You are on page 1of 208

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)

-8-
Modul 1

1.1. Judul : Gaya Gaya dan Keseimbangan Gaya

Tujuan Pembelajaran Umum :
Setelah membaca modul, mahasiswa bisa memahami pengertian tentang gaya.
Tujuan Pembelajaran Khusus :
Mahasiswa dapat menjelaskan konsep pengertian tentang gaya dan bagaimana
bisa melakukan penjumlahannya
1.1.1. Pendahuluan
Gaya serta sifat-sifatnya perlu difahami dalam ilmu Mekanika Teknik
karena dalam ilmu tersebut, mayoritas membicarakan tentang gaya,
sedang Mekanika Teknik adalah merupakan mata kuliah dasar keahlian
yang perlu dimengerti oleh semua sarjana Teknik Sipil. Jadi dengan
memahami sifat-sifat gaya, mahasiswa akan lebih mudah memahami
permasalahan yang terjadi di pelajaran Mekanika Teknik. Misal pada
suatu jembatan, kendaraan yang lewat adalah merupakan suatu beban
luar yang ditampilkan dalam bentuk gaya.
Contoh : * Suatu kendaraan yang terletak diatas jembatan
* Beban roda kendaraan pada jembatan tersebut adalah
suatu beban atau gaya.








gaya
struktur jembatan
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-9-

1.1.2. Pengertian tentang Gaya dan Garis Kerja gaya
O Gaya adalah merupakan vektor yang mempunyai besar dan arah.
Penggambarannya biasanya berupa garis dengan panjang sesuai dengan
skala yang ditentukan. Jadi panjang garis bisa dikonversikan dengan
besarnya gaya.
* Contoh 1
Jadi 50 kg adalah gaya yang diakibatkan oleh orang berdiri tersebut dengan arah
gaya kebawah yang diwakili sebagai gambar anak panah dengan panjang 1 cm
karena panjang 1 cm setara dengan berat 50 kg.
* Contoh 2




Jadi 10 kg adalah gaya yang diakibatkan oleh batu yang menumpu di atas meja
dengan arah gaya ke bawah yang diwakili sebagai gambar anak panah dengan
panjang 1 cm karena panjang 1 cm setara dengan gaya 10 kg.

* Contoh 3





Batu diatas meja dengan berat 10 kg

Arah berat = kebawah (sesuai arah
gravitasi) ditunjukkan dengan gambar
anak panah dengan skala 1 cm = 10 kg
1 cm
arah berat = kebawah (sesuai arah gravitasi)
ditunjukkan dengan gambar anak panah ke bawah
dengan skala 1 cm = 50 kg
Orang berdiri dengan berat 50 kg
Panjang gaya
Arah dorongan kesamping kanan ditunjukkan
dengan gambar anak panah arah kesamping
dengan skala 1 cm = 15 kg
Orang mendorong mobil
mogok kemampuan orang
mendorong tersebut adalah 15 kg.
15 kg
Panjang gaya
1 cm
Panjang gaya = 1 cm
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-10-

Jadi 15 kg adalah gaya yang diberikan oleh orang untuk mendorong mobil
mogok dengan arah kesamping kanan, yang diwakili sebagai gambar anak panah
dengan panjang 1 cm karena 1 cm setara dengan 15 kg.

O Garis kerja gaya adalah garis lurus yang melewati gaya
Seperti contoh di bawah :
Contoh










O Titik tangkap gaya adalah titik awal bermulanya gaya tersebut.
Contoh: mobil mogok diatas jembatan, roda mobil serta tumpuan tangan
orang yang mendorong adalah merupakan titik tangkap gaya.








Garis kerja gaya orang yang mempunyai
berat 50 kg tersebut adalah vertikal
garis kerja gaya
Garis kerja gaya untuk
mendorong mobil
mogok tersebut
adalah horisontal
Orang dengan berat 50 kg
*
Garis kerja
gaya
15 kg
gaya
Titik tangkap gaya
50 kg
15 kg
titik tangkap gaya
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-11-


1.1.3. Sifat Gaya
Gaya dan titik tangkap gaya bisa dipindah-pindahkan asal masih dalam
daerah garis kerja gaya
Contoh dalam gambar K dan K1 adalah merupakan gaya.
Ga
mb
ar
1.1
.
Ga
mb
ar
gar
is kerja gaya

1.1.4. Penjumlahan Gaya
Penjumlahan gaya bisa dilakukan secara analitis maupun grafis.

1.1.4.1. Penjumlahan secara grafis
Penjumlahan 2 gaya yang mempunyai titik tangkap yang sama, jadi
gaya-gaya tersebut sebidang, bisa secara langsung dijumlahkan
secara grafis.





A C
B
D
R = K
1
+ K
2

K
2

K
1

Titik tangkap gaya
K
1
, K
2
adalah gaya-gaya yang
akan dijumlahkan
Urut-urutan penjumlahan
Buat urut-urutan penjumlahan
garis sejajar dengan K
1
dan K
2

di ujung gaya, (K
1
diujung K
2
dan sehingga K
2
diujung K
1
)
membentuk bentuk jajaran
genjang D.A.C.B
Salah satu diagonal yang
panjang tersebut yaitu R
adalah merupakan jumlah dari
Posisi gaya K lama
garis kerja gaya
Posisi gaya K baru
K
1

Posisi gaya K
1
baru
Posisi gaya K
1
lama

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-12-
- K
1
dan K
2
adalah gaya-gaya
yang akan dijumlahkan.

- 2 gaya tersebut tidak mem-
punyai titik tangkap yang
sama, tapi masih sebidang.
K
1

R = K
1
+ K
2

K
2

0
K
1

A
B
C
Posisi awal (K
2
)
Posisi awal (K
1
)




Gambar 1.2. Penjumlahan gaya secara grafis
O Penjumlahan 2 gaya yang sebidang, tapi titik tangkapnya tidak sama..
Gaya-gaya tersebut bisa dipindahkan sepanjang garis kerja gaya.
Gamb
ar 1.3
Penju
mlaha
n gaya
secara
grafis,
yang
titik tangkapnya tidak sama

Urutan-urutan penjumlahan
- Gaya K
1
dipindah searah garis kerja gaya sampai garis kerja
gaya K
1
bertemu dengan garis kerja gaya K
2,
pertemuannya di titik
0.
- Buat garis-garis sejajar gaya K
1
dan K
2
di ujung-ujung gaya yang
berlainan sehingga membentuk suatu jajaran genjang, OABC
- Salah satu diagonal yang terpanjang (R) adalah merupakan jumlah dari
K
1
dan K
2.


K
2

K
1

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-13-

O Penjumlahan 3 gaya yang mempunyai titik tangkap tunggal
Penjumlahan tersebut bisa dilakukan secara bertahap

Salah satu diagonal terpanjang yaitu R
1
adalah merupakan jumlah K
1
+
K
2

Buat garis sejajar K
3
dan R
1
di ujung gaya-gaya yang berlainan
sehingga membentuk jajaran genjang 0CED
Salah satu diagonal terpanjang (R
2
) adalah jumlah dan R
1
dan K
3

sehingga sama dengan jumlah antara K
1
, K
2
dan K
3
.

O Penjumlahan 3 gaya yang tidak mempunyai titik tangkap tunggal
Penjumlahan tersebut dilakukan secara bertahap
Titik tangkap gaya bisa dipindahkan sepanjang garis kerja gaya.

= R
1
+ K
3

= K
1
+ K
2
+

K
3

K
1
, K
2
dan K
3
adalah gaya-gaya
yang akan dijumlahkan dengan
titik tangkap tunggal.
Urut-urutan penjumlahan.
Jumlahkan dulu K
1
, K
2
dengan
cara membuat garis sejajar
dengan gaya-gaya tersebut (K
1
,
K
2
) di ujung-ujung gaya yang
berlainan sehingga membentuk
suatu jajaran genjang 0ACB
A
R
1
=K
1
+K
2

K
1

K
3

K
2

D
E
C
R
2

0
B
R
2

R
2

R
1

Gambar 1.4. Penjumlahan 3
gaya secara grafis
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-14-





























Urut-urutan penjumlahan
K
1
, K
2
dan K
3
adalah gaya-
gaya yang akan dijumlah-
kan.
Kerjakan dulu penjumlahan
antara K
1
dan K
2
dengan
cara :
Tarik gaya K
1
dan K
2

sehingga titik tangkapnya
bertemu pada satu titik di
O.
Buat garis sejajar K
1
dan K
2

pada ujung-ujung gaya
yang berlainan sehingga
membentuk jajaran gen-
jang OACB

Salah satu diagonal yang
terpanjang yaitu R
1
adalah
merupakan jumlah dari K
1

dan K
2
.
Tarik gaya R
1
dan K
3

sehingga titik tangkapnya
bertemu pada titik di 0
1

0
1

B
C
A
K
1

K
2

R
1
= K
1
+ K
2

K
1

(posisi awal)
(K
3
)
D
F
E
K
3

R
1

R
2
= R
1
+ K
3

= K
1
+ K
2
+ K
3

Posisi awal
(Posisi awal)
K
2

0
Gambar 1.5. Penjumlahan 3 gaya yang tidak
mempunyai titik tunggal, secara
grafis
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-15-
Buat garis sejajar R
1
dan K
3
melalui ujung gaya yang berlainan sehingga
membentuk jajaran genjang 0
1
, D F E, salah satu diagonal yang terpanjang
adalah R
2
yang merupakan jumlah antara R
1
dan K
3
berarti jumlah antara K
1

dan K
2
dan K
3
.
K
3

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-16-










Polygon Batang Jari-jari Polygon
Gambar 1.6. Polygon batang dan jari-jari polygon
Gaya K
1
, K
2
, K
3
dan K
4
adalah gaya-gaya yang mau dijumlahkan
Untuk pertolongan, perlu dibuat jari-jari polygon (lihat gambar)
dengan cara sebagai berikut :
- buat rangkaian gaya K
1
, K
2
, K
3
dan K
4
secara berurutan dimana tiap-tiap
gaya sejajar dengan gaya aslinya (pada gambar jari-jari polygon).
- pangkal gaya K
1
dan ujung gaya K
4
merupakan jumlah (resultante) gaya
K
1
, K
2
, K
3
dan K
4
yaitu R, yang diwakili oleh garis sepanjang a-e tapi
letak titik tangkapnya belum betul.
- Ambil titik 0 sembarang di daerah sekitar R
- Tarik garis dari 0 ke ujung-ujung gaya sehingga ketemu titik a, b, c, d,
dan e, garis - garis tersebut diberi tanda titik satu buah ( ) sampai
lima buah ( ) pada garis tersebut. Garis-garis tersebut dinamakan
jari-jari polygon.
- Dari gaya-gaya asal yang akan dijumlahkan ditarik garis sejajar O a
- Dari titik A dibuat garis sejajar Ob ( ) memotong gaya K
2
di titik B


Dari titik B dibuat garis sejajar Oc memotong K
3
di ( )
( ) memotong gaya K
1
di titik A.
K
1

a
O
e
c
d
b
1

K
2

K
3

K
4

R
R
O
A
B
C
D
K
1

K
2

K
3

K
4

titik tangkap
K
1

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-17-
titik C.
Dari titik C dibuat garis sejajar Od memotong K
4
di D.
Dari titik D dibuat garis sejajar Oe , perpanjangan garis
dan garis pada polygon batang akan ketemu di titik O
yang merupakan titik tangkap jumlah (resultante) gaya-gaya K
1
, K
2
, K
3

dan K
4
.
Dari titik O dibuat garis sejajar R yaitu garis R.
Jadi R adalah merupakan jumlah (resultante) dari gaya-gaya K
1
, K
2
, K
3

dan K
4
dengan titik tangkap yang betul, dengan garis kerja melewati 0

1.1.4.2. Penjumlahan secara analitis
Dalam penjumlahan secara analitis kita perlu menentukan titik pusat
(salib sumbu) koordinat, yang mana biasanya sering dipakai adalah
sumbu oxy. Didalam salib sumbu tersebut gaya-gaya yang akan
dijumlahkan, diproyeksikan.
Contoh :
- Pernjumlahan 2 gaya yang mempunyai titik tangkap tunggal









Gambar 1.7. Penjumlahan gaya secara analitis
K
1
x = K
1
cos o ; K
2
x = K
2
cos |
K
1
y = K
1
sin o ; K
2
y = K
2
sin |
( )
( )
( )
( )
K
1
dan K
2
adalah gaya-
gaya yang akan dijumlah-
kan dimana mempunyai
titik tangkap tunggal di O ;
o adalah sudut antara K
1
dengan sumbu ox
| adalah sudut antara K
2

dengan sumbu ox

K
1
dan K
2
diuraikan searah
dengan sumbu x dan y
K
1
x
K
2
x
y
K
2

K
1

K
2
y
K
1
y
x
O
o
|
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-18-
Semua komponen yang searah ox dijumlahkan demikian juga yang
searah dengan oy.
Rx = K
1
x + K
2
x Rx = Kx
Ry = K
1
y + K
2
y Ry = Ky
Jumlah gaya total yang merupakan penjumlahan secara analitis dari
komponen-komponen tersebut adalah :
R = Ry Rx +

O Penjumlahan 2 gaya dengan letak titik tangkap berbeda














Semua Komponen yang searah ox dijumlahkan demikian juga yang searah
oy.
Rx = K
1
x + K
2
x Rx = Kx
Ry = K
1
y + K
2
y Ry = Ky

Jumlah gaya-gaya total yang merupakan penjumlahan secara analitis dari
komponen-komponen tersebut adalah :
K
1
dan K
2
adalah gaya-gaya
yang akan dijumlahkan
dengan letak titik tangkap
berbeda.
K
1
membentuk sudut o
dengan sumbu ox.
K
2
membentuk sudut |
dengan sumbu ox.

K
1
dan K
2
diuraikan searah
sumbu x dan y.

K
1
x = K
1
cos o ; K
2
x = K
2

cos |
K
1
y = K
1
sin o ; K
2
y = K
2

sin |

y
K
1
dan K
2
adalah gaya-gaya
yang akan dijumlah-kan
dengan letak titik tangkap
berbeda.
K
1
membentuk sudut o
dengan sumbu ox
K
2
membentuk sudut

| dengan sumbu ox.
K
1
dan K
2
diuraikan searah
dengan sumbu x dan y

K
1
x = K
1
cos o ; K
2
x = K
2

cos |
K
1
y = K
1
cos o ; K
2
y = K
2

sin |

Gambar 1.8. Penjumlahan gaya dengan titik
tangkap berbeda, secara analitis
K
1
x K
2
x
x
O
K
2
y
K
1
y
K
1

K
2

|
o
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-19-
R = Ry Rx +
1.1.5. Latihan
1.




2.






Cari besarnya jumlah gaya-gaya tersebut (R) baik secara analitis maupun garfis.

3.



Cari besar dan arah jumlah gaya-gaya tersebut (R) dengan cara polygon batang.

1.1.6. Rangkuman
Gaya adalah suatu besaran vektor yang mempunyai besar dan arah serta
diketahui letak titik tangkapnya.
Gaya bisa dipindah-pindah sepanjang garis kerja gaya
Penjumlahan gaya-gaya bisa dilakukan secara grafis ataupun analitis.
Penjumlahan gaya lebih dari 4 buah bisa memakai cara grafis dengan
bantuan polygon batang.
K
1

45
K
2

Dua gaya yang mempunyai titik tangkap
yang sama seperti seperti pada gambar.
K
1
= 5 ton dan K
2
= 7 ton, sudut yang
dibentuk antara 2 gaya tersebut adalah
45.
Cari besarnya jumlah gaya-gaya tersebut
(R) baik secara analitis maupun grafis

K
1

K
2


Dua gaya K
1
dan K
2
tidak mempunyai titik
tangkap yang sama
K
1
= 10 ton dan K
2
= 4 ton
Garis kerja ke dua gaya tersebut bertemu dan
membentuk sudut 60
5 ton 7 ton 9 ton 4 ton
K
1
K
2
K
3
K
4


Empat gaya K
1
, K
2
, K
3
dan
K
4
, dengan besar dan arah
seperti pada gambar
0
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-20-

1.1.7. Penutup
Untuk mengukur prestasi, mahasiswa bisa melihat hasil atau kunci-kunci
yang ada, secara bertahap.
Soal 1 dan 2 ada jawaban secara analitis dan grafis, sedang soal no. 3
hanya berupa grafis, skor penilaian ada di tabel bawah untuk mengontrol
berapa skor yang didapat.

No. soal Sub Jawaban Jawaban Skor Nilai
1 Analitis R = 11,1 ton
sdt = 22,5 dari
sumbu x

50
Grafis R = 11,1 ton
sdt = 22,5 dari
sumbu x

50
2 Analitis R = 12,5 ton
sdt = 30 dari
sumbu x

50
Grafis R = 12,5 ton
sdt = 30 dari
sumbu x

50
3 Grafis
Jari-jari polygon
Polygon batang

R = 24 ton


50
50

1.1.8. Daftar Pustaka
1. Samuel E. French, Determinate Structures ITP (International
Thomson Publishing Company) 1996. Bab I.
2. Suwarno. Mekanika Teknik Statis Tertentu UGM bab I.
3. Soemono. Statika I ITB. Bab I

1.1.9. Senarai
Gaya = mempunyai besar dan arah
Resultante = jumlah

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-21-



MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-22-

1.2. JUDUL : PENGGAMBARAN STRUKTUR DALAM MEKANIKA TEKNIK


Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah membaca bagian ini, maka siswa bisa memahami secara jelas apa itu
bentuk-bentuk struktur di bidang teknik sipil, sehingga dalam menerima
pelajaran akan lebih mudah menerima.
Tujuan Pembelajaran Khusus
Mahasiswa dapat menunjukkan konsep dasar tentang struktur dalam suatu
bidang Teknik Sipil, mengerti tentang beban, kolom, balok, reaksi dan gaya
dalam, serta bisa menggambar skema struktur dalam mekanika teknik.
1.2.1. Pendahuluan
Dalam disiplin ilmu teknik sipil dimana mahasiswa akan diajak bicara
tentang bangunan gedung, jembatan dan lainsebagainya, maka mahasiswa perlu
tahu bagaimana cara penggambarannya dalam mata kuliah mekanika teknik, apa
itu beban, balok, kolom, reaksi, gaya dalam dan bagaimana cara
penggambarannya dalam mata kuliah mekanika teknik.
Contoh :
a. bentuk gedung bertingkat dalam penggambaran di mekanika teknik











kolom
balok
Kolom = tiang-tiang vertical
Balok = batang-batang
horisontal
perletakan
Gambar 1.9. Gambar portal gedung bertingkat dalam mekanika
teknik
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-23-

b. bentuk jembatan sederhana dalam penggambarannya di mekanika teknik.



Gambar 1.10. Gambar jembatan dalam mekanika teknik
1.2.2. Beban
Didalam suatu struktur pasti ada beban, beban yang bisa bergerak umumnya
disebut beban hidup misal : manusia, kendaraan, dan lain
sebagainya. Beban yang tidak dapat bergerak disebut beban mati,
misal : meja, peralatan dan lainsebagainya. Ada beberapa macam
beban yaitu beban terpusat dan beban terbagi rata.
a. Beban terpusat
Beban terpusat adalah beban yang terkonsentrasi di suatu tempat.
a.1.






a.2.




perletaka
n
balok
manusia yang berdiri diatas jembatan
beban terpusat
P
Penggambaran dalam mekanika teknik
P
1
P
2

P
3

Kendaraan berhenti diatas jembatan
Penggambaran dalam mekanika teknik
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-24-
Notasi beban terpusat = P
Satuan beban terpusat = ton, kg, Newton, dan lainsebagainya,
Gambar 1.11. Gambar beban terpusat dalam mekanika teknik
b. Beban terbagi rata
Beban terbagi rata adalah beban yang tersebar secara merata baik kearah
memanjang maupun ke arah luas.








Notasi beban terbagi rata = q
Satuan beban terbagi rata = ton/m, kg/cm
Newton/m dan lainsebagainya.
Gambar 1.12. Penggambaran beban terbagi rata dalam mekanika teknik




anak-anak berbaris diatas
jembatan
q t/m
Penggambaran dalam mekanika teknik
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-25-





1.2.3. Perletakan
- Tujuan Pembelajaran Umum :
Setelah membaca modul bagian ini, maka siswa bisa memahami pengertian
tentang perletakan dan bagaimana pemakaian perletakan ini pada suatu
struktur.
- Tujuan Pembelajaran Khusus :
Mahasiswa dapat menunjukkan konsep dasar dan pengertian tentang
struktur, konsep pengertian tentang perletakan, serta konsep kedudukan
perletakan dalam suatu struktur.
1.2.3.1. Pendahuluan
Dalam bidang teknik sipil kita selalu membicarakan masalah bangunan
seperti bangunan gedung, jembatan, dan lainsebagainya. Bangunan-bangunan
tersebut harus terletak diatas permukaan bumi, hubungan antara bangunan
tersebut dengan lapisan permukaan bumi dikaitkan dengan suatu pondasi.
Bangunan yang terletak diatas permukaan bumi disebut bangunan atas,
sedang yang masuk pada lapisan permukaan bumi disebut dengan bangunan
bawah. Hubungan antara bangunan atas dan bawah melalui suatu tumpuan
yang disebut dengan Perletakan.
Contoh :
a. Hubungan antara bangunan atas jembatan dan bangunan bawah pondasi.









Penggambaran pada mekanika
teknik
perletakan
Struktur jembatan
(bangunan atas)
Pondasi
(bangunan
bawah)
struktur
jembatan
perletakan
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-26-



Gambar 1.13. Gambar perletakan jembatan dalam mekanika teknik
b. Hubungan antara bangunan gedung dan pondasi
















1.2.3.2. Macam-Macam Perletakan
Dalam mekanika teknik perletakan berfungsi untuk menjaga struktur
supaya kondisinya stabil.
Ada 4 macam perletakan dalam mekanika teknik yaitu : rol, sendi, jepit dan
perodel.
a.











Perletakan rol bila dilihat dari gambar struktur, maka rol tersebut bias bergeser
ke arah horizontal. jadi tidak bisa mempunyai reaksi horizontal, bisa berputar jika
diberi beban momen jadi tidak mempunyai reaksi momen.



Pondasi (bangunan bawah)
Perletakan (tumpuan)
Bangunan gedung (bangunan
atas)
perletakan
(tumpuan)
Penggambaran pada mekanika teknik
Rol
Strukt
ur
silinder baja
Rv
Gambar 1.15. Skema perletakan rol
Pada perletakan
jembatan
Bentuk perletakan rol, pada
suatu struktur jembatan yang
bertugas untuk menyangga
sebagian dari jembatan. (Gambar
1.15)

Karena struktur harus stabil
maka perletakan rol tersebut
tidak boleh turun jika kena beban
dari atas, oleh karena itu rol
tersebut harus mempunyai reaksi
vertical (Rv).
Rv
Penggambaran perletakan rol dalam bidang mekanika
teknik, ada reaksi vertikal.

Gambar 1.14. Gambar perletakan gedung
dalam mekanika teknik
muka tanah
Rol
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-27-










b. Sendi































c. Jepit

Balok jembatan
Rv
Gambar 1.16. Aplikasinya perletakan rol dalam
mekanika teknik
Bentuk perletakan sendi pada suatu
struktur jembatan, yang bertugas
untuk menyangga sebagian dari
jembatan (Gambar 1.17).
Karena struktur harus stabil, maka
perletakan sendi tidak boleh turun
jika kena beban dari atas, oleh
karena itu sendi tersebut harus
mempunyai reaksi vertikal (Rv).
Selain itu perletakan sendi tidak
boleh bergeser horizontal. Oleh
karena itu perletakan sendi harus
mempunyai reaksi horizontal (R
H
),
sendi tersebut bisa berputar jika
diberi beban momen. Jadi sendi tidak
punya reaksi momen.

Strukt
ur
silinder baja
Rv
Gambar 1.17. Skema perletakan Sendi
Pada perletakan
jembatan
R
H

Rv
R
H

Penggambaran perletakan sendi dalam
mekanika teknik, ada reaksi vertikal dan
horisontal
R
H

Rv
balok
jembatan
Gambar 1.18. Aplikasinya perletakan sendi
di dalam mekanika teknik
balok
Bentuk perletakan jepit dari suatu
struktur, bertugas untuk menahan
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-28-
































d. Pendel











R
H

R
M

R
V

Penggambaran perletakan jepit dalam
mekanika teknik, ada reaksi vertikal,
horizontal, dan momen
R
H

R
M

R
V

Gambar 1.20. Aplikasi perletakan
jepit di dalam mekanika
teknik
Gambar 1.21. Skema perletakan
pendel pada suatu
struktur baja R R
Penggambaran perletakan pendel
dalam mekanika teknik, ada reaksi
searah pendel.
balok baja
pendel
R
Bentuk perletakan jepit dari suatu
struktur, bertugas untuk menyangga
sebagian dari struktur baja (Gambar
1.21.)
Pendel tersebut hanya bisa menyangga
sebagian jembatan, hanya searah
dengan sumbu pendel tersebut, jadi
hanya mempunyai satu reaksi yang
searah dengan sumbu pendel.
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-29-






pende
l
balok baja
Gambar 1.22. Aplikasi perletakan
pendel di dalam
mekanika teknik
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-30-
1.3. JUDUL : KESEIMBANGAN BENDA
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah membaca bagian ini mahasiswa akan bisa mengerti apa yang
disebut keseimbangan pada suatu benda.
Tujuan Pembelajaran Khusus
Mahasiswa dapat memahami pengertian keseimbangan dalam suatu
struktur dan syarat-syarat apa yang diperlukan, serta manfaatnya dalam
struktur tersebut.

1.3.1. Pendahuluan
Dalam bidang teknik sipil mahasiswa selalu diajak berbicara tentang
bangunan gedung, jembatan dan lain sebagainya. Bangunanbangunan
tersebut supaya tetap berdiri, maka struktur-strukturnya harus dalam
keadaan seimbang, hal itu merupakan syarat utama. Apa saja syarat-
syaratnya supaya suatu bangunan tetap seimbang, dan bagaimana cara
menyelesaikannya, mahasiswa perlu mengetahuinya.
Contoh : benda dalam keadaan seimbang (tidak bisa bergerak)


Gambar 1.23. suatu kotak yang dilem diatas meja



1.3.2. Pengertian tentang keseimbangan
Sebuah kotak yang dilem diatas meja, maka kotak tersebut dalam keadaan
seimbang, yang berarti kotak tersebut tidak bisa turun, tidak bisa bergeser
horisontal dan tidak bisa berguling.
a. Keseimbangan vertikal

kotak
lem
meja
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-31-
kalau kotak tersebut dibebani
secara vertikal (Pv), maka
kotak tersebut tidak bisa turun,
yang berarti meja tersebut
mampu memberi perlawanan
vertikal (Rv), perlawanan
vertikal tersebut (Rv) disebut
reaksi vertikal.

Gambar 1.24. Keseimbangan
vertikal

Bandingkan hal tersebut diatas
dengan kotak yang berada di
atas lumpur

Kalau kotak tersebut dibebani
secara vertikal (Pv), maka
kotak tersebut langsung
tenggelam, yang berarti
lumpur tersebut tidak mampu
memberi perlawanan secara
vertikal (Rv).
(Gambar 1.25)

Gambar 1.25. Kotak tenggelam dalam lumpur

b. Keseimbangan horisontal
Kalau kotak tersebut dibebani
secara horisontal (P
H
), maka
kotak tersebut tidak bisa
bergeser secara horisontal, yang
berarti lem yang merekat antara
kotak dan meja tersebut
Kotak
Lem
Kotak
Lem
R
H

P
H

meja
Meja
Pv
Rv
Kotak
Pv
Kotak tenggelam
Lumpur
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-32-
mampu
Gambar 1.26. Keseimbangan horizontal
memberi perlawanan horisontal (R
H
), sehingga bisa menahan kotak untuk tidak
bergeser. Perlawanan horisontal tersebut (R
H
) disebut reaksi horisontal.
Bandingkan hal tersebut diatas dengan kotak yang berada di atas meja tanpa di
lem

Kalau kotak tersebut
dibebani secara
horisontal (P
H
), maka
kotak tersebut
langsung bergeser,
karena tidak ada yang
menghambat, yang
berarti meja tersebut
tidak mampu memberi
perlawanan horisontal
(R
H
)
(Gambar 1.27)
Gambar 1.27. Kotak yang bergeser
Karena beban horizontal


c. Keseimbangan Momen

Kalau kotak tersebut dibebani momen (P
M
), maka kotak tersebut tidak bisa
berputar (tidak bisa terangkat), yang berarti lem perekat antara kotak dan meja
tersebut mampu memberikan perlawanan momen (R
M
), perlawanan momen
tersebut (R
M
) disebut dengan reaksi momen.
P
H


kotak yang
bergeser

P
M

Kotak
Lem
Meja
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-33-
Bandingkan hal tersebut diatas dengan kotak yang berada di atas meja tanpa di
lem.

