You are on page 1of 54

APLIKASI PENUNJANG KEPUTUSAN PEMILIHAN KARTU PRA-BAYAR UNTUK MODEM MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHI PROCESS (AHP)

OLEH FITRIYANI 3101 1101 1798

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER (STMIK) BANJARBARU 2012

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan segala Rahmat dan Hidayah-Nya, serta shalawat dan salam atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat dan pengikut beliau, penulis merasa bersyukur atasa tersusunnya laporan penelitian yang berjudul APLIKASI PENUNJANG KEPUTUSAN PEMILIHAN KARTU PRA-BAYAR UNTUK MODEM MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHI PROCESS

(AHP) untuk memenuhu tugas Riset Teknologi Informasi. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Dosen pembimbing yang telah bersedia memberikan penulis waktu untuk menyelesaikan laporan penelitian ini. Makalah ini terlepas dari kesempurnaan, akan tetapi semoga laporan penelitian ini bermanfaat. Penulis

DAFTAR ISI

Hal KATA PENGANTAR ............................................................................................. I DAFTAR ISI ........................................................................................................... II BAB I ...................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1 1.2 Identifikasi Masalah ...................................................................................... 2 1.3 Batasan Masalah ............................................................................................ 2 1.4 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2 1.5 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 2 1.6 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 3 BAB II ..................................................................................................................... 4 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN ...................................... 4 2.1 Tinjauan Pustaka ........................................................................................... 4 2.2 Landasan Teori .............................................................................................. 5 2.2.1 Sistem Penunjang Keputusan ................................................................. 5 2.2.2 Definisi Sistem Penunjang Keputusan .................................................... 7 2.2.3 Karakteristik Sistem Pendukung Keputusan .......................................... 7 2.2.4 Komponen Sistem Pendukung Keputusan .............................................. 8 2.2.5 Kartu Pra-bayar ..................................................................................... 10 2.2.6 Pemilihan Kartu Pra-bayar.................................................................... 10 2.2.7 Metode AHP ......................................................................................... 10 2.2.8 Kelebihan dan Kelemahan AHP ........................................................... 19 2.2.9 Listing Program .................................................................................... 25 2.3 Kerangka Pemikiran .................................................................................... 29 BAB III ................................................................................................................. 30 METODE PENELITIAN ...................................................................................... 30 3.1 Analisa Kebutuhan ...................................................................................... 30 3.1.1 Metode Pengumpulan Data ................................................................... 31 3.1.2 Jenis Data .............................................................................................. 32

II

3.2 Perancangan Penelitian ................................................................................ 35 3.2.1 Konteks Diagram .................................................................................. 36 3.2.2 Use Case Diagram ................................................................................ 37 3.2.3 Sequence Diagram ................................................................................ 38 3.2.4 Activity Diagram .................................................................................. 40 3.3 Teknik Analisa Data .................................................................................... 42 3.3.1 Penerapan Metode AHP (Analytical Hierarchy Process) ..................... 43 3.4 Jadwal Penelitian ......................................................................................... 48 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 49

III

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi tentunya tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Selama peradaban manusia masih ada, teknologi akan terus menjadi hal yang penting dalam kehidupan. Di Indonesia pun teknologi informasi telah melesat sangat cepat sejak beberapa tahun terakhir, hal ini terbukti telah banyaknya sarana dan prasarana yang tersedia dan juga semakin murahnya harga perangkat elektronik guna menunjang kegiatan sehari-hari seperti laptop, PC, komputer tablet, smartphone dan lain-lain. Hampir semua perangkat komputerisasi saat ini tidak hanya digunakan untuk bekerja semata dengan berbagai aplikasi yang telah terinstal pada perangkat tersebut, melainkan mengkombinasikannya dengan mengkoneksikan ke jaringan internet dan juga sharing pada social network untuk membantu tugas sehari-hari serta memperoleh informasi yang cepat dalam waktu singkat. Untuk dapat terkoneksi ke internet maka laptop/PC harus menggunakan modem. Ketika menggunakan modem maka harus memiliki kartu prabayar yang dipasang pada modem agar dapat terkoneksi ke internet. Banyak pilihan kartu prabayar yang bisa gunakan dengan tawaran tarif, kuota, dan kecepatan koneksi yang bermacam-macam. Karena banyaknya pilihan inilah maka tidak sedikit konsumen yang merasa kecewa dan kurang puas pada kartu prabayar yang dipakainya karena layanan yang diberikan tidak sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen. Beberapa cara dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini, salah satunya adalah dengan pemanfaatan teknologi informasi berbasis web, sehingga ketika ingin memilih kartu prabayar yang sesuai dengan kebutuhan, maka dapat mengaksesnya kapan saja dan dimana saja. Salah satu cara yang digunakan untuk menyelesaikan masalah diatas yaitu dengan menggunakan metode analytic

hierarchy process (AHP). Sehingga dapat membantu konsumen dalam pemilihan kartu prabayar dan memberikan rekomendasi kartu prabayar sesuai kebutuhan.

1.2 Identifikasi Masalah Banyaknya pilihan kartu prabayar yang bisa digunakan pada modem maka tidak sedikit konsumen yang merasa kecewa dan kurang puas pada kartu prabayar yang dipakainya karena tarif, kuota data, maupun kecepatan koneksi internet yang diberikan tidak sesuai dengan keinginan dan kebutuhan. 1.3 Batasan Masalah Adapun batasan-batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Kartu prabayar yang merupakan hasil dari keputusan sistem setelah konsumen menginputkan kriteria-kriterianya tidak termasuk dengan keadaan atau kekuatan jaringan yang ada di daerah pemakai aplikasi ini. 2. Aplikasi ini tidak mempertimbangkan kecepatan koneksi dan teknologi lain yang didukung oleh modem pengguna. 3. Hanya pengguna kartu prabayar GSM.

1.4 Rumusan Masalah 1. Bagaimana cara membuat suatu sistem berbasis web agar dapat membantu konsumen dalam pemilihan kartu prabayar ? 2. Bagaimana cara membuat aplikasi yang dapat memberikan rekomendasi kartu prabayar yang sesuai kebutuhan dan keinginan konsumen dengan menggunakan metode AHP ? 3. Apa saja kriteria yang diinginkan konsumen untuk kartu prabayar yang digunakannya ?

1.5 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah membuat aplikasi berbasis web untuk merekomendasikan kartu prabayar yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan menggunakan metode analytic hierarchy process (AHP).

1.6 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah akan mempermudah konsumen untuk memilih kartu prabayar yang sesuai dengan kebutuhannya.

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Metode AHP dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan peserta pelatihan pengolahan pepaya di desa Padaasih kecamatan Cibogo kabupaten Subang. Penelitian dengan AHP hanya membutuhkan cukup orangorang kunci yang mempunyai peranan dan mengetahui dengan baik tentang bidang yang jadi objek penelitian. Penelitian ini diharapkan bisa agar kegiatankegiatan yang melibatkan masyarakat desa menjadi lebih bernilai dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. (Pardian, 2010) AHP juga sangat cocok dan fleksibel digunakan untuk menentukan

keputusan yang menolong seorang decision maker untuk mengambil keputusan yang kualitatif dan kuantitatif memilih supplier secara objektif berdasarkan multi kriteria yang ditetapkan. Aplikasi ini telah mampu untuk menghasilkan suatu keputusan yang tepat dalam bidang pemilihan supplier pada divisi pembelian. (Setiawan, 2008) Sistem pendukung keputusan metode AHP juga digunakan untuk pemilihan siswa dalam mengikuti olimpiade sains. Sistem yang telah di kembangkan dengan metode AHP ini menggunakan 4 faktor kriteria dalam melakukan pemilihan siswa yaitu kriteria pengalaman olimpiade, kemampuan akademik, intellegensi, dan kemampuan olimpiade sesuai dengan yang disediakan oleh sistem. Sistem ini dapat digunakan untuk membantu kepala sekolah atau guru untuk melakukan pemilihan siswa dalam mengikuti olimpiade sains tingkat kabupaten di Sekolah Menengah Atas. (Sutikno, 2007) AHP dapat menentukan lokasi yang terbaik pada sebuah proyek perumahan. Dengan berbagai pemunculan kriteria yang terasa penting / dipentingkan bagi konsumen sehingga dapat dimunculkan beberapa lokasi alternative. Selanjutnya diperoleh ranking dan bobot prioritas, serta mendapatkan hasil pengambilan keputusan yang tepat. (RUSMAN, 2008) faktor-faktor pemilihan moda dapat ditentukan berdasarkan metoda AHP.

