Professional Documents
Culture Documents
Pengantar
Film ini menceritakan berbagai penggusuran daerah permukiman kumuh di wilayah
DKI Jakarta, dan penggusuran ekonomi pengemudi becak karena adanya peraturan
daerah yang melarang beroperasinya becak di Jakarta. Operasi penggusuran tukang
becak ini berlandaskan perjanjian tertulis Pemda DKI dengan World Bank berkaitan
dengan ”Program Jakarta Kota Tanpa Permukiman Kumuh dan Tanpa Pekerja Sektor
Informal”. Penggusuran ini ternyata berdampak hingga ke daerah (kampung)
tempat tukang becak yang digusur itu berasal. Akibatnya, terjadi penurunan
pendapatan tukang becak di daerah Cirebon, Tegal, Indramayu, dan sekitarnya
akibat tingginya persaingan merebut penumpang.
Saksikanlah film tersebut! Setelah itu, jawablah pertanyaan berikut ini secara
tertulis!
1. Deskripsikanlah ringkasan film yang telah kamu saksikan dengan menggunakan
bahasa sendiri!
2. Identifikasilah jenis pelanggaran apa saja yang terdapat dalam film yang kamu
saksikan! Apakah jenis pelanggaran tersebut dapat dikategorikan sebagai
pelanggaran HAM dalam bidang ekosob? Uraikan pendapatmu!
3. Jika penggusuran adalah pelanggaran HAM, apakah solusi yang paling adil bagi
warga Jakarta yang menjadi korban penggusuran?
4. Uraikanlah perbedaan antara pelanggaran HAM dan tindak pidana biasa!
1.1 Mendeskripsikan
Bangsa dan Mengkaji berbagai • Mendeskripsikan 2 x 45 • Buku
hakikat bangsa dan o Non tes:
negara literatur tentang kedudukan manusia Kewarganegaraan
unsur-unsur Performanc
o manusia kedudukan manusia sebagai makhluk individu Esis Kelas X,
terbentuknya negara sebagai e tes (tugas
sebagai makhluk dan makhluk sosial karangan Dra.
mahkluk individu dan kelompok/
individu dan individu) Retno Listyarti
makhluk sosial.
mahkluk
sosial o Tes tertulis • Darji Darmo-
• Menguraikan pengertian (Uraian, diharjo (1990),
o Pengertian Mendiskusikan hasil bangsa dan unsur pilihan Pendidiikan
dan unsur kajian literatur terbentuknya bangsa ganda, Pancasila di
terbentuknya Pengertian dan unsur lainnya) Perguruan
bangsa terbentuknya bangsa,
• Menganalisis pengertian o Presentasi Tinggi, Malang:
Pengertian Negara dan
o negara dan unsur Penerbit IKIP
Pengertian Unsur-unsur
terbentuknya negara terbentuknya Negara Malang
Negara dan
Unsur-unsur
terbentuknya • Budiyanto
negara (1999), Tata
- Rakyat negara untuk
- Wilayah
SMA, Jakarta
- Pemerintah
yang Penerbit Erlangga
berdaulat
- Pengakuan
dari negara
lain
3.1 Menganalisis upaya pemajuan, Mengkaji dari berbagai • Menganalisis upaya o Non tes:
2 x 45 • Buku
pemajuan, penghormatan, pustaka (buku paket pemajuan, penghormatan, Kewarganegara
Performan
penghormatan, dan dan penegakan dan sumber lain) dan penegakan HAM yang an Esis Kelas X,
ce tes
penegakan HAM HAM tentang pengertian, dilakukan pemerintah karangan Dra.
(tugas
macam- macam Retno Listyarti
o Pengertian dan instrumen HAM kelompok/
macam- individu)
macam HAM
• Fakih Mansour,
o Tes Antonius M.
o Upaya Mendiskusikan artikel
• Menentukan instrumen tertulis Indrianto, Eko
pemerintah tentang upaya (Uraian,
HAM nasional Prasetyo, (2003),
dalam pemajuan, pilihan Menegakkan
menegakan penghormatan, dan • Mendeskripsikan upaya ganda,
HAM
Keadilan dan
penegakan HAM yang pemajuan, penghormatan, bentuk Kemanusiaan,
o Instrumen dilakukan dan penegakan HAM yang lainnya) Pogunglor C-145,
atau dasar pemerintah, individu dilakukan oleh individu
o Presentasi Yogyakarta:
hukum yang dan masyarakat dan masyarakat Insist Press.
mengatur HAM
o Peran • Mansyur Effendi,
masyarakat ( 1993), HAM,
dalam Jakarta, GI
menegakan
HAM
I. IDENTITAS
1. Mata Pelajaran : PKn
2. Materi Pokok : Bangsa dan Negara
3. Kelas/Program : X
4. Pertemuan Minggu ke : 1
5. Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit
III. INDIKATOR
1. Mendeskripsikan kedudukan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk
sosial
2. Menganalisis pengertian bangsa dan unsur-unsur terbentuknya bangsa
3. Menganalisis pengertian negara dan unsur terbentuknya Negara
V. PERANGKAT PEMBELAJARAN
1. Buku Paket PKn Kelas X
2. UUD 1945 yang Telah Diamandemen
3. Buku-Buku Sumber yang Relevan
4. Lembar Kerja Siswa
..........., .....20..
