You are on page 1of 3

PENDAHULUAN A.

Latar belakang Manusia sebagai makhluk social yang selalu berpikir (homosapien), hamper tidak pernah ada hentinya mengadapi persoalan yang menyangkut perikehidupannya. Dari soal yang paling sederhana sampai pada persoalan yang sangat komplek (rumit). Dari mulai persoalan yang kecil sampai pada persoalan yang besar, begitulah kehidupan manusia selalu berulang dan silih berganti mulai dari kelahiran yang asasi hingga pada urusan kematian bahkan urusan surga dan syurga yang hakiki dan abadi. Begitu pula dalam kehiupan bermasyarakat, manusia tidak pernah luput dari kehipan berkelompok mulai dari lingkungan yang kecil misalnya keluarga, rumah tangga, dan sampai kelompok besar dan kompleks, bahkan manusia dilahirkan didalam kelompok, dididik melalui kelompok dan hamper semua manusia melewati masa kehidupannya dengan bekerja untuk kepentingan kelompok, hingga matipun masih didalam kelompok dan tidak bias lepas dari orang lain. Dalam hal ini gerungan (1972: 26) menyatakan bahwa manusia secara hakiki sekaligus merupakan (1). Makhluk berketuhanan (2). Makhluk individual dan makhluk social. Sebagai makhluk berketuhanan manusia mempunyai hubungan dengan kekuatan yang ada diluar dirinya secara vertical, yakni hubungan dengan tuhan. Sebagai makhluk individual manusia mempunyai kepentingan-kepentingan pribadi yang berbeda satu sama lainnya. Sedangkan sebagai makhluk social manusia tidak terlepas dari

lingkungannya, mereka hidup berkelompok. Pengalaman seseorang dengan suatu kelompok mungkin baik atau tidak baik. Adakalanya suatu kelompok Nampak dijalankan dengan efesien, lancer serta tanggap terhadap terhadap kebutuhan anggotanya, namun kadang kala juga mengecewakan. Hal tersebut mengakibatkan sikap seseorang terhadap suatu kelompok dapat positif atau negatif.

Pada dasarnya kelompok dibentuk untuk tujuan-tujuan tertentu yang hanya dapat dicapai melalui serangkaian tindakan yang akan dilakukan dengan persetujuan bersama dan tujuan pribadi. Oleh karena itu banyak alasan orang ingin berkelompok. Dalam hal ini Gibson (1987:201) menyatakan alsan berkelompok adalah berkaitan dengan kebutuhan, kedekatan, daya tarik, dan tujuan lainnya. Pemuasan kebutuhan yang terpenuhi merupakan motivasi yang sangat kuat dalam membentuk kelompok (the statisfaction of need). Teori pembentukan kelompok yang lebih komprehensif adalah teori yang berasal dari George Homans (miftah Thoha, 1990: 79) yaitu teorinya berdasarkan pada aktivitas-aktivitas, interaksi-interaksi, dan sentiment-sentimen (perasaan atau emosi). Tiga elemen ini satu sama lainnya berhubungan secara langsung dan dapat diartikan sebagai berikut: 1) Semakin banyak aktivitas-aktivitas seseorang yang dilakukan dengan orang lain (shared), semakin beraneka interaksi-interaksinya dan juga semakin kuat tumbuhnya semntimen-sentimen mereka. 2) Semakin banyaknya interaksi-interaksi diantara orang-orang maka semakin banyak kemungkinan aktivitas-aktivitas dan sentiment-sentimen yang ditularkan (shared) pada orang lain. 3) Semakin banyak aktivitas dan sentiment yang ditularkan pada orang lainnya, semakin banyak sentumen seseorang dipahami oleh orang lain, maka semakin banyak kemungkinan ditularkannya aktivitas dan interaksi-interaksi. Sebagai gejala social pembentukan kelompok terdapat di mana-mana, yang dipengaruhi oleh situasi social yang sedang terjadi didalam masyarakat. Bentuk focus atau peristiwa sejarah dan lain-lain adalah factor terbentuknya kelompok sebagai unit social didalam masyarakat, keadaan ini menunjukan berlaku dimasyarakat manapun dan dimana saja, baik masyarakat tradisional maupun masyarakat modern. Masyarakat tradisional yang masih mempunyai system pembagian kerja yang sedemikian sederhana, terdapat juga kelompok meskipun tidak sekompleks masyarakat modern. Berkelompok pada

masyarakat tradisional, lebih cenderung pada kebutuhan biologis atau masih bersifat intrinsic naluri. Sedangkan pada masyarakat modern, yang masyarakatnya lebih heterogen dengan berbagai deferensiasi rasional. Justru saling ketergantungan pada masyarakat maju sangat tinggi, oleh sebab itu kehidupan masyarakat tidak dapat dihilangkan. Jadi pada dasarnya tujuan seseorang masuk dalam kelompok ialah karena didalam dan dengan kelompok tersebut ia dapat memenuhi kebutuhannya. Ini berarti bahwa semakin banyak dan bervariasi kebutuhan seseorang, semakin banyak pula ia terlibat dengan semacam kelompok. Ol;eh karena itu dalam masyarakat yang serba modern inio tidak heran banyak tumbuh berbagai macam kelompok. Ada yang dinamakan kelompok arisan, kelompok PKK, kelompok senam pagi, kelompok staff pengajar, kelompok olah raga, kelompok pengajian dan sebagainya. Dinamika kelompok ini tentu berbeda satu sama lainnya. Perbedaan ini banyak diwarnai oleh factorfaktor yang terdapat didalam kelompok tersebut. Kedinamisan suatu kelompok yang banyak ditentukan oleh berbagai fasktor ini dapat dianalisa melalui pendekatan psikologis maupun sosiologis. Banyak sebenarnya kelompok yang sedang berkembang didalam masyarakat, namun karena kita tidak mengetahui adanya perangkat yang dapat digunakan untuk menganalisa kelompok, terutama pada kelompok belajar, sehingga jarang sekali dilakukan analisis dinamika kelompok belajar ini. Bertitik tolak dari pemikiran tersebut diatas,

You might also like