah yaitu sebesar 1,02 persen per tahun. Secara umum, laju pertumbuhan penduduk KotaKendari sebesar 3,54 persen per tahun.

Sumber utama data ketenagakerjaan adalah Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas). Survei ini dirancang khusus untuk

mengumpulkan data ketenagakerjaan. Pada tahun 1994-2001, Sakernas dilaksanakan secara tahunan yaitu pada setiap bulan Agustus. Pada tahun 2002-2004, disamping Sakernas tahunan dilakukan pula Sakernas triwulanan. Hal itu dimaksudkan untuk memantau indikator

ketenagakerjaan secara dini di Indonesia, yang mengacu pada KILM (the key indicators of the Labour Market) yang direkomendasikan oleh ILO (International Labour Organization). Sejak tahun 2005, pengumpulan data Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

58 Sakernas dilaksanakan secara semesteran pada bulan Februari (semester I) dan Agustus (semester II). Inflation factor yang digunakan dalam penghitungan angka hasil Sakernas didasarkan pada total penduduk dirinci menurut kelompok umur, Kecamatan, dan daerah perkotaan dan pedesaan hasil penghitungan penduduk.

Penduduk dapat dikelompokkan menjadi penduduk usia kerja dan bukan usia kerja. Penduduk usia kerja adalah penduduk yang berumur 15 tahun ke atas. Dalam hal ini di KotaKendari pada tahun 2010 terdapat 201.647 jiwa yang tergolong dalam penduduk usia kerja.

Selanjutnya penduduk usia kerja dikelompokkan ke dalam penduduk angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan pengangguran. Ada sejumlah 133.513 jiwa yang tergolong penduduk angkatan kerja.

Dari sejumlah angkatan kerja tersebut, terdapat 115.501 jiwa yang bekerja. Bekerja adalah melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit selama satu jam secara terus menerus dalam seminggu yang lalu (termasuk pekerja keluarga tanpa upah yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi). Jumlah jam kerja Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

59 seluruhnya adalah jumlah jam kerja yang digunakan untuk bekerja (tidak termasuk jam kerja istirahat resmi dan jam kerja digunakan untuk hal-hal diluar pekerjaan). Adapun status pekerjaan adalah kedudukan seseorang dalam unit usaha/ kegiatan dalam melakukan pekerjaan.

Pekerja tak dibayar adalah seseorang yang bekerja membantu usaha untuk memperoleh penghasilan/keuntungan yang dilakukan oleh salah seorang anggota rumah tangga atau bukan anggota rumah tangga tanpa.

Lapangan usaha adalah bidang kegiatan dari pekerjaan/ tempat bekerja dimana seseorang bekerja. Klasifikasi lapangan usaha mengikuti Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) dalam 1 digit. Dewasa ini ketersediaan lapangan usaha sangat terbatas. Dalam dunia kerja persaingan semakin kompetitif. Dari sejumlah angkatan kerja seperti yang tercantum sebelumnya, masih terdapat 18.012 (13,49%) jiwa yang sedang menganggur atau mencari pekerjaan. Persentase tersebut hanya sedikit lebih kecil dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 13,57 persen.

Pendidikan

Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang dimulai dari pendidikan dasar, menengah, dan tinggi. Pendidikan yang dicatat adalah pendidikan formal berdasar kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional, Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

60 termasuk pendidikan yang diselenggarakan oleh pondok pesantren dengan memakai kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional, seperti Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan Madrasah Aliyah (MA). Pondok Pesantren/madrasah diniyah adalah sekolah yang tidak memakai kurikulum dari Kementerian Pendidikan Nasional.

Angka

Partisipasi

Sekolah

adalah

proporsi

dari

seluruh

penduduk dari berbagai kelompok umur tertentu (7-12, 13-15, 16-18, dan 19-24) yang masih duduk di bangku sekolah. APS di KotaKendari tahun 2010 cenderung mengalami penurunan pada seluruh kelompok umur tersebut.

Salah satu cermin pemerataan akses pendidikan dasar, dapat dilihat dari Angka Partisipasi Sekolah (APS). Dengan melihat APS usia SD pada tahun 2010 yang mencapai 97,96, dapat dikatakan bahwa hampir seluruh anak usia 7-12 tahun telah menikmati pendidikan dasar. Hal tersebut menurun dibandingkan tahun sebelumnya.

e. Kota Kupang (Nuasa Tenggara Timur) Keadaan Geografi Kota Kupang merupakan salah satuKabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang terletak di bagian tenggara. Secara astronomis, Kota Kupang terletak antara: 10 36 14 - 10 39 58 Lintang Selatanm Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

61 123 32 23- 123 37 01 Bujur Timur. Berdasarkan wilayahnya, batasbatas Kota Kupang adalah: Sebelah Timur: Kecamatan Kupang Tengah dan Kupang Barat Kabupaten Kupang, Sebelah Barat: Kecamatan

Kupang Barat dan Selat Semau, Sebelah Utara: Teluk Kupang, Sebelah Selatan: Kecamatan Kupang Barat. Kota Kupang yang memiliki luas 160 Km terdiri dari 6 Kecamatan. Secara geologis wilayah ini terdiri dari pembentukan tanah dari bahan keras dan bahan non vulkanis. Bahan-bahan

mediteran/rencina/liotsol terdapat di semua Kecamatan.Daerah tertinggi di atas permukaan laut di bagian selatan 100-350 meter. Daerah terendah di atas permukaan laut di bagian utara: 0-50 meter, Tingkat kemiringan: 15 persen. Iklim yang tidak menentu di Kota Kupang merupakan masalah yang cukup klasik.Dalam setahun musim penghujan relatif lebih panjang dari pada musim kemarau. Pada tahun 2010 temperatur udara terendah adalah 22,3 C yang terjadi pada bulan Agustus sedangkan temperatur tertinggi adalah 33,5 C pada bulan November. Curah hujan tertinggi adalah 598,3 mm pada bulan Januari, lebih tinggi dari tahun sebelumnya.

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

62 Sejarah Kota Kupang Nama Kupang yang sesungguhnya berasal dari nama seorang raja, yaitu Nai Kopan atau Lai Kopan yang memerintah Kota Kupang sebelum datangnya bangsa Portugis di Nusa Tenggara Timur. Pada

abad ke-15 daerah Nusa Tenggara Timur pada umumnya dan pulau Timor pada khususnya telah ramai dikunjungi oleh pedagang-pedagang dari wilayah Indonesia Barat dengan maksud untuk berdagang kayu cendana. Pada tahun 1436 pulau Timor mempunyai 12 Kota Bandar namun tidak disebutkan namanya.Dugaan ini didasarkan bahwa Kota Bandar tersebut terletak di di pesisir pantai yang strategis, dan salah satu daerah yang strategis terletak di sebelah barat pulau Timor adalah daerah pantai sekitar teluk Kupang. Daerah ini merupakan wilayah kekuasaan Raja

Helong, dan yang menjadi Raja pada saat itu adalah Raja Koen Lai Bissi. Pada abad ke-16 datang dua kekuasaan asing di Nusa Tenggara Timur, yaitu Portugis dan Belanda. Pada tahun 1561 Portugis mulai merintis kekuasaannya di Nusa Tenggara Timur dengan Pusat kegiatannya di pulau Solor, dan membangun sebuah benteng pertahanan yang dikenal dengan nama Benteng Lohayong. Dari pulau Solor bangsa Portugis mulai memperluas kekuasaannya ke seluruh wilayah Nusa Tenggara Timur. Pada tahun Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

63 1613 VOC yang berkedudukan di Batavia mulai melakukan kegiatan perdagangannya di Nusa Tenggara Timur dengan mengirim tiga kapal yang dipimpin oleh Apolonius Scotte menuju pulau Timor dan mendarat di Teluk Kupang, dan diterima oleh Raja Helong, yang sekaligus menawarkan sebidang tanah untuk keperluan markas VOC. Penawaran itu belum mendapat tanggapan dari VOC karena pada waktu itu VOC belum mempunyai kedudukan yang tetap di pulau Timor. Pada tanggal 29 Desember 1645 seorang Padri Protugis yang bernama Antonio de Sao Jasinto mendarat di Kupang. Beliau mendapat tawaran yang sama dari Raja Helong, dan tawaran tersebut disambut baik oleh Antonio de Sao Jasinto dengan mendirikan sebuah benteng kecil di tempat tersebut. Namun benteng tersebut ditinggalkan karena terjadi perselisihan di antara mereka.VOC semakin menyadari pentingnya wilayah Nusa Tenggara Timur bagi kepentingan perdagangannya,

sehingga pada tahun 1625 sampai tahun 1663 VOC melakukan perlawanan ke daerah kedudukan Portugis di pulau Solor, dan dengan bantuan orang-orang Islam di Solor , benteng Portugis Ford Henricus berhasil direbut dan jatuh ke tangan VOC. Pada tahun itu juga terjadi gempa bumi yang dahsyat di pulau Solor, sehingga benteng tersebut runtuh. Pada tahun 1653 VOC melakukan pendaratan di Kupang dan berhasil merebut bekas benteng Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

64 Potugis Ford Concordia yang terletak di muara sungai Teluk Kupang, tepatnya di kelurahan Fatufeto (sekarang) dibawah pimpinan Kapten Johan Burger. Kedudukan VOC di Kupang pada waktu itu langsung dipimpin oleh Openhofd J. van Der Heiden. Selama VOC menguasai Kupang dari tahun 1653 hingga tahun 1810 telah menempatkan 38 orang Openhofd di Kupang, dan yang terakhir adalah Stoopkert yang berkuasa dari tahun 1808 hingga tahun 1810.Nama Lai Kopan oleh Belanda disebut Koepan, dan dalam bahasa sehari-hari berkembang menjadi Kupang. Pada tahun 1810 di Kupang ditempatkan seorang residen bernama J. A.

Hazaart.Untuk pengamana Kota Kupang maka Belanda membentuk daerah penyangga di sekitar teluk Kupang dengan mendatangkan penduduk dari Rote, Sabu, dan Solor. Untuk lebih meningkatkan pengamanan Kota, maka pada tanggal 23 April 1886 oleh Residen Creeve telah ditetapkan batas-batas Kota Kupang yang diumumkan dalam Lembaran Negara Nomor 171 tahun 1886 dengan luas wilayah kurang lebih 2 km. Oleh karena itu pada tanggal 23 April 1886 ditetapkan sebagai hari lahir Kota Kupang.Setelah Indonesia merdeka melalui Surat Keputusan Gubernemen tertanggal 6 Februari 1946 Kota Kupang diserahkan kepada Swapraja Kupang, yang kemudian dialihkan lagi statusnya pada tanggal 21 Oktober 1946 dengan Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

65 bentuk Timor Elland Federate atau Dewan Raja-raja Timor dengan Ketua H. A. A. Koroh, yang juga sebagai Raja Amarasi. Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Swapraja Kupang Nomor 3 Tahun 1946 tertanggal 31 Mei 1946 dibentuk Road sementara Kupang dengan 30 anggota dewan. Selanjutnya pada tahun 1949 Kota Kupang memperoleh status Haminte dengan Walikota pertama Th. J.

Mesakh.Pada tahun 1955 ketika menjelang Pemilu, dengan Surat Keputusan Mendagri Nomor PUD.5/16/46 tertanggal 22 Oktober 1955 Kota Kupang disamakan statusnya dengan wilayah Kecamatan. Pada tahun 1958 dengan UU Nomor 64 Tahun 1958 Provinsi Sunda Kecil dihapus dan dibentuk tiga daerah swatantra, yaitu Daerah Swatantra Tingkat I Bali, Daerah Swatantra Tingkat I Nusa Tenggara Barat, dan Daerah Swatantra Tingkat I Nusa Tenggara Timur. Pada tahun 1958

ditetapkan UU Nomor 69 tahun 1958 tentang pembentukan daerahdaerah tingkat II (Kabupaten) yang antara lain Kabupaten Kupang. Dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 17 tahun 1969 tanggal 12 Mei 1969 dibentuk sebuah wilayah Kecamatan yakni KecamatanKota Kupang. KecamatanKota Kupang mengalami perkembangan yang pesat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1978 status KecamatanKota Kupang ditingkat menjadi Kota Administratif Kupang yang berdasarkan PP Nomor Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

66 22 tahun 1978, yang peresmiannya dilakukan pada tanggal 18 September 1978. Pada waktu itu Drs Mesakh Amalo dilantik menjadi Walikota Administratif yang pertama, dan kemudian digantikan oleh Letkol Inf. S. K. Lerik pada tanggal 26 Mei 1986 sampai dengan perubahan status

menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Kupang.Perkembangan Kota Administratif Kupang sangat pesat selama kurang lebih 18 tahun, baik di bidang fisik maupun non fisik. Kedudukan Kota Administratif Kupang sebagai ibukotaProvinsi Nusa Tenggara Timur merupakan Pusat

pengembangan wilayah Nusa Tenggara Timur. Untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna dalam dan

penyelenggaraan

pemerintahan,

pelaksanaan

pembangunan,

pelayanan masyarakat, maka rakyat dan pemerintah Kota Administratif Kupang mengusulkan Kota Administratif menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Kupang, dan ternyata disetujui oleh DPR dengan disyahkannya RUU Nomor 5 Tahun 1996 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Kupang menjadi UU pada tanggal 20 Maret 1996.Kemudian UU ini ditetapkan oleh Presiden RI menjadi UU Nomor 5 tahun 1996 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tngkat II Kupang yang tertuang dalam Lembaran Negara RI Nomor 3632 tahun 1996. Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Kupang diresmikan oleh Mendagri RI,Moh. Yogi SM pada tanggal 25 April 1996, dan Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

67 sekaligus melantik Letkol Inf. S. K. Lerik menjadi pejabat Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Kupang selama satu tahun.Setelah melalui proses pemilihan Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Kupang untuk masa jabatan 1997 2002, maka melalui sidang DPRD Kotamadya Dati II Kupang ternyata S. K. Lerik berhasil meraih suara terbanyak sekaligus terpilih menjadi Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Kupang periode 1997 2002, dan dilantik oleh Mendagri RI Moh. Yogi SM pada tanggal 23 April 1997.Setelah mengakhiri masa kepemimpinannya dalam periode 1997-2002, maka SK Lerik masih dipercaya masyarakat Kota Kupang dengan mempercayakannya menduduki jabatan Wali Kota Kupang periode kedua (2002 -2007). SK Lerik akan mengakhiri masa jabatannya sebagai Walikota Kupang periode kedua pada tahun 2007. Pada tahun 2007, Kota Kupang mengadakan Pemilihan Kepala Daerah secara langsung (PILKADA) dan berhasil memilih Drs. Daniel Adoe -Drs. Daniel Hurek sebagai Walikota dan Wakil Walikota periode 2007-2012

Penduduk

Kota Kupang adalah Kota yang multi etnis dari suku Timor, Rote, Sabu, Flores, sebagian kecil suku Tionghoa dan pendatang dari Jawa dan beberapa suku bangsa lainnya. Tetapi terlepas dari keragaman suku Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

68 bangsa yang ada, penduduk Kota Kupang akan menyebut diri mereka sebagai "Beta orang Kupang".

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Kupang tahun 2011, penduduk Kota Kupang berjumlah 349.344 jiwa yang terdiri dari 179.323 laki-laki dan 170.021 perempuan.

f. Ternate (Maluku Utara) Geografis Kota Ternate terkenal sebagai daerah penghasil rempah-rempah, terutama cengkeh dan pala, sejak dahulu kala.Hasil rempah-rempah inilah yang menjadi daya tarik Kota Ternate sehingga banyak Negara di Eropa yang berusaha untuk menguasai wilayah Kota Ternate.Pembuktian dari hal ini dapat dilihat dari sejumlah peninggalan sejarah yang ada di Kota Ternate yaitu benteng-benteng dan adanya pohon cengkeh yang telah bermumur ratusan tahun. Kota Ternate merupakan wilayah Kepulauan yang wilayahnya dikelilingi oleh laut dengan letak geografisnya berada pada posisi 0 - 2 Lintang Utara dan 126 - 128 Bujur Timur. Luas daratan Kota Ternate sebesar 250,85 km, sementara lautannya 5.547,55 km. Kota Ternate seluruhnya dikelilingi oleh laut dengan delapan buah Pulau, tiga diantaranya tidak berpenghuni dan mempunyai batas sebagai berikut: Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

69 Sebelah Utara dengan Laut Maluku Sebelah Selatan dengan Laut Maluku Sebelah Timur dengan Selat Halmahera Sebelah Barat dengan Laut Maluku Seperti umumnya wilayah kepulauan yang memiliki cirri yaitu Desa/Kelurahannya merupakan wilayah pesisir, begitu pula dengan Kota Ternate. Dari 77 Kelurahan yang ada di wilayah Kota Ternate, 56 Kelurahan berklasifikasi Kelurahan Pantai sedangkan 21 Kelurahan lainnya berklasifikasi kelurahan Iklim dan Topografi Secara umum Kota Ternate dan daerah lainnya di Provinsi Maluku Utara mempunyai tipe iklim tropis, sehingga sangat dipengaruhi oleh iklim laut yang biasanya heterogen sesuai Geographic Ternate City In Figures 2010 4 indikasi umum iklim tropis. Di daerah ini mengenal dua musim yakni utara - barat dan timur - Selatan yang seringkali diselingi dengan dua kali masa pancaroba di setiap tahunnya. Selama tahun 2009 kondisi iklim Kota Ternate menurut hasil laporan Stasiun Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Babullah, Ternate adalah sebagai berikut : Temperatur berkisar antara 23,1 C - 32,6 C Kelembaban nisbi rata-rata 80 % Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

70 Tingkat penyinaran matahari rata-rata 63,75 % Kecepatan angin rata-rata 4,08 Km/Jam dengan Kecepatan maksimum mutlak rata-rata 20,92 Km/Jam Wilayah Kota Ternate terletak antara0o - 2o - Lintang Utara126o 128o Bujur TimurDan dibatasi oleh : Laut Maluku disebelah Utara Laut Maluku disebelah Selatan Selat Halmahera disebelah Timur Laut Maluku disebelah Barat

Sejarah Ternate

Penetapan hari jadi Kota ternate pada tanggal 29 Desember 1250 ditetapkan melalui Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2004 tentang Hari Jadi Kota Ternate. Tiga alasan utama penetapan hari jadi tersebut adalah saat itu Ternate sudah didatangi oleh komunitas pendatang, dilantiknya Kolano Mansur Malamo sebagai Sultan Ternate, serta telah ada transaksi perdagangan dengan dunia luar.