Dilakukan dengan wawancara berkuisioner kepada mahasiswa Universitas Kristen Petra yang mempunyai kemungkinan untuk melakukan pilihan terhadap alternatifalternatif moda yang ada. Hasil analisa menunjukkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi pemilihan moda untuk berangkat kuliah adalah faktor keamanan (49,3%) dan faktor waktu (27,3%). (Teknomo, 1999)

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Sistem Penunjang Keputusan Pengambilan keputusan (desicion

making)

adalah

melakukan

penilaian dan menjatuhkan pilihan. Keputusan ini diambil setelah melalui beberapa perhitungan dan pertimbangan alternatif. Sebelum pilihan dijatuhkan, ada beberapa tahap yang mungkin akan dilalui oleh pembuat keputusan. Tahapan tersebut bisa saja meliputi identifikasi masalah utama, menyusun alternatif yang akan dipilih dan sampai pada pengambilan keputusan yang terbaik. (Alam, 2011). Secara umum, pengertian pengambilan keputusan telah dikemukakan oleh banyak ahli, diantaranya adalah : G. R. Terry : Mengemukakan bahwa pengambilan keputusan adalah sebagai pemilihan yang didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih alternatif yang mungkin. Claude S. Goerge, Jr : Mengatakan proses pengambilan keputusan itu dikerjakan oleh kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan pemikiran yang termasuk pertimbangan, penilaian dan pemilihan diantara sejumlah alternatif. Horold dan Cyril ODonnell : pengambilan keputusan adalah pemilihan diantara alternatif mengenai suatu cara bertindak yaitu inti dari perencanaan, suatu rencana tidak dapat dikatakan tidak ada jika tidak ada keputusan, suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat. P. Siagian : Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap suatu masalah, pengumpulan fakta dan data, penelitian yang matang atas alternatif dan tindakan.
5

Drs. H. Malayu S.P Hasibuan : Pengambilan keputusan adalah suatu proses penentuan keputusan yang terbaik dari sejumlah alternative untuk melakukan aktifitas-aktifitas pada masa yang akan datang.

Chester I. Barnard : Keputusan adalah perilaku organisasi, berintisari perilaku perorangan dan dalam gambaran proses keputusan ini secara relatif dan dapat dikatakan bahwa pengertian tingkah laku organisasi lebih penting dari pada kepentingan perorangan. Tahap tahap Pengambilan Keputusan : Menurut Herbert A. Simon (Kadarsah, 2011), tahap tahap yang harus dilalui dalam proses pengambilan keputusan sebagai berikut : 1. Tahap Pemahaman ( Inteligence Phace ) Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendeteksian dari lingkup problematika serta proses pengenalan masalah. Data masukan diperoleh, diproses dan diuji dalam rangka mengidentifikasikan masalah. 2. Tahap Perancangan ( Design Phace ) Tahap ini merupakan proses pengembangan dan pencarian alternatif tindakan / solusi yang dapat diambil. Tersebut merupakan representasi kejadian nyata yang disederhanakan, sehingga diperlukan proses validasi dan vertifikasi untuk mengetahui keakuratan model dalam meneliti masalah yang ada. 3. Tahap Pemilihan ( Choice Phace ) Tahap ini dilakukan pemilihan terhadap diantaraberbagai alternatif solusi yang dimunculkan pada tahap perencanaan agar ditentukan / dengan memperhatikan kriteria kriteria berdasarkan tujuan yang akan dicapai. 4. Tahap Impelementasi ( Implementation Phace ) Tahap ini dilakukan penerapan terhadap rancangan sistem yang telah dibuat pada tahap perancanagan serta pelaksanaan alternatif tindakan yang telah dipilih pada tahap pemilihan.

2.2.2 Definisi Sistem Penunjang Keputusan Menurut Keen dan Scoot Morton : Sistem Pendukung Keputusan merupakan penggabungan sumber sumber kecerdasan individu dengan kemampuan komponen untuk memperbaiki kualitas keputusan. Sistem Pendukung Keputusan juga merupakan sistem informasi berbasis komputer untuk manajemen pengambilan keputusan yang menangani masalah masalah semi struktur Dengan pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa sistem pendukung keputusan bukan merupakan alat pengambilan keputusan, melainkan merupakan sistem yang membantu pengambil keputusan dengan melengkapi mereka dengan informasi dari data yang telah diolah dengan relevan dan diperlukan untuk membuat keputusan tentang suatu masalah dengan lebih cepat dan akurat. Sehingga sistem ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan pengambilan keputusan dalam proses pembuatan keputusan. Sistem pendukung keputusan (SPK) atau dikenal dengan Decision Support Sistem (DSS), pada tahun 1970-an sebagai pengganti istilah Management Information Sistem (MIS). Tetapi pada dasarnya SPK merupakan pengembangan lebih lanjut dari MIS yang dirancang sedemikian rupa sehingga bersifat interaktif dengan pemakainya. Maksud dan tujuan dari adanya SPK, yaitu untuk mendukung pengambil keputusan memilih alternatif keputusan yang merupakan hasil pengolahan informasi-informasi yang diperoleh/ tersedia dengan

menggunakan model-model pengambil keputusan serta untuk menyelesaikan masalah-masalah bersifat terstruktur, semi terstruktur dan tidak terstruktur (Mulyono, 2010). Sistem pendukung keputusan sebagai sebuah himpunan/ kumpulan prosedur berbasis model untuk memproses data dan pertimbangan untuk membantu manajemen dalam pembuatan keputusannya. Suatu sistem yang menyediakan sarana bagi para manajer untuk mengembangkan informasi sesuai dengan keputusan yang akan dibuat. Tujuan: menunjang keputusan-keputusan yang relatif tidak terstruktur (unstructured). 2.2.3 Karakteristik Sistem Pendukung Keputusan Karakteristik sistem pendukung keputusan adalah (Haniif, 2007) :

1. Sistem Pendukung Keputusan dirancang untuk membantu pengambil keputusan dalam memecahkan masalah yang sifatnya semi terstruktur ataupun tidak terstruktur dengan menambahkan kebijaksanaan manusia dan informasi komputerisasi. 2. Dalam proses pengolahannya, sistem pendukung keputusan

mengkombinasikan penggunaan model - model analisis dengan teknik pemasukan data konvensional serta fungsi - fungsi pencari / interogasi informasi. 3. Sistem Pendukung Keputusan, dirancang sedemikian rupa sehingga dapat digunakan / dioperasikan dengan mudah. 4. Sistem Pendukung Keputusan dirancang dengan menekankan pada aspek fleksibilitas serta kemampuan adaptasi yang tinggi. 2.2.4 Komponen Sistem Pendukung Keputusan Sistem pendukung keputusan terdiri atas tiga komponen utama yaitu : 1. Subsistem pengelolaan data (database). 2. Subsistem pengelolaan model (modelbase). 3. Subsistem pengelolaan dialog (userinterface). Hubungan antara ketiga komponen ini dapat dilihat pada gambar dibawah :

Gambar 2. 1 Hubungan Antara Ketiga Komponen Sumber : (Haniif, 2007)

Sub sistem pengelolaan data (database) Sub sistem pengelolaan data (database) merupakan komponen SPK yang berguna sebagai penyedia data bagi sistem. Data tersebut disimpan dan diorganisasikan dalam sebuah basis data yang

diorganisasikan oleh suatu sistem yang disebut dengan sistem manajemen basis data (Database Management Sistem). Sub sistem pengelolaan model (model base) Keunikan dari SPK adalah kemampuannya dalam

mengintegrasikan data dengan model-model keputusan. Model adalah suatu tiruan dari alam nyata. Kendala yang sering dihadapi dalam merancang suatu model adalah bahwa model yang dirancang tidak mampu mencerminkan seluruh variabel alam nyata, sehingga keputusan yang diambil tidak sesuai dengan kebutuhan oleh karena itu, dalam menyimpan berbagai model harus diperhatikan dan harus dijaga fleksibilitasnya. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pada setiap model yang disimpan hendaknya ditambahkan rincian keterangan dan penjelasan yang komprehensif mengenai model yang dibuat. Subsistem pengelolaan dialog (user interface) Keunikan lainnya dari SPK adalah adanya fasilitas yang mampu mengintegrasikan sistem yang terpasang dengan pengguna secara interaktif, yang dikenal dengan subsistem dialog. Melalui subsistem dialog, sistem diimplementasikan sehingga pengguna dapat

berkomunikasi dengan sistem yang dibuat. Fasilitas yang dimiliki oleh subsistem dialog dibagi menjadi tiga komponen: 1. Bahasa aksi (action language), yaitu suatu perangkat lunak yang dapat digunakan oleh user untuk berkomunikasi dengan sistem, yang dilakukan melalui berbagai pilihan media seperti keyboard, joystick dan keyfunction yang lainnya. 2. Bahasa tampilan (display and presentation language), yaitu suatu perangkat yang berfungsi sebagai sarana untuk menampilkan

sesuatu. Peralatan yang digunakan untuk merealisasikan tampilan ini diantaranya adalah printer, grafik monitor, plotter, dan lain-lain. 3. Basis pengetahuan (knowladge base), yaitu bagian yang mutlak diketahui oleh pengguna sehingga sistem yang dirancang dapat berfungsi secara interaktif. 2.2.5 Kartu Pra-bayar Kartu pra-bayar adalah dimana konsumen membayar biaya layanan

terlebih dahulu, dengan membeli pulsa baik secara elektronik ataupun fisik (dalam bentuk voucher) dengan jumlah tertentu. Setelah itu konsumen dapat memanfaatkan jasa layanan yang diberikan penyedia layanan telepon tersebut. 2.2.6 Pemilihan Kartu Pra-bayar Salah satu pertimbangan pemilihan kartu pra-bayar adalah faktor

kelebihan dari tiap kartu pra-bayar. Kelebihan-kelebihan tersebut ada pada tarif, kuota data maupun kecepatan koneksinya. Konsumen biasanya lebih

menginginkan tarif yang seminimum mungkin tetapi dengan kuota data yang cukup dan kecepatan koneksi yang cepat. Tetapi hal ini berbanding terbalik dengan layanan dari provider-provider kartu pra-bayar yang sebenarnya diberlakukan. Layanan yang diberikan para provider kebanyakan hanya mengungggulkan salah satu dari kriteria-kriteria yang diinginkan konsumen tersebut. 2.2.7 Metode AHP Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L. Saaty dan merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan dengan memperhatikan faktor faktor persepsi, preferensi, pengalaman dan intuisi. AHP menggabungkan penilaianpenilaian dan nilainilai pribadi ke dalam satu cara yang logis. Analytic Hierarchy Process (AHP) digunakan dalam menyederhanakan masalah yang kompleks dan tidak terstruktur, strategik dan dinamik menjadi bagian-bagian, serta menjadikan variabel dalam suatu tingkatan hirarki. Masalah yang kompleks terdiri dari lebih dari satu (multikriteria) masalah, struktur masalah yang belum jelas, ketidakpastian pendapat dari pengambil keputusan, serta ketidak akuratan data yang tersedia.
10

Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagianbagian, menata bagian atau variable ini dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik dengan pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk 8 menetapkan variabel mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi basil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat. (Pandi Pardian, 2010)

Tahapan-tahapan metode AHP

Dalam metode AHP dilakukan langkah-langkah sebagai berikut (Kadarsyah Suryadi dan Ali Ramdhani, 1998) : 1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan. Dalam tahap ini kita berusaha menentukan masalah yang akan kita pecahkan secara jelas, detail dan mudah dipahami. Dari masalah yang ada kita coba tentukan solusi yang mungkin bagi masalah tersebut. Solusi dari masalah mungkin berjumlah lebih dari satu. Solusi tersebut nantinya kita kembangkan lebih lanjut dalam tahap berikutnya.

2. Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan utama. Setelah menyusun tujuan utama sebagai level teratas akan disusun level hirarki yang berada di bawahnya yaitu kriteria-kriteria yang cocok untuk mempertimbangkan atau menilai alternatif yang kita berikan dan menentukan alternatif tersebut. Tiap kriteria mempunyai intensitas yang berbeda-beda. Hirarki dilanjutkan dengan subkriteria (jika mungkin diperlukan).

11

3. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya. Matriks yang digunakan bersifat sederhana, memiliki kedudukan kuat untuk kerangka konsistensi, mendapatkan informasi lain yang mungkin dibutuhkan dengan semua perbandingan yang mungkin dan mampu menganalisis kepekaan prioritas secara keseluruhan untuk perubahan pertimbangan. Pendekatan dengan matriks mencerminkan aspek ganda dalam prioritas yaitu mendominasi dan didominasi. Perbandingan dilakukan berdasarkan judgment dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. Untuk memulai proses perbandingan berpasangan dipilih sebuah kriteria dari level paling atas hirarki misalnya K dan kemudian dari level di bawahnya diambil elemen yang akan dibandingkan misalnya E1,E2,E3,E4,E5 4. Melakukan Mendefinisikan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh jumlah penilaian seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan. Hasil perbandingan dari masingmasing elemen akan berupa angka dari 1 sampai 9 yang menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen. Apabila suatu elemen dalam matriks dibandingkan dengan dirinya sendiri maka hasil perbandingan diberi nilai 1. Skala 9 telah terbukti dapat diterima dan bisa membedakan intensitas antar elemen. Hasil perbandingan tersebut diisikan pada sel yang bersesuaian dengan elemen yang dibandingkan. Skala perbandingan perbandingan berpasangan dan maknanya yang

diperkenalkan oleh Saaty bisa dilihat di bawah. Intensitas Kepentingan 1 = Kedua elemen sama pentingnya, Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar 3 = Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yanga lainnya, Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya 5 = Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya, Pengalaman dan penilaian sangat kuat menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya 7 = Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya, Satu elemen yang kuat disokong

12

dan dominan terlihat dalam praktek 9 = Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya, Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memeliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan. 2,4,6,8 = Nilai-nilai antara dua nilai pertimbanganpertimbangan yang berdekatan, Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi di antara 2 pilihan Kebalikan = Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibanding dengan aktivitas j , maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding dengan i

5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya. Jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi. 6. Mengulangi langkah 3,4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki. 7. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan yang merupakan bobot setiap elemen untuk penentuan prioritas elemenelemen pada tingkat hirarki terendah sampai mencapai tujuan.

Penghitungan dilakukan lewat cara menjumlahkan nilai setiap kolom dari matriks, membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks, dan menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan rata-rata. 8. Memeriksa konsistensi hirarki. Yang diukur dalam AHP adalah rasio konsistensi dengan melihat index konsistensi. Konsistensi yang diharapkan adalah yang mendekati sempurna agar menghasilkan keputusan yang mendekati valid. Walaupun sulit untuk mencapai yang sempurna, rasio konsistensi diharapkan kurang dari atau sama dengan 10 %.

Prinsip Dasar dan aksioma AnalyticHierarchy Process (AHP)

Dalam menyelesaikan persoalan dengan metode AHP ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami antara lain. 1. Decomposition

13

Decomposition adalah memecahkan atau membagi problema yang utuh menjadi unsur unsurnya ke bentuk hirarki proses pengambilan keputusan, dimana setiap unsur atau elemen saling berhubungan. Struktur hirarki keputusan tersebut dapat dikategorikan sebagai complete dan incomplete. Suatu hirarki keputusan disebut complete jika semua elemen pada suatu tingkat memiliki hubungan terhadap semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya, sementara hirarki keputusan incomplete kebalikan dari hirarki yang complete. Bentuk struktur dekomposisi yakni Tingkat pertama : Tujuan keputusan (Goal) Tingkata kedua : Kriteriakriteria Tingkat ketiga : Alternatifalternative

Tujuan

Kriteria 1

Kriteria 2

Kriteria n

Alternatif 1

Alternatif 2

Alternatif n

Gambar 2.1 StrukturHirarki Hirarki masalah disusun digunakan untuk membantu proses pengambilan keputusan dalam sebuah system dengan memperhatikan seluruh elemen keputusan yang terlibat. 2. Comparative Judgement Comparative Judgement adalah penilaian yang dilakukan berdasarkan

kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkatan di atasnya. Comparative Judgement merupakan inti dari penggunaan AHP karena akan berpengaruh terhadap urutan prioritas dari elemen elemennya. Hasil dari penilaian tersebut akan diperlihatkan dalam bentuk

14

matriks pairwise comparisons yaitu matriks perbandingan berpasangan memuat tingkat preferensi beberapa alternatif untuk tiap kriteria. Skala preferensi yang digunakan yaitu skala 1 yang menunjukkkan tingkat yang paling rendah (equal importance) sampai dengan skala 9 yang menunjukkan tingkatan yang paling tinggi (extreme importance). 3. Synthesis of Priority Synthesis of Priority dilakukan denganmenggunakan eigen vektor method untuk mendapatkan bobot relatif bagi unsurunsur pengambilan keputusan.

4. Logical Consistency Logical Consistency dilakukan dengan mengagresikan seluruh eigen vektor yang diperoleh dari berbagai tingkatan hirarki dan selanjutnya diperoleh suatu vektor composite tertimbang yang menghasilkan urutan pengambilan keputusan. (Pandi Pardian, 2010)

AHP didasarkan atas 3 aksioma utama yaitu : 1. Aksioma Resiprokal Aksioma ini menyatakan jika PC (EA,EB) adalah sebuah perbandingan berpasangan antara elemen A dan elemen B, dengan memperhitungkan C sebagai elemen parent, menunjukkan berapa kali lebih banyak properti yang dimiliki elemen A terhadap B, maka PC (EB,EA)= 1/ PC (EA,EB). Misalnya jika A 5 kali lebih besar daripada B, maka B=1/5 A. 2. Aksioma Homogenitas Aksioma ini menyatakan bahwa elemen yang dibandingkan tidak berbeda terlalu jauh. Jika perbedaan terlalu besar, hasil yang didapatkan mengandung nilai kesalahan yang tinggi. Ketika hirarki dibangun, kita harus berusaha mengatur elemen-elemen agar elemen tersebut tidak menghasilkan hasil dengan akurasi rendah dan inkonsistensi tinggi. 3. Aksioma Ketergantungan Aksioma ini menyatakan bahwa prioritas elemen dalam hirarki tidak bergantung pada elemen level di bawahnya. Aksioma ini membuat kita bisa menerapkan prinsip komposisi hirarki.