Kalau kotak tersebut
dibebani momen (P
M
),
maka kotak tersebut bisa
terangkat, karena tidak
ada lem yang mengikat
antara kotak dan meja
tersebut, yang berarti
meja tersebut tidak
mampu memberikan
perlawanan momen (R
M
).
Gambar 1.29. Kotak yang terangkat karena beban momen

d Keseimbangan Statis


+ Kalau kotak tersebut
di lem diatas meja,
yang berarti harus
stabil, benda tersebut
harus tidak bisa turun,
tidak bisa bergeser
horisontal, dan tidak
bisa terangkat.



Gambar 1.30. Keseimbangan statis

Kotak yang terangkat
P
M

Meja
R
M

R
V

Kotak
Lem
R
H

Meja
P
M

P
V

P
H

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-34-
+ Kalau kotak tersebut dibebani secara vertikal (P
V
), tumpuannya mampu
memberi perlawanan secara vertikal pula, agar kotak tersebut tidak bisa
turun syarat minimum R
V
= P
V
, atau R
V
- P
V
= 0 atau E
V
= 0 (jumah gaya-
gaya vertikal antara beban dan reaksi harus sama dengan nol).




+ Kalau kotak tersebut dibebani secara horisontal (P
H
), maka pada
tumpuannya mampu memberi perlawanan secara horisontal (R
H
). Agar
kotak tersebut tidak bisa bergeser secara horisontal maka syarat minimum
R
H
= P
H
atau R
H
P
H
= 0 atau EH = 0 (jumlah gaya-gaya horisontal
antara beban dan reaksi harus sama dengan nol)
+ Kalau kotak tersebut dibebani secara momen (P
M
), maka pada
tumpuannya mampu memberi perlawanan secara momen (R
M
). Agar
kotak tersebut tidak bisa terpuntir (terangkat), maka syarat minimum R
M

= P
M
atau R
M
- P
M
= 0 atau EM = 0 (jumlah gaya-gaya momen beban
dan reaksi harus sama dengan nol).
+ Dari variasi tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa suatu benda yang
stabil atau dalam keadaan seimbang, maka harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :
- EV = 0 (jumlah gaya-gaya vertikal antara aksi (beban) dan reaksi harus
sama dengan nol)
- EH = 0 (jumlah gaya-gaya horisontal antara aksi (beban) dan reaksi sama
dengan nol)
- EM = 0 (jumlah gaya-gaya momen antara aksi (beban) dan reaksi harus
sama dengan nol).

1.3.4. Latihan
1. Suatu benda diatas meja dengan berat sendiri = 5 kg

Pv = 5
kg
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-35-




2. Suatu kantilever (konsol) dengan beban seperti pada gambar.



Cari reaksi-reaksi yang terjadi supaya konsol tersebut tak roboh.


1.3.5. Rangkuman
o Macam-Macam Beban
- Beban terpusat; notasi; P; satuan; kg atau ton atau Newton
- Beban terbagi rata; notasi; q; satuan kg/m atau ton/m atau Newton /
m

o Macam Perletakan
- Rol punya 1 reaksi Rv
- Sendi punya 2 reaksi Rv dan R
H

- Jepit punya 3 reaksi Rv; R
H
dan R
M

- Pendel punya 1 reaksi sejajar dengan batang pendel

o Syarat Keseimbangan
Ada 3 syarat keseimbangan yaitu :
Ev = 0
E
H
= 0
E
M
= 0

1.3.6. Penutup
Rv = ?
Berapa reaksi vertikal yang terjadi
supaya balok tersebut tidak turun
?.
P
H
= 2 kg
P
V
= 5 kg
P
M
= 5 kgm
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-36-
Untuk mengukur prestasi, mahasiswa bisa melihat hasil atau kunci-kunci
yang ada.
Nomor Soal Reaksi yang ada Besar Reaksi Arah
1 Rv 5 kg |
2 Rv 5 kg |
R
H
2 kg
R
M
5 kg m

1.3.7. Daftar Pustaka
1. Suwarno, Mekanika Teknik Statis Tertentu UGM Bab I.
2. Soemono Statika IITB Bab I

1.3.8. Senarai
- Beban = aksi
- Reaksi = perlawanan aksi



MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-37-

MODUL 2 : ARTI KONSTRUKSI STATIS TERTENTU DAN CARA
PENYELESAIANNYA

2.1. JUDUL : KONSTRUKSI STATIS TERTENTU

Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah membaca bagian ini mahasiswa akan mengerti apa yang disebut dengan konstruksi statis tertentu.

Tujuan Pembelajaran Khusus
Mahasiswa selain dapat mengerti apa yang disebut dengan konstruksi statis
tertentu, mengetahui syarat-syarat apa yang diperlukan dan bagaimana cara
pemanfaatannya.

2.1.1. Pendahuluan
Dalam bangunan teknik sipil, seperti gedung-gedung, jembatan dan lain
sebagainya, ada beberapa macam sistem struktur, mulai dari yang
sederhana sampai dengan yang kompleks; sistim yang paling sederhana
tersebut disebut dengan konstruksi statis tertentu. Mahasiswa diwajibkan
memahami struktur yang paling sederhana sebelum melangkah ke yang
lebih kompleks.

Contoh : contoh struktur sederhana yaitu balok jembatan diatas 2 tumpuan.

Balok jembatan diatas 2
perletakan A dan B
Perletakan A adalah rol
Perletakan B adalah sendi

rol
sendi
A
B
Balok jembatan
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-38-
Gambar 2.1. Gambar konstruksi jembatan dalam Mekanika
Teknik








2.1.2. Definisi Statis Tertentu

Suatu konstruksi disebut statis tertentu jika bisa diselesaikan dengan syarat-
syarat keseimbangan.
Ada beberapa syarat-syarat keseimbangan
Sesuai dengan materi yang sebelumnya ada 3 (tiga) syarat keseimbangan yaitu :
) nol dengan sama momen jumlah ( 0 M
) nol dengan sama horisontal gaya gaya jumlah ( 0 H
) nol dengan sama vertikal gaya gaya jumlah ( 0 V
=
=
=

Kalau dalam syarat keseimbangan ada 3 persamaan,maka pada konstruksi statis
tertentu yang harus bisa diselesaikan dengan syarat-syarat keseimbangan,
jumlah bilangan yang tidak diketahui dalam persamaan tersebut maximum
adalah 3 buah. Jika dalam menyelesaikan suatu konstruksi tahap awal yang
harus dicari adalah reaksi perletakan, maka jumlah reaksi yang tidak diketahui
maksimum adalah 3.

2.1.3. Contoh
Balok diatas dua perletakan dengan
beban P seperti pada gambar.
A = sendi dengan 2 reaksi tidak
diketahui (R
AV
dan R
AH
adalah
reaksi-reaksi vertikal dan horizontal
di A).
B = rol dengan reaksi tidak
diketahui (R
BV
= reaksi vertikal di B)
R
AV

R
BV

B
A
R
AH

P
a).
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-39-

Gambar 2.2. Konstruksi statis tertentu








Jumlah reaksi yang tidak diketahui adalah 3 buah, maka konstruksi
tersebut adalah konstruksi statis tertentu.

b).

Gambar 2.3. Konstruksi statis tertentu
c)
Balok diatas 2 perletakan
A = sendi dengan 2 reaksi yang tidak diketahui R
AV

dan R
AH
(reaksi vertikal dan reaksi horisontal di A).
B = sendi dengan 2 reaksi yang tidak diketahui R
BV

dan R
BH
(reaksi vertical dan reaksi horizontal di B).
Jumlah reaksi yang tidak diketahui adalah 4
buah, sedang persamaan syarat keseimbangan hanya
ada 3, maka konstruksi tersebut statis tak tertentu.

P
R
M

R
AH

R
AV

A
Suatu konstruksi kolom yang berkonsol dengan
perletakan di A adalah jepit.
A = jepit dengan 3 reaksi yang tidak diketahui.
R
AV
= reaksi vertical di A
R
AH
= reaksi horizontal di A
R
M
= momen di A.
Jumlah reaksi yang tidak diketahui ada 3 buah, maka
konstruksi tersebut adalah statis tertentu.

A B
P
Gambar 2.4. Konstruksi statis
tidak tertentu
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-40-



2.1.4. Latihan
a).
suatu balok ABC berkantilever terletak diatas
dua perletakan dengan beban P seperti pada
gambar. Perletakan A adalah sendi dan di B
adalah rol.
Tunjukkan apakah konstruksi tersebut statis
tertentu atau bukan.
b).
suatu balok ABC terletak diatas dua
perletakan dengan beban P seperti pada
gambar. Perletakan A dan C adalah
sendi.
Tunjukkan apakah konstruksi tersebut
statis tertentu atau bukan.



2.1.5. Rangkuman
Konstruksi disebut statis
tertentu, jika bisa diselesaikan dengan persamaan syarat-syarat
keseimbangan.
Persamaan syarat-syarat keseimbangan adalah 3 buah
EV = 0 EH = 0 dan EM = 0
2.1.6. Penutup
Untuk mengukur prestasi,mahasiswa bisa melihat kunci dari soal-soal yang
ada sebagai berikut :

Jawaban Soal

titik Macam Perletakan Jumlah
reaksi
A Sendi 2 buah
B sendi 1 buah
Total reaksi 3 buah
A
B
P
C
B
A
C
P
A
B
P
C
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-41-
Bisa diselesaikan dengan persamaan syarat keseimbangan. Jadi konstruksi
diatas adalah statis tertentu.
b)

Itik Macam Perletakan Jumlah reaksi
A Sendi 2 buah
B sendi 2 buah
Total reaksi 4 buah
Persamaan tidak bisa diselesaikan dengan syarat-syarat keseimbangan. Jadi
konstruksi statis tidak tertentu.
2.1.7. Daftar Pustaka
1. Suwarno Mekanika Teknik Statis Tertentu UGM bab I
2. Suwarno Statika I ITB bab I
2.1.8. Senarai
Konstruksi statis tertentu = konstruksi yang bisa diselesaikan dengan
syarat-syarat keseimbangan
2.2. JUDUL : GAYA DALAM
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah membaca bagian ini mahasiswa bisa mengetahui apa yang disebut
dengan gaya dalam dan bisa mengetahui bagaimana cara
mencarinya.

Tujuan Pembelajaran Khusus
Mahasiswa dapat menggunakan teori yang telah diberikan untuk menghitung
gaya dalam suatu struktur serta bisa menggambarkan gaya-gaya
dalam tersebut secara rinci pada struktur statis tertentu.

2.2.1. Pendahuluan
Bangunan teknik sipil pada umumnya terbuat dari struktur beton, kayu, baja dan lain-lain. Dalam pembuatan
struktur-struktur tersebut perlu diketahui ukruan atau yang lazim disebut dengan demensi dari tiap-tiap elemen
B
A
C
P
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-42-
strukturnya (balok, kolom, pelat, dansebagainya). Untuk menentukan demensi-demensi dari elemen struktur tersebut,
memerlukan gaya dalam.
Contoh :
a).
o Dua buah struktur seperti pada gambar (a)
dan (b) dengan beban (P) dan bentang (l)
berbeda.

o Gaya dalam yang diterima pada struktur (a)
berbeda pula dengan gaya dalam yang
diterima oleh struktur (b), maka demensi
dari struktur (a) akan berbeda pula dengan
struktur (b).


2.2.2. Pengertian tentang Gaya Dalam
Ada 2 (dua) orang yang mempunyai bentuk tubuh yang
berbeda, satu kecil, pendek (A), yang satu lagi besar,
tinggi (B). Jika kedua-duanya membawa barang beban P
= 5 kg, maka kedua tangan orang A dan B tersebut
tertegang.
Untuk A orangnya pendek,kecil dalam membawa beban P
tersebut urat-urat yang ada pada tangannya tertegang
dan menonjol keluar sehingga kita bisa melihat alur urat-
uratnya. Namun hal ini tidak terjadi pada B karena
orangnya besar, tinggi. Yang menjadikan urat-urat tangan
orang (A) tersebut menonjol sehingga tampak dari luar
adalah karena adanya gaya dalam pada tangan tersebut
akibat beban P = 5 kg. Kalau beban P tersebut dinaikkan
secara bertahap, sampai suatu saat tangan A tidak mampu
membawa beban tersebut, demikian juga untuk orang B.
Beban maksimum yang dipikul oleh orang A akan lebih kecil dari pada beban maksimum yang bisa dipikul oleh
orang B karena diameter lengan orang A lebih kecil dari diameter lengan orang B.

2.2.3. Macam-macam Gaya dalam








Suatu balok terletak pada 2
perletakan dengan beban
seperti pada gambar, maka
balok tersebut akan menderita
beberapa gaya dalam yaitu :
- Balok menderita beban
lentur yang menyebabkan
balok tersebut berubah
bentuk melentur. Gaya
dalam yang menyebabkan
pelenturan balok tersebut
disebut momen yang
bernotasi M.
P
1

A
B
L
1

A
B
L
2

P
2

Gambar 2.5. Contoh (a)
P = 5 kg P = 5 kg
A B
Gambar 2.7. Orang membawa
beban
P
P
Gambar 2.6. Contoh (b)
Gambar 2.8. Balok diatas 2 perletakan dan
menerima beban P (sehingga melendut)
A
B
P P
P
1

R
B

R
A

l
beban reaksi
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-43-






MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-44-

o Balok tersebut menderita gaya tekan karena adanya beban P dari kiri dan
kanan. Balok yang menerima gaya yang searah dengan sumbu batang,
maka akan menerima beban gaya dalam yang disebut Normal yang diberi
notasi N.
o Balok tersebut menderita gaya lintang, akibat adanya reaksi perletakan
atau gaya-gaya yang tegak lurus ( ) sumbu batang, balok tersebut
menerima gaya dalam yang disebut gaya lintang dan diberi notasi D.

2.2.4. Gaya Dalam Momen
a). Pengertian Momen (M)

Gambar 2.9. Balok yang menerima
beban terpusat dan terbagi rata

Definisi
Momen adalah perkalian antara gaya x jarak.
Balok yang terletak antara tumpuan A dan B menderita (menerima) momen.
Momen untuk daerah balok antara perletakan A ke perletakan B
dengan variable x bisa ditulis sebagai berikut :

I II
(1) Mx = R
A
. x q.x. x (dihitung dari kiri ke potongan c-c) .(pers.
1)

Suatu balok yang terletak diatas 2
tumpuan dengan beban seperti pada
gambar, ada beban terbagi rata q (kg/m)
dan beban terpusat P (kg).
Balok tersebut akan menerima beban
lentur sehingga balok akan melendut,
yang berarti balok tersebut menerima
beban lentur atau momen. (atau
menerima gaya dalam momen)
gaya
jarak
gaya
jarak
c
q
kg/m
P (kg)
c
R
B
R
A

x
l
(m)
A B
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-45-



Misal kita ambil potongan c-c yang terletak sejarak x dari A

I



II











Kalau dihitung dari sebelah kanan ke (c-c)
I II
Mx = R
B
(l-x) q (l x) . (l -x) (dihitung dari kanan) .
(pers. 2)
Kalau diambil di potongan c-c


I

R
A
(reaksi di A) merupakan
gaya
x = adalah jarak dari R
A
ke potongan c-c
sejauh x
qx = merupakan gaya dari beban terbagi rata
sejauh x yang diberi notasi (Q
1
= qx)
x = adalah jarak dari titik berat beban
terbagi rata sepanjang x ke potongan
c-c
x
c
c
titik berat qx
q (kg/m)
Q
1
= qx
x
R
B
(reaksi di B) merupakan
gaya
(l-x) = jarak dari R
B
ke potongan c-c
Q (l-x) = merupakan gaya dari beban terbagi rata
sejauh (l-x) q (l-x) = Q
2

(l-x) = adalah jarak dari titik berat beban terbagi
rata sepanjang (l -x) ke potongan c-c
Gambar 2.10. Gambar potongan struktur bagian
kiri
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-46-


II



Kalau menghitung besarnya momen di c-
c boleh dari kiri potongan seperti pada
persamaan (1) ataupun menghitung dari
kanan potongan seperti pada persamaan
(2) dan hasilnya pasti sama.

- Tanda Gaya
Dalam
Momen

















2.2.5. Gaya Lintang (D)
tertekan
tertarik
Tanda momen (+) *
Untuk memberi perbedaan antara momen-
momen yang mempunyai arah berbeda, maka
perlu memberi tanda terhadap momen
tersebut.
Jika momen tersebut mampu melentur suatu
balok sehingga serat atas tertekan dan serat
bawah tertarik maka momen tersebut diberi
tanda (+) = positif. Demikian juga sebaliknya.
P
(kg)
R
B

R
A

q (kg/m)
c
c
Kalau dilihat, balok yang terletak
diatas 2 (dua) perletakan A dan
B, menerima gaya-gaya yang
arahnya (tegak lurus)
terhadap sumbu balok. Gaya-
gaya tersebut adalah R
A
; q dan
R
B
gaya-gaya tersebut yang
memberi gaya lintang terhadap
balok A-B tersebut.
Gambar 2.11. Gambar potongan struktur bagian
kanan
Gambar 2.13. Gambar balok menerima
beban

q (kg/m)
titik berat dari q (l-x)
(l-x)
Q
2
= q (l-
x)
l -x
c
c
Gambar 2.12. Tanda momen
tertekan
tertarik
Tanda momen (+) *
Tanda momen (-) *
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-47-

Definisi : Gaya lintang adalah gaya-gaya yang dengan sumbu
batang.

Kalau kita ambil salah satu potongan antara perletakan A-B yaitu c-c,
maka coba gaya-gaya apa saja yang arahnya (tegak lurus) terhadap
sumbu AB.

- kalau dilihat dari C ke kiri potongan, maka

(1) D
c
= R
A
q x = R
A
Q
1
(gaya lintang di c yang dihitung dari kiri
potongan)








- Kalau dihitung dari titik c ke kanan potongan, maka

(2) D
1
= R
B
q (l-x) P
= R
B
Q
2
P (gaya lintang di c yang dihitung dari
kanan
potongan)








x
c
c
Q
1
=q x
q (kg/m)
R
A

Gambar 2.14. Potongan balok bagian kiri
c
c
q (kg/m)
R
B

Q
2
= q (l-
x)
(l x)
P
Gambar 2.15. Potongan balok bagian kanan
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-48-








- Tanda Gaya Lintang
















Gambar 2.16. Skema gaya lintang dengan tanda positif (+)


Coba dilihat pada Gambar 1 dari kalau kita mau menghitung besarnya
gaya lintang di c (Dc).












R
A

R
B

B
A
C
P
C
C
R
B

Untuk membedakan gaya lintang, maka
perlu memberi tanda (+) dan (-).
Definisi :
* Gaya lintang diberi tanda positif jika
dilihat di kiri potongan titik yang
ditinjau, jumlah gaya arahnya ke
atas, atau kalau dilihat di kanan
potongan, jumlah gaya arahnya ke
bawah.
C
R
A

Dilihat dari kiri potongan C, gaya yang ada hanya R
A
, jadi
jumlah gaya-gayanya yang sumbu hanya R
A
dengan arah
| (keatas) jadi tanda gaya lintang adalah positip.
C
P
R
B

Jika dilihat dari kanan potongan c, gaya yang
ada terhadap sumbu adalah R
B
( | ) keatas
dan P ( + ) kebawah. Karena R
B
adalah
merupakan reaksi, maka P > R
B
sehingga
jumlah antara P dan R
B
arah ( + ) kebawah,
jadi tanda gaya lintang adalah positif.
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-49-





*



Coba dilihat pada Gambar 2.17 bagaimana kalau kita mau menghitung besarnya
gaya
lintang di D (D
D
).









Definisi :
* Gaya lintang diberi tanda negatif,
jika dilihat di kiri titik potongan
yang ditinjau arahnya kebawah
(+ ) dan bila ditinjau di kanan titik
potongan yang ditinjau arahnya
ke atas.
D
B
P
A
D
D
A
B
Gambar 2
R
A

P
D
Dilihat dari kiri potongan D, gaya-gaya yang
sumbu hanya R
A
dan P, karena R
A
adalah
reaksi. Jadi R
A
< P, maka resultante gaya-gaya
antara R
A
dan P arahnya adalah kebawah ( + ),
maka gaya lintangnya tandanya negatif.
Jika dilihat di sebelah kanan potongan gaya-
gaya yang sumbu hanya R
B
dengan arah ke
atas ( | ), Jadi gaya lintangnya tandanya adalah
negatif
R
B

D
Gambar 2.17. Skema gaya lintang
dengan tanda negatif (-)
P
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-50-

Jadi untuk menghitung gaya lintang, baik dihitung dari kiri ataupun kanan hasilnya harus sama.





2.2.6. Pengertian Tentang Gaya Normal (N)












* Tanda Gaya Normal
- Jika gaya yang ada arahnya menekan balok, maka tanda gaya normalnya
adalah negatif (-) {
P

P
}.
Kalau dilihat pada Gambar 3.19
dimana ada gaya-gaya yang //
(sejajar) sumbu batang yaitu P,
maka pada batang AB (Gambar
3.19) menerima gaya normal (N)
sebesar P.
Definisi :
Gaya normal adalah gaya-gaya yang
arahnya sejajar (//) terhadap sumbu
beban balok.
* Jadi kalau kita lihat balok yang
seperti pada Gambar 2.18 yang
mana tidak ada gaya-gaya yang
sejajar sumbu batang, berarti balok
tersebut tidak mempunyai gaya
normal (N).
R
B
R
A

A B
P
Gambar 3
Gambar 2.18. Balok tanpa beban
normal
R
B

R
A

P P
Gambar 4
Gambar 2.19. Balok menerima beban gaya
normal
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-51-
- Jika gaya yang ada arahnya menarik balok, maka tanda gaya normalnya
adalah positif (+) {
P

P
}.






2.2.7. Ringkasan Tanda Gaya Dalam


















M
tarik
tekan
M
tarik
tekan
M M
tanda gaya normal negatif (-)
tanda gaya lintang negatif (-)
tanda gaya lintang positif (+)
tanda momen negatif (-
)
tanda momen positif
(+)
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-52-






Gambar 2.20. Ringkasan tanda gaya dalam





2.2.8. Contoh : Penyelesaian Soal 1

Sebuah balok statis tertentu diatas 2 perletakan dengan beban seperti pada
gambar,
P
1
= 2 t 2 (), P
2
= 6t (+), P
3
= 2t ()
P
4
= 3t ; q
1
= 2 t/m; q
2
= 1 t/m

tanda gaya normal positif (+)
P
2
= 6 ton
q
2
= 1 t/m
P
4
= 3 ton
P
1
H = 2 t
2 m 2 m 10
m
6 m
A
B
D E
C
q
1
= 2t/m
P
1
v = 2 t
P
1
= t 2 2
R
BV

R
AV

P
3
= 2t
R
BH

45

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-53-
Gambar 2.21. Balok diatas 2 perletakan dan pembebanannya

Diminta : Gambar bidang momen, gaya lintang dan bidang normal.
(Bidang M, N, dan D)

Jawab : Mencari reaksi vertical
Dimisalkan arah reaksi vertical di A R
A
(^) keatas dan arah reaksi vertical di B
R
B
(^) juga keatas.
Mencari R
AV
dengan E M
B
= 0 (jumlah momen-momen terhadap titik B = 0)

R
AV
.10 P
1
v.12 q
1.
6.7 P
2
.4 + 2.q
2
.1 = 0

R
AV
=
10
1 . 1 . 2 4 . 6 7 . 6 . 2 12 . 2 + +
= 13 ton (^)
Pemberian tanda pada persamaan berdasarkan atas arah momen, yang searah
diberi tanda sama, sedang yang berlawanan arah diberi tanda berlawanan.
RBV E MA = 0

R
BV
.10 q
2
.q
1
P
2
.6 q
1
.6.3 + P
1
v.2 = 0

R
BV
=
10
2 . 2 3 . 6 . 2 6 . 6 1 . 2 . 1 + +
= 9 ton (^)
Karena tanda R
BV
adalah positif berarti arah reaksi R
BV
sama dengan permisalan
yaitu (^) keatas.
Untuk mengetahui apakah reaksi di A (R
A
) dan reaksi di B (R
B
) adalah benar,
maka perlu memakai kontrol yaitu V = 0

(P
1v
+ q
1
.6 + P
2
+ q
2
.2) (R
Av
+ R
Bv
) = 0
(2 + 2.6 + 6 + 1.2) (13 + 9) = 0

Karena tanda + berarti arah
sama dengan permisalan (+)
Beban vertikal Reaksi vertikal
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-54-


Mencari Raksi Horizontal
Karena perletakan A = rol tidak ada R
AH
.
Perletakan B = sendi ada R
BH
.
Untuk mencari R
BH
dengan memakai syarat keseimbangan ( H = 0)
H = 0
R
BH
= P
1
H + P
3
+ P
4

= 2 + 2 + 3 = 7 ton ()







Menghitung dan Menggambar Gaya Lintang (D)
Dihitung secara bertahap
Daerah C A lihat dari kiri
Gaya lintang dari C ke A bagian kiri adalah konstan
D
A kr
= P1
v =
- 2 ton (gaya lintang (D) di kiri titik A, di kiri potongan arah gaya
lintang kebawah (+)
D
A kn
(gaya lintang (D) di kanan titik A)
D
A kn
= - P
1v +
R
Av
= -2 + 13 = 11 ton (di kiri potongan arah gaya lintang ke
atas).











A D
6 m
q
1
= 2
t/m
R
A
= 13 t
2 t
P
3
= 2
ton
X
C
D
P
2
= 6
ton
Beban P
1
= 2 2 (45) bisa diuraikan
menjadi P
1
V = 2t (+) dan P
1
H = 2t ()
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-55-
Variabel x berjalan dari A ke D (sebelah kiri titik P
2
), sedang beban yang dihitung
dimulai dari titik C.
Dx = -2 + 13 q
1
x = (-P
1V
+ R
A
q1
x
)

Persamaan (Linier)

Untuk x = 0 DAkn = -2 + 13 = + 11 ton

Untuk x = 6 m D
D kr
= -2 + 13 12 = - 1ton



D
D
kn : sedikit di kanan titik D, melampaui beban P
2
.

D
D
kn : -2 + 13 12 6 = - 7 ton (dikiri potongan arah gaya lintang ke bawah)

Dari titik D s/d B tidak ada beban, jadi Bidang D sama senilai D
D
kn (konstan dari
D sampai B).









Lebih mudah kalau dihitung dari kanan dari E menuju B.
Variabel x
2
berjalan dari E ke B.
D
E
= 0
Dx
2
= q
2
. x
2
= + x
2
(persamaan liniear)
didapat
didapat
2.6
(di kiri potongan arah gaya
lintang ke bawah)
P
4
= 3 ton
B
2 m
q
2
= 1
t/m
E
x.
2

R
BV
= 9 ton
Daerah B-E

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-56-
D
B
kn kanan perletakan B (x
2
= 2 m) D
B
kn = + 2 ton (kanan potongan
arah ke
kebawah)
D
B
kr (kiri titik B) D
B
kr = + 2 9 = - 7 ton (kanan potongan arah ke atas)



MENGHITUNG DAN MENGGAMBAR BIDANG NORMAL (N)
dihitung dari kiri sampai D, P
2
tidak termasuk dari C ke D nilai
gaya normal konstan.

N
D
kr = - P
1
H = - 2 ton (gaya normal menekan batang)

dihitung dari kiri (beban yang dihitung mulai dari titik C, batang
dari D ke B nilai gaya normal konstan).

N
D
kn = (-2 2) ton = - 4 ton (gaya normal menekan batang)
N
B
kr = N
D
kn = - 4 ton

dihitung dari kanan, dari E ke B nilai gaya normal konstan.