Pemilihan hari jadi Kota Ternate tergolong unik dan memerlukan diskusi panjang para pakar dan pemangku kepentingan. Sejarah panjang Kesultanan Ternate sejak abad ke-11 membuat tim kerja harus cermat memilih peristiwa di masa lalu yang akan dijadikan hari jadi Kota Ternate. Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

71 Setidaknya ada beberapa pilihan tahun dan tanggal di masa lalu, di antaranya adalah:

1. Tahun 1252, denqan tiga alasan yaitu pada masa itu Ternate telah didatangi oleh komonitas pendatang, dilantiknya Kolano Mansur Malamo, dan telah ada transaksl perdagangan dengan dunia luar, 2. Tahun 1257, yaitu telah terbentuknya pemerintahan di Sampalo, 3. Tahun 1304 saat bermukimnya komunita pendatang di Kampung Melayu, 4. Tahun 1322 saat kekuasaan Sultan Sidang Arif Malamo telah membentuk komunitas hetergon dan perdagangan di Maluku Utara, 5. Tahun 1465 saat Islam masuk ke Ternate dan Sultan pertama yang masuk Islam adalah Marhum atau Gapi Baguna, 6. Tahun 1500, yaitu masa pemerintahan Sultan Liliato atau Bayan Sirullah yang pusat pemerintahannya pindah ke Soa Sio, 7. Tahun 1522, telah terbentuk sebuah komonitas yang beragam yang berasal dari Jawa, Bugis, Melayu, Cina, Spanyol, Portugis, sebagai sebuah ciri Kota yang telah memiliki hubungan dagang dengan dunia internasional, 8. Tahun 1570 saat terjadinya penandatanganan perjanjian damai antara Sultan Khairun dengan Portugis, Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia merupakan titik balik

72 9. Tahun 1575 saat Sultan Babbullah berhasil mengusir pasukan Portugis, dan 10. Tahun 1607 ketika Benteng Melayu didirikan oleh VOC dan mulai berfungsinya Kota Soa Sio dalam hubungannya dengan dunia luar.

Pilihan tahun-tahun tersebut tidak disertai dengan tanggal pastinya. Usulan lain yang secara lengkap terdiri dari tanggal dan tahun adalah (a) 26 Mei 1607, dengan argumentasi bahwa komonitas di masa ini telah heterogen dan Kota Ternate telah berpindah kelokasi yang ada sekarang, (b) 24 Juni 1522, di masa itu Sultan Bayan Sirullah mengijinkan portugis membangun benteng di Ternate dan merupakan tonggak dimulainya hubungan Ternate dengan dunia luar, serta (c) 29 Desember 1575, dengan alasan masa itu Babullah berhasil mengusir portugis keluar dari Ternate. Pilihan tanggal lainnya adalah 27 April (1999) sebagai tanggal Surat Keputusan penetapan Kotamadya Ternate, dan 5 Juli (1245) sebagai hari kedatangan Djatar Sadik.

Akhirnya, hari jadi Ternate terdiri dari tanggal dan tahun yang diambil dari dua peristiwa yang terpisah waktunya.Tanggal 29 Desember dipilih karena pada hari itulah Sultan Babbullah berhasil mengusir pasukan Portugis dari Benteng Gamlamo.Namun peristiwa heroik tersebut sebenarnya terjadi pada tahun 1575. Sedangkan pemilihan tahun 1250

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

73 karena pada tahun itulah merupakan awal dari proses menuju berdirinya Kota Sampalo sebagai Ibukota Pertama Ternate.

Lambang daerah bernama MAKU GAWENE yang bermakna saling mengingatkan, cinta dan kasih sayang sesama manusia dan antara manusia dengan seluruh ciptaan Tuhan di muka bumi.Penjelasan tentang lambang tersebut tertuang dalam Peraturan Daerah Kota Ternate No. 01 Tahun 2000 (Pasal 1, butir C) tentang Lambang Daerah Kota Ternate.

Penduduk Penduduk menjadi tujuan utama dari pelaksanaan

pembangunan.Hasil pembangunan yang dilaksanakan diharapkan dapat memberi dampak bagi peningkatan kesejahteraan penduduk, terutama dalam pemenuhan kebutuhan dasar penduduk seperti kesehatan, pendidikan dan ketersediaan sarana bagi aktivitas baik sosial maupun ekonomi.Untuk mewujudkan berbagai program pemerintah dalam menata masalah kependudukan, tentunya diperlukan informasi atau data penduduk yang akurat dan dapat digunakan sebagai landasan untuk menyusun perencanaan dan program kegiatan di berbagai bidang pembangunan. Sumber Data kependudukan diperoleh dari hasil sensus dan Survei yang dilaksanakan BPS serta hasil proyeksi penduduk. Jumlah Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

74 penduduk Kota Ternate berdasarkan proyeksi penduduk yang didasari pada hasil Survei Penduduk Antar Sensus (Supas 2005) dan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas 2009) adalah sejumlah 184.473 jiwa, dan tersebar di tujuh Kecamatan. Tingkat penyebaran penduduk menurut Kecamatan dapat dilihat seperti uraian berikut: Kecamatan Pulau Ternate: 14.693 jiwa ( 7,97 % ) Kecamatan Moti: 4.371 jiwa ( 2,37 %) Kec. Pulau Batang Dua: 2.447 jiwa ( 1,33 % ) Kec. Pulau Hiri : 2.710 jiwa: ( 1,47 % ) Kecamatan Ternate Selatan: 63.302 jiwa (34,31 %) Kecamatan Ternate Tengah: 51.753 jiwa (28,05 %) Kecamatan Ternate Utara: 45.197 jiwa (24,50 %)

Kepadatan penduduk dapat memberikan informasi sejauh mana sebaran penduduk di suatu wilayah.Hal ini penting mengingat diferensiasi jumlah penduduk antar wilayah dalam suatu daerah tidak mutlak menggambarkan kepadatan penduduknya.Suatu daerah yang memiliki jumlah penduduk yang besar, belum tentu dirasakan padat bila wilayahnya juga luas.Perkembangan Kota Ternate yang saat ini merupakan gerbang Provinsi Maluku Utara dan sebagai pusat kegiatan ekonomi Provinsi Maluku Utara member dampak pada meningkatnya jumlah penduduk wilayah ini. Dengan luas wilayah daratan 250,85 km Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

75 dan jumlah penduduk sebanyak 184.473 jiwa maka kepadatan penduduk Kota Ternate pada tahun 2009 sebesar 735 jiwa per km, hal ini berarti mengalami peningkatan sebanyak 10 jiwa per km bila dibandingkan tahun 2008 yang berjumlah 725 jiwa per km. Perbandingan antar Kecamatan dalam wilayah Kota Ternate menunjukan Kecamatan Ternate Selatan memiliki kepadatan penduduk sebesar 3.256 jiwa per km sekaligus merupakan Kecamatan yang paling padat penduduknya. Sementara enam Kecamatan lainnya bila diurutkan dari yang paling padat adalah Ternate Utara, Ternate Tengah, Pulau Hiri, Pulau Ternate, Moti dan Pulau Batang Dua, masing-masing mempunyai kepadatan penduduk sebesar: 3.191 jiwa/km, 2.794 jiwa/km, 404 jiwa/km 2, 223 km 2, 178 jiwa/km dan 24 jiwa/km. Pendidikan Pembangunan di bidang pendidikan terus diupayakan

Pemerintah Kota Ternate melalui program dan kebijakan seperti penyediaan dan pengembangan sarana/prasarana di bidang pendidikan berupa rehabilitasi maupun penambahan gedung sekolah baru serta peningkatan kualitas tenaga pendidik melalui pendidikan dan pelatihan, disamping itu juga mengikutsertakan dan membantu pihak swasta dalam megelola pendidikan di daerah ini. Selain itu dengan adanya program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sangat membantu anak usiasekolah Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

76 yang tidak mampu untu dapat bersekolah. Sarana pendidikan di KotaTernate sangat memadai dengan tersedianya sekolah mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai ke perguruan tinggi demikian juga tenaga pengajarnya. Sampai dengan tahun 2009 jumlah SD baik Negeri/Inpres maupun swasta sebanyak 102 buah dengan jumlah guru 1.402 orang, sementara peserta didiknya 19.389 orang. Selain itu pada tahun 2009 juga terdapat 29 buah SLTP negeri dan swasta dengan jumlah guru 764 orang, serta murid sebanyak 8.611 orang, Untuk jenjang pendidikan SLTA jumlah SMU negeri dan swasta sebanyak 17 buah dengan jumlah guru 560 orang serta murid sejumlah 6.337 orang. Sedangkan jumlah sekolah SMK Negeri ditambah Swasta sebanyak 7 buah, jumlah gurunya sebanyak 261 orang dan jumlah muridnya sebanyak 2.298 orang. Seperti telah disebutkan sebelumnya, di Kota Ternate juga tersedia sarana pendidikan untuk jenjang pendidikan tinggi. Sampai dengan tahun 2009, terdapat 6 buah Perguruan Tinggi yaitu: Universitas Khairun, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri, Universitas Muhammadiyah Maluku Utara, AIKOM Ternate, STIKIP dan Politeknik Depkes Ternate dengan berbagai disiplin ilmu atau fakultas yang tersedia.

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

77 B. Karakteristik Responden Adapun karakteristik responden yang di uraikan dalam penelitian ini adalah daerah lokus, instansi, jabatan, lama bekerja,

Golongan/Kepangkatan, pendidikan.Berdasarkan karakteristik daerah lokus,Kabupaten Sorong 65 orang atau 16,88%, Kota Bandung 75 orang atau 19,48%, Kabupaten Mamuju 58 orang atau 15,06%, KotaKendari, 58 orang atau 15,06%, Kota Kupang 55 orang atau 14,29% dan Kota ternate 74 orang, 19,22%. Berdasarkan Instansi, Badan Kepegawaian Daerah 102 orang atau 26,495, Bagian Organisasi 81 orang atau 21,04%, Dinas Pendidikan 92 orang atau 23,90% dan Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah 110 orang atau 28,57%. Berdasarkan Jabatan, Eselon II 2 orang atau 0,52%, Eselon III 39 orang atau 10,13%, Eselon IV 155 orang atau 40,26%, Pejabat Fungsional 12 orang atau 3,125, Fungsional Umum 169 orang atau 43,90% dan tidak mengisi jabatan 8 orang atau 2,08%. Berdasarkan lama bekerja, kurang dari 2 (dua) tahun 11 orang atau 2,86%, 2 (dua) 5 (lima) tahun 58 orang atau 15,06%, 6 (enam) 10 tahun 72 orang atau 18,07%, lebih dari 10 tahun 206 orang atau 53,51% dan tidak mengisi lama bekerja 38 orang atau 9,87%.Berdasarkan Golongan/Kepangkatan, Golongan IV sebanyak 71 orang atau 18,44%, Golongan III sebanyak 242 orang atau 62,86%, Golongan II sebanyak 43 Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

78 orang atau 11,17%, Golongan I sebanyak 0 orang atau 0,00% dan tidak mengisi Golongan / Kepangkatan 29 orang atau 7,53%. Berdasarkan Pendidikan, Doktoral (S3) 3 orang atau 0,78%, Magister (S2) 79 orang atau 20,52%, Sarjana (S1) 213 orang atau 55,32%, Diploma 20 orang atau 5,19%, SMA 38 orang atau 9,87%, SMP tidak ada atau 0%, SD tidak ada atau 0% dan tidak mengisi jabatan pendidikan 32 orang atau 8,31%. Untuk lebih jelasnya, uraian karakteristik responden penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 1: Karakteristik Responden Penelitian
No a. Karakteristik Responden Daerah Lokus 1. 2. 3. 4. 5. 6. b. Kabupaten Sorong Kota Bandung Kabupaten Mamuju KotaKendari Kota Kupang Kota Ternate Frekuensi 65 75 58 58 55 74 385 102 81 92 110 385 8 2 39 Persentase 16.88 19.48 15.06 15.06 14.29 19.22 100.00 26.49 21.04 23.90 28.57 100.00 2.08 0.52 10.13

Jumlah Instansi 1. 2. 3. 4. c. BKD Bagian Organisasi Dinas Pendidikan BAPPEDA

Jumlah Jabatan 1. 2. 3. Tidak Mengisi Eselon II Eselon III

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

79
4. 5. 6. d. Eselon IV Pejabat Fungsional Fungsional Umum 155 12 169 385 38 11 58 72 206 385 29 71 242 43 0 385 32 0 0 38 20 213 79 3 385 40.26 3.12 43.90 100.00 9.87 2.86 15.06 18.70 53.51 100.00 7.53 18.44 62.86 11.17 0.00 100.00 8.31 0.00 0.00 9.87 5.19 55.32 20.52 0.78 100.00

Jumlah Lama Bekerja 1. 2. 3. 4. 5. e. Tidak Mengisi Kurang dari 2 Tahun 2 - 5 Tahun 6 - 10 Tahun Lebih dari 10 Tahun

Jumlah Golongan/ Kepangkatan 1. 2. 3. 4. 5. f. Tidak Mengisi IV III II I

Jumlah Pendidikan Tertinggi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Tidak Mengisi SD SMP SMA Diploma Sarjana (S1) Magister (S2) Doktoral (S3)

Jumlah

Sumber: Hasil Olahan Data Primer, 2012 Hasil penelitian dan pembahasan ini mencakup 3 sub variable kompetensi aparatur pemerintahan daerah di indonesia, yaitu: a)

Pengetahuan, b) Keterampilan, c) Sikap. Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

80 C. Pembahasan Hasil Penelitian Deskripsi Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah

Kabupaten/Kota di Indonesia. a. Pengetahuan Pengetahuan mencerdaskan adalah suatu bangsa proses sebagai yang bertujuan dasar untuk dari

kehidupan

modal

pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas. Martopo (2004:187) mengemukakan bahwa, dalam meningkatkan kompetensi individu sumber daya manusia, pengetahuan sangat berperan penting dalam

mempengaruhi tingkat kemampuan penerimaan inovasi, adopsi dan inisiatif dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya dalam suatu organisasi kerja. Menandakan bahwa pengetahuan yang sesuai dengan sistem pendidikan nasional merupakan salah satu pertimbangan yang perlu mendapat perhatian dalam melakukan suatu perekrutan individu sumber daya manusia yang berkualitas.Peningkatan kompetensi sumber daya manusia sangat ditentukan oleh pengetahuan yang dimiliki.Pengetahuan menjadi syarat mutlak untuk diperhatikan, karena menjadi tolak ukur dalam meningkatkan kompetensi sumber daya manusia. Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

81 Hasan (2003:12) pentingnya pengetahuan dalam peningkatan sumber daya manusia, sangat diperlukan.Mengingat pengetahuan

memberikan andil di dalam melakukan pemberdayaan organisasi atau pemberdayaan masyarakat.Pengetahuan tidak terlepas dari tiga unsur yaitu jenjang pendidikan yang ditamati, latar belakang pendidikan yang dimiliki dan disiplin ilmu yang ditekuni.Untuk melihat tanggapan responden tentang pengetahuan dalam kebutuhan kompetensi aparatur pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut:

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

82 Tabel 2. Tanggapan Responden Tentang Penyampaian Dan Penjelasan Pengetahuan Terkini Dalam Peran Sebagai Ahli, Membantu Kesulitan Tekhnis Orang Lain, Menyebarkan Teknologi Baru Keluar Organisasi, Menerbitkan Tulisan Tentang Metode Baru Melalui Artikel Atau Jurnal Professional.
DM (0) 0 0 0% 0 2 Kota Bandung 0 0% 0 3 Kab. Mamuju 0 0% 0 4 KotaKendar i 0 0% 0 5 Kota Kupang 0 0% 0 6 Kota Ternate 0 0% Tanggapan Responden TM KM CM M (1) (2) (3) (4) 3 3 5% 0 0 0% 2 2 3% 0 0 0% 0 0 0% 0 0 0% 12 24 18% 6 12 8% 9 18 16% 6 12 10% 9 18 16% 7 14 9% 24 72 37% 34 102 45% 24 72 41% 18 54 31% 26 78 47% 23 69 31% 16 64 25% 27 108 36% 20 80 34% 27 108 47% 17 68 31% 35 140 47% SM (5) 10 50 15% 8 32 11% 3 15 5% 7 35 12% 3 15 5% 9 45 12% Total 65 213 100% 75 254 100% 58 187 100% 58 209 100% 55 179 100% 74 268 100% 3.39 Cukup Memadai 3.62 Memadai 3.25 Cukup Memadai 3.60 Memadai 3.22 Cukup Memadai 3.39 Cukup Memadai 3.28 Cukup Memadai RataRata Nilai Kriteria

No

Daerah Lokus Kab. Sorong

Rata - Rata Tanggapan Responden

Sumber: Hasil Olahan Data Primer, 2012 Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa tanggapan responden tentang penyampaian dan penjelasan pengetahuan terkini dalam peran sebagai ahli, membantu kesulitan tekhnis orang lain, menyebarkan teknologi baru keluar organisasi, menerbitkan tulisan Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

83 tentang metode baru melalui artikel atau jurnal professionalpada keseluruhan lokus penelitian menunjukkan skoring tertinggi sampai dengan skoring terendah adalah Kota Ternate memiliki skor tertinggi yaitu sebesar 3,62, disusul KotaKendari sebesar 3,60, Kota Bandung sebesar 3,39, Kabupaten Sorong sebesar 3,28, Kota Kupang sebesar 3,25 dan yang paling rendah skor adalah Kabupaten tersebut Mamuju apabila sebesar 3,22.