15

1. Penyusunan Prioritas Menentukan susunan prioritas elemen adalah dengan menyusun perbandingan berpasangan yaitu membandingkan dalam bentuk berpasangan seluruh elemen untuk setiap sub hirarki. Perbandingan tersebut ditransformasikan dalam bentuk matriks. Contoh, terdapat n objek yang dinotasikan dengan (A1, A2, , An) yang akan dinilai berdasarkan pada nilai tingkat kepentingannya antara lain Ai dan Aj dipresentasikan dalam matriks Pair-wise Comparison. Tabel 2.1 Matriks Perbandingan Berpasangan

A1 A1 A2 a11 a21

A2 a12 a22

An a1n a2n

An

am1

am2

amn

Nilai a11 adalah nilai perbandingan elemen A1 (baris) terhadap A1 (kolom) yang menyatakan hubungan : a) Seberapa jauh tingkat kepentingan A1 (baris) terhadap kriteria C dibandingkan dengan A1 (kolom) atau b) Seberapa jauh dominasi Ai (baris) terhadap Ai (kolom) atau c) Seberapa banyak sifat kriteria C terdapat pada A1 (baris) dibandingkan dengan A1 (kolom). Hasil perbandingan dari masing-masing elemen akan berupa angka dari 1 sampai 9 yang menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen. Apabila suatu elemen dalam matriks dibandingkan dengan dirinya sendiri maka hasil perbandingan diberi nilai 1. Skala 9 telah terbukti dapat diterima dan bisa membedakan intensitas antar elemen. Hasil perbandingan tersebut diisikan pada sel yang bersesuaian dengan elemen yang dibandingkan. Skala perbandingan perbandingan berpasangan dan maknanya yang diperkenalkan oleh Saaty (1980) bisa dilihat di bawah, seperti pada tabel berikut ini.

16

Tabel 1. Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan Tingkat Kepentingan Definisi Keterangan

Equel penting)

importance

(sama Kedua elemen mempunyai pengaruh yang sama Pengalaman dan penilaian sangat memihak satu elemen dibandingkan

Weak importance of one over 3 another (sedikit lebih penting)

dengan pasangannya Satu elemen sangat disukai dan

Essential or strongimportance 5 (lebih penting)

secara praktis dominasinya sangat nyata, dibandingkan dengan elemen pasangannya Satu elemen terbukti sangat disukai

Demonstrated importance 7 (sangat penting)

dan sangat,

secara praktis dominasinya dibandingkan dengan

elemen pasangannya Extreme importance 9 (mutlak lebih penting) Intermediate values between 2, 4, 6, 8 the two adjacent judgments Satu elemen mut lak lebih disukai dibandingkan dengan pasangannya, pada tingkat keyakinan tertinggi Nilai diantara dua pilihan yang berdekatan

Jika elemen i memiliki salah satu angka diatas Resiprokal Kebalikan elemen j, ketika dibandingkan maka ketika j memiliki dibanding

kebalikannya elemen i

17

Skala nilai diatas digunakan untuk mengisi nilai matrik perbandingan berpasangan yang akan menghasilkan prioritas (bobot/nilai kepentingan) masingmasing kriteria dan subkriteria. Model AHP didasarkan pada pair-wise comparison matrix, dimana judgement dari decision

elemen-elemen pada matriks tersebut merupakan

maker. Seorang decision maker akan memberikan penilaian, mempersepsikan, ataupun memperkirakan kemungkinan dari suatu hal/peristiwa yang dihadapi. Matriks tersebut terdapat pada setiap level of hierarchy dari suatu struktur model AHP yang membagi habis suatu persoalan. Berikut ini contoh suatu Pair-Wise Comparison Matrix pada suatu level of hierarchy, yaitu: E F G H [ ]

Baris 1 kolom 2: jika E dibandingkan dengan F, maka E lebih penting/disukai/ dimungkinkan daripada F yaitu sebesar 5, artinya: E essential atau strong importance daripada F, dan seterusnya. Angka 5 bukan berarti bahwa E lima kali lebih besar dari F, tetapi E strong importance dibandingkan dengan F. Sebagai ilustrasi perhatikan matriks

resiprokal berikut: E F G [ ]

Membacanya/membandingkannya, dari kiri ke kanan. Jika E dibandingkan dengan F, maka F very strong importance daripada E dengan nilai judgement sebesar 7. Dengan demikan pada baris 1 kolom 2 diisi dengan kebalikan dari 7 yakni 1/7. Artinya, E dibanding F F lebih kuat dari E

18

Jika E dibandingkan dengan G, maka E extreme importance daripada G dengan nilai judgement sebesar 9. Jadi baris 1 kolom 3 diisi dengan nilai 9, dan seterusnya. (Adhariyani, 2012)

2.2.8 Kelebihan dan Kelemahan AHP Layaknya sebuah metode analisis, AHP pun memiliki kelebihan dan kelemahan dalam system analisisnya. Kelebihan-kelebihan analisis ini adalah : Kesatuan (Unity) AHP membuat permasalahan yang luas dan tidak terstruktur menjadi suatu model yang fleksibel dan mudah dipahami. Kompleksitas (Complexity) AHP memecahkan permasalahan yang kompleks melalui pendekatan sistem dan pengintegrasian secara deduktif. Saling ketergantungan (Inter Dependence) AHP dapat digunakan pada elemen-elemen sistem yang saling bebas dan tidak memerlukan hubungan linier. Struktur Hirarki (Hierarchy Structuring) AHP mewakili pemikiran alamiah yang cenderung mengelompokkan elemen sistem ke level-level yang berbeda dari masing-masing level berisi elemen yang serupa. Pengukuran (Measurement) AHP menyediakan skala pengukuran dan metode untuk mendapatkan prioritas. Konsistensi (Consistency) AHP mempertimbangkan konsistensi logis dalam penilaian yang digunakan untuk menentukan prioritas. Sintesis (Synthesis) AHP mengarah pada perkiraan keseluruhan mengenai seberapa

diinginkannya masing-masing alternatif. Trade Off

19

AHP mempertimbangkan prioritas relatif faktor-faktor pada sistem sehingga orang mampu memilih altenatif terbaik berdasarkan tujuan mereka. Penilaian dan Konsensus (Judgement and Consensus) AHP tidak mengharuskan adanya suatu konsensus, tapi menggabungkan hasil penilaian yang berbeda. Pengulangan Proses (Process Repetition) AHP mampu membuat orang menyaring definisi dari suatu permasalahan dan mengembangkan penilaian serta pengertian mereka melalui proses pengulangan.

Sedangkan kelemahan metode AHP adalah sebagai berikut: Ketergantungan model AHP pada input utamanya. Input utama ini berupa persepsi seorang ahli sehingga dalam hal ini melibatkan subyektifitas sang ahli selain itu juga model menjadi tidak berarti jika ahli tersebut memberikan penilaian yang keliru. Metode AHP ini hanya metode matematis tanpa ada pengujian secara statistik sehingga tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran model yang terbentuk. (Syaifullah, 2010) Ranking Prioritas dengan Vektor Eigen

VE i n (Ni1 X N i2 X N i3 .......XN in ) i 1, .......... n ..,

VE i N i1 X N i2 X N i3 .......XN in i 1, .......... n ..,

1/n

Gambar 1 : Contoh Pairwise Matrix

Memilih Barang A

A 1

B 5

C 4

Vektor eigen 0.2174

Vektor Prioritas 0.674

20

B C Jumlah

1/5 1/4 1.45

1 3 9
1/3

1/3 1 5.33

0.405 0.908 4.028

0.101 0.226 1.000

VE VE VE

baris1

(1 X 5 X 4)] 1/4 X 3 X 1

0,2174 0,405 0,908

baris 2 baris 3

1/5 X 1 X 1/3
1/3

1/3

VP baris 1 = 0,2174 / 3,487 = 0,674 VP baris 2 = 0,405 / 3,487 = 0,101 VP baris 3 = 0,908 / 3,487 = 0,226 I Indeks Inkonsistensi (diupayakan kurang dari 10%) IK = ( I maks - n)/(n-1) Perhitungan Berdasarkan nilai sebelumnya: 1,45 X 0,674 9,00 X 0,101 5,33 X 0,226 Sum Maks = 3,086 IK = (3,086 - 3)/(3-1) = 0,043 (Seniwati, Perhitungan Manual AHP, 2006) = 0,977 = 0,906 = 1,203 = 3,086

Contoh Kasus : Adi berulang tahun yang ke-17, Kedua orang tuanya janji untuk membelikan sepeda motor sesuai yang di inginkan Adi. Adi memiliki pilihan yaitu motor Ninja, Tiger dan Vixsion . Adi memiliki criteria dalam pemilihan sepeda motor yang nantinya akan dia beli yaitu : sepeda motornya memiliki desain yang bagus, berkualitas serta irit dalam bahan bakar. Penyelesaian :

Tahap pertama Menentukan botot dari masing masing kriteria: Desain lebih penting 2 kali dari pada Irit

21

Desain lebih penting 3 kali dari pada kualitas Irit lebih penting 1.5 kali dari pada kualitas

Pair Comparation Matrix Kriteria Desain Irit Kualitas Priority Vector Desain Irit Kualitas Jumlah 1 0,5 0,333 1,833 2 1 0,667 3,667 3 1,5 1 5,5 0,5455 0,2727 0,1818 1,0000 3,00 Consistency Index (CI) Consistency Ratio (CR) 0 0,0%