Mengetahui
Kepala SMA/MA ......... Guru Mata Pelajaran
NIP. NIP.
I. IDENTITAS
1. Mata Pelajaran : PKn
2. Materi Pokok : Negara dan bentuk-bentuk kenegaraan
3. Kelas/Program : X
4. Pertemuan Minggu ke : 2
5. Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit
2. Kompetensi Dasar
1.2 Mendeskripsikan hakikat negara dan bentuk-bentuk kenegaraan
III. INDIKATOR
1. Menganalisis pengertian Negara
2. Mendeskripsikan asal mula terjadinya negara
3. Menguraikan pentingnya pengakuan oleh negara lain bagi suatu negara
4. Menganalisis bentuk-bentuk kenegaraan
V. PERANGKAT PEMBELAJARAN
1. Buku Paket PKn Kelas X
2. UUD 1945 yang Telah Diamandemen
3. Buku-Buku Sumber yang Relevan
NIP. NIP.
I. IDENTITAS
1. Mata Pelajaran : PKn
2. Materi Pokok : Pengertian, fungsi dan tujuan negara
3. Kelas/Program : X
4. Pertemuan Minggu ke : 3
5. Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit
2. Kompetensi Dasar
1.3 Menjelaskan pengertian, fungsi dan tujuan NKRI
III. INDIKATOR
1. Menguraikan pengertian dan fungsi negara
2. Membandingkan berbagai teori tentang fungsi dan tujuan negara
3. Mendeskripsikan tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia
V. PERANGKAT PEMBELAJARAN
1. Buku Paket PKn Kelas X
2. UUD 1945 yang Telah Diamandemen
3. Buku-Buku Sumber yang Relevan
4. Lembar Kerja Siswa
NIP. NIP.
2. Kompetensi Dasar
1.4. Menunjukkan semangat kebangsaan, nasionalisme dan patriotisme dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
III. INDIKATOR
1. Mendeskripsikan makna semangat kebangsaan
2. Menguraikan macam-macam perwujudan nasionalisme dalam kehidupan
3. Menunjukkan contoh perilaku yang sesuai dengan semangat kebangsaan
4. Menunjukkan sikap positif terhadap patriotisme Indonesia
V. PERANGKAT PEMBELAJARAN
1. Buku Paket PKn Kelas X
2. UUD 1945 yang Telah Diamandemen
3. Buku-Buku Sumber yang Relevan
4. Lembar Kerja Siswa
NIP. NIP.
III. INDIKATOR
1. Mendeskripsikan pengertian hukum
2. Menentukan macam-macam penggolongan hukum
3. Mendeskripsikan sumber hukum formal dan material
4. Menjelaskan sistim tata hukum Indonesia
5. Mendeskripsikan pengertian dan dasar hukum lembaga peradilan nasional
NIP. NIP.
2. Kompetensi Dasar
2.2. Menganalisis peranan lembaga-lembaga peradilan
III. INDIKATOR
1. Menguraikan perangkat lembaga peradilan
2. Menganalisis macam-macam lembaga peradilan
3. Menganalisis peranan lembaga peradilan
4. Menganalisis pelaksanaan lembaga peradilan
NIP. NIP.
2. Kompetensi Dasar
2.3. Menunjukkan sikap yang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku
III. INDIKATOR
1. Menunjukkan contoh sikap taat terhadap hukum
2. Menganalisis macam-macam perbuatan yang bertentang dengan hukum
3. Menganalisis macam-macam sanksi sesuai hukum yang berlaku
NIP. NIP.
I. IDENTITAS
2. Kompetensi Dasar
2.4. Menganalisis upaya pemberantasan korupsi di Indonesia
III. INDIKATOR
1. Mendeskripsikan macam-macam aturan tentang pemberantasan korupsi
2. Menganalisis macam-macam perbuatan yang berkategori korupsi
3. Menunjukkan contoh macam-macam tindak pidana korupsi yang telah dikenakan
sanksi
V. PERANGKAT PEMBELAJARAN
NIP. NIP.
I. IDENTITAS
1. Mata Pelajaran : PKn
III. INDIKATOR
1. Menunjukkan contoh sikap anti korupsi
2. Menunjukkan contoh gerakan atau organisasi anti korupsi
3. Menganalisis macam-macam perbuatan anti korupsi
4. Manampilkan sikap anti korupsi
V. PERANGKAT PEMBELAJARAN
1. Buku Paket PKn Kelas X
NIP. NIP.