Berdasarkan

setiap

lokus

dirata-ratakan

menghasilkan 3,39 atau berkategori cukup memadai. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan berfikir aparat pemerintah daerah dalam menjalankan tugas pokoknya berada pada kategori cukup baik. Selanjutnya, untuk melihat tanggapan responden tentang

kesadaran akanteknologi baru dan secara aktif mengembangkan pengetahuan yang dimiliki serta mengembangkan rasa ingin tahu untuk mendapatkan hal baru dan tetap mengetahui perkembangan yang terbaru dari suatu bidang pengetahuan tertentudapat dilihat pada tabel berikut ini:

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

84 Tabel 3. Tanggapan Responden Tentang Kesadaran Akan Teknologi Baru Dan Secara Aktif Mengembangkan Pengetahuan Yang Dimiliki Serta Mengembangkan Rasa Ingin Tahu Untuk Mendapatkan Hal Baru Dan Tetap Mengetahui Perkembangan Yang Terbaru Dari Suatu Bidang Pengetahuan Tertentu.
Tanggapan Responden TM KM CM M (1) (2) (3) (4) 0 6 22 24 0 0% 0 0 0% 1 1 2% 0 0 0% 0 0 0% 0 0 0% 12 9% 0 0 0% 0 0 0% 1 2 2% 0 0 0% 1 2 1% 66 34% 13 39 17% 18 54 31% 16 48 28% 13 39 24% 10 30 14% 96 37% 46 184 61% 26 104 45% 28 112 48% 31 124 56% 38 152 51% RataRata Nilai 3.68

No

Daerah Lokus Kab. Sorong

DM (0) 0 0 0% 0

SM (5) 13 65 20% 16 64 21% 13 65 22% 13 65 22% 11 55 20% 25 125 34%

Total 65 239 100% 75 287 100% 58 224 100% 58 227 100% 55 218 100% 74 309 100%

Kriteria

Memadai

Kota Bandung

0 0% 0

3.83

Memadai

Kab. Mamuju

0 0% 0

3.86

Memadai

KotaKendari

0 0% 0

3.91

Memadai

Kota Kupang

0 0% 0

3.96

Memadai

Kota Ternate

0 0%

4.18

Memadai

Rata - Rata Tanggapan Responden

3.90

Memadai

Sumber: Hasil Olahan Data Primer, 2012 Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa tanggapan responden tentang kesadaran akan teknologi baru dan secara aktif mengembangkan pengetahuan yang dimiliki serta mengembangkan rasa ingin tahu untuk mendapatkan hal baru dan tetap mengetahui Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

85 perkembangan yang terbaru dari suatu bidang pengetahuan tertentupada keseluruhan lokus penelitian menunjukkan skoring tertinggi sampai dengan skoring terendah adalah Kota Ternate memiliki skor tertinggi yaitu sebesar 4,18, disusul Kota Kupang sebesar 3,60, KotaKendari sebesar 3,91, Kabupaten Mamuju sebesar 3,86, Kota Bandung sebesar 3,83 dan yang paling rendah adalah Kabupaten Sorong sebesar 3,68. Berdasarkan skor setiap lokus tersebut apabila dirata-ratakan menghasilkan 3,90 atau berkategori memadai. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan memahami pekerjaan aparat pemerintah daerah dalam menjalankan tugas pokoknya berada pada kategori baik. Selanjutnya, untuk melihat tanggapan responden tentang

penguasaan bidang pengetahuan yang terkait dengan pekerjaan dan mempunyai keahlian tekhnis untuk memberikan/ menyumbangkan

pengetahuannya kepada orang laindapat dilihat pada tabel berikut ini:

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

86 Tabel 4. Tanggapan Responden Tentang Penguasaan Bidang Pengetahuan Yang Terkait Dengan Pekerjaan & Mempunyai Keahlian Tekhnis Untuk Memberikan/ Menyumbangkan Pengetahuan-Nya Kepada Orang Lain.
Tanggapan Responden K TM CM M M (1) (3) (4) (2) 0 0 0% 0 0 0% 0 0 0% 0 0 0% 0 0 0% 0 0 0% 4 8 6% 0 0 0% 2 4 3% 1 2 2% 1 2 2% 0 0 0% 18 54 28% 20 60 27% 18 54 31% 20 60 34% 15 45s s 27% 16 48 22% 26 104 40 % 40 160 53 % 26 104 45 % 22 88 38 % 26 104 47 % 30 120 41 %

No

Daerah Lokus

DM (0) 3

SM (5) 14 70 22 % 14 56 19 % 12 60 21 % 15 75 26 % 13 65 24 % 28 140 38 %

Total 65 239 100% 75 277 100% 58 222 100% 58 225 100% 55 216 100% 74 308 100%

RataRata Nilai

Kriteria

Kab. Sorong

3 5% 1

3.68

Memadai

Kota Bandung

1 1% 0

3.69

Memadai

Kab. Mamuju

0 0% 0

3.83

Memadai

KotaKendar i

0 0% 0

3.88

Memadai

Kota Kupang

0 0% 0

3.93

Memadai

Kota Ternate

0 0%

4.16

Memadai

Rata - Rata Tanggapan Responden

3.86

Memadai

Sumber: Hasil Olahan Data Primer, 2012

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

87 Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa tanggapan responden tentang penguasaan bidang pengetahuan yang terkait dengan pekerjaan dan mempunyai keahlian tekhnis untuk memberikan/

menyumbangkan pengetahuannya kepada orang lain pada keseluruhan lokus penelitian menunjukkan skoring tertinggi sampai dengan skoring terendah adalah Kota Ternate memiliki skor tertinggi yaitu sebesar 4,16, disusul Kota Kupang sebesar 3,93, KotaKendari sebesar 3,88, Kabupaten Mamuju sebesar 3,83, Kota Bandung sebesar 3,69 dan yang paling rendah adalah KabupatenSorong sebesar 3,68. Berdasarkan skor setiap lokus tersebut apabila dirata-ratakan menghasilkan 3,86 atau berkategori memadai. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan atau keahliandalam menyelesaikan pekerjaan aparat pemerintah daerah dalam menjalankan tugas pokoknya berada pada kategori baik. Selanjutnya, untuk melihat tanggapan responden

tentangpemahaman sejarah dan adat istiadat dalam organisasi untuk menunjang kelancaran pencapaian tujuan organisasidapat dilihat pada tabel berikut ini:

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

88 Tabel 5. Tanggapan Responden Tentang Tidak Mempertentangkan Sejarah Dan Adat Istiadat Dalam Organisasi, Akan Tetapi Mendayagunakan-Nya Untuk Menunjang Kelancaran Pencapaian Tujuan Organisasi.

No

Daerah Lokus Kab. Sorong

DM (0) 0 0 0% 1 1 1% 1 1 2% 0 0 0% 0 0 0% 0 0 0%

Tanggapan Responden TM KM CM M (1) (2) (3) (4) 1 1 2% 0 0 0% 0 0 0% 0 0 0% 0 0 0% 0 0 0% 6 12 9% 0 0 0% 1 2 2% 1 2 2% 2 4 4% 2 4 3% 17 51 26% 16 48 21% 17 51 29% 16 48 28% 13 39 24% 16 48 22% 29 116 45% 45 180 60% 25 100 43% 26 104 45% 16 64 29% 31 124 42%

SM (5) 12 60 18% 13 52 17% 14 70 24% 15 75 26% 24 120 44% 25 125 34%

Total 65 240 100% 75 281 100% 58 224 100% 58 229 100% 55 227 100% 74 301 100%

RataRata Nilai 3.69

Kriteria

Memadai

Kota Bandung

3.75

Memadai

Kab. Mamuju

3.86

Memadai

KotaKend ari

3.95

Memadai

Kota Kupang

4.13

Memadai

Kota Ternate

4.07

Memadai

Rata - Rata Tanggapan Responden

3.91

Memadai

Sumber: Hasil Olahan Data Primer, 2012 Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa tanggapan responden tentang pemahaman sejarah dan adat istiadat dalam organisasi untuk menunjang kelancaran pencapaian tujuan organisasi pada keseluruhan lokus penelitian menunjukkan skoring tertinggi sampai dengan skoring terendah adalah KotaKupang memiliki skor tertinggi yaitu Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

89 sebesar 4,13, disusul KotaTernate sebesar 4,07, KotaKendari sebesar 3,893, Kabupaten Mamuju sebesar 3,86, Kota Bandung sebesar 3,75 dan yang paling rendah adalah Kabupaten Sorong sebesar 3,69. Berdasarkan skor setiap lokus tersebut apabila dirata-ratakan menghasilkan 3,91 atau berkategori memadai. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemahamanaparat pemerintah daerah tentang sejarah dan adat istiadat dalam menunjang kelancaran pencapaian tujuanorganisasi berada pada kategori baik. Selanjutnya, untuk melihat tanggapan responden tentang tidak mempertentangkan sejarah dan adat istiadat dalam organisasi, akan tetapi mendayagunakan-nya untuk menunjang kelancaran pencapaian tujuan organisasi dapat dilihat pada tabel berikut ini: Secara keseluruhan, rata-rata skoring pada sub variabel

pengetahuan aparatur pemerintah daerah di Indonesia adalah sebesar (3,77). Hal ini berarti bahwa secara keseluruhan pada sub variabel kemampuan pengetahuan aparatur pemerintah daerah di Indonesia berada pada kategori Memadai. Hasil wawancara denganKepalaBagian Organisasi Kota Bandung mengatakan bahwa kemampuan pengetahuan aparatur pemerintahan daerah Kota Bandung dalam mengeluarkan gagasan, pandangan yang menyegarkan, pemikiran inovatif, dan pengambilan inisiatif dalam rangka mengatasi permasalahan yang muncul dan pengembangan kinerja adalah Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

90 pegawai harus mampu memberikan masukan dan pemikiran yang memberi nilai inovasi, baik dalam proses kerja maupun pada dasar pemikiran dalam pelaksanaan tugas. Demikian halnya dengan kemampuan aparatur pemerintah dalam memahami pekerjaandengan menjalankan posisi, peran dan fungsi secara efektif sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya di dalam struktur organisasi dilaksanakan secara kelembagaan. Begitu juga dalam mengidentifikasi keahlian teknis yang dimiliki para aparatur pemerintah yang melaksanakan kegiatan diklat yang sesuai dengan kebutuhan. Sedangkandalam hal kemampuan pengetahuan aparatur

pemerintahan dalammempengaruhi serta meyakinkan orang lain tentang pendapat sendiri, mendengarkan secara efektif pendapat orang lain, dan mencapai kesepakatan yang menguntungkan bagi organisasi, dalam hal ini ditentukan oleh kemampuan teknis yang dikuasai oleh aparatur pemerintah itu sendiri. Selanjutnya, hasil wawancara dengankepala Dinas Pendidikan KotaKendari tentang kemampuan pegawai dalam mengeluarkan gagasan, pandangan yang menyegarkan, pemikiran inovatif, dan pengambilan inisiatif dalam rangka mengatasi permasalahan yang muncul dan pengembangan kinerja adalah memberikan motivasi terhadap pekerjaan dan tanggung jawab sehingga dapat dilakukan dengan benar dan penuh rasa tanggungjawab, yang mana harus didukung dengan pengalaman Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

91 kerja dan pendidikan yang berkualitasSarjana (S1 dan S2) (Kepala BAPPEDA KotaKendari),sehinggakinerja pegawai dalam hal tersebut sangat memadai dan proaktif, ditambah dukungan dari kebijakan yang diberikan oleh pimpinan ( Kepala BKD Kota Kendari). Senada dengan Kepala Bagian Organisasi KotaKendari yang mengatakan bahwa setiap pegawai harus dapat menguasai bidang pengetahuan sesuai dengan bidang masing-masing serta mampu mengembangkan pengetahuan yang dimiliki. KabupatenKendari dalam hal ini dianggap cukup baik dalam mengelolah kinerja aparatur pemerintahannya. Sementara menurut Kepala Dinas Pendidikan Kota

Kendarimenjelaskan bahwapengetahuan pegawai dalam memahami pekerjaan dengan menjalankan posisi, peran dan fungsi secara efektif sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya di dalam struktur organisasi yaitu dengan memajukan dan menjalankan tupoksi yang diberikan sehingga pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan sesuai dengan mekanisme dan tupoksi masing-masing), hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Kepala BKD KotaKendari, bahwa sebagai aparatur

pemerintah harus mengetahui setiap pekerjaan masing-masing, namun tidak menutup kemungkinan juga harus mengetahui semua pekerjaan di kantor. Meski demikian tidak semua aparatur pemerintahan mempunyai kemampuan yang sama dalam mengembangkan potensidalam dirinya dan tidak berusaha mencari hal - hal baru dari perkembangan yang Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

92 ada(Kepala BAPPEDA Kota Kendari), oleh karena itu, yang paling terpenting adalah sebagai aparatur pemerintah harus mampu menguasai wewenang dan tanggungjawab masing-masing demi terlaksananya visi dan misi suatu organisasi (Kepala Bagian Organisasi Kota Kendari). Sedangkan untuk kejelasan informasi Kepala Dinas Pendidikan KotaKendarimengatakan bahwakemampuan pegawai dalam

mengidentifikasi keahlian tehnis yang dimiliki dalam pelaksanaan tugas diperoleh informasi bahwa dalam melaksanakan pekerjaan harus sesuai dengan mekanisme yang diberikan sehingga apayang menjadi tugas dan tanggungjawab dapat berjalan dengan baik dan benar. Hal ini juga ditambahkan melaksanakan oleh Kepala BAPPEDA pegawai KotaKendari harus mau bahwa berbagi dalam ilmu

tugas

seorang

pengetahuan dengan pegawai lain, mengingat masih terbatasnya pegawai yang mempunyai keahlian tertentu sehingga diperlukan lagi penambahan sesuai dengan kebutuhan organisasi. Artinya kerjasama dalam sebuah organisasi sangat penting untuk dilakukan demi

terwujudnya tujuan bersama. Begitu juga tentang kemampuan pegawai dalam mempengaruhi serta meyakinkan orang lain tentang pendapat sendiri, mendengarkan secara efektif pendapat orang lain, dan mencapai kesepakatan yang menguntungkan bagi organisasi harus sadar akan kewajiban dan tugas

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

93 sebagai Pegawai Negeri Sipil agar dapat memberikan pelayanan yang terbaik sesuai kemampuan sehingga yang diberi pelayanan merasa puas. Selanjutnya, hasil wawancara Kepala BAPPEDA Kota Kupang, tentang kemampuan pegawai dalam mengeluarkan gagasan, pandangan yang menyegarkan, pemikiran inovatif, dan pengambilan inisiatif dalam rangka mengatasi permasalahan yang muncul dan pengembangan kinerja bahwa pada prinsipnya kemampuan pegawai cukup baik dalam memberikan pandangan-pandangan yang berhubungan dengan

pelaksanaan tugas terutama yang berkaitan dengan penafsiran terhadap berbagai regulasi. Artinya kemampuan pengetahuan pegawai dianggap masih cukup dalam pelaksanaan tugas dan tanggungjawabnya selaku aparatur pemerintahan, hal ini juga disebabkan oleh kemampuan daerah itu sendiri dalam menata aparatur pemerintahannya. Demikian halnya tentang kemampuan pegawai dalam memahami pekerjaan dengan menjalankan posisi, peran dan fungsi secara efektif sesuai dengan wewenang dan tanggungjawabnya di dalam struktur organisasi, dalam hal ini aparatur pemerintahan Kupang dalam

melaksanakan tugas sebagian harus melalui diklat atau bimbingan serta sebagian yang lain harus melalui petunjuk dan perintah, hal ini menunjukan bahwa pegawai daerah Kota Kupang masih tergolong kurang mampu dalam melaksanakan dan menjalankan visi dan misi organisasi sehingga mencapai tujuan yang lebih baik, karena hal tersebut harus Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