Dari gambar diatas, Prioity Vector (kolom paling kanan) menunjukan bobot dari masing-masing kriteria, jadi dalam hal ini Desain merupakan bobot

tertinggi/terpenting menurut Adi, disusul Irit dan yang terakhir adalah Kualitas. Cara membuat table seperti di atas : a. Untuk perbandingan antara masing masing kriteria berasal dari bobot yang telah di berikan ADI pertama kali. b. Sedangkan untuk Baris jumlah, merupakan hasil penjumalahan vertikal dari masing masing kriteria. c. Untuk Priority Vector di dapat dari hasil penjumlahan dari semua sel disebelah Kirinya (pada baris yang sama) setelah terlebih dahulu dibagi dengan Jumlah yang ada dibawahnya, kemudian hasil penjumlahan tersebut dibagi dengan angka tiga.

e. Rumusnya adalah menjumlahkan hasil perkalian antara sel pada baris jumlah dan sel pada kolom Priority Vector -n)/(n-1)

22

2) Sedangkan untuk menghitung nilai CR Menggunakan rumuas CR = CI/RI , nilai RI didapat dari n RI 1 0 2 0 3 5,8 4 0,9 5 1,12 6 1,24 7 1,32 8 1,41 9 1,45 10 1,49

Jadi untuk n=3, RI=0.58. Jika hasil perhitungan CR lebih kecil atau sama dengan 10% , ketidak konsistenan masih bisa diterima, sebaliknya jika lebih besar dari 10%, tidak bisa diterima. Tahap Kedua :

Kebetulan teman ADI memiliki teman yang memiliki motor yang sesuai dengan pilihan ADI. Setelah temannya tersebut adi memberikan penilaian ( disebut sebagai pair-wire comparation)

Desain lebih penting 2 kali dari pada Irit Desain lebih penting 3 kali dari pada Kualitas Irit lebih penting 1.5 kali dari pada kualitas

Ninja 4 kali desainnya lebih baik daripada tiger Ninja 3 kali desainnya lebih baik dari pada vixsion tiger 1/2 kali desainnya lebih baik dari pada Vixsion

Ninja 1/3 kali lebih irit daripada tiger Ninja 1/4 kali lebih irit dari pada vixsion tiger 1/2 kali lebih irit dari pada Vixsion

Berdasarkan penilaian tersebut maka dapat di buat table (disebut Pair-wire comparation matrix) Desain Ninja Tiger Vixsion Priority Vector Ninja Tiger 1 0,25 4 1 3 0,5 0,6233 0,1373

23

Vixsion Jumlah

0,333 1,583

2 7

1 4,5

0,2394 1,0000 3,025

Consistency Index (CI) Consistency Ratio (CR)

0,01 2,2%

Irit

Ninja

Tiger

Vixsion

Priority Vector

Ninja Tiger Vixsion Jumlah

1 3 4 8

0,333 1 2 3,333

0,25 0,5 1 1,75

0,1226 0,3202 0,5572 1,0000 3,023

Consistency Index (CI)

0,01

Irit

Ninja

Tiger

Vixsion

Priority Vector

Ninja Tiger Vixsion Jumlah

1,00 100,00 10,00 111,00

0,010 1,00 0,100 1,11

0,10 10,0 1,0 11,10

0,0090 0,9009 0,0901 1,0000 3

Consistency Index (CI) Consistency Ratio (CR)

0 0,0%

Tahap ketiga Setelah mendapatkan bobot untuk ketiga kriteria dan skor untuk masing-masing kriteria bagi ketiga motor pilihannya, maka langkah terakhir adalah menghitung total skor untuk ketiga motor tersebut. Untuk itu ADI akan merangkum semua

24

hasil penilaiannya tersebut dalam bentuk tabel yang disebut Overall composite weight, seperti berikut. Overall composit weight Desain Irit Kualitas 0,5455 0,2727 0,1818 0,6233 0,1226 0,0090 0,3751 0,1373 0,3202 0,9009 0,3260 0,2394 0,5572 0,0901 0,2989 weight Ninja Tiger Vixsion

Composit Weight

Cara membuat Overall Composit weight adalah Kolom Weight diambil dari kolom Priority Vektor dalam matrix Kriteria. Ketiga kolom lainnya (Ninja, Tiger dan Vixsion) diambil dari kolom Priority Vector ketiga matrix Desain, Irit dan Kualitas. Baris Composite Weight diperoleh dari jumlah hasil perkalian sel diatasnya dengan weight. Berdasarkan table di atas maka dapat di ambil kesimpulan bahwa yang memiliki skor paling tinggi adalah Ninja yaitu 0,3751 , sedangkan disusul tiger dengan skor 0,3260 dan yang terakhir adalah Vixsion dengan skor 0,2989. Akhirnya Adi akan membeli motor Ninja 2.2.9 Listing Program AHP MAIN CODE Array preparation and function call (user_survey_last.php)

$ncomparisons=($nelements*($nelements-1))/2; for($i=0;$i<$ncomparisons;$i++){

/* building of names to recover data from Session and Request */ $firstname= "firsthidden".$i;

25

$secondname="secondhidden".$i; $valuename="value".$i; $par['id_survey_data']=$_SESSION['id_user']; $par['firstelement']= $_REQUEST[$firstname]; $par['secondelement']= $_REQUEST[$valuename]; /* $_REQUEST[$secondname]; $par['value']=

query which inserts user values into user_values table selects and increments the number of user that filled the survey */ insertValues($par);

/*

setting

diagonal

values

*/

$table[$_REQUEST["firsthidden".$i]][$_REQUEST["firsthidden".$i]]='1'; $table[$_REQUEST["secondhidden".$i]][$_REQUEST["secondhidden".$i]]='1';

/*

setting

upon

side

of

matrix

*/

$table[$_REQUEST["firsthidden".$i]][$_REQUEST["secondhidden".$i]]= $_REQUEST["value".$i];

/*

setting

bottom

side

of

matrix

*/

$table[$_REQUEST["secondhidden".$i]][$_REQUEST["firsthidden".$i]]= opposite($_REQUEST["value".$i]); }

/*call the ahp main function */ $result = calculateValuesAHP($table);

/* query to insert the results into user_results table*/ foreach($result[1] as $i){ insertUserResultsAHP($result,$i,$_SESSION); }

26

Function to calculate AHP results (ahp_core.php)

function calculateValuesAHP($table){ $num_rows= sizeof($table); $ncomparisons=($num_rows*($num_rows-1))/2;

/* id of the elements */ for($i=0;$i<$ncomparisons;$i++){ $array[$_REQUEST["firsthidden".$i]]=$_REQUEST["firsthidden".$i]; $array[$_REQUEST["secondhidden".$i]]=$_REQUEST["secondhidden".$i]; }

/* calculates sums of values */ foreach($array as $i){ foreach($array as $j){ $sum[$i]=$sum[$i]+$table[$i][$j].""; } $sumvar=$sumvar+$sum[$i]; }

/* division by sum*/ foreach($array as $i){ $result[0][$i]=$sum[$i]/$sumvar.""; $result[1][$i]=$i; } return $result; }

Function to calculate the opposite values (ahp_core.php) function opposite($par){ /* calculates the opposite of the value, to obtain the other half matrix*/ if($par=="0.111111111111") return '9';

27

if($par=="0.125") return '8'; if($par=="0.142857142857") return '7'; if($par=="0.166666666667") return '6'; if($par=="0.2") return '5'; if($par=="0.25") return '4'; if($par=="0.333333333333") return '3'; if($par=="0.5") return '2'; if($par=="9") return '0.111111111111'; if($par=="8") return '0.125'; if($par=="7") return '0.142857142857'; if($par=="6") return '0.166666666667'; if($par=="5") return '0.2'; if($par=="4") return '0.25'; if($par=="3") return '0.333333333333'; if($par=="2") return '0.5'; if($par=="1") return '1'; }

28

2.3 Kerangka Pemikiran

MASALAH

Pemilihan kartu pra-bayar

PENDEKATAN

Metode Analytical Hirarchy Process (AHP)

PENGEMBANGAN

Desain UML

Tools PHP

Testing Whitebox dan Blackbox

IMPLEMENTASI

Kartu pra-bayar

PENGUJIAN

User acceptance

HASIL

Aplikasi berbasis web untuk merekomendasikan kartu pra-bayar yang digunakan pada modem dengan metode Analytical Hirarchy Process (AHP)

