You are on page 1of 49

BAB I Penelitian Survey

A. Pengertian Survey Peneliti sering tertarik pada pendapat dari suatu kelompok orang tentang topik atau isu tertentu. Mereka mengajukan sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan masalah tersebut untuk menemukan jawabannya. Sebagai contoh, seorang pimpinan departemen konseling di sebuah universitas yang besar tertarik untuk menentukan bagaimana mahasiswa S2 merasakan tentang program ini. Peneliti memutuskan untuk melakukan survey guna mengetahuinya. Peneliti memilih 50 orang mahasiswa sebagai sampel dari seluruh mahasiswa yang terdaftar pada program master dan membuat pertanyaan-pertanyaan untuk mengetahui sikap

mahasiswa terhadap program tersebut. Peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan tersebut kepada 50 mahasiswa sebagai sampel dengan cara tatap muka dan melakukan wawancara selama dua minggu. Tanggapan yang diberikan oleh masingmasing sampel dikodekan ke dalam beberapa kategori untuk dianalisis dan hasilnya dijadikan sebagai gambaran dari tanggapan seluruh mahasiswa. Pimpinan tersebut menarik beberapa kesimpulan dari seluruh pendapat sampel yang kemudian digeneralisasikannya kepada populasi dimana sampel itu diambil, dalam hal ini mahasiswa S2 konseling di universitas tersebut. Jadi, penelitian survey merupakan penelitian yang digunakan untuk

mengumpulkan data atau informasi tentang populasi yang besar dengan menggunakan sampel yang relatif kecil atau disebut juga sebagai penelitian yang bertujuan untuk memperoleh data yang menentukan sifat spesifik dari suatu kelompok. Populasi bisa berkenaan dengan orang, instansi, lembaga, organisasi, unit-unit kemasyarakatan. Dari contoh diatas menggambarkan, secara umum ada tiga karakteristik atau ciri-ciri dari penelitian survey, antara lain:

1. Informasi dikumpulkan dari sekelompok orang dalam rangka untuk mengetahui gambaran tentang suatu aspek atau karakteristik (seperti kemampuan, sikap, pendapat, keyakinan dan atau pengetahuan) dari seluruh populasi yang ada. 2. Cara utama untuk mengumpulkan informasi tersebut adalah dengan mengajukan pertanyaan, jawaban yang diberikan oleh sampel dijadikan sebagai data penelitian. 3. Informasi dikumpulkan dari sampel, bukan dari setiap anggota populasi.

B. Tujuan Pelaksanaan Survey Tujuan utama pelaksanaan survey adalah untuk menggambarkan karakteristik dari suatu populasi. Pada dasarnya adalah peneliti ingin mengetahui bagaimana anggota populasi mendistribusikan diri pada satu atau lebih variable. Misalnya usia, etnis atau suku, agama dan tanggapan atau sikap terhadap sekolah. Dalam

penelitian survey, responden sudah diseleksi dengan hati-hati, dan dideskripsikan dari populasi, kemudian baru dijadikan sampel. Bahkan, sebuah pemilihan sampel secara hati-hati untuk dijadikan sebagai responden untuk disurvey dan sebuah

gambaran dari populasi mengacu pada tanggapan yang diberikan oleh sampel. Sebagai contoh, misalkan seorang peneliti mungkin tertarik untuk mengetahui gambaran bagaimana karakteristik (umur, jenis, kelamin, etnis atau suku, keterlibatan politik dan sebagainya) para tenaga pengajar di sebuah perguruan tinggi di suatu kota. Peneliti akan memilih sampel dari tenaga pengajar tersebut untuk di survey.

C. Jenis Survey Secara umum, ada dua jenis utama dari survey, yaitu: 1. Cross-Sectional Survey Ini merupakan survey yang dapat dilakukan dalam waktu yang bersamaan. Cross-Sectional Survey mengumpulkan data dan informasi dari sampel yang dapat menggambarkan karakteristik dari suatu populasi yang telah ditentukan sebelumya. Lebih jauh lagi, informasi dikumpulkan hanya satu kali saja,

meskipun waktu yang diberikan untuk mengumpulkan seluruh data yang diinginkan dialokasikan dari satu hari sampai kurang dari seminggu atau bahkan lebih. Sebagai contoh: Seorang professor matematika bermaksud mengumpulkan data dari sampel seluruh guru matematika sekolah menengah atas dalam keadaan particular tentang ketertarikan mereka (para guru) tersebut untuk mengikuti jenjang Master dalam bidang matematika di Universitasnya. Atau contoh lain: Peneliti lain mungkin mengambil survey tentang beberapa bagian masalah pribadi yang dialami oleh siswa ketika usia 10, 13 dan 16 tahun. Seluruh kelompok ini harus di survey kira-kira dalam waktu yang sama. Ketika seluruh populasi disurvey, hal ini dinamakan sensus. 2. Longitudinal Survey (Survey Berkelanjutan) Longitudinal survey, bisa diartikan sebagai suatu cara mengumpulkan informasi dan data dalam waktu yang berbeda untuk meneliti dan mengetahui bagaimana perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Ada tiga desain longitudinal survey yang umumnya digunakan dalam penelitian survey, adalah: trend study, cohort study, panel study a. Trend Study (mempelajari tren yang terjadi). Dalam desain ini, sampel yang berbeda dari suatu populasi yang sama di survey pada waktu yang berbeda. Contoh : Sebagai contoh peneliti yang tertarik pada sikap kepala sekolah menengah atas terhadap penggunaan penjadwalan yang fleksibel. Dia harus memilih sampel tiap tahun dari daftar kepala sekolah menengah atas yang ada. Meskipun populasi akan berubah-ubah dan beberapa individual mungkin tidak bisa dijadikan sampel tiap tahun, jika pemilihan secara random telah digunakan untuk mendapatkan sampel, respon-respon yang didapatkan tiap tahun dapat dipertimbangkan representativ dari populasi kepala sekolah menengah atas. Peneliti kemudian menguji dan

membandingkan respon-respon dari tahun ke tahun untuk melihat apakah ada tren yang jelas. b. Cohort Study (mempelajari sampel populasi yang anggotanya tidak berubah selama survey). Pada desain ini, suatu populasi spesifik diikuti

perkembangannya secara berkelanjutan dan berkesinambungan. Sampel yang digunakan dalam desain adalah suatu populasi tertentu yang memiliki karakteristik tetap selama penelitian berlangsung. Contoh : Seorang peneliti mungkin ingin mengkaji perkembanganan keefektifan mengajar di tahun pertama mengajar dari guru yang baru lulus dari Sanfrancisco State University. Nama-nama seluruh guru ini dibuat daftarnya dan kemudian sampel yang berbeda akan dipilih dari daftar itu pada waktu-waktu yang berbeda. c. Panel Study (mempelajari sampel yang sama dari waktu ke waktu secara berkelanjutan). Dalam desain, peneliti memilih sampel dari sejak awal penelitiannya. Kemudian dia mempelajari sampel tersebut dari waktu ke waktu sepanjang penelitian survey tersebut dibutuhkan. Dengan demikian peneliti dapat mempelajari perubahan karakteristik atau tingkah laku sampel tersebut dan menggali alasan mengapa perubahan tersebut bisa terjadi. Contoh, pada penelitian yang sebelumnya, peneliti harus memilih sampel lulusan tahun yang lalu dari San Francisco State University yaitu guru yang mengajar pada tahun pertama dan melakukan survey kepada individu yang sama beberapa waktu selama tahun pembelajaran. Kehilangan individu adalah masalah yang sering dalam desain panel studi, bagaimanapun juga, khususnya jika penelitian dilaksanakan selama waktu yang lama.

D. Penelitian Survey dan Penelitian Korelasional Adalah hal yang biasa bagi peneliti untuk menyelidiki hubungan dari responrespon pada satu pertanyaan terhadap yang lain pada satu survey, atau sebuah penilaian berdasarkan instrumen penilaian dari serangkaian pertanyaan survey dibandingkan dengan instrumen penilaian lain. Contohnya, teknik-teknik pada penelitian korelasional. Para peneliti tertarik untuk meneliti hubungan ketertarikan antara sikap siswa SMA terhadap sekolahnya dengan sikap mereka terhadap sekolah luar. Kuisioner yang berisi soal-soal dari dua variabel tersebut dapat dipersiapkan dan diberikan pada siswa, dan selanjutnya hubungan tersebut dapat dihitung dengan

koefisien korelasi atau tabel kontingensi. Peneliti menyimpulkan bahwa siswa yang memiliki sikap positif terhadap sekolahnya akan memiliki banyak ketertarikan pada sekolah luar, sementara itu, siswa yang memilki sikap negatif terhadap sekolahnya memiliki ketertarikan yang sangat sedikit juga pada sekolah luar.

E. Tahapan Penelitian Survey 1. Mendefinisikan masalah Masalah yang akan diselidiki melalui survey harus cukup penting untuk memotivasi individu dalam merespon. sebaiknya tidak digunakan. Pertanyaan yang kurang bermakna

Peneliti perlu mendefinisikan dengan jelas tujuan

dalam melakukan survey. Setiap pertanyaan harus saling berhubungan dengan satu atau lebih pada tujuan penelitian survey. Salah satu strategi untuk

mendefinisikan pertanyaan survey melalui penggunaan pendekatan hirarki, dapat dimulai dari yang paling luas mulai dari pertanyaan paling umum dan berakhir dengan pertanyaan paling spesifik. Jaeger memberikan contoh pertanyaan survey tentang masalah mengapa banyak guru sekolah umum meninggalkan profesinya. Beliau menyarankan tiga faktor umum meliputi ekonomi, kondisi kerja, dan status sosial yang dialami, dengan memperhatikan faktor tersebut maka dapat dibuat struktur pertanyaan yang memungkinkan untuk survey. Berikut adalah pertanyaan yang dikembangkan dengan memperhatikan faktor ekonomi Apakah faktor ekonomi menyebabkan guru-guru meninggalkan profesinya lebih awal? Dari pertanyaan tersebut dapat dikembangkan menjadi beberapa pertanyaan lebih spesifik, diantaranya: a. Apakah guru-guru meninggalkan profesinya lebih awal karena penghasilan tahunan tidak cukup ? 1) Apakah guru-guru meninggalkan profesinya lebih awal karena gajinya tiap bulan selama tahun pelajaran terlalu kecil? 2) Apakah guru-guru meninggalkan profesinya lebih awal karena tidak digaji selama musim panas?