94 didukung oleh kemampuan pengetahuan pegawai yang baik dan kebijakan dari pimpinan. Senada mengenai kemampuan pegawai dalam mengidentifikasi keahlian tehnis yang dimiliki dalam pelaksanaan tugas, ada yang memiliki kemampuan teknis yang cukup dan ada pula yang membutuhkan pendidikan dan pelatihan. Sementara itu kemampuan pegawai mempengaruhi serta

meyakinkan orang lain tentang pendapat sendiri, mendengarkan secara efektif pendapat orang lain, dan mencapai kesepakatan yang

menguntungkan bagi organisasi adalah sebagian besar pegawai dapat menjadi pendengar yang baik dan dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh sesama. Selanjutnya hasil wawancara dengan Kepala Bappeda Kota Ternate mengenai kemampuan pegawai dalam mengeluarkan gagasan, pandangan yang menyegarkan, pemikiran inovatif, dan pengambilan

inisiatif dalam rangka mengatasi permasalahan yang muncul dan pengembangan kinerja adalah masih terbatas, mengingat hal ini tidak bisa dilakukan oleh semua pegawai disebabkan dari latar belakang disiplin ilmu yang berbeda-beda. Kesalahan ini disebabkan oleh rekrutmen yang salah sejak awal yang tidak dibuat spesifikasi kebutuhan pegawai yang sesuai dengan kebutuhan pada masing-masing daerah. Begitu pula dengan kemampuan pegawai dalam memahami pekerjaan dengan menjalankan posisi, peran dan fungsi secara efektif Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

95 sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya di dalam struktur organisasi.Pada dasarnya mereka mampu melaksanakan pekerjaan tersebut, hanya saja butuh pelatihan-pelatihan, kursus-kursus, atau diklatdiklat yang terkait dengan pelaksanaan tugas danfungsi mereka masingmasing, terkait hal tersebut aparatur pemerintahan Kota Ternate dalam mengidentifikasi kemampuan pegawai mengidentifikasi keahlian tehnis yang dimiliki dalam pelaksanaan tugas cukup memuaskan, hal ini disebabkan adanya kerjasama antar sesama pegawai. Sementara itu kemampuan pegawai mempengaruhi serta

meyakinkan orang lain tentang pendapat sendiri, mendengarkan secara efektif pendapat orang lain, dan mencapai kesepakatan yang

menguntungkan bagi organisasi sangat memuaskan. Pandangan tersebut dapat diartikan bahwa aparatur pemerintahan Kota Ternate memiliki tingkat pengetahuan yang cukup baik dalam pelaksanaan tugas pada sebuah organisasi. Dalam pandangan Kepala Bagian Organisasi Kabupaten

Mamujumengenai kemampuan pegawai dalam mengeluarkan gagasan, pandangan yang menyegarkan, pemikiran inovatif, dan pengambilan

inisiatif dalam rangka mengatasi permasalahan yang muncul dan pengembangan kinerja ternyata kurang memadai, hal ini disebabkan adanya penempatan yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan dengan jabatan yang ditempatinya, hal ini juga terjadi dalam hal Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

96 kemampuan pegawai dalam memahami pekerjaan dengan menjalankan posisi, peran dan fungsi secara efektif sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya di dalam struktur organisasi, permasalahan ini ditambah lagi akibat adanya mutasi terhadap pegawai sehingga penyesuain sangat sulit dilakukan. Sementara itu, dalam hal kemampuan pegawai mengidentifikasi keahlian teknis yang dimiliki dalam pelaksanaan tugas masih sangat kurang, sehingga diharuskan mengikuti pendidikan dan pelatihan terhadap masing-masing tugas dan tanggungjawabnya ( Kepala BKD Kabupaten Mamuju). Sedangkan untuk melihat kemampuan pegawai dalam mempengaruhi serta meyakinkan orang lain tentang pendapat

sendiri, mendengarkan secara efektif pendapat orang lain, dan mencapai kesepakatan yang menguntungkan bagi organisasi, menurut Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Mamuju masih sangat sedang, hal ini dilihat ketika pelaksanaan rapat yang memiliki keaktifan dalam berinteraksi masih hanya sebagian dari pada meraka, namun hal ini masih dapat mencapai kesepakatan bersama dan menguntungkan organisasi meski tidak sepenuhnya. Kemudian, hasil wawancara dengan Kepala BKD Kota Sorong tentang kemampuan pegawai dalam mengeluarkan gagasan, pandangan yang menyegarkan, pemikiran inovatif, dan pengambilan inisiatif dalam rangka mengatasi permasalahan yang muncul dan pengembangan Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

97 kinerjayaitu, pegawai dalam hal tersebut sangat bagus akan tetapi tidak ada terjadi hubungan yang profesional dalam hal pengembangan kinerja, terbukti ketika pagawai mampu mengeluarkan gagasan, pandangan yang menyegarkan, pemikiran inovatif dan pengambilan inisiatif, ini tidak tersampaikan oleh atasan, sehingga tidak teraplikasi dan terkesan sia-sia. Untuk keberhasilan sebuah organisasi diperlukan kerjasama antar pegawai dan atasan, sehingga akan menghadirkan kinerja yang betulbetul dapat mengembangkan organisasi, karena tanpa kerja sama, perubahan dan perkembangan sebuah organisasi tidak akan tercapai, oleh karena itu perlu juga sebuah motivasi atau dorongan dalam hal melihat kemampuan pegawai dalam memahami pekerjaan dengan menjalankan posisi, peran dan fungsi secara efektif sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya di dalam struktur organisasi. Selanjutnya mengenai kemampuan pegawai mengidentifikasi

keahlian tehnis yang dimiliki dalam pelaksanaan tugas, dalam hal ini harus mampu dimengerti dan diketahui bahwa tugas yang diberikan harus sesuai dengan kemampuan, maka dari itu sangat diperlukan kegiatan diklat untuk memperdalam pengetahuan sesuai bidang yang dilakukan. Sementara itu, untuk mengetahui kemampuan pegawai mempengaruhi serta meyakinkan orang lain tentang pendapat sendiri, mendengarkan secara efektif pendapat orang lain, dan mencapai kesepakatan yang

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

98 menguntungkan bagi organisasi, menurut Kepala Bagian OrganisasiKota Sorong Pegawai harus memiliki kriteria sebagai berikut : a. Tidak egois b. Tidak sombong c. Tidak harus mempertahankan pendapat sendiri d. Menerima saran dan usulan dari orang lain e. Memiliki sifat yang keterbukaan Hal tersebut juga harus didukung oleh tupoksi dan kewenangan serta pemahamannya tentang tujuan organisasi (Kepala Dinas Pendidikan Kota Sorong).

b. Keterampilan Menurut Pradiansyah (1999:59) keterampilan adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh pegawai dalam menjalankan tugas pokoknya sesuai dengan bidang kerja yang ditekuni.Keterampilan seseorang didasari oleh bakat, minat, kebiasaan dan kepentingan yang ingin dicapai.Hal ini membentuk keterampilan pegawai yang handal dalam mengembangkan aktivitas kerja, cakap dalam keterampilan yang dimiliki dan ahli pada bidang yang ditekuni.Sulastyo (2000:154) menyatakan bahwa keterampilan sangat berperan penting dalam meningkatkan motivasi sumber daya manusia. Keterampilan ditentukan oleh: (1) kehandalan menyelesaikan tugas pokok tepat waktu, (2) cakap dalam Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

99 keterampilan proses kerja, dan (3) memiliki keahlian dalam aplikasi tugas pokok. Maka dapat dikatakan bahwa Keterampilan sangat diperlukan untuk peningkatan kinerja.Kehandalan, kecakapan dan keahlian adalah unsur dari keterampilan yang diperlukan untuk menunjukkan bahwa sumber daya manusia memiliki potensi yang harus dikembangkan dalam mencapai tujuan organisasi. Salah satu dimensi daripada kompetensi adalah keterampilan pegawai yang mana kompetensi tersebut wajib untuk dimiliki oleh setiap pegawai.Dalam Teori kemandirian (independent theory) dikemukakan oleh Wankel (2000:149) bahwa Secara harfiah menyatakan kemandirian sumber daya manusia berasal dari keterampilan yang dimiliki yang menciptakan berbagai peluang dan kreasi untuk meningkatkan kinerja pegawai.Untuk melihat tanggapan responden tentang keterampilan dalam kebutuhan kompetensi aparatur pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut:

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

100 Tabel 6. Tanggapan Responden Tentang Memiliki Kemampuan Keterampilan Dari Tingkat Dasar Sampai Dengan Pakar Yang Didapat Dari Pendidikan Khusus Dan Pengalaman Di Bidang Tertentu Sampai Dengan Mengatur Berbagai Unit Organisasi Yang Kompleks.

No

Daerah Lokus Kab. Sorong

DM (0) 1 1 2% 0 0 0% 0 0 0% 1 1 2% 0 0 0% 0 0 0%

Tanggapan Responden TM KM CM M (1) (2) (3) (4) 0 0 0% 1 1 1% 1 1 2% 0 0 0% 0 0 0% 2 2 3% 7 14 11% 7 14 9% 7 14 12% 1 2 2% 7 14 13% 8 16 11% 29 87 45% 31 93 41% 33 99 57% 25 75 43% 20 60 36% 24 72 32% 21 84 32% 30 120 40% 15 60 26% 22 88 38% 22 88 40% 28 112 38%

SM (5) 7 35 11% 6 24 8% 2 10 3% 9 45 16% 6 30 11% 12 60 16%

Total 65 221 100% 75 252 100% 58 184 100% 58 211 100% 55 192 100% 74 262 100%

RataRata Nilai 3.40

Kriteria

Cukup Memadai

Kota Bandung

3.36

Cukup Memadai

Kab. Mamuju

3.17

Cukup Memadai

KotaKend ari

3.64

Memadai

Kota Kupang

3.49

Memadai

Kota Ternate

3.54

Memadai

Rata - Rata Tanggapan Responden

3.43

Memadai

Sumber: Hasil Olahan Data Primer, 2012 Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa tanggapan responden tentang kemampuan keterampilan dari tingkat dasar sampai dengan pakar yang didapat dari pendidikan khusus dan pengalaman di bidang tertentu sampai dengan mengatur berbagai unit organisasi yang Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

101 kompleks pada keseluruhan lokus penelitian menunjukkan skoring tertinggi sampai dengan skoring terendah adalah KotaKendari memiliki skor tertinggi yaitu sebesar 3,64, disusul Kota Ternate sebesar 3,54, KotaKupang sebesar 3,49, Kabupaten Sorong sebesar 3,40, Kota Bandung sebesar 3,36 dan yang paling rendah adalah KabupatenMamuju sebesar 3,17. Berdasarkan skor setiap lokus tersebut apabila dirataratakan menghasilkan 3,43 atau berkategori memadai. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan keterampilan dari tingkat dasar sampai dengan pakar yang didapat dari pendidikan khusus dan pengalaman di bidang tertentu sampai dengan mengatur berbagai unit organisasi yang kompleks pada keseluruhan berada pada kategori baik. Selanjutnya, untuk melihat tanggapan responden tentang

kemampuan menentukan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang lebih teliti dan berbeda sebelumnyadapat dilihat pada tabel berikut ini:

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

102 Tabel 7. Tanggapan Responden Tentang Kemampuan Menentukan Dan Melaksanakan Kegiatan-Kegiatan Yang Lebih Teliti Dan Berbeda Sebelumnya.

No

Daerah Lokus Kab. Sorong

DM (0) 0 0 0% 0 0 0% 0 0 0% 1 1 2% 0 0 0% 1 1 1%

Tanggapan Responden TM KM CM M (1) (2) (3) (4) 0 0 0% 0 0 0% 0 0 0% 0 0 0% 0 0 0% 0 0 0% 3 6 5% 2 4 3% 4 8 7% 2 4 3% 0 0 0% 1 2 1% 19 57 29% 25 75 33% 27 81 47% 19 57 33% 19 57 35% 22 66 30% 34 136 52% 31 124 41% 17 68 29% 24 96 41% 27 108 49% 34 136 46%

SM (5) 9 45 14% 17 68 23% 10 50 17% 12 60 21% 9 45 16% 16 80 22%

Total 65 244 100% 75 271 100% 58 207 100% 58 218 100% 55 210 100% 74 285 100%

RataRata Nilai 3.75

Kriteria

Memadai

Kota Bandung

3.61

Memadai

Kab. Mamuju

3.57

Memadai

KotaKendari

3.76

Memadai

Kota Kupang

3.82

Memadai

Kota Ternate

3.85

Memadai

Rata - Rata Tanggapan Responden

3.73

Memadai

Sumber: Hasil Olahan Data Primer, 2012 Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa tanggapan responden tentang kemampuan lebih teliti menentukan dan dan melaksanakan

kegiatan-kegiatan

yang

berbeda

sebelumnyapada

keseluruhan lokus penelitian menunjukkan skoring tertinggi sampai dengan skoring terendah adalah Kota Ternate memiliki skor tertinggi yaitu Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

103 sebesar 3,85, disusul Kota Kupang sebesar 3,82, KotaKendari sebesar 3,76, Kabupaten Sorong sebesar 3,75, Kota Bandung sebesar 3,61 dan yang paling rendah skor adalah Kabupaten tersebut Mamuju apabila sebesar 3,57.

Berdasarkan

setiap

lokus

dirata-ratakan

menghasilkan 3,73 atau berkategori memadai. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan aparatur pemerintah daerah dalam menentukan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang lebih teliti dan berbeda sebelumnyaberada pada kategori baik. Selanjutnya, untuk melihat tanggapan responden tentang

kemampuan aparatur pemerintah daerah dalam memastikan hasil kerja yang berkualitas, dimana prosedur kerja, pelaksanaan tugas, dan hasil kerja untuk menghindari kekurangan atau kesalahandapat dilihat pada tabel berikut ini:

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

104 Tabel 8. Tanggapan Responden Tentang Memastikan Hasil Kerja Yang Berkualitas, Dimana Prosedur Kerja, Pelaksanaan Tugas, Dan Hasil Kerja Untuk Menghindari Kekurangan Atau Kesalahan.
Tanggapan Responden TM KM CM M (1) (2) (3) (4) 0 0 0% 0 0 0% 0 0 0% 0 0 0% 0 0 0% 0 0 0% 1 2 2% 1 2 1% 0 0 0% 3 6 5% 0 0 0% 0 0 0% 25 75 38% 18 54 24% 23 69 40% 12 36 21% 11 33 20% 17 51 23% 26 104 40% 38 152 51% 20 80 34% 33 132 57% 21 84 38% 39 156 53% RataRata Nilai 3.78

No

Daerah Lokus

DM (0) 0 0 0% 1 1 1% 1 1 2% 1 1 2% 4 4 7% 0 0 0%

SM (5) 13 65 20% 17 68 23% 14 70 24% 9 45 16% 19 95 35% 18 90 24%

Total 65 246 100% 75 277 100% 58 220 100% 58 220 100% 55 216 100% 74 297 100%

Kriteria

Kab. Sorong

Memadai

Kota Bandung

3.69

Memadai

Kab. Mamuju

3.79

Memadai

KotaKendari

3.79

Memadai

Kota Kupang

3.93

Memadai

Kota Ternate

4.01

Memadai

Rata - Rata Tanggapan Responden

3.83

Memadai

Sumber: Hasil Olahan Data Primer, 2012

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa tanggapan responden tentang kemampuan aparatur pemerintah daerah dalam memastikan hasil kerja yang berkualitas, dimana prosedur kerja, pelaksanaan tugas, dan hasil kerja untuk menghindari kekurangan atau kesalahan pada keseluruhan lokus penelitian menunjukkan skoring Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

105 tertinggi sampai dengan skoring terendah adalah Kota Ternate memiliki skor tertinggi yaitu sebesar 4,01, disusul Kota Kupang sebesar 3,93, Kabupaten Mamuju sebesar 3,79, KotaKendari sebesar 3,79, Kabupaten Sorong sebesar 3,78 dan yang paling rendah adalah Kota Bandung

sebesar 3,69. Berdasarkan skor setiap lokus tersebut apabila dirataratakan menghasilkan 3,83 atau berkategori memadai. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan aparatur pemerintah daerah dalam memastikan hasil kerja yang berkualitas, dimana prosedur kerja, pelaksanaan tugas dan hasil kerja untuk menghindari kekurangan atau kesalahanberada pada kategori baik. Selanjutnya, untuk melihat tanggapan responden tentang

kemampuan aparatur pemerintah daerah untuk mempengaruhi dan meyakinkan orang lain mengikuti ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam kelompok kerja dan menyelesaikan tugasnya dalam kelompok serta membagi informasi yang berguna dan relevan bagi anggota timdapat dilihat pada tabel berikut ini:

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

106 Tabel 9. Tanggapan Responden Tentang Kemampuan Untuk Mempengaruhi Dan Meyakinkan Orang Lain Mengikuti Ketentuan-Ketentuan Yang Ditetapkan Dalam Kelompok Kerja Dan Menyelesaikan Tugasnya Dalam Kelompok Serta Membagi Informasi Yang Berguna Dan Relevan Bagi Anggota Tim.
Tanggapan Responden TM KM CM M SM (1) (2) (3) (4) (5) 0 0 0% 0 0 0% 0 0 0% 0 0 0% 0 0 0% 0 0 0% 5 21 25 14 10 63 100 70 8% 32% 38% 22% 1 19 43 12 2 57 172 48 1% 25% 57% 16% 2 25 23 8 4 75 92 40 3% 43% 40% 14% 4 18 28 7 8 54 112 35 7% 31% 48% 12% 1 12 30 12 2 36 120 60 2% 22% 55% 22% 2 19 35 18 4 57 140 90 3% 26% 47% 24% RatRata Nilai