I. IDENTITAS
1. Mata Pelajaran : PKn
2. Materi Pokok : Pemajuan, penghormatan dan pengakuan HAM
III. INDIKATOR
1. Menganalisis upaya pemajuan, penghormatan, dan penegakan HAM yang
dilakukan pemerintah
2. Menentukan instumen HAM nasional
3. Mendeskripsikan upaya pemajuan, penghormatan, dan penegakan HAM yang
dilakukan oleh individu dan masyarakat
V. PERANGKAT PEMBELAJARAN
1. Buku Paket PKn Kelas X
NIP. NIP.
I. IDENTITAS
1. Mata Pelajaran : PKn
2. Materi Pokok : Peran serta dalam penegakan HAM di Indonesia
2. Kompetensi Dasar
3.2. Menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan dan
penegakkan HAM di Indonesia
III. INDIKATOR
1. Menguraikan proses dalam upaya pemajuan, penghormatan, dan penegakan HAM
2. Mengilustrasikan berbagai kasus pelanggaran HAM
3. Menyimpulkan contoh perilaku yang dengan upaya pemajuan, penghormatan, dan
penegakan HAM di Indonesia
V. PERANGKAT PEMBELAJARAN
NIP. NIP.
I. IDENTITAS
1. Mata Pelajaran : PKn
2. Kompetensi Dasar
3.3. Mendeskripsikan insterumen hukum dan peradilan internasional HAM
III. INDIKATOR
• Mendeskripsikan instrumen HAM internasional
• Menunjukkan bentuk pelanggaran HAM internasional
• Mendeskripsikan peradilan HAM internasional
V. PERANGKAT PEMBELAJARAN
Buku Guru Pendidikan Kewarganegaraan Jilid 1 - Esis 42
1. Buku Paket PKn Kelas X
2. UUD 1945 yang Telah Diamandemen
3. Buku-Buku Sumber yang Relevan
4. Lembar Kerja Siswa
NIP. NIP.
I. IDENTITAS
1. Mata Pelajaran : PKn
2. Kompetensi Dasar
4.1. Mendeskripsikan hubungan dasar negara dengan konstitusi
III. INDIKATOR
1. Mendeskripsikan pengertian dasar negara
2. Mendeskripsikan pengertian konstitusi negara
3. Menguraikan tujuan dan nilai konstitusi
4. Menyimpulkan keterkaitan dasar negara dengan konstitusi di sebuah negara
V. PERANGKAT PEMBELAJARAN
1. Buku Paket PKn Kelas X
NIP. NIP.
I. IDENTITAS
1. Mata Pelajaran : PKn
2. Kompetensi Dasar
4.2. Menganalisis susbtansi konstitusi negara
III. INDIKATOR
1. Menguraikan unsur sebuah konstitusi
2. Menyimpulkan ciri sebuah konstitusi bagi negara tertentu
3. Menganalisis substansi konstitusi Indonesia
V. PERANGKAT PEMBELAJARAN
1. Buku Paket PKn Kelas X
2. UUD 1945 yang Telah Diamandemen
NIP. NIP.
I. IDENTITAS
1. Mata Pelajaran : PKn
2. Kompetensi Dasar
4.3. Menganalisis kedudukan pembukaan UUD 1945 Negara Kesatuan Republik
Indonesia
III. INDIKATOR
1. Mendeskripsikan pokok pikiran yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945
2. Menguraikan makna tiap alenia yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945
3. Menganalisis kedudukan Pembukaan UUD 1945
NIP. NIP.
I. IDENTITAS
1. Mata Pelajaran : PKn
2. Kompetensi Dasar
4.4. Menunjukkan sikap positif terhadap konstitusi negara
III. INDIKATOR
1. Menunjukkan priodesasi konstitusi Indonesia
2. Menguraikan fungsi perubahan sebuah konstitusi
3. Menyimpulkan perilaku positif terhadap konstitusi negara
V. PERANGKAT PEMBELAJARAN
1. Buku Paket PKn Kelas X
2. UUD 1945 yang Telah Diamandemen
NIP. NIP.
I. IDENTITAS
1. Mata Pelajaran : PKn
2. Kompetensi Dasar
5.1. Mendeskripsikan kedudukan warga negara dan pewarganegaraan di
Indonesia
III. INDIKATOR
1. Mendeskripsikan kedudukan warga negara yang diatur dalam UUD 1945
2. Menguraikan persyaratan untuk menjadi warga negara Indonesia dan hal yang
menyebabkan hilangnya status kewarganegaraan
3. Menjelaskan asas kewarganegaraan yang berlaku secara umum
NIP. NIP.