3) Apakah guru-guru meninggalkan profesinya lebih awal karena gajinya, sehingga memaksa melakukan pekerjaan kedua (sampingan) tahun ajaran? 4) Apakah guru-guru meninggalkan profesinya lebih awal karena pendapatan kurang, sehingga memaksanya untuk mengambil pekerjaan lain selama musim panas? b. Apakah guru-guru meninggalkan profesinya lebih awal karena struktur skala gaji? 1) Apakah guru-guru meninggalkan profesinya lebih awal karena gajinya terlambat atau skala gajinya kecil? 2) Apakah guru-guru meninggalkan profesinya lebih awal karena skala kenaikan gaji berjalan lambat? c. Apakah guru-guru meninggalkan profesinya lebih awal karena tunjangan yang kurang? 1) Apakah guru-guru meninggalkan profesinya lebih awal karena keuntungan asuransi kesehatan tidak mencukupi? 2) Apakah guru-guru meninggalkan profesinya lebih awal karena keuntungan asuransi kehidupan tidak mencukupi? 3) Apakah guru-guru meninggalkan profesinya lebih awal karena pembayaran pensiunan tidak mencukupi? Hierarki pertanyaan penelitian di atas dapat membantu peneliti mengidentifikasi keluasan kategori isu, sehingga dapat mengarahkan isu lebih spesifik dalam setiap kategori dan dapat menyusun kemungkinan pertanyaan. Peneliti dapat menghilangkan pertanyaan yang tidak digunakan, dengan menentukan apakah pertanyaan yang diajukan sesuai dengan maksud tujuan survey. Hal ini penting, karena panjang pertanyaan survey atau jadwal selama

wawancara merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan survey. 2. Mengidentifikasi populasi sasaran Hampir semua hal dapat dijelaskan dengan cara survey. Apa yang dipelajari dalam survey disebut unit analisis. Walaupun manusia sebagai objek

pengambilan survey, objek unit analisis dapat berupa organisasi, perusahaan, ruang kelas, sekolah, instansi pemerintah, dan lain-lain. Sebagai contoh survey pendapat fakultas tentang kebijakan disiplin yang baru di sekolah tinggi

(universitas), setiap fakultas menjadi sampel dan akan di survey sebagai unit analisis. Jika dilakukan survey sekolah di daerah perkotaan, maka sekolah menjadi unit analisis. Data survey dikumpulkan dari jumlah unit individu dianalisis untuk menggambarkan unit, tiap unit dijelaskan kemudian diringkas untuk menggambarkan bahwa unit analisis mewakili (representative) populasi. Dalam contoh di atas, data yang dikumpulkan dari sampel anggota tiap fakultas (sebagai unit analisis) akan diringkas untuk menggambarkan bahwa sampel tersebut mewakili populasi (semua anggota fakultas di universitas tertentu). Seperti dalam jenis penelitian lain. Sekelompok orang

(objek, institusi dan sebagainya) yang menjadi fokus penelitian disebut populasi target. Untuk membuat pernyataan yang terpercaya tentang populasi target, maka populasi tersebut harus didefinisikan dengan sangat baik. Populasi target menjadi definisi sangat baik, maka pernyataan dipastikan apakah tiap unit analisis tertentu menjadi anggota dari populasi. Misalnya, populasi target

didefinisikan sebagai semua anggota fakultas di universitas tertentu. Apakah definisi ini cukup jelas sehingga dapat menyatakan dengan pasti siapa yang menjadi atau bukan anggota populasi ini? Pada pandangan pertama, anda

mungkin tergoda untuk mengatakan ya, tapi bagaimana dengan administrator yang juga ikut mengajar?, Bagaimana dengan dosen pengganti atau mereka yang mengajar hanya paruh waktu?, bagaimana dengan dosen mahasiswa?, bagaimana dengan konselor?, kecuali jika populasi target didefinisikan secara cukup terinci, sehingga tegas dan jelas siapa yang yang ikut menjadi anggota atau tidak menjadi anggota populasi tersebut. Banyak pernyataan dibuat pada populasi, berdasarkan sampel survey yang memungkinkan dapat menyesatkan atau tidak benar.

3. Memilih metode pengumpulan data Ada empat cara dasar dalam mengumpulkan data dari survey: a. Administrasi langsung kelompok (Direct administration to a Group) Metode ini digunakan apabila peneliti memiliki akses ke semua (atau sebagian besar) anggota dari kelompok tertentu di satu tempat. Instrumen yang diberikan kepada seluruh anggota kelompok pada waktu yang sama dan biasanya di tempat yang sama. Contohnya memberikan angket kepada siswa secara lengkap di ruang kelas atau memberikan angket kepada pekerja secara lengkap di tempat kerjanya. Keuntungan utama dari pendekatan ini adalah respon yang cukup tinggi, mendekati 100 % (biasanya dalam satu tempat). Keuntungan lain seperti biaya yang dikeluarkan cukup rendah serta peneliti memiliki kesempatan untuk menjelaskan studi dan menjawab setiap pertanyaan yang mungkin belum dimengerti responden sebelum mereka menyelesaikan kuesioner. Kelemahan utama metode tersebut adalah tidak banyak jenis survey yang dapat menggunakan sampel individu yang dikumpulkan bersama-sama dalam sebuah kelompok. b. Survey Melalui Surat Ketika data dalam survey dikumpulkan melalui surat, kuesioner tersebut dikirim ke setiap individu dalam sampel untuk dilengkapi dan kemudian dikembalikan pada waktunya sesuai tanggal yang telah ditentukan oleh peneliti. Keuntungan dari pendekatan ini biaya relatif murah dan dapat dicapai oleh peneliti sendiri atau hanya dengan beberapa asisten, Bagi

peneliti yang memiliki kesulitan akses sampel untuk mencapai ke objek (orang) atau lewat telepon (seperti orang tua) dan responden dapat menggunakan waktu yang cukup untuk memberikan

jawaban optimal terhadap pertanyaan yang diajukan. Kerugian survey melalui surat diantaranya sedikit kesempatan untuk mendorong kerjasama responden misalnya menjalin hubungan atau memberikan bantuan melalui jawaban atas pertanyaan mereka,

mengklarifikasi instruksi, dan sebagainya. Akibatnya, survey melalui surat memiliki kecenderungan untuk menghasilkan tingkat respon yang rendah. Survey melalui surat juga tidak memberikan informasi tentang diri mereka dengan baik dari sampel yang memiliki buta huruf. c. Survey melalui telepon Peneliti atau asisten peneliti dalam kegiatan survey ini dapat

mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk responden melalui telepon. Keuntungan survey ini lebih murah daripada wawancara langsung secara personal, waktu pelaksanaan survey lebih cepat dan dapat memberikan informasi Peneliti diri lebih mudah daripada prosedur pertanyaan yang standar. juga memungkinkan untuk membantu responden dengan

memperjelas pertanyaan, mengajukan pertanyaan lanjutan, mendorong responden ragu-ragu dan sebagainya, peluang besar untuk menindaklanjuti survey (melalui beberapa panggilan kembali), dan menyediakan keadaan yang lebih baik pada daerah tertentu, dimana pewawancara dan sampel personal sering enggan untuk pergi. Kerugian survey melalui telepon, bahwa akses terhadap beberapa sampel yang tidak bisa dihubungi lewat telepon seperti sampel yang tanpa telepon dan nomor telepon mereka yang tidak terdaftar. Wawancara telepon juga mencegah pengamatan visual terhadap responden dan kurang efektif dalam memperoleh informasi tentang isu-isu sensitif atau pertanyaan pribadi. Umumnya Survey telepon dilaporkan menghasilkan respons 5% lebih rendah dari yang diperoleh dengan wawancara pribadi (wawancara langsung). Gambar 1. sebagai ilustrasi sampel penelitian melalui telepon, kadangkadang menjadi kesulitan untuk ditemui.

d. Wawancara personal Wawancara personal, peneliti atau asisten ahli, mengadakan tatap muka wawancara dengan responden, sehingga metode ini memiliki banyak keuntungan. Hal tersebut menjadikan metode survey yang paling efektif, untuk membuat kesepakatan kerjasama yang dilakukan peneliti terhadap responden, artinya kedua belah pihak dapat memahami apa yang diharapkan, pertanyaan juga dapat diklarifikasi, jawaban yang tidak jelas atau tidak lengkap dapat ditindaklanjuti dan sebagainya. Wawancara melalui tatap muka juga dapat mengurangi beban responden untuk membaca serta menulis dan jika diperlukan dapat izin untuk menghabiskan lebih banyak waktu dengan responden, sehingga perolehan informasi bisa lebih optimal. Kerugian terbesar wawancara langsung biaya lebih mahal jika dibandingkan survey melalui surat atau survey melalui telepon. Mereka juga membutuhkan staf yang terlatih untuk wawancara, dengan memperhatikan biaya pelatihan dan waktu yang digunakan. Pengumpulan data

membutuhkan waktu yang sedikit lebih lama daripada tiga metode yang lain. Hal ini dimungkinkan, juga, kekurangan anonimiti (sementara responden sudah jelas diketahui karakteristik oleh pewawancara), yang mengakibatkan kurang valid tanggapan atas pertanyaan-pertanyaan pribadi yang sensitif. Terakhir, beberapa jenis sampel (individu dalam daerah kejahatan tinggi, pekerja pada perusahaan besar, mahasiswa, dan sebagainya) sering kesulitan untuk menghubungi dalam jumlah yang yang diharapkan. Tabel 1. Perbandingan keuntungan dan kerugian pada metode pengumpulan data No 1 2 3 Aspek penilaiaan Perbandinga harga Fasilitas yang dibutuhkan Membutuhkan Administrasi lansung Terendah Ya Ya Telepon Menengah Tidak Ya Surat Menengah Tidak Tidak Wawancara Tinggi Ya Ya

10

pelatihan quisoner 4 Waktu pengumpulan data Tingkat respon Kemungkinan 6 adminstrasi berlompok 7 kemungkinan sampel random Permintaan sampel 8 yang melihat (literate) 9 Pertanyaan dapat ditindaklanjuti Anjuran topik respo yang sensitive Standarisasi respon Tidak Ya Tidak Ya Ya Tidak Ya Ya Mungkin Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak Ya Tercepat Cepat Lama Sangat rendah Terlama Sangat tinggi

Sangat tinggi

Baik

10 11

Beberapa Mudah

Beberapa Beberapa

Besar beberapa

Kecil Sulit

4. Pemilihan Sampel Subyek yang akan disurvei diseleksi terlebih dahulu (secara acak, jika memungkinkan) dari populasi target. Peneliti harus memastikan, bahwa sampel memiliki informasi yang diingikan dan mereka bersedia untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan. Individu yang memiliki informasi yang diperlukan tetapi tidak tertarik pada topik survei (atau yang tidak menganggapnya penting) tidak mungkin untuk merespon. Oleh karena itu, peneliti sering melakukan penyelidikan awal terhadap responden yang potensial untuk mengetahui

kesediaan mereka. Sering, pada survei berbasis sekolah, tingkat respons dapat diperoleh lebih tinggi jika pertanyaan dikirim ke orang yang berwenang untuk

11

melayani responden yang diharapkan. Misalnya, seorang peneliti meminta guru kelas untuk mengelola kuesioner untuk siswa mereka daripada meminta siswa secara langsung. Beberapa contoh dari sampel yang telah disurvei oleh para peneliti pendidikan adalah sebagai berikut a. Sampel semua mahasiswa yang berada universitas di kota mengenai pandangan mereka tentang kecukupan program pendidikan umum di universitas. b. Sampel semua anggota sekolah menengah atas (SMA) di kota tentang perubahan yang diperlukan untuk membantu siswa belajar lebih efektif. c. Sampel semua siswa di wilayah yang sama mengenai pandangan mereka tentang topik yang sama. d. Sampel semua kepala divisi perempuan di sekolah khususnya yang berhubungan dengan pandangan mereka mengenai masalah yang dihadapi dalam administrasi mereka. e. Sampel semua konselor sekolah menengah atas (SMA) di wilayah tentang persepsi mereka mengenai kecukupan program konseling sekolah.

