You are on page 1of 19

ASKEP SCABIES

KONSEP DASAR MEDIS


I. DEFINISI. Scabies (the itch, gudik, budukan, gatal agogo) adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi terhadap Sarcoptes scabiei var.homonis dan produknya. Factor penunjang dari penyakit ini antara lain social ekonomi rendah, hygiene buruk, sering berganti pasangan seksual, kesalahan diagnosis, dan perkembangan demografis serta ekologik. namun demikian, infestasi parasite ini tidak bergantung pada aktivitas seksual karena kutu tersebut sering menjangkiti jari-jari tangan, dan sentuhan tangan dapat menimbulakn infeksi. Pada anak-anak, tinggal semalaman dengan teman yang terinfeksi atau saling bergantian pakaian dengannya dapat menjadi sumber infeksi. Petugas kesehatan yang melakukan kontak fisik yang lama dengan pasien skabies dapat pula terinfeksi. CARA PENULARAN : 1. 2. Kontak langsung (kulit dengan kulit), misalnya : berjabat tangan, tidur bersama, dan hubungan seksual Kontank tak langsung (melalui benda), misalnya : pakaian, handuk, sprei, bantal, dll. Penularan biasanya oleh Sarcoptes scabiae betina yangb sudah dibuahi atau bentuk larva, dikenal pula Sarcoptes scabie var. animalis yang kadang-kadang dapat menulari manusia, terutama yang memiliki binatang peliharaan seperti anjing. II. ETIOLOGI. Penyakit scabies ini disebabkan oleh parasite yaitu Sarcopites scebiae var. homunis Siklus hidup dari parasite ini adalah : seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari. Yang jantang mati sete;ah kopulasi, sedangkan yang betina menggali terowongan di stratum korneum dan bertelur, setelah 3-2 hari menetas menjadi larva, dan 2-3 hari kemudian menjadi nimfa (jantang dan betina). III. MANIFESTASI KLINIK. Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kradial berikut : 1. 2. Pruritus nokturna (gatal pada malam hari ) Karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas. Umumnya ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya mengenai seluruh anggota keluarga.

3.

Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwana putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok-kelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulit menjadi polimorfi (pustule, ekskoriasi, dll). Tempat predileksi biasanya daerah dengan stratum korneum tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat kettiak bagian depan, areola mammae, dan lipat glutea, umbilicus, bokong, genetalia eksterna, dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki bahkanseluruh permuakaan kulit. Pada remaja dan orang dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan wajah.

4.

Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostic Pada pasien yang selalu menjaga hygiene, lesi yang timbul hanya sedikit sehingga diagnosis kadang kala sulit ditegakkan. Jika penyakit berlangsung lama, dapat timbul likenifikasi, impetigo, dan furunkulosis.

IV. PATOLOGI DAN PATOGENESIS.. Kelainan kulit disebabkan oleh tungau skebies dan garukan gatal akibat sensitisasi terhadap secret dan ekskret tungau kurang lebih sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika,, dll. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi skunder. V. PENATALAKSANAAN MEDIS. Syarat obat yang ideal ialah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusakn atau mewarnai pakaian, mudah diperoleh, dan harganya murah.

Jenis obat topical:


1. Belerang endap (sulfur prespitatum)4-20% dalam bentuk salep atau krim. Pada bayi dan orang dewasa sulfu prespitatum 5% dalam minyak sangat aman dan efektif. Kekurangannya adalah pemkaian tidak boleh kurang dari 3 hari karena tidak efektif terhadap stadium telur, berbau, mengotori pakaian, dan dapat menimbulakn infeksi. 2. Emulsi bensil-benzoat 20-25% efektif terhadap semua stadiu, diberikan setiap malam selama 3 kali. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-kadang mungkin gatal setelah dipakai. 3. Gama benzene heksa klorida (gameksan) 1% dalam bentuk krim atau losio, termasuk obat pilihan kerena efektif terhadap semua stadim, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi.