I. IDENTITAS
1. Mata Pelajaran : PKn
2. Materi Pokok : Persamaan kedudukan warga negara
3. Kelas/Program : X
4. Pertemuan Minggu ke : 22
2. Kompetensi Dasar
5.2. Menganalisis persamaan kedudukan warga negara dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan negara
III. INDIKATOR
1. Menunjukkan persamaan kedudukan warga negara dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan negara
2. Mendeskripsikan landasan persamaan kedudukan warga negara dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan negara
3. Memberikan contoh perilaku yang menampilkan persamaan kedudukan warga
negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan negara
V. PERANGKAT PEMBELAJARAN
Buku Guru Pendidikan Kewarganegaraan Jilid 1 - Esis 54
1. Buku Paket PKn Kelas X
2. UUD 1945 yang Telah Diamandemen
3. Buku-Buku Sumber yang Relevan
4. Lembar Kerja Siswa
NIP. NIP.
I. IDENTITAS
1. Mata Pelajaran : PKn
2. Materi Pokok : Persamaan kedudukan warga negara tanpa
membedakan
3. Kelas/Program : X
2. Kompetensi Dasar
5.3. Menghargai persamaan kedudukan warga negara tanpa membedakan ras,
agama, gender, golongan, budaya dan suku
III. INDIKATOR
1. Menunjukkan persamaan kedudukan warga negara tanpa membedakan ras,
agama, gender, golongan, budaya, dan suku
2. Mengidentifikasi ciri ras, agama, gender, golongan, budaya dan suku secara garis
besar
3. Menghargai persamaan kedudukan warga negara tanpa membedakan ras, agama,
gender, golongan, budaya, dan suku
NIP. NIP.
I. IDENTITAS
1. Mata Pelajaran : PKn
2. Materi Pokok : Supra struktur dan infra struktur politik
3. Kelas/Program : X
4. Pertemuan Minggu ke : 25
2. Kompetensi Dasar
6.1. Mendeskripsikan supra struktur dan infra struktur di Indonesia
III. INDIKATOR
1. Menganalisis pengertian sistim politik Indonesia
2. Mendeskripsikan supra struktur politik Indonesia
3. mendeskripsikan infrastruktur politik
V. PERANGKAT PEMBELAJARAN
1. Buku Paket PKn Kelas X
2. UUD 1945 yang Telah Diamandemen
3. Buku-Buku Sumber yang Relevan
4. Lembar Kerja Siswa
NIP. NIP.
I. IDENTITAS
1. Mata Pelajaran : PKn
2. Materi Pokok : Sistem politik Indonesia dan sistem politik di
berbagai negara
3. Kelas/Program : X
4. Pertemuan Minggu ke : 26
2. Kompetensi Dasar
6.2. Mendeskripsikan perbedaan sistem politik di berbagai negara
III. INDIKATOR
1. Menguraikan dinamika politik Indonesia
2. Menunjukkan kelebihan dan kekurangan sistem politik yang dianut Indonesia
3. Mendeskripsikan perbedaan sistem politik Indonesia dengan negara liberal dan
komunis
V. PERANGKAT PEMBELAJARAN
1. Buku Paket PKn Kelas X
2. UUD 1945 yang Telah Diamandemen
3. Buku-Buku Sumber yang Relevan
4. Lembar Kerja Siswa
NIP. NIP.
I. IDENTITAS
1. Mata Pelajaran : PKn
2. Materi Pokok : Peran serta dalam sistem politik di Indonesia
3. Kelas/Program : X
4. Pertemuan Minggu ke : 27
2. Kompetensi Dasar
6.3. Menampilkan peran serta dalam sistem politik di Indonesia
III. INDIKATOR
1. Mengidentifikasikan ciri – ciri masyarakat politik
2. Menunjukkan perilaku politik yang sesuai aturan
3. Mensimulasikan salah satu kegiatan politik yang diselenggarakan oleh pemerintah
(Pemilu)
4. Berperan serta secara aktif dalam sistem politik di Indonesia
V. PERANGKAT PEMBELAJARAN
1. Buku Paket PKn Kelas X
2. UUD 1945 yang Telah Diamandemen
Buku Guru Pendidikan Kewarganegaraan Jilid 1 - Esis 62
3. Buku-Buku Sumber yang Relevan
4. Lembar Kerja Siswa
NIP. NIP.
KUNCI JAWABAN
BAB 1
A.
1. c
2. d
3. c
4. e
5. d
6. b
7. e
8. d
9. c
10. b
C. (jawaban diserahkan pada masing-masing siswa, asalkan disertai alasan yang jelas dan
sesuai)
BAB 2
A.
1. d
2. c
3. a
4. a
5. c
B.
1. Menurut Aristoteles, hukum adalah rangkaian peraturan yang mengikat baik
rakyat maupun penguasa.
Menurut Leon Duguit, hukum ialah aturan tingkah laku para anggota masyarakat,
aturan yang daya penggunaannya pada saat tertentu diindahkan oleh suatu
masyarakat sebagai jaminan dari kepentingan bersama dan yang jika dilanggar
menimbulkan reaksi bersama terhadap orang yang melakukan pelanggaran itu.