No

Daerah Lokus

DM (0) 0 0 0% 0 0 0% 0 0 0% 1 1 2% 0 0 0% 0 0 0%

Total 65

Kriteria

Kab. Sorong

243 3.74 100% 75 279 3.72 100% 58 211 3.64 100% 58 210 3.62 100% 55 218 3.96 100% 74 291 3.93 100% 3.77

Memadai

Kota Bandung

Memadai

Kab. Mamuju

Memadai

KotaKendari

Memadai

Kota Kupang

Memadai

Kota Ternate

Memadai

Rata - Rata Tanggapan Responden

Memadai

Sumber: Hasil Olahan Data Primer, 2012 Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa tanggapan responden tentang kemampuan aparatur pemerintah daerah untuk mempengaruhi dan meyakinkan orang lain mengikuti ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam kelompok kerja dan menyelesaikan tugasnya Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

107 dalam kelompok serta membagi informasi yang berguna dan relevan bagi anggota tim pada keseluruhan lokus penelitian menunjukkan skoring tertinggi sampai dengan skoring terendah adalah Kota Kupang memiliki skor tertinggi yaitu sebesar 3,96, disusul Kota Ternate sebesar 3,93, Kabupaten Sorong sebesar 3,74, Kota Bandung sebesar 3,72, Kabupaten Mamuju sebesar 3,64 dan yang paling rendah adalah

KotaKendarisebesar 3,62. Berdasarkan skor setiap lokus tersebut apabila dirata-ratakan menghasilkan 3,77 atau berkategori memadai. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan aparatur pemerintah daerah untuk mempengaruhi dan meyakinkan orang lain mengikuti ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam kelompok kerja dan

menyelesaikan tugasnya dalam kelompok serta membagi informasi yang berguna dan relevan bagi anggota timberada pada kategori baik. Selanjutnya, untuk melihat tanggapan responden tentang

kemampuan aparatur pemerintah daerah untuk melakukan kesepakatan dengan pihak-pihak yang terkait mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakandapat dilihat pada tabel berikut ini:

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

108 Tabel 10. Tanggapan Responden Tentang Melakukan Kesepakatan Dengan Pihak-Pihak Yang Terkait Mengenai Pekerjaan Yang Akan Dilaksanakan.
Tanggapan Responden TM KM CM SM M (4) (1) (2) (3) (5) 1 1 2% 2 2 3% 0 0 0% 0 0 0% 0 0 0% 0 0 0% 2 17 27 17 4 51 108 85 3% 26% 42% 26% 1 19 38 13 2 57 152 52 1% 25% 51% 17% 4 19 24 10 8 57 96 50 7% 33% 41% 17% 0 17 28 11 0 51 112 55 0% 29% 48% 19% 2 13 26 14 4 39 104 70 4% 24% 47% 25% 0 18 39 15 0 54 156 75 0% 24% 53% 20% RataRata Nilai 65 250 3.85 100% 75 267 3.56 100% 58 212 3.66 100% 58 220 3.79 100% 55 217 3.95 100% 74 287 3.88 100% 3.78 Memadai Memadai Memadai Memadai Memadai Memadai Memadai

No

Daerah Lokus

DM (0) 1 1 2% 2 2 3% 1 1 2% 2 2 3% 0 0 0% 2 2 3%

Total

Kriteria

Kab. Sorong

Kota Bandung

Kab. Mamuju

KotaKendari

Kota Kupang

Kota Ternate

Rata - Rata Tanggapan Responden

Sumber: Hasil Olahan Data Primer,

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa tanggapan responden tentang kemampuan aparatur pemerintah daerah untuk melakukan kesepakatan dengan pihak-pihak yang terkait mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan pada keseluruhan lokus penelitian menunjukkan skoring tertinggi sampai dengan skoring terendah adalah Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

109 Kota Kupang memiliki skor tertinggi yaitu sebesar 3,95, disusul Kota Ternate sebesar 3,88, Kabupaten Sorong sebesar 3,85, KotaKendari sebesar 3,79, Kabupaten Mamuju sebesar 3,66 dan yang paling rendah adalah Kota Bandung sebesar 3,56. Berdasarkan skor setiap lokus tersebut apabila dirata-ratakan menghasilkan 3,78 atau berkategori memadai. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan aparatur pemerintah daerah untuk melakukan kesepakatan dengan pihakpihak yang terkait mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakanberada pada kategori baik. Selanjutnya, untuk melihat tanggapan responden tentang

kemampuan aparatur pemerintah daerah untuk melakukan uji coba setiap solusi yang diterapkan, mengumpulkan umpan balik kegunaannya dan kreatifitas solusi untuk efektivitasdapat dilihat pada tabel berikut ini:

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

110 Tabel 11. Tanggapan Responden Tentang Melakukan Uji Coba Setiap Solusi Yang Diterapkan, Mengumpulkan Umpan Balik Kegunaannya Dan Kreatifitas Solusi Untuk Efektivitas.
Tanggapan Responden DM (0) 0 1 Kab. Sorong 0 0% 0 2 Kota Bandung 0 0% 1 3 Kab. Mamuju 1 2% 1 4 KotaKendari 1 2% 1 5 Kota Kupang 1 2% 0 6 Kota Ternate 0 0% TM (1) 1 1 2% 0 0 0% 0 0 0% 0 0 0% 0 0 0% 0 0 0% KM (2) 11 CM (3) 22 M (4) 25 SM (5) 6 30 9% 6 24 8% 6 Total 65 219 100% 75 255 100% 58 194 100% 58 202 100% 55 195 100% 74 264 100% 3.45 Memadai 3.57 Memadai 3.55 Memadai 3.48 Memadai 3.34 Cukup Memadai 3.40 Cukup Memadai 3.37 Cukup Memadai

No

Daerah Lokus

RataRata Nilai

Kriteria

22 66 100 17% 34% 38% 6 33 30 12 99 120 8% 44% 40% 4 33 14

8 99 56 30 7% 57% 24% 10% 6 19 28 4 20 7% 7 12 57 112 10% 33% 48% 2 25 20

4 75 80 35 4% 45% 36% 13% 7 29 27 11 14 87 108 55 9% 39% 36% 15%

Rata - Rata Tanggapan Responden

Sumber: Hasil Olahan Data Primer, 2012

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa tanggapan responden tentang kemampuan aparatur pemerintah daerah untuk melakukan uji coba setiap solusi yang diterapkan, mengumpulkan umpan balik kegunaannya dan kreatifitas solusi untuk efektivitas pada

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

111 keseluruhan lokus penelitian menunjukkan skoring tertinggi sampai dengan skoring terendah adalah Kota Ternate memiliki skor tertinggi yaitu sebesar 3,57, disusul Kota Kupang sebesar 3,55, KotaKendari sebesar 3,48, KotaBandung sebesar 3,40, Kabupaten Mamuju sebesar 3,34 dan yang paling rendah adalah Kabupaten Sorong sebesar 3,37. Berdasarkan skor setiap lokus tersebut apabila dirata-ratakan menghasilkan 3,45 atau berkategori memadai. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan aparatur pemerintah daerah untuk melakukan uji coba setiap solusi yang diterapkan, mengumpulkan umpan balik kegunaannya dan kreatifitas solusi untuk efektivitas berada pada kategori baik. Secara keseluruhan, rata-rata skoring pada sub variabel

keterampilan aparatur pemerintah daerah di Indonesia adalah sebesar (3,67). Hal ini berarti bahwa secara keseluruhan pada sub variabel keterampilan aparatur pemerintah daerah di Indonesia berada pada kategori Memadai. Hasil wawancara terhadap Kepala BKD Kota Bandung tentang keterampilan yang dimiliki pegawai baik yang didapat dari pendidikan khusus maupun pengalaman di bidang tertentu dalam menjalankan berbagai tugas organisasi yang kompleks, mengatakan bahwa

keterampilan yang dimiliki masing-masing pegawai sangat membantu dalam melaksanakan tugasnya untuk mengoptimalkan kemampuannya, dan dapat ditambah dengan keterampilan tambahan selain pendidikan Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

112 formal. Lain halnya dengan kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan yang berbeda dengan sebelumnya, harus mendapatkan bimbingan teknis atau diklat (Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung), karena Idealnya memang pegawai bekerja sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, tapi dalam melaksanakan tugas baru pegawai harus dapat menyesuaikan dengan pekerjaan yang baru. Sementara dalam hal standar kualitas dalam pelaksanaan pekerjaan dan menerapkan disiplin dalam pencapaian standar yang berkualitas, harus ada standar kompetensi sehingga mempunyai ukuran kinerja yang terukur (Kepala Bidang Organisasi Kota Bandung). Selain itu menurut Kepala BKD Kota Bandung, disiplin juga merupakan pokok utama dalam melaksanakan tugas, dan dalam melaksanakan tugas tersebut juga harus tetap merujuk pada standar kualitas yang sudah ditentukan. Begitu juga dengan kemampuan pegawai dalam memberikan pengaruh dan dorongan kepada orang lain, mengarahkan orang lain, dan menjalin hubungan dengan orang lain dalam rangka mencapai tujuan organisasi, satu sama lain harus saling mengisi dan mendukung sesuai dengan kemampuan yang dimiliki untuk mencapai satu tujuan. Demikian halnya dengan kemampuan pegawai bekerjasama dengan orang lain dengan menjalankan peran dan tanggung jawabnya secara efektif dalam suatu kelompok (tim) kerja dalam rangka peningkatan kinerja organisasi dinilai cukup tinggi, karena dalam sebuah Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

113 organisasi harus lebih mementingkan kerjasama demi tercapainya suatu tujuan bersama.Keterampilan yang dimiliki pegawai baik yang didapat dari pendidikan khusus maupun pengalaman di bidang tertentu dalam menjalankan berbagai tugas organisasi yang kompleks, menurut Kepala BKD KotaKendari bahwa kemampuan/keterampilan pegawai sangat memadai dan tentunya sangat berguna dalam pelaksanaan tugas-tugas organisasi. Sedangkan dalam hal kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan yang berbeda dengan sebelumnya, harus wajib mempelajari semua pelajaran yang diberikan sebagai bukti tanggung jawab dari apa yang telah ditetapkan pada diri PNS bahwa bertanggungjawab pada semua pekerjaan yang diberikan (Kepala Bagian Organisasi

KotaKendari). Mengenai kemampuan pegawai merujuk pada standar kualitas dalam pelaksanaan pekerjaan dan menerapkan disiplin dalam pencapaian standar kualitas menurut pandangan Kepala Bagian

Organisasi KotaKendari bahwa untuk mencapai standar kualitas, PNS harus memiliki disiplin yang tinggi pula, karena kualitas akan tercapai dengan kualitas yang baik pula. Senada dengan Kepala BKD

KotaKendaripenerapan disiplin pada Pegawai Negeri Sipil adalah harga mati, kenapa? Karena apabila kita tidak disiplin bagaimana bisa berkualitas.

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

114 Sementara dalam hal kemampuan pegawai dalam memberikan pengaruh dan dorongan kepada orang lain, mengarahkan orang lain, dan menjalin hubungan dengan orang lain dalam rangka mencapai tujuan organisasisangat baik, hal ini dikarenakan adanya team workyang baik dalam segala jenis kegiatan guna mencapai tujuan organisasi(Kepala BKD KotaKendari). Demikian pula kemampuan pegawai bekerjasama dengan orang lain dengan menjalankan peran dan tanggung jawabnya secara efektif dalam suatu kelompok (tim) kerja dalam rangka peningkatan kinerja organisasi, PNS harus dapat memberikan kerjasama dengan kemampuan yang dimilikinya, harus dapat saling memberikan pemahaman-pemahaman yang sesuai dengan visi yang diemban dalam satu kelompok. Selanjutnya hasil wawancara dengan Kepala BKDKabupaten Mamuju mengenai keterampilan yang dimiliki pegawai baik yang didapat dari pendidikan khusus maupun pengalaman di bidang tertentu dalam menjalankan berbagai tugas organisasi yang kompleks adalah cukup memadai, hal ini dikarenakan sebagian pegawai merupakan wajah lama yang hanya dibarengi dengan regenerasi keterampilan. Sementara itu dalam hal kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan yang berbeda dengan sebelumnya, pada umumnya pegawai dalam

melaksanakan pekerjaan yang berbeda dengan sebelumnya bisa walaupun dalam tahapan penyesuaian hal ini senada dengan yang Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

115 diungkapkan oleh Kepala BAPPEDA Kabupaten Mamuju,secara umum pegawai yang baru bergabung di Bappeda mampu menyesuaikan dengantugas baru yang diembannya. Kemudian untuk kejelasan informasi mengenai kemampuan pegawai merujuk pada standar kualitas dalam pelaksanaan pekerjaan dan menerapkan disiplin dalam pencapaian standar kualitas pada BAPPEDA Kabupaten Mamujumasih kurang, karena kedisiplinan masih bertolak ukur dari keteladanan atasan langsung. Begitu pula tentang kemampuan pegawai dalam memberikan pengaruh dan dorongan kepada orang lain, mengarahkan orang lain, dan menjalin hubungan dengan orang lain dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Secara umum pegawai mampu memberikan pengaruh dan dorongan kepada orang lain dalam kegiatan pemberdayaan/proses perencanaan, kemampuan pegawai dapat dilihat/terpantau (Kepala BAPPEDA Kabupaten Mamuju). Sementara perihal tentang kemampuan pegawai bekerjasama dengan orang lain dengan menjalankan peran dan tanggung jawabnya secara efektif dalam suatu kelompok (tim) kerja dalam rangka peningkatan kinerja organisasi, menurut Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Mamuju tingkat kemampuan dalam hal tersebut masih kurang, pekerjaan biasa dilakukan tanpa koordinasi dan dijalankan tidak berdasarkan tupoksi, disinilah pentingnya seorang atasan dalam hal Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

116 mengambil keputusan terhadap pegawai yang akan dipilih untuk perkembangan dan kemajuan sebuah organisasi. Tanggapan mengenai kemampuan/keterampilan yang dimiliki pegawai baik yang didapat dari pendidikan khusus maupun pengalaman di bidang tertentu dalam menjalankan berbagai tugas organisasi yang kompleks pada aparatur pemerintahan Kota Sorong adalah pegawai yang memiliki pendidikan khusus dalam menjalankan tugas organisasi tentu mengusasi pekerjaan yang di lakukan. Sedangkan pegawai yang memiliki pengalaman di bidang tertentu bisa menguasai sesuai pengorganisasian yang kompleks, ini berarti kemajuan dalam hal keterampilan pegawai terhadap hal tersebut dapat dikatan cukup baik, sehingga pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan baik dan benar, hal lain yang diungkapkan oleh Kepala Bappeda KotaSorong terhadapkemampuan pegawai dalam memahami pekerjaan dengan menjalankan posisi, peran dan fungsi secara efektif sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya di dalam struktur organisasi menyatakan bahwa setiap SKPD telah mempunyai buku petunjuk tugas dalam memenuhi posisi, tugas dan tanggung jawab pekerjaan sesuai bidang masing-masing. Menurut Kepala Bagian Organisasi dan Kepala Bappeda Kota Sorong dalam melihat kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan yang berbeda dengan sebelumnya, yaitu dengan cara Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

117 melakukan kegiatan pelatihan berupa diklat dan bimtek. Menurut mereka hal ini dapat memberikan kontribusi banyak terhadap tugas yang mereka laksanakan dalam sebuah organisasi demi tujuan bersama. Demikian pula kemampuan pegawai merujuk pada standar kualitas dalam pelaksanaan pekerjaan dan menerapkan disiplin dalam pencapaian standar kualitas. Kepala Bagian Organisasi Kota Sorong menjelaskan bahwa kemampuan pegawai menunjuk pada standar kualitas dalam kesalahan pekerjaan adalah harus memahami dan menguasai bidang pekerjaan tersebut dan menerapkan disiplin dalam tercapainya standar kualitas adalah dengan menaati tata peraturan serta tanggung jawab dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut. Selanjutnya tentang kemampuan pegawai memberikan pengaruh dan dorongan kepada orang lain, mengarahkan orang lain, dan menjalin hubungan dengan orang lain dalam rangka mencapai tujuan organisasi, dengan tegas Kepala Bappeda Kota Sorong menyatakan bahwa kemampuan untuk memenuhi hal tersebut di atas harus disesuaikan dengan background pendidikan dan pemahaman SDM (skill) yang baik, karena tanpa itu, tugas yang ada dalam orgaisasi tidak akan berjalan dengan baik. Lain halnya tentang kemampuan pegawai bekerjasama dengan orang lain dengan menjalankan peran dan tanggung jawabnya secara efektif delam suatu kelompok (tim) kerja dalam rangka peningkatan kinerja Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