Obat ini tidak dianjurkan pada anak-anak dibawah usia 6 tahun dan wanita hamil karena toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cukup sekali selama 8 jam. Jika masih ada gejala, diulangi seminggu kemudian. 4. Krotamiton 10 % dalam krim atau losio mempunyai dua efek sebagai antiskebies dan antigatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra. Krim (eurax) hanya efektif pada 5060 % pasien. Digunakan selama dua malam berturut-turut dan dibersihkan setelah 24 jam pemakaian terakhir. 5. Krim permetrin 5 % merupakan obat yang paling efektif dan aman Karena sangat mematikan untuk parasite S. scebiae dan memiliki toksitas rendah pada manusia. Seluruh anggota keluarga dan pasangan seksual harus diobati, termasuk pasien dengan hiposensitisasi. VI. PROGNOSIS. Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, syarat pengobatan, dan menghilangkan factor predisposisi, penyakit ini dapat diberantas dan memberi prognosis yang baik.

KONSEP DASAR KEPERAWATAN.


A. RIWAYAT KEPERAWATAN I. Biodata a. Identitas pasien Nama : Tn. K TTL : Umur : Jenis kelamin : laki-laki Alamat : Agama : Suku : Pendidikan : Diagnosa medis : Skabies b. Identitas penanggungjawab Nama : Ny. S TTL : Umur : Jenis kelamin : perempuan

Alamat : Agama : Suku : Pendidikan : Hub. dengan pasien : istri II. Riwayat kesehatan a. Keluhan utama Apakah pasien merasakan gatal terutama pada malam hari ? b. Riwayat kesehatan sekarang Apakah pasien mulai merasakan gatal yang memanas dan kemudian menjadi edema karena garukan akibat rasa gatal yang sangat hebat ? c. Riwayat kesehatan dahulu Apakah pasien pernah masuk R.S karena alergi dan sering barganti pakian dengan orang lain. ? d. Riwayat kesehatan keluarga Apakah dalam keluarga pasien ada yang menderita penyakit seperti yang klien alami ? B. PEMERIKSAAN FISIK. a. Tanda-tanda vital Mengkaji TTV pada pasien secara rutin. b. Keadaan umum Keadaan umum tergantung pada berat ringannya penyakit yang dialami oleh klien dari komposmentis apatis, samnolen, delirium, spoor, dan koma. c. Pemeriksaan Head to Toe 1. Kulit - Inspeksi : warna kulit - Palpasi : turgor kulit, ada edema, ada lesi. 2. Mulut - Inspeksi : bentuk mulut, lidah, dan gigi. 3. Paru - Inspeksi : simetris antara kanan dan kiri - Palpasi : getaran rocal femitus sama antara kanan dan kiri - Perkusi : resonan - Auskultasi : normal.

4. Abdomen - Inspeksi : perut datar, simetris - Palpasi : getaran rocal femitus sama antara kanan dan kiri. 5. Ekstremitas - Atas : lengkap, tidak ada kelainan. - Bawah : lengkap normal, ada tidaknya kelainan. C. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PERIORITAS MASALAH. 2. Nyeri berhubungan dengan lesi kulit. 3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus. 4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan gatal. 5. Kurang pengetahuan tentang program terapi berhubungan dengan inadekuat informasi. D. INTERVENSI / IMPLEMENTASI. 1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit. 1. Lindungi kulit yang sehat dari kemungkinan maserasi (hidrasi stratum korneum yg berlebihan) ketika memasang balutan basah.

1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit.

Rasional: Maserasi pada kulit yang sehat dapat menyebabkan pecahnya kulit dan
perluasan kelainan primer. 2. Hilangkan kelembaban dari kulit dengan penutupan dan menghindari friksi.

