You are on page 1of 41

Dia Cantik dan Polos^_^ Peri Kecil Yang Bersinar~~~

Perasaan apa ini?! Begitu sesak dan menyiksa. Apa ini yang mereka sebut CINTA ?! Apa mungkin?! Tapi dia kan sudah punya pacar?! Dunia ini g adil, kenapa semua keberuntungan selalu jatuh pada cowok yang aku benci, cowok yang bikin aku kesal karena senyumnya seperti anak-anak yang tak berdosa. Aku suka dia, sangat suka Tapi, aku juga suka pada kakak!!!. Salam kenal, aku Yamada Miku, cewek 16 tahun yang disibukkan dengan aktifitas ku sebagai pelajar dan entertaint. Teman satu management ku adalah Kashima Yuka, dia adalah sahabat baik ku. Miku?! Miku?! sapa Yuka, sahabat baik ku. Yuka?! Ada apa?! balas ku. Nih liat!! Aku dapat sms dari manager, siang ini kita ada pemotretan dadakan. Hp kamu mati?! Ya, Hp aku lowbat. Ya udah kita langsung cabut kesana aja yuk?! Udah g ada study kan?! Nggak sih. Ya udah. Ayo!! Ntar keburu sore. Yuk!! Sementara kami dalam perjalanan, dilokasi syuting sudah penuh dengan para fans Hoshino Ouji, 18 tahun, cowok yang sangat keren (menurut fans dia ). Ou-chan begitulah sapaan akrabnya, dia sering ribut dengan ku, dan yang ada disana bukan cuma Ou-chan,cowok yang super nyebelin itu tapi juga ada Saotome Rin, 17 tahun, pacar Ouji, cewek ini yang benar-benar menganggap ku sebagai pengganggu terbesar dalam hubungan cintanya dengan Ou-chan so itu artinya kami juga musuhan.

*j4p_4n9*07

27

Aduh Miku, Yuka, kenapa datangnya telat sih?! ujar manager mereka. Maaf, tadi kami masih ada kelas jadi sedikit terlambat, maaf ya manager? ujar ku memberi penjelasan. Ya sudah, cepat keruang ganti, kalian harus siap-siap! (serentak) Baik!! Saat kami menuju ruang ganti, tiba-tiba langkah ku terhenti. Seperti melihat sesuatu yang berbeda, indah, dan berkilau (\*_*/), dan kemudian aku tersentak kaget saat Yuka menarik tangan ku. Disisi lain Ou-chan hanya bisa tersenyum manis didepan kamera tanpa menyadari aku yang memandanginya dengan penuh kagum. Masih bisa ngelamunin Ou-chan? Waktu kita tu udah mepet Miku, ayo buruan!!! desak Yuka. hah!!!, Yuka-chan? Apa-apaan sih? jawab ku sedikit terkejut. bagusnya g usah diharapkan betul, kamu kan tau kalau dia udah punya pacar. Jawab Yuka. g ada yang ngarepin jadi pacar dia. balas ku jutek. Setelah beberapa saat kami bersiap-siap dengan costum dan make up yang berkesan natural itu, dimulailah pekerjaan yang mengharuskan kami berpose didepan kamera. Sinar light kamera pun menyambar pengambilan berkali-kali. gambar Hingga pemotretan aku berlanjut dan pada yang mengharuskan Hoshino

mengenakan costum Prince & Snow white. Mereka bilang kami terlihat serasi, ya benar, tapi hanya di costumnya doank. Yap pemotretan selesai !!! Sorak Yamada Minami, yang tak lain dan tak bukan adalah kakak laki-laki ku, cowok 18 tahun dengan talent sebagai photographer, dan hasil gambar tak kalah dari sang ahli. Beauty bisik Hoshino sembari berjalan keruang gantinya, spontan saja wajah ku merah dan langsung lari keruang ganti. Miku, kamu kenapa? Wajah mu kok merah gitu? tanya Yuka. *j4p_4n9*07

27

Aku aku g apa-apa kok Yuka, aku cuma (-_-;) suara ku terdengar gugup dan terbata, kata-kata ku terputus saat kak Minami, mengetuk pintu. Miku?! Apa kamu ada didalam? ujar kak Minami. Ya Kakak ada apa?! sahut ku. Ayah, ibu, dan kakek menunggu kita dirumah, malam ini kita akan makan malam bersama. Kakak menunggu di mobil. Setelah menyampaikan pesan itu kakak langsung berjalan menuju mobil, dan disana dia menunggu adik perempuan kesayangannya yaitu aku, selesai mengganti pakaian. Tak berapa lama kemudian aku datang sendirian karena rumah Yuka berlawanan arah dengan rumah ku jadi kami harus berpisah dilokasi syuting. Dalam perjalanan menuju rumah, kakak banyak melayangkan berbagai macam pertanyaan pada ku (tepatnya di introgasi T_T). Pertanyaan itu takkan berhenti ditanyakan sebelum aku bisa menjawabnya dengan jujur. Dan memang benar bahwa teman curhat ku satu-satunya hanyalah kak Minami (Yuka juga, tapi sekali-sekali aja). Miku, kakak ingin menanyakan satu pertanyaan pertama sekaligus terakhir pada mu. Nadanya terdengar serius. Apa?! Aku akan menjawab kalau pertanyaan kakak itu bukan pertanyaan yang aneh-aneh. Jawab ku. Kakak hanya menanyakan satu kali saja, dan seperti biasa tidak ada yang ditutup-tutupi, mengerti kan?! Ya, aku mengerti. Miku, sekarang umur mu sudah 16 tahun kan, dan bulan depan akan memasuki usia 17 tahun. Apa Miku sudah mempunyai pacar?! tanya kakak. Tentu saja pertanyaan itu membuat ku sedikit kaget dan deg-deg kan. Belum sich kak, tapi. Ucapan ku terputus karena ku akui saat itu wajah ku sudah merah dan aku tau kakak pasti melihatnya. ( Tapi *j4p_4n9*07

27

belagak PPB alias pura2 bego padahal PBB alias pasti beneran bego \ (^_^)v peace ntu indah kak!!!) Kenapa tidak katakan saja isi hatimu pada nya? Nasehat menyesatkan tapi membangun dari sang kakak. Namun demikian, aku bukanlah tipe cewek yang mudah mengumbar perasaan suka pada orang lain dan tentunya dikhususkan untuk cowok (sebenernya g ada keberanian sich... \(^_^)v peace!!! ) Pada nya? Siapa? Kalau saja dia bukan orang yang menyebalkan, mungkin aku sudah dekat dengan dia sekarang. Argumentasi ku seorang dalam hati. Kakak hanya tersenyum melihat ku yang kesusahan untuk bercerita masalah cinta, yaaah!!! inilah wujud sang kakak sebenarnya (like a devil but so care) Miku, sekarang kamu harus dengarkan kakak. Memang terkadang setiap orang itu memiliki cara mereka masing-masing untuk mendapatkan perhatian dari orang yang mereka sukai, tapi terkadang sang target tidak mengerti dengan isyarat seperti itu. Kamu tau g ?! Saat pemotretan tadi Ouji terlihat tidak konsentrasi saat berada didekatmu, dia terlihat sangat gugup. Ujar Minami sambil mengelus kepala ku (kayak kucing /(>_<)\ ), dan kemudian kakak kembali bertanya pada ku akan hal yang terjadi dilokasi pemotretan, karna kakak sempat melihat wajah adik tercintanya ini, merah (=_=) (malu banget sich). Bukankah tadi dia sempat memuji Miku? Apa yang dia katakan padamu sehingga wajahmu jadi merah? Bukankah kamu sendiri yang bilang bahwa kalian saling bertengkar? Tapi mengapa saat bersama kalian justru tak bisa apa-apa?! Bukankah itu lucu atau lebih tepatnya lagi konyol. Kakak pun tertawa terbahak seolah membayangkan sepasang manusia konyol sedang berdiri didepannya. adiknya lho!!!) Kenapa kakak selalu menertawakan hal yang tak ada artinya seperti itu?! Justru kakak yang jadi terlihat konyol. Lagian aku tidak *j4p_4n9*07 (padahal aku

27

mengatakan bahwa Ouji adalah orang yang aku suka kan? bagaimana kalau orang yang Miku suka adalah kakak? Begitulah celotehan ku yang membuat wajah kakak merah seketika, dan tak lama setelah itu kami sampai dirumah, tapi ada sebuah mobil didepan rumah yang asing dipandangan Miku, tapi g buat kak Minami. Kak, ini mobil siapa?! tanya ku heran sambil menunjuk mobil tersebut. ( menggelengkan kepala ) Aku juga tidak tau, tapi sepertinya aku pernah lihat mobil ini, tapi dimana ya?! memegang kepala kemudian berbalik arah mengambil kamera dan hasil Photo tadi sore. Ya sudah lah, kakak kan pikirannya lambat, lebih lambat dari siput, weeeekkk!!! Ledek ku, kemudian berlari masuk kerumah. Kakak berusaha mengejar ku, tapi akhirnya ketangkep juga didalam rumah. Tapi candaan kami tiba-tiba terhenti begitu melihat seseorang yang duduk bersama kakek, ayah, dan ibu ku adalah orang yang benarbenar kami kenal, dia adalah Hoshino Ouji. (serentak) Kamu?!!! ujar ku dan kakak. Hahaha ternyata kalian sudah saling kenal, bagus lah kalau begitu, jadi kakek tidak perlu repot-repot mengenalkan dia pada kalian. Ujar kakek. kakek? Apa yang kemudian aku mengalihkan kalimat itu pada Ouji yang sering ku sapa dengan sebutan Hoshino. (itu marganya, marga = nama keluarga) Hoshino!! Apa yang kamu lakukan disini ?! ujar ku sambil memeluk kakek. Hei cosmos!! ( cosmos
=

polos ) nanya yang sopan donk!! Aku

kan tamu. Ujar Ouji sambil tersenyum. Apa kamu bilang?! cosmos?! Heh nama ku Yamada Miku, dan kamu Hoshino Ouji, jelaskan maksud dan tujuan mu datang kesini!! Ujar ku dengan suara lantang dan masih tetap dalam keadaan memeluk sang kakek tercinta. ( I Lope You Grandpa (^0^) ) *j4p_4n9*07