5. Mempersiapkan Instrument Jenis instrument yang sering digunakan dalam penelitian survei adalah kuesioner dan wawancara tersusun. Kedua instrument ini hampir identik, kecuali kuesioner biasanya diatur sendiri oleh responden, sedangkan wawancara tersusun diatur secara lisan oleh peneliti (atau asisten yang terlatih). Kuesioner yang dikirim lewat surat atau kuisioner yang dikirim sendiri, penampilannya sangat penting untuk keberhasilan keseluruhan penelitian, harus menarik dan tidak terlalu panjang, dan pertanyaan harus mudah untuk dijawab. Pertanyaan dalam penelitian survey dan cara responden menjawab, adalah hal yang sangat penting. Fowler memberikan empat standar praktis yang harus dipenuhi oleh semua pertanyaan survey, yaitu:

12

1. Apakah pertanyaan yang akan di tanyakan bisa diwakili dengan tepat oleh pertanyaan yang di tulis? 2. Apakah pertanyaan dapat diartikan sama oleh setiap responden? 3. Apakah pertanyaan tersebut bisa dijawab oleh semua responden? 4. Apakah pertanyaan yang akan dijawab responden, dapat menjadi data penelitian? Jawaban setiap pertanyaan dalam survei harus ya. Setiap pertanyaan survei yang tidak memenuhi dari standar ini harus ditulis ulang. Dalam kasus wawancara pribadi atau survei telepon, etika dalam bertanya merupakan hal yang sangat penting. Peneliti harus mengajukan pertanyaan sedemikian rupa sehingga subjek penelitian (responden) mau menanggapinya. Dalam kasus lain, pertanyaan untuk responden harus dapat diidentifikasi secara jelas. Kata khusus atau tidak biasa harus dihindari, atau jika harus digunakan, didefinisikan dengan jelas dalam petunjuk tertulis pada instrumen. Hal penting yang harus diingat oleh peneliti adalah apa pun jenis instrumen yang digunakan, pertanyaan yang diberikan harus sama untuk semua responden

dalam sampel. Selain itu, kondisi di mana kuesioner yang diberikan atau wawancara dilakukan harus semirip mungkin untuk semua responden. a. Jenis Pertanyaan Sifat pertanyaan dan cara bertanya sangat penting dalam penelitian survei. Pertanyaan yang tersusun kurang baik dapat menyebabkan kegagalan survei. Oleh karena itu, peneliti harus menulis pertanyaan secara jelas dan mudah dimengerti oleh responden. Sebagian penelitian survey menggunakan pertanyaan pilihan ganda atau bentuk lainnya yang disebut pertanyaan tertutup. Pertanyaan pilihan ganda memungkinkan responden untuk memilih jawaban dari sejumlah pilihan. Pertanyaan tersebut dapat digunakan untuk mengukur opini, sikap, atau pengetahuan responden. Pertanyaan tertutup (closed-ended) mudah digunakan, dinilai, dan dikode untuk dianalisis menggunakan komputer. Karena semua subjek merespon pilihan yang sama, data standar diberikan. Pertanyaan tertutup lebih sulit

13

ditulis dibanding pertanyaan terbuka (open-ended) dan juga memiliki kemungkinan bahwa respon individu sesungguhnya tidak ada diantara pilihan-pilihan yang diberikan. Untuk alasan ini, peneliti biasanya harus memberikan pilihan lain untuk setiap item, dimana subjek dapat menulis dalam respon yang mungkin tidak diantisipasi peneliti. Beberapa contoh dari pertanyaan tertutup adalah sebagai berikut: 1. Mata pelajaran yang paling anda suka? a. IPS b. Bahasa inggris c. IPA d. Matematika e. Lainnya 2. Bagaimana perasaan Anda saat mengikuti program Master dengan melingkari nomor pada frase di bawah ini. Sangat tdk Memuaskan Tidak Memuaskan Memuaskan 3 3 3 3 3 3 Sangat Memuaskan 4 4 4 4 4 4

a. Kursus b. Profesional c. Kelayakan d. Persyaratan e. Biaya f. Lainnya (sebutkan)

1 1 1 1 1 1

2 2 2 2 2 2

Pertanyaan terbuka memungkinkan individu untuk lebih memberikan tanggapan, tetapi kadang-kadang mereka sulit untuk menginterpretasikannya. Sehingga Mereka sulit untuk memberi nilai, karena banyaknya

perbedaan respon yang diterima. Selain itu, responden kadang-kadang tidak

14

seperti yang diharapkan. Beberapa contoh pertanyaan terbuka adalah sebagai berikut: 1. Apa karakteristik seseorang yang anda anggap dapat menjadi administrator yang baik? 2. Apa yang anda anggap sebagai masalah paling penting yang dihadapi guru di SMA saat ini? 3. Apa tiga hal yang anda temukan yang paling berguna selama semester lalu? Secara umum, pertanyaan tertutup atau jawaban pendek yang lebih baik, meskipun kadang-kadang peneliti menggabungkan kedua format dalam satu pertanyaan, seperti yang ditunjukkan dalam contoh berikut. 1. Silahkan menilai dan mengomentari setiap aspek program di bawah ini: a. Kursus 1 2 3 4 Komentar_______________________________________________ _______________________________________________________ ______________________ b. Profesional 1 2 3 4 Komentar_______________________________________________ _______________________________________________________ ______________________ Keterangan: 1. Sangat tidak puas 2. Tidak puas 3. Puas 4. Sangat puas

15

Tabel 17.2 kelebihan dan kekurangan dari pertanyaan tertutup dan terbuka. Tertutup (close ended) Keuntungan Meningkatkan konsistensi respon pada responden Lebih mudah dan cepat untuk dianalisis Lebih popular bagi responden Terbuka (open ended) Meningkatkan lebih banyak kebebasan respon Lebih mudah dibuat Memungkinkan pewawancara menindaklanjuti Respon cenderung tidak konsisten dalam panjang dan isi Baik pertanyaan dan respon diarahkan pada kesalah penafsira. Lebih sulit untuk ditabulasi

Kerugian Mungkin membatasi kedalaman respon Membutuhkan waktu lebih lama untuk membuatnya Membutuhkan lebih banyak pertanyaan untuk mencakup topik

b. Beberapa Saran untuk Meningkatkan pertanyaan tertutup Beberapa tips dalam menulis pertanyaan penelitian survei yang baik. Beberapa contoh yang sering ditemukan: 1. Pastikan pertanyaannya tidak ambigu. Salah: Apakah Anda menghabiskan banyak waktu belajar? Benar : Berapa banyak waktu yang Anda habiskan untuk belajar setiap hari? a. Lebih dari 2 jam. b. Satu sampai 2 jam. c. Tiga puluh menit sampai 1 jam. d. Kurang dari 30 menit e. Lainnya 2. Jaga fokus sesederhana mungkin. Salah: Siapa yang menurut Anda yang lebih sesuai mengajar di SD dan SMP, laki-laki atau perempuan? a. Pria lebih sesuai

16

b. Wanita lebih sesuai c. Pria dan Wanita sama-sama sesuai d. Tidak tahu Benar: Siapa menurut Anda yang lebih sesuai mengajar di SD, pria atau wanita? a. Pria lebih sesuai b. Wanita lebih sesuai c. Pria dan Wanita sama-sama sesuai d. Tidak tahu 3. Buat pertanyaan dengan kalimat pendek. Salah : Bagiamana pendapatmu tentang kurikulum bahasa Inggris yang paling penting dengan tujuan secara keseluruhan untuk perkembangan siswa pada program ini? Benar : Bagian manakah dari kurikulum bahasa Inggris yang dianggap paling penting? 4. Gunakan bahasa umum Salah: Apa yang Anda pikirkan tentang alasan utama sekolah meningkatnya absensi siswa setiap hari? a. Masalah di rumah. b. Kurangnya minat di sekolah. c. Penyakit. d. Tidak tahu. Benar: Apa pendapatmu, alasan utama siswa-siswa lebih banyak absen pada tahun ini daripada tahun sebelumnya? a. Masalah di rumah. b. Kurangnya minat di sekolah. c. Penyakit. d. Tidak tahu. 5. Hindari penggunaan istilah yang mungkin dapat menimbulkan bias bagi respon.

17

Salah: Apakah kamu mendukung mengatasi tidak merokok dengan kebijakan sekarang di lingkungan kampus juga sekolah? a. Saya mendukung kebijakan itu b. Saya tidak sependapat dengan kebijakan itu c. Saya tidak peduli satu cara atau cara lain tentang kebijakan. d. Saya tidak jelas dengan kebijakan ini Benar : Apakah kamu mendukung kebijakan, tidak merokok

dilingkungan kampus juga di sekolah? a. Saya mendukung kebijakan itu b. Saya tidak sependapat dengan kebijakan itu c. Saya tidak peduli satu cara atau cara lain tentang kebijakan. d. Saya tidak jelas dengan kebijakan ini 6. Hindari menimbulkan pertanyaan lanjutan Salah: Apa aturan yang Anda anggap perlu didalam kelas Anda? Benar: Lingkari setiap peryataan berikut yang menggambarkan aturan yang Anda tetapkan di kelas Anda. a. Semua tugas rumah harus dikumpulkan sesuai dengan tanggal yang telah ditentukan. b. Siswa tidak mengganggu siswa lain selama diskusi kelas. c. PR akhir tidak diterima. d. Siswa dihitung lambat jika mereka lebih dari 5 menit terlambat ke kelas. e. Lainnya (sebutkan) 7. Hindari penggunaan negative ganda Salah : Apakah kamu tidak menentang dari pengawasan siswa-siswa diluar kelas? a. Ya b. Tidak c. Tidak jelas

18

Benar : apakah kamu mau untuk mengawasi murid-murid di luar kelas ? a. Ya b. Tidak c. Tidak jelas c. Pengujian awal kuesioner Setelah pertanyaan dibuat dalam bentuk kuesioner atau wawancara tersusun, peneliti sebaiknya melakukan uji coba pertanyaan tersebut pada sampel kecil yang mirip dengan responden potensial. Uji awal kuesioner atau wawancara tersusun dapat mengungkapkan keambiguan baik

pertanyaan yang disusun secara buruk, pertanyaan yang tidak dapat dipahami, pilihan-pilihan yang tidak jelas dan juga menunjukan apakah instruksi untuk responden itu jelas. d. Format keseluruhan Format kuesioner, bagaimana pertanyaan dilihat oleh responden menjadi sangat penting untuk dapat menanggapinya. Kemungkinan aturan paling penting untuk diikuti adalah menjamin bahwa pertanyaan didistribusikan dalam kondisi rapi. Jika memungkinkan satu pertanyaan yang disajikan tidak lebih dari satu garis, karena ketika responden harus menghabiskan banyak waktu untuk membaca pertanyaan, dengan cepat mereka

memutuskan untuk tidak melanjutkan. Terdapat berbagai cara untuk menyajikan responden agar dapat memilih. kategori respon untuk

Babbie menganjurkan dalam membuat

pertanyaan terbaik dibentuk sebuah kotak pertanyaan, seperti yang ditunjukkan pertanyaan di bawah ini bawah. Pernahkah Anda mengajar di kelas penempatan maju (kelas akselarasi)? [ ] ya [ ] tidak Kadang-kadang, pertanyaan-pertanyaan tertentu hanya berlaku pada sebagian sampel. Bila hal ini terjadi, pertanyaan-pertanyaan lanjutan dapat dimasukkan kedalam kuisioner tersebut. Misalnya, peneliti mungkin

19

meminta responden jika mereka familiar dengan aktifitas tertentu, dan kemudian meminta mereka yang mengatakan ya untuk memberikan jawaban aktifitasnya. Pertanyaan lanjutan ini disebut pertanyaan

kontingensi, yaitu tergantung pada bagaimana responden menjawab pertanyaan pertama. Jika digunakan secara tepat, pertanyaan kontingensi dapat digunakan sebagai alat yang bernilai untuk digunakan dalam survey, karena memudahkan responden untuk menjawab pertanyaan yang diberikan dan meningkatkan kualitas data yang diterima peneliti. Meskipun banyak tipe format kontingensi yang dapat digunakan, yang paling mudah untuk menyiapkan hanya untuk menonaktifkan pertanyaan kontingensi dengan mengidentifikasinya, melampirkan dalam kotak, dan menghubungkannya ke pertanyaan dasar dengan tanda panah untuk respon yang tepat, seperti yang ditunjukkan pada halaman berikut. Apakah anda pernah mengajar di kelas unggulan? [ ] Ya [ ] Tidak Jika ya: Apakah anda pernah mengikuti sebuah workshop untuk menerima pelatihan khusus untuk mengajarkan di kelas unggulan ? [ ] Ya [ ] Tidak Sebuah presentasi yang jelas dan terorganisir dengan baik, pertanyaan kontingensi sangat penting dalam wawancara tersusun. Jika pewawancara bingung karena pernah membaca pertanyaan yang buruk atau secara tidak jelas, keseluruhan wawancara dapat menjadi terancam, sehingga perlu dipastikan kejelasan pertanyaan

