You are on page 1of 9

KONSEP SENI (FINE ARTS) Kata atau istilah seni di Indonesia pada awalnya diserap dari bahasa Melayu,

yang berarti kecil, halus. Pemakaian kata seni dalam pengertian ini misalnya dapat kita jumpai pada karya-karya sastrawan Angkatan Pujangga Baru, seperti misalnya: St. Takdir Alisyahbana dalam sajak Sesudah Dibajak (1936) kecil seni menuliskan: Sedih seni mengiris kalbu Penyair Taslim Ali dalam karyanya: Kepada Murai (1941) menuliskan: kecil = seni Hiburlah Hati / Unggasku Seni Sementara kata seni dalam pengertian art di Indonesia baru muncul awal abad ke-20, seiring dengan masuknya kolonialisme di Indonesia pada masa itu kata seni ini merupakan padanan dari kata Fine Arts (Inggris) dan Kunst (Belanda, Jerman), yang diartikan sebagai seni indah (dalam arti estetis). Sebagai contoh, pada majalah PUNJANGGA BARU yang terbit pada tanggal 10 April 1935, dalam sebuah essay tulisan R.D. mengenai Pergerakan 80 kita dapat menemukan cuplikan kalimat sebagai berikut: .SENI menjadi de aller-individueelste expressie van der individueelste emotie (kelahiran yang sekhusus-khususnya dari perasaan yang sekhususkhususnya). art = seni Sesudah kemerdekaan, kata seni sebagai padanan untuk kata art semakin banyak dipergunakan dan menjadi pengertian resmi. Bahkan pada tahun 1955 sempat terbit majalah khusus berjudul SENI, walau usianya hanya 1 tahun. Dalam kamus Belanda Melayu (KLINKERT) kita dapat menemukan beberapa pengertian dari kata seni/kunst, yaitu: Hukmat Ilmu Pengetahuan Kepandaian Ketukangan

Pengertian arti dalam bahasa Inggris: Art is skill making or doing (The world Book Encyclopedia Pada kenyataannya, kata seni / art / kunst yang berkembang di masyarakat memiliki beragam pengertian, seperti: a. Keterampilan (skill), contohnya, seni memasak, seni merangkai bunga, dan lain-lain. b. Aktivitas manusia, contohnya, seni berperang, seni pengobatan, seni bela diri, dan lain-lain c. Karya (work of art) d. Seni indah (fine arts) e. Seni rupa (visual arts) f. Seni lukis (painting)

Fungsi Seni rupa Keberadaan karya seni secara teoretis mempunyai tiga macam fungsi, yaitu: fungsi personal, fungsi sosial, dan fungsi fisik. - Fungsi personal Manusia dikenal sebagai makhluk sosial sekaligus sebagai makhluk individu. Dikatakan makhluk individu karena setiap manusia mempunyai eksistensi pribadi yang tidak dapat dimiliki oleh manusia lain. Manusia sebagai subyek yang terikat oleh datu budaya, maka dibutuhkan alat komunikasi dengan subyek lain dengan sebuah media atau bahasa. Karya seni sebagai perwujudan perasaan dan emosi mereka adalah salah satu dari pengertian bahasa atau media. - Fungsi sosial Manusia sebagai makhluk sosial, maka manusia di samping mempunyai tanggung jawab atas dirinya ia terikat pula oleh lingkungan sosialnya. Semua karya seni yang berkaitan dengannya akan juga berfungsi sosial, karena karya seni diciptakan untuk penghayat. Pengertian fungsi seni sebagai fungsi sosial merupakan kecenderungan atau usaha untuk mempengaruhi tingkah laku terhadap kelompok manusia - Fungsi fisik Fungsi fisik yang dimaksud adalah kreasi yang secara fisik dapat digunakan untuk kebutuhan praktis sehari-hari. Seni bangunan, furnitur, dekorasi, busana, aksesori, dan segala macam perabot rumah tangga serta hampir semua perabot atau alat yang dibutuhkan manusia, dibuat lewat rencana (desain) yang berorientasi pada guna dan estetika.