27

Kakek yang pusing melihat kejadian itu langsung menjadi penengah dan memberikan penjelasan pada ku tentang siapa dan ada perlu apa Ouji datang kerumah kakek. Sudah-sudah, tidak usah ribut. Haaah! (kakek menghela nafas panjang) Kepala kakek jadi tambah pusing. Miku, ayo duduk disamping kakek. Ujar kakek menarik tangan ku. Ayah Ouji, Hoshino Raiga, adalah dokter pribadi kakek, dan Ouji diminta ayahnya untuk mengantarkan obat kakek, karena kebetulan rumahnya searah dengan rumah kakek jadi dia mampir untuk mengantarkan obatnya. Miku sudah mengerti?! tanya kakek sambil mengelus kepala ku. ( jujur saja, wajah ku sudah merah lho, kayak mau nangis ) ( berdiri mendadak ) Tapi tapi kenapa kakek tidak minta tolong pada Miku?! Kakek sering minta tolong pada kakak dan tidak pernah sekalipun minta tolong pada Miku, dan sekarang Kakek minta tolong pada Hoshino yang jelas bukan siapa-siapa. Aku langsung pergi ke kamar dan mengunci pintu itu agar tak satupun orang bisa masuk untuk melihat wajah sembab ku akibat menangis. Kakak yang melihat kejadian itu mengerti akan kondisi dan sikap ku sehingga aku berbuat seperti itu. Aku memang selalu dimanja oleh kakek karena aku adalah cucu perempuan satu-satunya kakek. Namun aku berpikiran lain, aku berharap bisa berguna untuk kakek yang sangat ku sayangi, sehingga status ku sebagai cucu bukan yang paling dimanja, tapi juga yang bisa berguna untuk kakek. Mengerti dengan situasi saat itu, Minami kemudian menyusul adiknya ke atas untuk menenangkan hati Miku yang sedang kacau total. Sementara itu Ouji yang merasa tidak enak hati karna kejadian itu meminta maaf dan sekaligus berpamitan pada orangtua dan kakek Miku dan beranjak meninggalkan rumah tersebut. Ayah, ucapan Miku tadi jangan diambil hati. Aku rasa Miku hanya cemburu pada kakaknya yang sudah bisa mandiri. Ujar ayah ku, Yamada Kosuke, tepatnya ayah tiri ku. Sementara kakek berfikir *j4p_4n9*07

27

lain, menurut kakek sikap ku bukan karna cemburu terhadap kakak, tapi kepada pemuda yang bernama Hoshino Ouji tersebut. Haaah!! Sudahlah, ayah mengerti kenapa Miku jadi begitu, dia bukan orang yang mudah cemburu terhadap kakaknya sendiri. Miku juga cucu ku yang mandiri, hanya saja waktunya lebih banyak dihabiskan bukan bersama orangtuanya tapi bersama kakak dan lokasi syuting. Walaupun ada aku sebagai kakeknya, seharusnya kalian menganggapnya sama seperti Minami, terutama kamu Kosuke. Yaah sudahlah tidak usah dibahas lagi, ayah mau istirahat menjelang makan malam. Ujar kakek sambil melangkah pergi meninggalkan ayah dan ibu Miku menuju kamarnya untuk beristirahat. Sementara sang kakak mencoba untuk membujuk adiknya agar mau membuka kunci pintu kamar tersebut. Miku, buka pintunya. Miku sahut kakak sambil mengetuk pintu kamar ku berulang-ulang tapi tidak ada jawaban dari ku. Akhirnya kakak memutuskan untuk memberi waktu pada ku agar emosi ku bisa turun dengan sendirinya. Lain padang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Pribahasa itu berlaku dalam keluarga Hoshino. Keluarga ini sangat hangat, orangtua dan anak saling terbuka, curhat dan saling bertukar pengalaman. Maka dari itu senyum yang dipancarkan oleh Ouji seperti anak-anak tak berdosa ( lepazzz beban kali yeee ^_^ ). Berbeda dengan keluarga Yamada, walaupun keluarga ini rukun dan hangat, tetapi antara anak dan orang tua seperti memiliki alam masingmasing, kalau bukan karena kakek mungkin Minami dan Miku entah jadi apa sekarang. Nah sekarang dari keluarga Yamada kita beralih ke keluarga Hoshino. Salam kenal, aku Hoshino Ouji, cowok 18 tahun, sama seperti Miku, aku pelajar sekaligus entertaint. Aku menyukai gadis polos seperti Miku, ya saking polosnya mudah saja buat di usilin.

*j4p_4n9*07

27

Sore yang melelahkan bagi ku sepulang sekolah dan bekerja, tapi hari ini sedikit terobati karena tadi sempat berkunjung kerumah si kuncup kembang, alias Yamada Miku. Aku pulang aku masuk memberi salam. Selamat datang Ou-chan Hari ini pulang telat lagi ya?! ganti pakaian mu, sebentar lagi kita makan malam. Sambut ibu ku yang sedang memasak. kebiasaan!! masakan sering ditinggal, padahal sudah diperingati. gerutu ku dalam hati. Baik.. jawab ku sambil menaiki tangga menuju kamar. Begitu selesai ganti pakaian, aku langsung turun dan duduk disamping ayah. Ayah jika orang yang ayah sayangi didekati orang lain apa yang akan ayah lakukan? tanya Ouji sambil memegang sebuah buku pr dan sebuah pena. Ayah ku yang mendengar pertanyaan seperti itu tertawa terbahak dan kemudian merangkul bahu ku. Dan di ruang keluarga inilah terjadi percakapan antara ayah dan aku. Kenapa Ou-chan tiba-tiba bertanya seperti itu? Apa Rin-chan didekati orang lain selain kamu? Bukan ayah, harus berapa kali aku jelaskan pada ayah bahwa aku dan Rin-chan tidak ada hubungan apa-apa. Iyaiya ayah hanya bercanda. Jika orang yang ayah sayangi didekati orang lain, tentunya ayah akan cemburu. Siapapun yang melihat orang yang disayanginya didekati bisa marah, menangis, cuek, tutup mulut, dan mungkin saja bisa bertengkar dengan si pengacau itu. Memangnya siapa yang sudah kamu dekati? Tidak, tidak ada, ayah aku, cucu perempuan kakek Yamada bernama Miku, dia polos, ceria, pintar, dan berbakat. Aku sejujurnya, si cosmos itu sering membuatku tak berkutik. Tadi sewaktu ayah memintaku mengantarkan obat kakek, dia datang bersama Minami, baru kali ini aku melihat peri yang polos itu marah, ayah Dia lucu, tapi sepertinya kesepian.

*j4p_4n9*07

27

Cobalah untuk bersahabat dengannya jika memang benar dia seperti yang kamu pikirkan, dan jangan lagi kamu gunakan julukan seperti itu untuknya. Kenapa tidak boleh ayah?! Karena siapapun yang diberi julukan yang tidak dia inginkan pasti akan marah. bisik ayah, kemudian percakapan ayah dan aku terhenti karena Ibu sudah memanggil kami untuk makan malam. Kembali ke kediaman keluarga Yamada. Minami kembali mencoba mengetuk pintu dan membujuk adiknya, Miku, berulangulang. Namun hasilnya nihil, sama saja seperti tadi sore. Tak ada jawaban apapun dari dalam kamar, tapi Minami cemas karna dari tadi kamar Miku sunyi sekali. Karena cemas dan takut terjadi sesuatu pada Miku, Minami mengambil kesimpulan untuk mendobrak pintu kamar Miku, sementara keluarga yang lain sedang menikmati makan malam mereka. Dugaan Minami memang tepat, dia melihat Miku masih mengenakan seragam sekolah dengan badan gemetar dan panas. Tanpa ambil pusing Minami langsung menggendong Miku turun, anggota keluarga yang melihat keadaan Miku seperti itu langsung terkejut. Tidak apa-apa, lanjutkan saja makan malam kalian. Aku akan membawanya kerumah dokter Hoshino, karena cuma rumahnya yang paling dekat dari sini. Ujar Minami dan kemudian memacu gas mobilnya melaju kerumah dokter Hoshino. Keluarga yang tinggal dirumah tidak bisa melanjutkan acara makan malam itu, mereka menunggu Minami membawa Miku pulang kerumah. Malam itu jam menunjukkan pukul 21:00 waktu setempat, Minami mengetuk pintu rumah Ouji dengan keras. Ouji keluar dan langsung kaget melihat siapa yang datang. Minami? Apa yang terjadi? tanya Ouji kaget. Sejurus dia melihat gadis yang digendong Minami, dan langsung membawa *j4p_4n9*07

27

mereka masuk kedalam. Sementara ayah Ouji memeriksa keadaan Miku, Ouji dan Minami sibuk berbincang. Minami, sebenarnya apa yang terjadi pada Miku? Entahlah Ouji, sejak sore tadi dia mengunci diri dikamar. Maafkan aku, Minami, seharusnya aku tidak Minami langsung memotong perkataan Ouji. Bukan, ini bukan salah kamu, dan juga tidak perlu minta maaf. Ini semua salah ku yang tidak bisa menjaga adik ku dengan baik. Sebenarnya dilokasi syuting tadi badannya sedikit panas. (suasana sempat karena menjadi dia hening anak sejenak) kandung Orangtua keluarga ku tidak pernah mereka menganggap Miku mampu melakukan apa yang mereka inginkan bukan Yamada, menganggap Miku itu lemah dan manja, walaupun Miku sudah berulang kali mencoba untuk memperlihatkan bahwa dia mampu. Seandainya mereka punya waktu sedikit saja untuk melihat keseriusan Miku untuk membuktikan bahwa dia bisa melakukan apa yang diinginkan orangtua ku, mungkin semua akan baik-baik saja. Hanya kakek dan aku yang bisa mengerti bagaimana Miku. Dia pucat dan lemah. Peri kecil yang kesepian. Ujar Ouji kepada Minami. Dan apa yang terjadi ? Minami tiba-tiba diam membisu, dia tak tau harus berkata apa lagi. Malam itu akan menjadi malam yang tak akan pernah terulang lagi, bagaikan nightmare yang benar-benar harus dibuang jauh-jauh. Jaaaaauuuuuuuh.