118 organisasi, tanggapan yang dilontarkan oleh Dinas Pendidikan Kota Sorong adalah belum semua pegawai mampu bekerja sama dengan

orang lain dalam melaksanakan tanggung jawabnya disebabkan karena egoisme dari pegawai tertentu. Itu artinya sikap egoisme juga sangat mempengaruhi kinerja dan kualitas pagawai dalam hal tugas yang dilaksanakan terhadap organisasi. Selanjutnya hasil wawancara Kepala Bagian OrganisasiKota Kupang mengenai kemampuan/keterampilan yang dimiliki pegawai baik yang didapat dari pendidikan khusus maupun pengalaman di bidang tertentu dalam menjalankan berbagai tugas organisasi yang kompleks, menurutnya cukup baik, dalam hal ini ada yang sudah memiliki keahlian teknis tetapi ada pula yang membutuhkan pendidikan dan latihan. Oleh karena itu keterlibatan seorang atasan sangat penting dalam memberikan kebijakan dan keputusan terhadap pegawai tersebut. Tanggapan berikutnya mengenai kemampuan pegawai dalam melaksanakan

pekerjaan yang berbeda dengan sebelumnya, rata-rata dapat cepat beradaptasi dengan tugas baru, hal ini didukung oleh kemampuan yang dimiliki dalam hal keterampilan serta pengetahuannya. Kota Kupang dalam melihat kemampuan pegawai yang merujuk pada standar kualitas dalam pelaksanaan pekerjaan dan menerapkan disiplin dalam pencapaian standar kualitas, cukup baik dan dapat menyesuaikan target pekerjaan yang diberikan. Demikian halnya

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

119 kemampuan pegawai memberikan pengaruh dan dorongan kepada orang lain, mengarahkan orang lain, dan menjalin hubungan dengan orang lain dalam rangka mencapai tujuan organisasicukup baik dan saling mempengaruhi secara positif, jika ada yang melenceng diberikan pengarahan. Selain itu kemampuan pegawai bekerjasama dengan orang lain dengan menjalankan peran dan tanggung jawabnya secara efektif delam suatu kelompok (tim) kerja dalam rangka peningkatan kinerja organisasicukup baik, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam

kepanitiaan dapat disesuaikan dengan baik.Ini menunjukan kemajuan yang signifikan terhadap perkembangan organisasi yang ada di Kupang, hal dibuktikan oleh aparatur pemerintahan dalam menjalankan tugasnya dengan cukup baik. Berbanding terbalik dengan hasil wawancara Kepala Bagian Organisasi KotaTernate, pemerintah KotaTernate dalam melihat

kemampuan keterampilan yang dimiliki pegawai baik yang didapat dari pendidikan khusus maupun pengalaman di bidang tertentu dalam menjalankan berbagai tugas organisasi yang kompleks sampai saat belum terealisasi dengan baik.Hampir sama dengan kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan yang berbeda dengan sebelumnya, yang mana membutuhkan waktu untuk penyesuaian, namun hal ini bisa diatasi dengan berbagai tindakan seperti mengadakan bimbingan ataupun diklat

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

120 sebagai media untuk memperdalam atau mempelajari sesuai dengan wewenang dan tanggungjawabnya dalam organisasi. Lain halnya dengan kemampuan pegawai merujuk pada standar kualitas dalam pelaksanaan pekerjaan dan menerapkan disiplin dalam pencapaian standar kualitas dan kemampuan pegawai dalam

memberikan pengaruh dan dorongan kepada orang lain, mengarahkan orang lain, dan menjalin hubungan dengan orang lain dalam rangka mencapai tujuan organisasi yaitu memuaskan, ini artinya pagawai dalam hal tersebut telah memadai dalam menjalankan tugas organisasi dengan baik dan benar. Senada dengan kemampuan bekerjasama dengan orang lain dengan menjalankan peran dan tanggung jawabnya secara efektif dalam suatu kelompok (tim) kerja dalam rangka peningkatan kinerja organisasi pegawai, dalam hal ini pegawai Kota Ternate memberikan kontribusi dan kerjasama terhadap kelompok untuk meningkatkan kinerja oragnisasi dengan hasil yang cukup memuaskan. Ini memberikan kesimpulan bahwa Kota Ternate sedikit banyak telah berusaha dalam pengembangan dan kemajuan daerah dilihat dalam kinerja pegawai dalam menjalankan tugas organisasi.

c. Sikap

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

121 Sikap adalah bagian hakiki dari kepribadian seseorang namun sejumlah teori mencoba memperhitungkan pembentukan dan perubahan sikap.Salah satu teori yang menyatakan bahwa orang mencari

kesesuaian antara keyakinannya dengan perasaannya terhadap obyek dan mengemukakan bahwa perubahan sikap tergantung pada perubahan perasaan atau keyakinan.Selanjutnya teori itu mengasumsikan bahwa orang mempunyai sikap berstruktur yang tersusun dari berbagai komponen efektif dan koqnitif. Pertalian dari komponen tersebut berarti bahwa perubahan pada suatu komponen lain. Rivai (2004:247), mengatakan bahwa sikap adalah suatu kesiapan untuk menanggapi, suatu kerangka yang utuh untuk

menetapkan keyakinan atau pendapat yang khas serta sikap juga pernyataan evaluative, baik yang menguntungkan atau tidak

menguntungkan mengenai objek, orang atau peristiwa.Sedangkan perilaku manusia adalah sebagai suatu fungsi dari interaksi antara individu dengan lingkungannya.Individu membawa tatanan dalam

organisasi berupa kemampuan, kepercayaan pribadi, penghargaan, kebutuhan dan pengalaman masa lalunya.

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

122 Pendapat mengenai sikap dan perilaku sangat terkait dengan baik atau buruknya tugas yang dilaksanakan pegawai, tanpa sikap dan perilaku yang baik dari individu tidak dapat menghasilkan suatu hasil pekerjaan yang efektif dan efisien.Sikap berhubungan dengan moral pegawai yang mana sikap profesionalisme pegawai harus ditunjukkan dalam melaksanakan tugas-tugas yang telah diberikan oleh pimpinan dalam meningkatkan kinerja.Untuk melihat tanggapan responden tentang sikap dalam kebutuhan kompetensi aparatur pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 12. Tanggapan Kemampuan Pelanggan. Responden Tentang Memanfaatkan Melayani Dengan Berorientasi Kepada

No

Daerah Lokus

DM (0) 0 0 0% 0 0 0% 1 1 2% 1 1 2% 0 0 0%

Tanggapan Responden TM KM CM M (1) (2) (3) (4) 0 0 0% 1 1 1% 0 0 0% 0 0 0% 0 0 0% 6 12 9% 1 2 1% 2 4 3% 3 6 5% 2 4 4% 20 60 31% 17 51 23% 22 66 38% 8 24 14% 10 30 18% 30 120 46% 39 156 52% 19 76 33% 34 136 59% 22 88 40%

SM (5) 9 45 14% 17 68 23% 14 70 24% 12 60 21% 21 105 38%

Total 65 237 100% 75 278 100% 58 217 100% 58 227 100% 55 227 100%

RataRata Nilai 3.65

Kriteria

Kab. Sorong

Memadai

Kota Bandung

3.71

Memadai

Kab. Mamuju

3.74

Memadai

KotaKendari

3.91

Memadai

Kota Kupang

4.13

Memadai

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

123
0 6 Kota Ternate 0 0% 1 1 1% 1 2 1% 12 36 16% 31 124 42% 29 145 39% 74 308 100% 3.88 Memadai 4.16 Memadai

Rata - Rata Tanggapan Responden

Sumber: Hasil Olahan Data Primer, 2012

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa tanggapan responden tentang kemampuan aparatur pemerintah daerah dalam melayani dengan berorientasi kepada pelanggan pada keseluruhan lokus penelitian menunjukkan skoring tertinggi sampai dengan skoring terendah adalah Kota Ternate memiliki skor tertinggi yaitu sebesar 4,16, disusul KotaKupang sebesar 4,13, KotaKendari sebesar 3,91, Kabupaten Mamuju sebesar 3,74, Kota Bandung sebesar 3,71 dan yang paling

rendah adalah Kabupaten Sorong sebesar 3,65s. Berdasarkan skor setiap lokus tersebut apabila dirata-ratakan menghasilkan 3,88 atau berkategori memadai. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan aparatur pemerintah daerah dalam melayani dengan berorientasi kepada pelanggan berada pada kategori baik. Selanjutnya, untuk melihat tanggapan responden tentang Kemampuan Berempati aparatur pemerintah daerah terhadap orang lain yang menunjukkan suatu pandangan yang seimbang tentang kekuatan dan kelemahan tertentu seseorangdapat dilihat pada tabel berikut ini:

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

124 Tabel 13. Tanggapan Responden Tentang Kemampuan Berempati Terhadap Orang Lain Yang Menunjukkan Suatu Pandangan Yang Seimbang Tentang Kekuatan Dan Kelemahan Tertentu Seseorang.
Tanggapan Responden TM KM CM M (1) (2) (3) (4) 1 1 2% 0 0 0% 0 0 0% 1 1 2% 0 0 0% 0 0 0% 4 8 6% 2 4 3% 3 6 5% 0 0 0% 2 4 4% 4 8 5% 22 66 34% 16 48 21% 24 72 41% 19 57 33% 14 42 25% 16 48 22% 30 120 46% 41 164 55% 27 108 47% 30 120 52% 24 96 44% 34 136 46% RataRata Nilai 3.62

No

Daerah Lokus

DM (0) 0 0 0% 0 0 0% 1 1 2% 0 0 0% 0 0 0% 1 1 1%

SM (5) 8 40 12% 16 64 21% 3 15 5% 8 40 14% 15 75 27% 19 95 26%

Total 65 235 100% 75 280 100% 58 202 100% 58 218 100% 55 217 100% 74 288 100%

Kriteria

Kab. Sorong

Memadai

Kota Bandung

3.73

Memadai

Kab. Mamuju

3.48

Memadai

KotaKendari

3.76

Memadai

Kota Kupang

3.95

Memadai

Kota Ternate

3.89

Memadai

Rata - Rata Tanggapan Responden

3.74

Memadai

Sumber: Hasil Olahan Data Primer, 2012 Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa tanggapan responden tentang kemampuan berempati aparatur pemerintah daerah terhadap orang lain yang menunjukkan suatu pandangan yang seimbang tentang kekuatan dan kelemahan tertentu seseorang pada keseluruhan lokus penelitian menunjukkan skoring tertinggi sampai dengan skoring Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

125 terendah adalah Kota Kupang memiliki skor tertinggi yaitu sebesar 3,95, disusul Kota Ternate sebesar 3,89, KotaKendari sebesar 3,76, Kota Bandung sebesar 3,76, Kabupaten Sorong sebesar 3,62 dan yang

paling rendah adalah Kabupaten Mamuju sebesar 3,48. Berdasarkan skor setiap lokus tersebut apabila dirata-ratakan menghasilkan 3,74 atau berkategori memadai. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan berempati aparatur pemerintah daerah terhadap orang lain yang menunjukkan suatu pandangan yang seimbang tentang kekuatan dan kelemahan tertentu seseorangberada pada kategori baik. Selanjutnya, untuk melihat tanggapan responden tentang kemampuan aparatur pemerintah daerah dalam mendelegasikan

wewenang dan tanggungjawab kepada bawahannyadapat dilihat pada tabel berikut ini:

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

126 Tabel 14. Tanggapan Responden Tentang Penyerahan Tugas Dan Tanggung Jawab Kepada Bawahan Untuk Mengetahui Hasil Kerja Yang Didelegasikan.
Tanggapan Responden TM KM CM M (1) (2) (3) (4) 1 1 2% 4 4 5% 1 1 2% 1 1 2% 0 0 0% 0 0 0% 6 12 9% 2 4 3% 7 14 12% 4 8 7% 3 6 5% 2 4 3% 19 57 29% 19 57 25% 18 54 31% 15 45 26% 13 39 24% 19 57 26% 23 92 35% 35 140 47% 25 100 43% 32 128 55% 26 104 47% 32 128 43% RataRata Nilai 3.72

No

Daerah Lokus

DM (0) 0 0 0% 2 2 3% 1 1 2% 0 0 0% 1 1 2% 1 1 1%

SM (5) 16 80 25% 13 52 17% 6 30 10% 6 30 10% 12 60 22% 20 100 27%

Total 65 242 100% 75 259 100% 58 200 100% 58 212 100% 55 210 100% 74 290 100%

Kriteria

Kab. Sorong

Memadai

Kota Bandung

3.45

Memadai

Kab. Mamuju

3.45

Memadai

KotaKendari

3.66

Memadai

Kota Kupang

3.82

Memadai

Kota Ternate

3.92

Memadai

Rata - Rata Tanggapan Responden

3.67

Memadai

Sumber: Hasil Olahan Data Primer, 2012 Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa tanggapan responden tentang kemampuan aparatur pemerintah daerah dalam mendelegasikan wewenang dan tanggungjawab kepada bawahannya pada keseluruhan lokus penelitian menunjukkan skoring tertinggi sampai dengan skoring terendah adalah Kota Ternate memiliki skor tertinggi yaitu sebesar 3,92, disusul Kota Kupang sebesar 3,82, KabupatenSorong Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

127 sebesar 3,72, KotaKendari sebesar 3,66, Kota Bandung sebesar 3,45 dan yang paling rendah adalah Kabupaten Mamuju sebesar 3,45. Berdasarkan skor setiap lokus tersebut apabila dirata-ratakan

menghasilkan 3,67 atau berkategori memadai. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan aparatur pemerintah daerah dalam mendelegasikan wewenang dan tanggungjawabnya kepada bawahan berada pada kategori baik. Selanjutnya, untuk melihat tanggapan responden tentang kemampuan aparatur pemerintah daerah mengendalikan diri dalam menggunakan wewenangnyadapat dilihat pada tabel berikut ini:

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

128 Tabel 15. Tanggapan Responden Tentang Kemampuan Untuk Mengendalikan Diri Dalam Menggunakan Wewenangnya.

No

Daerah Lokus

DM (0) 3 3 5% 3 3 4% 2 2 3% 3 3 5% 2 2 4% 3 3 4%

Tanggapan Responden TM KM CM M (1) (2) (3) (4) 0 0 0% 1 1 1% 0 0 0% 0 0 0% 0 0 0% 0 0 0% 3 6 5% 1 2 1% 2 4 3% 0 0 0% 2 4 4% 1 2 1% 15 45 23% 17 51 23% 17 51 29% 18 54 31% 13 39 24% 16 48 22% 23 92 35% 40 160 53% 28 112 48% 25 100 43% 26 104 47% 33 132 45%

SM (5) 21 105 32% 13 52 17% 9 45 16% 12 60 21% 12 60 22% 21 105 28%

Total 65 251 100% 75 269 100% 58 214 100% 58 217 100% 55 209 100% 74 290 100%

RataRata Nilai 3.86

Kriteria

Kab. Sorong

Memadai

Kota Bandung

3.59

Memadai

Kab. Mamuju

3.69

Memadai

KotaKendari

3.74

Memadai

Kota Kupang

3.80

Memadai

Kota Ternate

3.92

Memadai

Rata - Rata Tanggapan Responden

3.77

Memadai

Sumber: Hasil Olahan Data Primer, 2012

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa tanggapan responden tentang kemampuan aparatur pemerintah daerah

mengendalikan diri dalam menggunakan wewenangnyapada keseluruhan lokus penelitian menunjukkan skoring tertinggi sampai dengan skoring terendah adalah Kota Ternate memiliki skor tertinggi yaitu sebesar 3,92, Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

129 disusul Kabupaten Sorong sebesar 3,86, Kota Kupang sebesar 3,80, KotaKendari sebesar 3,74, Kabupaten Mamuju sebesar 3,69 dan yang paling rendah adalah Kota Bandung sebesar 3,59. Berdasarkan skor setiap lokus tersebut apabila dirata-ratakan menghasilkan 3,77 atau berkategori memadai. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan aparatur pemerintah daerah mengendalikan diri dalam menggunakan wewenangnyaberada pada kategori baik. Selanjutnya, untuk melihat tanggapan responden tentang kemampuan aparatur pemerintah daerah menyesuaikan diri dan bekerja secara efektif dalam situasi dan kondisi yang berbedadapat dilihat pada tabel berikut ini:

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

130 Tabel 16. Tanggapan Responden Tentang Kemampuan Untuk Menyesuaikan Diri Dan Bekerja Secara Efektif Dalam Situasi & Kondisi Yang Berbeda.
Tanggapan Responden TM KM CM M (1) (2) (3) (4) 0 0 0% 0 0 0% 0 0 0% 0 0 0% 0 0 0% 0 0 0% 3 6 5% 2 4 3% 2 4 3% 0 0 0% 0 0 0% 1 2 1% 16 48 25% 7 21 9% 21 63 36% 15 45 26% 9 27 16% 18 54 24% 26 104 40% 47 188 63% 29 116 50% 30 120 52% 30 120 55% 29 116 39% RataRata Nilai 3.78

No

Daerah Lokus

DM (0) 3 3 5% 2 2 3% 1 1 2% 1 1 2% 1 1 2% 1 1 1%

SM (5) 17 85 26% 17 68 23% 5 25 9% 12 60 21% 15 75 27% 25 125 34%

Total 65 246 100% 75 283 100% 58 209 100% 58 226 100% 55 223 100% 74 298 100%

Kriteria

Kab. Sorong

Memadai

Kota Bandung

3.77

Memadai

Kab. Mamuju

3.60

Memadai

KotaKendari

3.90

Memadai

Kota Kupang

4.05

Memadai

Kota Ternate

4.03

Memadai

Rata - Rata Tanggapan Responden

3.86

Memadai

Sumber: Hasil Olahan Data Primer, 2012

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa tanggapan responden tentang kemampuan aparatur pemerintah daerah

menyesuaikan diri dan bekerja secara efektif dalam situasi dan kondisi yang berbeda pada keseluruhan lokus penelitian menunjukkan skoring tertinggi sampai dengan skoring terendah adalah KotaKupang memiliki Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