Menurut Samidjo, SH, hukum adalah himpunan peraturan-peraturan yang bersifat
memaksa, berisikan suatu perintah, larangan atau ijin untuk berbuat atau tidak
berbuat sesuatu serta dengan maksud untuk mengatur tata tertib dalam kehidupan
masyarakat.
Menurut S.M. Amin, SH, hukum adalah kumpulan peraturan-peraturan yang terdiri
dari norma-norma dan sanksi-sanksi. Tujuannya adalah mengadakan ketatatertiban
dalam pergaulan manusia, sehingga keamanan dan ketertiban terpelihara.
Menurut J.C.T. Simorangkir, SH dan Woerjono Sastropranoto, SH, hukum adalah
peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku
manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badan-badan resmi yang
berwajib, pelanggaran terhadap peraturan tadi mengakibatkan diambilnya
tindakan, yaitu dengan hukuman tertentu.
2. Menurut Leon Duguit, hukum ialah aturan tingkah laku para anggota masyarakat,
aturan yang daya penggunaannya pada saat tertentu diindahkan oleh suatu
masyarakat sebagai jaminan dari kepentingan bersama dan yang jika dilanggar
menimbulkan reaksi bersama terhadap orang yang melakukan pelanggaran itu.
Sedangkan menurut S.M. Amin, SH, hukum adalah kumpulan peraturan-peraturan
yang terdiri dari norma-norma dan sanksi-sanksi. Tujuannya adalah mengadakan
ketatatertiban dalam pergaulan manusia, sehingga keamanan dan ketertiban
terpelihara.
3. Tata Hukum berasal dari kata dalam bahasa Belanda rechtorde yaitu susunan
hukum, yang artinya memberikan tempat yang sebenarnya kepada hukum. Yang
dimaksud dengan “memberi tempat sebenarnya” yaitu menyusun dengan baik dan
tertib aturan-aturan hukum dalam pergaulan hidup supaya ketentuan yang berlaku
dengan mudah dapat diketahui dan digunakan untuk menyelesaikan setiap peristiwa
hukum yang terjadi.
4. Dalam hukum positif di Indonesia berlaku tata hukum sebagai berikut.
Hukum Tata Negara (HTN), adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang
organisasi untuk mencapai tujuannya dalam kemasyarakatan.
Hukum Administrasi Negara (HAN), adalah ketentuan-kententuan yang mengatur
tentang pengelolaan administrasi pemerintahan dalam arti luas, yang bertujuan
untuk mengetahui cara tingkah laku negara dan alat-alat perlengkapan negara.
Hukum Perdata, adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur dan membatasi
tingkah laku manusia dalam memenuhi kepentingan (kebutuhan)nya atau mengatur
kepentingan-kepentingan perseorangan.
Hukum Pidana, adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur dan membatasi tingkah
laku manusia alam meniadakan pelanggaran kepentingan umum.
Hukum Acara atau Hukum Formal, adalah peraturan hukum yang mengatur tentang
cara bagaimana mempertahankan dan menjalankan peraturan hukum material.
• Hukum Acara Pidana, adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur cara
bagaimana pemerintah menjaga kelangsungan pelaksanaan hukum pidana
material.
C. (jawaban diserahkan pada masing-masing siswa, asalkan disertai alasan yang jelas dan
sesuai)
BAB 3
A.
B.
1. Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak yang dimiliki manusia karena martabatnya
sebagai manusia, dan bukan diberikan oleh masyarakat atau negara. Manusia
memilikinya karena dia manusia, maka hak asasi itu tidak dapat dihilangkan atau
dinyatakan tidak berlaku oleh negara.
Sejarah kelahiran HAM tidak dapat dipungkiri dimulai di Inggris. Bangsa Inggris
memiliki tradisi perlawanan terhadap para raja yang berusaha untuk berkuasa
secara mutlak.
Tahun 1215 kaum bangsawan memaksa Raja John untuk memberikan Magna Charta
Libertatum (larangan penghukuman, penahanan dan perampasan benda dengan
sewenang-wenang).
Tahun 1679 lahir Habeas Corpus Act (orang yang ditahan harus dihadapkan pada
hakim dalam waktu tiga hari dan diberitahu atas tuduhan apa ia ditahan).
Tahun 1689 lahir Bill of Rights (Akta Deklarasi Hak dan Kebebasan Kawula dan
Tatacara Suksesi Raja), dokumen ini merupakan konstitusi modern pertama di
dunia. Dalam Akta tersebut ditandaskan bahwa raja tunduk kepada parlemen, raja
tidak dapat memungut pajak ataupun memiliki pasukan pada masa damai tanpa
persetujuan parlemen, dan raja harus mengakui hak-hak parlemen. UU ini masih
diskriminatif karena hanya mengakui hak kaum bangsawan (itu pun hanya laki-laki).