Rasional: Friksi dan maserasi memainkan peranan yang penting dalam proses terjadinya
sebagian penyakit kulit. 3. Jaga agar terhindar dari cedera termal akibat penggunaan kompres hangat dengan suhu terlalu tinggi & akibat cedera panas yg tidak terasa (bantalan pemanas, radiator).

Rasional: Penderita dermatosis dapat mengalami penurunan sensitivitas terhadap panas.


4. Nasihati klien untuk menggunakan kosmetik dan preparat tabir surya.

Rasional: Banyak masalah kosmetik pada hakekatnya semua kelainan malignitas kulit
dapat dikaitkan dengan kerusakan kulit kronik.

Kriteria keberhasilan implementasi.


1. Mempertahakan integritas kulit. 2. Tidak ada maserasi. 3. Tidak ada tanda-tanda cidera termal. 4. Tidak ada infeksi. 5. Memberikan obat topikal yang diprogramkan.

6. Menggunakan obat yang diresepkan sesuai jadwal. 2. Nyeri berhubungan dengan lesi kulit. 1. Temukan penyebab nyeri.

Rasional:
kenyamanan.

Membantu mengidentifikasi tindakan yang tepat untuk memberikan

2. Catat hasil observasi secara rinci.

Rasional: Deskripsi yang akurat tentang erupsi kulit diperlukan untuk diagnosis
dan pengobatan. 3. Antisipasi reaksi alergi (dapatkan riwayat obat).

Rasional: Ruam menyeluruh terutama dengan awaitan yang mendadak dapat menunjukkan
reaksi alergi obat. 4. Pertahankan kelembaban (+/- 60%), gunakan alat pelembab.

Rasional: Kelembaban yang rendah, kulit akan kehilangan air.


5. Pertahankan lingkungan dingin.

Rasional: Kesejukan mengurangi gatal. 6. Gunakan sabun ringan (dove)/sabun yang dibuat untuk kulit yang sensitif Rasional: Upaya ini mencakup tidak adanya detergen, zat pewarna.
7. Lepaskan kelebihan pakaian/peralatan di tempat tidur

Rasional: Meningkatkan lingkungan yang sejuk.


8. Kompres hangat/dingin.

Rasional: Pengisatan air yang bertahap dari kasa akan menyejukkan kulit dan meredakan
pruritus. 9. Menggunakan terapi topikal.

Rasional: Membantu meredakan gejala. Kriteria keberhasilan implementasi.


1. Mencapai peredaan gangguan rasa nyaman: nyeri/gatal. 2. Mengutarakan dengan kata-kata bahwa gatal telah reda. 3. Memperllihatkan tidak adanya gejala ekskoriasi kulit karena garukan. 4. Mematuhi terapi yang diprogramkan. 5. Menunjukkan kulit utuh dan penampilan kulit yang sehat 3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus.

1.

Nasihati klien untuk menjaga kamar tidur agar tetap memiliki ventilasi dan kelembaban yang baik.

Rasional: Udara yang kering membuat kulit terasa gatal, lingkungan yang nyaman
meningkatkan relaksasi. 2. Menjaga agar kulit selalu lembab.

Rasional: Tindakan ini mencegah kehilangan air, kulit yang kering dan gatal biasanya tidak
dapat disembuhkan tetapi bisa dikendalikan. 3. Mandi hanya diperlukan, gunakan sabun lembut, oleskan krim setelah mandi.

Rasional: memelihara kelembaban kulit.


5. Menghindari minuman yang mengandung kafein menjelang tidur.

Rasional: kafein memiliki efek puncak 2-4 jam setelah dikonsumsi.


6. Melaksanakan gerak badan secara teratur.

Rasional: memberikan efek menguntungkan bila dilaksanakan di sore hari. Kriteria Keberhasilan Implementasi
1. Mencapai tidur yang nyenyak. 2. Melaporkan gatal mereda. 3. Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat. 4. Menghindari konsumsi kafein. 5. Mengenali tindakan untuk meningkatkan tidur. 4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus. 1. Kaji adanya gangguan citra diri (menghindari kontak mata,ucapan merendahkan diri sendiri.