N
B
kn = + 3 ton (gaya normal menarik batang)
Kalau dihitung dari kiri, dimana gaya normal dihitung dari titik C.
Dari kiri D
B
kn = (-4 + 7) t = + 3 ton (gaya normal menarik batang)

MENGHITUNG DAN MENGGAMBAR BIDANG MOMEN (M)




Melewati
perletakan B
Daerah C-
D
Daerah B-
E
Daerah C A
C
2 m
x
A
P
1V
= 2t
P
1H
= 2t
Daerah D-
B
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-57-

Variabel x berjalan dari C ke A
Mx = - P
1v
. x = - 2 x (linier)

Untuk x = 0 Mc = 0
x = 2 M
A
= - 2.2 = - 4 tm.
(momen P
1v
. x mengakibatkan serat atas tertarik sehingga tanda negatif
(-) ).





Daerah A
D
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-58-
Gaya-gaya yang dihitung mulai dari titik C











Variabel x
1
berjalan dari A ke D
Mx1 = -P
1V
(2 + x
1
) + R
A
.x
1
q
1
x
1

Mx1 = -2 (2 + x
1
) + 13 x
1
q
1
x
1
2
(persamaan parabola)

= - q
1
x
1
2
+ 11 x
1
4

MENCARI MOMEN MAXIMUM

0
1
x d
1
Mx D
=
m . 5 . 5
1
x 0 11
1
x
1
q
1
x d
1
Mx d
= = + =

Letak dimana harga M
max
= Letak dimana harga (D = 0) lihat pada Gambar
2.22.
x
1
= 5.5 m M
max
=

- .2 (5.5) + 11.5.5 4
= 26.25 tm.
C
x.
1

A
P
1V
= 2t
P
1H
= 2t
R
AV
=
13t
2
m
6
m
D
q
1
= 2 t/m
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-59-
Mencari titik dimana M = 0
Mx
1
=

- .q
1
.x
1
2
+ 11 x
1
4 = 0
= x
1
2
11 x
1
+ 4 = 0
x
1
= 0.3756 m (yang dipakai)
x
1
= 10.62 m (tidak mungkin)

Untuk x
1
= 6 M
D
= -36 + 66 4 = + 26 tm










Parabola
Mx
2
= - q
2
x
2
2


Untuk x2 = 0 M
E
= 0
Untuk x2 = 2 M
B
= - . 1.4 = -2 tm
Daerah E-B (dihitung dari kanan, titik E ke titik B) variabel x
2
berjalan dari E
ke B
P
4
= 3 t
q
2
= 1 t/m
E B
2 m
x
2

Dihitung dari kanan
didapat
didapat
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-60-



























q
1
=
2t/m
P
2
= 6
ton
D
A B E
q
2
=
1t/m
P
4
= 3
ton
P
1V
= 2 t
P
1H
= 2 t
C

R
BH
=
7t
R
BV
= 9
ton
P
3
= 2
ton
R
AV
= 13 t
11
6
t
7
t
1
t
-
2
t
+
+
-
2
BIDANG D
2
t
2
t
-
+
3
t BIDANG N
5.5 m
4 tm
2 tm
-
-
-
parabola
linier
-
+
linier
parabola
BIDANG M
0.3756
0.286
Gambar 2.22. Gambar bidang M, N, D balok diatas 2 tumpuan

4t
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-61-
2.2.9. Contoh 2

KONSOL (CANTILEVER)



























q = 1
t/m
B C
D
P
2
=
1t


P
1
=
2t


1 m 2 m 3 m
x
1

x
2

R
D

BIDANG D
+
5
t
8
t
BIDANG M
10.5
tm
24.5
tm
-
32.5
tm
parabola
parabola
linier
Diketahui:

Suatu konstruksi konsol (cantilever) dengan
perletkan di D = jepit dengan beban P
1
= 2t
(+); P
2
= 1t (+) dan beban terbagi rata q = 1
t/m

Ditanya : Gambar bidang M, N, D

Jawab : Mencari reaksi di D dengan syarat
keseimbangan

R
D
= ? Ev = 0 R
D
P
2
P
1
q.
5
= 0

R
D
= 2 + 1 + 5.1 = 8 t (|)

Untuk menggambar gaya dalam kita bisa dari kiri
atau kanan, pilih yang lebih mudah dalam hal
ini pilih yang dari kanan.

Bidang D (dari kanan)

D
A
kr = + 2 ton



x
1
merupakan variabel yang bergerak dari A ke B
D
x1
= 2 + q. x
1

Untuk x = 3 D
B
kn = 2 + 1.3 = 5 ton (dari
kanan potongan arah gaya ke bawah tanda
positif (+) ).

x
2
merupakan variabel yang bergerak dari A ke C



Dx
2
= 2 + 1 + q . x
2

Untuk x
2
= 3 D
B
kr = 2 + 1 + 1.3 = 6 ton
Untuk x
2
= 5 D
C
= 2 + 1 + 5 = 8 ton

Bidang M (dari kanan)



: Mx
1
= - P
1
x
1
q x
1
2

Untuk x
1
= 3 MB = -2.3 .1.3 = - 10.5
tm ( )
Daerah A B
Daerah B C
Daerah A B
MA = 0
1t
Gambar 2.23. Bidang M, N,
D
Balok cantilever
A
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-62-








2.2.10. Latihan

Balok diatas 2 tumpuan.

Soal 1
2m 3m 3m
P1 = 4t
4
5

P2 = 4 2t
HA
VA
RB
A B

Balok AB dengan beban
seperti tergambar
A = sendi B = rol
P1 = 4 ton P2 = 2 4 ton
Ditanyakan;
a) reaksi perletakan
b) bidang N, D dan M

Soal 2
2m 4m 2m
P = 3 2t
4
5

q = 1 t/m'
B A D C
VA RB
HA

Balok ADCB dengan beban
seperti tergambar
A = sendi B = rol
P1 = 2 3 ton q = 1 ton/m
Ditanyakan;
a) reaksi perletakan
b) bidang N, D dan M

Daerah B - C
: Mx
2
= -P
1
x
2
P
2
(x
2
3) q x
2
2

: M
C
= -2.5 1.2 .1.5 = - 24.5 tm ( )
M
D
: - P
1
.6 P
2
.3 5.1 (2.5 + 1) = -12 3 5.3,5 = 32,5 t (
)
t 2 3 P =
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-63-

Soal 3
2m
VA
6m
A
HA
RB
B
q = 1,5 t/m'
D
P2 = 2 2t
4
5

2m
C
P1 = 2t


Balok ADCB dengan beban seperti tergambar :
A = sendi B = rol ; P1 = 2 ton P2 = 2 2 ton ; q = 1,5 ton /m
Ditanyakan; a). reaksi perletakan
b). bidang N, D dan M
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -1-


2.2.11. Rangkuman

Dalam suatu konstruksi ada gaya dalam sebagai berikut :
M (momen) dengan tanda


D (gaya lintang) dengan tanda


N (gaya normal) dengan tanda




2.2.12. Penutup
Untuk mengukur prestasi, mahasiswa bisa melihat kunci dari soal-soal
yang ada sebagai berikut :








Jawaban Soal No. 1

Keterangan Titik Nilai Tanda/arah
Reaksi vertikal A : VA
B : RB
4.5 ton
3.5 ton
|
|
Reaksi horisontal A : HA 4 ton
Gaya normal = N A D
D B
4 ton
0
- tekan
Gaya lintang = D A C
C D
D B
4.5 ton
0.5 ton
3.5 ton
+
+
-
Momen = M A
C
D
B
0
9 tm
10.5 tm
0

+
+

+ -
+ -
- +
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -2-
Jawaban Soal No. 2

Keterangan Titik Nilai Tanda/arah
Reaksi vertikal A : VA
B : RB
3 ton
6 ton
|
|
Reaksi horisontal A : HA 3 ton
Gaya normal = N A D
D B
3 ton
0
- tekan
Gaya lintang = D A D kiri
D kanan
B kiri
B kanan
C
3 ton
0
4 ton
2 ton
0
+

-
+
Momen = M A
D
B
C
2 m kanan
D
0
6 tm
2 tm
0
4 tm

+
-

+








Jawaban Soal No. 3

Keterangan Titik Nilai Tanda/arah
Reaksi vertikal A : VA
B : RB
4.625 ton
4.375 ton
|
|
Reaksi horisontal A : HA 2 ton
Gaya normal = N A D B C 2 ton - tekan
Gaya lintang = D A
D kiri
D kanan B kiri
B kanan C
X = 3.08 m kanan A
4.625 ton
4.375 ton
2.375 ton
2 ton
0
+
-
-
+
Momen = M A
X = 3.08 m
D
B
C
0
7.13 tm
0.75 tm
4.0 tm
0

+
+
-


MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -3-

2.3. Hubungan Antara Momen (M) ; Gaya Lintang D dan q
(Muatan)
Pada gambar terdapat potongan sepanjang dx batang yang diberi beban
terbagi rata (qx), potongan tersebut antara I dan II
sepanjang dx. Dengan beban sepanjang dx tersebut kita
akan mencari hubungan antara beban, gaya lintang dan
momen.












Keseimbangan gaya gaya vertikal EV = 0 di potongan II
Dx qx dx (Dx + d Dx) = 0 (kiri ada Dx (|) dan qx dx (+) dan kanan
ada Dx + d Dx
(+)
dDx = - qx dx
qx
dx
Dx d
= (turunan pertama dari gaya lintang adalah beban)
Keseimbangan momen
E M = 0 di potongan II
Mx + Dx dx qx .dx . dx (Mx + d Mx) = 0


d Mx = Dx . dx

batang
qx = beban terbagi rata
Mx = momen di potongan I (

)
Dx = gaya lintang di potongan I (|)
qx . dx = berat beban terbagi rata
Sepanjang dx
Dx + dDx = gaya lintang di potongan
II (+)
dDx = selisih gaya lintang antara
Potongan I dan II.
Mx + dMx = momen di potongan II (
)
dMx = selisih momen antara I dan II

q. dx - 0
o Kiri ada Mx ; Dx dx dan qx.dx.
dx dan kanan ada Mx + dMx
o qx.dx ~ 0 karena dx = cukup
kecil dan dx bertambah kecil
sehingga bisa diabaikan.
Gambar 2.24. distribusi gaya dalam pada balok
sepanjang dx
dx
qx
Mx
Dx
qx.dx
D x + dDx
M x + dMx
dx
I II
beban
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -4-
Dx
dx
Mx d
=

* turunan pertama dari momen adalah gaya lintang

2.4. Balok Miring
Pada pelaksanaan sehari-hari sering kita menjumpai balok yang
posisinya miring seperti : tangga, dalam hal ini kita harus tahu
bagaimana menyelesaikannya.

2.4.1. Pengertian Dasar
Balok miring adalah suatu balok yang berperan sebagai pemikul
struktur yang posisinya membentuk sudut dengan bidang datar,
misal : tangga, balok atap dan lainsebagainya.
Pada kenyataan sehari-hari balok-balok tersebut bisa berdiri
sendiri atau digabungkan dengan balok vertikal atau horisontal.
Seperti pada gambar.







(a)




(b)


Dasar Penyelesaian
Dalam penyelesaian struktur,
terutama untuk menghitung dan
menggambar gaya dalam adalah
sama dengan balok biasa
(horizontal). Namun disini perlu
lebih berhati-hati dalam
menghitung karena baloknya
adalah miring.
Gambar 2.25. Skema balok miring
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -5-


Dalam hal ini mahasiswa bisa lebih mendalam dalam pengetrapan
pengertian gaya-gaya dalam pada semua kondisi balok.

2.4.2. Contoh soal
Diketahui
Suatu balok miring di atas 2 tumpuan, perletakan A = sendi duduk di
bidang horizontal, perletakan B = rol duduk pada bidang miring //
dengan sumbu batang. Beban P
1
= 4 t vertikal di C dan beban P2 =
4t vertikal di D, dan beban terbagi rata q = 1 t/m dari D ke B dengan
arah vertikal.

Ditanya : Gambar bidang M, N, D






Jawab:
Di B = rol jadi reaksinya
hanya satu sumbu batang
q = 1 t/m
1 m 1 m 2 m
4 m
R
AV


R
AH

A
send
i
o 1m
C
D
1m 1m
B
rol
R
B

P
1
=4
t
P
2
=4
t
3 m
5
3
4
o
di B = rol jadi reaksinya hanya
satu sumbu batang
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -6-

Gambar 2.26.a. Pembebanan pada balok miring

Untuk mencari reaksi kita lebih cepat kalau yang dicari reaksi di B dulu.
Reaksi di B R
B
bidang sentuh
R
B
dicari dengan E M
A
= 0
R
B
.5 q.2.3 P
2
.2 P
1
.1 = 0
R
B
.5 1.2.3 4.2 4.1 = 0 R
B
= ton 6 . 3
5
18
= (arah R
B
sumbu
batang)
Untuk mencari R
AV
dicari dulu R
AH
dengan syarat keseimbangan horizontal.
R
AH
EH = 0
R
AH
R
B
sin2 = 0
R
AH
=
5
3
.3.6 ton = 2.16 ton
Mencari R
AV
dengan E M
B
= 0
R
AV
E M
B
= 0
R
AV
.4 R
AH
.3 P
1
.3 P
2
.2 q.2.1 = 0
R
AV
.4 2.16.3 4.3 4.2 2.1.1 = 0
R
AV
= 7.12 ton

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -7-

MENGHITUNG BIDANG NORMAL (N)

Beban P dan q diuraikan menjadi :
- // sumbu batang
- sumbu batang









Gambar 2.26.b. Distribusi beban pada balok miring

Gaya yang // sebagai batang menjadi gaya normal (N)
)
`

o =
o =
cos q b
sin q a


Gaya yang sebagai batang menjadi gaya lintang (D)

N
D
kn = -2q . sin o = -2 .1. 3/5 = -1.2 ton
(dari kanan)
N
D
kr = - (4 + 2) sin o = -6 .3/5 = - 3.6 ton
N
C
kr = - (4 + 4 + 2) sin o = -10. 3/5 = - 6 ton


MENGHITUNG GAYA LINTANG (D) (dari kanan)

D
B
kr = - R
B
= - 3.6 ton
Dari B ke D Dx = - 3.6 + q.x . cos o
D
D
kn = - 3.6 + q.2 . cos o = - 3.6 + 2. 4/5 = - 2 ton
D
D
kr = -3.6 + (2 + 4) 4/5 = 1.2 ton
Dc kr = - 3.6 + (2 + 4 + 4) cos. o = 4.4 ton



q
4/5
o
a
b
o
q
1
m
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -8-












MENGHITUNG BIDANG MOMEN (M)
Dihitung dari kanan
B ke D
Mx = R
B
. x . q .
2
1
cos
x

o


Untuk x = 0 M
B
= 0
Untuk x = 2 M
D
= 3.6 . tm 7 4 . 1 .
2
1
5 / 4
2
+ =

Mc = RB .
o cos
3
- q.2.2 P.1
= 3,6 . 3,75 2.2 4.1 = + 5.5 tm






Gambar bidang M, N, D
3 m
2 m 1 m 1 m
x
A
C
D
B
1 t/m
4 t
4 t


x
4 t
4 t
B
1 t/m
A
C
D
4
t 4
t
B
R
B

x
o
o cos
x

1 t/m
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -9-






























Seperti teori sebelumnya kita bisa menghitung gaya-gaya dalam dari dan
hasilnya harus sama. Seperti contoh dibawah ini.

Gambar 2.27. Bidang gaya dalam pada balok miring
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -10-
PERHITUNGAN DARI KIRI














N = - (R
AV
. sin o + R
AH
. Cos o) R
AH
= 2.16 t
D = + R
AV
. cos o - R
AH
. sin o


N
A
kn = - (7.12 . 3/5 + 2.16 . 4/5) = - 6 ton
Gaya normal di C kanan ke D kiri adalah konstan
Di Nc kanan ada pengaruh beban P = 4 ton.
N
C
kn = - [(7.12 4). 3/5 + 2,16 . 4/5] = - 3.6 ton
Gaya normal di D kanan ada pengaruh P = 4 ton.
N
D
kn = - [(7,12 4 4) 3/5 + 2,16 . 4/5] = - 1,2 ton
Gaya normal dari D ke B linier { N
B
= - 1.2 + q.2 . sin o
N
B
= - 1,2 + 2.1 . 3/5 = 0 ton
Gaya lintang D
A
kn = R
AV
cos o - R
AH
sin o
Gaya lintang dari A kn ke C kiri adalah konstan.
D
A
kn = 7.12 . 4/5 2,16 . 3/5 = 4,4 ton
Gaya lintang di C kanan ada pengaruh P = 4 ton
Gaya lintang dari C kanan ke D kiri adalah konstan
Dc kn = (7,12 4) 4/5 2,16 . 3/5 = 1,2 ton
Gaya lintang di D kanan ada pengaruh P = 4t
D
D
kn = (7,12 4 4) 4/5 2,16 . 3/5 = - 2 ton.
Gaya lintang dari D ke B adalah linier karena ada beban terbagi rata.
D
B
= -2 2.1 . 4/5 = - 3,6 ton

2.5. Beban Segitiga
Pada kenyataan di lapangan beban tak hanya terpusat atau terbagi
rata, namun ada yang berbentuk segitiga seperti beban tekanan ,
beban tekanan tanah dan lain sebagainya.

2.5.1. Pengertian Dasar
Beban segitiga seiring terjadi pada kenyataan di lapangan seperti
beban tekanan air dan tekanan tanah.
Contoh

R
AV
diuraikan menjadi :
R
AV
. Cos o (gaya sumbu batang)
R
AV
. Sin o (gaya // sumbu batang)

R
AH
diuraikan menjadi :
R
AH
. sin o (gaya sumbu batang)
R
AH
. cos o (gaya // sumbu batang)

R
AV
= 7.12
t
Sin o = 3/5
Cos o = 4/5
R
AV

R
AV
. cos o
R
AV
. sin o
o
o
A
o
R
AH
sin o
R
AH

R
AH
cos o
A
dinding
tangki
air
dinding tangki
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -11-





2.5.2.
Gambar 2.28.a. Diagram beban segitiga
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -12-
Dasar Penyelesaian
Prinsip dasar penyelesaiannya adalah sama dengan yang lain-lain
namun kita harus lebih hati-hati karena bebannya membentuk
persamaan.















Gambar 2.28.b. Beban segitiga pada struktur

Mencari Reaksi Perletakan
Titik berat beban P : 2/3 l dari A atau 1/3 l dari B
P
l
l 3 / 1
A
R 0 l 3 / 1 . P l .
A
R 0
B
M = = =
ton
6
l . a
2
l . a
x
l
l 3 / 1
A
R = =
P
l
l 3 / 2
B
R 0 l 3 / 2 . P l .
B
R 0
A
M = = =
ton
3
l . a
2
l . a
x
l
l 3 / 2
B
R = =


Menghitung Bidang D (dari kiri)
X = variable bergerak dari A ke B
Di potongan x a
x
= a .
l
x

Beban segitiga sepanjang x Px = x. a
x

Beban Px = x .
l 2
ax
a .
l
x
=
Persamaan gaya lintang :
Dx = RA Px =
l 2
ax
6
l . a
(parabola)
Persamaan pangkat 2

Mencari tempat dimana gaya lintang = 0
A
B
a t/m
R
B
=
3
l . a

P =
2
l . a
ton
R
A
=
6
l . a

x
2/3x 1/3x
Px
a
x

l
2/3 l 1/3 l
Persamaan a
x
=
a .
l
x

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -13-
D = 0 R
A
Px = 0

3
l
x
l . 2
ax
6
l . a
= =
3 l
3
1
3
l
0
D
X = = =


MENGHITUNG BIDANG M
Mx = RA . x Px .
3
x

=
3
x
.
l . 2
ax
x .
6
l . a

= x .
l 6
a
x
6
l . a
(persamaan pangkat 3 / parabola)





M
max
terletak di daerah untuk D = 0
x = 3 l
3
1

M
max
=
3
3 l
3
1
l
6
a
3 l
3
1
6
l . a
|
.
|

\
|

|
.
|

\
|

= 3
54
l . a
3
18
l . a


MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -14-
Contoh Perhitungan






























x = 0 D
A
= + 3 ton
x = 6 D
B
= - 6 ton

Menghitung Bidang M
Mx = R
A
. x Px .
3
x

= 3x -
12
x
x 3
3
x
.
4
x
=

D = 0 M
max
(x = 3,464 m)
M
max
3.3,464 - tm 928 , 6 464 , 3 392 , 10
3
12
464 , 3
= =
|
.
|

\
|


2.5.3. LATIHAN

Soal 1 : Balok Miring
Jawab :

TOTAL BEBAN

P = l x h
P =
2
6 . 3
= 9 ton
E M
B
R
A
.l P l/3 = 0 R
A
. 6-9.2
= 0
R
A
=
6
2
.9 = 3 ton
E M
A
R
B
. l P.2/3 l = 0 R
B
.6-9.4
= 0
R
B
=
6
4
.9 = 6 ton
Menghitung Bidang D
x = variable bergerak dari A ke B
2
x
3 .
6
x
ax = =
Px = x . ax
4
x
2
x
.
4
x
Px = =
Persamaan gaya lintang Dx = R
A
Px
Dx = 3 -
4
x

Tempat dimana gaya lintang = 0
D = 0 3
4
x
=
m 464 , 3 12 x = =
3,464 m
h = 3
ton/m
R
A

P
x

A
B
2 l/3 l/3
P
l = 6
m
R
B

ax = 3 .
6
x

x
2/3 x 1/3 x
BIDANG D
BIDANG
M
+
-
+
6t
3t
D=0
M
max

Gambar 2.29. Bidang gaya dalam pada beban
segitiga
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -15-
A
VA
6m 1m
HA
3
0

q = 1 t/m'
P = 3 t
C
B




Balok miring ABC
ditumpu di A = sendi,
B = rol, seperti
tergambar
Beban q = 1 t/m , P =
3 ton
Ditanyakan;
a) reaksi
perletakan
b) bidang N, D
dan M

Soal 2
.
4m
VA
HA
A
3m
B
q = 1.5 t/m'
P = 4 t
RB
o
3
m

Portal ACB dengan
perletakan A = sendi ,
B = rol, seperti
tergambar;
Beban q = 1 t/m , P =
3 ton
Ditanyakan;
a) reaksi
perletakan
b) bidang N, D
dan M


Soal 3 : Balok dengan beban segitiga.


RB
VA
RHA
A
X
L
q = t/m'


Balok AB dengan beban segitiga seperti tergambar
A = sendi, B = rol
Ditanyakan;
a) reaksi perletakan
c) bidang N, D dan M



Soal 4
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -16-
4m
RHA
A
RAV
RB
q = 3 t/m'
2m
B C

Balok ABC dengan beban segi tiga q = 3 t/m ditumpu pada A = sendi ,
B = rol, seperti tergambar;
Ditanyakan;
a) reaksi perletakan
b) bidang N, D dan M

2.5.4. Rangkuman

- Balok miring adalah balok yang seiring dipergunakan dalam struktur
tangga, ketelitian perhitungan perlu.
- Beban segitiga (A) adalah beban yang terjadi akibat tekanan air dan
tekanan tanah, besarnya merupakan fungsi x.

2.5.5. Penutup

Untuk mengukur prestasi, mahasiswa bisa melihat kunci soal-soal
yang ada sebagai berikut :

Soal no. 1

Keterangan Titik Nilai Tanda/arah
Reaksi vertikal A : VA 4.12 ton |
Reaksi miring B : RB
Atau : HB
VB
5.63 t
2.815 t
4.88 t


|
Reaksi horisontal A : HA 3 ton

Gaya normal = N A
B kiri
B kanan C
9.76 ton
1.50 t
1.50 t
- tekan
- tekan
- tekan
Gaya lintang = D A
B kiri
B kanan C
X = 2.88m jarak miring dr A
2.16 t
t
2.6 t
0
+
-
+

Momen = M A
B
C
X = 2.88 m
0
3 tm
0
3.11 tm

-

+
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -17-

Jawaban soal no. 2

Keterangan Titik Nilai Tanda/arah
Reaksi vertikal A : VA
B : RB
6 ton
4 ton
|
|
Reaksi horisontal A : HA 0
Data pendukung Sin o
Cos o
3/5
4/5

Gaya normal = N A
C bawah
C kanan B
3.6 ton
0
0
- tekan

Gaya lintang = D A
C kiri
C kanan B
5.2 ton
0
4 ton
+

-
Momen = M A
C
X = 2 m horisontal
dari A
B
0
12 tm(max)
9 tm

0

+
+
Jawaban soal no. 3

Keterangan Titik Nilai Tanda/arah
Reaksi vertikal A : RAV

B : RB
6
.l q

3
.l q

|

|

Reaksi horisontal A : RAH 0
Gaya normal = N A - B 0
Gaya lintang = D A ..

B ..

X =
3
L
= 0.5774 L dari A
6
.l q

3
.l q

0

+

-

Momen = M A
B
C
X =
3
L
.
0
0

0.06415 x q
x l2
(max)



+

Jawaban soal no. 4

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -18-
Keterangan Titik Nilai Tanda/arah
Reaksi vertikal A : VA
B : RB
4.5 ton
4.5 ton
|
|
Reaksi horisontal A : RAH 0
Gaya normal = N A B - C 0
Gaya lintang = D A
B kiri
B kanan
C
X = 2.24m dari B
4.5 ton
3.5 ton
1 ton
0
0
+
-
+

Momen = M A
B
X = 2.24m
0
0.67 tm
3.73 tm

-
+



2.5.6. Daftar Pustaka
- Suwarno, Mekanika Teknik Statis Tertentu, UGM, Bab I
- Soemono, Statika I, ITB, Bab I.

2.5.7. Senarai
Balok miring = balok yang membentuk sudut
Beban segitiga = besarnya merupakan fungsi x






















MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -19-

















catatan : q.2.2 2 = panjang beban terbagi rata
2 = jarak titik berat q ke titik D.







Di ujung titik A RAV dan RAH diuraikan menjadi gaya-gaya yang (tegak
lurus) dan // (sejajar) dengan sumbu











Persamaan garis ax = a .
l
x

Resultante Beban : P = ton
2
l . a


Diketahui :
R
B

3/5 R
B

4/5 R
B

x
o cos
x

= jarak R
B
ke sepanjang batang
B
D

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -20-
Balok di atas 2 perletakan A dan B, dengan beban segitiga diatasnya,
tinggi beban di atas perletakan B adalah 3 ton/m= h.
Ditanya : Selesaikan dan gambar bidang gaya dalamnya






Pada pelaksanaan sehari-hari sering dijumpai beban yang berbentuk
linier segitiga, seperti bebab Tekanan tanah dan beban air pada
tandon air, bagaimana penyelesaiannya bisa lihat dalam contoh soal.
Balok statis tertentu diatas 2 perletakan dengan beban Z (segitiga)
seperti pada gambar.
Tahap penyelesaiannya adalah sebagai berikut :


A
B
a t/m
R
B
=
3
l . a

P =
2
l . a
ton
R
A
=
6
l . a

x
2/3x 1/3x
Px
a
x

l
2/3 l 1/3 l
Persamaan a
x
=
a .
l
x

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -21-


2.6. Gelagar Tidak Langsung

2.6.1. Pengertian Dasar
Ada beberapa macam model jembatan yang ada di lapangan yaitu jembatan
yang terbuat dari beton dan jembatan yang terbuat dari kayu,
bambu, dan profil baja.
Kalau jembatan yang terbuat dari beton karena bentuknya bisa
dibuat sesuai dengan yang diinginkan, maka dalam hal ini roda
kendaraan bisa diterima langsung oleh plat lantai yang terbuat dari
beton tersebut.








Jembatan yang roda kendaraannya bisa diterima langsung oleh plat lantai
kendaraan yang terbuat dari beton disebut dengan gelagar
langsung.
Untuk jembatan yang terbuat dari kayu, bambu, baja, maka roda
kendaraan tidak bisa secara langsung diterima oleh struktur kayu,
bambu atau baja tersebut, melainkan harus lewat suatu perantara
yang disebut dengan gelagar melintang, gelagar memanjang dan
plat lantai dasar (lihat Gambar 2.31).
Untuk jembatan dimana yang roda kendaraan tidak bisa langsung
diterima oleh struktur utama disebut dengan gelagar tidak langsung
atau beban tidak langsung yang mana dalam penggambaran
seperti pada Gambar 2.31.




Plat lantai kendaraan yang
terbuat dari beton
Gambar 2.30.
Jembatan dengan
gelagar langsung
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -22-
































Potongan
melintang
Gelagar
induk
Gel.
melintang
aspa
l
arah
muatan
Gel.
memanjang
Gambar 2.31. Skema gelagar tidak langsung dari suatu
jembatan
Potongan Melintang
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -23-






2.6.2. Skema Penggambaran MuatanTidak Langsung dalam
Mekanika Teknik

Untuk mempercepat perhitungan maka struktur dengan muatan tak
langsung harus mengalami penyederhanaan.