20

Apakah anda mengganti setiap saat selama setahun terakhir? (Sertakan paruh waktu mengganti) 1. Ya a. Berapa hari Anda menggantikan minggu lalu, untuk melanjutkan semua pekerjaan jika lebih dari satu? 1. Kurang dari satu hari 5. Empat hari 2. Satu hari 6. Lima hari 3. Dua hari 7. Lainnya 4. Tiga hari b. Apakah Anda ingin untuk mengganti kelebihan jam, atau banyak waktu yang anda gunakan ingin bekerja? 1. Ingin lebih. 2. Tidak ingin lebih. 3. Tidak tahu. c. Berapa lama anda mengganti mengajar? 1. Kurang dari satu tahun. 4. 4-5 tahun. 2. Satu tahun. 5. 6-10 tahun. 3. 2-3 tahun. 6. Lebih dari 10 tahun. d. Pada tahun lalu, pernahkah kamu mempunyai banyak libur, namun anda tidak ditawarkan kesempatan untuk mengganti? 1. ya 2. tidak 3. tidak tahu 2. Tidak e. Apakah Anda ingin menggantikan minggu lalu? 1. ya 2. tidak f. Apakah Anda ingin untuk mengganti setiap saat selama 60 hari terakhir? 1. ya 2. tidak g. Apa yang anda lakukan dalam seminggu terakhir? 1. Menjaga rumah 4. Istirahat 2. Pergi ke sekolah 5. Tidak beraktivitas 3. liburan 6. Lainnya h. Kapan anda mengganti terakhir? 1. Bulan ini 4. Lebih dari setahun yang lalu 6.Mempersiapkandari sebulan lalu 2. Lebih Surat Permohnan Survey Dinonaktifkan 5. 3. Lebih dari enam bulan lalu 6. Tidak pernah diganti

21

6. Mempersiapkan Surat Permohonan Survey-survey yang dikirim lewat surat membutuhkan sesuatu yang tidak ada pada survey telepon dan wawancara langsung yaitu surat permohonan survey yang menjelaskan tujuan kuisioner, idealnya surat permohonan survey juga memotivasi anggota-anggota sampel untuk merespon. Surat lamaran harus singkat dan ditujukan khusus untuk individu diminta untuk menanggapi. Surat permohonan ini harus menjelaskan tujuan survei, menekankan pentingnya topik penelitian, dan (diharapkan) melibatkan kerjasama responden. Jika memungkinkan, harus menunjukkan kesediaan peneliti untuk berbagi hasil penelitian setelah selesai. Kerahasiaan dan anonimitas responden harus dijaga. Tanggal batas waktu khusus (deadline) dimana kuisioner harus harus dikembalikan ke tujuan pengirim dan surat harus secara individu ditandatangani oleh peneliti. Setiap usaha harus dilakukan untuk menghindari gangguan pada survey melalui surat dan terakhir, pengembalian harus dibuat semudah mungkin seperti gambar 3 yang menyajikan contoh surat permohonan survey penelitian survey. Contoh surat permohonan:

22

UNIVERSITAS PENDIDIKAN Universitas Negeri San Fransisco

1 Oktober 200 Mr. Robert R. Johnson jurusan pebdidikan sosial Sekolah Menengah Oceana Pacifica, California 96321 yang Johnson, Departemen Pendidikan Menengah dari San Francisco State University mempersiapkan lebih dari 100 guru siswa setiap tahun untuk mengajar di sekolah negeri dan swasta dari California. Ini adalah tujuan kami untuk membantu lulusan kami menjadi serta dipersiapkan sebaik mungkin untuk mengajar di sekolah-sekolah saat ini. Kuesioner tertutup dirancang untuk mendapatkan pandangan anda tentang cara untuk meningkatkan kualitas program pelatihan kami. Saran anda akan dipertimbangkan dalam merencanakan revisi untuk program di tahun akademik mendatang. Kami juga akan memberikan salinan hasil penelitian kami kepada anda.

Kami akan sangat menghargai jika anda akan mengisi kuesioner dan mengembalikannya dalam amplop tertutup pada tanggal 18 Oktober. Kami menyadari jadwal anda yang sibuk dan waktu anda yang berharga, tetapi kami yakin bahwa anda ingin meningkatkan kualitas pelatihan guru. Tanggapan anda akan dijaga kerahasiannya, kami tidak meminta informasi identitas pada formulir kuesioner.

Kami ingin mengucapkan terima kasih sebelumnya atas kerja sama anda.

William P. Jones Ketua Departemen

23

7. Pelatihan Pewawancara Pewawancara dalam penelitian survei, baik yang melalui telepon ataupun tatap muka harus dilatih terlebih dahulu. Pewawancara dalam penelitian survei melalui telepon harus mengetahui bagaimana caranya melibatkan orang-orang yang mereka wawancarai sehingga orang tersebut tidak menutup teleponnnya sebelum wawancara dimulai. Pewawancara harus mampu menjelaskan maksud dan tujuan mereka menghubungi responden dan menjelaskan tentang pentingnya informasi yang akan diperoleh dari responden secara cepat. Pewawancara juga harus mengerti bagaimana cara mengajukan pertanyaan sehingga mendorong responden agar memberikan jawaban yang sebenar-benarnya (dengan jujur). Pewawancara dalam penelitian survei tatap muka (face-to-face) juga harus memiliki beberapa kemampuan seperti yang telah dijelaskan di atas. Pewawancara perlu belajar bagaimana caranya menjalin hubungan dengan orang-orang yang mereka wawancarai dan membuat responden merasa nyaman. Jika responden menunjukkan reaksi penolakan terhadap salah satu pertanyaan yang diajukan, maka pewawancara harus mengetahui bagaimana caranya untuk bisa melanjutkan ke pertanyaan berikutnya dan kembali lagi ke pertanyaan yang tidak dijawab tadi. Pewawancara juga perlu mengetahui kapan dan bagaimana cara

menanggapi/menindaklanjuti jawaban-jawaban yang tidak biasa atau jawabanjawaban yang ambigu dan tidak jelas. Pewawancara juga membutuhkan pelatihan mengenai gerakan, cara, ekspresi wajah dan cara berpakaian. Ekspresi wajah seperti kerutan yang ditunjukkan oleh pewawancara pada waktu yang tidak tepat akan mematahkan semangat responden yang sedang berusaha untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara. Singkatnya, topik umum yang akan dibahas dalam pelatihan pewawancara meliputi hal-hal berikut: a. Cara menghubungi responden dan mengenalkan penelitian yang akan dilakukan. Semua pewawancara harus memiliki pengetahuan umum mengenai tujuan penelitian tersebut. b. Kesepakatan yang digunakan dalam merancang kuesioner terkait dengan katakata dan instruksi untuk melewatkan sebuah pertanyaan (jika perlu) sehingga

24

pewawancara dapat menanyakan pertanyaan tersebut secara konsisten dan standar. c. Teknik untuk menyelidiki jawaban-jawaban yang tidak memadai secara tidak langsung. Menyelidiki berarti menindaklanjuti jawaban-jawaban yang tidak lengkap dengan cara tidak memprioritaskan sebuah jawaban dari jawaban yang lainnya. Contoh teknik menggali jawaban dari responden adalah seperti menanyakan ada lagi?, ceritakan lebih jauh kepada saya, atau bagaimana anda mengartikan itu?. d. Teknik perekaman/pencatatan jawaban dari responden untuk jenis pertanyaan terbuka dan tertutup. Hal ini sangat penting terutama terkait dengan jenis pertanyaan terbuka, dimana pewawancara diharapkan dapat mencatat jawaban responden secara verbatim. e. Aturan dan pedoman untuk menangani aspek-aspek interpersonal dalam wawancara dengan cara yang tidak bias. Secara khusus, hal ini penting untuk pewawancara agar fokus pada tugas yang sedang ditanganinya dan mencegah pewawancara untuk menyampaikan pandangan atau pendapat mereka (baik secara verbal maupun melalu bahasa tubuh) terhadap pertanyaan yang sedang diajukan.

8. Penggunaan Teknik Wawancara Untuk Mengukur Kemampuan Meskipun wawancara telah digunakan terutama untuk memperoleh informasi dari variabel lain selain kemampuan kognitif, terkecuali dalam bidang psikologi perkembangan dan kognitif. Wawancara secara luas telah digunakan dalam bidang ini untuk meneliti isi dan proses kognisi. Contoh yang paling terkenal dari penggunaan tersebut dapat ditemukan dalam hasil karya Piaget dan rekan-rekannya. Mereka menggunakan rangkaian semi terstruktur dari pertanyaan kontingensi untuk menentukan level perkembangan kognitif anak. Psikolog lainnya menggunakan prosedur wawancara untuk mempelajari proses berpikir dan urutan yang digunakan dalam pemecahan masalah. Meskipun hingga saat ini tidak digunakan secara luas dalam penelitian

25

pendidikan, sebuah ilustrasi penelitian datang dari Freyberg dan Osborne, yang meneliti pemahaman siswa tentang konsep dasar sains. Mereka menemukan miskonsepsi yang sering terjadi dan seringkali tidak disadari oleh guru. Guru sering beranggapan bahwa siswa menggunakan istilah-istilah seperti gravitasi, kondensasi, konservasi energi, dan komunitas gurun dengan cara yang sama seperti mereka. Banyak anak yang berusia 10 tahun dan bahkan lebih, yakin bahwa kondensasi yang terjadi pada permukaan luar segelas air disebabkan oleh air yang bergerak menembus gelas. Seorang anak berusia 15 tahun menjelaskan dengan jenius (meskipun jawabannya salah) tentang pendapatnya terhadap persoalan di atas seperti yang ditunjukkan dalam kutipan berikut: Jenny (15): Melalui gelas, partikel air telah melewati gelas tersebut, seperti difusi melalui udara. Dan tidak ada cara lain. Peneliti: Banyak anak yang pernah saya tanya, bingung mengenai air ini... Hal ini menjadi masalah bagi mereka. Jenny: Iya, karena mereka tidak mempelajari halhal seperti yang telah kita pelajari. Peneliti: Hal apa yang telah kamu pelajari dan membantu kamu dalam menyelesaikan persoalan ini? Jenny: Partikel-partikel yang melewati udara, konsentrasi dan cara partikel berdifusi. Freyberg dan Osborn berpendapat bahwa guru dan pengembang kurikulum harus memiliki banyak informasi tentang konsep siswa jika mereka ingin mengajar secara efektif. Kepada mereka juga ditunjukkan bagaimana penelitian yang secara spesifik memuat item-item yang diarahkan kepada miskonsepsi yang umum terjadi dapat memperbaiki hasil tes prestasi.