~*~*~*~*~*~*~*~*~*~

*j4p_4n9*07

27

Bisakah Kita Menjadi Teman ?! Aku Juga Kesepian T_T


Sejak kejadian semalam hingga pagi ini, Minami tidak beranjak sedikit pun dari kamar Miku, dia tidur di sofa tepat disebelah tempat tidur. Aku yang mulai siuman, berusaha untuk mengangkat tubuhku dari tempat tidur, dan pemandangan apa yang ku lihat? Ya, tepat sekali, kakak ku yang tidur diatas sofa biru itu tanpa selimut. Aku mulai menyeret kaki ku untuk berjalan kearah kak Minami. Kakak, terima kasih ya? Kakak sangat baik, Miku sayang kakak. Ujar ku, dan mulai berdiri, namun belum sempat aku berdiri, kakak langsung memegang tangan ku, yaah!! tentu saja aku kaget dan gerak ku terhenti. Sudah sembuh? Hari ini kakak sudah mengirimkan surat izin ke sekolah, dan hari ini kamu izin kerja. Ujar kak Minami sambil mengangkat tubuhnya yang sudah lemas itu dan berdiri didepan ku. Jangan ulangi hal yang kemarin, jangan beri aku mimpi buruk lagi, aku mohon. Karena selamanya aku tidak akan memaafkan diriku sendiri bila terjadi sesuatu pada mu. Kakak sayang Miku selamanya. Kemudian kakak berjalan keluar dari kamar. Aku yang mendengar ucapan kakak kaget setengah mati, dan kemudian entah kenapa air mata ku keluar dengan sendirinya. Namun tak lama kemudian aku bergegas membersihkan diri, berpakaian yang bagus, melangkah ke dapur untuk membuat bubur dan segelas susu full cream, meletakkan dinampan, dan mulai berjalan ke kamar kakak. Kak ! Miku masuk ya ? ujar ku sambil membuka pintu tersebut. Kak, lihat !! Miku bawa sarapan untuk kakak, anggap aja ini sebagai ucapan terima kasih Miku untuk kakak, karena kakak udah

*j4p_4n9*07

27

jagain Miku semalaman. Ujar ku sambil tersenyum manis, sebenarnya senyuman itu hanya untuk menahan air mata ku agar tidak menetes. Untuk ku ? Wah!!! Sepertinya ini enak sekali, terima kasih. Miku temani kakak makan disini ya? ujar kakak sambil mengambil nampan itu dari tangan ku. Ya!!! Sekarang makanlah! ujar ku mempersilahkan. Akhirnya kami memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama dengan tertawa, dan pergi jalan-jalan ketaman kota, yaaah! Kami benar-benar menghabiskan waktu bersama. Tanpa sengaja Ouji melihat kakak beradik itu ditaman kota, karena kebetulan dia sedang refreshing disekitar lokasi syuting nya yang dekat dengan taman kota. Minami?! Wah, semalam panik, sekarang ceria banget nih wajahnya? kemudian dia mengalihkan pandangannya pada gadis yang menggandeng tangan Minami. Miku, sudah sembuh ya? Wah ternyata obat ayahku manjur juga ya?! Ouji, iya untunglah, Miku sudah lebih baik dari pada hari kemarin. Kamu lagi syuting? Untuk iklan ya? tanya kakak sambil menunjuk beberapa crew. Ya, biasa promosi. Huhf ini sangat melelahkan. Oya, apa kalian mau ikut dengan ku, kita makan siang bersama ya? Masa aku makan sendirian, kan g seru. Ujar Ouji memelas, padahal ada managernya yang bisa diajak kemanapun dia mau, memang dasar dia aja yang g pernah mau sabar nunggu managernya. Hmmm, bagaimana Miku? tanya kakak pada ku. Terserah kakak saja. Ujar ku tanpa ingin melepas gandengan tangan ku dengan kakak. Baiklah!!! Kami akan temani kamu. Terima kasih, kita kesana saja. Kami pun berjalan menuju sebuah caf didekat taman kota. Hari itu benar-benar menjadi hari

*j4p_4n9*07

27

yang bisa dianggap terapi untuk ku yang baru sembuh dari sakit, meskipun belum pulih benar. Setelah selesai makan siang, Ouji kembali ketempat kerjanya sementara aku dan kakak kembali pulang kerumah. Disepanjang perjalanan aku hanya terdiam, memang tak seperti aku yang biasanya, setelah bertemu Ouji pasti akan ngomel-ngomel, secara dia nyebelin banget dengan senyumnya itu. Kak! Kenapa kakak bisa tahan berteman dengan si Hoshino? Apa kakak tidak tau kalau dia itu orang yang menyebalkan, tapi aku akui dia juga baik. Tanya ku tiba-tiba. Kenapa ya? Mungkin karna dia baik dan juga jail. Memang kenapa? Miku tidak suka kakak berteman dengan Ouji? Kakak kembali bertanya. BuBukan begitu maksud ku kak, tapi tapi, Hoshino terlihat tidak memiliki beban seperti ku, dia juga dekat dengan keluarganya, ayah dan ibunya selalu ada untuknya. Sementara aku aku suara ku menjadi pelan karena kakak menutup mulut ku dengan tangannya. Ouji adalah Ouji, Miku adalah Miku. Dan aku adalah kakak Miku, kakak adalah keluarga mu. Tidak peduli dengan ayah dan ibu, dirumah itu kita hidup masing-masing. Mereka terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka, tapi Miku tidak sendirian ada kakak dan kakek, ada juga Yuka. Kami semua sayang sama Miku. Lain kali ikut kakak untuk bergabung dengan keluarga Ouji, kakak yakin Miku pasti senang. Kakak mendekap ku dengan lembut, lengan kakak yang besar dan hangat ku jadikan sandaran saat aku sedih, ya, lengan kakak selalu ada untuk ku. Miku yang benar-benar haus akan kasih sayang itu, terlelap dalam dekapan Minami. Memang menyedihkan, tapi apa yang mau dikata, Miku yang berjuang keras agar bisa dianggap seperti Minami pada akhirnya harus menyerah atau dia akan lebih sakit lagi dari pada saat ini. *j4p_4n9*07

27

Hari yang melelahkan telah berlalu, namun ucapan kakak semalam masih terngiang ditelinga bahkan berputar didalam kepala ku. Setelah sejenak memandangi diri dicermin hias, kakak memanggil ku untuk ikut sarapan pagi ini, awal musim dingin, sangat dingin. Hari ini Miku off kan?! Sepulang sekolah nanti mau ikut kakak?! tanya kakak pada ku dimeja makan. Ya kak!! Miku off, memangnya kakak mau kemana?! Aku kembali bertanya. Ingat kata kakak kemarin?! Hari ini kakak akan kerjakan tugas bersama Ou-chan. Miku temani kakak ya?! Terserah kakak saja. Nah, ayo!! kalau sarapannya sudah selesai, sekarang kalian harus berangkat sekolah, nanti terlambat. Ayo!!! ujar kakek mengingatkan. Ya, kakek!!! Miku dan kakak berangkat dulu. Dah kakek!!! ujar ku sambil mencium pipi kakek. Hari ini kami pulang agak telat kek, kami mau mampir kerumah paman Hoshino. ujar kakak yang kemudian menyusul langkah ku ke mobil. Selama perjalanan ke sekolah, aku melihat wajah kakak yang terlihat gelisah, baru kali ini aku melihat wajah kakak tampak tidak tenang. Aku takut untuk bertanya karena kakak sedang menyetir alias takut mengganggu konsentrasinya. Begitu sampai diparkiran sekolah, kakak memegang tangan ku dengan erat. Aku yang bingung akhirnya memutuskan untuk bertanya. Kakak kenapa? Dari tadi Miku lihat kakak gelisah. Tidak, kakak tidak apa-apa. Kakak hanya sedikit khawatir dengan kondisi mu. Saat istirahat nanti cepat temui kakak di ruang makan. Miku mengerti!!! semua kata-kata yang dikeluarkan kakak

*j4p_4n9*07

27

tidak seperti biasanya, wajah kakak makin jelas menggambarkan kekhawatirannya. Aku mengerti kakak sangat sayang pada ku, tapi kekhawatiran kakak justru membuat ku ikut cemas, selain itu wajah kakak terlihat sedikit pucat. Kakak mencemaskan Miku? Percayalah kak, Miku sudah tidak apa-apa. ku berikan sebuah ciuman di kening kakak agar kakak percaya pada ku, karena itu yang selalu dia lakukan untuk ku jika aku merasakan hal yang sama. Sampai jumpa di ruang makan kak!! Bye!! ujar ku sambil melangkah meninggalkan kakak menuju kegedung sekolah ku. Sekian lama waktu pelajaran berlalu, bel istirahat pun berdentang, siswa berhamburan pergi keruang makan siang. Semua anak-anak yang terpisah di tiga gedung jadi satu, termasuk aku, Yuka, kakak dan Hoshino, g ketinggalan Saotome Rin, yang ngaku-ngaku pacar Hoshino. Miku, lihat!! Itu kak Minami, ada Ou-chan juga. Kita tunggu mereka disini. Ujar Yuka. Kenapa hidup ku tak lepas dari masalah sih, Yuka?! keluh ku tiba-tiba. Yuka sempat heran, kemudian bertanya kembali pada ku. Hidup jika tidak ada masalah tidak bisa disebut kehidupan, namun tergantung kitanya bagaimana untuk mengatasi itu semua. Miku paham? ujar Yuka sambil memberikan sekotak susu untuk ku. Tapi, aku hanya mencoba mencari dan memberikan apa yang orangtua ku inginkan. Saat Miku menengadahkan kembali kepalanya, ia melihat seorang gadis yang bernama Rin sudah berdiri dihadapannya dan tentunya bukan dengan membawa kotak berisi bekal makan siang.>_< Beraninya kamu menatap ku seperti itu?! ujar Rin Histeris. Maksudnya?! Itu mungkin hanya perasaan kakak saja yang berlebihan. Nada ku datar. *j4p_4n9*07