2.6.3. Cara distribusi beban
Karena roda kendaraan tidak langsung diterima oleh gelagar utama (gel. induk),
melainkan lewat perantara gelagar melintang, maka beban yang
diterima oleh gelagar induk tidak selalu sama dengan beban yang
berada diatas jembatan.





Gambar 2.32. Penyederhanaan awal, gel. tidak
langsung
gel. melintang
gel. induk /
utama
gel. memanjang
Gambar 2.33. Penyederhanaan
akhir, untuk gel. tidak
langsung
beban terbagi rata tersebut akan
ditransfer ke gelagar induk melewati
gelagar melintang jadi yang
sebenarnya beban merata, masuk ke
gelagar induk (utama) menjadi beban
terpusat. dimana beban

q kg/m
beban terbagi
rata
gel. melintang

beban terbagi rata
diatas gel. memanjang
P P P
gelagar induk / utama
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -24-














Gambar 2.35. Distribusi beban terpusat pada gelagar tidak langsung

BEBAN TAK LANGSUNG
Contoh :

Suatu gelagar yang tidak langsung mendapat beban q t/m dengan jumlah bentang gel. memanjang
genap.














Q
b a
Q
1
Q
2

A

Jika beban terpusat Q berada diantara gel.
melintang, maka Q tersebut didistribusi
menjadi beban Q
1
dan Q
2.
dimana
Q
2
=
x
b
Q dan Q
x
a
1
=
Potongan I I = tepat diatas gel.
melintang
Potongan II-II = ditengah-tengah gel.
melintang

Menghitung momen di potongan I-I

M
I
(untuk potongan I-I)
M
I
= RA . 2 - P/2 . 2
- P.
= 6q - q - q
= 4 q
(muatan tidak langsung)
q
t/m
6
I II
I II
P/2 P
P
P
P P
P/2
3 q 3 q
gelagar
induk
II
I
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -25-




Kalau dicek memakai muatan langsung adalah :
M
I
= beban langsung
M
I
= 3.q . 2 - q (2)
= 6q - 2 q = 4 q

Catatan :
Besar M (momen) pada titik balok penghubung (gel. Melintang) boleh
dihitung sebagai beban langsung.
Penyelesaian :
P = q
RA = RB = 3q
Beban diantara perletakan P = q
Beban di atas perletakan P/2 = q /2
Perhitungan Momen
Pada Potongan II











Perbedaan tersebut adalah dari :
Perbedaan momen (0.125 q )
II
Momen lantai = q 125 . 0 q
8
1
=
kendaraa
n
Dengan memakai beban langsung

M
II
= 3 q . 1.5 - q (1.5 )
= 4.5 - 1.125 q
= 3.375 q
Jika dihitung dengan beban tidak langsung
M
II
= 3q . 1.5 - q . 1.5
- q . = 3.25 q
Gambar 2.36. Distribusi beban pada
0.125 q
II
/2
3q
q
q
/2
II
II
3q

q t/m
q t/m
q t/m
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -26-

Catatan :
Momen tidak langsung (diantara gelagar)
MII = M langsung M. lantai
= 3.375 q - 0.125 q
= 3.25 q

jadi dalam hal ini ada perbedaan nilai perhitungan momen pada gelagar
tak langsung untuk potongan dibawah gelagar melintang dan potongan
diantara gelagar melintang.


Perhitungan gaya lintang (D)























Gambar 2.37. Bidang gaya lintang (D) dari gelagar
tidak langsung



2
P
P
P
P
P
P
-
+
2
P
3 P 3 P
Bidang D
P

P
P P P P P
Walaupun beban terbagi rata, tapi kalau
gelagarnya tidak langsung, maka gambar
bidang D (bidang gaya lintang), garisnya
bukan linier, namun seperti gaya lintang
beban terpusat.
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -27-


2.6.4. Latihan

Soal 1:










Soal 2 :











2.6.5. Rangkuman
- Gelagar tidak langsung biasanya terdapat pada jembatan kayu
atau baja
- Apapun bentuk beban yang terdapat diatas jembatan,
transfernya ke gelagar utama selalu berbentuk beban terpusat.

2.6.6. Penutup
Untuk mengukur prestasi, mahasiswa bisa melihat hasil atau kunci-
kunci yang ada.






q = 1.5 t/m

=
2m
V
A

H
A

A
B
5
1 2 3 4 4
R
B

Balok AB mendapat beban tak langsung
seperti tergambar, q = 1,5 t/m
sepanjang bentang.
Ditanyakan : a). Gaya reaksi V
A
,
H
A
, R
B

b). Bidang N, D, M
Balok ABC mendapat beban tak
langsung seperti tergambar, P
1
=
3t
P
2
= 1t

Ditanyakan : a). Gaya reaksi V
A
, H
A
,
R
B

b). Bidang N, D, M.

= 3m R
B

1 2 3 4 5 6
P
2
=1t P
1
=3t
1m
H
A


B C
V
A

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -28-



Soal no 1
Keterangan Titik Nilai Arah / Tanda
Reaksi Vertikal A : V
A
6t |
B : R
B
6t |
Reaksi Horizontal A : H
A
0
Beban Pada Titik 1 1,5 t +
2 3,0 t +
3 3,0 t +
4 3,0 t +
5 1,5 t +
Gaya Normal = N 1-2-3-4-5 0
Gaya Lintang = D 1-2 4,5 t +
2-3 1,5 t +
3-4 1,5 t
4-5 4,5 t
Momen = M A=1 0
2 9 tm +
3 12 tm +
4 9 tm +
5 = B 0 +


Soal No. 2

Keterangan Titik Nilai Arah / Tanda
Reaksi Vertikal A : V
A
1,75 t |
B : R
B
2,25 t
Reaksi Horizontal A : H
A
0
Beban Pada Titik 1 0
2 2 t +
3 1 t +
4 0
5 0
6 1 t +
Gaya Normal = N 1-2-3-4-5-6 0
Gaya Lintang = D 1-2 1,75 t +
2-3 0,25 t
3-4 1,25 t
4-5 1,25 t
5-6 1,00 t +
Momen = M A=1 0
2 5,25 tm +
3 4,5 tm +
4 0,75 tm +
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -29-
5 = B 3,0 tm
6 = C 0
Gaya Normal = N A B C 0

Gaya Lintang = D A 4.5 ton +
B kiri 3.5 ton -
B Kanan 1 ton +
C 0
X = 2.24 m dari
B
0
Momen = M A 0
B 0.67 tm -
X = 2.24 m 3.73 tm +


2.6.7. Daftar Pustaka
- Soemono, Statika I, ITB-Bab I
- Suwarno, Mekanika Teknik Statis Tertentu, UGM Bab I.

2.6.8. Senarai
Muatan tak langsung = beban tak langsung = beban yang tak
langsung terletak di balok induk.














MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -30-




2.7. Garis Pengaruh

2.7.1. Pendahuluan
Kalau kita meninjau atau melihat suatu jembatan, maka struktur
tersebut selalu dilewati oleh suatu muatan yang berjalan.
Di sisi lain kalau kita menganalisa struktur maka yang dicari dari struktur tersebut
adalah, reaksi-reaksi kemudian gaya-gaya dalamnya yaitu, gaya momen,
gaya lintang dan gaya normal. Jika dua hal tersebut dipadukan, maka
kaitannya adalah : Berapa besarnya nilai maksimum dari gaya-gaya dalam
di suatu tempat di struktur tersebut, jika ada muatan yang berjalan di
atasnya ?. Untuk menjawab hal tersebut diperlukan suatu garis pengaruh.
Garis pengaruh ini sebagai alat bantu untuk mencari nilai reaksi; gaya
momen, gaya lintang, dan gaya normal, jika di atas struktur jembatan
tersebut berjalan suatu muatan.

2.7.2. Pengertian Dasar
Untuk mempermudah suatu penyelesaian, maka didalam suatu
garis pengaruh, muatan yang dipakai sebagai standard adalah
beban P sebesar satu satuan (ton atau kg atau Newton) yang
berjalan diatas struktur suatu jembatan tersebut.
Sedang bentuk garis pengaruh tersebut adalah suatu garis yang
menunjukkan nilai dari apa yang akan dicari tersebut misal : Reaksi
(R) atau gaya momen (M) atau, gaya lintang (D) atau gaya normal
(N) di suatu tempat pada gelagar tersebut.

Definisi
Garis pengaruh : adalah garis yang menunjukkan besarnya R (Reaksi),
atau gaya dalam M (Momen), atau N (Normal), atau D (Lintang)
disuatu titik akibat pengaruh dari muatan sebesar 1 ton berjalan.
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -31-

Contoh 1 : Mencari garis pengaruh Reaksi (R
A
dan R
B
)
x = variabel sesuai letak (posisi) P yang bergerak
dari titik A ke titik B

































Muatan P = 1 ton berjalan dari A ke B
G.P.R
A
(Garis Pengaruh Reaksi di A)
E M
B
= 0 RA . l P (l-x) = 0
R
A
= ) linier ( ton
l
x l
l
x) - l ( P
=
Untuk P di A x = 0 R
A
= 1 ton
Untuk P di B x = l R
A
= 0 ton
G.P.R
B
(Garis Pengaruh Reaksi di B)
E M
A
= 0 R
B
.l P.x = 0
R
B
=
l
x
l
x . P
= ton (linier)



Untuk P di A x = 0 R
B
= 0
Untuk P di B x = l R
B
= 1 ton
1 ton
1 ton
Gambar 2.38. Gambar garis pengaruh R
A
dan
R
B

x
l
P = 1
ton
R
A

R
B

B
A
+
+
G.P. R
A

G.P. R
B

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -32-


2.7.3. Kegunaan dari suatu Garis Pengaruh












































Garis ini menunjukkan besarnya nilai R
A
sesuai
dengan posisi P yang berjalan diatas gelagar
Ini adalah GP.R
B
(Garis Pengaruh Reaksi di
B)
Garis ini menunjukkan besarnya nilai R
B
sesuai
dengan posisi P yang berjalan diatas gelagar
Ini adalah GP.R
A
(Garis Pengaruh Reaksi di
A)
* Jika beban P = 1 ton berada di titik C
sejauh a dari perletakan A dan sejauh b
dari perletakan B, maka besarnya reaksi di
A R
A
= y
1
dan besarnya reaksi di B
R
B
= y
2
, dimana
y
1
=
l
b
ton dan y
2
=
l
a
ton, jadi
R
A
=
l
b
ton dan R
B
=
l
a
ton
* Jika beban P = 1 ton berada di atas titik D
sejauh c dari perletakan A dan sejauh d
dari perletakan B, maka besarnya reaksi
di A R
A
= y
3
dan besarnya reaksi di B
R
B
= y
4
, dimana
y
3
=
l
d
ton dan y
4
=
l
c
ton, jadi
R
A
=
l
d
ton dan R
B
=
l
c
ton

Gambar 2.40. Kegunaan digaris
pengaruh untuk beban di
titik D

Bagaimana kalau P tidak sama dengan
1 ton
Jika P = 4 ton terletak di titik c
Maka RA = 4 . y1 dan RB = 4 . y2 atau
RA =
l
a 4
RB dan
l
b 4
=
Gambar 2.39. Kegunaan dari garis pengaruh
untuk beban di titik c
X P=1
t
R
A

R
B

l
B A
1t
1t
+
+
GP.R
A

GP.R
B

P=1
t
B A
C
a b
+
+
1t
1t
GP.R
A

GP.R
B

y
2

y
1

P=1
t
B A
d c
D
1t
+
GP.R
A

1t
+
1t
GP.R
B


+
y
3

y
4

P= 4
ton
B A
C
a b
+
1t
GP.R
A

y
1

+
1t GP.R
B

y
2

Gambar 2.41. Kegunaan garis pengaruh untuk beban tidak sama
dengan 1 ton

Gambar 2.40
Gambar 2.39
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -33-




































Beberapa Contoh

1. Mencari Garis Pengaruh Gaya Lintang (G.P.D)
P = 1 ton berjalan dari A ke B
X = variabel yang bergerak sesuai dengan posisi P dari A ke B
C = suatu titik terletak antara A B
Jika P = 6 ton terletak ti titik D
Maka R
A
= 6 . y
3
dan R
B
= 6 y
4
atau
R
A
= ton
l
c
6
B
R dan ton
l
d 6
=
Gambar 2.42. Kegunaan garis pengaruh
untuk beban P = 6t

Bagaimana kalau ada beberapa muatan :
- Jika di atas gelagar ada muatan

P
1
= 4t di c, sejarak dari titik A, sejarak b
dari titik B, dan P
2
= 6t sejarak c dari titik A,
sejarak d dari titik B, maka

RA = 4y
1
+ 6y
3
= 4 . ton
l
d
6 ton
l
b
+
RB = 4 y
2
+ 6 y
4
= 4 ton
l
c
6 ton
l
a
+
P=6
t
B A
d c
D
1t
+
GP.R
A

+
1t
GP.R
B

+
y
3

y
4

P= 4
ton
B A
C
a b
1t
GP.R
A

y
1

1t
GP.R
B

d c
P
2
= 6
ton
D
y
3

y
4

y
2

Gambar 2.43. Kegunaan garis pengaruh
untuk beban P
1
= 4 ton dan P
2

= 6 ton
+
+
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -34-










































G.P. R
A

P = 1t
B A
C
l
a b
x
R
A
R
B

B
A
x
C
P = 1t
-
+
G.P. R
B

b/l
G.P. D
c

G.P. Dc (Garis Pengaruh Gaya Lintang di
C)

P berjalan dari A ke C

E M
A
= 0 R
B
. l P.x = 0
R
B
= ton
x Px
l l
=
Dc dihitung dari kanan
Dc = -R
B
= ) linier ( ton
x
l

Untuk P di A x = 0 Dc = 0
Untuk P di C
kr
x = a Dc = - ton
a
l

P berjalan dari C ke B
R
A
= ton
x ) x ( P
l
l
l
l
=


Dc dihitung dari kiri
Dc = R
A
= ) linier ( ton
x
l
l

Untuk P di C
kn
x = a
Dc = ton
b a
l l
l
=


Untuk P di B x = l Dc =
ton 0
l l
=

l

Gambar 2.44. Gambar garis pengaruh
gaya lintang
l
a

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -35-

Mencari Garis Pengaruh Momen (G.P.M)
P = 1 ton berjalan dari A ke B
x = variabel yang bergerak dari A ke B sesuai posisi P.





P = 1t
B A
C
l
a b
x
R
A
R
B

B
A
x
C
P = 1t
G.P. M
c

+
tm
l
b . a

GP R
A
.a
GP R
B
.b
G.P. Mc (Garis Pengaruh Gaya Lintang di
C)

P berjalan dari A ke C

R
B
= ton
x Px
l l
=
Mc dihitung dari kanan
Mc = + R
B
. b = ) linier ( tm b .
x
l
+
Untuk P di A x = 0 Mc = 0
Untuk P di C x = a Mc = + tm
b . a
l

P berjalan dari C ke B
R
A
= ton
x
ton
) x ( P
l
l
l
l
=


Mc dihitung dari kiri
Mc = + R
A
. a tm = tm a .
x
|
.
|

\
|
l
l

Untuk P di C x = a Mc =
tm . a .
b a
l l
l
=
|
.
|

\
|

Untuk P di B x = l Mc =
tm . a
|
.
|

\
|
l
l l

= 0 tm
Gambar 2.45. Gambar garis pengaruh
momen di c (GP Mc)
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -36-
3. Contoh lain













































1/3
t
x x
B
D
A
C
l = 6
m
l
1
= 2 m
2
m
P
GP.R
A

-
+
1 t
GP.R
B

+ 1t
3
4
t
GP.M
D

-
+
2/3
ton
GP.R
A
.2
3
4
tm
-
-
GP.R
A

3
1
t
GP.R
B
GP.D
D

3
1
t
Diketahui : Balok ABC diatas 2
perletakan A dan B

Ditanya : Gambar Garis Pengaruh R
A
,
R
B
, M
D
, D
D
, D
Bkn

Jawab :

GP.R
A
: E M
B
= 0 R
A
= ton
x
l
l


Untuk P di A x = 0 R
A
= 1 ton
Untuk P di B x = l R
A
= 0
Untuk P di C x = 8
R
A
= ton
3
1
ton
6
2
6
8 6 8
= =

l
l


GP.R
B
: E . M
A
= 0 R
B
= ton
lt
x

Untuk P di A x = 0 R
B
= 0
Untuk P di B x = l R
B
= 1 ton
Untuk P di C x = 8
R
B
= ton
3
4
6
8 8
= =
l


GP. M
D

P antara A-D lihat kanan bagian
M
D
= R
B
. 4 =
l
x
. 4 tm
Untuk P di A x = 0 M
D
= 0
Untuk P di D x = 2 m
M
D
= tm
3
4
6
4 . 2
=
P antara D-C lihat bagian
M
D
= R
A
. 2 = 2 .
x
l
l

Untuk P di D x = 2m
M
D
= tm
3
4
2 .
6
2 6
2 .
2
=

l
l

Untuk P di B x = 8 m
M
D
= tm
3
2
t .
3 6
8 6
=







GP.R
B.4

+
3
2

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -37-
GP.D
D


P antara A-D lihat kanan bagian
D
D
= - R
B
= - ton
x
l

P di A x = 0 D
D
= 0
P di D x = 2 D
D
= -2/6 ton = -1/3 ton

P antara D-C lihat kiri bagian

D
D
= R
A
= ton
x
l
l

P di D x = 2 D
D
= ton
3
2
6
2 6
=


P di B x = 6 m D
D
= 0

P di C x = 8 m D
D
= ton
3
1
6
8 6
=
































GP.D
Bkr


P antara A-
Bkr
lihat kanan bagian
D
Bkr
= - R
B

P antara B-C lihat kiri bagian
D
Bkr
= + R
A


GP.D
Bkn

P antara A B lihat kanan bagian
D
Bkn
= 0
P antara B C lihat kanan bagian
D
Bkn
= P = 1 ton

GP.M
B

P antara A B lihat kanan bagian
M
B
= 0
P antara B C lihat kanan bagian
M
B
= -x tm
P di B x = 0 M
B
= 0
P di C x = 2m M
B
= -2 tm
Bkr Bkn
C
A
B
-
-
GP.D
Bkr

GP.R
B

GP.R
A

1/3
t
1t
GP.D
Bkn

+ 1t
2 tm
GP.M
B

Gambar 2.46. Gambar kn-
macam-macam garis
pengaruh
x
-
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -38-


2.7.4. LATIHAN

Soal 1
B
RB
RA
A
3m 5m
I
P = 1 t bejana

a) Akibat beban P = 1ton berjalan diatas balok ABC, ditanyakan GPRA, GPRB,
GPDI, GPMI


b) Bila beban berjalan,


Ditanya;
DI (+) max.
DI (-) max.
MI max.
M max. max.

Soal 2









Akibat beban P = 1ton berjalan diatas balok ABC, ditanyakan GP RA, GP RB, GP
DI, GP MI

a) Bila beban berjalan,

Ditanya;
RB max.
MI max.

3m
P1 =
4t
P2 =
2t
berjalan
5m
I
4m
RA
A
RB
P = 1 t bejana
B
3m
C

berjalan
3m
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -39-
2.7.5. Rangkuman
o Garis pengaruh adalah : garis yang menunjukkan besarnya reaksi atau
gaya-gaya dalam disuatu titik, akibat muatan berjalan sebesar 1 ton.
o Beban yang dipakai untuk garis pengaruh adalah satu satuan muatan
(ton atau kg atau Newton).

2.7.6. Penutup
o Untuk mengukur prestasi, mahasiswa bisa melihat hasil jawaban
sebagai berikut :

Jawaban soal no. 1

Keterangan P = 1 ton di titik Nilai Tanda/arah
RA

A
B
1 ton
0
+ |

RB A
B
0
1 ton

+ |
DI A

I kiri

I kanan
0
8
3
t
8
5



-

+
MI A
B
I
0
0
8
15
tm



+

RA max. = + 5.5 ton
DI (+) max. = + 3.3 ton
MI max. = + 9 tm
Mmax. Max. = + 9.1875 tm
















MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -40-
Jawaban soal no. 2

Keterangan P = 1 ton di titik Nilai Tanda/arah
RA

A
B
C
1 ton
0
0.3 ton
+ |

- |
RB A
B
C
0
1 ton
1.3 ton

+ |
+ |
DI A
I kiri
I kanan
B
C
0
0.4 ton
0.6 ton
0
0.3 ton

-
+

-
MI A
B
I
C
0
0
2.4 tm
1.2 tm


+
-
MB A
B
C
0
0
3 TM


-

RB max. = + 5.175 ton
MI max. = + 9.18 tm


2.7.7. Daftar Pustaka
- Soemono, Statika I, ITB, Bab I.
- Suwarno, Mekanika Teknik Statis Tertentu, UGM Bab I.

2.7.8. Senarai
- Garis pengaruh
- Beban berjalan

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -41-

MODUL : 3 : ARTI BALOK GERBER DAN CARA
PENYELESAINNYA



3.1. Judul : BALOK GERBER


Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah membaca materi ini diharapkan mahasiswa mengerti apa arti
balok gerber serta mengetahui bagaimana cara menyelesaikan struktur
tersebut.

Tujuan Pembelajaran Khusus
Mahasiswa diharapkan bisa mengerti dengan seksama tentang pengertian
balok gerber, syarat-syarat yang diperlukan untuk menyelesaikan dan
mahasiswa bisa menggambarkan bidang-bidang gaya dalam balok
tersebut.

3.1.1. Pendahuluan
Didalam kenyataan se-hari-hari jarang dijumpai jembatan yang
berbentang Satu.
( ). Untuk mengatasi penyeberangan sungai
yang mempunyai lebar

penampang cukup besar (>100m) ( ) maka dibuatlah suatu
jembatan yang berbentang lebih dari satu, sehingga mempunyai
perletakan > 2 buah.

a).




> 100 m
A B
Jembatan berbentang
satu
Kalau dilihat pada gambar b,
perletakan dari jembatan tersebut >
2 buah, yaitu 3 buah dimana A =
sendi; B = rol dan C = rol. Kalau di
perletakan A terdapat 2 reaksi
(karena A = sendi) yaitu R
AH
dan
R
AV
, perletakan di B terdapat 1
reaksi (karena B = rol) yaitu R
BV
,
perletakan di C ada 1 reaksi (karena
C = rol) yaitu R
CV
, maka jumlah
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -42-
b).







Jika dalam persamaan keseimbangan hanya punya 3 buah (EV = 0; EH =
0; EM = 0) berarti untuk bisa menyelesaikan struktur jembatan (b) masih
memerlukan 1 buah persamaan baru lagi, supaya bilangan yang tidak
diketahui yaitu R
AV
; R
AH
; R
BV
, R
CV
bisa didapat sedang untuk konstruksi
statis tertentu persamaan yang tersedia hanya 3 buah yiatu EV = 0; EH =
0; EM = 0. dalam keadaan tersebut konstruksi jembatan (b) disebut
dengan kontruksi statis tidak tertentu.
Kalau 1 (satu) persamaan baru tadi bisa disediakan maka syarat-
syarat keseimbangan masih bisa dipakai untuk menyelesaikan konstruksi
jembatan (b) tersebut (4 buah bilangan yang dicari yaitu R
AV
; R
AH
; R
BV
,
R
CV
dengan 4 buah persamaan yaitu EV = 0; EH = 0; EM = 0 dan 1 (satu)
persamaan baru). Dalam kondisi tersebut konstruksi masih statis
tertentu, karena masih bisa diselesaikan dengan syarat-syarat
keseimbangan dan konstruksinya dinamakan dengan konstruksi balok
gerber.








3.1.2. Definisi Balok Gerber
Dengan uraian seperti dalam pendahuluan, maka bisa didefinisikan
bahwa :
A B C
Jembatan berbentang lebih dari
satu
A B C
Sendi
gerber
D
Jika 1 (satu) persamaan baru tersebut
dengan memberikan 1 buah perletakan
baru di D yang berbentuk sendi, maka
persamaan baru tersebut adalah E M
D
=
0

Sedang titik D tersebut disebut dengan
sendi gerber
Gambar 3.1. Macam-macam bentang
jembatan
Gambar 3.2. Skema balok gerber
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -43-
Konstruksi balok gerber : adalah suatu konstruksi balok jembatan yang
mempunyai jumlah reaksi perletakan > 3 buah,
namun masih bisa diselesaikan dengan syarat-
syarat keseimbangan.

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -44-
Contoh :








Persamaan yang tersedia adalah :
O 3 (tiga) buah persamaan syarat keseimbangan yaitu EV = 0; EH = 0
dan EM = 0
O 1 (satu) buah persamaan baru yaitu E M
D
= 0
Jadi jumlah persamaan ada 4 (empat) buah yaitu EV = 0; EH = 0; EM = 0
dan EM
D
= 0.
Kondisi kontruksi tersebut adalah :
Jumlah bilangan yang tidak diketahui = jumlah persamaan yang ada (EV
= 0; EH = 0; EM = 0 dan EM
D
= 0) = jumlah persamaan
(yaitu R
AV
; R
AH
; R
BV
dan R
CV
) = jumlah bilangan yang dicari
Maka konstruksi tersebut, disebut dengan konstruksi balok gerber, yang
masih statis tertentu.
Suatu konstruksi balok
gerber ABC dengan
perletakan :

A = sendi, dimana ada 2
reaksi yaitu R
AV
dan R
AH
.
B = rol, dimana ada 1 reaksi
yaitu R
BV
.
C = rol, dimana ada 1 reaksi
yaitu R
CV

Jadi jumlah reaksi adalah 4
buah yaitu, R
AV
; R
AH
; R
B
dan
R
CV

A
B
C
R
BV
R
CV
R
AV

Sendi gerber
R
AH

D
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -45-

3.1.3. Bentuk Sendi Gerber

Kalau balok gerber tersebut adalah dibuat dari balok beton, maka bentuk
konstruksi gerber tersebut seperti pada gambar.

Gambar 3.3. Detail sendi gerber








R
AH

R
AV

R
C

A B
C
D
Sendi gerber
Detail perletakan D
(sendi gerber)
R
B

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -46-

Gambar 3.4. Skema pemisahan balok gerber

Catatan : Reaksi di balok DC menjadi (beban) pada balok AB.
Jadi kalau diuraikan balok gerber ABC tersebut merupakan gabungan dari
2 balok statis tertentu DC dan ABD, dimana balok DC tertumpu di balok
AB.



3.1.4. Menentukan letak sendi gerber
beban = q
kg/m
A
B
C
L
1
L
2

A
R
BV

D
R
AH

A B
C
R
AV

R
CV

R
AH

A
B
C
R
AV

R
CV

D
R
BV

R
DH

R
DV

R
DV

R
DH

D
R
AV

R
BV

R
AH

atau
C
B
R
CV

A D
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -47-












Dalam hal seperti tersebut diatas, alternatif tempat dimana momennya
sama dengan nol adalah titik 1 dan 2 yang posisinya di kiri dan kanan
perletakan B. Karena kita hanya membutuhkan 1 (satu) buah persamaan
baru, maka kita cukup memilih salah satu dari 2 (dua) alternatif tersebut
diatas, sehingga struktur bisa diselesaikan.














Perhatikan
Jika dalam balok ABC, sendi gerber
belum ada, maka konstruksinya masih
statis tak tertentu, dan jika diberi beban
terbagi rata sebesar q kg/m, maka
gambar bidang momennya (bidang M)
seperti gambar dibawahnya. Bagaimana
cara mencari bidang momen (bidang M)
tersebut, untuk mahasiswa semester I
belum bisa mengerjakan, jadi untuk
sementara diterima saja. Kalau dilihat
dari sub bab 3.1.2. dimana di titik D
dibuat sendi gerber dengan persamaan
baru EM
D
= 0, maka alangkah tepatnya
jika untuk menentukan posisi di titik D
dicari tempat-tempat yang momennya
sama dengan nol = 0.
Cara memilih : alternatif (1), jika kita
memilih titik (1) sebagai sendi gerber,
maka gambarnya adalah seperti pada
Gambar a
1
dimana balok AD terletak di
atas balok DBC, balok tersebut jika
disederhanakan akan seperti pada
Gambar a
2
, dan jika diuraikan
strukturnya akan seperti pada gambar
a
3
.
Apakah mungkin ?
Gambar 3.5. Balok statis tak
tentu dan skema
bidang momennya
a
1

a
2

a
3

C
C
C
B
B
B
A
A
A
D
sendi gerber
1
1
D
D
TIDAK MUNGKIN
Gambar 3.6. Penentuan sendi gerber
yang tak mungkin
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -48-
Lihat balok AD, perletakan A = sendi dengan 2 reaksi (R
AV
, R
AH
)
perletakan D = sendi dengan 2 reaksi (R
DV
, R
DH
), sehingga jumlah reaksi
ada 4 (empat) buah, sehingga strukturnya adalah statis tidak tertentu.
Perhatikan balok DBC; perletakan B = rol dengan 1 buah reaksi (R
BV
);
perletakan C = rol dengan 1(satu) buah reaksi (R
CV
), sehingga jumlah
reaksi hanya ada 2 (dua) buah, karena kedua perletakan B dan C adalah
rol, maka struktur balok DBC tidak stabil sendi gerber adalah tidak
mungkin.














