You are on page 1of 4

Penyebab Kematian Ibu Diperkirakan dari setiap ibu yang meninggal dalam kehamilan, persalinan atau nifas, 16-17

ibu menderita komplikasi yang mempengaruhi kesehatan, umumnya menetap. Penyebab kematian ibu telah diuraikan diatas, yaitu perdarahan, infeksi, hipertensi dalam kehamilan, partus macet, dan aborsi. WHO memperkirakan sekitar 10% kelahiran hidup mengalami komplikasi perdarahan pasca persalinan. Komplikasi paling sering dari perdarahan pasca persalinan adalah anemia. Jika kehamilan terjadi pada yang telah menderita anemia, maka perdarahan pasca persalinan dapat memperberat keadaan anemia dan dapat berakibat fatal. Penyebab kematian ibu sejak dahulu tidak banyak berubah, yaitu perdarahan, eklampsia, komplikasi aborsi, partus macet, dan sepsis. Penyebab lainnya dapat ditambah dengan adanya anemia, penyakit infeksi seperti malatia, tbc, hepatitis, atau HIV/AIDS. Defisiensi energi kronis merupakan penyebab lain kematian ibu. Status sosioekonomi keluarga, pendidikan, budaya, akses terhadap fasilitas kesehatan, serta transportasi juga berperan pada kematian ibu. Disamping itu masalah pertumbuhan penduduk, transisi demografi, desentralisasi, utilisasi fasilitas kesehatan, pendanaan, dan kurangnya koordinasi instansi terkait baik didalam negeri maupun diluar negeri. Perdarahan yang bertanggung jawab atas 28% kematian ibu, sering tidak dapat diperkirakan dan terjadi tiba-tiba. Sebagian besar perdarahan terjadi pasca persalinan, baik karena atonia uteri maupun sisa plasenta. Hal ini menunjukkan penanganan kala III yang kurang optimal dan kegagalan sistem pelayanan kesehatan menangani kedaruratan obstetri dan neonatal secara cepat dan tepat. Infeksi juga merupakan penyebab penting kematian ibu. Insidensi infeksi nifas sangat berhubungan dengan praktik tidak bersih pada waktu persalinan dan masa nifas. Infeksi Menular Seksual dalam kehamilan merupakan faktor resiko untuk sepsis, infeksi HIV/AIDS berhubungan dengan peningkatan insiden sepsis. Sepsis yang resisten terhadap antibiotika sering terjadi pada ibu-ibu dengan HIV positif, demikian pula infeksi pascaseksio sesarea. Eklampsia secara global terjadi pada 0,5% kelahiran hidup dan 4,5% hipertensi dalam kehamilan. Eklampsia merupakan penyebab nomor dua yang mempengaruhi mortalitas, yaitu sebanyak 13% kematian ibu. Preeklampsia mempengaruhi banyak organ vital. Pasca konvulsi pada eklampsia dapat menyebabkan kerusakan ginjal, hati, edema paru, perdarahan serebral, dan ablasio retina. Persalinan macet merupakan 8% penyebab kematian ibu secara global. Komplikasi yang dapat terjadi adalah fistula vesikovaginalis dan atau rektovaginalis. Disamping itu dapat terjadi komplikasi yang berhubungan dengan sepsis, terutama jika terjadi ketuban pecah dini. Komplikasi lain adalah terjadinya rupture uteri yang dapat mengakibatkan perdarahan dan syok, bahkan kematian. Insidens aborsi tidak aman secara global adalah sekitar 20 juta per tahun, atau 1 diantara 10 kehamilan atau 1 aborsi tidak aman dengan 7 kelahiran hidup. Lebih dari 90% aborsi tidak aman terjadi di negara-negara sedang berkembang. Komplikasi yang terjadi berupa sepsis, perdarahan, trauma genital dan abdominal, perforasi uterus dan keracunan bahan abortifasien. Kematian dapat terjadi karena gangren gas dan gagal ginjal akut. Komplikasi jangka panjang aborsi tidak aman adalah nyeri panggul menahun,

penyakit radang panggul, oklusi tuba, dan infertilitas sekunder. Dapat pula terjadi kehamilan ektopik, persalinan prematur atau abortus spontan pada kehamilan berikutnya. Kesakitan yang menyusul penyebab tidak langsung misalnya anemia, malaria, hepatitis, tuberkulosis, dan penyakit kardiovaskular. Salah satu kesakitan yang utama adalah anemia, yang di samping menyebabkan kematian melalui henti kardiovaskular, juga berhubungan dengan penyebab langsung kematia ibu. Ibu yang anemia tidak dapat menolerasnsi kehilangan darah seperti perempuan sehat tanpa anemia. Pada waktu persalinan, kehilangan darah 1000 ml tidak mengakibatkan kematian pada ibu sehat, tetapi pada ibu anemia, kehilangan darah kurang dari itubdapat berakibat fatal. Ibu anemia juga meningkatkan resiko operasi atau penyembuhan luka tidak segera, sehingga luka dapat terbuka seluruhnya. Aborsi tidak aman merupakan penyebab dari 11% kematian ibu. Penyebab kematian ibu yang lain adalah sepsis, merupakan kontributor 10% kematian ibu di Indonesia. Malaria meningkatkan resiko anemia ibu, prematuritas, dan berat badan lahir rendah pada kehamilan pertama, Prevaleni dan densitas parasitemia pada primigravida lebih tinggi daripada ibu tidak hamil. Infeksi HIV juga meningkatkan resiko komplikasi malaria. Hepatitis virus dalam kehamilan merupakan keadaan yang meningkatkan case fatality rate 35 kali daripada ibu tidak hamil. Hepatitis virus umumnya terjadi pada trimester ketiga kehamilan, dapat menyebabkan persalinan prematur, gagal hati, perdarahan, dan janin umumnya sulit diselamatkan. Pada 1992 McGarthy dan Maine mengembangkan suatu kerangka konseptual kematian ibu yang secara garis besar dilukiskan pada gambar berikut: Determinan jauh Determinan antara Status kesehatan Kehamilan Hasil

Status reproduksi Faktor-faktor sosioekonomi dan budaya

Akses layanan kesehatan

komplikasi

Mati/cacat Perilaku/pemanfaatan pelayanan kesehatan

Faktor-faktor yang tidak diketahui/tidak diperkirakan

You might also like