Rasional: Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit/keadaan yang tampak nyata
bagi klien, kesan orang terhadap dirinya berpengaruh terhadap konsep diri. 2. Identifikasi stadium psikososial terhadap perkembangan.

Rasional: Terdapat hubungan antara stadium perkembangan, citra diri dan reaksi serta
pemahaman klien terhadap kondisi kulitnya. 3. Berikan kesempatan pengungkapan perasaan.

Rasional: klien membutuhkan pengalaman didengarkan dan dipahami.


4. Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan klien, bantu klien yang cemas mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan mengenali masalahnya.

Rasional: Memberikan kesempatan pada petugas untuk menetralkan kecemasan yang


tidak perlu terjadi dan memulihkan realitas situasi, ketakutan merusak adaptasi klien . 5. Dukung upaya klien untuk memperbaiki citra diri , spt merias, merapikan.

Rasional: membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.

Kriteria Keberhasilan Implementasi


1. Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri. 2. Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri. 3. Melaporkan perasaan dalam pengendalian situasi. 4. Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri. 5. Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat. 5. Kurang pengetahuan tentang program terapi berhubungan dengan inadekuat informasi. 1. Kaji apakah klien memahami dan salah mengerti tentang penyakitnya.

Rasional: memberikan data dasar untuk mengembangkan rencana penyuluhan


2. Jaga agar klien mendapatkan informasi yang benar, memperbaiki kesalahan konsepsi/informasi.

Rasional: Klien harus memiliki perasaan bahwa sesuatu dapat mereka perbuat, kebanyakan
klien merasakan manfaat. 3. Peragakan penerapan terapi seperti, kompres basah, obat topikal.

Rasional: memungkinkan klien memperoleh cara yang tepat untuk melakukan terapi.
4. Nasihati klien agar kulit teap lembab dan fleksibel dengan tindakan hidrasi dan pengolesan krim serta losion kulit.

Rasional: stratum korneum memerlukan air agar tetap fleksibel. Pengolesan krim/lotion akan
melembabkan kulit dan mencegah kulit tidak kering, kasar, retak dan bersisik. 5. Dorong klien untuk mendapatkan nutrisi yang sehat.

Rasional: penampakan kulit mencerminkan kesehatan umum seseorang, perubahan pada kulit
menandakan status nutrisi yang abnormal.

Kriteria Keberhasilan Implementasi


1. Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit. 2. Mengikuti terapi dan dapat menjelaskan alasan terapi. 3 Melaksanakan mandi, pembersihan dan balutan basah sesuai program. 4. Menggunakan obat topikal dengan tepat. 5. Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit. E. 1. 2. 3. EVALUASI. Kaji kembali adanya pertahanan integritas kulit. Kaji adanya gangguan rasa nyaman : gatal. Kaji pemahaman pasien terhadap perawatan kulit.

4. 5. F. 1. 2. 3.

Kaji ada tidaknya infeksi. Kaji kembali pola tidur pasien. DAFTAR PUSTAKA Smeltzer,C. Suzanne, dan Bare, G. Brenda. 2001. Buku ajar keperawatan medikal

bedah. Jakarta : EGC.


Arief, mansjoer. Dkk. 2000. Kapita selekta. Jakarta : Media Aesculapius. www. Asuhan Keperawatan Skabies . com.