27

How dare you?! You think who are you?! suara Rin mulai lantang sehingga membuat seisi ruangan hening. You already to tease my boyfriend, didnt you?! ujar Rin penuh emosi. Sementara Minami menahan Ouji yang mencoba masuk kedalam masalah itu. Lepaskan aku Minami!! Dia itu adik mu!! Kamu kenapa sih? tanya Ouji heran. Kita lihat saja bagaimana adik ku beraksi karena tidak selamanya seorang Miku hanya bisa diam dan mengalah. Aku yang akan bertindak apabila Rin bermain secara fisik. Ujar Minami, dan Ouji hanya bisa diam dan tak bisa berbuat apapun. Aku hanya seorang gadis biasa, dan aku berani karena aku tidak mengerti dengan semua tuduhan mu itu. Balas ku yang membuat dua orang cowok yang memperhatikannya tersenyum simpul. Heh!!! Kamu kira aku tadi lagi kumur-kumur? Atau IQ mu benarbenar lemah sehingga tidak bisa mencerna semua kata-kata ku? Pantas saja orangtua mu hanya memandang Minami dengan bangga, dan pantas saja kamu dianggap anak manja. Dasar pengecut!!! ujar Rin yang membuat kesalahan besar dengan perkataannya. Sadar atau g dia sudah menyinggung urusan pribadi ku, Minami dan Ouji juga terkejut mendengar pernyataan yang diucapkan Rin, alias dari mana dapat informasi. -_-; Minami, kamu benar-benar harus menghentikan semua ini atau Miku akan lebih. PLAK!! Kata-kata Ouji terputus begitu dia melihat apa yang aku lakukan. Apa yang kamu lakukan? Beraninya kamu? ucap Rin bingung. Huh!! Maaf-maaf, tadi kamu bilang apa? Menggoda pacar kamu?! Manja?! IQ lemah?! Pengecut?! ujar ku dengan suara yang bergetar. Siapa pacar kamu yang sudah ku rayu?! Minta dia untuk berdiri, atau sampaikan padanya aku benar-benar suka dia. Rin terkejut tak percaya dengan tingkah laku dan ucapan gadis yang *j4p_4n9*07

27

berdiri didepannya, dia melihat keseluruh sudut ruangan namun ia tidak melihat Ouji berdiri. Manja?! Bagi ku itu wajar asal tidak kelewatan karena aku anak bungsu dan cucu perempuan satu-satunya dikeluarga ku. IQ lemah?! Sebaiknya kamu sampaikan langsung itu pada diri mu sendiri, karena sampai kapan pun kamu akan tetap ada dibawah kakak ku. Atau lebih baik tulis itu di loker mu sendiri, karena aku tau peringkat kelas mu tak pernah lebih dan kurang dari urutan 8, dan kalimat pengecut itu bukan ditujukan untuk ku tapi pada pacar mu yang tidak berdiri untuk membela mu, atau yang lebih meyakinkan lagi dia tidak pernah menganggap mu sebagai kekasihnya. Sambung ku dengan nada sedikit kesal dan kemudian menarik Yuka pergi dari tempat tersebut, disusul oleh Minami dan Ouji. Rin melihat Ouji lewat didepannya. Ou-chan?! Kenapa? ujar Rin yang sudah berlinang air mata. Maafkan aku Rin, tapi benar yang dikatakan Miku-chan. Aku tidak pernah merasa pacaran dengan mu dan aku juga tidak pernah menganggap mu sebagai kekasih ku. Tapikamu tidak pernah mengatakan apapun pada ku?. Aku sudah mengatakannya dengan jelas, kalau hanya untuk berteman, tangan ku akan selalu terbuka untuk mu. Ujar Ouji dan kemudian berlalu begitu saja. Rin benar-benar terpukul dan tak bisa berbuat apapun selain menangis. Miku!! Tunggu!! panggil Minami. Sejak kapan dan dari mana kamu belajar menantangnya? tanya Minami. Entahlah semua mengalir begitu saja diotak ku. Dari pada bikin kepala ku sakit, jadi aku keluarkan saja semuanya. Ujar ku yang sudah gemetar. Lalu tentang manja mu itu?! tanya Minami yang mengambil ancang-ancang untuk mencubit pipi Miku. Akuaku aku cuma Hoshino?! Hoshino?! tanya Minami heran. *j4p_4n9*07

27

Di belakang mu kak. Tunjuk ku. Yuka, temani aku sebentar!! ajak Minami yang memberi makna tersirat. Kami pergi dulu ya? Mereka pun pergi meninggalkan ku dan Ouji, hanya kami berdua. Ada apa? tanya ku. Maafkan aku!! Karena aku, kamu jadi dapat masalah dengan Rin. Nggak ada yang perlu dimaafkan karena kamu g salah sama aku. Tapi seharusnya kamu minta maaf sama kak Rin, karena aku tau dia yang paling sakit sekarang, coba saja kalau dari awal kamu katakan yang sejujurnya. Aku yakin g akan jadi kayak gini masalahnya. Ujar ku dan bersiap untuk pergi. Ouji cepat-cepat menarik tangan ku. Ikut sebentar dengan ku!! ujar Ouji, kemudian tanpa mendengar jawaban dari ku, dia langsung menarik tangan ku dan berjalan kearah atap sekolah. Dia mengunci satu-satunya pintu akses keluar masuk di atap itu. Inikan atap sekolah, mau apa disini? tanya ku, polos. Tidak ada jawaban apapun dari Ouji, ia hanya melepas genggaman tangannya. Matahari siang itu tidak terlihat sedikit pun, langit mendung dan angin berhembus lumayan kencang. Aku mencoba untuk bertanya sekali lagi kepada Ouji, karena aku sangat bingung dengan maksud Ouji membawa ku kemari. Hoshino!! Kenapa kamu membawa ku kesini, kita tidak bisa berlama-lama, bel sudah hampir berbunyi. Tak lama aku menyebutkan nya, bel tanda masuk benar-benar berbunyi. Hoshino, aku harus pergi. Sambung ku, dan mencoba membuka pintu, tapi tidak bisa karena kunci pintu tersebut dipegang Ouji. Hoshino!! Apa yang ingin kamu lakukan disini?! Kamu hanya diam dari tadi. Lalu untuk apa kita disini?! tanya ku yang mulai kesal. *j4p_4n9*07

27

Dari dulu aku ingin melakukan ini bersama orang yang penting bagi ku. Ku mohon tunggulah sebentar lagi, jika memang kamu tidak bisa menunggu, ini kunci pintu itu. Kamu bisa buka kapan pun kamu mau. Suara Ouji terdengar samar-samar karena angin mulai kencang. Tanpa pikir panjang, aku membuka pintu dan pergi meniggalkan Ouji untuk kembali keruang kelas. Dari ruang kelas itu, aku bisa melihat salju yang turun sangat deras. Pikirannya kembali tertuju pada Ouji yang entah sudah kembali ke kelasnya atau masih diatas sana. Aku hanya merasakan hawa kesepian yang dipancarkan Ouji. Tidak konsentrasi dengan pelajaran saat ini benar-benar membuat Yuka, sahabat ku menjadi heran, karena tidak biasanya aku gelisah dalam jam pelajaran. ~~#~~#~~#~~#~~#~~#~~#~~

*j4p_4n9*07

27

Aku menyukai mu Entah sejak kapan


Yuka memutuskan untuk menanyakan pada ku tentang apa yang sebenarnya terjadi antara diri ku dengan Ouji, karena sejak kembali tadi, aku bukanlah Miku yang biasanya, itu menurut Yuka. Saat bel berbunyi pertanda waktu pembelajaran telah usai, aku langsung berlari ke tempat semula, tanpa sempat merapikan barang-barang ku, tak lain dan tak bukan karena aku mencemaskan Ouji. Yuka yang melihat kejadian itu langsung penasaran dan langsung menyusul Miku. Sesampainya disana aku sangat terkejut, lantaran Ouji tidak bergerak dari tempat semula ia berdiri. Dan tanpa pikir panjang aku langsung menelpon Kak Minami. Halo kakak!! Cepat ke atap gedung barang-barang Hoshino kak. Cepat ya 2, dan tolong bawakan kak!!! tanpa sempat

menanyakan ada apa, aku langsung menutup telponnya. Kemudian aku menarik tangan Ouji. Dengan baju yang dingin, angin dan hujan salju yang menyelimuti tubuhnya, Ouji tumbang dalam dekapa ku. Saat itu Ouji mengucapkan kata-kata yang membuat aku terdiam. Aku menyukai mu Miku-chan, dan itu entah sejak kapan Ujar Hoshino yang kemudian tak sadarkan diri. Kurang lebih 15 menit kemudian, kakak datang, tidak hanya sendirian, dia bersama Yuka. Awalnya kakak sangat terkejut melihat Ouji yang seperti orang tidak berdarah, tak sadarkan diri dipangkuan ku. *j4p_4n9*07