Gambar 3.7. Balok gerber dan cara
pemisahannya

Jumlah letak reaksi adalah 3 (tiga), maka konstruksi balok DC adalah
statis tertentu
- Perhatikan balok ABD, perletakan A = sendi, mempunyai 2 (dua) reaksi
yaitu R
AH
dan R
AV
, perletak B = rol, mempunyai 1 (satu) reaksi yaitu
R
BV
.
Jumlah total reaksi adalah 3 (tiga) buah, jadi konstruksi balok ABD
masih statis tertentu.
- Jadi pemilihan titik (2) sebagai sendi gerber adalah mungkin.
Jika yang dipilih adalah titik (2)
sebagai sendi gerber, maka
gambarnya adalah seperti gambar
(b
1
) dimana balok DC terletak diatas
balok ABD, balok tersebut jika
gambarnya disederhanakan akan
seperti pada gambar (b
2
), dan jika
diuraikan strukturnya akan menjadi
seperti pada gambar (b
3
) apakah
mungkin ?.
Perhatikan balok DC yag terletak
diatas balok ABD. Perletakan D =
sendi mempunyai 2 (dua) reaksi
yaitu R
DV
dan R
DH
, sedang
perletakan C = rol dengan 1 (satu)
reaksi yaitu R
CV
.
sendi gerber
C
C
C
B
B
A
A
A
D
D
2
B
D
R
DH

R
DV

R
DH

b
1

b
2

b
3

Alternatif 2
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -49-
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -50-
3.1.5. Mekanisme Penyelesaian Balok Gerber


























Gambar 3.8. Skema penyelesaian balok gerber



Tinjauan gambar b
1
dan b
2

A B
D
C
D
B
A
A
B
R
D

D
C
C R
D

b
1
dan b
2
tidak
mungkin
A
B
C
D
D
C
R
D

R
D

A
B
C
1
dan C
2
mungkin
a
b
1
1
b
2

C
1

C
2

Jika ada suatu konstruksi balok
gerber seperti pada gambar a, maka
yang perlu dikerjakan pertama
adalah memisahkan balok tersebut
menjadi beberapa konstruksi balok
statis tertentu.
Jika konstruksinya seperti pada
gambar (a), maka kita bisa
memisahkan konstruksi tersebut
menjadi beberapa konstruksi
tersebut menjadi beberapa
konstruksi statis tertentu seperti
pada gambar (b) atau (c), dimana
gambar (b) terdiri dari gambar (b
1
)
dan (b
2
), demikian juga gambar (c)
terdiri dari gambar (c
1
) dan (c
2
).
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -51-
Titik D dari balok ABD (gambar (b1) menumpu pada titik D pada balok DC,
dan jika dijabarkan (diuraikan) strukturnya akan menjadi seperti gambar
(b2), dimana titik D pada balok ABD menumpu pada titik D balok DC,
sehingga reaksi R
D
dari balok ABD akan menjadi beban (aksi) pada titik D
balok DC.
Perhatikan struktur balok ABD (gambar b2), perletakan A = sendi (ada
2 reaksi); perletakan B = rol (ada 1 reaksi), perletakan D = sendi (ada
2 reaksi). Jadi total perletakan balok ABD ada 5 (lima) buah, jadi balok
ABD merupakan balok statis tidak tertentu.
Perhatikan balok DC (gambar b2), titik D = bebas (tak mempunyai
tumpuan), jadi tidak ada reaksi, perletakan, c = rol (ada 1 reaksi), jadi
jumlah total reaksi hanya ada 1 buah yaitu R
CV
di C. Dalam kondisi
seperti tersebut diatas balok DC merupakan balok yang tidak stabil
atau labil. Sehingga alternatif (b) adalah tidak mungkin.

Tinjauan gambar (c1) dan (2)
Titik D dari balok DC (gambar (C1) menumpu pada titik D balok ABD, dan
jika diuraikan strukturnya akan menjadi seperti pada gambar (C2), dimana
titik D dari balok DC menumpu pada titik D balok ABD, sehingga reaksi RD
dari balok DC akan menjadi beban (aksi) pada titik D balok ABD.

Perhatikan struktur balok DC gambar (C2), perletakan D = sendi, (ada
2 reaksi), perletakan C = rol (ada 1 reaksi) total jumlah perletakan
ada 3 (tiga) buah.
Jadi balok DC adalah balok statis tertentu
Perhatikan struktur balok ABD (gambar (C2)), perletakan A = sendi
(ada 2 reaksi), perletakan B = rol (ada 1 reaksi) jumlah perletakan
ada 3 (tiga) buah. Jadi balok ABD adalah balok statis tertentu juga.
Jadi alternatif (C) adalah mungkin.



MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -52-


Tahapan Penyelesaian



















Gambar 3.9. Skema pemisahan balok gerber
Kalau kita mempunyai balok
gerber ABC seperti pada gambar
(a), yang kemudian diuraikan
seperti pada gambar (b), maka
tahapan pengerjaannya adalah
sebagai berikut :

- Balok DC dikerjakan dulu
sehingga menemukan R
D

dan R
C
.
- Reaksi R
D
dari balok DC
akan menjadi beban di titik
D dan balok ABD.
- Dengan beban yang ada (q)
dan beban R
D
, maka balok
AB bisa diselesaikan.
- Bidang-bidang gaya dalam
(M, N, D) bisa diselesaikan
sendiri-sendiri pada balok
DC dan AB.
- Penggambaran bidang M, N,
D balok gerber merupakan
penggabungan dari bidang
M, N, D dari masing-masing
balok.
Sendi gerber
A B C
D
D
P
C
R
D

R
D

A
B
a
b
P
q
R
C

q
D
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -53-
3.1.6. Contoh Soal






























Bidang Momen (M)
Suatu struktur balok gerber ABC
dengan beban seperti pada gambar.
A = rol ; B = sendi
C = rol ; S = sendi gerber
Beban P = 4 ton, dengan jarak 1 m
dari A, dan beban terbagi rata q = 2
t/m dari B ke C.
Ditanya : Gambar bidang M, N, D.
Jawab: Struktur balok gerber seperti
pada gambar (a) kalau diuraikan akan
menjadi struktur seperti pada gambar
(b).
Balok AS harus diselesaikan lebih
dahulu, baru selanjutnya reaksi Rs dari
balok As menjadi beban / aksi ke
balok SBC
Balok A-S (mencari R
A
dan R
S
)
E M
S
= 0 R
A
. 4 P.3 = 0
R
A
.= t 3
4
3 . 4
4
3 . P
= =
E M
A
= 0 R
S
. 4 P.1 = 0
R
S
= t 1
4
1 . 4
4
1 . P
= =
Reaksi Rs = 1t akan menjadi beban di
titik S pada balok S B C (gambar (b))
Balok S B C (mencari R
B
dan R
C
)
E M
C
= 0
R
B
.6 R
S
.8 q.6.3 = 0
R
B
.6 1.8 2.6.3 = 0
R
B
= t
3
1
7 t
6
44
=
E M
B
= 0 R
C
.6 + R
S
.2 q.6.3 = 0
R
C
.6 + 1.2 2.6.3 = 0
R
C
= t 3 / 2 5
6
34
=

BID. N
Gambar 3.10. Gambar-gambar gaya
dalam balok gerber
5
3
2
t
R
C
= 5
3
2
t
S
B
C
A
4 m 2 m 6 m
1 m
P=4t q = 2t /m
x
A
P=4t
S
Rs =
1t
x
1

Rs
S
R
A
= 3t
2 t/m
x
2

C
B
R
B
= 7 1/3 t
+
+
-
3
tm
2
tm
8.0287
tm
BID. M
2.833 m
5.667 m
+
-
6.33t
1t
3t
+
-
(a)
(b)
(c)
BID. D
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -54-
Balok A-S
Daerah A P (P = letak beban P = 4t)
Mx = R
A
.x = 3.x (linear)
x = 0 M
A
= 0
x = 1 M
P
= 3 tm (momen dibawah P)
Daerah P S
Mx = R
A
.x-P (x-1) = 3.x 4 (x-1)
x = 1 M
P
= 3 tm
x = 4 M
S
= 0
Balok SBC
Daerah S B (dari kiri)
Mx
1
= - Rs.x
1
= - 1.x
1
(linear)
= -x
1

x
1
= 0 Ms = 0
x
2
= 2 M
B
= -2 tm
Daerah C B (dari kanan)
Mx
2
= Rc.x
2
-
2
1
.q x
2
(parabola)
Mx
2
= 5.667.x
2
-
2
1
.2.x
2

= 5.667 x
2
- x
2

Mencari M
max

2
dx
2
dMx
= 0 5.667 2 x
2
= 0
= x
2
= 2.833 m (lokasi dimana terletak M
max

M
x2
max =5.667. 2.833 (2.833)
= 16.0546 8.02589 = 8.0287 tm.
Mencari titik dimana momen = 0
M
x
=5,667 x
2
x
2
2
= 0
X
2
(5,667-x
2
) = 0
x
2
=5,667 m ( Letak dimana momen = 0 )
Bidang D ( GAYA LINTANG )
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -55-
Balok A-S
Daerah A P ( dari Kiri )
D
2
= + R
a
= + 3 + ( Konstan )
Daerah P S ( Dari kiri )
D
x
= + R
a
- P = 3 4 = -1 t (Konstan )

Balok S B C
Daerah S B ( Dari Kiri )
D
x
= - Rs = -1 t (Konstan)
Daerah C B (Dari Kanan)

D
x2
= - R
c
+ q
.
x
2

= - 5,667 + 2 . x
2
(Linieair)

X
2
= 0 D
c
= - 5,667 t
X
2
= 6 D
bkn
= -5,667 + 2.6 = + 6,333 t

Mencari titik dimana D = 0
-5,667 + 2X
2
= 0 X
2
= 2,833 m
(Letak D = 0 sama dengan letak

M
max
)

Bidang N ( Normal )
Bidang N tidak ada










3.1.6. Latihan

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -56-
A
B
Dalam mempraktekan teori teori yang ada di depan ( bagian
sebelumnya ), maka perlu diadakan (diberi) suatu latihan
.










2).











3.1.8. Rangkuman
o Balok gerber adalah :
- Suatu balok yang mempunyai jumlah reaksi lebih besar dari 3 buah,
tapi masih bisa diselesaikan dengan syarat-syarat keseimbangan.
Atau
- Rangkaian dari beberapa balok statis tertentu.
o Tahap awal penyelesaiannya adalah : balok tersebut harus diuraikan
lebih dahulu, dan di sendi gerber ditentukan daerah bagian balok

C
Suatu balok gerber dengan
beban dan struktur seperti
pada gambar dengan
perletakan :
A = jepit, B = rol
S = sendi gerber
Beban P = 5 2 t dengan
sudut 45 terletak di tengah
bentang SB.
Gambar : bidang- bidang
gaya dalamnya. (Bidang M, N
dan D)
Suatu balok gerber
dengan beban dan
struktur seperti gambar,
dengan perletakan A =
sendi, B = rol
C = rol, S = sendi
gerber

Beban : P = 5t, 2m dari A
q = 2t/m sepanjang
bentang SC.
Gambar : bidang-bidang
gaya dalamnya (Bidang
M, N, D)
tertumpu
P = 5t
2
m
4 m
5 m
2
m
A
B
S
q = 2t/m
1).
S
3 m 3 m 2m
45
P = 5
2 t
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -57-
mana yang terletak diatas (tertumpu) dan mana yang menumpu (
)
o Penyelesaiannya dilakukan secara bertahap dari masing-masing balok
tersebut.
o Balok yang salah satu perletakannya tertumpu (menumpang)
diselesaikan terlebih dahulu.
o Gambar bidang gaya dalamnya adalah merupakan gabungan dari
masing-masing balok tersebut.

3.1.9. Penutup
Untuk mengukur prestasi, mahasiswa bisa melihat sebagian jawaban
dari soal-soal tersebut diatas sebagai kontrol.

Soal No. 1
Keterangan Titik Harga Arah

Reaksi
A 1.4 ton
|
B 7.6 ton
|
S 4 ton
|
C 4 ton
|

Keterangan Titik Harga Tanda

Momen (M)
A 0

(-)
B 8 tm
S 0
C 0

Gaya Lintang (D)
A 1.4 ton (+)
B kiri 3.6 ton (-)
B kanan 4 ton (+)
C 4 ton (-)
Gaya Normal (N) - - -



MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -58-
Soal 2
Keterangan Titik Harga Tanda

Reaksi
AV 2.5 ton
^
AH 5 ton

MA 5 tm

S 2.5 ton
^
B 2.5 ton
^

Momen (M)
A 5 tm (-)
S 0
di P 7,5 tm (+)
B 0
Gaya Lintang (D)

A 2.5 ton (+)
B 2.5 ton (-)

Gaya Normal (N)
A 5 ton (-)
S 5 ton (-)
P kiri 5 ton (-)

3.1.10. Daftar Pustaka
1. Soemono Statika I ITB bab V
2. Suwarno. Mekanika Teknik Statis Tertentu UGM bab V-4
3.1.11. Senarai :
Sendi Gerber : tempat penggabungan balok satu dengan balok lainnya.









3.2. Garis Pengaruh Balok Gerber
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -59-
3.2.1. Pendahuluan
Seperti halnya balok diatas 2 perletakan, maka untuk balok gerber
inipun kita harus mencari besarnya reaksi, atau gaya momen (M)
atau gaya lintang (D) atau gaya normal (N), jika ada muatan yang
berjalan diatas balok gerber tersebut.
Pengertian dasar dan definisinya sama dengan garis pengaruh
balok diatas 2 perletakan.
Standart beban yang dipakai juga sama yaitu muatan
berjalan dengan beban P = 1 ton atau satu satuan beban.

3.2.2. Prinsip Dasar
Yang perlu diperhatikan dalam membuat garis pengaruh balok
gerber adalah :



















o Harus bisa memisahkan balok yang
mana yang disangga dan yang mana
yang menyangga.
o Dalam gambar sebelah
o Balok SC yang disangga
o Balok ABS yang menyangga.
o Kalau ada muatan berjalan diatas ABS
maka reaksi di S (R
S
) dan reaksi di C
(Rc) tidak ada (Gambar d).
o Namun jika ada muatan berjalan diatas
balok S-C maka reaksi di A (R
A
),
reaksi di B (R
B
); reaksi di S (Rs) dan
reaksi di C (Rc) semuanya ada (Gambar
c).
tidak
ada
reaksi
tidak
ada
reaksi
R
B
ada
R
A
ada
P
R
B
ada
R
A
ada
R
S

R
S

ada
ada
R
C

R
B

R
A

R
S

R
S

R
C

A
A
B S C
B
P
(a
)
(b
)
(c
)
(d
)
Gambar 3.11. Reaksi perletakan pada balok
gerber dengan muatan berjalan diatas
gelagar
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -60-












Contoh

Balok gerber seperti pada gambar
Cari garis pengaruh reaksi-reaksinya

















GP.R
A
(Garis Pengaruh Reaksi di A)

P berjalan dari A ke S
x = variable bergerak sesuai posisi P dari A
ke C
E Ms = 0
R
A
= ton
1
x
1
1
) x
1
( P
l
l
l
l
=


Untuk P di A x = 0 R
A
= 1 ton
Untuk P di S x = l
1
R
A
= 0

P dari S ke C tidak ada pengaruh
terhadap R
A

GP.R
S
(Garis Pengaruh Reaksi di S)

P dari A ke S
Rs =
1 1
x Px
l l
=
P di A x = 0 Rs = 0
P di S x = l
1
R
S
= 1t
P dari S ke C tidak ada pengaruh untuk
reaksi
di S (Rs)


GP.R
B
(Garis Pengaruh Reaksi di B)
x
1
variabel bergerak dari C ke A sesuai
posisi.
P=1t
x
C B S
A
l
1

a
S
A
l
2

R
S

R
S

B
C
+
+
1t
GP.R
A

GP.R
S

x
1
P=1
t
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -61-
























Gambar 3.12. Garis pengaruh reaksi
(R
A
; Rs; R
B
dan Rc)

Jika potongan I-I antara : A3 cari garis pengaruh D
I-I
dan M
I-I

Jika potongan II-II antara : BC cari garis pengaruh D
II-II
dan M
II-II





GP.Rc (Garis Pengaruh Reaksi di C)

P berjalan dari C ke S

Rc = t
2
1
x
2
l
l

P di C x
1
= 0 Rc = 1t

P di B x
1
= l
2
Rc = 0

P di S Rc =
2 2
a a . Rs
l l
= karena
(Rs = 1t)

P di A Rs = 0 Rc = 0


GARIS PENGARUH D DAN M

G.P.D
I-I
(Garis Pengaruh Gaya
Lintang di potongan I-I)

P berjalan di kiri potongan I-I
(perhitungan dari kanan potongan)

D
I
= - Rs (dari kanan)
Rs =
1 1
I
1
x Px
D
Px
l l l
= =
+
-
x
1

P = 1t
1t
a/l
2


GP. Rc
A S B C
b c d e
C B
A
P x
I
I
II
II
l
2
l
1

a
B
C
A
Rs
S
1t
GP.R
B

+
1t
P =
1t
x
1

|
|
.
|

\
| +
2
l
a
2
l

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -62-















G.P.M
I-I
(Garis Pengaruh Momen di Potongan I-I)
P berjalan di kiri potongan I-I (perhitungan dari kanan)
M
I
= Rs . c = c .
1
t
x
c .
1
t
Px
l l
=
Untuk P di A x = 0 M
I
= 0
Untuk P di I-I x = b M
I
=
1
c . b
l

P berjalan di kanan potongan (perhitungan dari kiri)
M
I
= RA . b = b .
1
x
1
l
l

Untuk P di I-I x = b M
I
=
1
b . c
b .
1
b
1
l l
l
=


Jika P berjalan dari S ke C tidak ada M
I





G.P. D
II-II
(Garis Pengaruh Gaya
Lintang di potongan II-II)

P berjalan dari A ke Potongan II
(perhitungan kanan potongan II)

DII = - Rc (sama dengan g.p. Rc)

Untuk P di S Rs = 1t
Gambar 3.13. Garis pengaruh D
I-I
dan M
I-I

d e
x
P
S B C
A
II
II
l
1
l
2

a
S
A
Rs
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -63-


























Gambar 3.14. Garis pengaruh D
II-II
dan
M
II-II


P berjalan dari II ke C (perhitungan dari kiri)
M
II
= R
B
. d
Untuk P di II RB =
2
e
l

M
II
= dtm
e
2
l
d
e
2
l

+
-
a/l
2
.
b
d/l
2
.
e
g.p. Rc.e g.p. R
B.d
G.P. M
II-II
(Garis Pengaruh Momen di
potongan II-II)

P berjalan dari A ke II (perhitungan
dari kanan potongan)

MII = Rc . e (sama dengan GP.Rc x
e)

Untuk P di S Rs = 1t Rc = -
2
a
l

M
II
= - e .
2
a
l

Untuk P di II Rc =
2
d
l

M
II
= - e .
2
d
l

Sama dengan g.p.
Rc
Sama dengan g.p.
R
B

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -64-

3.2.3. MENCARI HARGA MOMEN DAN GAYA LINTANG DENGAN
GARIS
PENGARUH
Jika ada suatu rangkaian muatan atau muatan terbagi rata
berjalan diatas gelagar berapa momen maximum di titik C
dan berapa gaya lintang maximum di titik C.






























B

Mencari harga Mc

Kondisi muatan seperti pada 1)
Mc = P
1
y
1
+ P
2
y
2
+ P
3
y
3


Kondisi muatan seperti pada 2)
Mc = P
1
y
1
+ P
2
y
2
+ P
3
y
3
+ P
4

y
4


Mc = E P.y
Untuk muatan terbagi rata = q t/m

d Mc = y.q dx
Mc =
} }
= dx y q qdx . y
}
= = F diarsir yang bagian luas dx y

Mc = q F

q dx = muatan q sejarak dx, dimana dx 0 (mendekati
0)
y = ordinat dibawah dx

Mencari harga Dc

Untuk beban titik

Dc = -P
1
y
1
+ P
2
y
2
+ P
3
y
3
+ P
4
y
4


Beban terbagi rata



F = luas arsir
Dc = q F
Dc = q F
GP.Mc
A
C
a b
l
P
1

P
2
P
3
P
4

y
4
y
2
y
3
y
1
y
3
y
1
y
2

P
1
P
2
P
3

*
1)
*
2)
P.a.b
l
GP.Mc
Luas =
F
q t/m
d
x

P
1
P
2
P
3
P
4

y
1

y
2

y
3
y
4

GP.Dc
+
-
A B
y
+
C
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -65-









Gambar 3.15. Mencari gaya lintang (D) dan momen (M) dengan garis
pengaruh


+
-
q t/m
GP.Dc
Luas = F
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -66-

3.2.4. Mencari Momen Maximum di Suatu Titik Pada Gelagar
3.2.4.1. Pendahuluan
Pada kenyataannya, muatan yang melewati suatu jembatan adalah
tidak menentu, ada yang lewat sendirian atau merupakan suatu
rangkaian muatan, Dalam kondisi tersebut kita tetap harus mencari
berapa nilai momen maximum di suatu tempat pada gelagar
tersebut.
Misal :








Gambar 3.16. Muatan berjalan diatas gelagar

Berapa momen maximum yang terjadi di titik C jika ada suatu
rangkaian muatan seperti pada gambar tersebut melewati jembatan
seperti pada gambar.

3.2.4.2. Prinsip dasar perhitungan
- Untuk mencari nilai momen maximum di suatu untuk didalam
gelagar maka kita perlu mencari posisi dimana muatan
tersebut berada yang menyebabkan momen di titik tersebut
maximum.
- Untuk mencari nilai maximum tersebut perlu memakai garis
pengaruh dari gaya dalam yang dicari sebagai perantaranya.
A
a b
l
C
P
1
P
2
P
3
P
4
P
5
P
6

Suatu gelagar muatan
B
Suatu
gelagar
Jembatan
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -67-
- Kemudian nilai maximum tersebut didapat dengan cara
mengalikan antara beban yang terletak diatas gelagar dengan
ordinat dari garis pengaruh yang dipakai.





Contoh
Mencari Momen Maximum Pada Gelagar
Ada suatu balok terletak diatas 2 perletakan seperti pada Gambar, jika ada
rangkaian muatan yang berjalan diatasnya berapa Mc maximum yang
terjadi.



















Gambar 3.17. Perpindahan ordinat untuk muatan berjalan
Jawab :

Mencari Mc max untuk rangkaian
muatan berjalan (dari kiri ke
kanan)
Jarak rangkaian muatan constant
(tetap)
= posisi awal

= posisi kedua

Pada posisi awal, ordinat garis
pengaruh dinyatakan dengan y
1

s/d y
S
, atau
Mc = E Py
= P
1
y
1
+ P
2
y
2
+ P
3
y
3
+ P
4

y
4

+ P
5
y
5

B
A
C
(c)
(l- c)
l
P
1

P
1
P
2
P
3
P
4
P
5

P
2

P
3
P
4

Ax
r
l
Ax
y
1
y
2
y
3
y
4
y
5

y
5

y
3

C
1

y
2

y
1

y


GP.Mc
P
5

y
4

y


MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -68-

Muatan bergerak ke kanan sejauh Ax, dimana ordinat garis pengaruh
dinyatakan dengan y
1
s/d y
5
dan Mc = E Py
(dalam hal ini y berubah menjadi y)
Jika ditinjau 2 bagian : - bagian kiri titik C dan
- bagian kanan titik C
Di kiri titik C ordinat bertambah y dan
Di kanan titik C ordinat berkurang y

y =
1
c .
c
x A

y =
1
c .
) c l (
x

A


Perbedaan nilai momen (AM) dari perpindahan posisi beban adalah
sebagai berikut :
A Mc = P1 y + P2 y P3 y P4 y P5 y
= (P1 + P2) y - (P3 + P4 + P5) y jika (P1 + P2) = E P
l
dan (P3 +
P4 + P5) = E Pr
= E P
l
|
.
|

\
|

A

|
.
|

\
| A
1
c .
c
x
Pr
1
c .
c
x
l

| | qr q
1
c . x
c
Pr
c
Pl
1
c . x A =
)
`

A l
l



q
l
= jumlah beban rata-rata di sebelah kiri titik C
qr = jumlah beban rata-rata di sebelah kanan titik C

Jika q
l
> qr A M positif
Jika muatan bergeser terus ke kanan sehingga P2 melampaui C q
l
=
C
1
P

ql qr
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -69-
q
l
menjadi kecil sehingga q
l
< qr A M negatif (pergerakan P2 dari kiri
C ke kanan C menjadikan tanda A M dari positif ke negatif)
Jadi Mmax terjadi jika P2 diatas C.
M max terjadi jika salah satu muatan di atas potongan sehingga
c
Pr
C
P

=
l
l
atau
q
l
= qr
Mmax di suatu titik untuk muatan terbagi rata












Gambar 3.18. Posisi beban terbagi rata untuk
Mencari M
maximum



Mmax terjadi jika psosisi beban q
l
= q
r
= q
s

Mencari perkiraan posisi beban dalam mencari momen max supaya beban
di kiri dan di kanan potongan seimbang, maka bisa diperkirakan secara
grafik sebagai berikut :
Gelagar diatas 2 perletakan A-B, digunakan rangkaian muatan berjalan
dengan nomor urut 01, 12, 23,34 dan 45
Cara : buat garis AB dibawah gelagar,- di ujung bagian kanan (B) buat
muatan tumpukan beban dari 45; 34; 23;12; dan 01 (dengan skala)
- Tarik dari titik 0 (ujung dari beban 01) ke ujung garis bagian kiri
(A) sehingga membentuk sudut (o)
a b
B A
C
c (l c)
kiri kana
n
tota
l
Untuk muatan terbagi rata Mc
max terjadi jika :
ql = qr

l l
b a
) c (
b
c
a +
=

=
q
l
q
r
q
s

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -70-
- Kalau kita mau mencari dimana letak beban yang mengakibatkan
momen di potongan I maksimum, yaitu dengan menarik garis
dari potongan I kebawah, sampai memotong garis A-B di I.
- Tarik dari titik I sejajar (//) dengan garis A0 dan garis tersebut
akan memotong tumpukan muatan di beban 01.
- Jadi M
I
akan maximum jika beban 01 terletak di atas potongan I.
* Bagaimana posisi beban untuk mendapatkan momen di potongan II
maximum.
- Dengan cara yang sama, tarik garis dari potongan II ke bawah
sampai pada garis A-B dan memotong di potongan II.
- Dari titik II ditarik garis // (sejajar) dengan A O dan
memotong tumpukan muatan di beban 12.
- Jadi M
II
akan maximum jika beban 12 terletak diatas potongan
II.


















Mmax terjadi jika
q
l
= qr = qs = tg o
tg o =
l
45 34 23 12 01 + + + +

0
1
2
3
4
5
A
o
I II
III IV
B A
34 45 23 12 1
l
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -71-




Gambar 3.19. Mencari posisi muatan untuk mendapatkan Mmax dengan
cara grafis

M
I
max terjadi jika muatan OI terletak diatas potongan I-I.
M
II
max terjadi jika muatan 12 terletak diatas potongan II-II.
M
III
max terjadi jika muatan 34 terletak diatas potongan III-III.
M
IV
max terjadi jika muatan 34 terletak diatas potongan atau mutan
45 terletak diatas potongan IV-IV dan diambil yang besar.








3.2.5. Mencari Momen Maximum Maximorum di Suatu Gelagar
3.2.5.1. Pendahuluan
Mencari momen maximum maximorum ini berbeda dengan
mencari momen maximum di suatu titik pada gelagar, mencari
momen maximum-maximorum di suatu gelagar ini posisi titiknya
tidak tertentu. Jadi dalam hal ini titik letak dimana momen
maximum terjadi, serta posisi beban yang menyebabkan
terjadinya momen maximum harus dicari. Jadi dalam hal ini :
- Letak posisi titik dimana momen maximum terjadi.
- Letak posisi beban yang menyebabkan momen maximum.