Pengertian Scabies adalah penyakit kulit yang mudah menular yang disebabkan oleh infestasi tungau (kutu) yang berada dalam Stratum Corneum kulit terutama pada tempat predileksinya. II.2 Etiologi Timbulnya Scabies di dahului oleh infestasi kutu Sarcoptes Scabie Var Hominis yang membuat terowongan pada Stratum Corneum. II.3 Patofisiologi Kelainan kulit disebabkan oleh masuknya tungau Sarcoptes Scabie Var Hominis kedalam lapisan kulit. Tungau betina yang dewasa akan membuat terowongan pada lapisan superficial kulit dan berada di sana selama sisa hidupnya. Dengan rahang dan pinggir yang tajam dari persendian kaki depannya, tungau tersebut akan memperluas terowongan dan mengeluarkan telurnya 2-3 butir sehari selama 2 bulan. Kemudian kutu betina tersebut akan mati. Larva atau telur menetas dalam waktu 3-4 hari dan berlanjut lewat stadium larva serta nimfa menjadi bentuk tungau dewasa dalam tempo sekitar 10 hari. Sedangkan tungau jantan mati setelah kovulasi. Kelainan yang timbul di kulit tidak hanya disebabkan oleh tungau Scabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan karena merasa gatal, sehingga dapat menimbulkan infeksi sekunder. Gatal disebabkan oleh sensitisasi terhadap cairan yang dikeluarkan oleh tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papula, vesikel, urtikaria, dll. Dengan garukan dapat menimbulkan erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Cara penularan dari jenis tungau ini dapat melalui kontak langsung antara kulit dengan kulit misalnya dengan berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual dan juga kontak tak langsung (melalui benda seperti pakaian, handuk, seprei, bantal, dll).

II.4 Gejala Klinis Gejala yang dapat ditimbulkan pada penyakit Scabies adalah gatal pada malam hari karena aktivitas tungau yang lebih lembab dan panas. Bintik-bintik yang panas yang menonjol berwarna kemerah-merahan dan bernana jika terinfeksi. Adanya terowongan pada tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan,terbentuk impetigo dan purunkulosis, ditemukannya papul, vesikel, urtika. Pada daerah garukan dapat timbul erosi, ekskresi, krusta dan infeksi sekunder. II.5 Komplikasi Komplikasi yang mungkin timbul pada penyakit Scabies adalah : Pioderma Furunkulosis Impetigo II.6 Pengkajian Pada penyakit Scabies dapat ditemukan hasil pengkajian sebagai berikut :

1. Pemeriksaan fisik

1. 2. 3. 4.

Bengkak / gelembung halus pada kulit Rasa gatal yang hebat dan panas pada malam hari / pruritus nocturna Kulit bintik kemerah-merahan Terbentuk terowongan berwarna putih / keabu-abuan berbentuk garis lurus pada Stratum Corneum

5.

Pustula, ekskoriasis.

2. Pemeriksaan penunjang

Ditemukan tungau melalui biopsieksisional dengan pewarna HE. II.7 Diagnosa Keperawatan 1) 2) 3) 4) 5) 6) Nyeri b/d lesi kulit, pruritus nocturnal. Kerusakan integritas kulit b/d penggarukan pruritus. Gangguan citra tubuh b/d persepsi penampilan. Gangguan istirahat tidur b/d rasa gatal pada malam hari. Kecemasan orang tua dan anak b/d kondisi penyakit klien, reaksi hospitalisasi. Kerusakan interaksi sosial b/d isolasi dari teman sebaya. II.8 Intervensi Keperawatan 1) Nyeri b/d lesi kulit, pruritus nocturnal. Kriteria hasil : - Klien menunjukan nyeri berkurang dan terkontrol. - Terlihat rileks dan dapat tidur/istirahat. a. Kaji tingkat nyeri dengan skala 0-10. R/ : Memudahkan perawat dalam menentukan tingkat nyeri. b. Catat lokasi dan factor-faktor pencetus.