27

Apa yang terjadi? Dia pucat begini! Jangan mentang-mentang ayahnya seorang dokter sehingga dia bisa leluasa menghabiskan stock obat-obatan ayahnya. ujar kakak sambil melepas jas nya. Aku hanya menggeleng, mata ku sembab dan raut wajah ku penuh penyesalan, dalam hati ku berkata seandainya tadi aku tidak meninggalkannya sendirian. Terdengar seperti menyalahkan diri sendiri memang, tapi itu sebenarnya bukanlah salah ku. Sudahlah!! Dia akan baik-baik saja. Miku percaya sama kakak kan? ujar kak Minami menenangkan ku. Yuka!!! Sekarang telpon Kosuke, bawa mobilnya kebelakang sekolah, kalau kita lewat depan, kamu pasti tau apa yang akan terjadi kan? Baik kak. Balas Yuka dan kemudian menelpon Kosuke sesuai perintah kakak, sementara ia memapah Ouji yang terlihat pucat. Air mata ku tak berhenti mengalir. Sekalipun aku berusaha untuk menahannya. Sudah Miku, dia akan baik-baik saja. Ujar Yuka sambil memeluk ku yang sesenggukan menangis. Ini semua salah ku, Yuka. Andaikan aku tidak meninggalkannya sendirian. Nada penyesalan itu berulang kali keluar dari bibir ku. Miku dan Kosuke antar Ouji pulang!! Kakak dan Yuka menyusul dibelakang. Aba-aba kak Minami menyuruh ku masuk duluan. Kosuke, tolong ya? pinta kakak pada temannya, Kosuke. Baik! balas Kosuke dan mulai memacu mobilnya, disusul Minami dan Yuka dibelakangnya. Didalam mobil aku hanya bisa menundukkan kepala ku, wajah ku pun mulai terlihat pucat, dalam pikiran ku hanya berputar tentang kondisi Ouji, bahkan bibir ini tak henti mengucap kata maaf, sangat pelan kata itu terucap dari bibir ku. Tak lama kemudian kami sampai dirumah Ouji, Kosuke membantu Ouji turun dan mengantarnya masuk kerumah. Selang beberapa menit kemudian Minami dan Yuka juga

*j4p_4n9*07

27

masuk, tanpa menyadari bahwa aku, Miku, tidak berada bersama mereka. Kosuke, Miku mana? tanya Minami yang sedari tadi sudah celingak-celinguk mencari dimana adiknya itu. tadi sewaktu aku mengantar Ouji, dia masih duduk dimobil. jawab Kosuke. Ya sudah, biar aku yang lihat dia. Kak Minami disini saja temani Ouji. tawar Yuka. tolong ya Yuka, terima kasih sebelumnya. balas Minami. Yuka pun menyusul ketempat Miku, bermaksud untuk menemaninya, tapi apa yang didapat Yuka? Miku tidak berada ditempatnya yang terlihat hanya tas dan handphone nya yang tertinggal di dalam mobil itu. Tanpa pikir panjang, Yuka berkeliling, namun tetap dia tak dapat menemukan Miku. Dengan langkah cepat Yuka masuk dan memberitau Minami tentang apa yang terjadi. Kak Minami!! Miku kak!! Miku tidak ada dimobil kak!! ujar Yuka, dan tentu saja itu mengundang kepanikan Minami. Spontan dia pergi keluar mencari Miku. Sementara itu Miku yang seorang diri tanpa menggunakan payung berjalan pulang menuju rumah kakek, dengan baju yang dingin terselimuti salju, wajah pucat, sambil mengucap kata maaf entah sudah berapa kali dengan suara yang pelan. Namun langkah Miku terhenti saat dia melihat air yang jatuh dari wajahnya berwarna merah. Tanpa ia sadari keluar dari mobil tadi ia mengalami mimisan. Kemudian ia duduk ditempat ia berhenti, tidak mencoba untuk menghentikan ia malah membiarkan darah itu mengalir. Alhasil Miku jatuh pingsan tanpa ada seorang pun yang tau. Minami yang sedari tadi mencari adiknya dengan mobil berhenti begitu melihat sesosok gadis berseragam yang terbaring dipingir jalan. Tanpa pikir panjang dia turun dan menggendong Miku dan membawanya pulang. Sesampainya dirumah, kakek terkejut melihat *j4p_4n9*07

27

Miku yang digendong berlumuran darah, sementara Minami membawa Miku kekamarnya, kemudian memanggil Dokter Hoshino untuk datang kerumah. Sembari menunggu, Bibi menukar baju Miku dengan baju bersih, begitupun Minami ia langsung mengganti baju dan kembali kekamar Miku. Kurang lebih 30 menit kemudian Dokter Hoshino datang bersama Ouji, karena Ouji memaksa untuk ikut padahal kondisi tubuhnya masih belum stabil. Mereka langsung bergegas kekamar Miku dan dokter pun bisa melihat Miku yang terbaring lemas ditempat tidur. MiMinami?! sapa Ouji. Ouji?! Bagaimana keadaan mu? Kenapa memaksa datang kemari? Kamu kan tau kondisi badan mu belum pulih? Aku ingin melihat keadaan Miku, andai saja tadi aku tidak mengajaknya ke atap. Maafkan aku. Sesal Ouji. Tidak perlu minta maaf, ini semua karena aku yang lalai menjaganya, seharusnya dia tidak melakukan aktifitas apapun sebelum sembuh total. Suasana yang hening dari suara manusia, hanya desiran angin yang menguasai hari itu disertai detakan jarum jam yang bergerak tiap detiknya. Namun kemudian semua menjadi pecah begitu dokter Hoshino berbicara. Kakek, bisa kita bicara empat mata. Mungkin sebaiknya kita bicara diluar, agar Miku bisa beristirahat. Minami dan Ou-chan sebaiknya kalian berdua juga keluar. Tidak dok!! biar aku dan Ouji disini, biar kami yang menjaga Miku. ujar Minami. Baiklah, jaga dia Minami, Ou-chan. dan mereka pun beranjak keruang tamu untuk membicarakan keadaan Miku yang sebenarnya. Jadi Raiga, bagaimana keadaan cucu ku? ujar kakek yang khawatir.

*j4p_4n9*07

27

Begini, saya merasa ini bukanlah kejadian pertama yang terjadi pada Miku, demam tinggi yang dia alami, mimisan, tumbang, itu bukan karena keletihan semata, dia seperti orang yang mengidap penyakit leukimia. Sebaiknya kita cek kesehatan Miku kerumah sakit, saya khawatir jika tebakan saya benar, dia harus ditangani secara intensif. Apa? cucu ku, Miku terkena Leukimia? Tapi itu tidak mungkin, dia selalu makan makanan yang sehat, dia selalu olah raga, jadi itu tidak mungkin. Ujar kakek yang tak percaya. Tenang kek, kita cari tau pasti dulu, semoga ini semua tidak benar. ujar dokter Raiga menenangkan kakek. Namun tanpa mereka sadari Minami yang hendak turun mengambil air minum mendengar percakapan Dokter Raiga dan Kakek. Jangan bercanda!!! adik ku, Miku adalah gadis yang sehat, tidak mungkin dia terkena leukemia, itu mustahil dokter. Aku yang menjaga Miku dari kecil, memperhatikan pola makannya, jadi itu semua pasti bohongkan dok?! Ujar Minami yang panik begitu mendengar percakapan dokter Raiga. Minami, tenanglah!! Itu memang belum pasti, jika dilihat dari gejalanya memang menunjukkan, tapi untuk pastinya sebaiknya Miku dibawa kerumah sakit saja. Aku berani mengatakan ini karena, adik Ouji juga mengalami hal yang sama dengan Miku, dan dia meninggal saat berumur 6 tahun. Ujar dokter Raiga sambil memegang kepalanya. Bagi Minami, tidak ada yang lebih berharga dibanding adiknya. Miku sebenarnya bukanlah adik kandung Minami, setelah Ibu kandung Minami meninggal, ayahnya menikah lagi dengan ibu Miku, namun sayang pernikahan itu hanya bertahan selama 1 tahun, tepat saat tahun pertama Miku masuk SD ibunya meninggal karena penyakit Leukimia, dan sejak saat itu Miku kehilangan semuanya. Namun keluarga Yamada tidak mau meninggalkan Miku, mereka ingin status Miku tetap menjadi cucu dan anak dikeluarga Yamada. *j4p_4n9*07

27

Saat Miku memasuki tahun ke-6 di SD, ayah tirinya menikah lagi dengan sekretaris dikantornya, mulai saat itu rumah mereka tidak pernah ada kehangatan seperti keluarga lain yang selalu berkumpul untuk menikmati makan bersama, baik itu pagi atau pun malam. Minami tau ini takkan bisa mengembalikan yang telah hilang, tapi ia berharap bisa mengurangi rasa kesepian dalam diri Miku, karena sejak saat itu Minami tidak pernah lagi melihat senyum dari bibir Miku, yang ada hanya tatapan sedingin es yang seolah berkata Menjauhlah!!!. (Saat Miku masih kelas 1 SMP, dia hanya diam karena belum bisa menerima keaadaan, namun setelah bergabung di dunia entertaint, Miku mulai bersosialisasi dan mendapat banyak teman). Dan kini harus menghadapi kenyataan sepahit ini makin membuat minami tidak karuan, ia tak dapat lagi menahan semua sesak yang ada dalam dirinya dan mulai berteriak sekeras yang ia bisa. Ouji yang melihat hal itu hanya bisa diam, karena ia mengerti bagaimana perasaan Minami saat ini, keputusan untuk diam dan memberikan sedikit waktu untuk Minami memang tepat, karena tak ada seorangpun yang sanggup menerima kenyataan terburuk dengan senyuman yang indah. Serahkan semua pada Tuhan, karena hanya Dia-lah yang paling tahu apa yang terbaik untuk seseorang. Ujar Ouji sambil memegang pundak minami. Semua hening, bagai tak ada kehidupan.

~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~

*j4p_4n9*07

27

Jika ini adalah takdir ku Kenapa harus menyesal ?!