2. Hak asasi pribadi (personal rights), hak asasi ekonomi (property rights), hak asasi
plitik (political rights), hak asasi hukum (rights of legal equality), hak asasi sosial
dan kebudayaan (social and cultural rights), serta hak asasi dalam tata cara
peradilan dan perlindungan (procedural rights).
3. Sebagai upaya untuk tetap menegakkan hak-hak asasi manusia di Indonesia,
berbagai peraturan ditulis di Indonesia. Peraturan perundang-undangan serta
kovenan internasional sudah banyak diratifikasi oleh Indonesia. Selain itu, melalui
Keputusan Presiden No. 50 tahun 1993 pemerintah membentuk lembaga independen
Komisi Nasional Hak-Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) yang berkedudukan di
Jakarta.
4. Pihak masyarakat yang dapat dan berhak berpartisipasi dalam usaha perlindungan
penegakan, dan pemajuan hak asasi manusia meliputi individu, kelompok,
organisasi politik, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, ataupun
lembaga kemasyarakatan lainnya. Partisipasi yang dapat dilakukan oleh pihak
masyarakat adalah menggunakan haknya untuk melaporkan apabila terjadi
pelanggaran terhadap hak asasi manusia kepada Komnas HAM atau lembaga lainnya
yang berwenang dalam usaha perlindungan, penegakan, dan pemajuan hak asasi
manusia. Masyarakat dapat membantu dengan melakukan penelitian, pendidikan,
dan penyebarluasan informasi mengenai hak asasi manusia, baik dilakukan secara
sendiri-sendiri maupun bekerja sama dengan Komnas HAM. Masyarakat juga berhak
mengajukan usulan mengenai perumusan atau kebijakan yang berkaitan dengan hak
asasi manusia kepada Komnas HAM atau lembaga lainnya.
5. Pandangan pertama menyatakan bahwa yang harus bertanggung jawab memajukan
HAM adalah negara, karena dibentuk sebagai wadah untuk kepentingan
kesejahteraan rakyatnya. Rakyat yang cerdas dan sadar sehingga mampu
menghargai dan menghormati HAM perlu diberikan pendidikan terutama masalah
C. (jawaban diserahkan pada masing-masing siswa, asalkan disertai alasan yang jelas dan
sesuai)
BAB 4
A.
B.
1. Konstitusi menggambarkan keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu negara, yaitu
berupa kumpulan peraturan untuk membentuk, mengatur atau memerintah negara.
Peraturan-peraturan tersebut ada yang tertulis sebagai keputusan badan yang
berwenang, dan ada yang tidak tertulis berupa konvensi.
2. Sebelum sebuah negara berdiri, segala sesuatunya harus dipersiapkan agar negara
tersebut dapat berdiri kokoh. Negara tersebut harus memiliki dasar negara yang
kokoh pula. Selain itu, diperlukan pula aturan main yang jelas yang mengatur
perilaku dalam ketatanegaraan. Aturan main dan tata cara tersebut tertuang dalam
konstitusi negara. Dasar negara Indonesia, Pancasila, memiliki keterkaitan erat
dengan konstitusi negara, yaitu UUD 1945. Dalam UUD 1945, terkandung nilai-nilai
Pancasila, baik dalam pembukaan maupun pasal-pasal yang tertuang dalam batang
tubuh UUD 1945.
3. Tiap-tiap negara memiliki isi konstitusi yang berbeda-beda, baik materi, semangat,
daya jangkau, maupun sistematikanya. Hal ini tergantung pada bentuk negara,
bentuk pemerintahan, dan sistem politik yang dianut negara tersebut.
4. Dalam pembukaan UUD 1945, terdapat 4 (empat) pokok pikiran yang merupakan
pancaran dari dasar falsafah negara. Keempat pokok pikiran yang terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai berikut.
• Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia atas dasar persatuan.
• Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
• Negara Indonesia adalah negara yang berkedaulatan rakyat berdasarkan
kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan.
• Negara berdasarkan ketuhanan Yang Mahaesa menurut dasar kemanusiaan yang
adil dan beradab.
5. Di dalam Pembukaan UUD 1945 terdapat rumusan dasar negara Indonesia, yaitu
Pancasila. Oleh karena itu, kedudukan Pembukaan UUD 1945 sangatlah tinggi.
Pembukaan UUD 1945 memiliki kedudukan sebagai tertib hukum tertinggi. Selain
itu, Pembukaan UUD juga merupakan pokok kaidah negara yang fundamental.Jika
pembukaan itu diubah, maka itu berarti mengubah tertib hukum dan konsensus
politik tertinggi, yang berarti pula menyia-nyiakan hasil jerih payah para pendiri
negara (the founding fathers) Indonesia.
