You are on page 1of 73

TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN

Retno Budi Lestari Staf Pengajar Jur Teknologi Hasil Pertanian Fak Pertanian Untan

TEKNOLOGI PENGOLAHAN KARET

Cara Penanganan Lateks a. Pengumpulan lateks di kebun b. Penerimaan lateks - Bobot atau isi lateks - Kadar karet kering (KKK) c. Pengangkutan lateks d. Pengumpulan gumpalan karet mutu rendah - Krep - Lump tanah - Lump mangkok

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas lateks - Faktor di kebun (jenis klon, system sadap, kebersihan pohon, dll) - Iklim (musim hujan menyebabkan terjadinya prakoagulasi, musim kemarau keadaan lateks tidak stabil) - Alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan dan pengangkutan (terbuat dari aluminium atau baja tahan karat)

- Pengangkutan (goncangan, keadaan tangki, jarak, jangka waktu) - Kualitas air dalam pengolahan - Bahan-bahan kimia yang digunakan - Komposisi lateks

Kandungan bahan dalam lateks segar dan kering


Bahan 1.Kandungan karet 2. Resin
3. Protein 4. Zat gula 5. Air

Lateks segar (%) 35,62 1,65


2,03 0,34 59,62

Lateks yang dikeringkan(%) 88,28 4,10


5,04 0,84 1,00

- Dalam lateks segar masih terdapat: fraksi kuning latoid (2-10 ppm) (dianggap normal bila mencapai 0-1 mg tiap 100 g lateks kering) dan enzim peroksidase dan tyrosinase.

- Kandungan karet kering untuk sit (sheet) dan krep (crepe) adalah 93% kandungan air antara 0,3-0,9 %. Bila kadar air lebih tinggi (disebabkan oleh pengeringan yang kurang sempurna atau penyimpanan dalam ruangan lembab), maka menyebabkan pertumbuhan bakteri dan jamur, ditandai dg timbulnya bintikbintik warna di permukaan lembaran. Hal ini menyebabkan turunnya kualitas dan nilai ekonominya rendah.

f. Bahan-bahan kimia dan air sbg bahan pengolah - Senyawa kimia sebagai bahan antikoagulan. Pemberian antikoagulan ke dalam lateks biasanya dilakukan pada musim rontok daun, sesudah berlangsung hujan malam, pengangkutan lateks dalam jarak yang jauh, dan hasil penyadapan kebun-kebun muda.

Bahan-bahan yang digunakan sebagai antikoagulan: soda (natrium karbonat, natrium karbonat terhidrat), amoniak, dan natrium sulfite. Bahan-bahan senyawa penggumpal (koagulan), al: asam semut (asam formiat) dan asam cuka (asam asetat).

Air pengolahan. Air yg digunakan untuk pengenceran lateks harus jernih dan tidak berwarna, tidak boleh mengandung garam-garam terutama garam dapur karena akan mempermudah terjadinya prakoagulasi dan menimbulkan bintik-binti oksidasi. Air untuk pengolahn di pabrik, persyaratannya tidak terlalu ketat tetapi tidak boleh mengandung kotoran.

Pengolahan Sit
Sit (sheet) adalah salah satu produk karet alam yang telah ada sejak lama di pasaran, berupa lembaran-lembaran yang telah diasap, bersih dan liat, bebas jamur, tidak saling lengket, warnanya jernih, tidak bergelembung udara dan bebas dari akibat pengolahan yang kurang sempurna.

Pada tingkat petani urutan pengolahan sit menurut urutan sbb: - mencairkan lateks, - menyaring lateks, - menakar lateks, - menakar asam semut, - membekukan lateks, - menipiskan koagulum menggiling pada gilingan licin,

menggiling pada gilingan kembang mencuci lembaran, mejemur, pengasapan dan pengeringan.

Penggilingan karet sit

Pengasapan karet sit

Pembekuan karet

Sedangakan pengolahan sit oleh perkebunan besar mengikuti urutan: - penerimaan lateks, - pengenceran lateks, - pembekuan lateks, - penggilingan, - pengasapan dan pengeringan, - sortasi, - pengepakan.