Setelah semua yang terjadi semalam, Minami mencoba

menerima semuanya namun tidak dengan membiarkan begitu saja. Dia mengikuti saran dari dokter Raiga, karena menurutnya tidak ada salahnya buat mencoba. Miku?! Apa sudah merasa baikan? Hari ini kamu tidak boleh kemana-mana, kamu harus istirahat dan kakak akan menjaga mu dirumah, sampai kamu sembuh Ujar kakak. Eh!!! Tapi kak Miku.., ucapan ku terpotong saat kakak memelukku dengan erat. Memang kakak tidak mengatakan apapun, tapi dari tindakannya aku telah dapat melihat ada sesuatu yang tidak beres pada ku, dan aku yakin pasti hal itu yang membuat kakak menjadi seperti ini. Nanti Miku ikut kakak kerumah sakit tempat dokter Raiga bekerja, ada hal yang harus Miku ketahui, namun apapun yang Miku dengar, kakak harap tidak membuat Miku menjadi orang lain. Dan apapun yang terjadi pada Miku, kakak akan selalu menjaga Miku. Ujar kakak dan berbalik pergi kekamarnya. Aku tidak mengerti mengapa kakak berkata seperti itu, padahal tidak ada yang aneh dari ku, lalu apa maksud semua ini? Tapi kakak tidak seperti biasanya, ini bukan kakak yang ku kenal. Apa kakak *j4p_4n9*07

27

menyembunyikan sesuatu yang penting dari ku? lamun ku dalam hati yang kemudian dibuyarkan oleh suara Yuka yang begitu keras. MiiiiiKuuuuu!!!! teriaknya begitu melihat ku yang sedang duduk dikasur. Oh Tuhan!!! Terima kasih banyak, ku fikir kamu g bangun-bangun lagi. HiksHiks.. sambungnya sambil menangis. Yuka!! Kamu ngomong apa?? Aku itu sehat-sehat aja, dasar!! Kamu doain aku lewat ya?? ujar ku sambil mengelus bahu Yuka. Lewat?! Mau kemana buk??! Lagian kamu sich. Oea!! Hari ini aku g mau masuk skul, karena hari ini special day buat best friend ku. Nah! Kita mulai dari mana?? ujar Yuka yang tiba-tiba memeluk ku dengan erat. Yuk..Yuka!! lepasin dulu, aku g bisa napas nech..!! Aku mulai mengehela nafas panjang ketika Yuka melepaskan ku dari peluknya. Huufh!! Kamu mau bikin aku bener-bener lewat ya??! dan setelah kalimat itu terucap, aku kembali teringat akan ucapan kakak. kenapa Miku?! Apa ada yang sakit?! Tanya Yuka. Ngga kenapa-kenapa kok Yuka, aku baik-baik saja. Hanya saja kakak hari ini terlihat sangat aneh, apa ada yang salah dengan ku sampai-sampai kakak berubah terhadap ku?! Tanya ku pada Yuka. berubah?! Sedari tadi kak minami biasa saja. Itu mungkin hanya perasaan mu saja, tapi kalau pun dia berubah pasti karena mencemaskan kondisimu saat ini Miku, kamu kan adik yang paling dia sayang, nah kalau kamu sampai kenapa-kenapa begini dia pasti akan sangat cemas Miku. Ujar Yuka dengan panjang lebar terhadap ku. Kakak bilang nanti siang aku harus ikut kerumah sakit untuk bertemu Paman Hoshino. Yuka apa kamu mau ikut dengan ku? Tanya ku pada Yuka yang saat itu sedang duduk mengupaskan buah untuk ku. EEh?! Soal itu akuaku minta maaf Miku, siang ini aku harus ketempat pemotretan, kamu kan tau gimana keseharian kita. Ujar Yuka agak terbata. *j4p_4n9*07

27

Uhmm!! Ya sudah, nanti tolong sampaikan permintaan maaf ku pada manager. Hari ini aku tidak bisa bekerja, tapi besok akan ku usahakan untuk datang dan kembali bekerja. Ujar ku tanpa ada rasa curiga pada Yuka, karena jarang Yuka bisa menjadi gugup seperti itu. Sebenarnya Yuka sudah mengetahui apa yang terjadi pada Miku saat hendak naik ke kamar Miku, ia diberitahu oleh Minami yang saat itu berpapasan di tangga, Minami meminta Yuka untuk tidak cerita pada Miku, dan alhasil Yuka tidak mengatakan satu hal apapun tentang kondisi Miku saat ini. Miku !! Apa aku boleh menanyakan suatu hal pada mu?! Tanya Yuka. Tentu saja, memang nya kamu mau tanya apa Yuka? balas ku. Apa Ou-chan mengatakan sesuatu pada mu saat berada diatap sekolah? Soalnya saat itu suasananya romantic sich ujar Yuka menggoda ku. Aa..apa?! Ii..itu..itu, akuumh aaaahhh Yuka apa-apaan sich pertanyaan mu itu?! jawab ku gugup, dan wajah ku spontan merah karena malu menjawab pertanyaan Yuka. Aku ngerti pasti ada sesuatu nech.. ujar Yuka yang masih menggoda ku. Oea!! Yuka kamu bilang siang ini ada pemotretan lagi ya? Bagaimana nanti kalau kita perginya sama-sama, soalnya aku juga mau kerumah sakit. Nah!! Kita kan bisa sekalian jalan. Tawar ku pada Yuka. Boleh!! Aku mau!! Tapi ehem..ehem.. dalam rangka apa nech?! Ngga dalam rangka kangen sama Ou-chan kan?? ujar Yuka yang masih iseng menggoda ku. Menjelang keberangkatan ku kerumah sakit itulah ku habiskan waktu ku bersama Yuka, sahabat terbaik ku untuk tertawa bersama. Hingga tanpa kami sadari sudah waktunya untuk mengakhiri canda tawa siang itu karena kami harus kembali menjalani aktivitas yang *j4p_4n9*07

27

semestinya dijadwalkan. Yuka berangkat ketempat pemotretan dan aku kerumah sakit bersama dengan kakak. Oke!!! Makasih ya Miku. Ummh.. nanti setelah pulang dari rumah sakit kabari aku ya? Pulang dari sini aku balik kerumah kamu lagi. Ujar Yuka pada ku dan mulai beranjak keluar dari mobil. ya.. Yuka!! Jangan lupa pesan ku tadi ya?! ingat ku pada Yuka. sip!! balas Yuka sambil mengacungkan jempolnya pada ku. Saat itu yang terpikirkan oleh ku hanya satu, yaitu apa yang akan diberitahu oleh paman Hoshino padaku. Disepanjang perjalanan menuju rumah sakit kakak hanya diam saja, ia tidak bicara satu kata pun, begitupun dengan ku yang tak bisa berkata apapun begitu melihat kakak yang hanya diam saja. Satu jam berlalu dan kami pun sampai dirumah sakit, tetap saja kakak hanya diam sampai kami masuk keruangan dokter Hoshino. Permisi, selamat siang. Ujar kakak sambil membuka pintu. Ya, Oh!! Minami, Miku, ayo masuk!! sambut paman Hoshino. Bagaimana keadaan mu Miku? Apa sudah baikan? Tanya paman pada ku. Syukurlah paman, karena paman aku jadi sehat kembali. Ujar ku. tapi apa ada hal yang begitu serius sehingga aku dibawa kerumah sakit untuk menemui paman? lanjut ku bertanya. Sejenak suasana menjadi hening, wajah paman Hoshino tampak tegang begitupun dengan kakak. o..oh!! itu hanya untuk melakukan cek kesehatan pada mu Miku, karena kondisi tubuh mu sedang tidak stabil, apalagi di musim dingin seperti ini. Ujar paman, aku sedikit curiga karena cara bicara paman sedikit terbata. kalau begitu kita langsung saja ke laboraturium ku, pertama-tama kita akan coba cek darah. Lanjut paman sambil menggiring kami ke laboraturiumnya. Setelah melakukan beberapa kali tes kesehatan dan pengecekan sampel darah, hasil yang ditunggu keluar juga. Raut wajah kakak *j4p_4n9*07

27

terlihat semakin tegang, sementara aku yang kebingungan harus bersabar menunggu paman membawa hasil tes kedalam ruangannya. Lama menunggu ya?! ujar paman yang memecah keheningan ruangan tersebut. Itu hasil tes nya paman?! Tanya kakak dengan suara sedikit gemetar. I..iya.. ini hasil tes Miku. Jawab paman sedikit terbata. Jadi bagaimana hasilnya paman?! Tanya ku yang makin penasaran. Miku, sebenarnya sebenarnya ujar paman yang terdengar begitu enggan untuk berucap. Sebenarnya kenapa paman?! Kenapa paman gugup?! Bagaimana hasil tes nya? Apa tidak baik?! Tanya ku beruntun. Paman akan berikan hasil tes ini, tapi paman harap kamu jangan sedih, paman janji, apapun dan bagaimanapun caranya paman akan membantu mu. Ujar paman sambil menyerahkan selembar kertas yang ia pegang padaku. Aku melihat tangan yang gemetar, air muka yang tegang, suasana yang hening, bahkan kegelisahan kakak, semua terlihat saat aku menerima kertas itu. Aa..aku positive leukemia?! i..ini..nggak..ini pasti salah..ini salah!! ujar ku pada paman. Lakukan lagi tesnya paman!! Ini pasti salah paman!! Aku yakin..iniini.. kata-kata ku terhenti, aku hanya bisa menangis dan tak mampu berbuat apapun, karena pada kenyataannya inilah takdir yang harus ku terima. Wajah penyesalan, sedih, bingung, semua terpancar, kakak ku tidak bisa menyembunyikan semuanya. Dalam perjalanan kembali menuju rumah, ada suasana yang terasa sangat berbeda. Padahal jarak antara aku dan kakak sangat dekat, namun tidak ada satu katapun yang dapat terucap dari bibir kami. Begitu mobil berhenti dibagasi rumah, aku langsung turun menuju kamar dan mengunci pintu agar tidak ada satu orang pun yang bisa masuk dan melihat ku *j4p_4n9*07