29

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Analisa Kebutuhan Pemilihan kartu pra-bayar merupakan hal yang sangat membingungkan bagi konsumen, dimana konsumen harus menentukan kartu pra-bayar apa yang harus dipakai agar merasa nyaman dan sesuai dengan kebutuhan. Memang

banyak pilihan kartu pra-bayar yang ada, dengan segala kelebihan dan kekurangan nya. Namun walaupun banyak kartu pra-bayar yang ada ,hal ini malah menambah bingung konsumen karena dihadapkan dengan banyaknya pilihan kartu pra-bayar karena konsumen tidak mengetahui lebih rinci tentang penawaran-penawaran dari provider kartu pra-bayar tersebut. Secara umum, sistem penunjang keputusan ini bertugas membantu para konsumen dalam menentukan kartu prabayar yang akan dipilih, agar dapat terkoneksi ke internet sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Suatu keputusan yang diambil, khususnya dalam pengambilan keputusan pemilihan kartu pra-bayar berdasarkan kriteria kriteria yang telah ditentukan. Keputusan yang diberikan berupa daftar kartu pra-bayar sebagai bahan pertimbangan / saran kepada konsumen berdasarkan kriteria tersebut. Dalam prosesnya, sistem ini menerapkan konsep pengambilan keputusan menggunakan Metode Analytic Hierarchy Process (AHP).sehingga keputusan yang dihasilkan dapat membantu user menemukan solusi yang optimal dan akurat. Sebagai tahap awal dalam pengembangan sistem, diperlukan adanya identifikasi dan analisis kebutuhan sistem oleh pemakai. Hal ini sangat diperlukan agar sistem yang akan dibuat sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pemakai yaitu konsumen kartu pra-bayar. Adapun kegiatan yang dilakukan untuk mengidentifikasi dan menganalisis kebutuhan pemakai adalah sebagai berikut: 1. Melakukan wawancara terhadap konsumen kartu pra-bayar yang akan digunakan untuk modem. Wawancara yang dilakukan untuk mengetahui kartu pra-bayar apa yang paling banyak digunakan para konsumen. Selain itu juga untuk mengetahui hal apakah yang membuat kartu pra-bayar tersebut menjadi pilihan para konsumen, apakah dari tarifnya, kuota yang ditawarkan, atau karna
30

kecepatan koneksinya,

dan bagaimana konsumen mendapatkan informasi

mengenai hal tersebut. Hasilnya mendapatkan data tentang metode yang sering digunakan oleh konsumen masih berdasarkan karena iklan ditelevisi yang mereka liat dan dengar,juga berdasarkan kabar burung / gosip dari teman atau koleganya. Sehingga dengan cara seperti itu pemilihan kartu pra-bayar hasilnya akan kurang memuaskan. 2. Melakukan analisis dari data yang ada. Data yang dianalisis adalah dari pencarian diinternet mengenai daftar semua kartu pra-bayar yang digunakan pada modem untuk berinternet. penyebaran kuisioner di MA Se-Banjarbaru. Dari hasil analisis tersebut diperoleh 8 kartu pra-bayar yang dapat digunakan pada modem untuk koneksi ke internet. Hasil dari analisa tentang pemilihan kartu pra-bayar ini di dapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi siswa atau orang tua dalam memilih sekolah. Faktor-faktor nya adalah : tarif, kuota, dan kecepatan koneksi yang ditawarkan oleh kartu pra-bayar tersebut. 3.1.1 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Observasi Pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan terhadap data kartu prabayar yang berkaitan dengan obyek penelitian. Pengamatan dilakukan langsung secara observasi pada teman-teman satu kos di jl.Priangan. b. Studi Pustaka Pengumpulan data dengan membaca serta mempelajari dokumen-dokumen, literatur, jurnal, dan buku-buku yang berhubungan dengan obyek penelitian. Guna mendapatkan teori/konsep/generalisasi yang dapat digunakan sebagai landasan teori dan kerangka pemikiran dalam penelitian, dan untuk mencari metodologi yang sesuai serta membandingkan antara teori yang ada dengan fakta yang terjadi di lapangan. c. Kuisioner. Pengumpulan data dengan memberikan kuisioner kepada responden. Responden adalah teman-teman yang ada di kos jl.Priangan untuk data kartu prabayar yang digunakan.

31

3.1.2 Jenis Data Jenis data yang dipergunakan dalam pengumpulan data untuk pembuatan laporan penelitian ini antara lain : a. Data Primer Merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari dokumentasi, literatur, buku, jurnal dan informasi lainnya yang ada hubungannya dengan masalah yang sedang diteliti b. Data Sekunder Adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber yaitu dari websitewebsite resmi dari provider kartu pra-bayar. Data paket internet kartu pra-bayar yang dapat digunakan untuk modem dapat dilihat pada data yang diperoleh dibawah ini : Paket Internet Unlimited Speed up to (kbps)

Provider Paket Unlimited

Harga (Rp)

FUP Aktif (MB) (hari)

Axis Axis Axis Axis Axis Indosat M2 Indosat M2 Indosat M2 Indosat M2

Harian Mingguan Bulanan Basic

3,500 25,000 50,000 250 500

1 7 30 30 30 30 30 30 30 384 256 256 1,000 256

Bulanan Premium 80,000 1,000 Bulanan Ultimated 150,000 2,000 Broom 100 Broom Asik Broom Bastis Broom Kalong 50,000 150 50,000 2,000 100 3,000

Indosat M2 Broom Merdeka

30

32

Indosat M2

Broom Xtra2 5,000 10,000 50,000

600 30 60 300

30 1 1 14 30 30 30 30 30 1 7 30

256 384 1,000 512 1,000 2,000 7,000 7,000 7,000 384 384 384

Telkomsel Flash Unlimited Telkomsel Flash Unlimited Telkomsel Flash Unlimited

Telkomsel Flash Unlimited 100,000 1,000 Telkomsel Flash Unlimited 200,000 2,500 Telkomsel Telkomsel Telkomsel Smartfren Smartfren Smartfren XL XL XL XL XL XL XL Halo Basic Halo Advance Halo Pro Harian Mingguan Bulanan Harian Harian Mingguan Bulanan Bulanan Bulanan Bulanan 125,000 1,500 225,000 3,000 400,000 6,000 5,000 30,000 90,000 2,500 5,000 20,000 50,000 25 50 150 500

1 1 7 30 30 30 30

100,000 1,000 150,000 2,000 200,000 4,000

33

Paket Internet Volume Based Speed up to (kbps)

Provider

Paket Quota

Harga Quota Aktif (Rp) (MB) (hari)

Axis Axis Axis Indosat M2 Indosat M2 Indosat M2 Indosat M2

Harian Mingguan Bulanan Broom 100 Broom Asik Broom Bastis Broom Kalong

1,000 6,500

10 100

1 7 30 60 60 60 60 30 60 1 2 7 7 30 30 30 30 30 30 1 7,200 7,200 7,200 7,200 3,600 3,600 3,600 3,600 3,600 3,600 3,600

35,000 1,000 150,000 200 100 400 200 100 300 1,000 2,000 5,000 10,000 20,000 50,000 100,000 125,000 1 2 5 15 35 125 300 500

Indosat M2 Broom Merdeka Indosat M2 Telkomsel Telkomsel Telkomsel Telkomsel Telkomsel Telkomsel Telkomsel Telkomsel Telkomsel Telkomsel XL Broom Xtra2 Harian Harian Mingguan Mingguan Bulanan Bulanan Bulanan Bulanan Bulanan Bulanan Harian

225,000 1,200 400,000 3,000 2,000 5

34

XL XL XL XL Three Three Three Three

Mingguan Bulanan Bulanan Bulanan Bulanan Bulanan Bulanan Bulanan

10,000 25,000

50 500

7 30 30 30 30 30 30 30

3,600 3,600 3,600 3,600 3,600 3,600 3,600 3,600

100,000 2,500 200,000 6,000 35,000 500

50,000 1,000 75,000 2,000 125,000 5,000

3.2 Perancangan Penelitian 1. Tahapan Masalah ( Problem ) Pada tahapan ini akan membahas tentang permasalahan yang ada pada penelitian, permasalahan yang ada adalah bagaimana membuat Aplikasi Sistem Penunjang Keputusan Kartu Pra-bayar untuk mempermudah konsumen dalam menentukan pilihan nya. 2. Tahapan Pendekatan ( Approach ) Pada tahapan ini akan membahas tentang pendekatan yang digunakan dalam pembuatan aplikasi, yaitu dengan menggunakan sebuah metode Analytic Hierarchy Process (AHP). Selain itu sistem penunjang keputusan juga digunakan dalam pembuatan aplikasi sistem penunjang keputusan pemilihan kartu pra-bayar yang diputuskan berdasarkan kriteria-kriteria yang sudah ada. 3. Tahapan Pengembangan ( Software Development ) Pada tahapan ini akan membahas tentang pengembangan aplikasi, yaitu meliputi proses perancangan Storyboard dan Unified Modeling Language ( UML ). Setelah proses perancangan selesai, maka dilanjutkan dengan proses coding untuk pembuatan game, proses coding yang ada dalam membuat aplikasi game ini yaitu dengan menggunakan PHP. Dan setelah itu dilanjutkan dengan proses pengujian atau proses testing pada aplikasi game tersebut dengan menggunakan Whitebox dan Blackbox. Dengan menggunakan metode pengujian Whitebox, perekayasa sistem dapat melakukan test case yang dapat memberikan jaminan bahwa semua jalur independen pada suatu modul telah digunakan paling tidak satu kali. Dan pengujian Blackbox merupakan
35