F. Nonrespon Dalam hampir semua survei, terdapat beberapa anggota sampel yang tidak merespon. Hal ini disebut sebagai nonrespon. Ini mungkin dikarenakan beberapa alasan (kurangnya minat terhadap topik yang sedang disurvei, kelalaian/lupa, keengganan untuk disurvei, dan sebagainya), tetapi merupakan masalah utama yang

26

terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir ini karena semakin banyak orang tampaknya (untuk alasan apapun) tidak bersedia untuk berpartisipasi dalam survei. Mengapa nonresponse menjadi masalah? Alasan utama adalah bahwa mereka yang tidak merespon akan sangat mungkin berbeda dari responden lain dalam menjawab pertanyaan survei. Jika hal ini terjadi, kesimpulan yang ditarik atas dasar jawaban responden akan menyesatkan dan bukan merupakan indikasi yang benar dalam menggambarkan populasi dari mana sampel diambil. 1. Nonrespon Total Kalton menunjukkan bahwa nonrespon total dapat terjadi dalam survei wawancara untuk alasan berikut: responden yang dituju dapat menolak untuk diwawancarai, tidak berada di rumah ketika mendapat panggilan dari pewawancara, tidak dapat ikut serta dalam wawancara karena berbagai alasan (seperti penyakit, tuli, ketidakmampuan untuk berbahasa), atau kadang-kadang bahkan tidak diketahui keberadaannya. Dari semua alasan tersebut, penolakan dengan alasan sedang tidak dirumah adalah yang paling umum terjadi. Dalam survei melalui surat, sejumlah kuesioner mungkin saja tidak terkirim, dan kadang-kadang beberapa responden mengembalikan kuesioner yang belum mereka jawab sebagai indikasi penolakan mereka untuk berpartisipasi. Bentuk nonrespon yang paling sering ditemukan adalah bahwa kuesioner belum dikembalikan dengan berbagai macam alasan seperti yang sudah disebutkan di atas. Berbagai cara telah dilakukan oleh para peneliti survei untuk mengurangi jumlah nonrespon. Dalam survei wawancara, pewawancara dilatih untuk bersikap sopan, mengajukan pertanyaan dengan ramah dan sensitif, berpakaian sesuai, atau kembali untuk melakukan wawancara pada waktu yang lebih tepat jika diperlukan. Adanya jaminan anonimitas dan kerahasiaan (hal ini juga dilakukan dalam survei melalu surat). Pertanyaan biasanya disusun sedemikian rupa dimulai dengan pertanyaan yang cukup sederhana dan tidak mengancam. Responden yang menyatakan sedang tidak di rumah dapat dipanggil kembali (kunjungan kedua, ketiga, atau bahkan keempat) pada hari yang berbeda dan

27

pada waktu yang berbeda pula. Kadang-kadang janji harus disesuaikan dengan waktu yang tepat bagi responden. Kuesioner yang dikirim dapat ditindaklanjuti dengan memberikan surat pengingat hingga dua atau bahkan tiga kali. Teknik yang seringkali dilupakan adalah dengan memberikan hadiah sebagai bujukan kepada responden agar bersedia untuk memberikan tanggapannya. Tidak pantas membayar responden (dalam beberapa cara) agar bersedia memberikan informasi. Permasalahan nonrespons ini merupakan permasalahan yang cukup serius dalam penelitian survei. Beberapa pengamat menyatakan bahwa tingkat respon untuk survei dalam bentuk tatap muka oleh suatu organisasi nonpemerintah adalah sekitar 7075 %. Penolakan menyebabkan munculnya nonrespon dalam wawancara tatap muka, dan sebagian besar sisanya menyatakan sedang tidak di rumah. Survei telepon umumnya memiliki angka keterlibatan responden yang lebih kecil dari survei tatap muka karena responden dapat dengan mudah menutup telepon. Survei melalui surat memiliki angka keterlibatan yang lebih bervariasi yaitu berkisar antara 10-90%. Nonrespon yang tidak merata terjadi di berbagai sub-kelompok di Amerika Serikat. Tingkat nonrespon dalam survei wawancara tatap muka, misalnya, jauh lebih tinggi di pusat kota daripada di lokasi lain. Cara yang umum digunakan untuk menangani nonrespon, terutama dalam survei telepon, adalah penggantian secara acak hingga ukuran sampel yang diinginkan tercapai. Metode ini tidak berlaku untuk semua alasan seperti yang telah disebutkan sebelumnya: Mereka yang tidak dihubungi atau yang menolak untuk merespon mungkin akan menjawab berbeda dari mereka yang merespon. Ingatlah bahwa sebuah sebuah sampel acak mensyaratkan bahwa sampel benarbenar terdiri dari orang-orang yang sudah dipilih sejak awal. Selama survei atau dengan cara lain, peneliti harus bisa memperoleh informasi demografi sebanyak mungkin dari responden. Hal ini tidak hanya berguna untuk mendapatkan deskripsi yang lebih lengkap tentang sampel, tetapi juga dapat mendukung argumen bahwa sampel yang dipilih dapat mewakili

28

populasi dari mana sampel tersebut diambil karena memiliki aspek demografis yang sangat mirip yang berhubungan dengan penelitian. Misalnya, informasi mengenai jenis kelamin, usia, etnis, ukuran keluarga, dan sebagainya. Semua data tersebut harus dilaporkan, bukan hanya data yang mendukung keterwakilan saja. Argumen seperti itu selalu meragukan karena tidak mungkin untuk memperoleh data dari semua variabel yang bersangkutan (atau bahkan untuk memastikan seperti apa mereka semua), tetapi hal ini penting untuk setiap survei yang memiliki tingkat nonrespon yang tinggi (kita akan mengatakan lebih dari 10 persen). Kesulitan utama dengan saran ini adalah bahwa demografi yang dibutuhkan mungkin tidak tersedia untuk populasi. Dalam kasus apapun, tingkat nonrespon harus selalu dilaporkan.

2. Nonrespon Item Kesenjangan parsial dalam informasi yang diberikan oleh responden juga dapat terjadi karena berbagai alasan seperti: responden mungkin tidak tahu jawaban atas pertanyaan tertentu, responden mendapati pertanyaan yang membuatnya malu atau mungkin tidak relevan; responden tidak memiliki waktu yang cukup dan pewawancara dapat memutuskan untuk melewatkan bagian dari pertanyaan; pewawancara tidak dapat atau tidak sempat merekam hasil jawaban responden dan lain-lain. Kadang-kadang selama tahap analisis data survei, jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tertentu diabaikan karena tidak konsisten dengan jawaban lain. Beberapa jawaban mungkin tidak jelas atau tidak terbaca. Jumlah nonrespon item tidak sebanyak nonresponse total. Umumnya bervariasi sesuai dengan sifat dari pertanyaan yang ditanyakan dan metode pengumpulan datanya. Pertanyaan demografis yang sangat sederhana biasanya hampir tidak memiliki nonrespon. Kalton memperkirakan bahwa item yang berhubungan dengan pendapatan dan pengeluaran mungkin mengalami tingkat nonrespon item sekitar 10% atau lebih, sementara pertanyaan yang sangat sensitif atau sulit dapat menghasilkan tingkat nonrespon yang jauh lebih tinggi.

29

Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat meningkatkan tanggapan responden dalam penelitian survei: a. Administrasi kuesioner atau wawancara tersusun 1) Buatlah kondisi dimana pada saat wawancara atau pengisian angket dilaksanakan, sesederhana dan senyaman mungkin untuk setiap orang yang menjadi sampel. 2) Pastikan kelompok yang disurvei mengetahui benar tentang informasi yang ingin diperoleh. 3) Berikan pelatihan terlebih dahulu kepada pewawancara untuk jenis wawancara tatap muka dan telepon tentang teknik mengajukan pertanyaan. 4) Berikan juga pelatihan tentang bagaimana cara berpakaian yang sesuai untuk pewawancara tatap muka. b. Format pengisian angket atau pertanyaan wawancara 1) Berikan ruang yang cukup bagi responden (atau pewawancara) untuk mengisi data biografi yang biasanya dibutuhkan (umur, jenis kelamin, tingkatan kelas, dan lain-lain) 2) Tentukan secara tepat tujuan dari angket atau pelaksanaan wawancara yang dimaksudkan agar dapat memperoleh secara tepat informasi seperti apa yang diharapkan dari responden? 3) Pastikan setiap item pertanyaan yang ada di dalam angket atau pertanyaan wawancara berkaitan dengan salah satu tujuan yang telah ditetapkan dalam penelitian tersebut. Hal ini akan membantu dalam mendapatkan informasi yang sesuai dengan tujuan. 4) Disarankan untuk menggunakan jenis pertanyaan tertutup (misalnya, pilihan ganda) daripada jenis pertanyaan terbuka (misalnya, respon bebas). 5) Pastikan bahwa tidak ada pertanyaan yang bersifat mengancam psikologis responden. 6) Hindari pertanyaan yang mengarahkan responden kepada suatu jawaban.

30

7) Periksa tingkat keambiguan setiap item dengan menggunakan panel juri dan lakukan revisi jika memang diperlukan. 8) Ujicobakan angket atau pertanyaan wawancara pada sebuah kelompok kecil kondisinya hampir mirip dengan sampel yang akan disurvei.

G. Permasalahan Instrumentasi dalam Proses Penelitian Survei Beberapa ancaman terhadap validitas proses instrumentasi dalam survei dapat menyebabkan individu memberikan respon yang berbeda dari yang seharusnya. Anggaplah misalnya, sekelompok individu dikumpulkan untuk diwawancarai pada suatu tempat dan tiba-tiba ada kejadian lain yang terjadi selama proses wawancara (misalnya, latihan kebakaran). Peristiwa ini mungkin akan mengganggu atau mempengaruhi beberapa individu, sehingga mereka merespon pertanyaan yang diajukan secara berbeda dengan jika peristiwa tersebut tidak terjadi. Bila peneliti tidak berhati-hati dalam mempersiapkan kuesioner mereka, misalnya ada pertanyaan yang terkemuka atau tidak sensitif, maka akan dapat menyebabkan individu untuk merespon secara berbeda. Jika individu diwawancarai pada waktu dan kondisi yang tidak biasa (seperti selama jam makan malam, di kamar yang pencahayaannya kurang baik dan sebagainya), mereka mungkin akan memberikan respon dengan cara tertentu yang tidak terkait dengan sifat pertanyaan itu sendiri. Karakteristik orang yang melakukan pengumpulan data (seperti pakaian yang mencolok, ketidakpekaan, kekasaran, dan penggunaan bahasa yang kasar) dapat mempengaruhi individu dalam memberikan tanggapan, yang menyebabkan individu lebih merespon/terpusat pada pengumpul data dari pada pertanyaan yang diajukan. Ada juga kemungkinan bias yang tidak disadari oleh para pengumpul data, seperti ketika ia mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada beberapa individu tetapi tidak yang lain.

31

H. Mengevaluasi Ancaman Validitas Internal pada Penelitian Survei Ada empat ancaman utama untuk validitas internal dalam penelitian survei: kematian subjek, lokasi, instrumentasi, dan kerusakan instrumen. Ancaman kematian subjek muncul dalam studi longitudinal kecuali semua data tentang subyek yang "hilang" dihapus, agar memperoleh generalisasi yang tepat. Ancaman alokasi dapat terjadi jika pengumpulan data dilakukan di tempat-tempat yang dapat mempengaruhi respon (misalnya, survei sikap terhadap polisi yang dilakukan di kantor polisi). Kerusakan instrumen dapat terjadi dalam survei wawancara jika pewawancara lelah atau terburu-buru. Dan kerusakan instrumen itu sendiri, tidak hanya dapat mengurangi validitas informasi yang diperoleh tetapi juga dapat menimbulkan bias sistematis.