R/ : Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan asuhan. c. Gunakan terapi bermain, relaksasi sesuai usia dan kondisi. R/ : Mengalihkan perhatian terhadap nyeri sehingga nyeri berkurang. d. Biarkan klien untuk mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur/ duduk. R/ : Pemberian posisi yang nyaman membantu klien untuk berelaksasi. 2) Kerusakan integritas kulit b/d penggarukan pruritus. Kriteria hasil :

- Menunjukan regenerasi jaringan. - Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area luka. a. Lakukan program terapeutik sesuai ketentuan atau dukungan dan bantu orang tua dalam melakukan rencana pengobatan. R/ : Untuk meningkatkan pemulihan kulit. b. Kaji kulit setiap hari, catat warna, turgor, sirkulasi dan sensasi gambaran lesi dan amati perubahan. R/ : Memberikan informasi dasar tentang sirkulasi pada area graft. c. Jaga agar pakaian dan linen tetap bersih dan kering. R/ : Untuk meminimalkan ekskoriasis dan infeksi kulit. d. Jaga agar kuku tetap pendek dan bersih. R/ : Untuk meminimalkan trauma dan infeksi sekunder. e. Berikan pakaian yang tipis, longgar dan tidak mengiritasi. R/ : Panas yang berlebihan dapat meningkatkan rasa gatal. f. Anjurkan klien untuk mandi air hangat dan menggunakan sabun yang tidak mengiritasi. R/ : Untuk meningkatkan personal hygiene, meminimalkan rasa gatal. g. Berikan obat topical sesuai indikasi dan anjurkan kepada klien untuk tidak mandi selama pengobatan (24 jam). - Gamecsan atau benzyl benzoat - Vaselin, lindane R/ : Obat diatas membantu untuk mengontrol lesi/gatal. 3) Gangguan citra tubuh b/d persepsi penampilan. Kriteria hasil :

- Klien menunjukan citra diri yang positif. a. Dorong anak untuk mengekspresikan perasaan tentang penampilan pribadi dan reaksi yang dirasakan dari orang lain. R/ : Untuk memfasilitasi koping pada anak. b. Diskusikan bersama anak dan orang tua tentang perbaikan kondisi kulit. R/ : Untuk memberikan harapan pada anak. c. Ajarkan perawatan diri yang tepat. R/ : Untuk mendorong rasa keadekuatan. d. Bantu anak memperbaiki penampilan (pakaian yang bersih). R/ : Untuk meningkatkan citra diri yang positif. 4) Gangguan istirahat tidur b/d rasa gatal pada malam hari. Kriteria hasil : - Klien melaporkan perbaikan dalam pola tidur. - Mengungkapkan peningkatan rasa sejahtera dan segar. a. Tentukan kebiasaan tidur dan perubahan yang terjadi. R/ : Mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat. b. Berikan tempat tidur yang nyaman, pertahankan agar seprei tetap bersih, kering dan tidak berkerut. R/ : Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologis/psikologis dan gatal disebabkan oleh kain lembab menyebabkan iritasi dan potensial terhadap infeksi. c. Intruksikan tindakan relaksasi dan kurangi kebisingan. R/ : Membantu menginduksi tidur, menciptakan situasi yang kondisif untuk tidur. kulit

d.

Tingkatkan regrigmen kenyamanan waktu tidur, misalnya mandi air hangat, minum segelas susu hangat. R/ : Meningkatkan efek relaksasi.

5)

Kecemasan orang tua dan anak b/d kondisi penyakit klien, reaksi hospitalisasi. Kriteria hasil : - Orang tua dan anak menunjukan kecemasan yang minimal. - Klien menunjukan keterampilan pemecahan masalah dan menggunakan koping yang efektif.

a.

Berikan penjelasan dengan sering dan informasi tentang prosedur perawatan.

R/ : Menurunkan ketakutan dan ansietas, memperjelas kesalahan konsep dan meningkatkan kerja sama. b. Anjurkan orang tua untuk selalu berada disamping anak.

R/ : Mempertahankan kontak dengan realitas keluarga, membuat rasa kedekatan dan kesinambungan hidup. c. Berikan permainan yang menarik kepada anak selama tidak bertentangan dengan pengobatan dan perawatan. R/ : Dengan permainan dapat mengurangi ketakutan dan kecemasan sewaktu dilaksanakan asuhan keperawatan. d. Libatkan keluarga/ orang tua klien dalam setiap tindakan.