SENI KRIA Kria menurut Dr. Nanang Rizali M.Sn., merupakan padanan dari istilah seni kerajinan dan menggantikan istilah asing art and design. Seni kerajinan lebih dekat dengan handycraft yang berkaitan dengan hobi. Sedangkan (seni) kria tidak sekedar hobi, tetapi lebih luas dalam hal pengertian dan wawasannya. Pada karya kria selain mengandung unsur sentuhan seni, juga terdapat unsur design, yaitu kandungan segi pakainya. Meskipun adanya penggolongan applied art untuk seni pakai (design) dan pure art untuk seni murni, namun kandungan seni dan design ternyata terdapat pada gubahan kria. Seni kria itu punya ciri khas. pertama, mengandung makna tradisional dan unsur kesejarahan dengan bantuan sederhana dan proses produksi melalui kesejarahan dengan alat sederhana dan proses produksi melalui cara turun temurun Di Indonesia, kria telah berkembang sejak jaman prasejarah, ketika dihasilkan benda-benda seni kerajinan seperti karya seni rupa tradisional (etnik) dengan berbagai macam bentuknya. Karya tersebut berkembang di suatu daerah yang didasari ketrampilan, keuletan, dan kerja keras.

Disamping dibuat untuk keperluan sehari-hari yang memiliki keindahan, seni kria juga berfungsi sebagai lambang kedudukan, magis, dan sebagai benda tukar. Dalam perkembangannya, kria memenuhi pula aspek sosialbudaya, berupa benda-benda untuk keperluan upacara adat, teutama di kalangan istana. Berbagai karya kria dari keraton dikenal dengan karya klsik (adiluhung) seperti seni tenun, batik, ukir kayu, kulit rotan keramik dsb.

Sampai saat ini kria terus berkembang di berbagai pelosok Nusantara, bahkan diantaranya sudah menggunakan unsur industri. Berdasarkan kenyataan dan potensi tersebut, sudah selayaknya pendidikan seni rupa di Indonesia memerluas lingkupnya dengan bidang penekunan dan kajian kria. Dalam bidang ini diharapkan dapat tergali kasanah niali-nilai akar seni budaya untuk dikembangkan melalui pendekatan interdislipiner. Dalam rangka pengembangan ilmu kesenirupaan di Indonesia, berbagai hal perlu diupayakan agar terjadi proses kesinambungan masa lalu, masa kini, dan masa depan.

Hal ini sesuai dengan hakekat kebudayaan, bahwa budaya sekarang merupakan hasil pertumbuhan dan perkembangan interaksi sosoial di waktu yang lalu. Dengan demikian, para lulusan bidang kria dapat menjadi seseorang yang mampu mengekspresikan tradisi budaya dengan keunggulan segi historis dan geografis. Serta sumberdaya alamnya, disamping dapat menjadi pribadi yang matang sebagi pelaku profesi yang handal dan mampu berperan dalam membangun masyarakatnya. Memang telah lama bidang kria ini menjadi bagian dari bidang-bidang pendidikan senirupa. Bahkan, telah jauh pula bidang ini dikembangkan di dalam lingkungan pendidikan tinggi seni rupa di samping seni murni dan design. Jurusan kria dalam dunia pendidikan senirupa ditempatkan sejajar secara kategoris dengan jurusan senirupa yang lainnya seperti halnya seni rupa murni dan desain. Namun, kria dalam pengertian pendidikan senirupa tidaklah sama dengan pengertian kria yang berkembang secara harafiah dalam masyarakat pada umumnya. Kria dalam pendidikan tinggi seni rupa bukanlah seni kerajinan tangan yang kemudian berorientasi pada kepentingan ekonomis bagi pembuatnya. Kria dalam konteks pendidikan tinggi senirupa adalah sebuah media bagi pengolahan material dan keterampilan di dalam mengolah material tersebut.

Pendidikan kria bertujuan mendidik siswa untuk terampil di dalam menguasai dan mengolah m,aterial tertentu dalam konteks dan kepentinagn senirupa itu sendiri. Dalam hal ini pengertian kria (seni) lebih mendekatkan

apa yang selama 9ini diterpakan dalam senirupoa murni yaitu penekanan terhadap aspek estetik perupaan dan ungkap gagasan. Karya-karya kria yang dihasilkan pun memberikan peluang bagi pembacaan tersendiri yang terlepas dari unsur fungsi ataupun nilai ekonomisnya. Dan sang pembuat (kerator) karya kria dapat disebut sebgai seorang kriawan yang kedudukannya secara pengertian sama dengan pelukis dan pematung.