I. Analisis Data dalam Penelitian survei Setelah semua jawaban hasil survei terkumpul, tugas peneliti selanjutnya adalah merangkum seluruh tanggapan yang diperoleh dari responden untuk menarik beberapa kesimpulan dari hasil survei. Ukuran total sampel harus dilaporkan, dan juga disertai dengan persentase keseluruhan pengembalian kuesioner. Persentase dari total sampel yang menanggapi untuk setiap item juga harus dilaporkan. Persentase responden yang memilih alternatif untuk setiap pertanyaan pun harus diinformasikan. Sebagai contoh, hasil yang dilaporkan mungkin sebagai berikut: "Untuk item pertanyaan nomor 26, mengenai persetujuan kebijakan dilarang merokok saat sekolah sedang berlangsung, 80% menunjukkan bahwa mereka mendukung kebijakan tersebut, 15% tidak setuju dengan kebijakan tersebut, dan 5% mengatakan mereka netral. "

32

BAB II Contoh Penelitian

Contoh penelitian ini diperoleh dari: Educationa Research, 44 (2002): 17-27

Sikap, Persepsi dan Kecenderungan Melakukan Kecurangan pada Mahasiswa di Rusia dan Amerika
Robert A. Lupton (Central Washington University) & Kenneth J. Chapman (California State University, Chico)

RINGKASAN: Literatur melaporkan bahwa kecurangan secara umum telah bersifat endemic di Amerika Serikat. Sebuah studi banding internasional telah meneliti perbedaan kecurangan di tingkat pendidikan sekolah menengah bisnis. Studi ini meneliti perbedaan antara mahasiswa bisnis di Negara Rusia dan Amerika terkait dengan sikap, persepsi, dan kecenderungan mereka terhadap ketidak jujuran akademis. Penelitian ini
Pembenaran

menemukan perbedaan yang signifikan antara perilaku dan keyakinan tentang perilaku kecurangan mahasiswa di Rusia dan Amerika. Temuan ini penting bagi para pendidik di bidang bisnis untuk mengajar diluar negeri atau di kelas yang multinasional.

Pendahuluan Literatur internasional memberikan bukti anekdot pada kebanyakan

ketidakjujuran akademis dan hanya sedikit penelitian komparatif mengenai masalah ini. Studi dan laporan internasional telah meneliti mahasiswa Australia (Maslen, 1996;

Waugh & Godfrey, 1994), Kanada (Black, 1962; Chidley, 1997; Genereux & McLeod, 1995; Harpp & Hogan, 1993, 1998; Jenkinson, 1996), Inggris (Baty, 1997; Bushby, 1997; Franklyn-Stokes & Newstead, 1995; Mackenzie & Smith, 1995; Newstead, Franklyn-Stokes, & Armstead, 1996), Palestina (Surkes, 1994), Polandia (Cuny, 1997)

33

dan Russia (Poltorak, 1995), dan siswa SMA di Austria (Hanisch, 1990), Jerman (Rost & Wild, 1990) dan Italia (TES, 1996). Poltorak (1995), satu-satunya Studi yang dilakukan oleh Rusia, telah mengukur sikap dan kecenderungan kecurangan pada empat universitas teknik. Penelitian ini menemukan tindak kecurangan lebih dari 80% mahasiswanya, setidaknya sekali selama kuliah dan selama pemeriksaan terjadi. Jenis kecurangan yang paling umum adalah menggunakan lembar contekan kecil, melihat kertas ujian teman, menggunakan catatan kuliah, menyalin tugas teman, dan membeli makalah (plagiarisme). Selain itu, mahasiswa laki-laki memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk melakukan tindak kecurangan daripada mahasiswa perempuan. Hanya sedikit studi yang meneliti perbedaan lintas nasional yang terkait dengan ketidak jujuran akademik (Curtis, 1996; Davis et al., 1994; Diekhoff et al, 1999; Evans, Craig, & Mietzel, 1993; Lupton eta, 2000; Waugh et al, 1995). Davis et al. (1994) melaporkan bahwa mayoritas dari mahasiswa Australia dan Amerika Serikat lebih banyak melakukan kecurangan saat di sekolah daripada di perguruan tinggi. Studi ini mengemukakan sikap kecurangan yang berorientasi pada kelulusan dan pembelajaran. Tampaknya, mahasiswa Australia menghadiri kuliah untuk kepentingan pembelajaran sedangkan mahasiswa AS cenderung lebih terfokus pada nilai. Jadi, apa yang memotivasi mahasiswa Australia untuk melakukan kecurangan sangatlah berbeda dengan mahasiswa AS. Diekhoff et al. (1999) menemukan bahwa mahasiswa Jepang, dibandingkan dengan mahasiswa AS, memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk menetralkan tingkat kecurangan melalui justifikasi rasional dan tidak terganggu ketika kelasnya diobservasi. Menariknya, mahasiswa AS dan Jepang yang dihinggapi rasa bersalah merupakan penangkal yang paling efektif untuk menanggulangi tindak kecurangan. Akhirnya, Lupton et al. (2000) menemukan perbedaan yang signifikan antara tingkat kecurangan mahasiswa Polandia dengan mahasiswa AS. Para mahasiswa Polandia dilaporkan melakukan kecurangan dengan frekuensi lebih tinggi daripada rekan-rekannya di AS. Para instruktur bertanggung jawab untuk menciptakan kondisi lingkungan belajar yang dapat mengurangi tindak kecurangan.

34

Meskipun studi perbandingan lintas negara muncul lebih sering dalam literatur akademik, cukup jelas bahwa chams utama dalam pengetahuan kita masih ada tantang lintas negara dalam hal sikap, apersepsi, dan kecenderungan terhadap tindak kecurangan di tingkat pendidikan pasca-sekolah menengah. Selain itu, untuk saat ini tidak ada studi
Pembenaran

lintas negara yang dilakukan untuk membandingkan mahasiswa Rusia dan AS. Universitas-universitas Rusia terkenal dalam menghasilkan mahasiswa terbaik terutama dalam pemograman computer (Chronicle of Higher Education, 2000). Namun selama beberapa tahun belakangan ini, pendidikan pada beberapa institusi di Rusia, telah menerima perubahan yang cukup berat terkait dengan dukungan dan pendanaan. Beberapa laporan menunjukkan sistem pendidikan mengalami kerusakan, dimana terdapat suap untuk masuk dan lulus (Dolshenko, 1999). Selain itu, dari segi nilai pendidikan tampaknya hanya 53% dari warga Rusia yang percaya bahwa pendidikan tinggi sangatlah penting. Tampaknya dengan beberapa masalah yang tengah dialami oleh sistem pendidikan tinggi di Rusia, dimana nilai pembelajaran dan pendidikan berada dalam keadaan lemah, kecurangan dianggap masalah biasa. Perbedaan

substansial dalam kejujuran akademik juga dapat ditemukan karena Rusia menjadi masyarakat yang sangat kolektif dibandingkan dengan AS, yang lebih individualistis dalam budaya (Ryan et. Al., 1991). Mengawali penelitian di USA, para peneliti menghadirkan studi lintas negara yang membandingkan sikap, persepsi dan kecenderungan terhadap kecurangan antara
Tujuan

mahasiswa Rusia dengan mahasiswa AS. Penelitian dilakukan untuk menambah pengetahuan kita mengenai perbedaan sikap, persepsi dan kecenderungan terhadap tindak kecurangan pada lintas negara.

Metodologi Penelitian Metode dan Sampel Penelitian


Penelitian awal

Mahasiswa sarjana bisnis dari Amerika Serikat dan Rusia diminta untuk berpatisipasi dalam studi. Kuesioner diberikan di kelas. Mengingat sifat sensitif dari pertanyaan yang muncul, responden menyatakan jawaban mereka secara anonim dan dijamin

35

kerahasiaannya. Para responden diminta untuk menjawab pertanyaan sebanyak mungkin selama mereka merasa nyaman dengan pertanyaan itu.
Nonrandom Sampel

Sampel mahasiswa Amerika Serikat diambil dari Colorado State University, sebuah universitas yang terletak di barat Amerika Serikat, dan sampel mahasiswa Rusia

diambil dari Novgorod State University dan Norman School College. Colorado State University terletak di Fort Collins, Colorado, sebuah kota dengan 120.000 penduduk. Novgorod State University dan Norman School College terletak di Novgorod, Rusia,
Pembatasan sampel

yang memiliki 200.000 penduduk. 443 mahasiswa diambil dari USA dan 174 dari mahasiswa Rusia. Hampir 50% mahasiswa USA dan 64% mahasiswa Rusia adalah lakilaki. Di kedua daerah, 90% dari sampel berusia 17 tahun dan 25 tahun, dengan usia ratarata adalah 21 tahun. Rata-rata nilai IPK mahasiswa Amerika adalah 3,02 dan mahasiswa Rusia adalah 4,27 (IPK US, A= 4,0; IPK Rusia, A= 5,0). Lima puluh dua persen dari sampel Amerika masih berstatus mahasiswa dan 45,8% adalah mahasiswa pasca sarjana. Sebaliknya, 56,1% dari responden Rusia adalah mahasiswa, sementara mahasiswi dan mahasiswa pascasarjana masing-masing menyumbang 20,5% dan 17,5%. Instrumen Penelitian Identik kuesioner laporan diri digunakan untuk mengumpulkan data di kedua negara. Survei diterjemahkan ke dalam bahasa Rusia dan diterjemahkan kembali ke bahasa Inggris. Untuk mengevaluasi sikap, persepsi, dan kecenderungan terhadap kecurangan, 29 pertanyaan terdiri dari dari serangkaian dikotomis (ya / tidak) dan pertanyaan skalar, sertapertanyaan yang meminta siswa untuk menilai proporsi rekan-rekan yang mereka percayai berbuat curang. Beberapa pertanyaan ya/tidak menanyakan tentang perilaku curang (misalnya. Apakah Anda pernah melakukan kecurangan selama kuliah? Apakah Anda menerima informasi soal-soal ujian dari kelas sebelumnya?). di samping itu, mahasiswa diminta menanggapi serangkaian pernyataan menggunakan skala tujuh poin yang berakhir pada pendapat sangat tidak setuju atau sangat setuju. Pertanyaan-pertanyaan scalar menanyakan tentang sikap dan keyakinan mereka tentang kecurangan (misalnya, "Kecurangan pada suatu ujian adalah benar-benar tidak seburuk itu. Saya percaya memberitahu seseorang di bagian tertentu tentang ujian ok saja").