27

dengan keadaan yang kacau. Aku hanya bisa menangis sambil memandangi kertas yang ku bawa dari rumah sakit. Aaaaaaggghhhh!!!! hanya suara teriakan itu yang mampu aku keluarkan, karena aku tak mampu lagi untuk berkata. Semua perasaan aneh menyatu dan keluar bersamaan dalam satu waktu, seperti bom. Hanya itu yang mampu ku lakukan saat ini, aku tak menyadari bahwa akan ada orang yang mendengar teriakan ku, aku tak sadar kalau saat ini aku sudah berada dirumah, atau lebih tepatnya dikamar ku sendiri. Minami yang mendengar suara teriakan Miku bergegas naik kelantai dua dimana terdapat kamar tidur Miku, ia mencoba membuka pintu kamar tersebut, tapi semua sia-sia. Miku mengunci pintu kamarnya dan hanya ada satu cara, yaitu mendobrak pintu itu. Miku!!! Miku!!! Buka pintunya!! Miku dengarkan kakak!! Buka pintunya sekarang!! ujar Minami sambil mengetuk pintu kamar Miku, namun Miku yang begitu tertekan tak mengacuhkan perintah kakaknya, ia terus menangis sambil berteriak beberapa kali. Miku!! Ayo buka pintunya atau kakak akan memaksa masuk!!! Miku!!! lanjut Minami. Kakak tidak mengerti Miku, kakak tidak akan bisa merasakan apa yang Miku rasakan. Kenapa begini kak? Kenapa?! Apa salah Miku? ujar ku yang bingung harus berbuat apa dan harus bagaimana. Tiba-tiba Minami berhasil masuk menerobos pintu yang terkunci tersebut, ia melihat Miku yang duduk disudut kamar sambil menangis dengan keadaan kamar yang berantakan. Minami berlari kearah Miku dan memeluk gadis kecil yang rapuh dan tak berdaya menerima kenyataan yang pahit. Ia merasakan tubuh Miku yang dingin dan gemetar, ditangannya masih tergenggam kertas putih pemberian paman Hoshino. Miku, jangan seperti ini, kakak paham bagaimana perasaan Miku, kakak janji akan selalu disamping Miku, kakak akan selalu ada untuk Miku, hanya untuk Miku. Ujar kakak tanpa mlepas pelukannya. *j4p_4n9*07

27

Bukan hanya Minami, Kakek yang mendengar hal itupun merasa sedih dan tak percaya dengan apa yang didengarnya. Begitu pahit memang untuk anak yang berusia 17 tahun menerima kenyataan sepahit ini. Apa cucuku akan baik-baik saja? gumam kakek dalam hati sambil melihat Miku yang shock dipelukan sang kakak. Tuan. Ujar pak Kim, seorang kepala pelayan dirumah keluarga Yamada. Aku mau bertemu dengan dokter Hoshino, siapkan mobil ku! ujar kakek dan bersiap untuk berangkat. Hari itupun berlalu dengan kegetiran dan berbagai macam hal yang begitu menyesakkan, meskipun mencoba untuk mengelak dan menyatakan semua itu tidak benar atau merupakan kebohongan yang nyata namun kenyataan tetaplah kenyataan dan tak bisa dirubah. Berlarut dalam kesedihan dan ketakutan bukanlah jalan yang baik untuk ditempuh jika berhadapan dengan kenyataan yang buruk atau masalah yang rumit karena solusi satu-satunya hanyalah menerima dan mencoba mencari jalan keluar sedangkan untuk Miku tentunya penyembuhan yang bergantung pada obat-obatan. Miku yang percaya hari ini akan lebih baik dari hari kemarin pun bangkit dari tempat tidurnya dan berkemas diri dengan seragam sekolah yang biasa ia kenakan. Melihat diriku sendiri didepan cermin dengan kondisi yang baru memang sedikit menyedihkan, tapi aku pasti bisa. Ujar ku dalam hati bermaksud menyemangati diri sendiri, namun kesedihan tak bisa ditutupi, air mata ku jatuh begitu aku memegang gagang pintu. Nggak Miku!! Kamu g boleh nangis lagi, kamu g boleh sedih lagi, tadi kan kamu sudah janji untuk kuat. Ujar ku yang masih ku tujukan untuk diri ku. Aku melangkah keluar dari kamar yang sesak dan bergabung bersama keluarga di meja makan, aku mencoba menahan semua *j4p_4n9*07

27

kesedihan sebisa yang ku mampu. Aku mencoba untuk bersikap biasa, dan aku berharap ini untuk seterusnya. Selamat pagi semua!!! sapa ku. Lho?! Kakak mana? Sepulang sekolah nanti, aku mau ke lokasi pemotretan. Aku ingin bertemu dengan manager. Ujar ku sembari duduk dan mengambil sepotong roti. Untuk apa?! Tanya ibu pada ku. Ada yang ingin Miku bicarakan dengan manager, terkait urusan pekerjaan yang selama ini Miku tinggalkan dan sekalianbelum selesai aku berbicara ayah langsung memutus omongan ku. Jangan!! putus ayah. Nanti orang disana bisa kerepotan, langsung pulang saja dan istirahat!! sambung ayah yang mengartikan aku cuma bisa bikin susah. Miku, maksud dan tujuan ayah mu itu baik, lebih baik kamu langsung pulang dan istirahat dirumah, kalau kamu pergi kesana bisabisa kakak kamu g konsentrasi bekerjanya, mengerti!! sambung ibu yang artinya sama saja dengan yang dikatakan ayah. Aku yang mendengar semua itu merasa sangat dikucilkan. Jika orang lain aku bisa tahan, tapi ini orang tua ku sendiri. Saat itu aku hanya bisa diam dan menahan air mata ku agar tidak keluar, ku pegang dadaku untuk mengurangi rasa sakit karena ucapan ayah dan ibu. Tiba-tiba saja suara kakak memecah keheningan karena pembicaraan sebelumnya. Selamat pagi!! ujar kakak memberi salam. Wah!!! Miku, sudah siap duluan dari kakak, nanti pergi sama-sama ya?! sambung kakak sambil mengusap kepala ku. Mikumau pergi sendiri saja kak. Ujar ku sambil berdiri. Terimakasih sarapannya, Miku berangkat. Sambung ku, meninggalkan ruang makan dan kemudian berangkat dengan mobil yang sudah disediakan untuk ku. Aku tau kakak berusaha mengejar ku,

*j4p_4n9*07

27

namun itu semua sia-sia saja, karena aku sudah berangkat. Kemudian kakak kembali kedalam rumah untuk melanjutkan sarapannya. Ayah, Ibu, ada yang ingin ku tanyakan pada kalian berdua. Ujar kakak sembari duduk kembali di ruang makan. Tentang Miku?! jawab ayah. Benar, ini tentang Miku. Ujar minami. Apa yang ayah dan ibu katakan padanya? Kenapa Miku seperti itu? sambung Minami. Hanya menasehatinya untuk pulang kerumah begitu pulang sekolah. Jawab ayah datar. kenapa begitu? Dia juga punya waktu unutuk bermain bersama teman-temannya kan ayah?! Kenapa langsung disuruh pulang? Tanya Minami dengan nada sedikit tinggi. Orang sakit itu bisanya cuma menyusahkan saja, dari pada harus menyusahkan orang lain lebih baik dia dirumah. Jawab ayah yang kemudian bersiap-siap untuk berangkat kerja. Dasar!!! Orang tua yang egois, apa yang kalian berdua pikirkan? Bahkan kalian pun tak sadar kalau dia tidak sarapan sedikit pun. Bisnis dan bisnis, hanya itukah yang ada dalam pikiran ayah dan ibu? Orang tua payah!!! ujar Minami dengan suara yang keras dan beranjak pergi meninggalkan rumah itu, berangkat kesekolah dengan mobilnya sendiri. Dasar anak kurang ajar!! Ayah lihat?! Itu semua karena Ayah yang selalu memanjakan mereka berdua. Ujar ayah Minami dengan nada kesal pada Kakek yang sempat melihat persitegangan antara Ayah Minami dengan Minami sendiri. Aku hanya bersifat sewajarnya pada cucu-cucu ku, tapi kalian berdua bersifat tidak sewajarnya pada anak kalian sendiri. Aku jadi ragu, apa kalian berdua pantas disebut orang tua yang berhasil mendidik anak-anaknya dengan baik?! Saran ku sebaiknya kalian belajar dari anak kalian saja, bagaimana sebaiknya bersikap saling

*j4p_4n9*07

27

menghargai, saling mendukung, dan saling berbagi disaat suka dan duka. Ujar kakek yang kemudian masuk keruang pribadinya. Ayah dan Ibu Minami hanya bisa diam, karena mereka tak mampu lagi untuk Miku bicara atau membantah untuk perkataan Kakek. dia Sementara itu memutuskan tidak kesekolah,

memutuskan untuk pergi kemakam Ibunya, namun sebelum itu Miku singgah untuk membeli karangan bunga kesukaan sang Ibu, yaitu bunga Rose. Dimakam, Miku duduk dan menangis, ia ingin berteriak ataupun bersuara tak aka nada lagi yang peduli, sekarang Miku hanya bisa menahan rasa sakit dan kesedihan yang mendalam atas ucapan orang tuanya, bahkan kata-kata itu masih terngiang dan terus berputar di dalam kepalanya. Andaikan ibu masih ada, pasti ibu akan mengatakan padaku Miku harus tetap semangat, harus tetap tersenyum, dan sembunyikan rasa sakit itu hingga tiada satu orang pun yang tau bahwa Miku sedang merasa sakit. Pasti begitu kan bu?! ujar Miku sambil menangis. Miku menghabiskan waktunya dengan duduk didepan makam sang Ibu, walaupun dingin, tapi Miku ingin tetap ada disana. Nona, sebaiknya kita pulang saja, nanti nona bisa masuk angin. Ujar Pak Yoda, supir pribadi Miku. Sebentar lagi ya pak, Miku masih ingin disini. Jawab ku tanpa melihat pak Yoda. Sementara itu Minami yang mengetahui Miku tidak masuk sekolah meminta bantuan Ouji, Kosuke, dan Yuka untuk mencari tau keberadaan Miku, karena saat dihubungi tak ada jawaban. Siapapun diantara kita yang melihatnya nanti, beritahu yang lainnya!! ujar Minami memberi instruksi. Dan pencarian pun dimulai. Kembali ketempat Miku, entah sadar atau tidak tapi udara semakin lama menjadi semakin dingin, Miku yang sedari tadi duduk *j4p_4n9*07