- dicari
!!.
I II III IV B
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -72-
3.2.5.2. Prinsip Dasar Perhitungan
- Untuk mencari momen maximum-maximorum di suatu gelagar
ini tidak bisa memakai garis pengaruh karena titik letak momen
maximum terjadi harus dicari.
- Dalam mencari momen maximum-maximorum ini harus
memakai persamaan.

Contoh 1
















Rangkaian muatan terletak diatas gelagar dan dimisalkan momen
maximum terletak dibawah beban P
3
dengan jarak x dari perletakan A.






Suatu gelagar diatas 2 perletakan A
B, dan suatu rangkaian muatan dari P
1

s/d P
5
. Berapa dan dimana momen
maximum-maximorumnnya ?.

Jawab:

R
1
= resultante dari P
1
dan P
2

R
2
= resultante dari P
3
dan P
4

Rt = resultante dari R
1
; R
2
dan P3 atau
resultante P
1
; P
2
; P
3
; P
4
; P
5


r = jarak antara Rt dan P
3

a = jarak antara R
1
dan P
3

b = jarak antara R
2
dan P
3

EM di P
3
= 0

Rt.r = R
1
. a R
2
. b

E M
A
= 0

RB = { } b x (
2
R ) a x (
1
R x .
3
P
t
1
+ + +
l

Momen dibawah P
3
dengan jarak x dari titik
A

Mx = R
B
(l-x) R
2
. b
r
R
B

R
A

R
1
R
2

R
t

a b
x
l
P
3

P
4
P
5
P
2
P
1


Rt
(b
)
A B
P
1
P
2
P
3
P
4
P
5

P
1
P
2
P
3
P
4
P
5

R
2
R
1

R
t

a b
r
(a
)
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -73-
































Rt
B
Mmax terjadi dibawah beban
P
1
M
1
max

Dalam hal ini r = jarak antara
Rt dengan P
1
.
M max terdapat dibawah P
4
=
M
4
max
Dalam hal ini r = jarak antara Rt
dengan P
4

Mextrem = Mmax maximorum
adalah momen yang terbesar
diantara Mmax (1,2,3,4,5).
r
r r
A
Rt
P
1

tengah-tengah
bentang
(e
)
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -74-


























Contoh 2





B
B
Mmax terjadi dibawah beban
P
5
M
5
max

Dalam hal ini : r = jarak
antara Rt dengan P
5

Mmax terjadi dibawah beban
P
2
M
2
max

Dalam hal ini r = jarak antara
Rt dengan P
2
.
Suatu gelagar dengan bentang l = 10
m dan ada suatu rangkaian muatan
berjalan dengan lebar seperti pada
gambar.
Cari besarnya momen maximum-
maximum maximorum.

Jawab : kondisi beban seperti pada
gambar






M max terdapat di
bawah P
5
= M
5

max
x = l + r
x
r

l
M max terdapat dibawah P
1
= M
1

max
tengah-
tengah
bentang
P
1

P
2
P
3
P
4
P
5

A
r

r
Rt
x = l + r
M max terdapat dibawah P
2
= M
2

max
A
tengah
bentang
r

r
r
Rt
P
1
P
2
P
3
P
4
P
5

(f)
(g
)
Gambar 3.20. Posisi beban untuk kondisi Mmax
1
s/d M
max
5

B
1m 1m
P
1
=8
t
P
2
=6
t
P
3
=6
t
A
l = 10
m
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -75-
Kondisi 1
Dimana M max dibawah P
1








Kondisi 2
Dimana M max dibawah P
2







Kondisi 3
Dimana M max dibawah P
3










3.2.6. Latihan : Garis pengaruh pada balok menerus dengan
sendi-sendi gerber

Soal 1 :


1m 1m
P
1
P
2
P
3

8t 4t 6t
x
R
t

Rt = P
1
+ P
2
+
P
3
=
20 ton
Statis momen
terhadap P
1

P
2
.1 + P
3
.2 =
Rt.x
6.1 + 6.2 = 20 .
x
x =
m 90 , 0
20
12 6
=
+

R
t

Gambar 3.21. Posisi beban untuk mencari
momen maximum
maximorum
Balok ABC dengan sendi
gerber S seperti tergambar.
Akibat beban P = 1t berjalan
diatas balok, ditanyakan :

GP R
A
; GP R
B
; GP R
C

GP M
I
; GP D
I
; GP M
B

P=1t berjalan
2 m
S
B
2 m 4 m 6 m
R
B

R
C

C
A
R
A

I
B
B
tengah-
tengah
bentang
B
tengah-tengah
bentang
4,45 4,45
r
=1.1
R
t

l - x
4,55 = 5 + 0,45
x = l +
r

r
R
t

P
2

P
3

tengah
bentang P
1
P
2
P
3

A
A
P
1
P
2

P
3

0,1
m
4,95
m
P
1

5m
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -76-









Soal 2 :











a). Akibat beban P = 1t berjalan diatas balok, ditanyakan;
GP R
A
; GP R
B
; GP R
C
; GP R
D

GP M
I
; GP D
I
; GP M
B
; GP D
B kanan

b). Akibat rangkaian beban berjalan, ditanyakan : M
I max
,
M
max



maximorum pada balok tersebut.











3.2.7. Rangkuman

4 m
A
B
C D
8 m 2 m 2 m 6 m 6 m
R
C
R
D
R
B

R
A

S
1
S
2

I
Balok ABCD dengan
sendi gerber S
1
dan S
2

seperti tergambar.

2
m
2
m
P
1
=4
t
P
2
=4
t
P
3
=2
t
P = 1 t berjalan
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -77-
- Untuk mengerjakan garis pengaruh balok gerber, harus tahu
dulu bagaimana memisahkan balok tersebut menjadi bagian-
bagian yang tertumpu dari bagian yang menumpu.
- Sebelum mengerjakan garis pengaruh gaya-gaya dalam, perlu
dibuat dulu garis pengaruh reaksi, karena dari garis pengaruh
reaksi tersebut garis pengaruh gaya dalam mudah dikerjakan.

3.2.8. Penutup
Untuk melihat prestasi mahasiswa dalam mengerjakan latihan,
maka bisa melihat jawaban soal sebagai berikut :

Jawaban :
Soal No. 1

Keterangan P =1t Titik Nilai Tanda / Arah
R
A
A 1 t + |
B 0
S 1/3 t +
C 0
R
B
A 0
B 1 t + |
S 4/3 t + |
C 0
R
C
A 0
B 0
S 0
C 1 t + |

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -78-

Lanjutan Jawaban Soal 1

Keterangan P =1t Titik Nilai Tanda / Arah
M
I
A 0
I 1,333 tm +
B 0
S 0,667 tm
C 0
D
I
A 0
I
kiri
1/3 t
I
kanan
2/3 t +
B 0
S 1/3 t
C 0
M
B
A 0
B 0
S 2 tm
C 0

Soal No. 2
a).
Keterangan P = 1 dititik Nilai Tanda / Arah
R
A
A 1 t + |
B 0
S
1
0,25 t +
S
2
0
C 0
D 0
R
B
A 0
B 1 t + |
S
1
1,25 t + |
S
2
0
C 0
D 0
R
C
A 0
B 0
S
1
0
S
2
1,333 t + |
C 1 t + |
D 0



MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -79-



Keterangan P = 1 dititik Nilai Tanda / Arah
R
D
A 0
B 0
S
1
0
S
2
0,333 t +
C 0
D 1 t + |
M
I
A 0
I 2 tm +
B 0
S
1
1 tm
S
2
0
C 0
D 0

Lanjutan Jawaban Soal 2

Keterangan P =1t Titik Nilai Tanda / Arah
D
I
A 0
I
kiri
0,5 t
I
kanan
0,5 t +
B 0
S
1
0,25 t
S
2
0
C 0
D 0
M
B
A 0
C 0
S
1
2 tm
S
2
0
C 0
D 0
D
B kanan
A 0
I
kiri
0
I
kanan
1 t +
B 1 t +
S
1
0
S
2
0
C 0
D

b). M
I max
= + 14 tm, pada saat P
2
terletak pada titik I
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -80-
M
I max
maximum = + 14.05 tm, terjadi pada titik dibawah P
2




3.2.9. Daftar Pustaka
- Soemono, Statika I, ITB, bab V
- Suwarno, Mekanika Teknik Statis Tertentu, UGM, bab V-4

3.2.10. Senarai
Balok gerber = balok yang bisa dipisah-pisah menjadi beberapa
konstruksi statis tertentu
Sendi gerber = sendi yang dipakai sebagai penghubung antara
balok satu dengan balok yang lain.





















MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -81-































MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -82-

MODUL 4 : PELENGKUNG DAN PORTAL 3 SENDI
SERTA CARA PENYELESAIANNYA


4.1. Judul : PELENGKUNG 3 SENDI

Tujuan Pembelajaran Umum

Dengan membaca materi ini mahasiswa bisa mengetahui apa itu arti
struktur pelengkung 3 sendi dan tahu bagaimana menyelesaikan struktur
tersebut.

Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah membaca materi ini mahasiswa salain mengerti apa arti struktur
pelengkung 3 sendi, mengerti juga kapan struktur itu digunakan dan tahu
cara menyelesaikan struktur tersebut, serta bisa menggambarkan bidang
gaya dalamnya (Bidang M, N, D)

4.1.1. Pendahuluan
Konstruksi pelengkung 3 sendi biasanya dipergunakan pada konstruksi
jembatan, tapi dengan kondisi yang bagaimana ?.
(a).




(b).



Tapi bagaimana kalau kita mendapatkan sungai dengan lebar yang cukup
berarti dan dasar sungai juga cukup dalam, sehingga sulit
untuk membuat pilar di tengah-tengah jembatan ?.
(c).
+ 30
cm
a. Untuk sungai yang lebarnya tidak besar missal :
+ 30, dan dasar sungainya tidak terlampau
dalam, pada umumnya dipakai jembatan balok
diatas 2 perletakan biasa seperti pada Gambar
(a).
+ 100 m
Pilar
Untuk sungai yang mempunyai lebar
cukup berarti misal : + 100 m, dan dasar
sungainya tidak terlampau dalam, maka
dibuatlah jjembatan balok dengan
beberapa bentang, seperti pada gambar
(b) yaitu jembatan balok dengan 2
bentang (perletakan di tengah
menumpang pada pilar)
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -83-



Gambar 4.1.
Bermacam-macam bentuk jembatan

4.1.2. Pengertian tentang Pelengkung 3 Sendi
4.1.2.1. Pengertian Dasar
Untuk menjaga kestabilan dari perletakan,
struktur pelengkung tersebut, kedua
perletakan dibuat sendi.
Perletakan
A = sendi (ada 2 reaksi V
A
dan H
A
).
B = sendi (ada 2 reaksi V
B
dan H
B
).
Jadi total reaksi ada 4 (empat) buah,
sedang persamaan dari syarat
keseimbangan hanya 3 (tiga) buah yaitu :
E H = 0; E V = 0 dan E M = 0.

Jadi agar struktur tersebut bisa
diselesaikan secara statis tertentu, maka perlu tambahan 1 (satu)
persamaan lagi yaitu E Ms = 0 (jumlah momen pada sendi = 0). S =
sendi yang terletak pada pelengkung tersebut sehingga struktur
tersebut dinamakan struktur pelengkung 3 sendi atau struktur
pelengkung yang mempunyai 3 buah sendi.

4.1.2.2. Penempatan Titik s (sendi)
Maka jawabannya adalah
konstruksi utama dibuat
pelengkung sehingga tidak
memerlukan pilar di tengah-tengah
sungai (Gambar c). Dengan
konstruksi pelengkung tersebut,
gelagar memanjang, tempat
dimana kendaraan lewat bisa
tertumpu pada tiang-tiang
penyangga yang terletak pada
pelengkung tersebut.

S
A B
H
A
H
B

V
A
V
A

Gambar (a)
Gambar 4.2. Skema pelengkung 3
sendi
Tiang
penyangga
Pelengkung
sungai
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -84-
Sendi s yang dipakai untuk melengkapi persamaan pelengkung 3 sendi terletak di
busur pelengkung antara perletakan A dan B.

Letak sendi
tersebut bisa
ditengah-tengah
busur pe-
lengkung atau
tidak. Hal ini
tergantung dari
kondisi lapangan
: seperti pada
gambar (b),
dimana letak
sendi s tidak di
tengah-tengah
busur
pelengkung



(b)
Gambar 4.3.
Contoh posisi sendi pelengkung 3 sendi

S
A
B
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -85-

4.1.2.3. Pemilihan Bentuk Pelengkung















(c)
Gambar 4.4. Bidang M struktur statis tertentu
dengan beban terbagi rata

Sekarang kalau ditinjau struktur pelengkung 3 sendi dengan beban terbagi rata
diatasnya.

























q kg/m
A
B
R
A

R
B

l
Bidang M
+
M =
8
1
q l
Kita kembali ke belakang, kalau kita
mempunyai balok statis tertentu diatas 2
(dua) perletakan A dan B dengan beban
terbagi rata q kg/m, maka bidang
momennya berbentuk parabola dengan
tanda bidang M adalah positif (+) dengan
nilai maximum di tengah-tengah bentang
=
8
1
q l (coba dihitung lagi sendiri)
dengan persamaan momen
M
x
= R
A
.x -
2
1
q x
Struktur pelengkung dengan bentang =
l dan tinggi = f
di A ada 2 reaksi V
A
dan H
A
di B ada 2 reaksi V
B
dan H
B

V
B

Kalau kita mau mencari besarnya momen di
potongan E E, maka M
E-E
= V
A
.x
1
-
2
1
q x
1
2

H
A
.h1



Nilai M
E-E
dibagi menjadi 2 bagian.

I = V
A
. x
1
-
2
1
q x
1
2

II = H
A
.h
1

Nilai I = V
A
. x
1
-
2
1
q x
1
2
sama dengan
persamaan momen gambar (c) yaitu 2 (dua)
perletakan dan dengan gambar bidang momen
I II
parabola
S
H
B
H
A

l
B A
E
h
1
f
V
A
V
B

x
1

q kg/m
S
f
H
B
H
A

l
B A
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -86-
















Gambar 4.5. Skema bidang M pada pelengkung

Harga momen total adalah sebagai berikut :
Nilai I dan nilai II = nilai total M
E-E

= nilai total M
E-E

= nilai kecil (saling menghapus)
Dari uraian tersebut diatas terlihat bahwa bentuk pelengkung itu akan memperkecil nilai
momen.

4.1.3. Cara Penyelesaian
4.1.3.1. Mencari Reaksi Perletakan












Gambar 4.6. Skema gaya dan jarak pada pelengkung (pendekatan 1)
Pendekatan 1
H
A
dan V
A
dicari dengan persamaan EM
B
= 0 dan EM
S
=
0 (bagian kiri) (2 persamaan dengan 2 bilangan tak diketahui)
EM
B
= 0 V
A
.l H
A
. (h
A
-h
B
) P
1
.b
1
= 0 (1)
Bidang M.
Gambar nilai I = V
A
.x
1
q x
1


+
Bidang M
+
-
+
Ada 2 (dua) cara pendekatan
penyelesaian untuk mencari reaksi.
Pendekatan 1 :
Jika H
A
dan V
A
atau H
B
dan V
B
dicari
bersamaan.
Pendekatan 2 :
Jika V
A
dan V
B
dicari dulu
baru H
A
dan H
B
kemudian
+



Nilainya mengecil
Gambar nilai II = H
A
.h
1

-
h
B

h
A

S
a
A
B
V
B

V
A

b
H
B

H
A

a
1

b
1

S
1

l
Gambar (a)
P
1

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -87-
EM
S
= 0 V
A
.a H
A
.h
A
P
1
.S
1
= 0 (2)
(bagian kiri)
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -88-

Dari 2 persamaan tersebut diatas yaitu (1) dan (2) maka V
A
dan H
A
bisa dicari.
H
B
dan V
B
dicari dengan persamaan EM
A
= 0 dan EM
S
= 0 (bagian
kanan) 2 persamaan dengan 2 bidang tidak diketahui
EM
A
= 0 V
B
.l + H
B
(h
A
h
B
) P
1
.a
1
= 0 (3).
EM
S
= 0 V
B
.l - H
B
. h
B
) = 0 (4).
(bagian kanan)
Dari persamaan (3) dan (4) maka V
B
dan H
B
bisa dicari.


































Pendekatan 2



Reaksi horizontal H
A
dan H
B
ditiadakan kemudian
arahnya diganti, masing-masing menuju ke arah
perletakan yang lainnya menjadi Ab Z dan Ba

Dengan arah Ab yang menuju perletakan B dan
P
1

S
S
1

a
1

f
B
a

B
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -89-


















- Mencari reaksi Av

E M
B
= 0 Av.l P
1.
b
1
= 0 Av =
l
1
b
1
P
(1)

- Mencari reaksi Bv
E M
A
= 0 Bv.l P
1.
a
1
= 0 Bv =
l
1
a
1
P
(2)
- Mencari reaksi Ab

E M
S
= 0 Av.a P
1
.S
1
Ab . f = 0
(bagian kiri) Ab =
f
1
S
1
P a . Av
dengan memasukkan nilai Av dari
persamaan (1), maka nilai Ab bisa dicari.

- Mencari reaksi Ba

E M
S
= 0 Bv.b Ba . f = 0
(bagian kanan) Ba =
f
b . Bv
dengan memasukkan nilai Bv dari
persamaan (2)
maka nilai Ba bisa dicari.

Lihat posisi Ba dan Ab merupakan reaksi yang arahnya miring Ba ()
dan Ab (Z)



o
Ab sin o
o
Ab
Ba
Ba sin o
Ba cos o
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -90-













Ab diuraikan menjadi 2 (dua) gaya yaitu :

Ab cos o () merupakan uraian horizontal dan
Ab sin o (^) merupakan uraian vertical sedang.

Ba juga diuraikan menjadi 2 (dua) gaya yaitu :
Ba cos o () merupakan uraian horizontal dan
Ba cos o (+) merupakan uraian vertikal.

- Bagaimana dengan komponen-komponen itu selanjutnya ?
Ternyata :
Ab cos o = H
A
pada cara pendekatan 1 yaitu merupakan reaksi
horizontal di A.
( )
Ba cos o = H
B
pada cara pendekatan 2 yaitu merupakan reaksi
horizontal di B.
()
dan :
V
A
(^) = Av (^) + Ab sin o (^)
Pendekatan 1 gambar (a) pendekatan 2 gambar (b) dan
V
B
(^) = Bv (^) + Ba sin o (+)
Pendekatan 1 gambar (a) pendekatan 2 gambar (b)
Kedua reaksi ini harus
diuraikan menjadi gaya-
gaya yang vertical dan
horizontal
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -91-

4.1.3.2. Mencari Gaya-gaya Dalam
Seperti telah diketahui sebelumnya, gaya-gaya dalam yang ada pada suatu balok adalah gaya dalam
momen (M), gaya lintang (D) dan gaya normal (N).















Gambar 4.8. Gaya dalam untuk balok diatas 2 perletakan

Bagaimana dengan bidang gaya dalam pada pelengkung ?.











Untuk balok yang lurus, bukan pelengkung,
seperti pada gambar (4.8), maka dengan mudah
kita menggambarkan bidang momennya (Bidang
M) dan bidang gaya lintangnya (Bidang D).
Karena bidang M merupakan fungsi x
Mx = R
A
. x, (x dari 0 ke a) linear dan
bidang D merupakan nilai konstan Dx = R
A
(x
dari 0 ke a).
V
B

x
Lihat pada gambar 4.9 disamping, dimana
suatu pelengkung 3 sendi dibebani beban
terbagi rata q kg/m. Jika x adalah titik yang
ditinjau bergerak dari A s/d B, maka
Mx = V
A
. x q x - H
A
. y

I = V
A
. x q x gambarnya adalah parabola
seperti pada sub bab 4.1.2.3 Gambar (c).
II = H
A
. y H
A
= konstan nilainya
y = jarak titik dasar ke
pelengkung
I II
+
-
+
Bidang D
R
A

R
B

Bidang
M
R
A
R
A

b a
x
P
A B
l
P.a.b
l

H
A
H
B

V
A

S
y
A B
q kg/m
Gambar 4.9
Pelengkung 3 sendi
dengan beban terbagi
rata
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -92-
y adalah merupakan persamaan parabola dari pelengkung, dimana pada
umumnya persamaannya adalah : y =

) x ( fx 4
l
l

II = H
A
.y gambarnya juga parabola
Jadi Mx = I II merupakan penggabungan 2 parabola yaitu parabola I
dan II yang tidak mudah penggambarannya !.

* Bagaimana dengan bidang D (bidang gaya lintang)















Bagaimana nilai Dx dan Nx ? gaya-gaya tersebut Vc dan Hx harus
diuraikan ke gaya-gaya yang (tegak lurus) dan // (sejajar sumbu)
Dimana posisi sumbu batang?.
Posisi sumbu batang adalah merupakan garis singgung dimana titik x
berada.





Kita lihat titik dimana x berada di situ ada
Vx dan Hx.
Vx = V
A
q . x (jumlah gaya-gaya vertikal
di x kalau di hitung dari bagian kiri)
Hx = H
A

Garis singgung di
x
o
Garis singgung tersebut membentuk
sudut o dengan garis horizontal.
maka Vx dan Hx harus diuraikan
ke
garis singgung tersebut.
V
B

Gambar 4.10. Gaya vertical dan
horizontal disuatu titik pada
pelengkung 3 sendi
H
B

H
A

V
A

S
V
x

H
x

x

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -93-








* Uraian Vx ke garis singgung * Uraian Hx ke garis
singgung
Gambar 4.11. Uraian Vx dan Hx pada sumbu batang
Dx = jumlah komponen yang garis singgung
Nx = jumlah komponen yang // garis singgung, maka
Dx = Vx cos o - Hx sin o




Nx = - Vx sin o Hx cos o
= - ( Vx sin o + Hx cos o)



Dari uraian tersebut diatas kalau kita mau menggambar bidang D (gaya
lintang) atau bidang N (gaya normal) akan mendapat kesulitan.
Karena setiap letak x berubah garis singgung akan berubah sudutnya dan
nilai o akan berubah lihat gambar bawah.





Jumlah gaya
dari kiri bagian
arah ke atas
tanda (+)
Jumlah gaya dari
kiri bagian dengan
arah ke bawah
tanda (-)
Kedua gaya ini menekan
batang tanda (-)
Garis
singgung
Garis
singgung
o
x di sebelah kanan titik
puncak
o
Vx cos o
Vx sin o
Vx
o
Hx cos
o
Hx sin o
Hx
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -94-





Biasanya yang ditanyakan dalam struktur pelengkung bukanlah bidang
momen (Bid. M); bidang gaya lintang (Bid. D) ataupun bidang normal
(Bid. N). Namun biasanya yang ditanyakan adalah besarnya nilai momen,
nilai gaya lintang, dan nilai gaya normal di salah satu titik di daerah
pelengkung tersebut.

Contoh Penyelesaian
Contoh 1

















Dintanya : Nilai V
A
; V
B
; H; Mc; Dc dan Nc
Dimana c terletak sejarak x
c
= 2.5 m dari titik A.
Diketahui :
Pelengkung 3 sendi dengan persamaan
parabola y =

) x lt ( fx 4
l


y = jarak pelengkung dari garis
horizontal dasar
x = aksis yang bergerak secara
horizontal dari A ke B
l = bentang pelengkung
f = tinggi pelengkung

Pelengkung tersebut dibebani secara
terbagi rata q = 3 t/m.
3 t/m
S
B A
H
H
C
f = 3
m
2.5 m
xc
V
A
V
B

o c
yc
5 m 5 m
Gambar 4.13. Pelengkung 3 sendi
dengan beban terbagi rata
Gambar 4.12. Perubahan arah garis singgung

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -95-
Jawab : Lihat notasi reaksi yang ada di perletakan A dan B; di A ada V
A

dan H dan di B ada V
B
dan H
Reaksi horizontal di A ditulis H bukanlah H
A
demikian juga, reaksi
horizontal di B ditulis H bukanlah H
B
yang berarti reaksi horizontal di A
(H
A
) dan di B (H
B
) adalah sama.


H
A
= H
B
kenapa ? dengan mengacu bahwa EH = 0 dimana beban
luar secara horizontal tidak ada maka H
A
= H
B
= H

Mencari V
A
dan V
B

E M
B
= 0 V
A
. l q.l. l = 0 V
A
= .3.10 = 15 ton (|)
E M
A
= 0 V
B
. l q. l. l = 0 V
B
= 15 ton (|)
mencari H
E Ms = 0 (kiri bagian dari S)
VA . 5- H . 3 q . (5) = 0
H = ton 5 . 12
3
25 . 3 . 2 / 1 5 . 15
3
) 5 ( q . 2 / 1 5 .
A
V
=


- Mencari ordinat titik c guna mencari Mc dengan persamaan parabola y
=

) x ( fx 4
l
l

untuk x = 2.5 m
yc = m 25 , 2
10
) 5 , 2 10 ( 5 , 2 . 3 . 4
=


- Mencari Mc (momen di titik c) dihitung dari kiri c
Mc = VA .Xc H.yc .q.Xc
= 15 . 2,5 12,5 . 2,25 . 3 . 5 , 2 = 0
(nilai momen = 0)
- Mencari gaya normal dan gaya
lintang
Untuk mencari gaya lintang maupun
gaya normal pada potongan x, maka
Menentukan nilai oc
y =

) x 2 l ( f 4
' y

) x l ( x f 4
l l

=


untuk x = 2.5
A B
Vc
Hc
2.5m
o
c

Gambar 4.14. Sudut o
c

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -96-
kita perlu mencari sudut oc yaitu sudut yang terbentuk antara garis
singgung di titik c dan garis horizontal.







Vc = V
A
q.x = 15 3.2,5 = 7,5 ton (|)
Hc = H = 12,5 ton ()

Dc = Vc cos oc Hc sin oc
= 7,5 . 0,8575 12,5 . 0,5145
= 6,4312 6,4312 = 0
Gambar 4.15. Uraian gaya Vc dan Hc

Nc = - (Vc.sin oc + Hc cos oc)
= - (7,5 . 0,5145 + 12,5 . 0,8575)
= - 14,5774 ton
Dari hasil nilai gaya dalam tersebut tampak bahwa nilai
Mc = 0; Dc = 0; Nc = -14,5774 ton, jadi ini jelas bahwa struktur
pelengkung ditekankan menerima gaya tekan.
Contoh 2

Diketahui :
Pelengkung 3 sendi dengan persamaan
parabola
l
) x l ( fx 4
bentang l = 10 m
dan tinggi f = 3 m persis seperti pada
contoh 1, hanya beban luar yang
berbeda yaitu P = 6 ton () horizontal
terletak di pelengkung dengan jarak
S
B A
H
A
H
B

C
f = 3
m
yc
yp
P=6t
xp=2m
xc=2.5m
oc
Vc cos oc
Vc sin oc
Vc
oc
Hc cos oc
H
c
sin
oc
Hc
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -97-








Gambar 4.16. Gambar
pelengkung 3 sendi
pada contoh soal
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -98-

Jawab :
Karena ada beban horizontal maka H
A
= H
B

Mencari VA dan VB
Untuk mencari VA dan VB perlu tahu tinggi yp untuk Xp = 2 m
Yp = m 92 , 1
10
) 2 10 ( 2 . 3 . 4
=



E M
B
= 0 V
A
. l + P.yp = 0
V
A
. 10 + 6 . 1,92 = 0 V
A
= -1,152 ton (+)

E M
A
= 0 V
B
. l - P.yp = 0
V
B
. 10 - 6 . 1,92 = 0 V
B
= + 1,152 ton (|)

E v = 0 V
A
+ V
B
= 0 cocok

Mencari H
A
dan H
B

E M
S
= 0 (kiri)
E M
S
= 0 V
A
. l H
A
. f P ( f yp ) = 0
- 1,152 . 5 H
A
. 3 6 (3 1,92) = 0
- 5,76 H
A
. 3 6 . 1,08 = 0
H
A
= ) ( ton 08 , 4
3
48 , 6 76 , 5
=


E M
S
= 0 (kanan)
E M
S
= 0 V
B
. l H
B
. f = 0
1,152 . 5 H
B
. 3 = 0 H
B
= 1,92 ton ()

Kontrol EH = 0
P + H
A
+ H
B
= 0
6 4,08 1,92 = 0 (cocok)





MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -99-

Mencari M, Dc dan Nc
Seperti pada contoh 1 yc = 2,25 m

oc = 30,96
sin oc = 0,5145; cos o = 0,8575

Mc = - V
A
.Xc + H
A
. yc P (yc yp)
















Gambar 4.17. Distribusi Vc dan Hc

Vc = 1,152 ton (+) Dc = - Vc cos oc Hc sin oc
Hc = 6 4,08 = 1,92 () = -1,152 . 0,8575 1,92 .
0,5145
= -1,9757 ton
Nc = + Vc sin oc Hc cos oc
C
V
B

yc
V
A

H
A
H
B

P=6
t
oc
Mc = -1,152 . 2,5 + 4,08 . 2, 25 6 (2,25
1,92)
= - 2,88 + 9,18 1,98
= 4,32 tm
Vc
Hc
V
A

H
A

oc
Vc cos o
Vc sin o
Vc
oc
Hc cos oc
Hc sin
oc
Hc
P
C
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
100-
= 1,152 . 0,5145 1,92 .
0,8575
= - 1,0537 ton


4.1.4. Latihan
Untuk mempraktekan teori-teori yang ada diuraian depan, maka
perlu diadakan suatu latihan sebagai berikut :

1).