36

Mahasiswa juga diberikan dua skenario dan diminta untuk memutuskan apakah kecurangan telah terjadi. Setiap skenario sengaja dibiarkan agak kabur. Dengan skenario yang dibuat agak ambigu diharapkan siswa tidak bisa dengan mudah menyimpulkan bahwa kecurangan telah atau belum terjadi. Dalam cara ini, mereka dibiarkan untuk interpretasi diri mereka sendiri sebelum mencoba membuat keputusan. Skenario pertama (skenario A) adalah: John Doe mengambil Pemasaran 400 di semester musim gugur. Temannya, Jane, mengambil Pemasaran 400 pada semester musim semi. John memberi Jane semua pekerjaan sebelumnya dari kursus. Jane menemukan jawaban John pada ujian sebelumnya dan menggunakan ini untuk mempersiapkan tes di kursus. Mahasiswa kemudian diminta untuk memutuskan apakah John dan Jane telah melakukan kecurangan. Skenario kedua (skenario B) adalah: Jane juga menemukan bahwa John telah menerima nilai bagus pada beberapa tugas tertulis untuk kelas. Banyak dari tugas yang diperlukan John mengharuskannya pergi ke perpustakaan untuk mencari artikel tentang berbagai topik. Jane memutuskan untuk melupakan perpustakaan dan bekerja menggunakan artikel John untuk kertas di kelas.
Reliabilitas dan validitas perlu didiskusikan

Setelah membaca skenario B, mahasiswa memberikan keputusan apakah Jane melakukan kecurangan. Akhirnya, untuk menghitung dan mengeksplorasi tingkat perbedaan individu, survei juga membahas pertanyaan demograpis. Hasil Penelitian a. Posisi Mahasiswa Bisnis Amerika dan Rusia Dalam Perilaku Kecurangan Mahasiswa bisnis Amerika dan Rusia memiliki posisi secara signifikan berbeda pada diri mereka yang dilaporkan perilaku kecurangan, pada tingkat mana mereka tahu atau melihat orang lain menipu, dan persepsi mereka apakah terjadi kecurangan atau tidak telah terjadi dalam dua skenario kasus. Tabel 1 menyoroti (perbedaan yang signifikan) dalam diri antara mahasiswa bisnis Amerika dan Rusia. Sebagian besar dari siswa Rusia melaporkan mengenai kecurangan di beberapa titik. Sementara sekitar 55% dari siswa Amerika melaporkan bahwa mereka telah ditipu di beberapa titik selama kuliah, hampir

37

64% dari siswa Rusia melaporkan mengalami kecurangan. Mahasiswa Rusia juga lebih mungkin untuk melaporkan kecurangan dalam kelas dimana data dikumpulkan. Bahkan, hanya 2,9% dari mahasiswa Amerika mengakui kecurangan di kelas dimana data dikumpulkan, sedangkan 38,1% dari mahasiswa Rusia mengakui kecurangan dikelas. Selain itu, mahasiswa Rusia lebih mungkin untuk melaporkan bahwa telah melihat mahasiswa yang telah melakukan kecurangan. Persentase mahasiswa yang telah diberikan atau menerima informasi tentang ujian yang telah diberikan di bagian sebelumnya lebih tinggi dengan mahasiswa Rusia. Hampir 92% dari mahasiswa Rusia mengaku informasi ujian telah disampaikan kepada rekan-rekan mereka di bagian berikutnya, sementara 68,5% dari mahasiswa Amerika mengakui melakukannya. Mahasiswa Amerika, bagaimanapun, melaporkan insiden lebih besar menggunakan ujian teman untuk belajar pada ujian saat ini. Mahasiswa bisnis Amerika dan Rusia juga memiliki tayangan yang sangat berbeda dari apakah tidak curang telah terjadi dalam skenario. Dalam skenario A, mahasiswa Rusia jauh lebih cenderung percaya bahwa John dan Jane telah melakukan kecurangan. Misalnya, hanya 5,2% dari mahasiswa Amerika John merasa telah ditipu oleh Jane memberi ujian terakhir, sementara 49,1% dari mahasiswa Rusia merasakan hal yang sama. Selain itu, 9,7% dari siswa Amerika dibandingkan dengan 63,9% dari Rusia siswa merasa Jane telah menipu dengan menggunakan ujian masa lalu John. Namun, dalam skenario B, bagian yang lebih besar dari mahasiswa Amerika merasa Jane telah curang dengan menggunakan artikel John. Ini statistik signifikan dan perbedaan yang cukup besar dalam interpretasi skenario menunjukkan bahwa Amerika dan mahasiswa bisnis Rusia memiliki perspektif yang sangat berbeda dari curang atau tidak curang. Tabel 1. Persentase mahasiswa Amerika dan Rusia yang merespon jawaban ya Persentase yang merespon ya Mahasiswa Amerika n = 443 Kecurangan pada beberapa poin selama kuliah 55,4 Mahasiswa Rusia n = 174 64,2***

38

Kecurangan selama di kelas Mengetahui mahasiswa yang melakukan

2,9 77,3

38,1* 80,9**

kecurangan pada ujian di universitas Mengetahui mahasiswa yang melakukan 6,3 66,9*

kecurangan pada ujian di kelas Melihat mahasiswa yang meakukan kecurangan saat ujian di universitas Melihat mahasiswa yang meakukan kecurangan saat ujian di kelas Menggunakan jawaban ujian teman sebelumnya Memberikan informasi tentang ujian pada 88,7 68,5 48,6* 91,9* 5,6 63,2* 61,3 72,4**

mahasiswa sesi berikutnya Menerima informasi ujian dari mahasiswa pada sesi sebelumnya Skenario A: John curang dengan memberikan kertas ujiannya pada Jane Skenario A: Jane curang dengan menggunakan hasil ujian John Skenario B: Jane curang karena menggunakan artikel John b. Perbedaan Keyakinan Tentang Kecurangan pada Mahasiswa Bisnis Amerika dan Rusia Tabel 2 menunjukkan bahwa mahasiswa bisnis Amerika dan Rusia memiliki keyakinan yang berbeda secara signifikan tentang kecurangan. Mahasiswa diminta untuk menilai proporsi rekan-rekan mereka yang mereka yakini sebagai mahasiswa yang curang. Responden Rusia merasa bahwa sekitar 69% dari rekan-rekan mereka curang pada saat ujian, sementara siswa Amerika menyatakan bahwa mereka merasa hanya sekitar 24% dari mahasiswa melakukan kecurangan. Pada pernyataan sangat tidak setuju/sangat 77,5 66,9** 9,7 63,9* 5,2 49,1* 73,9 84,3**

39

setuju, mahasiswa Rusia lebih mungkin daripada mahasiswa Amerika untuk percaya adanya kecurangan saat ujian dan tugas luar, curang dalam ujian tidak terlalu buruk dan bahwa itu adalah OK untuk memberitahu yang lain tentang ujian. Namun, seperti yang diungkapkan sebelumnya para mahasiswa Rusia tampaknya memiliki posisi yang berbeda dalam hal kecurangan. Para mahasiswa Amerika tidak percaya bahwa memberikan ujian masa lalu dan menggunakan ujian dari semester sebelumnya adalah kecurangan, semestara mahasiswa Rusia lebih netral tentang masalah itu. Akhirnya, para mahasiswa dari setiap negara ditanya apakah mereka percaya bahwa instruktur bisa memastikan kecurangan tidak terjadi. Para mahasiswa Rusia tidak yakin daripada mahasiswa Amerika tentang tanggung jawab instruktur untuk mencegah kecurangan dalam kelas. c. Analisis Kemungkinan Mengacaukan Meskipun sejumlah perbedaan yang ditemukan berdasarkan kebangsaan, adalah mungkin bahwa perbedaan-perbedaan karena beberapa masalah lainnya. Literatur masa lalu telah menyarankan bahwa sejumlah variabel dapat mempengaruhi kemungkinan kecurangan seseorang (misalnya, Alschuler & Blimling, validitas internal 1995; Bunn et
Validitas Internal

al, 1992;. Johnson & Gormly, 1971; Kelly & Worrell, 1978; McCabe & Trevino, 1996; Stern & Havlicek, 1986; Stevens & Stevens, 1987). Oleh karena itu, analisis dilakukan untuk memeriksa apakah kelas diharapkan dalam kursus tersebut, secara keseluruhan rata-rata nilai, kelas kuliah, jenis kelamin, atau usia yang memiliki efek pada temuan dan, khususnya, jika faktor-faktor ini berinteraksi dengan kewarganegaraan. Tabel 2. Kepercayaan Mahasiswa Amerika dan Rusia tentang Kecurangan Rata-rata Mahasiswa Amerika n= 443 Persentase keyakinan mahasiswa 36,53 24,18 Mahasiswa Rusia n=174 69,59*

untuk curang saat ujian Beberapa mahasiswa curang saat ujian 3,45 2,80 5,12*

40

Beberapa mahasiswa curang saat ada tugas luar Curang satu kali selama ujian tidak terlalu buruk Tidak apa bia memberikan ujian pada orang lain pada sesi berikutnya Memberikan hasil ujianmu pada seseorang adalah curang Menggunakan semester kecurangan Instruktur memastikan tidak ada mahasiswa yang curang Insruktur mendiskusikan isu-isu kertas sebelunya ujian dari adalah

4,09

3,88

4,64*

2,90

2,34

4,36*

4,71

4,07

6,36*

2,26

2,02

2,87*

2,65

2,23

3,02*

3,68

3,88

3,18*

3,92

4,27

3,01*

untuk mengurangi kecurangan Kesimpulan Penelitian ini merupakan studi pertama yang membandingkan sikap, keyakinan, dan kecenderungan kearah kecurangan akademis antara mahasiswa bisnis di Amerika dan Rusia. Penelitian ini mengungkapkan bahwa mahasiswa bisnis Amerika dan Rusia memiliki sikap, persepsi,dan kecenderungan terhadap kecurangan yang berbeda. Hasilnya sangat mengejutkan, mahasiswa Rusia dilaporkan memiliki frekuensi kecurangan yang lebih tinggi dari rekan-rekan mereka di Amerika. Hal ini menimbulkan pertanyaan: Apakah mahasiswa Rusia melakukan kecurangan lebih tinggi daripada mahasiswa Amerika? Kenyataannya, kami yakin tingginya laporan perilaku curang mahasiswa Rusia mencerminkan bahwa mereka memiliki sikap, keyakinan, dan definisi tentang kecurangan yang berbeda dibandingkan dengan mahasiswa Amerika. Para mahasiswa Rusia merasa bahwa kecurangan dalam ujian itu tidak terlalu buruk begitu pula dengan memberitahukan orang lain pada sesi berikutnya tentang ujian. Hal ini

41

mengindikasikan bahwa mahasiswa Rusia tidak menganggap kejujuran adalah hal yang penting sebagaimana mahasiswa Amerika yang termotivasi untuk melakukan kecurangan. Tentu saja, penafsiran mengenai perbedaan antara kedua kelompok
Rekomendasi peneliti

mahasiswa tersebut bersifat multidimensional, melibatkan budaya, nilai sosial, filosofi pendidikan dan pengajaran. Pemahaman mengapa perbedaan ini ada, di luar cakupan makalah ini namun dapat dijadikan sebagai bahan penelitian di masa depan. Pendidik yang mengajar mahasiswa lokal dan luar negeri perlu memahami budaya dan sikap mahasiswa yang berbeda dan hubungannya dengan menejemen atau pengaturan kelas. Pemahaman yang lebih baik tentang sejauh mana sikap, persepsi, dan kecenderungan terhadap ketidak jujuran akademis mahasiswa internasional berbeda di setiap negara, sehingga pendidik yang baik akan mampu berkomunikasi dengan para mahasiswa dan melakukan tindakan untuk mencegah terjadinya kecurangan. Siswa dari seluruh negara terus mendaftar di perguruan tinggi di seluruh penjuru dunia. Dari 1,5 juta mahasiswa yang belajar di luar negeri, hampir sepertiganya (481.280) belajar di Amerika Serikat (Chrinicle of Higher Education, 1998). Organisasi seperti Institut Pendidikan Internasional (IIE), Dewan Pendidikan Internasional Exchange (CIEE), dan Badan Internasional Pembangunan (AID) mendorong pendidikan global dan pertukaran sumber daya luar negeri (Barron, 1993; Garavalia, 1997). Pendidikan pasca-menengah bisnis telah diperkenalkan kepada Uni Soviet dan Asia Timur, membawa fakultas Amerika dan sumber daya untuk daerah tersebut (Fogel, 1994; Kerr, 1996; Kyj, Kyj, & Marshall, 1995; Petkus, 1995). Mahasiswa AS menjadi kajian penelitian internasional dan pendidik semakin banyak yang mengajar di luar negeri, sehingga membutuhkan penanganan untuk manajemen kelas yang efektif. Pengajaran dan pengelolaan kelas yang efektif dipengaruhi oleh norma-norma yang dominan dalam sebuah Negara atau wilayah, tentu hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi para anggota fakultas untuk membantu mahasiswa memahami kesalahan

Kami Setuju

akademis. Terutama ketika mengajar di luar negeri atau pada lembaga kursus dengan komposisi multinasional yang besar, pendidik perlu mengartikulasikan secara jelas kepada mahasiswa, secara lisan dan tulisan, mengenai perilaku yang termasuk atau tidak termasuk pelanggaran akademik dan hukumannya, dengan harapan dapat mengurangi

42

tindak ketidak jujuran akademik. Perlu dicatat bahwa sementara mahasiswa Amerika merasa netral dengan kemungkinan kecurangan dan membahas isu-isu terkait dapat mengurangi tingkat kecurangan dalam kursus, namun mahasiswa Rusia sangat tidak setuju. Selain itu, mahasiswa Rusia lebih cenderung merasa bukanlah tanggung jawab pendidik untuk menciptakan lingkungan yang kemungkinan dapat mengurangi tindak kecurangan. Untuk tujuan ini, penelitian lebih lanjut dapat dilakukan untuk memahami bagaimana mahasiswa melihat kecurangan. Secara khusus, penelitian lintas negara yang membandingkan data dari berbagai negara akan sangat memperjelas besarnya perbedaan tersebut. Penelitian ini sebagai langkah awal untuk menyoroti dan lebih memahami perbedaan-perbedaan ini.