27

tak ingin beranjak, bahkan pak Yoda sudah berulang kali mengajaknya pulang. Nona, sebaiknya nona menghangatkan diri didalam mobil sebentar, dari tadi nona hanya duduk saja, udara sudah semakin dingin nona. Bujuk pak Yoda. Pak, biarkan Miku duduk disini sebentar saja pak, Miku sangat rindu pada Ibu, Miku rindu sekali. Ujar Miku pelan. Tapi nona, andakata-kata pak Yoda terputus begitu telepon genggamnya berbunyi, saat ia melihat, ternyata yang menghubunginya adalah Minami. Pak Yoda langsung berlari menuju mobil dan mengangkat telpon tersebut dan tentunya menceritakan semuanya. Minami meminta pak Yoda untuk tidak memberitahu Miku bahwa yang menelpon adalah Minami, dan pak Yoda menyanggupinya. Selang beberapa saat kemudian Minami dan yang lainnya datang kepemakaman tempat Miku dan Pak Yoda berada, tentu saja Miku tak menyadarinya saat Minami sudah berdiri disampingnya. Ibu, Miku kangen ibu, Miku mau bertemu dengan ibu. Kenapa bu? Kenapa ibu tidak mengajak serta Miku saja bersama ibu? Miku tidak mau seperti ini bu? Punya orang tua tapi sama rasanya seperti tidak punya orang tua, kerena pada kenyataannya Miku memang bukan anak kandung mereka. Bu, Miku ingin terus hidup meski harus merasa sakit, Miku ingin jadi anak yang kuat bu. Jika ini takdir Miku, kenapa Miku harus menyesal? Hanya saja sekarang yang Miku butuhkan hanya keajaiban bu, untuk sembuh bukanlah sesuatu hal yang mudah,banyak orang yang tidak tertolong karena penyakit ini, salah satunya Ibu. Maka dari itu Miku bertanya-tanya, kenapa ibu tidak membawa serta Miku saja? ujar Miku sambil terisak karena tangisnya yang sedari tadi tak kunjung berhenti sehingga matanya menjadi sembab. Namun dibalik semua itu ada yang lebih mengkhawatirkan, tubuh Miku yang dingin, wajah yang pucat seputih salju, dan tetesan *j4p_4n9*07

27

darah

dari

hidungnya

mulai

keluar.

Miku

menghapus

dengan

tangannya dan kemudian memanggil pak Yoda. Pak Yoda, kita pulang sekarang, disini sudah terlalu dingin untuk ku. Ujar Miku sambil berdiri. Saat ia membalikan badannya, tebak siapa yang sudah berdiri dibelakangnya? Ya benar, kakak ku, Minami yang kaget begitu melihat kondisi ku yang buruk. Miku?! Apa yang kau lakukan disini? Kenapa tidak kesekolah? Lihat kondisimu sekarang? ujar Kakak sambil memegangi tangan ku. Kakak?! Lepaskan!!! ujar ku sambil melepas pegangan tangan kakak. Kemudian aku berjalan menuju mobil, dan saat itu darah kembali keluar dari hidung ku. Aku berhenti sejenak untuk menghapus darah tersebut dan entah kenapa pandangan ku tiba-tiba menjadi gelap dan tanpa sadar aku sudah jatuh pingsan. Minami dan yang lain yang melihat kejadian itu langsung berlari kearah Miku dan menggendongnya masuk kedalam mobil untuk dibawa pulang. Sesampainya dirumah, Miku diboyong kekamarnya dan diletakkan memeriksa menunggu diatas tempat Miku. tidurnya, Saat kemudian dokter Hoshino kediaman sangat keaadan dirumah diperjalanan menuju Miku

Yamada tadi, Ouji langsung menelpon ayahnya dan meminta untuk Miku karena kondisi mengkhawatirkan. Bagaimana Paman? Apa Miku baik-baik saja? Tanya Minami cemas. aku mengusulkan untuk sementara waktu sebaiknya Miku dirawat dirumah sakit saja. Karena dengan kondisinya yang labil begini semua kemungkinan yang tidak kita inginkan bisa terjadi kapan saja. Ujar paman Hoshino memberi saran. Apa? Labil? Maksud paman hal seperti ini bisa terjadi kapan saja?! Tanya Minami. Ya! Dan itu bisa berbahaya baginya, karena darahnya yang keluar cukup banyak. *j4p_4n9*07

27

Lakukan apapun yang bisa membuatnya sembuh paman, aku mohon, lakukan apa saja. Minami, tanpa kamu pinta pun itu pasti aku lakukan, karena peri kecil ini yang memberi warna dirumah ini. Ujar paman Hoshino. Ayah!! Apa sebaiknya Miku dibawa hari ini juga kerumah sakit?! Tanya Ouji. Ya tentu saja, lebih cepat dia mendapat penanganan medis, itu akan lebih bagus. jawab paman Hoshino.

Garis Batas Yang Nyata Dunia mu.. Dunia ku..


Apakah aku sedang bermimpi? Atau ini semua hanya ilustrasi dari ketakutan ku selama ini? Namun aku akan lebih bahagia andaikan saat ini ibu ada disamping ku. Sepi, sunyi, tak ada satupun orang yang menemani ku disini Begitu aku tersadar dari tidur yang entah sudah berapa lama, yang ku lihat hanyalah ruangan yang berwarna putih bersih, beberapa peralatan medis, dan sebuah bidang datar bening yang terdapat disebelah ranjang ku saat ini. iini dirumah sakit?! A..apa yang sudah terjadi? Aku.. kenapa? ujar ku setelah benar-benar sadar dari tidur ku. Tiada satu orang pun yang menemani Miku saat ini, dia benarbenar berada dalam kesendiriannya. Harapan akan kedatangan sosok kakak yang biasa menemaninya tak lagi terpaku kuat dihatinya. Menerima apa yang terjadi adalah jalan satu-satunya untuk Miku saat ini, dia tak bisa mengelak akan kenyataan namun tak juga bisa menerima kenyataan buruk ini langsung. *j4p_4n9*07

27

Seharusnya sejak lama aku berada disini, setidaknya dunia yang seperti inilah yang pantas untuk ku. Ujar Miku sambil memandang keluar jendela. Terpana dalam lamunan hampanya, Miku tak menyadari kedatangan orang-orang terdekatnya. Bahkan bel yang ada dibalik pintu berbunyi pun tak ia sadari, begitu asyik lamunan itu membawa Miku jauh dari dunia nyata. Kakek yang sebelumnya baik-baik saja memutuskan untuk keluar ruangan itu, karena tak bisa menahan air matanya begitu melihat cucu tercintanya berubah menjadi orang lain yang memiliki dunianya sendiri. Kakek.. apa kakek baik-baik saja? Kita semua tak menginginkan ini semua terjadi pada Miku, namun kita tak dapat menentang kehendak Tuhan Kek. Ujar Minami yang menyusul kakek keluar, sementara itu Yuka tak mampu lagi menahan kesedihannya, menangis adalah jalan terbaik untuk mengeluarkan ganjalan dihatinya, seorang teman, sahabat, bahkan telah dianggap sebagai saudara sendiri itu harus menjalani hari-harinya dalam ruangan perawatan. Kenapa begini? Untuk komunikasi saja harus dibatasi oleh kaca ini. Aku ingin memeluknya lagi Senpai, aku ingin memeluknya lagi, mencubit pipinya, aku ingin sekali. Ujar Yuka sambil menangis dipundak Ouji. Ouji, Yuka, bisa tinggalkan aku dan Miku sebentar? Pinta Minami pada dua orang temannnya. Begitu mereka menyeret langkahnya keluar, Minami masuk kedalam ruangan itu setelah meminjam kunci dari ayah Ouji. Ia berjalan menuju ranjang Miku dan memeluk erat dari belakang, Miku yang tersentak dari lamunannya baru menyadari kehadiran Minami, padahal sedari tadi mereka mencoba berkomunikasi dengan Miku. Ka..kakak..?! sejak kapan kakak ada disini? Tanya ku yang kaget karena dipeluk kakak.

*j4p_4n9*07

27

Kenapa? Kenapa dari tadi hanya melamun saja? Jangan jadikan tempat ini seolah-olah dunia mu sendiri, jangan jadikan kaca ini sebagai garis batas yang nyata antara dunia ku dan dunia mu, karena dunia kita sama. Ujar Minami dengan suara yang lembut namun dipenuhi kecemasan. Maafkan Miku ya kak, selama ini Miku hanya menyusahkan kakak. Tapi Miku janji mulai sekarang dan seterusnya Miku akan jadi diri Miku sendiri, karena terlalu lama bersedih tak akan menjadikan Miku kuat. Benarkan Kak?! Ujar Miku dengan senyum khas nya. Minami pada awalnya tak percaya melihat Miku bangkit dengan senyumnya, tapi setidaknya dia bisa sedikit tenang melihat Miku yang seperti dulu, yang selalu tersenyum meski lelah.

*j4p_4n9*07

27

*j4p_4n9*07

27

You might also like