You are on page 1of 26

Pembimbing dr. Judhy Eko. Sp.Pd By.

DM Ratih Dwinanda (06700246)

Nama Umur Jenis Kelamin Alamat Pekerjaan Status Agama Tgl MRS Tgl Pemeriksaan

: : : : : : : : :

Ny Maysaroh 43 Perempuan Gedangan Swasta Menikah Islam 15 januari 2012 16 januari 2012

Keluhan Utama: Nyeri pada ulu hati Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang ke UGD Rsud Sidoarjo dengan keluhan nyeri pada ulu hati sejak kemarin, nyeri menjalar kebelakang punggung, pasien tidak merasa pusing, saat makan terasa mual dan sakit, tetapi tidak muntah. BAK berwarna seperti teh. BAB Baik

RPD: - Tidak pernah menderita sakit seperti ini sebelumnya - Tidak punya riwayat sakit magh - Tidak punya riwayat sakit anemia RPK: - Tidak ada keluarga yang sakit seperti ini - Diabetes melitus (-) - Hipertensi (-) - Asma (-) Riwayat Kebiasaan: - Pasien jarang berolah raga - tidak pernah minum minuman keras

Jadwal Makan: Teratur, 3x sehari, jumlah sedang Jumlah Karbohidrat : sedang Protein : sedang Lemak : sedang buah : sedang sayuran : sedang

Keadaan umum Kesadaran Tekanan Darah Suhu Pernafasan TB/BB

: : : : : :

Cukup Compos Mentis 120/80 mmHg 37 C 22x/menit 160/70

2. Kepala dan leher Rambut : Normal, Tidak mudah rontok Mata : konjungtiva anemis (-) Sklera Ikterus (+) Telinga : Normal Hidung : Normal Mulut : Sianosis (-) Leher : Distensi V.Jugularis (-) 3. Thorax Bentuk : Normal Payudara : Normal

Paru-paru -Inspeksi Bentuk : simetris Pergerakan : simetris -Palpasi Fremitus raba : sama Pergerakan : sama -Perkusi Sonor kanan dan kiri -Auskultasi Suara bronkial di daerah bronkus Suara bronkovasikuler di daerah hilus Suara vasikuler di bagian perifer

Jantung -Inspeksi Ictus Corda tidak terlihat -Palpasi Ictus Cordis, thrill tidak teraba -Perkusi Batas kanan : ICS II 1 cm lat PSL D ICS III 1 cm lat PSL D ICS IV 1,5 cm lat PSL D ICS V 1,5 cm PSL D Batas kiri : ICS II 1,5 cm lat PSL S ICS III 2 cm lat PSL S ICS IV 3 cm lat PSL S ICS V 1 cm lat MCL S ICS VI 1,5 cm MCL S

-Auskultasi S1S2 tunggal reguler, S3S4 tidak ada Suara tambahan tidak ada 4. Abdomen -Inspeksi -Auskultasi -Palpasi

-Perkusi

: Bentuk datar : Bising Usus normal : Turgor kulit normal Hepar/ren/lien tidak teraba Murphy sign (+) : Shifting dullness (-) Undulating Sign (-)

5. Ekstremitas Akral hangat tangan +/+ kaki +/+ edema tangan -/kaki -/6. Tulang Belakang Tidak didapatkan kelainan bentuk

LAB:
WBC : 13,8 K/UL RBC : 4,70 M/UL HGB : 13,7 g/dl HCT : 39,6 % PLT : 219 K/UL Bun : 8,2 mg/dl Creatinin : 0,6 mg/dl Albumin : 3,6 g/dl Globulin : 3,1 g/dl Bilirubin direk : 4,76 mg/dl Bilirubin total : 6,06 mg/dl SGOT : 449 U/L SGPT :320 U/L HbsAg : negatif I: 0.15 HBr titer : 5,3

USG abdomen Kesimpulan: Icterus obstruksi dengan hepatomegali disertai cholesystitis chronic dan batu GB

Pasien datang dengan keluhan nyeri pada ulu hati sejak kemarin, nyeri menjalar kebelakang punggung, pasien tidak merasa pusing, saat makan terasa mual dan sakit tetapi tidak muntah. BAK berwarna seperti teh. BAB Baik Dari pemeriksaan fisik ditemukan: Tekanan Darah : 120/80 mmHg Suhu : 37 C Pernafasan : 22x/menit TB/BB : 160/70

: Konjungtiva anemis (-) Sklera Ikterus (+) Abdomen : Turgor kulit normal Hepar/ren/lien tidak teraba Murphy sign (+)

Mata

Dari pemeriksaan penunjang di dpatkaN LAB : WBC : 13,8 K/UL Albumin : 3,6 g/dl Globulin : 3,1 g/dl Bilirubin direk : 4,76 mg/dl Bilirubin total : 6,06 mg/dl SGOT : 449 U/L SGPT :320 U/L HbsAg : negatif I: 0.15 HBr titer : 5,3

USG abdomen Icterus obstruksi dengan hepatomegali disertai cholesystitis chronic dan batu GB

Cholesystitis Akut

Cholelitiasis Hepatitis

Non

farmakologis Diit TKTP Farmakologis Inf Amniofusion hepar: RD5 1:1 Inj Cefotaxim 3x1 Inj Metronidazole 3x1 Inj Farmadol 2x1 Inj Pepzol 2x1

Reaksi inflamasi akut dinding kandung empedu yang disertai keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan demam Kolesistitis adalah proses inflamasi atau peradangan akut pada kandung empedu yang umumnya terjadi akibat penyumbatan pada saluran empedu.