pengujian interface oleh pengguna setelah sistem selesai dibuat dan diujicoba kepada pengguna. Metode pengujian ini didasarkan pada spesifikasi sistem , dalam sistem ini pengujian dilakukan dengan mengujikan semua navigasi yang ada, pengujian ini memastikan apakah proses-proses yang dilakukan menghasilkan output yang sesuai dengan rancangan yang dibuat. 4. Tahapan Penerapan ( Software Implementasi ) Pada tahapan ini akan membahas tentang implementasi, sistem penunjang keputusan ini akan diterapkan pada penggunaan kartu pra-bayar. Aplikasi diimplementasikan untuk mendapatkan data Precission Recall & F1 yang mana data tersebut adalah data tentang kecocokan (antara permintaan informasi dengan jawaban terhadap permintaan itu), sedangkan untuk data User Acceptance diperoleh sesudah implementasi, yaitu data uji kelayakan yang dilakukan user yang melakukan pemilihan kartu pra-bayar menggunakan aplikasi sistem penunjang keputusan. 5. Tahapan Hasil ( Result ) Pada tahapan ini akan membahas tentang hasil yang merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai, yaitu terciptanya Aplkasi Sistem penunjang keputusan dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) yang terbukti dapat meningkatkan keakuratan pemilihan kartu pra-bayar dan meminimalkan kesalahan dalam pemilihan kartu pra-bayar yang digunakan untuk modem. 3.2.1 Konteks Diagram Diagram Diagram konteks adalah diagram yang menyajikan aliran data dalam sistem yang akan dibuat. Dengan diagram ini diharapkan akan mempermudah pemahaman terhadap hasil analisa, sehingga apabila terjadi kesalahan dapat diketahui sedini mungkin. Pada diagram konteks digambarkan proses umum yang terjadi di dalam sistem. Terdapat dua komponen utama yaitu user dan sistem penunjang keputusan. User dapat meminta kepada sistem untuk memberikan penentuan keputusan mengenai pemilihan kartu pra-bayar dari kriteria-kriteria kartu prabayar yang di inputkan. Setelah melakukan proses, sistem akan menghasilkan output berupa hasil keputusan dalam menentukan kartu pra-bayar apa yang akan

36

dipilih yang ditujukan bagi user. Berikut gambaran diagram konteks dari sistem pengambilan keputusan pemilihan kartu pra-bayar.
- Input Kriteria kartu pra-bayar

Pengguna (konsumen)

- Data Untuk Login Sebagai konsumen

Tampilan Hasil Keputusan pemilihan kartu pra-bayar

Sistem Penunjang Keputusan pemilihan kartu pra-bayar untuk modem

- Data Untuk Login Sebagai Administrator - Data Kriteria kartu pra-bayar

Pengguna (Administrator)

Gambar 3. 1 Konteks Diagram 3.2.2 Use Case Diagram Diagram use case digunakan untuk memodelkan bisnis proses berdasarkan perspektif pengguna sistem. Berikut diagram use case untuk software yang dibuat:

37

uc Primary Use Cases Sistem Penunjang Keputusan Pemilihan Kartu Prabayar

input data kartu prabayar

Admin

melihat data kartu prabayar

User

SPK pemilihan kartu prabayar

Gambar 3. 2 Use Case Diagram game pembelajaran. 3.2.3 Sequence Diagram Sequence diagram menggambarkan interaksi antar objek di dalam dan di sekitar sistem (termasuk pengguna, display, dan sebagainya) berupa message yang digambarkan terhadap waktu. Sequence diagram terdiri atas waktu dan objekobjek terkait. Sequence diagram biasa digunakan untuk menggambarkan scenario atau rangkaian langkah-langkah yang dilakukan sebagai respons dari sebuah event untuk menghasilkan output tertentu, proses dan perubahan apa saja yang terjadi secara internal dan output apa yang dihasilkan.

38

sd interaction

Admi n

form

si stem

database

l ogi n()

l ogi n()

query()

resul t()

val i dasi i d() konfi rmasi ()

konfi rmasi ()

i nput data kartu prabayar()

i nput data kartu prabayar()

menyi mpan()

Gambar 3. 3 Sequence Diagram Input Data Sekolah

sd interaction

User

form

si stem

database

l ogi n()

l ogi n()

query()

resul t()

val i dasi i d() konfi rm asi ()

konfi rm asi ()

pi l i h form l i hat data kartu prabayar()

m em anggi l form () m em i nta data kartu prabayar()

m enam pi l kan form () m enam pi l kan form ()

m em beri kan data kartu prabayar()

Gambar 3. 4 Sequence Diagram Lihat Data Sekolah

39

sd interaction

user l ogi n()

form

si stem

database

l ogi n() query() resul t()

val i dasi i d() konfi rmasi ()

konfi rmasi ()

memasukkan kri teri a kartu prabayar()

i nput data()

proses AHP()

hasi l () menampi l kan keputusan pemi l i han kartu prabayar() menampi l kan hasi l keputusan pemi l i han kartu prabayar()

Gambar 3. 5 Sequence Diagram SPK Pemilihan Sekolah 3.2.4 Activity Diagram Activity diagram menggambarkan berbagai alir aktifitas dalam sebuah sistem yang sedang dirancang, bagaimana masing-masing alir berawal, decision yang mungkin terjadi dan bagaimana mereka berakhir. Activity diagram juga dapat menggambarkan proses parallel yang mungkin terjadi pada beberapa eksekusi.

40

act activ ity mulai

login

input batasan kriteria kartu prabayar

simpan

selesai

Gambar 3. 6 Activity Diagram Input Data


act lihat mulai

login

lihat data kartu prabayar

selesai

Gambar 3. 7 Activitiy Diagram Lihat Data

41

act SPK mulai

login

menentukan kriteria kartu prabayar

proses AHP

hasil keputusan pemilihan kartu prabayar

selesai

Gambar 3. 8 Activity Diagram SPK Pemilihan Sekolah 3.3 Teknik Analisa Data Pada dasarnya AHP adalah suatu teori umum tentang pengukuran yang digunakan untuk menemukan skala rasio, baik dari perbandingan berpasangan yang diskrit maupun kontinu. Perbandingan-perbandingan ini dapat diambil dari ukuran aktual atau skala dasar yang mencerminkan kekuatan perasaan dan preferensi relatif. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang sama yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut (Canndra Kurniawan, 2012).

42

3.3.1 Penerapan Metode AHP (Analytical Hierarchy Process)

Yang pertama dilakukan adalah menentukan bobot untuk ketiga kriteria, mana yang paling penting. Ketiga kriteria tersebut diadu satu lawan satu, yang dalam terminologi AHP disebut pair-wise comparation.

Tarif lebih penting 2 kali dari kecepatan koneksi. Tarif lebih penting 3 kali dari kuota data, dan Kecepatan koneksi lebih penting 1.5 kali dari kuota data.

Selanjutnya hasil pair-wire comparation ini dibuat tabulasinya, yang dalam istilah AHP disebut sebagai pair comparation matrix, seperti terlihat pada gambar berikut. Pair comparation matrix:
kriteria tarif kecepatan koneksi kuota data 2 1 0.67 3.6667 3 1.5 1 5.5000 priority vector 0.5455 0.2727 0.1818 1.0000 3.000 0.00 0.00%

tarif 1 kecepatan koneksi 0.50 kuota data 0.33 jumlah 1.8333 principle eign value consistency index CI consistency ratio CR

Dari gambar diatas, Prioity Vector (kolom paling kanan) menunjukan bobot dari masing-masing kriteria, jadi dalam hal ini tarif merupakan bobot tertinggi/terpenting, disusul kecepatan koneksi dan yang terakhir adalah kuota data. Bagaimana cara membuat matrix ini?:

Hasil pair wise comparation diatas diisi pada sel berwarna putih (bagian kanan atas matrix), dengan aturan baris vs kolom. Jadi angka 2 (tarif lebih penting 2 kali dari kecepatan koneksi) diisi pada sel yang merupakan perpotongan antara baris tarif dan kolom kecepatan koneksi.

Angka 3 (tarif lebih penting 3 kali dari kuota data) diisi pada sel yang merupakan perpotongan antara baris tarif dan kolom kuota data. Begitu juga dengan angka 1.5 (kecepatan koneksi lebih penting 1.5 kali dari kuota
43

data) diisi pada sel yang merupakan perpotongan antara baris kecepan koneksi dan kolom kuota data. Sampai disini semua sel di kanan atas matrix (sel berlatar belakang Putih) terisi. Pada sel dengan baris dan kolom sama (tarif-tarif atau kecepatan koneksi-kecepatan koneksi atau kuota data-kuaota data), sel berlatar belakang Hijau diisi dengan angka 1. Kemudian sel pada bagian kiri bawah matrix (berlatar belakang Abu-Abu) diisi dengan angka kebalikan dari sel disebelah kiri atas. Jadi pada sel kecepatan koneksi-tarif diisi dengan angka 1/2, yaitu kebalikan dari angka 2 yang berada pada sel tarif-kecepatan, dan seterusnya.

Baris Jumlah (baris paling bawah) merupakan penjumlahan dari semua angka yang ada pada baris diatasnya dalam satu kolom.

Kolom Priority Vector, merupakan hasil penjumlahan dari semua sel disebelah Kirinya (pada baris yang sama) setelah terlebih dahulu dibagi dengan sel Jumlah yang ada dibawahnya, kemudian hasil penjumlahan tersebut dibagi dengan angka 3 (angka 3 karena kriterianya ada 3, yaitu tarif, kecepatan koneksi, dan kuota data.