131 skor tertinggi yaitu sebesar 4,05, disusul Kota Ternate sebesar 4,03, KotaKendari sebesar 3,90, Kabupaten Sorong sebesar 3,78, Kota

Bandung sebesar 3,77 dan yang paling rendah adalah Kabupaten Mamuju sebesar 3,60. Berdasarkan skor setiap lokus tersebut apabila dirata-ratakan menghasilkan 3,86 atau berkategori memadai. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan aparatur pemerintah daerah menyesuaikan diri dan bekerja secara efektif dalam situasi dan kondisi yang berbedaberada pada kategori baik. Selanjutnya, untuk melihat tanggapan responden tentang

kemampuan aparatur pemerintah daerah menyelaraskan sikap dan perilaku dengan mengutamakan pekerjaan dalam rangka mewujudkan visi dan misi organisasi dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

132

Tabel 17. Tanggapan Responden Tentang Kemampuan Untuk Menyelaraskan Sikap & Perilaku Dengan Mengutamakan Pekerjaan Dalam Rangka Mewujudkan Visi & Misi Organisasi.
Tanggapan Responden TM KM CM M (1) (2) (3) (4) 1 1 2% 0 0 0% 0 0 0% 0 0 0% 0 0 0% 0 0 0% 1 2 2% 1 2 1% 0 0 0% 0 0 0% 2 4 4% 0 0 0% 15 45 23% 9 27 12% 20 60 34% 10 30 17% 8 24 15% 19 57 26% 30 120 46% 43 172 57% 27 108 47% 36 144 62% 26 104 47% 25 100 34% RataRata Nilai 3.97

No

Daerah Lokus

DM (0) 0 0 0% 0 0 0% 0 0 0% 0 0 0% 0 0 0% 1 1 1%

SM (5) 18 90 28% 22 88 29% 11 55 19% 12 60 21% 19 95 35% 29 145 39%

Total 65 258 100% 75 289 100% 58 223 100% 58 234 100% 55 227 100% 74 303 100%

Kriteria

Kab. Sorong

Memadai

Kota Bandung

3.85

Memadai

Kab. Mamuju

3.84

Memadai

KotaKendari

4.03

Memadai

Kota Kupang

4.13

Memadai

Kota Ternate

4.09

Memadai

Rata - Rata Tanggapan Responden

3.99

Memadai

Sumber: Hasil Olahan Data Primer, 2012 Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa tanggapan responden tentang kemampuan aparatur pemerintah daerah

menyelaraskan sikap dan perilaku dengan mengutamakan pekerjaan dalam rangka mewujudkan visi dan misi organisasi pada keseluruhan Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

133 lokus penelitian menunjukkan skoring tertinggi sampai dengan skoring terendah adalah Kota Kupang memiliki skor tertinggi yaitu sebesar 4,13, disusul Kota Ternate sebesar 4,09, KotaKendari sebesar 4,03,

Kabupaten Sorong sebesar 3,97, Kota Bandung sebesar 3,85 dan yang paling rendah adalah Kabupaten Mamuju sebesar 3,84. Berdasarkan skor setiap lokus tersebut apabila dirata-ratakan menghasilkan 3,99 atau berkategori memadai. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan aparatur pemerintah daerah menyelaraskan sikap dan perilaku dengan mengutamakan pekerjaan dalam rangka mewujudkan visi dan misi organisasiberada pada kategori baik. Selanjutnya, kemampuan untuk melihat tanggapan daerah responden tentang dan

aparatur

pemerintah

dalam

memulai

melaksanakan tugas-tugas baru tanpa menunggu atau meminta orang lain untuk mengambil tindakandapat dilihat pada tabel berikut ini:

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

134 Tabel 18. Tanggapan Responden Tentang Memulai Dan Melaksanakan Tugas-Tugas Baru, Tanpa Menunggu Atau Meminta Orang Lain Untuk Mengambil Tindakan.
DM (0) 0 0 0% 0 2 Kota Bandung 0 0% 0 3 Kab. Mamuju 0 0% 0 4 KotaKendari 0 0% 0 5 Kota Kupang 0 0% 1 6 Kota Ternate 1 1% Tanggapan Responden TM KM CM M (1) (2) (3) (4) 1 1 2% 0 0 0% 1 1 2% 0 0 0% 1 1 2% 0 0 0% 6 12 9% 3 6 4% 4 8 7% 0 0 0% 1 2 2% 2 4 3% 17 51 26% 20 60 27% 21 63 36% 15 45 26% 12 36 22% 18 54 24% 34 136 52% 34 136 45% 25 100 43% 33 132 57% 29 116 53% 36 144 49% SM (5) 7 35 11% 18 72 24% 7 35 12% 10 50 17% 12 60 22% 17 85 23% Total 65 235 100% 75 274 100% 58 207 100% 58 227 100% 55 215 100% 74 288 100% 3.76 Memadai 3.89 Memadai 3.91 Memadai 3.91 Memadai 3.57 Memadai 3.65 Memadai 3.62 Memadai RataRata Nilai Kriteria

No

Daerah Lokus Kab. Sorong

Rata - Rata Tanggapan Responden

Sumber: Hasil Olahan Data Primer, 2012

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa tanggapan responden tentang kemampuan aparatur pemerintah daerah dalam memulai dan melaksanakan tugas-tugas baru tanpa menunggu atau meminta orang lain untuk mengambil tindakanpada keseluruhan lokus penelitian menunjukkan skoring tertinggi sampai dengan skoring terendah Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

135 adalah Kota Kupang memiliki skor tertinggi yaitu sebesar 3,91, disusul KotaKendarisebesar 3,91, Kota Ternate sebesar 3,89, Kota Bandung

sebesar 3,65, Kabupaten Sorong sebesar 3,62 dan yang paling rendah adalah Kabupaten Mamuju sebesar 3,57. Berdasarkan skor setiap lokus tersebut apabila dirata-ratakan menghasilkan 3,76 atau berkategori memadai. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan aparatur pemerintah daerah dalam memulai dan melaksanakan tugastugas baru tanpa menunggu atau meminta orang lain untuk mengambil tindakanberada pada kategori baik. Secara keseluruhan, rata-rata skoring pada sub variabel sikap aparatur pemerintah daerah di Indonesia adalah sebesar (3,81). Hal ini berarti bahwa secara keseluruhan pada sub variabel sikap aparatur pemerintah daerah di Indonesia berada pada kategori Memadai. Hasil wawancara dengan Kepala Bagian Organisasi Kota Bandung terhadap kemampuan pegawai melayani pelanggan dan mengembangkan cara-cara baru agar pelanggan merasa puas, menurut mereka hal ini harus didukung oleh semangat dalam melayani dan perubahan pola pikir dari birokrasi organisasi, sehingga kepuasan pelanggan didapat dari pelayanan prima yang diberikan oleh pegawai, hal ini sangat diperlukan sebagai modal utama dalam menarik pelanggan. Sedangkan menurut Kepala BKD Kota Bandung kemampuan pegawai Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

136 dalam membina hubungan yang efektif dengan pelanggan, selain hal diatas pegawai juga harus mempunyai kemampuan komunikasi yang baik, human relation yang harus tetap terjaga, dan memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pelanggan. Sementara itu kemampuan empati pegawai dalam membantu dan melayani orang lain, mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan layanan yang diharapkan orang lain, baik internal maupun eksternal, dalam hal ini Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung mengungkapkan bahwa sistem yang di kembangkan kolektivitas bukan individu, jadi ditekankan untuk saling membantu. Sedangkan kemampuan pegawai bersikap jujur dan berperilaku positif untuk membantu dan melayani orang lain baik internal maupun eksternal, Kepala Bagian Organisasi Kota Bandung menyatakan bahwa kejujuran harus menjadi bagian dalam pelaksanaan tugas dan menjadi nilai yang harus dijunjung tinggi dan mendapat penghargaan yang optimal dalam penegakannya. Begitu pula kemampuan pegawai dalam mengendalikan diri sendiri secara efektif dengan memanfaatkan sumber daya, waktu dan kewenangan yang dimiliki untuk optimalisasi kinerja serta melakukan perbaikan berdasarkan umpan balik atas kinerjanya bahwa optimalisasi kinerja melalui pemanfaatan sumber daya, waktu dan kewenangan sudah dilakukan dengan cukup baik, dilanjutkan dengan kemampuan adaptasi pegawai dalam menyesuaikan diri dengan segala perubahan yang terjadi Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

137 dalam organisasi, sebagai seorang pegawai harus mampu beradaptasi di manapun mereka berada (Kepala BKD Kota Bandung). Menurut Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandungkemampuan pegawai menjalankan komitmen dalam bekerja, peran dan fungsi secara efektif sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya di dalam struktur organisasi yaitu fungsi pengawasan/pengendalian harus terus dijalankan, kalau kurang, pegawai kurang fokus atau kurang serius. Selanjutnya wawancara dengan Kepala Bagian Organisasi Kota Bandung tentang tingkat inisiatif pegawai dalam meningkatkan kinerja dengan mempertimbangkan kompleksitaspekerjaan dan kapasitas

individu secara seksama adalah Inisiatif perlu didorong dengan budaya organisasi belajar (learning organization) dalam artian bahwa semangat untuk mempelajari dan merubah menjadi lebih baik perlu diapresiasi oleh organisasi. Lain halnya tingkat motivasi pegawai dalam menjalankan tugas, peran dan tanggung jawab secara efektif dalam rangka peningkatan kinerja organisasi. Dari sisi motivasi sebagian besar pegawai memiliki motivasi tinggi dalam meningkatkan kinerja, demikian pula dengan masalah yang dihadapi dalam melakukan pekerjaan antara lain sumber daya manusia tidak sesuai kompetensi dan pegawai datang dari berbagai macam karakter. Adapun hal-hal yang diharapkan dalam masa yang akan datang adalah pegawai kualifikasinya minimal S1 dan

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

138 Juklak/juknis/SOP, kinerja tersusun/terstandar (Dinas Pendidikan Kota Bandung) Hasil wawancara pada bagian Organisasi KotaKendari tentang kemampuan pegawai dalam melayani pelanggan dan mengembangkan cara-cara baru agar pelanggan merasa puas adalah dengan memberikan pelayanan yang baik, tenang dan profesional, selanjutnya mengenai kemampuan pegawai dalam membina hubungan yang efektif dengan pelanggan serta memberikan pelayanan yang baik tanpa membedakan pelanggan. Begitu pula dengan kemampuan empati pegawai dalam membantu dan melayani orang lain, mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan layanan yang diharapkan orang lain, baik internal maupun eksternal,bahwa PNS wajib memahami permasalahan orang lain agar dapat merasakan dan mengidentifikasi kebutuhan layanan. Sementara mengenai hal kemampuan pegawai bersikap jujur dan berperilaku positif untuk membantu dan melayani orang lain baik internal maupun eksternal, ialah kejujuran dimulai dengan pekerjaan yang baik dan berkualitas dalam pelayanan dengan dasar iman dan pelayanan yang baik akan timbul sikap yang jujur. Demikian pula kemampuan pegawai mengendalikan diri sendiri secara efektif dengan memanfaatkan sumber daya, waktu dan

kewenangan yang dimiliki untuk optimalisasi kinerja serta melakukan perbaikan berdasarkan umpan balik atas kinerjanya, dalam hal ini untuk Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

139 mengoptimalkan kinerja PNS wajib memanfaatkan waktu kerja dengan baik, bekerja dengan kemampuan yang ada dan senantiasa belajar untuk lebih meningkatkan kemampuan diri sendiri. Dalam tanggapanya mengenai kemampuan adaptasi pegawai dalam menyesuaikan diri dengan segala perubahan yang terjadi dalam organisasi, penyesuaian PNS pada perubahan dapat ditunjukkan dengan tetap memberikan pekerjaan yang baik, dengan pelayanan yang baik sehingga walau dalam perubahan apapun tetap mampu melaksanakan tugas-tugas. Begitu juga dengan kemampuan pegawai menjalankan komitmen dalam bekerja, peran dan fungsi secara efektif sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya di dalam struktur organisasi, menurutnya untuk peran yang lebih efektif dapat ditunjukkan dengan peningkatan kualitas kerja dengan pemanfaatan waktu yang optimal.Adapuntingkat inisiatif pegawai dalam meningkatkan kinerja dengan mempertimbangkan

kompleksitas pekerjaan dan

kapasitas individu secara seksama yaitu

dengan meningkatkan disiplin pegawai dan peningkatan kualitas kinerja. Demikian halnya dengan tingkat motivasi pegawai dalam menjalankan tugas, peran dan tanggung jawab secara efektif dalam rangka peningkatan kinerja organisasi, tingkat motivasi PNS dalam menjalankan tugas dapat ditunjukkan dengan jadwal yang teratur dan pemberian tupoksi pada masing-masing sehingga tanggung jawab akan terbentuk dengan sendirinya. Kemudian adapun yang menjadi masalah Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

140 yang dihadapi dalam melakukan pekerjaan adalah apabila pada individu PNS tidak memiliki pemahaman pada pekerjaan dengan pemberian tupoksi yang tidak jelas, begitu juga dengan hal-hal yang diharapkan dalam masa yang akan datang yaitu setiap PNS wajib memiliki tupoksi masing-masing dari staf sampai atasan sehingga PNS dapat

mengoptimalkan pekerjaan dengan tupoksi yang ada dan dapat meningkatkan kualitas dalam tim, kelompok maupun organisasi. Hasil wawancara dengan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Mamuju mengenai kemampuan pegawai melayani pelanggan dan mengembangkan cara-cara baru agar pelanggan merasa puas

menunjukkan bahwa kemampuan yang dimilikimasih rendah, pelayanan masih lamban dan masih menerapkan pola lama, sehingga pelanggan sering belum marasa puas. Lain halnya mengenai kemampuan pegawai dalam membina hubungan yang efektif dengan pelanggantergolongbaik, namun masih sangat perlu ditingkatkan. Selain itu kemampuan empati pegawai dalam membantu dan melayani orang lain, mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan layanan yang diharapkan orang lain, baik internal maupun eksternal adalah sudah baik, tetapi kemampuan dalam mengidentifikasi kebutuhan layanan masih perlu ditingkatkan. Kemudian kemampuan pegawai bersikap jujur dan berperilaku positif untuk membantu dan melayani orang lain baik internal maupun eksternal, dilakukan dengan sikap biasa-biasa saja.Hal ini Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

141 menunjukkan pelanggan dan pegawai tidak mengetahui arti penting sebuah kejujuran baik sebagi pegawai maupun pelanggan.Kemampuan pegawai mengendalikan diri sendiri secara efektif dengan memanfaatkan sumber daya, waktu dan kewenangan yang dimiliki untukoptimalisasi kinerja serta melakukan perbaikan berdasarkan umpan balik kinerjanya diungkapkan masih rendah, karena pada umumnya pegawai belum memanfaatkan waktu secara efektif untuk perbaikan kinerja. Begitu pula dengan kemampuan adaptasi pegawai dalam menyesuaikan diri dengan segala perubahan yang terjadi dalam organisasi, masih kurang, pegawai belum/kurang menyadari atas perubahan yang terjadi dalam organisasi. Sedangkan kemampuan pegawai menjalankan komitmen dalam bekerja, peran dan fungsi secara efektif sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya di dalam struktur organisasi mengatakan Biasa-biasa saja.Senada dengan tingkat inisiatif pegawai dalam meningkatkan kinerja dengan mempertimbangkan kompleksitas pekerjaan dan individu secara seksama kapasitas

juga mengatakan biasa-biasa saja,bahkan

kurang memiliki inisiatif. Hal Ini menunjukan bahwa Kabupaten Mamuju dalam hal sikap masih kurang baik dalam pelayanan pelanggaan, tidak berbeda dengan tingkat motivasi pegawai dalam menjalankan tugas, peran dan tanggung jawab secara efektif dalam rangka peningkatan kinerja organisasi. Anggapan mereka juga mengatakan biasa-biasa saja umumnya pegawai belum menjalankan tugas, peran dan tanggungjawab Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

142 dengan sungguh-sungguh. Dari semua hal tersebut muncullah berbagai masalah diantara adalah kemampuan sumber daya manusia masih rendah dan kondisi/lingkungan kerja belum menghargai prestasi kerja sistem promosi jabatan belum berjalan denga baik. Adapun hal-hal yang diharapkan dalam masa yang akan datang yaitu perbaikan dan

peningkatan sumber daya manusia aparatur ditingkatkan serta promosi jabatan di perbaiki. Hasil wawancara dengan pegawai KepalaBappeda melayani pelanggan Kota dan