Persamaan Parabola :
y =

) x l ( x f 4
l


2).








Suatu pelengkung 3 sendi ABS dengan beban
terbagi rata q = 2 t/m sepanjang setengah
bentang; dan P = 6t vertical terletak sejarak 2
m horizontal dari B.

Ditanyakan : V
A
; H
A
; V
B
; H
B
; Mc; Nc; Dc
B
A
V
A
V
B

q = 2
t/m
S
H
A

H
B

c
f = 3
m
2 m

4 m 4 m
2 m
P = 6t
q = 3
t/m
S
H
A
H
B

c
f = 4
m
Xp=2 m
5 m 5 m
P = 4t
Xc=3 m
B A
V
B
V
A

Suatu pelengkung sendi ABS dengan beban
terbagi rata q = 3 t/m sepanjang
setengah bentang dan P = 4 ton horizontal
terletak di sejarak 2 m dari A.

Ditanyakan : V
A
; H
A
; V
B
; H
B
; Mc; Nc; Dc



Persamaan parabola : y =

) x ( x f 4
l
l

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
101-






4.1.5. Rangkuman
o Pelengkung 3 sendi adalah struktur jembatan yang dipergunakan
untuk penampang sungai yang mempunyai dasar cukup dalam.
o Struktur tersebut masih merupakan struktur statis tertentu yang
bisa diselesaikan dengan syarat-syarat keseimbangan.
o Yang biasanya dicari dalam struktur pelengkung adalah nilai
momen, gaya lintang dan gaya normal di salah satu titik. Sedang
bidang momen, bidang gaya lintang dan bidang normal tidak
dihitung karena penggambarannya cukup kompleks.

4.1.6. Penutup
Untuk mengukur prestasi, mahasiswa bisa melihat sebagian jawaban darsoal-soal
tersebut diatas sebagai kontrol.

Soal No. 1

Keterangan Titik Nilai Arah /
Tanda
Reaksi Vertikal A 7,5 ton |
B 6,5 ton |
Reaksi Horizontal A 4,667 ton
B 4,667 ton
Data Pendukung yc 2,25 m
y 0,75
Sin o 0,6
Cos o 0,8
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
102-
Momen C 0,5625 tm (-)
Gaya Lintang C ~ 0 -
Normal C 5,8336 ton (-)


Soal No. 2

Keterangan Titik Nilai Arah /
Tanda
Reaksi Vertikal A 10,226 ton |
B 4,774 ton |
Reaksi Horizontal A 1,9675 ton
B 5,9675 ton
Data Pendukung yc 3,36 m
y 0,64
Sin o 0,539
Cos o 0,842
Momen C 7,3672 tm (+)
Gaya Lintang C 2,184 ton (-)
Normal C 5,6854 (-)


4.1.7. Daftar Pustaka
1. Soemono Statika I ITB, bab
2. Suwarno Mekanika Teknik Statis Tertentu, UGM, bab

4.1.8. Senarai
Pelengkung sendi : struktur pelengkung di suatu jembatan dimana
salah satu sendinya (selain perletakan), berfungsi supaya
pelengkung tersebut menjadi statis tertentu.


MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
103-

4.2. Garis Pengaruh Pelengkung 3 Sendi
4.2.1. Pendahuluan
Seperti pada balok diatas dua perletakan, struktur pelengkung 3 sendi
difungsikan sebagai jembatan yang mana diatasnya selalu
ada muatan yang berjalan. Untuk mencari besarnya gaya
dalam (momen, gaya lintang) pada suatu titik dipelengkung
tersebut perlu adanya garis pengaruh.

4.2.2. Pengertian Dasar
Pengertian tentang garis pengaruh pada pelengkung 3 sendi sama
dengan pengertian garis pengaruh pada balok menerus, yaitu besarnya
reaksi atau gaya-gaya dalam disuatu tempat yang diakibatkan muatan
berjalan sebesar satu satuan muatan.

4.2.3 Prinsip penyelesaian.
a. Garis Pengaruh Reaksi

V
B

G.P. V
A
dan V
B
(garis pengaruh reaksi di A dan B)
P berjalan dari A ke B, M
A
= 0 V
B
=
l
Px

Untuk P di A ; x = 0 V
B
= 0
Untuk P di B ; x = l

V
B
= 1 ton
M
B
= 0
V
A
=

l
l ) x ( P

ton (linier)
Untuk P di A ; x = 0

V
A
= 1 ton
Untuk P di B ; x = l

V
A
= 0
G.P.H (Garis Pengaruh reaksi horizontal)
H
A
= H
B
(karena beban hanya vertikal)
Jika P berjalan dari A ke S (lihat bagian kanan S)
M
S
= 0 V
B
. b H . f = 0,
H =
f
b . VB
=
l
Px
.
f
b
ton (di persamaan atas V
B
=
l
Px
)
V
B

1t
P x
Gambar 4.18. Garis pengaruh V
A
, V
B
dan
H
f
H
H
S
V
A

l
a b
( +
)
G.P V
B

( + )
G.P V
A


G.P. H
f .
b . a . P
l

V
B
.
f
b
V
A
.
f
a

1t
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
104-





Untuk P di A ; x = 0 H = 0
Untuk P di S ; x = a H =
ton
f . l
b . a . P

Jika P berjalan dari S ke B (lihat bagian kiri S): M
S
= 0 V
A
. a -
H.f = 0
H = V
A
.
ton
f
a

H =
l
l ) x ( P
ton
f
a
dipusatkan V
A
=
l
l ) x ( P

Untuk P di B ; x = l

H = 0
Untuk P di S ; x = a

H = ton
f .
b . a . P
l

G. P. H segitiga dengan puncak dibawah S dengan nilai H =
ton
f . l
b . a . P

u v
f
c
A
B
V
A
V
B

H
H
a b
l
G.P. bagian I
G.P. bagian II
(+)
( - )

c
f .
b . a . P
l

l
v . u . P

G.P. M
C
(Garis Pengaruh Momen dititik C).
Jika P berjalan di kanan Potongan C (dari C
ke B), maka lihat kiri potongan (kiri C).

M
C
= V
A
. u - H . c
I II
(dibagi menjadi dua bagian I dan II)

P dikiri potongan C (dari A ke C) lihat
kanan potongan.

MC = VB . v - H . c
I II
(dibagi menjadi dua bagian I dan II)
Bagian I V
A
. u dan V
B
. v sama dengan

G.P. M
C
pada balok di atas dua perletakan

Untuk P di C maka M
C
=
l
v . u . P

C



u v

V
A

V
B


Bagian II H.C = G.P. H x C
Sama dengan garis pengaruh H dikalikan
dengan nilai C






c
f . l
b . a . P

G.P. M
C

(-) (+
)
Garis Pengaruh Total (M
C
) sama
dengan jumlah dari garis
pengaruh bagian I dan bagian II

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
105-







C. Garis Pengaruh Gaya Lintang (D) dan Normal (N)
Gambar 4.19. Gambar GP.Mc
Sin


V
A

C
S
H
f
a b

l

H
H
B
V
B

V
A

G.P. N
C
bagian I
o

sin
l

(+)
( - )
o sin
v
l

GP VB sin

GP. V
A
Sin

GP NC Bagian II
( -
)
o cos
f .
b . a . P
l

u v
G.P. N dan D
Jika P berada dikanan C (lihat dari A ke C)

V
A



V
A
cos
C



V
A
sin dan V
A
cos .







yaitu H cos dan H sin , sehingga:
NC = - (V
A
sin + H cos )
I II
DC = V
A
cos - H sin
I II
I -> identik dengan G.P. Gaya Lintang
balok diatas 2 perletakan untuk G.P. Gaya
normal perlu dikalikan sin dan untuk
G.P Gaya Lintang perlu dikalikan cos
V
A
sin
V
C
= V
A

H
C
= H
VA diuraikan
menjadi gaya
yang sejajar
( // ) dan ( , )
garis
singgung di C,
yaitu :

H cos

H
H sin

HC = H
diuraikan
menjadi gaya-
gaya yang
sejajar ( // )
dan tegak lurus
(,) garis
singgung di C
o
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
106-




II identik dengan garis
pengaruh gaya horizontal
(H), untuk GP. Gaya normal
perlu dikalikan cos o dan
untuk GP. Gaya lintang
perlu dikalikan cos sin o

Mencari Nilai o
Persamaan parabola
y =

) x lt ( fx 4
l


y =

) x 2 lt ( f 4
l


Mencari nilai o
Persamaan parabola
y =

) x ( fx 4
l
l


y' =

) x 2 ( f 4
l
l

Untuk nilai x tertentu o bisa dicari

( - )
GP N
C
Total ( I dan II )
o sin
l
v

o cos
f . l
b . a



( + )
(-)
G.P. N
C

o cos
l
v

o cos
l
v

V
A
cos o V
B
cos o
GP.D
C
bagian II
o sin
lf
Pab
-
GP D
C
Total (I + II)
o cos
u
l


o sin
f .
b a
l

G.P. D
C


(-)
(
Gambar 4.20. Garis pengaruh gaya lintang
(D) dan gaya normal (N)
o cos
.
v
l

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
107-

1. Contoh Soal
Diketahui : suatu pelengkungan 3 sendi seperti pada gambar
dengan persamaan parabola:

Y =

) ( 4
l
x l f x

Ditanyakan : G.P reaksi dan G.P. Nc dan Dc

Jawab :

GP V
A

M
B
= 0
VA =
l
x l P ) (
ton =
l
x l
ton
Untuk P di A x = 0 V
A
= 1 ton
Untuk P di B x = l V
A
= 0

G.P. V
B

M
A
= 0
V
B
= ton
x
ton
x P
l l
=

Untuk P di A x = 0 V
B
= 0
Untuk P di B x = l V
B
= 1 ton

G.P. H
P berjalan antara A - S (lihat kanan S)
M
A
= 0 V
B
=
l l
x Px
=
M
S
= 0 V
B

2
1
l - H.f = 0
V
B
. 5 - H. 3 = 0 H =
3
5 . A V

H = t
3
5
10
) x 10 (
3
5
.
) x (
=

l
l

Untuk P di B x = 10 H = 0 t
Untuk P di S x = 5 H =
t
6
5
3
5
10
5
3
5
.
10
5 10
= =


Atau H = t
f l
b a P
6
5
3 . 10
5 . 5 . 1
.
. .
= =








H H
A B
5 m 5 m V
A

V
B

2.5
m
( + )
f = 3
m
G.P. V
A

( + )
G.P. V
B

1t
(+)
G.P. H
S
C
o
C
P
x
5 m
l
1t
Gambar 4.21. GP VA; VB dan H dari
pelengkung 3 sendi
5/6

t
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
108-



0,2143 G.P.D
C

Bag.I
S
i

C



(+)
( - )
0.714 t
G.P. N
C
Bagian I
0.1286 t
0.3858
t
G.P. N
C
Bagian
II
(
- )
0.5144
t
G.P N
C

0.9712
t

(-)
(+)
(-)
0.42875
G.P. D
C
bag. II
0.643
1
0.4286
(-)
0,428
8
G.P. D
C

(+
)
Gambar 4.22. GP Nc dan Dc pada
pelengkung 3 sendi
A
(-)
(-)
















N
C
= - (V
A
sin o + H cos o)

I II
D
C
= V
A
cos o - H sin o

I II
Mencari nilai o
C
Y =
10
) x 10 ( 3 . 4
l
) x l ( x . f 4
=



Y' =
10
) 2 10 ( 3 . 4

) ( 4 x x
l
x l f
=


Untuk x = m y' =
5
3
100
60
100
) 5 10 ( 3 . 4
= =


y' =3/5 = arc tg o
C

o
C
= 30.96 sin o = 0.5145
cos o = 0.8575
.G.P. N
C

N
C
= - (V
A
sin o + N cos o)

I II
I untuk P di C x = 2.5 m V
A
= t
V
B
=
t
V
A
sin o = . 0,5145 = 0,3858
V
B
sin o = . 0,5145 = 0,1286

II H cos o
Untuk P di S H cos o = 5/6 . 0,8575 =
0,714
G.P. D
C
D
C
= V
A
cos o - H sin o Untuk P di C
x = 2,5
I II V
A
= t
;V
B
= t
II H sin o
Utk P di S H sin o =5/6 . 0.5145 =
V
A
cos o
V
A

V
A
sin o
o
C

V
C
= V
A
H
C
= H
H cos o
o
C

H sin o

I
B
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
109-






















4.3. Muatan tak langsung untuk pelengkung 3 sendi
4.3.1. Pendahuluan
Seperti pada balok menerus, pada pelengkung 3 sendi ini pun
terdapat muatan yang tak langsung.
Pada kenyataannya tidak pernah ada muatan yang langsung
berjalan diatas gelagar pelengkung 3 sendi, yang melewati diatas
pelengkung 3 sendi harus melalui gelagar perantara.

Pelengkungan
Kolom perantara
Gelagar perantara
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
110-

Gambar 4.23. Gelagar perantara pada pelengkung 3 sendi

4.3.2. Prinsip dasar
Prinsip dasar penyelesaiannya sama dengan muatan tak langsung
pada balok. Muatan akan ditransfer ke struktur utama, dalam hal ini
pelengkung 3 sendi, melewati gelagar perantara dan kemudian ke
kolom perantara.













S
P
S



L =5
R
1
R
2
R
3
R
4

R
5

R
6

R
1

R
2

R
3
R
4

R
5

R
6

a b
q = kg/m
q kg/m
P
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
111-
. . . . .
.

(a). Kondisi pembebanan (b). transfer beban lewat
kolom
perantara






(c) Perhitungan nilai R (beban yang ditransfer)

R
1
= q . = q
R
2
= q . = q
R
3
= q . + (b/ ). P = q + (L/ )P
R
4
=

a
P
R
5
= R
6
= 0

Gambar 4.24. Distribusi beban pada pelengkung 3 sendi




R
1
R
2
R
3
R
4
R
5
R
6

P
a b
q = kg/m

q = 1 t/m
a a 2
3
4 5 6
1t
1t
C
S
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
112-
Contoh.
.
.
.
.
.
. .
.


Muatan Tak Langsung Pada
Pelengkung 3 Sendi.
Suatu konstruksi pelengkung 3 sendi
dengan muatan tak langsung seperti
pada gambar.
Prinsip penyelesaian sama dengan
muatan tak langsung pada balok
sederhana diatas 2(dua) perletakan.

Beban dipindahkan ke pelengkungan
melalui gelagar. Menjadi (R1; R2; R3;
R4 dan R5)
R2 = R3 = .qton
R4 = 0.5 ton
R5 = 1.5 ton

Vc = Av R1
Hc = H
Mc = V
A
.Xc-R2.e-H
A
.Yc
Vc = V
A
.Xc-R2.e-H
A
.Yc
Nc = -(Vc . sino + Hcos o)
Dc = Vc. Cos o - Hc sin o







Gambar 4.25. Distribusi beban pada pelengkung 3
sendi




4.4. Garis pengaruh gelagar tak langsung pada pelengkung 3
sendi
4.4.1. Pendahuluan
a b
e
Y
c

C
S
R
1

R
2
R
3
R
4

H
A
H
B

V
A

V
B

R
5

R
6

oc
Vc cos o
C
Vc
Vc sin o
Hc sin o
Hc cos o
Hc
C
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
113-
Seperti biasanya pada sutau jembatan tentu selalu dilewati muatan yang
berjalan diatasnya, untuk itu garis pengaruh selalu
diperlukan untuk mencari reaksi atau gaya-gaya dalam
(M,N,D) disuatu ttitik pada gelagar tersebut.
4.4.2. Prinsip Dasar
Sama seperti pada balok diatas gelagar tak langsung 2 tumpuan,
transfer beban hanya disalurkan lewat kolom perantara. Beban
standart yang dipakai adalah muatan berjalan sebesar satu satuan.
(1 ton, atau 1 kg atau Newton).

. . . .



Gambar 4.26. Garis pengaruh momen di
potongan I untuk gelagar
langsung
54,33 54,33 54,33 54,33


Seperti garis pengaruh pada gelagar
tak langsung diatas-atas 2 tumpuan.
Bagaimana garis pengaruh momen
dipotongan I pada gambar dengan
gelagar tak langsung (gambar a).
Gambar b adalah gambar garis
pengaruh momen dipotong I
(GP M
I
) untuk gelagar langsung
dengan puncak dibawah
potongan I, dengan ordinat
puncak adalah


8
15
4
25 . 5 , 1
=
Kalua gelagarnya tak langsung,
maka kalau diperhatikan beban
tak pernah lewat diatas
potongan I, karena potongan I
tersebut terletak diantara
gelagar lintang C dan D.
Kalau muatan berada diatas gelagar
C D beban tak penuh melewati
tepat pada potongan I





Beban tersebut selalu ditransfer ke
gelagar lewat titik C dan D dengan
nilai P1 dan P2.
Jadi ordinat yang bawah titik I
adalah (P1.Y1 + P2.Y2). Jika letak


A B
C D
I
E




+
=


8
15 5 , 2 . 5 , 1

GP M
I
untuk gelagar langsung
P
I D C
P
1

I D C
P
2

C D
I
E
B A
y
2

y
1

y
+
GP M
I
gel. langsung
y
y
2

y
1


MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
114-
GP. M
I
gel. tak
langsung



Gambar 4.27. Garis pengaruh momen di
potongan I untuk gelagar
tak langsung
potongan I ditengah-tengah C-D
maka ordinat dibawah potongan I
adalah y
1
+ y
2










Jadi garis pengaruh untuk gelagar
tak langsung sama dengan garis
pengaruh pada gelagar langsung
dengan pemotongan puncak dipapar
dimana titik tersebut berada.
Pemaparan pada gelagar disebelah
kiri dan kanan dimana titik berada
seperti pada gambar d.











Contoh
Suatu struktur pelengkug 3 sendi dengan gelagar tak langsung seperti
pada gambar. Gambarkan Garis pengaruh Mc, Dc dan Nc
y
1
+
y
2

C D
I
y
2
y
1

y
1
+
y
2

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
115-
.
. .
.
.
.

Penyelesaian;
Untuk garis pengaruh gelagar tak
langsung.
Penyelesaiannya sama dengan beban langsung,
Cuma dipapar pada bagian gelagar yang
bersangkutan.
GP Mc =

II
I
A
yc . H x . V






GPMc bagian I


GPMc bagian II


G.P. Mc total
(bag I + bag II)

G.P.Nc = - (Av sin o + H cos o )




G.P.Dc = Av cos o - H sin o


4.5. Judul : Portal 3 sendi
4.5.1. Pendahuluan
C
S
y
c

f
H H
V
A

V
B

v
a b
l
. . P u

pemaparan
I
+
-
II
c
y
f . l
b . a . P

l
. . P u

c
y
f . l
b . a . P

-
+
-
pemaparan
o cos
lf
b . a . P

pemaparan
pemaparan
Cos o
Sin o
pemaparan
pemaparan
o sin
lf
b . a . P

-
Gambar 4. 28.
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
116-
Bentuk dengan suatu struktur adalah bermacam-macam, bisa
berupa balok menerus, balok gerder, pelengkung 3 sendi dan
gelagar lainnya.
Kalau dibagian sebelumnya ada struktur pelengkung 3 sendi, maka
bentuk lain dari struktur tersebut adalah portal 3 sendi sepeti
tergambar dibawah ini






Gambar 4.29. Bentuk portal 3 sendi
Portal 3 sendi adalah suatu penyederhanaan sederhana dari
pelengkung 3 sendi supaya penyelesaiannya lebih sederhana dan
tidak perlu memakai gelagar yang tak langsung.

4.5.2. Prinsip Dasar
Prinsip dasar penyelesaiannya sama dengan pelengkung 3 sendi
yaitu memakai 2 pendekatan













Pendekatan I
A B
S
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
117-
L
a b
a2
a1
h
VA
A
h
' HB
HA
B
VB
b2
b1
S
P1 P1

Gambar 4.30. Arah reaksi-reaksi dari portal 3 sendi untuk
penyelesaian dengan cara pendekatan I
Prinsip penyelesaiannya sama dengan pada pelengkung 3 sendi
yaitu memakai 2 pendekatan.

Pendekatan I
2 cara seperti pada pelengkung 3 sendi.

E M
A
= 0 V
B
.l + H
B
.h P
2
. a
2
P
1
. a
1
= 0
E M
S
= 0 V
B
.l + H
B
. (h h) P
2
. S
2
= 0
(dari kanan)

E M
B
= 0 V
A
.l + H
A
.h P
1
. b
1
P
2
. b
2
= 0
E M
S
= 0 V
A
.a + H
A
.h P
1
. S
1
= 0
(dari kiri)





Pendekatan II
P
2

S
2

V
B
dan H
B
dapat
ditentukan
V
A
dan H
A
dapat
ditentukan
h
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
118-
L
a b
a2
a1
h
AV
A
h
'
BA
AB
B
BV
b2
b1
S
P1 P1
a
L
AV
A
b
AB
BV
BA
B
P1
S
P1





Gambar 4.31. Arah reaksi portal 3 sendi dengan cara pendekatan II


H
A

S
S
1

S
2

P
2

h
f
f
f
Av
A
B

H
B

B
A

B
v

B
A
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
119-
Cara 2
E M
B
= 0
Av.l P
1
. b
1
P
2
. b
2
= 0
Av =
l
2
b .
2
P
1
b .
1
P +


E M
A
= 0
Bv.l P
1
. a
1
P
2
. a
2
= 0
Bv =
l
2
a .
2
P
1
a .
1
P +


E M
S
= 0 (kiri)
Av.a P
1
. S
1
A
B
. f = 0
A
B
=
f
1
S .
1
P a .
Av
+

E M
S
= 0 (kanan)
Bv.b P
2
. S
2
B
A
. f = 0
B
A
=
f
2
S .
2
P b . Bv


A
B
dan B
A
diuraikan
H
A
= A
B
cos o
H
B
= B
A
cos o
Av = A
B
sin o
Bv = B
A
sin o
Maka :
V
A
= Av + Av
V
B
= Bv Bv
H
A
= A
B
cos o
H
B
= B
A
cos o



Contoh
H
A
. f
H
B
. f
Nilai
A
B
. f = H
A
. f

Nilai
B
A
. f = H
B
. f

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
120-
Suatu struktur portal 3 sendi seperti pada gambar , selesaikanlah struktur
tersebut.
2
m
3m
AB
3m
q = 2t/m'
P1
S
4
m
BA
B
B
C
D









Gambar 4.32. Skema reaksi yang terjadi
dalam portal 3 sendi

H
A
= 1,3 ton
Av = H
A
. tg o
Av = 1,3 . 2/6 = 0,4333 (+)

Bv = 0,4333 (|)
Penyelesaian;
Memakai pendekatan 2
E M
B
= 0
Av.l q . 3 . 4,5 - P.1 = 0
Av.6 2.3. 4,5 4.1 = 0
Av = ton 6 / 1 5
6
4 27
=
+

E M
A
= 0
Av.l P.5 - q . 3 . 1,5 = 0
Av.6 4.5 2.3 . 1,5 = 0
Bv = ton 6 / 5 4
6
9 20
=
+

M
S
= (dari kiri)
Av . 32.3 . 1,5 H
A
.5 = 0
H
B
= ( ) =

ton 3 . 1
5
8 3 . 6 / 5 4

V
A
= Av Av
= 5 1/6 0,4333 = 4,7334 t
V
B
= Bv + 0,4333 m
= 4 5/6 + 0,4333 = 5,2666 t
Kontrol : E
V
= 0
6 + 4 = 4,7334 + 5,2666
Kontrol : E
H
= 0
H
A
() = H
B
()

P =
4t
H
A

A
B

A
v

o
B
A

B
v

H
B

o
1.3t
4.7334t
B
1.3t
q = 2t/m'
C
S
P1
D
Pusat

5,2666 t
4t
1 m
5m (f)
H
A

H
B

A
v

B
v

A

B
A
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
121-
BIDANG M
BIDANG D
BIDANG N

Bidang M (momen)
Mc = -H
A
. 4 = -1,3.4 = - 5,2
tm
M
max
teletak di D = 0
x = 2,3667 m (daerah cs)
x = 2,3667 Mx = -H
A
. 4 +
V
A
. 2,3667 . q (x)
Mx = -1,3 . 4 + 4,7334 .
2,3667 . 2 (2,3667)
= -5,2 + 11,20254 5,60127
= 0,40127 tm (M max)
M
D
= -H
B
. 6 = -1,3 . 6 = - 7,8
tm
Momen dibawah beban P
M
P
=V
B
.1 H
B
.6 = 5,2666.1
7,8
= - 2,5334 tm
Bidang D (gaya lintang)
Daerah A-C D = -H
A
= -1,3t
Daerah C-D Dx = V
A
qx
Di S x = 3 m
Ds = 4,7334 6 = -1,2666 tm
Daerah B-D D = -H
B
= -1,3
t

Bidang N (gaya Normal)
Daerah A-C N = -V
A

= -4,7334 ton
Daerah C-D N = -H
A
= -H
B

= -1,3 ton
Daerah B-D N = -V
B
= -
5,2666 tm




1,3 t
5,2666 t
-
-
-
1,3 1,3 t
5,2666 t
4,7334 t
1,3 t
1,3 t
-
-
+
+
1,2666 t
4,7334
t
4
x
- -
- -
B
A
S
D C
5,2 tm
Gambar 4.32. Bidang M, N, D portal 3 sendi
7,8 tm
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
122-


4.6. JUDUL : BALOK GERBER PADA PORTAL 3 SENDI

4.6.1. Pendahuluan
Seperti pada balok menerus diatas 2 perletakan, maka untuk
memperpanjang bentang, dibuat balok gerber dari portal 3
sendi dengan skema struktur seperti pada Gambar (a).

















4.6.2. Prinsip Penyelesaian Dasar








- Prinsip penyelesaian dasar seperti
pada Balok gerber biasa.
- Dipisahkan dulu struktur gerber
tersebut menjadi 2 bagian, dimana
kedua-duanya harus merupakan
konstruksi statis tertentu.
- Harus pula diketahui mana struktur
yang ditumpu dan mana pula
struktur yang menumpu.
- Struktur yang ditumpu diselesaikan
dulu dan reaksinya merupakan
beban pada struktur yang
menumpu.

Gambar 4.33.
Skema pemisahan struktur gerber
portal 3 sendi menjadi 2 bagian
S = sendi dari portal 3 sendi

S
1
= sendi gerber
A B
C
S
1

C
R
S1

Rc
S
(a)
(b
)
S
R
S1

S
S
1

C
R
S1

R
S1

Gambar 4.34. Skema pemisahan struktur
gerber portal 3 sendi
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
123-
4.6.3. Contoh Penyelesaian

GERBER PADA PORTAL 3 SENDI




































Gambar 4.35. Pemisahan struktur gerber portal 3 sendi

Penyelesaian kedua struktur tersebut, baik S
1
-C maupun A B S
1

diselesaikan seperti biasanya, termasuk penyelesaian gaya-gaya
dalamnya.

q t/m
S S
1

P
1

C

B A
P
1



R
S1

R
S1

R
C

S
q t/m

A
B
H
A
H
B

V
A
V
B

S = sendi portal
S
1
= sendi gerber

Penyelesaian sama
dengan prinsip pada
balok gerber


Balok S
1
-C merupakan
struktur yang ditumpu
dari portal 3 sendi



A B S, merupakan
struktur
yang menumpu.