6. Periodisasi konstitusi di Indonesia
Undang-Undang Dasar 1945 (18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949)
UUD 1945 pertama kali disahkan berlaku sebagai konstitusi negara Indonesia dalam
sidang Paniitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945.
Naskah UUD 1945 ini pertama kali dipersiapkan oleh Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Konstitusi Republik Indonesia Serikat (27 Desember 1945 – 17 Agustus 1950)
Naskah konstitusi Republik Indonesia Serikat disusun bersama oleh delegasi Republik
Indonesia dan BFO (Bijeenkomst voor Federal Overleg) dalam konferensi tersebut.
Naskah rancangan UUD itu disepakati bersama oleh kedua belah pihak untuk
diberlakukan sebagai Undang-Undang Dasar RIS. Naskah UUD yang kemudian dikenal
dengan sebutan Konstitusi RIS itu disampaikan kepada Komite Nasional Pusat
Buku Guru Pendidikan Kewarganegaraan Jilid 1 - Esis 70
sebagai lembaga perwakilan rakyat Republik Indonesia dan kemudian resmi
mendapat persetujuan Komite Nasional Pusat tersebut pada tanggal 14 Desember
1949. Selanjutnya, Konstitusi RIS dinyatakan berlaku mulai tanggal 27 Desember
1949.
Undang-Undang Dasar Sementara 1950 (17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959)
Untuk keperluan menyiapkan satu naskah Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dibentuklah suatu panitia bersama yang akan menyusun
rancangannya. Setelah selesai, rancangan undang-undang itu kemudian disahkan
oleh Badan Pekerja Komite Nasional Pusat pada tanggal 12 Agustus 1950, dan Dewan
Perwakilan Rakyat dan Senat Republik Indonesia Serikat pada tanggal 14 Agustus
1950. Selanjutnya, naskah UUD baru ini diberlakukan secara resmi mulai tanggal 17
Agustus 1950, yaitu dengan ditetapkannya Undang-Undang No. 7 Tahun 1950.
(Kembali ke) Undang-Undang Dasar 1945 (5 Juli 1959 – 19 Oktober 1999)
Sejak Dekrit Presiden 5 Juli 1959 hingga sekarang, UUD 1945 terus berlaku dan
diberlakukan sebagai hukum dasar. Sifatnya masih sebagai tetap sebagai UUD
sementara. Namun, pada masa Orde Baru, konsolidasi kekuasaan lama kelamaan
semakin terpusat. Di sisi lain, siklus kekuasaan mengalami stagnasi yang statis
karena pucuk pimpinan pemerintahan tidak mengalami pergantian selama 32 tahun.
Akibatnya UUD 1945 mengalami proses sakralisasi yang irasional semasa rezim Orde
Baru. UUD 1945 tidak diizinkan bersentuhan dengan ide perubahan sama sekali.
Padahal, UUD 1945 jelas merupakan UUD yang masih sementara dan belum pernah
dipergunakan dan diterapkan secara sungguh-sungguh.
Perubahan (Amandemen) Undang-Undang Dasar 1945
Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami empat kali perubahan yang
ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR. Adapun keempat
perubahan tersebut sebagai berikut.
• Perubahan (amandemen) pertama UUD 1945 (19 Oktober 1999 – 18 Agustus 2000)
• Perubahan (amandemen) kedua UUD 1945 (18 Agustus 2000 – 9 November 2001)
• Perubahan (amandemen) ketiga UUD 1945 (9 November 2001 – 10 Agustus 2002)
• Perubahan (amandemen) keempat UUD 1945 (10 Agustus 2002 – sekarang)
7. Perubahan dalam konstitusi dimaksudkan untuk:
• Mengubah pasal-pasal dalam konstitusi yang tidak jelas dan tegas dalam
memberikan pengaturan. Akibatnya, banyak hal yang dengan mudah dapat
ditafsirkan oleh siapa saja, tergantung pada kepentingan orang-orang yang
menafsirkannya.
• Mengubah dan/atau menambah pengaturan-pengaturan di dalam konstitusi yang
terlampau singkat dan tidak lengkap, serta terlalu banyak mendelegasikan
pengaturan selanjutnya pada undang-undang dan ketetapan lainnya.
• Memperbaiki berbagai kelemahan mendasar baik dalam isi maupun proses
pembuatannya, seperti tidak konsistennya hubungan antarbab, antarpasal, serta
antara bab dan pasal.
• Memperbarui beberapa ketentuan yang sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi
politik dan ketatanegaraan suatu negara.
8. Adapun cara yang dapat digunakan untuk mengubah konstitusi melalui jalan
penafsiran. Menurut K.C. Wheare, caranya yaitu melalui:
• beberapa kekuatan yang bersifat primer (some primary sources);
• perubahan yang diatur dalam konstitusi (formal amandement);
• penafsiran secara hukum (judicial interpretation);
• kebiasaan yang terdapat dalam bidang ketatanegaraan (usage and convention).