Pada pengolahan sit oleh perusahan besar sortasi dilakukan berdasarkan Green Book

atau The Standart International Standard of Quality and Packing for Natural Rubber Grades yang dikeluarkan oleh The International Rubber Quality and Packing Conference yang terbaru berdasarkan
siding forum ini di Kuala Lumpur dan Brussel tahun 1968.

Grade jenis sit yaitu: No. 1-XRSS (Superior Quality Ribbed Smoked Sheet) No. 1-RSS (Standard Quality Ribbed Smoked Sheet) No. 2-RSS (Good Fair Average Quality Ribbed Smoked Sheet) No. 3-RSS (Fair Average Quality Ribbed Smoked Sheet) No. 4-RSS (Low Fair Quality Ribbed Smoked Sheet)

Pengolahan Krep
Krep (crepe) adalah produk lain yang dihasilkan dalam pengolahan karet alam. Proses pembuatan krep dengan bahan baku lateks, dengan urutan : - pengolahan, - penyaringan, - pencampuran dan pengenceran lateks, - pembekuan - penggilingan, - pengeringan, - sortasi, - pembungkusan.

Produk krep digolongkan berdasarkan bahan baku atau perlakuan khusus untuk tujutan tertentu. Macam-macam krep:

- Thin place crepe, - thin brown crepe, - Sole crepe.

Karet sit asap

Sole crepe

Crumb rubber

Crumb rubber ukuran 20 mesh

Pengolahan karet remah


Karet remah (Crumb Rubber) merupakan produk karet alam relatif baru, istilah perdagangan disebut karet spesifikasi teknis. Disebut crumb rubber karena bahan baku karet alam ini mengalami peremahan terlebih dahulu.

Keuntungan crumb rubber adalah proses pengolahannya lebih cepat, produk lebih bersih dan lebih seragam dan penyajianya lebih menarik. Bahan baku yang digunakan untuk crumb rubber adalah lateks kebun dan lump serta gumpalan mutu rendah.

Salah satu cara pengolahan crumb rubber dengan Proses Guthire. a. Pengolahan crumb rubber dengan bahan baku lateks: - Pembekuan lateks - Peremahan - Pengeringan - Pengempaan - Pembungkusan

b. Pengolahan karet remah dengan bahan baku gumpalan mutu rendah: Bahan baku: lump mangkok, krep, lump tanah, krep mutu rendah dsb. Urutan pengolahan : Perendaman Pemotongan dengan mesin berputar Peremahan Pengeringan Pengempaan Penentuan kualitas karet tanah

Penentuan kualitas karet Standard Indonesia Rubber berdasarkan : kadar kotoran, kadar abu, kadar zat menguap, kadar tembaga, mangan, dan nitrogen. Kriteria kualitas karet:
Spesifikasi Kadar Kotoran (%) SIR 5 0,05 SIR 20 0,20 SIR 35 0,35 SIR 50 0,50

Kadar abu (%)


Kadarzat menguap (%)

0,50
1,00

0,75
1,00

1,00
1,00

1,25
1,00

Tiap golongan SIR ditentukan nilai Plastisity Index (PRI)nya dan digolongkan dengan menggunakan symbol H, M, dan S. H menunjukkan PRInya antara 30-59. Karet crumb rubber dengan nilai PRI kurang dari 30 tidak boleh masuk golongan SIR.

PRI merupakan ukuran terhadap bahan usangnya karet dan juga sebagai petunjuk mudah tidaknya karet tersebut dilunakkan dalam gilingan pelunak. Makin tinggi nilai PRI makin tinggi pula kualitas karet tersebut. Alat untuk menentukan PRI adalah

Wallace Plastemeter.