Reaksi R
S1
pada struktur
S
1
-C merupakan beban
pada struktur portal
sendi A B S
1
.
Baik struktur S
1
-C
ataupun struktur A B S
1

kedua-duanya
merupakan struktur sta-
tis tertentu

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
124-
4.7. Garis Pengaruh Gerber Pada Portal 3 Sendi
4.7.1. Pendahuluan
Seperti biasanya, bahwa jembatan gerber pelengkung 3 sendi selalu
dimuati oleh suatu kendaraan yang berjalan. Jadi untuk
menghitung besarnya reaksi, besarnya momen serta gaya
lintang disuatu titik memerlukan suatu garis pengaruh.

4.7.2. Prinsip Dasar
Untuk menghitung garis pengaruh tersebut perlu diketahui mana struktur
yang ditumpu dan mana yang menumpu.


















Gambar 4.36. Pemisahan struktur pada gerber portal 3 sendi




4.7.3. Contoh Penyelesaian
Seperti pada gambar (a) dan (b)
struktur S,C adalah yang
ditumpu sedang struktur ABS
1

adalah struktur yang menumpu

Kalau muatan berada diatas
struktur ABS
1
, maka RS
1
dan Rc
di struktur S
1
C tidak ada, namun
sebaliknya jjika muatan berada
diats S
1
C maka reaksi-reaksi di
struktur ABS
1
ada.
C
B A
B A
S
S

S
1

C

S
1

(b)
(a)
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
125-
GARIS PENGARUH GERBER PORTAL 3 SENDI






























GP.R
A

Gambar 4.37. Garis pengaruh pada gerber portal 3 sendi
P
l
l c +

f . l
d . a

f .
b . a
l

l
V

l l.
b . a
f .
f
b . a
=
S
H H
B A
x
u v
B
A S
1


E C
f
c a b d e
l
D
l
cb

l
cb

l
v . u

l
a . d

GP.M
D

GP.N
D=GP.
H
GP.D
D

GP.R
B

GP.R
A

-
+ +
+
+
-
+
+
GP.R
B
GP.R
A

l


l
d

1t
l
l d +

-
-
1t
l
d

l
C

l
c

f .
c . b
l

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
126-
R
A
= ton
x
l
l

P di E x = - c R
A
= ton
c
l
l

P di A x = 0 R
A
= ton 1 =
l
l

P di B x = l R
A
= 0 ton
P di S
1
x = l + d R
A
= - ton
d
l


GP.R
B

R
B
= t on
x
l

P di E x = - c R
B
= ton
c
l

P di A x = 0 R
B
= 0 ton
P di B x = l R
B
= 1 ton
P di S
1
x = l + d R
A
= ton
d
l
l +


GP. D
D

P berada antara E D lihat kanan potongan D
D
= -R
B

P berada antara D C lihat kiri potongan D
D
= R
A


GP. N
D

Garis pengaruh N
D
sama dengan g.p nilai H.
P berada antara E lihat kanan S R
B
=
l
x

E Ms = 0 (lihat kanan s) R
B
. b H.f = 0
H = R
B
.
B
R . p . g ~ .
f
b

P di E R
B
=
f
b . c
D
N
f
x
c
H
c
l
l
l l
= =
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
127-
P di S R
B
=
f
b . a
D
N
f
b
x
a
H
a
l l l
= =
P berada antara DC lihat kiri S R
A
= t
x
l
l

E Ms = 0 (lihat kiri s) R
A
. a H.f = 0
H =
f
a .
A
R


P di S R
A
=
f
ab
D
N
f
a
.
b
H
b
l l
l
= =
P di S
1
R
A
=
f
ab
D
N
f
a
.
b
H
b
l l
l
= =

GP.M
D

P berada antara D C

M
D
= R
A
. - H . f
I II

I = R
A
= Garis pengaruh M
D
diatas 2 perletakan
P di D M
D
=
l
V .

II = H . f = Garis pengaruh H x f.








4.8. Latihan : Garis pengaruh pada Pelengkung dan Portal tiga
sendi

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
128-
Untuk memacu mahasiswa belajar maka perlu diberi latihan

Soal 1.



Soal 2.









Portal 3 sendi adalah suatu portal yang kondisinya
masih statis tertentu. Gerber portal 3 sendi adalah suatu rangkaian antara
portal 3 sendi dan balok statis tertentu, dimana dalam penyelesaiannya
merupakan gabungan dari penyelesaian masing-masing struktur statis
tertentu tersebut.
S

A B H H
C
4 m
V
A
V
B

8 m 8 m
Pelengkung 3 sendi seperti tergambar.
Pelengkung mengikuti persamaan
parabola:
y = 4fx (l - x) / l

Akibat beban P = 1t berjalan diatas
pelengkung, ditanyakan :
G.P. V
A
, G.P. H, G.P. N
C
, G.P.D
C
,
G.P. M
C

P = 1 t berjalan
f= 4
m
Portal 3 sendi ABCD seperti
tergambar
Akibat beban P = 1t berjalan
diatas portal, ditanyakanL
G.P VA , G.PH, G.P N
C bawah
,
G.P D
C bawah
, G.P N
C kanan
,
G.P D
C kanan

H H
y
c

B
S
A
C D
4m
o
o
H
V
A
V
B

f = 3 m
4m 4m 4m
H
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
129-

4.9. Rangkuman
4.10. Penutup
Untuk mengetahui kemampuan mahasiswa, perlu melihat jawaban
soal-soal tersebut seperti dibawah ini.

Keterangan P = 1t dititik Nilai Tanda / Arah
V
A


Di A = H



Data pendukung






A
B

A
S
B

Yc
Y' = tng o
Sin o
Sin o
1t
0

0
1t
0

3 m
0.5
0.447
0.894
+ |


+









Keterangan P = 1t di titik Nilai Tanda / Arah
N
C






D
C





M
C




A
C
kiri
C
kanan

S
B

A
C
kiri
C
kanan

S
B

A
C
S
B
0
0,335t
0.782t
1,1175t
0

0
0,447t
0,447t
0
0

0
1,5t m
1,0t m
0

-
-
-



-
+




+
-





MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
130-
Soal No. 2

Keterangan P = 1t di titik Nilai Tanda/ Arah
V
A



Di A = H



N
C bawah






D
C bawah






N
C kanan




D
C kanan




A
B

A
S
B

A
C
bawah

C
kanan
S
B

A
C
bawah

C
kanan
S
B

A
S
B

A
C
bawah

C
kanan
B
1t
0

0
1,333t
0

0
0,384t
0,084t
1,336t
0

0
0,60t
0,20t
0,40t
0

0
1,333t
0

0
0,25t
0,75t
0
+ |



+



-
-
-



-
-
-



-



-
+
MC A
C
S
B
0
1t m
2t m
0

+
-


4.11. Daftar Pustaka
Suwarno, Mekanika Teknik Statis Tertentu, UGM Bab VI dan
VII






MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
131-
4.12. Senarai
Pelengkung 3 sendi : struktur pelengkung yang masih statis tertentu
Portal 3 sendi = struktur portal yang masih statis tertentu
Gerber pelengkung 3 sendi = gabungan antara pelengkung 3 sendi
dan balok.
Gerber portal 3 sendi = gabungan antara portal 3 sendi dan balok.






















MODUL 5 : ARTI KONSTRUKSI RANGKA BATANG DAN
CARA PENYELESAIANNYA

5.1. JUDUL : KONSTRUKSI RANGKA BATANG (K.R.B.)
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
132-

5.1.2. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan bisa mengerti arti
serta cara menyelesaikan struktur konstruksi rangka batang.

5.1.3. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah membaca materi ini mahasiswa bisa mengetahui bentuk-bentuk
KRB serta bisa menyelesaikan struktur tersebut dengan
beberapa cara pendekatan yang telah dijalankan diajarkan
serta tahu persyaratan-persyaratan yang diperlukan.

5.1.4. Pendahuluan
Dalam membuat suatu struktur bangunan maka kita harus menyesuaikan
dengan material yang ada terutama dengan nilai harga yang
paling murah. Jika materialnya dari beton, maka struktur
bisa dibuat sesuai dengan keinginan perencana, tapi kalau
materialnya dari kayu, bambu atau baja, maka kita harus
merangkai material tersebut. Rangkaian dari material bambu,
kayu atau baja tersebut disebut dengan konstruksi rangka
batang.
Missal :










Bentuk Rangkaian
Konstruksi rangka batang tersebut merupakan rangkaian dari bentuk
segitiga.



Kenapa bentuk A tersebut dipilih !.
Rangka batang dari suatu jembatan
Rangka batang dari suatu kuda-
kuda
Gambar 5.1. Bentuk-bentuk dari suatu konstruksi
rangka batang

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
133-
Bentuk segitiga (A) tersebut dipilih karena segitiga tersebut adalah suatu
bentuk yang mantap (stabil) tidak mudah berubah. Bagaimana jika
bentuk tersebut segiempat ( )
bentuk segiempat ( ) tersebut tidak stabil.



segiempat mudah berubah menjadi jajaran genjang.

5.1.5. Bentuk Konstruksi Rangka Batang
5.1.5.1. Bentuk
K.R.B. = Suatu konstruksi yang terdiri dari batang-batang yang
berbentuk segitiga
Segitiga (bentuk tetap).
Untuk menyambung titik sudut digunakan plat buhul / simpul.
Pada konstruksi baja sambungan-sambungan pada plat buhul
digunakan baut, paku keling atau las.
Pada konstruksi kayu memakai baut, pasak atau paku.





P
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
134-














Gambar 5.2. Bentuk Konstruksi Rangka Batang












Gambar 5.3. Detail I, salah satu sambungan

Titik buhul sebagai sambungan tetap / stabil, tapi dalam perhitungan
titik buhul ini dianggap SENDI.

+ +
+
+
+
+
+
+
Batang
Paku keling / baut
Titik buhul
Plat buhul

titik buhul
titik buhul
I
K.R.B = segitiga yang
dihubungkan melalui plat
buhul pada titik buhulnya
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
135-


K.R.B. Pada Jembatan










terdiri dari











K.R.B. Ruang bisa dipisahkan menjadi K.R.B. Bidang.
Gambar 5.4. Bentuk konstruksi rangka batang pada jembatan

5.1.5.2. Perletakan : 1 sendi dan 1 lagi merupakan rol karena
konstruksi statis tertentu


K.R.B. Ruang
2 K.R.B. sisi
1 K.R.B. atas (ikatan angin atas)
1 K.R.B. bawah (ikatan angin
bawah)
Sendi 2 Reaksi

Rol 1 Reaksi
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
136-



Perletakan sendi ada 2 reaksi



Perletakan rol ada 1 reaksi



5.1.5.3. Konstruksi Statis Tertentu Pada K.R.B. (Konstruksi
Rangka Batang)
Konstruksi statis tertentu adalah suatu konstruksi yang masih bisa
diselesaikan dengan syarat-syarat keseimbangan ;
EH = 0
EV = 0
EM = 0

Jadi maximum harus ada 3 reaksi yang tidak diketahui (3 bilangan yang
tidak diketahui)

Pendekatan Penyelesaian Konstruksi Rangka Batang
K.R.B. merupakan kumpulan dari batang-batang yang mana gaya-gaya
batang tersebut harus diketahui. Dalam hal ini gaya-gaya batang tersebut
beberapa gaya tarik atau tekan. Pada konstruksi dibawah ini (Gambar 5).







R
V

R
V
= Reaksi vertikal
R
H
= Reaksi horizontal
R
H

R
V

R
V
= Reaksi vertikal

Jumlah bilangan yang tidak
diketahui :
Reaksi = 3
Jumlah batang = 13
Bilangan yang tidak
diketahui = 3 + 13 = 16
Jumlah
5 7
9
11
12
13 10 8 6
6
8 4
4
2
2
1
1
3
3 5
7
R
V

R
V

R
H

Gambar 5.5. Konstruksi rangka batang bidang
3 persamaan keseimbangan
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
137-




Titik simpul : dianggap sendi
Jadi tiap-tiap titik simpul ada 2 persamaan
Yaitu : EV = 0 EKx = 0
EH = 0 EKy = 0

Pada gambar (5.5) ada 8 titik simpul
jadi ada 2 x 8 persamaan = 16 persamaan
Dari keseluruhan konstruksi :
Ada 16 bilangan yang tidak diketahui

Ada 16 persamaan Konstruksi statis tertentu
(karena masih bisa diselesaikan dengan syarat-syarat persamaan
keseimbangan)

5.15.4. Rumus Umum Untuk K.R.B.
E k = b + r
k = banyaknya titik simpul (titik buhul)
b = jumlah batang pada K.R.B.
r = jumlah reaksi perletakan

5.1.6. Rangka Batang Gerber
Seperti pada balok menerus, maka pada konstruksi rangka batangpun ada
balok gerber






atau
3 reaksi
13 gaya batang
1
2
3
2
1
4
4
5
6
8 9
7
6
12
8
10
11 13 15
14
16
17
18
19
10 12
20
21
22
24 26
25
15
23
14
13 11 9 5
3 7 S
C
rol
B
rol Sendi
A
Rol (Sendi Gerber)
C
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
138-


Gambar 5.6. Rangka batang gerber


A = sendi
B = rol
S = sendi gerber
C = rol

Jumlah reaksi perletakan = 4 1 sendi + 2 rol


Jumlah batang = 26

Jumlah bilangan yang
tidak diketahui = 30

Jumlah titik simpul = 15

Persamaan yang tersedia = 2 x 15 = 30 persamaan.
Ada 30 bilangan yang tidak diketahui dan tersedia 30 persamaan

Konstruksi statis tertentu

5.1.7. Prinsip Penyelesaian
Ada beberapa cara penyelesaian K.R.B.
1. Keseimbangan titik buhul
a. Cara analitis dengan menggunakan
E.Kx = 0 dan
E.Ky = 0
b. Cara grafis dengan metode Cremona
2
reaksi
2
reaksi
Konstruksi
statis
tertentu
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
139-






2. Metode Potongan :
a. Cara Analitis
Metode Ritter
b. Cara Grafis
Metode Cullman
3. Metode Penukaran batang

5.1.8. Keseimbangan Titik Simpul
Dalam bagian ini hanya membahas teori tentang keseimbangan titik
simpul saja.
a. Penyelesaian secara analitis
Cara menyelesaikannya dengan keseimbangan titik simpul.






b. Distribusi Beban
Konstruksi rangka batang merupakan gelagar tidak langsung, jadi kalau
ada beban terbagi rata atau beban titik yang terletak di
tengah-tengah antara 2 titik simpul (gelagar lintang) harus
diuraikan menjadi beban titik pad simpul-simpul terdekat.





x
y
E H = 0 E.Kx =0
E.V = 0 E.Ky = 0

semua gaya yang searah x
dijumlahkan demikian juga yang
searah y dan resultantenya harus
sama dengan rol.
ata
u
P
1
= distribusi akibat
beban terbagi rata

P
2
= distribusi akibat
beban terbagi rata
dan P

P
3
= distribusi akibat
beban P
Akibat
beban P
P
P
1
P
2
P
3

Akibat
P
2

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
140-






c. Contoh distribusi beban pada konstruksi Rangka batang











Muatan terbagi rata tersebut dijadikan muatan terpusat pada titik-titik
simpulnya.









Gambar 5.8. Beban terbagi rata didistribusikan menjadi beban titik
q = 1 t/m (muatan terbagi
rata)
4 m
B A
4 m 4 m 4 m 4 m
4 t 4 t 4 t
B
A
2t
2t
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
141-

5.1.9. Contoh Soal 1
Suatu konstruksi Rangka Batang dengan beban sebesar P = 4 ton seperti
pada gambar !. selesaikan struktur tersebut.







Gambar 5.9. Konstruksi rangka batang dengan beban P = 4t

Mencari reaksi perletakan
E M
A
= 0 R
B
. 4 - 4 . = 0
R
B
= 1t
E M
B
= 0 R
A
. 4 - 4 . 3 = 0
R
A
= 3t

Pemberian notasi
Untuk mempermudah penyelesaian, tiap-tiap batang perlu diberi notasi.
Untuk batang atas diberi notasi A
1
; A
2
dan A
1
; A
2

Untuk batang bawah diberi notasi B
1
, B
2
dan B
1
, B
2

Untuk batang diagonal diberi notasi D
1
; D
2
dan D
1
; D
2

Untuk batang vertikal diberi notasi V
1
; V
2
dan V
1
; V
2
serta V
3

Tiap-tiap titik simpul diberi nomor urut dari I s/d X.
B
A
4t


R
B
=
1t
R
A
=
3t
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
142-








Gambar 5.10. Pemberian notasi pada gaya-gaya batang

Penyelesaian keseimbangan titik simpul diselesaikan dengan memakai
syarat-syarat keseimbangan pada titik simpul yaitu E Kx = 0 dan E Ky =
0
Jadi keseimbangan pada tiap-tiap titik tersebut bisa diselesaikan jika
terdapat maximum 2 batang yang tidak diketahui, karena hanya
menyediakan 2 persamaan yaitu EKx = 0 dan E Ky = 0.

Catatan
Mulailah bekerja pada titik simpul yang mempunyai 2 batang yang tidak
diketahui.
- sebelum mengerjakan perlu perjanjian tanda terhadap gaya-gaya
batangnyua
- (Anggapan) / perjanjian pada K.R.B.
Batang tertekan dengan tanda (-) (gaya menuju titik simpul)

Batang tertarik dengan tanda (+) (gaya menjauhi titik simpul)
Penyelesaian
Mulai dari titik simpul yang mempunyai 2 batang tak diketahui
Titik I





X
I
4t


1
t
3t
D
1
D
2
D
2

D
1

V
1

V
2
V
3
V
2

V
1

B
1
B
2
B
2
B
1

A
1

A
2
A
2
A
1

II
III
V VII
IV VI VIII IX
B
1

V
1

Anggap dulu semua batang yang tidak diketahui
adalah batang tarik. Jika hasil positif berarti
anggapan kita betul batang betul-betul tertarik.
Jika hasil negatif berarti anggapan kita salah
batang tertekan.
Dalam penjumlahan, gaya yang searah diberi tanda
sama.
titik simpul
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
143-



E V = 0 3 t + V
1
= 0
V
1
= -3 ton (berarti batang tekan)
E H = 0 B
1
+ 0 = 0 B
1
= 0 (batang nol)






Titik II






E V = 0 - 3 t + D
1
2 = 0
D
1
2 = 3 D
1
= 3 2 t (tarik)

E H = 0 A
1
+ D
1
2 = 0
A
1
= - D
1
2 = - . 3 2 . 2
A
1
= - 3 ton (tekan)
Titik III





3t
V
1

B
1
= 0
Batang A1 dan D1 dianggap tarik dan
batang D1 diuraikan menjadi gaya batang
horizontal dan vertikal.
V
1
= - 3 t (menuju titik simpul)
Batang D
1
diuraikan menjadi arah vertikal
D
1
2 dan arah horizontal D
1
2 .
P = 4t
B
1
= 0
3 t
3 t
B
2

V
2

3 2
Batang V
2
dan B
2
dianggap tarik
Batang D1 = 3 2 (tarik) diuraikan menjadi
batang vertikal = 3 t dan horizontal = 3t
E V = 0 4 t 3 t V
2
= 0
V
2
= 1 t (tarik)
E H = 0 B
2
3 t = 0
B
2
= 3 t (tarik)

D
1

A
1

3t

D
1
2
D
1


D
1
2
D
1

V
1

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
144-




Titik IV












Titik VI










Titik V









Titik VIII



D
2

A
2

1 t
3 t
D
2

2
D
2

2
Batang A
2
dan D
2
dianggap tarik.
Batang D
2
diuraikan menjadi gaya
horizontal dan vertikal D
2
2
E V = 0 D
2
2 + 1 t = 0
D
2
= - 2 t (tekan)
E H = 0 3 + A
2
+ D
2
2 = 0
3 + A
2
1 ton = 0
A
2
= - 2 ton (tekan)

A
2

V
3
= 0
2t
Batang A
2
dan V
3
dianggap tarik

E V = 0 V
3
= 0 ton
E H = 0 A
2
+ 2 t = 0
A
2
= - 2 t (tekan)

B
2
3 t
Batang D
2
dan B
2
dianggap tarik
Batang D
2
diuraikan horizontal dan vertikal
E V = 0 D
2
2 + 0 1 t = 0
D
2
= 2 t (tarik)
E H = 0 B
2
+ 1t 3 t + 1t = 0
B
2
= 1 ton (tarik)

A
1

2 t

V
2


2 t
Batang A
1
dan V
2
dianggap tarik
E H = 0 2 t + A
1
1 t = 0
A
1
= - 1 t (tekan)
E V = 0 1 + V
2
= 0
V
2
= - 1t (tekan)

0 t
D
2

1 t
1 t
D
2
2
2
D
2
2
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
145-






MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
146-

Titik VII













Titik X
















D
1

B
1
1t
1t
D
1
2
D
1
2
Batang D
1
dan B
1
dianggap tarik
Batang D
1
diuraikan menjadi
D
1
2
E V = 0 D
1
2 1 t = 0
D
1
= 2 t (tarik)
E H = 0 B
1
- D
1
2 - 1t = 0
B + 1 1 = 0
B
1
= 0t
R
B
=
1t
B
1
= 0
V
1

E V = 0 1t + V
1
= 0
V
1
= - 1t (tekan)
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
147-

Kontrol ke Titik IX













DAFTAR

BATANG GAYA BATANG
A
1
- 3 t
A
2
- 2 t
A
2
- 2 t
A
1
- 1 t
B
1
0
B
2
3 t
B
2
1 t
B
1
0
V
1
- 3 t
V
2
1 t
V
3
0
V
2
- 1 t
V
1
-1 t
D
1

3 t 2
D
2

- t 2
D
2

t 2
D
1

t 2

Batang B
1
dan B
1
= 0, menurut teoritis batang-batang tersebut tidak ada,
tapi mengingat K.R.B. terbentuk dari rangkaian bentuk A maka batang ini
diperlukan.
Batang atas pada umumnya batang tekan
Batang bawah pada umumnya batang tarik.
V
1
= 1 t
(tekan)
A
1
= 1 t
(tekan)
D1 = 2
(tarik)
E V = 0
V
1
D
1
2 = 0
1t . 0 2 . 2 =
(cocok)
E H = 0
A
1
D
1
2 = 0
1 . 2 . 2 = 0 (cocok)
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
148-




Contoh Soal 2
Suatu konstruksi Rangka Batang, dengan notasi seperti pada gambar,
beban sebesar 3 ton terletak di titik simpul III













Titik Simpul I

Batang D
1
dan B
1
dianggap tarik
Batang D
1
diuraikan ke arah vertikal dan horizontal sebesar D
1
2














B
1
B
2
B
3

D
3
D
2
D
1

V
1

V
2

II A V
VI
I
3t 2t
1t
IV III

B
A

Jumlah batang = 9 = b
Jumlah reaksi = 3 = r
12

Jumlahg titik simpul = 6 = k
2 k = b + r 2 x 6 = 9 + 3
konstruksi .r.b. statis tertentu

Mencari Reaksi

E M
B
= 0
R
A
=
3
2
x 3 t = 2 t
E M
A
= 0
R
B
=
3
1
x 3 t = 1 t
B
1

D
1

D
1
2
D
1
2
2 t (reaksi)
E Ky = 0
D
1 2
+ 2t = 0
D
1
= -
2
2
. 2 = - 2 2 t . (tekan)
E Kx = 0
B
1
- D
1
2 = 0 B
1
= 2 ton (tarik)
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
149-

Titik III










Titik II














Titik IV












Titik VI




3t
2t
B
2

V
1

Gaya batang V1 dan B2 dianggap
tarik

E Ky = 0 V
1
= 3 ton (tarik)

E Kx = 0 B
2
= 2 ton (tarik)


3t
D
2

D
2
2
D
2
2
D
1
2
D
1
2
D
1
= 2 2
A
Gaya batang A dan D2 dianggap tarik
E Kx = 0

D
1
2 - 3t D2 2 = 0
D
2
2 = -3 t + . 2 2 . 2 = -3 + 2 = -1
(tekan)
D
2
= - 2 t (tekan)

E Ky = 0

A + D
1
2 + D
2
2 = 0
A + . 2 2 . 2 - . 2 . 2 = 0
A = 1 2 = -1t (tekan)
B
3

V
2

B
2
= 2t
D
2
= t 2
Gaya batang V2 dan B3 dianggap tarik
E Ky = 0

D
2
2 - V
2
= 0
V
2
= . 2 . 2 = 1 t (tarik)

E Kx = 0

B
3
B
2
+ D
2
2 = 0
B
3
= 2 - . 2 . 2 = 1 t (tarik)

D
3

Gaya batang D3 dianggap tarik
E Ky = 0

D
3
2 + 1t = 0
D3 = - 2 . 1t
D3 = - 2 t (tekan)

E Kx = D
3
2 + B
3
= 0
- . 2 . 2 + B
3
= 0 B
3
= 1t
(tarik)
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
150-





Kontrol

Titik V











5.1.10. Latihan : Konstruksi Rangka Batang

Untuk mendorong mahasiwa belajar maka perlu dibuatkan suatu latihan sebagai berikut :

Soal 1















Soal 2








1 t
B
3
=
1t
D
3

V
2
=
1t
A = 1t
E Kx = 0

A . D3 2 = 0

1t . 2 . 2 = 0 (cocok)
= 4m
A
1
A
2

D
1

D
2

D
3
D
4

D
5
D
6
3
m
B
2
B
3
B
1

R
AH


o


o

R
AV

P
1
=6
t
P
2
=3
t
R
B


A
Konstruksi Rangka Batang
seperti tergambar
P
1
= 6t ; P
2
= 3t

Ditanyakan :

a). Gaya reaksi
b). Gaya-gaya batang
3 m 3 m 3 m 3 m
6
7
9
11
12
13
4 3 2 1
5
8 10
45 45
P
2
= 600 kg
P
1
= 600 kg
P
3
= 400 kg
R
AH

R
AV
R
B

B
A
Kuda-kuda konstruksi Rangka
Batang seperti tergambar.
Beban ; P
1
= 600 kg
P
2
= 600 kg
P
3
= 400 kg

Ditanyakan:

a). Gaya Reaksi
b). Gaya- gaya batang
MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
151-






5.1.11. Rangkuman

o KRB merupakan rangkaian dari bentuk A (segitiga)
o Dalam KRB yang dicari adalah gaya-gaya batangnya, bisa
berupa gaya tarik, atau gaya tekan.
o Tiap-tiap titik simpulnya dianggap sendi.
o Pencarian gaya-gaya batang, hanya bisa diselesaikan jika
jumlah gaya batang yang tidak diketahui max hanya 2.

5.1.12. Penutup
Agar mahasiswa bisa mengontrol pekerjaan latihan, maka
mahasiswa bisa melihat jawaban dibawah ini :

Jawaban :

Soal No. 1

Keterangan Titik / Gaya Nilai Arah / Tanda
Reaksi vertikal A : R
AV
5 t |
B : R
B
4 t |
Reaksi Horizontal A : R
AH
0
Data Pendukung Sin o 0,835
Cos o 0,555
Gaya Batang A
1
6,667 t Tekan -
A
2
5,333 t Tekan -
B
1
3,333 t Tarik +
B
2
6,000 t Tarik +
B
3
2, 667 t Tarik +
Gaya Batang D
1
6,00 t Tekan -
D
2
6,00 t Tarik +
D
3
1,20 t Tarik +
D
4
1,20 t Tekan -
D
5
4,808 t Tekan -
D
6
4,808 t Tarik +


MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -
152-

Soal No. 2

Keterangan Titik / Gaya Nilai Arah / Tanda
Reaksi Vertikal A : RAV 850 kg |
B : RB 750 kg |
Reaksi Horizontal A : RAH 0
Gaya Batang 1 850 kg Tarik +
2 850 kg Tarik +
3 750 kg Tarik +
4 750 kg Tarik +
5 1202 kg Tekan -
6 0
7 424 kg Tekan -
8 778 kg Tekan -
9 500 kg Tarik +
10 778 kg Tekan -
11 283 kg Tekan -
12 0
13 1061 kg Tekan -


5.1.13. Daftar Pustaka
- Suwarno, Mekanika Teknik Statis Tertentu, UGM Bab
- Soemono, Statika I, bab


5.1.14. Senarai
- Konstruksi Rangka Batang : Suatu rangkaian batang-batang
yang berbentuk A (segitiga)
- Titik simpul : dianggap sendi.

You might also like