Sorongmengenaikemampuan

mengembangkan cara-cara baru agar pelanggan merasa puas, dianggap sudah mampu dalam memberikan pelayanan memberikan kepuasan terhadap pelanggan. Sedangkan menurut Kepala Dinas Pendidikan Kota Sorong mengatakan bahwa pegawai telah melakukan yang terbaik dalam hal pelayanan dengan bersikap lebih ramah, namun untuk kepuasan pelanggan tergantung dari pelanggan itu sendiri.Kepuasan pelanggan merupakan hal yang paling utama dalam memberikan pelayanan sehingga juga diperlukan kemampuan pegawai dalam membina prima yang dapat

hubungan yang efektif dengan pelanggan.Menurut Kepala Bappeda Kota Sorong untuk membina hubungan tersebut pegawai harus mampu memberikan pelayanan dengan cepat, ramah dan mudah senyum kepada masyarakat. Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

143 Menurut Kepala Dinas Pendidikan Kota Sorong bahwa pada dasarnya pegawai sudah menunjukkan kemampuan empatinya terhadap orang lain dengan jalan menunjukkan pandangan yang baik terhadap suatu masalah yang ada kaitannya dengan pekerjaan organisasi, mengenai kemampuan empati pegawai dalam membantu dan melayani orang lain, mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan layanan yang diharapkan orang lain, baik internal maupun eksternal. Senada dengan Kepala Bappeda Kota Sorongbahwa kemampuan pegawai bersikap jujur dan berperilaku positif untuk membantu dan melayani orang lainbaik internal maupun eksternal selalu ditanamkan oleh pegawai dalam melaksanakan tugas agar dapat memberikan nilai positif bagi diri sendiri, dan organisasi pegawai berada. Selanjutnya informasi yang di utarakan oleh KepalaBappeda Kota Sorong mengenai kemampuan pegawai dalam mengendalikan diri sendiri secara efektif dengan memanfaatkan sumber daya, waktu dan

kewenangan yang dimiliki untuk optimalisasi kinerja serta melakukan perbaikan berdasarkan umpan balik atas kinerjanya bahwa hal ini masih perlu pembinaan dan peningkatan kesadaran bagi pegawai untuk menghargai waktu yang selalu diisi dengan pengadaan SDM (lewat kerja) agar tugas yang diemban dapat dipahaminya. Lain halnya dengan kemampuan adaptasi pegawai dalam menyesuaikan diri dengan segala perubahan yang terjadi dalam organisasimenurut pegawai belum Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

144 seluruhnya dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi namun berbeda halnya dengan di daerah Kota Kupang cukup cepat dalam beradaptasi, walaupun harus melalui perjuangan yang berat namun dalam penjabaran bahwa kerja harus sukses dan bermakna bagi orang lain. Selain hal tersebut di atas kemampuan pegawai juga harus dapat menjalankan komitmen dalam bekerja, peran dan fungsi secara efektif sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya di dalam struktur organisasi, hal ini dilakukan agar segala kegiatan maupun tugas dapat terlaksana dengan baik namun tetap harus memperhatikan pedoman yang telah diatur oleh SKPD (Kepala Bappeda Kota Sorong). Demikian halnya mengenai tingkat inisiatif pegawai dalam meningkatkan kinerja dengan mempertimbangkan kompleksitas pekerjaan dan kapasitas individu secara seksama. Menurut Kepala Dinas

Pendidikan Kota Sorong bahwa tidak semua pegawai memiliki inisiatif dalam peningkatan kinerja, hal ini disebabkan karena sebagian pegawai melaksanakan tugas hanya ketika mendapat perintah dari atasan, namun berbeda dengan yang diungkapkan oleh Kepala Bappeda Kota Sorong yang menganggap bahwa untuk menciptakan inisiatif dari pegawai perlu dilakukan bimtek untuk meningkatkan sumber daya manusia. Selanjutnya menurut Kepala Dinas Pendidikan Kota Sorong

mengenai peningkatanmotivasi pegawai dalam menjalankan tugas, peran dan tanggung jawab secara efektif dalam rangka peningkatan kinerja Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

145 organisasi, mengatakan bahwa motivasi pegawai masih sangat kurang disebabkan pegawai dalam hal ini tidak menyadari fungsi dari tugas pegawai itu sendiri bahwa mereka adalah pelayan masyarakat. Dalam melakukan berbagai tugas dan tanggungjawab dalam sebuah pekerjaan, seorang pegawai menemukan berbagai permasalahan yang begitu kompleks yang terkadang menjadi kendala dalam melakukan pekerjaan seperti yang dikemukakan oleh Kepala Bappeda Kota Sorong yang menjadi permasalahan diantaranya adalah masalah kedisiplinan yang sangat kurang sehingga juga mempengaruhi kinerja para pegawai dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya. Hal lain juga di ungkapkan oleh Kepala BKD Kota Sorong yang menyatakan bahwa masalah yang dihadapi oleh pegawai adalah teknologi yang sering mengalami perubahan sehingga membuat pegawai mengalami kesulitan dalam hal pelaksanaan pekerjaan. Sedangkan menurut Kepala Dinas Pendidikan Kota Sorong menjelaskan bahwa masalah yang ditemui dalam hal pelaksanaan tugas seringkali mendengar keluhan pegawai mengenai transportasi yang terkadang mengalami permasalahan klasik dalam perjalanan seperti macet. Menurut Kepala Bagian Organisasi Sorong, agar permasalahan yang terjadi di atas dapat teratasi dengan baik di masa mendatang maka, disiplin pegawai harus ditegakkan,sarana dan prasaranayang di butuhkan

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

146 dalamkantordipenuhi, mengikutibintek bagi pegawai sesuai tupoksinya, dan memberikan pelayanan yang baik terhadap masyarakat. Hasil wawancara dengan Kepala Dinas PendidikanKotaKupang mengenai kemampuan cara-cara pegawai baru melayani agar pelanggan merasa dan puas,

mengembangkan

pelanggan

menurutnya dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan harus sesuai dengan standar operasional sehingga pelaksanaannya sesuai dengan yang diharapkan serta harus memberikan sesuai dengan kebutuhan pelanggan, hal ini dianggap dapat memberikan kepuasan terlahadap pelanggan. Selanjutnya setelah dapat memberikan pelayanan yang baik, pegawai juga harus mampu membina hubungan yang efektif dengan pelanggan dengan cara membangun komunikasi yang sehat dan efektif serta memberi petunjuk yang ditentukan.Hal ini senada dengan kemampuan empati pegawai yang cukup baik dalam membantu dan melayani orang lain, mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan layanan yang diharapkan orang lain, baik internal maupun eksternal, yang mana harus memberikan komunikasi yang sehat dan efektif. Selain itu kemampuan pegawai dalam bersikap jujur dan berperilaku positif untuk membantu dan melayani orang lain baik internal maupun eksternal juga sangat dibutuhkan, sejauh ini tergolong cukup baik ditandai dengan kurangnya keluhan dan saran dari pelanggan. Lain halnya dengan kemampuan pegawai mengendalikan diri sendiri secara Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

147 efektif dengan memanfaatkan sumber daya, waktu dan kewenangan yang dimiliki untuk optimalisasi kinerja serta melakukan perbaikan berdasarkan umpan balik atas kinerjanya, menurutnya hal ini harus lebih dapat bersabar dan berusaha menempatkan sumber daya yang dimilik dan ketika menemukan hambatan agar dilaporkan kepada atasan, sehingga kinerja dapat berjalan dengan optimal dan sesuai dengan harapan suatu organisasi. Menurut Kepala Dinas Pendidikan Kota kupang kemampuan pegawaiyang cukup memuaskan dalam beradaptasi dalam penyesuaikan diri dengan segala perubahan yang terjadi dalam organisasi, walaupun harus melalui perjuangan yang berat namun dalam pengabaran bahwa kerja harus sukses dan bermakna terhadap orang lain.Senada dengan kemampuan pegawai menjalankan komitmen dalam bekerja, peran dan fungsi secara efektif sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya di dalam struktur organisasi dianggap cukup baik, namun harus ada motivasi secara terus menerus untuk meningkatkan semangat kerja para pegawai.Selanjutnya mengenai tingkat inisiatif dalam meningkatkan kinerja dengan mempertimbangkan kompleksitas pekerjaan dan kapasitas individu secara juga dianggap cukup baik, namun tidak terlepas dari motivasi yang diberikan terhadap pegawai. Terkait dengan hal di atas mengenai tingkat motovasi pegawai dalam menjalankan tugas, peran dan tanggung jawab secara efektif Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

148 dalam rangka peningkatan kinerja organisasi, diperlukanmotivasi dari dalam (intrinsik) cukup baik karena sadar bahwa kerja harus tuntas namun perlu juga motivasi dari luar (entrinsik).Namun tidak dapat dipungkiri bahwa permasalahan sering muncul dalam pelaksanaan pekerjaan, seperti masih kurangnya tingkat kedisiplin, masih kurangnya fasilitas kerja yang memadai, dan pelanggan masih memaksakan kehendak, itu artinya masih kurang cukup dalam memberikan pelayanan prima. Walaupun terjadi permasalahan tersebut, kedepannya akan menjadi lebih baik dengan harapan bahwa diperlukan regulasi tentang peningkatan disiplin dan penegakkannya jangan berbelit-belit,fasilitas baik ruang maupun peralatan agar diupayakan memenuhi standar minimal, perlu pelaksanaan diklat teknis secara periodik, dan pelanggan agar memenuhi SOP tugas aparatur. Hasil wawancara Kepala Dinas Pendidikan Kota Ternate tentangkemampuan pegawai yang dimiliki sudah cukup baikdalam melayani pelanggan dan mengembangkan cara-cara baru agar pelanggan merasa puas, namun perlu diberikan pemahaman dan keterampilan terhadap pelayanan prima bagi setiap aparatur. Oleh karena itu seorang pegawai juga harus memiliki kemampuan dalam membina hubungan yang efektif dengan pelanggan dengan melakukan berbagai cara, menurut Kepala BKD Kota Ternate mengungkapkan bahwa dalam hal tersebut harus ada rasa kebersamaan dan kekompakan, selain itu juga Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

149 ditambahkan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kota Ternate bahwa pegawai harus memiliki sikap yang santun dan sopan dalam memberikan pelayanan terhadap pelanggan, demikian halnya dengan Kepala Bagian Organisasi Kota Ternate yang mengatakan bahwa pegawai juga harus mampu mengembangkan pola-pola komunikasi yang sehat dan efektif. Selanjutnya menurut Kepala Bagian Organisasi Kota Ternate mengenai kemampuan empati pegawai dalam membantu dan melayani orang lain, mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan layanan yang diharapkan orang lain, baik internal maupun eksternaldianggap sangat baik, disebabkan karena dari sisi budaya dan adat istiadat sudah terpola hal tersebut. Demikian hal dengan kemampuan pegawai bersikap jujur dan berperilaku positif untuk membantu dan melayani orang lain baik internal maupun ekstern, menurut Kepala BKDKota Ternate

mengungkapkan hal tersebut dilakukan dengan melayani masyarakat tepat waktu dan tepat sasaran sehingga menimbulkan rasa kepuasan kepada pelanggan. Lain halnya mengenai kemampuan pegawai dalam

mengendalikan diri sendiri secara efektif dengan memanfaatkan sumber daya, waktu dan kewenangan yang dimiliki untuk optimalisasi kinerja serta melakukan perbaikan berdasarkan umpan balik atas kinerjanyaDengan mengembangkan penghargaan prinsip yang RewarddanPhunismen berprestasi dan yakni memberikan bagi yang

bagi

hukuman

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

150 melanggar(Dinas Pendidikan Ternate). Demikian dengan kemampuan adaptasi pegawai dalam menyesuaikan diri dengan segala perubahan yang terjadi dalam organisasi menurut yang diungkapkan Kepala BKD Kota Ternate bahwa sebagai abdi masyarakat dan abdi Negara, maka sebagai pegawai sudah diberikan pengetahuan, keterampilan dan keahlian agar dalam hal-hal tertentu dapat beradaptasi dengan

lingkungan organisasi. Adapun hasil wawancara kepada Kepala BKD Kota Ternate mengenai kemampuan pegawai dalam menjalankan komitmen dalam bekerja, peran dan fungsi secara efektif sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya di dalam struktur organisasi mengatakan bahwa Sebagai pegawai dalam melaksanakan tugasnya harus komitmen dengan aturan yang berlaku, sesuai dengan fungsi masing-masing wewenang dan tanggung jawab. Selanjutnya mengenai tingkat inisiatif pegawai dalam meningkatkan kinerja dengan mempertimbangkan kompleksitas pekerjaan dan kapasitas individu secara seksama dianggap kurang memadai. Kemudian menurut Kepala BKD Kota Ternate mengenai tingkat motovasi pegawai dalam menjalankan tugas, peran dan tanggung jawab secara efektif dalam rangka peningkatan kinerja organisasi mengatakan bahwa dalam menjalankan tugas, peran dan tanggung jawab secara efektif dalam peningkatan kinerja organisasi, maka BKD dalam setiap

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

151 tahun memberikan penghargaan, tunjangan kepada pegawai yang berprestasi. Dalam hal tersebut, pegawai dalam menjalankan tugas organisasi menemui permasalahan yang kompleks diantaranya minimnya sarana

dan prasarana penunjang operasional kantor, penempatan pegawai pada jabatan yang kadang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan, kurangnya peluang bagi pegawai untuk mengikuti kegiatan diklat-diklat khusus untuk pengembangan pengetahuan, namun hal tersebut

diharapkan tersedianya sarana yang memadai, staf yang terampil, kondisi kerja yang kondusif, adanya kompetisi yang ketat, dan perlu penegasan reward serta punismen yang proporsional.

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

152

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, analisis dan pembahasan tentang analisis kebutuhan kompetensi aparatur pemerintah kabupaten/kota di Indonesia yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kompetensi aparatur pemerintah kabupaten/kota di Indonesia dilihat dari aspek pengetahuan memiliki rata-rata 3,77 atau berada pada kategori memadai. 2. Kompetensi aparatur pemerintah kabupaten/kota di Indonesia dilihat dari aspek keterampilan memiliki rata-rata 3,67 atau berada pada kategori memadai. 3. Kompetensi aparatur pemerintah kabupaten/kota di Indonesia dilihat dari aspek sikap memiliki rata-rata 3,81 atau berada pada kategori memadai.

B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis dan pembahasan penelitian, maka untuk memenuhi kebutuhan kompetensi aparatur pemerintah kabupaten/kota di Indonesia, penulis menyarankan:

Analisis Kebutuhan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah di Indonesia

153

1. Pada aspek pengetahuan pegawai, diperlukan upaya penciptaan ruang yang kondusif bagi pegawai dengan memberikan kesempatan melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi agar mampu berpikir analitis terhadap masalah yang kompleks dan agar mampu melahirkan kemampuan ide-ide dalam kreatif, mendorong pegawai tugas agar yang memiliki menjadi

melaksanakan

tanggungjawabnya. 2. Pada aspek keterampilan, diperlukan upaya dan perhatian pimpinan bagi pegawai dengan pemberian pelatihan yang relevan dengan tugas pekerjaan pegawai dan perlunya dorongan motivasi pegawai yang lebih giat lagi dalam meningkatkan produktivitas kerja pegawai terutama dalam penggunaan alat-alat terbaru dalam mengikuti perkembangan teknologi dan informasi. 3. Pada aspek sikap, diperlukannya pengembangan pelatihan dan training baru agar pegawai tetap terkontrol terhadap sikap ataupun prilaku pegawai sehingga dapat menciptakan profesionalisme kerja maupun peningkatan kinerja pegawai.

DAFTAR PUSTAKA Bratakusumah, DeddySupriady, OtonomipenyelenggaraanotonomiDaerah, Jakarta, GramediaPustakaUtama 2002, PT.

Penerbit

Dharma, Surya, Pengembangan SDM BerbasisKompetensi, dalamUsahawan, Nomor 01 Tahun XXXI Januari 2002. Larson, Arthur D., 1979, Theprevelence of Bureaucracy, Longman, New York. Maarif, M., Syamsul, StrategiPeningkatanKompetensiaparaturGunaMengantisipasikebutuh anSektorpelayananPublik, OrasiIlmiah, Bandung, STIA LAN, 2003. SutanMakmur, StandarKompetensiTenagaKerja Indonesia, dalamManajemen Pembangunan, Nomor 31 Tahun IX, September 2000. LAN.

Muins,

NugrohoRiant D., 2003, Reinventing Pembangunan, Jakarta, PT. ElexMedia Komputindo. Salam, Dharma Setyawan, 2002, Manajemenpemerintahan Indonesia, Jakarta, penerbitJambatan. Spencer, 1993, Competence at Work Models for Superior performance, New York, John Willey & Sons, Ic. Sugiono, MetodepenelitianAdministrasi, Bandung, Alfabeta, 1999. Suprapto, StandarisasiKompetensi PNS Menuju Era dalamserikertaskerja Volume II Nomor 05 Tahun 2002. Global,

Tim Peneliti BKN, ProfilKebutuhan PNS, Jakarta, Puslitbang BKN, 2001. Thoha,Miftah, 2003, BirokrasidanPolitik di Indonesia, Jakarta, PT. Raja Grafindopersada. Dokumen Undang-UndangNomor 32 Tahun 2004 tentangpemerintahan Daerah. Undang-UndangNomor 43 Tahun UndangNomor 7 Tahun 1999 tentangperubahanatasUndang-

PeraturanpemerintahNomor 101 Tahun 2000 tentangDiklatDalamJabatan PNS.

You might also like