R/ : Meningkatkan partisipasi orang tua terhadap tindakan keperawatan di harapkan dapat mengurangi ansietas. e. Gunakan komunikasi terapeutik, kontak mata, sikap tubuh dan sentuhan.

R/ : Dapat meningkatkan rasa percaya diri pada anak dan meminimalkan ansietas. 6) Kerusakan interaksi sosial b/d isolasi dari teman sebaya.

Kriteria hasil : - Pasien memahami alasan isolasi - Pasien mempunyai kesempatan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang tepat. a. Jelaskan alasan pengisolasian dan penggunaan kewaspadaan khusus. R/ : Untuk meningkatkan pemahaman anak tentang pembatasan. b. Sebelum melakukan tindakan perkenalkan diri pada anak. R/ : Menjalin hubungan kedekatann dan meningkatkan harga diri anak.

c.

Siapkan teman sebaya anak untuk perubahan penampilan fisik. R/ : Untuk mendorong penerimaan teman sebaya.

BAB III PENUTUP

III.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini adalah : 1. Scabie (the itch, gudik, budukan, gatal agogo) adalah penyakit yang disebabkan oleh Sarcoptes Scabiei Var Hominis yang menyerang pada Stratum Corneum dan membuat terowongan di dalam kulit yang menimbulkan rasa gatal yang hebat dan panas terutama pada malam hari. 2. Tempat predileksinya adalah : sela,sela jari tangan, pergelangan tangan, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae, pusat, bokong, alat kelamin luar pria, perut bagian bawah, pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki. 3. Cara penularannya adalah melalui kontak langsung yaitu kulit dengan kulit misalnya berjabat tangan, tidur bersama, hubungan seksual dan kontak tak langsung yaitu melalui benda misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dll.

4.

Penyakit Scabies dapat di obati dengan menganjurkan klien untuk mandi air hangat dan menggunakan sabun yang tidak iritatif kemudian mengoleskan obat topical, gameksan dalam bentuk krim atau lotion. Bila tidak tersedia bisa diganti dengan benzyl benzoate 10-20 %, diberikan pakaian bersih dan dilarang mandi selama 24 jam atau selama penggunaan obat.

5.

Penyakit ini dapat diberantas dan prognosisnya baik bila pilihan obat dan cara pemakaian tepat, factor predisposisi dihilangkan (personal hygiene ditingkatkan). III.2 Saran Melalui makalah ini, diharapkan dapat memberikan sumbangsih pengetahuan mengenai Scabies dan penatalaksanannya (asuhan keperawatan yang profesional ).

DAFTAR PUSTAKA

1. 2.

Adam A. M. Dr. Sp. Kk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Makassar. 2002.

Arif Mansjoer, dkk.Kapita Selekta Kedokteran Edisi 4 Jilid 2. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI. Jakarta. 2000 Brunner dan Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 .Vol. 3. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2001. 4. Donna L Wong, Pedoman klinis perawatan pediatric, Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta, 2004. http://www.eramoslem.com/ks/ks/53/17448,1,v.html. http://www.hmetro.com.my/Current_News/HM/Sunday/Kesihatan/20050320091350/Article/ind exs_html http://www.republika.co.id/suplemen/cetak_detail.asp?mid=2&id=144234&kat_id=105&kat_id 1=150&kat_id2=190. http://spellster.com/s/scabies. http://www.indomedia.com/serambi/2003/02/080203h20.htm. http://www.iptek.net.id/ind/cakra_obat/tanamanobat.php?id=111 Marilynn E. Doenges, dkk. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. EGC. Jakarta. 1999. Staf Pengajar Ilmu Keperawatan Anak FK-UI, Ilmu Kesehatana Anak. IU- Press. Jakarta.1985.

3.

5. 6.

7.

8. 9. 10. 11. 12.

You might also like