Penentuan SIR berdasarkan Surat keputusan Mentri Perdagangan RI th 1972


Standard Indonesia Rubber (SIR) Spesifikasi Kadar kotoran (%, maks) Kadar abu (%, maks) 5CV 0,05 0,50 5LV 0,05 0,50 1,00 8 6-8 5L 0,05 0,50 1,00 60 30 6 5 0,05 0,50 1,00 60 30 hijau 10 0,10 0,75 1,00 50 30 coklat 20 0,20 1,00 1,00 40 30 50 0,50 1,50 1,00 30 30 8 -

Kadar zat menguap (%, maks) 1,00 PRI (min) PO (min) Indeks warna (Lovibond, maks) ASH-T (maks) Sari aseton Warna kode 8 -

hijau hijau hijau

Merah kuning

TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA

Bagian-bagian Tanaman Kelapa dan Manfaatnya a. Batang b. Daun c. Akar d. Bunga e. Buah

Buah kelapa
Kulit luar (exocarp) Sabut (mesocarp) Daging buah (meat, kernel, flesh) Tempurung (shell, endocarp) Kulit ari (testa) Air (coconut water)

Komposisi daging buah kelapa


Analisis (dalam 100 g) Kalori Protein Lemak Karbohidrat Kalsium Buah muda 68 kal 1g 0,9 g 14 g 17 mg Buah setengah tua 180 kal 4g 13,0 g 10 g 8 mg 359 kal 3,4 g 34,7 g 14 g 21 mg Buah tua

Fosfor

30 mg 1 mg 0,0 IU 0,0 mg
4,0 mg 83,3 g 53,0 g

35 mg 1,3 mg 10,0 IU 0,5 mg


4,0 mg 70 g 53,0 g

21 mg 2 mg 0,0 IU 0,1 mg
2,0 mg 46,9 g 53,0 g

Besi
Aktiv.vitamin A Thiamin
Asam askorbat Air Edible meat

Komposisi Asam Amino Daging Buah Kelapa


Jenis Asam Amino Lisin Jumlah (%) 5,80

Methionin
Fenilalanin Triptophan Valin Leusin Histidin Tirosin Sistin Arginin Prolin Serin

1,43
2,05 1,25 3,75 5,96 2,24 3,18 1,44 15,92 5,54 1,76

Komposisi Kimia Air Buah Kelapa


Sumber air (dalam 100 g) Kalori Protein Lemak Karbohidrat Kalsium Kelapa muda (%) 17,0 0,2 1,0 3,8 15,0 Kelapa tua (%) 0,14 1,5 4,6 -

Fosfor
Besi Aktiv.vitamin A Asam askorbat Air Bagian yang dapat dimkan

8,0
0,2 0,0 1,0 95,5 100

0,5
91,5 -

Hasil Olahan Kelapa


Minyak kelapa
Nama Asam Kaproat Asam Kaprilat Asam Koprat Asam Laurat Asam Miristat Asam Palmitat Asam Stearat Asam Oleat Asam Linoleat Jumlah Atom C 6 8 10 12 (MCFA) 14 16 18 18 18 Titik Cair -3,4 16,7 31,6 44,2 54,4 62,9 69,6 16,3 -5,0 Jumlah dalam Minyak 0,0 0,8 4,1 4,8 4,5 9,7 44,1 51,3 13,1 18,5 7,5 10,5 1,0 3,2 5,0 8,2 1,0 2,6

Pengolahan minyak kelapa dikenal 3 metode, yaitu: metode basah (Wet process) ekspresi (tekanan, pres) dan Ekstraksi minyak dengan solvent/pelarut

Metode basah Cara tradisional ini selain peralatan sederhana juga biayanya murah dan tidak menuntut keahlian tertentu. Tahapan proses basah meliputi : Pemisahan daging buah Pemarutan Pemerasan Pemanasan Produksi minyak

Metode ekspresi Pembuatan minyak kelapa secara ekspresi dibagi menjadi 6 tahap, yaitu : Perlakuan awal Pemecahan jaringan Pemanasan Pengepresan Penyaringan Pemurnian

Metode ektraksi dengan pelarut/solvent Cara pembuatan minyak kelapa dengan solvent menggunakan kopra digiling sampai menjadi tepung kemudian dicampur dengan zat pelarut. Kriteria zat pelarut yang digunakan adalah : Daya larutnya tinngi Tidak meninggalkan residu beracun Tidak berinteraksi secara kimia yang dapat menghasilkan senyawa beracun, baik dalam minyak kelapa maupun kemasannya.