ANALISIS PENELITIAN Tujuan/Justification Tujuan penelitiannya tidak secara eksplisit dinyatakan. Ini nampaknya untuk "mengisi kesenjangan dalam pengetahuan kita tentang perbedaan sikap, keyakinan, dan kecenderungan terhadap kecurangan lintas negara" terutama untuk membandingkan mahasiswa perguruan bisnis di Rusia dan Amerika Serikat pada karakteristik ini. Penelitian ini dibenarkan melalui bukti-bukti dan pendapat yang menyebutkan bahwa kecurangan tersebar luas di Amerika Serikat dan mungkin di seluruh dunia (meskipun dengan dokumentasi yang kurang mencukupi). Justifikasi tambahan termasuk ketidakadilan dalam tindak kecurangan, kemungkinan kecurangan tersebut akan terbawa ke dalam lingkup kehidupan di masa depan, dan kebutuhan untuk guru di kelas multinasional untuk memahami isu-isu yang terlibat. Pentingnya sikap dan persepsi untuk diberikan merupakan satu-satunya alasan untuk mempelajarinya seperti yang tersirat dalam hasil beberapa studi yang menemukan perbedaan antara mahasiswa Amerika dan di negara lain. Kami pikir justifikasi yang kuat harus sudah dibuat. Pembenaran terakhir adalah ada beberapa contoh studi lain tanpa melibatkan mahasiswa bisnis di Rusia dan Amerika Serikat.

43

Bagi penulis, kerahasiaan sangatlah penting, baik berkaitan dengan etika dan validitas informasi, hal itu tampaknya telah ditangani sebagai seefektif mungkin sehingga tidak ada masalah mengenai risiko atau penipuan.

Definisi Definisi tidak disediakan dan akan sangat membantu (sebagaimana dibahas pada "Instrumentasi") karena istilah sikap, nilai, dan keyakinan memiliki makna yang berbeda. Istilah kecenderungan (dari contoh di atas) merupakan kecurangan yang sebenarnya dalam berbagai bentuk. Beberapa istilah dijelaskan dalam definisi

operasional. Kami pikir definisi kecurangan telah disediakan untuk pembaca dan responden. Berdasarkan item yang tersedia, tampaknya menjadi sesuatu seperti "menerima kredit untuk pekerjaan yang bukan milik sendiri. "

Penelitian Sebelumnya Penulis memberikan kutipan luas mengenai bukti dan ringkasan studi yang mengungkapkan tingkat kecurangan perguruan tinggi di negara lain sebagai

pembanding. Mereka memberikan ringkasan singkat dari apa yang mereka teliti sebagai satu-satunya penelitian langsung yang terkait studi.

Hipotesis Hipotesis tidak dinyatakan secara langsung namun tersirat dalam pernyataan yang mengungkapkan perbedaan antara dua kelompok.

Sampel Sampel terdiri dari dua kelompok yang diambil dari kedua negara. Masing-masing dijelaskan mengenai lokasi, jenis kelamin, usia, dan tingkat akademisnya. Sampel tersebut terdiri dari mahasiswa bisnis, yang mungkin tidak mewakili semua mahasiswa. Kerepresentatifan lebih lanjut dikompromikan oleh dilaporkan jumlah '"tidak dapat digunakan" survei. Sampel berjumlah 443 dan 174 dapat diterima.

44

Instrumen Kuesioner terdiri dari pertanyaan ya/tidak (dua berdasarkan skenario singkat) untuk mengukur "kecenderungan" dan tujuh poin rating skala untuk menilai sikap dan keyakinan tentang kecurangan, untuk total 29 item, 21 item ditampilkan dalam laporan. Baik validitas maupun reliabilitasnya dibahas. Karena tujuannya adalah untuk membandingkan kelompok pada setiap item, tidak ada nilai ringkasan yang digunakan. Namun demikian, konsistensi respon terhadap item individu adalah penting untuk hasil yang bermakna. Meskipun diakui sulit, prosedur dalam penelitian Kinsey dengan mengajukan pertanyaan yang sama menggunakan berbagai kata-kata mungkin telah digunakan setidaknya pada suatu sub-sampel mahasiswa. Demikian pula, dengan perbandingan kuesioner dengan tanggapan wawancara untuk konten yang sama akan memberikan beberapa bukti validitas. Validitas pertanyaan dipusingkan dengan definisi yang tidak jelas. Tabel 1 menunjukkan bahwa "kecenderungan terhadap kecurangan" diambil untuk memaknai tindak kecurangan atau melihat kecurangan orang lain, meskipun dua skenario

menunjukkan pertanyaan tentang apa yang dianggap merupakan kecurangan. Sikap dan persepsi digabungkan dalam Tabel 2 sebagai kepercayaan, yang tampaknya mencakup pendapat tentang tingkat kecurangan dan penilaian untuk perilaku apa yang dapat diterima serta apa yang menjadi tanggung jawab pendidik. Dengan demikian, item yang muncul memiliki validitas konten namun menghilangkan perilaku lain, seperti menghancurkan pembacaan literatur yang diperlukan. Ini tidak membatalkan item yang digunakan kecuali jika mereka dianggap untuk mewakili semua bentuk kecurangan. Akhirnya, validitas diri laporan tidak dapat diasumsikan, terutama di lintas-budaya, dimana maknanya mungkin berbeda.

Prosedur/ Validitas Internal Jika penelitian ini dimaksudkan hanya untuk menggambarkan perbedaan, validitas internal tidak masalah. Namun, hasilnya digunakan untuk menyiratkan penyebab, penjelasan alternatif bahwa kebangsaan penyebab kecurangan harus dipertimbangkan. Para penulis harus dipuji untuk mengatasi masalah ini. Mereka

45

melaporkan bahwa nilai tidak diharapkan. Tentu saja, secara keseluruhan nilai rata-rata, kelas perguruan tinggi dan jenis kelamin, usia atau interaksi antar negara, sehingga menghilangkan alternatif penjelasan. Tampaknya, bagaimanapun, bahwa kesimpulan ini mungkin didasarkan pada temuan yang tidak memiliki perbedaan yang signifikan yang menggunakan statistik tidak tepat sebagai bahasan dalam "Analisis Data" di bawah ini. Data demografis tentang gender dan kelas akademik mengindikasikan substansial perbedaan antara kelompok. Para penulis menunjukkan bahwa variabel-variabel lain seperti mengajar nilai-nilai filsafat dan sosial dapat memberikan pemahaman yang lebih baik. Tetapi ini tidak berarti mereka mengklarifikasi perihal kebangsaan. Sebuah variabel yang mungkin melemahkan penjelasan kewarganegaraan adalah "status keuangan". Jika hal itu berkaitan dengan kecurangan. Mahasiswa Rusia dan AS berbeda pada variabel ini, interpretasi kebangsaan mungkin menyesatkan. Mungkin kecurangan perilaku dan keyakinan keduanya sangat dipengaruhi oleh berapa banyak uang yang telah dikeluarkan.

Data Analisis Statistik deskriptif dirasa tepat, tetapi statistik inferensial (t-test dan Chi kuadrat) tidak. Sampel tidak acak atau bisa dibilang kurang mewakili populasi. Dasar yang tepat untuk menilai perbedaan adalah perbandingan langsung dari persentase dan berarti, mungkin ditambah dengan perhitungan efek ukuran untuk berarti. Pemeriksaan Tabel 1 menunjukkan bahwa tidak memerlukan tes signifikansi tidak tepat untuk menunjukkan perbedaan antara kelompok pada beberapa item pada urutan sebesar 2,9 dibandingkan 38,1 persen dan 66,9 persen dibandingkan 6,3. Di sisi lain, perbedaan antara 77,3 dan 80,9 persen adalah sepele, meskipun tingkat signifikansi dari 0,01. Sementara tingkat perbedaan yang penting adalah diperdebatkan, kita akan mementingkan hanya untuk perbedaan minimal 15 persen. Ini adalah kasus dengan tujuh dari dua belas perbandingan. Sehubungan dengan Tabel 2, kita bisa, tanpa adanya data, mendapatkan perkiraan kasar dari standar deviasi dari masing-masing distribusi peringkat sebagai 1,5 (rentang

46

perkiraan = Juli 07-01 6; 4 deviasi standar = 95 persen dari kasus, karena itu diperkirakan adalah 6 sd.;. 4 = 1,5). Oleh karena itu, ukuran efek dari 0,75 akan memenuhi adat 0,50 persyaratan. Semua kecuali satu dari sembilan perbandingan mencapai nilai ini, tiga hal terbesar harus mendapat perhatian yang besar. Hasil ditulis sesuai dengan Tabel 1 dan 2 dan umumnya menekankan perbedaan yang lebih besar, kami tidak setuju hanya dengan perhatian yang diberikan kepada perbedaan-perbedaan kecil.

Diskusi/Interpretasi Kami menyetujui bahwa studi ini menunjukkan perbedaan yang besar dan penting antara mahasiswa Rusia dan mahasiswa AS tentang kecurangan. Kami hanya berdalih dengan hasil diskusi bahwa mahasiswa Rusia lebih cenderung merasa itu bukanlah tanggung jawab pendidik untuk menciptakan lingkungan untuk mengurangi kecurangan, benar, tetapi perbedaannya adalah kecil. Diskusi penulis mengkaji dalam konteks lebih luas dan membuat rekomendasi yang masuk akal, beberapa yang mengikuti secara langsung dari hasil dan beberapa yang tidak yakni, "pendidik harus mendidik siswa pada kebajikan yang tidak terlibat dalam kecurangan." Para penulis harus memiliki keterbatasan serius yang membahas pada generalisasi temuan mereka. Hal ini termasuk sampel sangat terbatas dan kurangnya bukti validitas kuesioner. Pernyataan bahwa mereka bahkan kami percaya ini dilaporkan lebih tinggi perilaku kecurangan mungkin mencerminkan bahwa mahasiswa Rusia sangat berbeda sikap, keyakinan, dan definisi tentang kecurangan bila dibandingkan dengan mahasiswa Amerika.

47

DAFTAR PUSTAKA
Fraenkel, Jack R dan Wallen, Norman E. (2007). How To Design and Evaluate Reseach in Education. Edisi 6. New York: The Mc Graw Hill Companies.

48

MAKALAH

Penelitian Survei

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Metodologi Penelitian Dosen : Prof. Dr. Fransisca Sudargo, M. Pd.

Oleh : IKA ANGGRAENI RAVINA RULY HENDARLI ROSIHAN ANWAR : 1201568 : 1200895 : 1201305 : 1201531

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA PROGRAM MAGISTER (S2) UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2012

49

You might also like