Setelah mendapatkan bobot untuk setiap kriteria (yang ada pada kolom Priority Vector), maka selanjutnya mengecek apakah bobot yang dibuat konsisten atau tidak. Untuk hal Eigen ini, yang pertama
max)

yang

dilakukan dengan

adalah cara

menghitung Pricipal

Value (

matrix

diatas

menjumlahkan hasil perkalian antara sel pada baris jumlah dan sel pada kolom Priority Vector, sbb: 1.83330.5455+3.66670.2727+5.50.1818=3. Kemudian menghitung Consistency Index (CI)
max-n)/(n-1)

dengan n

adalah jumlah kriteria (dalam hal ini 3), jadi CI = (3-3)/(3-1)=0/2=0. CI sama dengan nol berarti pembobotan yang dilakukan sangat konsisten. Untuk

pembobotan dengan jumlah kriteria yang cukup banyak (diatas 5 kriteria), pembobotan yang konsisten (CI=0) seperti ini sangat sulit dicapai. Oleh karena itu, pada batas tertentu HPS masih mau menerima ketidak konsistenan ini. Batas toleransi ketidak konsistenan ditentukan oleh nilai Random Consistency Index (CR) yang diperoleh dengan rumus CR=CI/RI, nilai RI bergantung pada jumlah kriteria seperti pada tabel berikut:

44

Jadi untuk n=3, RI=0.58. Jika hasil perhitungan CR lebih kecil atau sama dengan 10% , ketidak konsistenan masih bisa diterima, sebaliknya jika lebih besar dari 10%, tidak bisa diterima. Bobot untuk setiap kriterianya sudah didapatkan. Selanjutnya menilai kartu pra-bayar berdasarkan ketiga kriteria tersebut. Pertama, menilai mana dari ketiga kartu prabayar tersebut yang paling murah tarifnya. Hasil penilaiannya dalam bentuk pair-wire comparation berikut:

XL 4 kali lebih murah dari Telkomsel. XL 3 kali lebih murah dari Im3. Telkomsel 1/2 kali lebih murah dari Im3.

Pair-wire comparation matrix-nya adalah sbb:


tarif XL Telkomsel 4.00 1.00 2.00 7.0000 Im3 3.00 0.50 1.00 4.5000 priority vector 0.6232 0.1373 0.2395 1.0000 3.025 0.01 2.20%

XL 1.00 Telkomsel 0.25 Im3 0.33 jumlah 1.5833 principle eigen value consistency index CI consistency ratio CR

Dari tabel ini, dari ketiga kartu pra-bayar, yang paling murah adalah XL dengan skor 0.6232 (dalam skala 1), disusul Im3 dengan skor 0.2395 dan Telkomsel dengan skor 0.1373. Perhatikan, nilai CI adalah 0.01 yang berarti pembobotan yang dibuat tidak terlalu konsisten, namun karena nilai CR=2.2% lebih kecil dari 10%, maka ketidak konsistenan ini masih bisa diterima. Selanjutnya menilai kecepatan koneksi dari ketiga kartu pra-bayar. Pemberian memberi bobot kecepatan untuk ketiga kartu pra-bayar sebagai berikut:

45

Tingkat kecepatan koneksi XL 1/3 Telkomsel. Tingkat kecepatan koneksi XL 1/4 Im3. Tingkat kecepatan koneksi Telkomsel 1/2 Im3.

Pair-wire comparation matrix :


kecepatan koneksi XL Telkomsel 0.33 1.00 2.00 3.3333 Im3 0.25 0.50 1.00 1.7500 priority vector 0.1226 0.3202 0.5571 1.0000 3.023 0.01 2.00%

XL 1.00 Telkomsel 3.00 Im3 4.00 jumlah 8.0000 principle eigen value consistency index CI consistency ratio CR

Dari tabel ini terlihat bahwa Im3 mendapat nilai tertinggi yaitu 0.5571 disusul Telkomsel dengan nilai 0.3202 dan terakhir XL dengan nilai

0.1226. Sekali lagi terlihat bahwa pembobotan ini tidak konsisten, namun masih bisa diterima karena nilai CR masih dibawah 10%. Yang terakhir menilai kuota data dari ketiga kartu pra-bayar :

Bobot kuota data XL 1/100 kali bobot kuota data Telkomsel. Bobot kuota data XL 1/10 kali bobot kuota data Im3. Bobot kuota data Telkomsel 10 kali bobot kuota data Im3.

Pair-wire comparation matrix:


kuota data XL Telkomsel 0.01 1.00 0.10 1.1100 Im3 0.10 10.00 1.00 1.7500 priority vector 0.0090 0.9009 0.0901 1.0000 3.000 0.00 0.00%

XL 1.00 Telkomsel 100.00 Im3 10.00 jumlah 111.0000 principle eigen value consistency index CI consistency ratio CR

46

Jadi Telkomsel yang memiliki kuota data paling banyak dengan skor 0.9009, disusul Im3 dengan skor 0.0901 dan yang terakhir XL dengan skor 0.0090. Pada pembobotan kali ini sangat konsisten, ini terlihat dari nilai CI=0. Setelah mendapatkan bobot untuk ketiga kriteria dan skor untuk masingmasing kriteria bagi ketiga kartu pra-bayar, maka langkah terakhir adalah menghitung total skor untuk ketiga kartu pra-bayar. Untuk itu rangkum semua hasil penilaiannya tersebut dalam bentuk tabel yang disebut Overall composite weight :

Weight XL Telkomsel Im3 Tarif 0.5455 0.6232 0.1373 0.2395 Kecepatan Koneksi 0.2727 0.1226 0.3202 0.5571 Kuota data 0.1818 0.0090 0.9009 0.0901 Compose Weight 0.3750 0.3260 0.2990

Cara mengisi table :


Kolom Weight diambil dari kolom Priority Vektor dalam matrix Kriteria. Ketiga kolom lainnya (XL, telkomse, dan im3) diambil dari kolom Priority Vector ketiga matrix tariff, lecepatan koneksi dan kuota data.

Baris Composite Weight diperoleh dari jumlah hasil perkalian sel diatasnya dengan weight. Composite weight untuk XL = 0.54550.6232+0.27270.1226+0.18180.0090=0.3750. Composite weight untuk Telkomsel = 0.54550.1373+0.27270.3202+0.18180.9009=0.3260. Composite weight untuk Im3= 0.54550.2395+0.27270.5571+0.18180.0901=0.2990.

47

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa XL mempunyai skor yang paling tinggi yaitu 0.3750, disusul Telkomsel dengan skor 0.3260 dan yang terakhir Im3 dengan skor 0.2990. 3.4 Jadwal Penelitian Agar penelitian ini dilakukan dengan baik, maka rancangan jadwal ke penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel 1 : Jadwal Penelitian BULAN KE No KEGIATAN 1 1 2 3 4 Perumusan Masalah Analisis Desain Membuat Program Testing dan Implementasi Pembuatan Laporan 2 1 3 4 1 2 2 3 4 1 2 3 3 4 1 2 4 3 4

48

DAFTAR PUSTAKA

Adhariyani, A. (2012). SELEKSI PRIORITAS PEMINJAM PADA KOPERASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP). Alam, N. (2011). Pengambilan Keputusan Dalam Manajemen. Retrieved Februari 27, 2011, from www.totalinfo.com. Haniif. (2007). Sistem Pendukung Keputusan. Iryanto. (2008). Eksposisi AHP dalam riset Operasi : Cara efektif untuk pengambilan keputusan. 4-5. Kadarsah. (2011). Pengambilan Keputusan. Retrieved maret 10, 2011, from www.wikipedia.com. Mulyono. (2010). Retrieved from www.totalinfo.com. Pandi Pardian, S. (2010). Penggunaan Metode Analytic Hierarchy Prosess (AHP) Untuk Mengetahui Tingkat Kepuasan Peserta Pelatihan Pengolahan Pepaya di Desa Padaasih Kecamatan Cibogo Kabupaten Subang. Pardian, P. (2010). PENGGUNAAN METODE AHP UNTUK MENGETAHUI TINGKAT KEPUASAN PESERTA PELATIHAN PENGOLAHAN PEPAYA DI DESA PADAASIH KECAMATAN CIBOGO KABUPATEN SUBANG. RUSMAN, M. A. (2008). PENENTUAN LOKASI TERBAIK PADA PROYEK PERUMAHAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE AHP. Seniwati, E. (2006). Perhitungan Manual AHP. Setiawan, A. (2008). IMPLEMENTASI APLIKASI DECISION SUPPORT SYSTEM DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCY PROCESS (AHP) UNTUK PENENTUAN JENIS SUPPLIER. Sutikno. (2007). SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN METODE AHP UNTUK PEMILIHAN SISWA DALAM MENGIKUTI OLIMPIADE SAINS DI SEKOLAH MENENGAH ATAS. Syaifullah. (2010). Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process ).

49

Teknomo, K. (1999). PENGGUNAAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM MENGANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN MODA KE.

50

You might also like