Titik didihnya rendah, panas yang spesifik, panas laten dan spesifik grafity Tidak mudah terbakar Zat pelarut yang digunakan antara lain : - Hidrokarbon - Aseton - dietileter - karbon disulfide - karbon tetraklorida.

Cara pembuatan minyak kelapa dengan pelarut Tepung kopra yang sudah dicampur dengan larutan solvent didiamkan selama 40 menit. lalu dialirkan ke dalam labu. Kemudian zat pelarut diuapkan dan dikondensasi kemudian kondensat dikembalikan ke dalam ruangan yang berisi tepung kopra. Proses ini di ulang sebanyak 15-16 kali kemudian solvent diuapkan untuk memperoleh minyak kelapa.

Standar mutu minyak kelapa ditetapkan berdasarkan Standar Industri Indonesia dengan syarat-syarat sbb: - Kadar air, maks 0,5% - Kotoran, maks 0,5% - Angka Iod (mg iod/g sampel) 8-10,0 - Angka penyabunan 225-265 - Angka peroksida (mg oksigen/g contoh) - Asam lemak bebas (asam laurat) maks 5% - Warna, bau : normal - Logam berbahaya dan arsen : 0%

Mutu CPO (minyak mentah) yang telah mengalami pemurnian, ditetapkan dalam Standar Mutu Indonesia sbb: Kadar air, maks 0,3% Angka peroksida (mg oksigen/g contoh) Asam lemak bebas (asam laurat) mks 0,3% Logam berbahaya (Pb, Cu, Hg, As) : 0% Bau, warna dan rasa : normal

Kopra
Daging buah kelapa yang dikeringkan. Dengan sinar matahari (sun-drying) Pemanas buatan (artificial drier) Kadar air 5-6%.

Pembuatan kopra dengan penjemuran


Kelapa tua Pemisahan sabut Pembelahan Penjemuran (3hari) Pencungkilan daging buah Penjemuran (+ 5 hari) KOPRA

Pengolahan kopra dengan alat pemanas buatan


Pemanas langsung (direct) Bahan kontak langsung dengan gas-gas dan panas yang ditimbulkan oleh sumber panas. Hasil : smoked dried copra Pemanas tak langsung (indirect) Dengan pipa-pipa pemanas (suhu 65-90C) Hasil: lebih putih white copra, supergrade copra.

Virgin Coconut Oil (VCO)


Pembuatan minyak kelapa murni dilakukan dengan 4 cara sebagai berikut: 1. Cara Pemanasan Proses pembuatan VCO dengan pemanasan hampir sama dengan cara membuat minyak kelapa secara tradisional.

Cara: Kelapa dibuat santan dengan mencampurkan 1 kg parutan kelapa dengan 2 liter air. Santan kemudian didiamkan selama lebih kurang 12 jam. Setelah didiamkan santan akan terbagi menjadi 3 lapisan. Lapisan pertama disebut krim (kanil-jawa), lapisan kedua skim yang berupa protein dan lapisan yang ketiga berupa air.

Lapisan paling atas yang berupa krim diambil dengan cara disendok supaya tidak bercampur dengan larutan lapisan kedua. Pengambilan krim juga bisa dilakukan dengan menyedotnya menggunakan selang kecil. Krim kemudian dipanaskan supaya terbentuk minyak. Proses pemanasan dikhawatirkan akan merusak asam lemak dalam minyak.

2. Cara Fermentasi Krim yang dihasilkan dicampur dengan enzim untuk memecah emulsi. Enzim yang digunakan diantaranya enzim mikroba atau ragi dari Saccaromyces cerevisae. Bisa juga menggunakan enzim poligalakturonase, amylase atau pektinase. Cara fermentasi hasilnya tidak optimal. Jika mengandalkan bakteri, proses fermentasi sangat bergantung pada kondisi air, tempat atau wadah dan lingkungan.

Selain itu, fermentasi membutuhkan waktu yang relatif lama untuk menghasilkan minyak kelapa murni. Cara pembuatannya yang berbeda inilah yang menyebabkan kualitas minyak kelapa murni tidak standar.