contoh ukiran

seni dan Ekspresi Psikologis Ekspresi sering dikaitkan atau disamakan dengan komunikasi. Tetapi sebenarnya istilah ekspresi lebih dari sekedar komunikasi; sebab seni tidak hanya suatu bahasa yang menterjemahkan pikiran dan perasaan di dalam diri seseorang menjadi tanda-tanda dan simbol-simbol konvensional sehingga di baca orang lain (seperti misalnya tanda lalu lintas adalah salah satu bentuk komunikasi). Seni memang melakukan hal tersebut, akan tetapi lebih dari itu, seni menemukan dan membentuk garis-garis, warna-warna, tekstur, raut dan volume sehingga ia nampak bermakna bagi sang seniman, ini yang dimaksud ekspresi dalam karya seni, yang berbeda dengan tanda-tanda lalu lintas. Jadi, material dan teknik seni menjadi tatacara ekspresi seniman ia menjelmakan makna (seni) karena ia membantu menciptakan dan memberi wujudnya.

Prinsip seni atau asa seni meliputi dua hal, yaitu: 1) Komposisi (susunan) Apa pun jenis karya seni rupa yang dikerjakan, tidak akan terlepas dari komposisi. Komposisi itu sendiri adalah susunan. Hasil karya itu akan baik dan indah apabila pengaturan atau penyusunan unsur-unsur senirupa dalam satu kesatuan. Unsur-unsur pokok dalam seni rupa adalah titik, garis, bidang, arah, bentuk, ukuran, warna, gelap-terang, dan tekstur. Seseorang yang menyusun unsur tersebut berarti ia menciptakan bentuk atau desain. Komposisi dapat dihasilkan dengan memperhatikan prinsip-prinsip pengaturan atau penyusunan. Prinsip-prinsip tersebut antara lain: a) keseimbangan (balance); b) kesatuan (unity); c) irama (ritme); d) kontras (berbeda jauh) e) serasi (harmony) 2) Unsur-unsur seni rupa a) Garis merupakan unsur yang dapat memberi batasan atau kesan suatu bentuk, seperti kesan garis tipis beda dengan garis tebal. b) Arah merupakan susunan suatu garis atau bentuk menuju kerah tertentu sehingga akan dapat memberi kesan stabil atau dinamis, seperti arah berbelok-belok berkesan dinamis dan arah horizontal berkesan stabil. c) Bidang, ruang (bentuk) juga merupakan kesan batasan suatu bentuk, seperti lingkaran, segitiga, benjolan, dll. d) Ukuran merupakan kesan perbandingan suatu bentuk, seperti panjangpendek, besar-kecil, luassempit, dll. e) Gelap terang merupakan efek cahaya yang nampak pada bentuk yang dapat dicapai dengan warna gelap dan warna terang. f) Warna merupakan unsur yang dapat memberi kesan secara menyeluruh pada suatu bentuk. Warna dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu: (1) warna primer (pokok) : merah, kuning dan biru; (2) warna sekunder (campuran dua warna primer) :

- orange ( merah dan kuning ) - ungu ( merah dan biru) - hijau ( kuning dan biru) (3) warna tersier (campuran warna primer dan sekunder) : hijau muda, hijau tua, ungu muda, ungu tua, orange muda, orange tua. Warna komplimenter adalah warna-warna yang berlawanan atau berhadapan dalam susunan warna. Penggunaan warna Penggunaan warna dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu: a. Warna Harmonis, warna diterapkan secara naturalis seperti warna yang nampak di alam, misalnya daun berwarna hijau, langit berwarna biru, bunga berwarna merah, dsb. b. Warna Heraldis, warna yang digunakan dalam pembuatan symbol atau lambing, misalnya merah berarti berani, putih berarti suci, biru berarti damai, hijau berarti sejuk, kuning berarti jaya, ungu berarti berkabung, dll. c. Warna Murni, penggunaan warna secara bebas tidak terikat oleh alam atau makna tertentu, misalnya pada karya-karya seni modern. g) Tekstur, merupakan nilai raba dari suatu permukaan (kasar halusnya permukaan benda). Tekstur ada dua, yaitu tekstur nyata dan tekstur semu. h) Titik, merupakan unsur yang dapat digunakan untuk memunculkan kesan suatu bentuk, seperti membuat gambar ilustrasi atau lukisan pointilisme.

You might also like