Individu yang berisiko terkena kolesistitis antara lain adalah jenis kelamin wanita, umur tua, obesitas, obat-obatan, kehamilan, dan suku bangsa tertentu. Untuk memudahkan mengingat faktor-faktor risiko terkena kolesistitis, digunakan akronim 4F dalam bahasa Inggris (female, forty, fat, and fertile). Selain itu, kelompok penderita batu empedu tentu saja lebih berisiko mengalami kolesistitis daripada yang tidak memiliki batu empedu.

Bagaimanakah

batu empedu dapat menimbulkan kolesistitis? Batu empedu yang menyumbat saluran empedu akan membuat kandung empedu meregang, sehingga aliran darah dan getah bening akan berubah; terjadilah kekurangan oksigen dan kematian jaringan empedu. Sedangkan pada kasus tanpa batu empedu, kolesistitis lebih disebabkan oleh faktor keracunan empedu (endotoksin) yang membuat garam empedu tidak dapat dikeluarkan dari kandung empedu.

Gejala yang dikeluhkan penderita umumnya berupa nyeri pada perut kanan bagian atas yang menetap lebih dari 6 jam dan sering menjalar sampai belikat kanan. Penderita kadang mengalami demam, mual, dan muntah. Pada orang lanjut usia, demam sering kali tidak begitu nyata dan nyeri lebih terlokalisasi hanya pada perut kanan atas. Dari pemeriksaan dokter dapat ditemukan demam, takikardia (denyut nadi cepat), dan nyeri tekan pada perut kanan atas. Saat dokter meminta penderita menarik napas dalam, sambil meraba daerah bawah iga kanannya (subcosta kanan). Penderita kolesistitis umumnya menunjukkan Murphy's sign positif, di mana gerakan tangan dokter pada kondisi di atas menimbulkan rasa sakit dan sulit bernapas.

Dari pemeriksaan laboratorium, dapat ditemukan peningkatan jumlah sel darah putih (leukositosis) dan peningkatan enzim-enzim hati (SGOT, SGPT, alkali fosfatase, dan bilirubin); namun hasil-hasil pemeriksaan ini tidak dapat memastikan diagnosis. Diagnosis umumnya dipastikan dengan pemeriksaan radiologi. Umumnya dilakukan pemeriksaan foto polos abdomen atau USG. Foto polos hanya dapat memastikan ada atau tidaknya batu. Sedangkan USG, selain dapat memastikan ada tidaknya batu, juga dapat menilai ketebalan dinding empedu dan cairan peradangan di sekitar empedu. ERCP (endoscopic retrograde cholangiopancreatography) juga dapat dilakukan untuk melihat anatomi saluran empedu, sekaligus untuk mengangkat batu apabila memungkinkan.

Memberikan obat penghilang rasa nyeri (analgesik) dan antiemetik (antimuntah). Analgesik pilihan adalah meperidine, atau kombinasi paracetamol dengan opioid. Memberikan antibiotik parenteral. Antibiotik pilihan antara lain meropenem, piperacillin-tazobactam, ampicillin-sulbactam, dan imipenem-cilastatin.
Jika kemudian ditemukan bahwa kasus kolesistitis ini terkait batu empedu, tindakan pilihan adalah pembedahan. Pertimbangan utamanya adalah karena batu empedu yang dibiarkan, bahkan percobaan peluruhan batu, akan semakin menyumbat saluran empedu dan memperparah peradangan. Umumnya pembedahan dilakukan dalam 72 jam setelah diagnosis ditegakkan oleh dokter. Pembedahan segera hanya dilakukan jika sudah ada tanda-tanda pecahnya kandung empedu (biasanya ditandai nyeri seluruh perut yang sangat hebat). Pilihan tindakan pembedahan juga berbeda; untuk kasus bedah elektif digunakan teknik laparoskopik; sedangkan untuk kasus akut digunakan teknik pembedahan terbuka biasa.

Angka

kesembuhan cukup tinggi apabila kolesistitis ditangani sebelum ada penyulit. Adapun penyulit-penyulit yang dapat timbul antara lain: empiema kandung empedu, perluasan sumbatan ke arah usus, sepsis, pankreatitis, dan pecahnya kandung empedu.

You might also like