3. Cara Penggunaan Minyak Pancingan Teknik pancingan dilakukan dengan cara, molekul minyak dalam santan ditarik oleh minyak pancing sampai akhirnya menjadi minyak semuanya. Tarikan itu akan mengubah air dan protein yang sebelumnya terikat dengan molekul santan menjadi terputus. Teknik ini pada dasarnya mengubah bentuk emulsi minyak-air menjadi minyak-minyak.

4. Cara Sentrifugasi Pembuatan VCO dengan cara sentrifugasi merupakan proses pemecahan sel/jaringan sehingga minyak dapat keluar dan dengan adanya pemutaran cepat, maka terjadi pemisahan antara fraksi air, protein dan minyak. Pembuatan VCO ini membutuhkan sentrifuge yang harganya relatif mahal dan peralatan yang aseptis.

Minyak kelapa murni memiliki beberapa keunggulan, yaitu: kandungan asam lemak jenuhnya tinggi, komposisi asam lemak rantai medium (MCFA) yaitu as laurat tinggi dan berat molekulnya rendah.

Minyak kelapa murni sangat berguna bagi kesehatan tubuh manusia, antara lain mengurangi resiko terhadap kanker dan penyakir degeneratif, mengurangi resiko aterosklerosis, mendukung sistem kekabalan tubuh, mencegah osteoporosis, membantu mengontrol diabetes dan menyediakan energi dengan cepat.

TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

BAGIAN BUAH SAWIT

Daging buah (Mesokarp)

Inti

Cangkang

POHON INDUSTRI SAWIT

TANDAN BUAH SEGAR TANDAN KOSONG SAWIT


MDF, PULP & KERTAS, KOMPOS, KARBON, RAYON

BATANG & PELEPAH BUAH SAWIT


MDF, PULP & KERTAS

INTI SAWIT AMPAS PKO

DAGING BUAH SERAT CPO


B. BAKAR, MDF, KOMPOST

CANGKANG
B. BAKAR, KARBON

PAKAN TERNAK

PANGAN
M. GORENG, MARGARINE, CONFECTIONERIES, SHORTENING, VANASPATI, ES CREAM, YOGHURT, FOOD EMULSIFIER, CREAMER, M. GORENG MERAH

NON PANGAN
FATTY ACID, METYL ESTER, FATTY ALCOHOL FATTY AMINE, KOSMETIK, M. GEMUK, LILIN, SURFACTANT, EMULSIFIER, SABUN, EPOXY, PELUMAS, CAT, TOILETRIES, FARMASI

PENGGUNAAN MINYAK SAWIT DI INDONESIA

Pola konsumsi CPO (Sumber: PT Capricorn Indonesia Consult Inc.)

PRINSIP PENGOLAHAN SAWIT


Sterilisasi tandan buah segar (TBS) Pelepasan buah dari tandan Pengepresan buah untuk mendapatkan minyak Penjernihan minyak Pemisahan serat dan biji Pemecahan biji Pemisahan inti dan cangkang/tempurung
CPO INTI SAWIT

PRODUK

PENERIMAAN BUAH Penangan yang hati hati Segera diproses Truk penimbangan loading ramp penimbangan

Loading ramp : 60 ton Lori : 2,5 ton

PEREBUSAN / STERILISASI Tujuan : Enzim FFA Pelepasan buah Preparasi mesokarp Preconditioning kernel Penghancuran Tujuan : digest mesocarps cells Reheat Loosen pericarp-nuts

Pengepresan srew press minyak, 66% air, 24% padatan tersuspensi, 10% cake : serabut, biji

Penjernihan minyak MINYAK (66%), AIR (24%) DAN PADATAN TERSUSPENSI (10%)

Dilution with water


Screening

Settling
Vacuum drying

Cooling
Storage

OIL mc 0.1-0.2%; Impurities <0.02%

Pemisahan serat dan biji PRESS CAKE


breaking conveyor Vertical colum with upward airflow 6 m/sec NUT Rotating polishing drum fiber

dryer
DRY NUT

You might also like