9. Beberapa hal positif dari UUD 1945 adalah sebagai berikut.
• Merupakan bukti kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
• Memiliki sistematika yang jelas, yang diawali dengan Pembukaan, kemudian
Batang Tubuh, Aturan Peralihan, dan Aturan Tambahan.
C. (jawaban diserahkan pada masing-masing siswa, asalkan disertai alasan yang jelas dan
sesuai)
BAB 5
A.
1. e (seharusnya tanpa pasal 26)
2. d
3. a
4. b
5. a (jawaban seharusnya 1, 2, 3, 5 atau semuanya)
6. d
7. a
8. c
9. e
10. a
B.
1. Referendum adalah hak warga negara untuk memberikan persetujuan atau
penolakan. Dalam hal kewarganegaraan, seorang warga negara berhak menyetujui
atau menolak keinginan MPR untuk mengubah UUD 1945. Ketentuan tentang
referendum dimuat dalam Tap MPR No. IV/MPR/1983 jo. UU No. 5 Tahun 1985.
2. Langkah-langkah yang harus diambil dalam rangka menghargai persamaan
kedudukan bagi setiap warga negara.
• Menghilangkan diskriminasi terhadap suku, agama, ras, dan antargolongan.
• Menjaga keutuhan bangsa dalam kehidupan bermasyarakat.
• Menghilangkan kebiasaan seperti bergosip, menggunjingkan keburukan orang
lain, menyulut rasa iri atas harta atau penampilan yang lebih dari yang lain.
• Menghindari tindakan yang terlalu mengagung-agungkan ajaran agama sendiri
atau mengagung-agungkan suku sendiri.
3. Dalam penjelasan umum Undang-Undang No. 62/1958 bahwa ada 7 (tujuh) cara
memperoleh kewarganegaraan Indonesia, yaitu:
• karena kelahiran,
• karena pengangkatan,
• karena dikabulkannya pemohonan,
BAB 6
A.
1. a
2. c
3. a
4. e
5. d (penjelasan di buku tidak ada)
• Diktator sederhana. Diktaktor hanya dapat melaksanakan kekuasaannya melalui
pengendalian yang absolut atas sarana-sarana pemaksa tradisional saja, yaitu
militer, polisi, birokrasi, dan peradilan.
• Diktator kaisaristik. Dalam beberapa situasi, diktator dapat merasa dipaksa
untuk membangun dukungan masyarakat, mendapatkan basis massa, baik demi
mencapai kekuasaan ataupun demi pelaksanaan kekuasaan, atau demi
keduanya. Yang sebagaimana ditunjukkan oleh namanya, selalu berbenuk
diktator personal.
• Diktator totaliter. Merupakan kombinasi paksaan dan dukungan rakyat yang
tidak cukup sebagai jaminan kekuasaan. Mungkin perlu mengendalikan
pendidikan, sarana komunikasi, dan lembaga-lembaga ekonomi dan karenanya
memacu seluruh masyarakat dan kehidupan pribadi warga negarnya kepada
sistem dominasi politik. Diktator ini dapat bersifat kolektif (bersama-sama) atau
personal, yakni dapat atau tidak dapat mempunyai suatu unsur kaisaristik.
6. e
7. a
8. a
9. b
10. d
B.
1. Komunikasi politik adalah salah satu fungsi yang dijalankan oleh partai politik
dengan segala struktur yang tersedia, mengadakan komunikasi informasi, isu dan
gagasan politik. Media massa banyak berperan sebagai alat komunikasi politik dan
membentuk kebudayaan politik. Partai politik menjalankan fungsi sebagai alat yang
mengkomunikasikan pandangan dan prinsip-prinsip partai, program kerja partai,
gagasan partai, dan sebagainya. Agar anggota partai dapat mengetahui prinsip
partai, program kerja partai atau pun gagasan partainya untuk menciptakan ikatan
moral pada partainya, komunikasi seperti ini menggunakan madia partai itu sendiri
atau media massa yang mendukungnya. Sistem komunikasi politik di Indonesia
dikembangkan dengan dasar komunikasi yang bebas dan bertanggung jawab. Setiap
media massa bebas memberitakan suatu hal selama tidak bertentangan dengan
aturan yang berlaku, tidak membahayakan kepentingan negara dan masyarakat. Di
samping itu, media massa juga berfungsi menyuarakan suara pembangunan dan
program-program kerja pemerintah, menyuarakan ide-ide politik, membina
tumbuhnya kebudayaan politik kemudian memelihara dan mewariskannya pada
generasi pelanjut.
2. Menurut Gabriel A. Almond, ada 4 tipe kelompok kepentingan, yaitu:
C. (jawaban diserahkan pada masing-masing siswa, asalkan disertai alasan yang jelas dan
sesuai)