You are on page 1of 11

Rekayasa Sipil Volume II1, Nomor 1, April 2007 ISSN : 1858-3695

27
KAJIAN PARAMETRIK 2D PROPERTIS TANAH DAN DIMENSI
TERHADAP DEFORMASI SHEET PILE AKIBAT PENGURANGAN
TEKANAN TANAH

Oleh :

Silvianengsih

Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Padang
Kampus Limau Manis Padang

ABSTRAK

Pada struktur galian terjadi ketidakseimbangan akibat hilangnya dukungan horizontal tanah yang semula dipikul
oleh masa tanah yang berada di daerah galian. Oleh karena itu perlu diketahui tinggi galian tanah yang tidak
boleh terlampaui dan besarnya deformasi turap serta panjang tanah yang bergerak (crack) di belakang turap.
Metode pengujian menggunakan pasir dengan kepadatan yang berbeda dan turap yang digunakan dibuat dari
bahan kayu dan plexyglass. Model turap yang dibuat adalah turap kantilever dengan variasi panjang 15 cm, 20
cm, 25 cm dan 30 cm. Penetrasi turap yang diperoleh dari hasil uji dibandingkan dengan hitungan analitis. Dari
penelitian ini diperoleh kedalaman galian tanah 4 cm sampai sampai 6 cm untuk setiap penambahan panjang
turap 5 cm. Jika kepadatan tanah dinaikan dari 0,9 gr/cm
3
menjadi 1,0 gr/cm
3
maka kedalaman galian tanah
mengalami penurunan 6,7% sampai 12,5% untuk turap kayu, dan 5,3% sampai 12,55% untuk turap dari bahan
plexyglass. Rasio penetrasi turap hasil uji mempunyai nilai yang lebih kecil jika dibandingkan dengan hitungan
analitis dengan perbedaan 56% sampai 127,27%. Deformasi turap kayu mengalami peningkatan 10% sampai
73% jika kepadatan tanahnya dinaikan, sedang turap plexyglass mengalami peningkatan 35% sampai 79%.

Kata Kunci : turap kantilever, deformasi turap, rasio penetrasi, hitungan analitis.

LATAR BELAKANG

Salah satu hal penting yang harus
dipertimbangkan dalam pekerjaan turap adalah
adanya gerakan massa tanah di sekitar galian.
Gerakan masa tanah tersebut membentuk
suatu bidang longsor yang akan menggeser
turap. Akibat adanya galian terjadi
ketidakseimbangan pada konstruksi galian
karena hilangnya dukungan horizontal yang
semula dipikul oleh tanah asli di daerah galian.
Gaya aktif yang bekerja pada turap akan
mengalami peningkatan, masalah yang timbul
adalah kedalaman pemancangan turap belum
cukup untuk mengakomodasi tekanan tanah
aktif yang bekerja. Jika hal ini tidak
diperhitungkan maka turap akan mengalami
penggeseran (displacement) atau patahan yang
dapat menimbulkan kecelakaan besar
terhadap orang yang berkerja di sekitar turap,
ataupun konstruksi yang berdekatan dengan
galian.
Panjang pengaruh tanah yang mengalami
penggeseran sulit untuk diprediksikan di
lapangan karena menyangkut banyak faktor.
Deformasi turap dan gerakan massa tanah
akibat adanya galian yang dilakukan serta
ketinggian galian maksimum yang tidak boleh
dilampaui dalam suatu pekerjaan galian sangat
penting untuk diketahui dan dikaji agar tidak
terjadi kegagalan konstruksi.

Studi parameter tanah, jenis turap
kantilever dapat dimodelkan untuk menentukan
kedalaman penetrasi dan deformasi turap
dengan memancangkan turap ke dalam tanah
dan kemudian dilakukan penggalian
(pengurangan tekanan tanah pasif) untuk
berbagai kedalaman dan panjang turap.


Rekayasa Sipil Volume II1, Nomor 1, April 2007 ISSN : 1858-3695
28
PERUMUSAN MASALAH

Kedalaman galian turap, panjang pengaruh
tanah yang mengalami penggeseran, serta
deformasi turap dan prediksi perilaku tanah,
akibat pengurangan tekanan tanah pasif
(penggalian) dapat diamati dengan membuat
model di laboratorium. Model uji turap
kantilever pada tanah granuler dapat
dimodelkan dan diamati dalam suatu box
tembus pandang dua dimensi. Box dibuat dari
bahan kayu banio (kelas kuat I) dan bahan
plexyglass. Box dibuat sedemikian rupa
sehingga dapat menahan berat turap dan tanah
yang akan dimasukan kedalamnya. Setelah itu
dilakukan pengujian penggalian tanah sampai
terjadinya keruntuhan.

MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan latar belakang dan
permasalahan yang dihadapi maka maksud
dan tujuan serta hasil dari kegiatan ini dapat
dirinci sebagai berikut :
Maksud
1. Melakukan uji pengurangan tekanan tanah
pasif (penggalian) pada turap kantilever
dalam suatu box tembus pandang dua
dimensi dengan memvariasikan panjang
dan jenis turap serta kepadatan tanah.
2. Menentukan rasio penetrasi turap.
3. Mengamati dan mengukur deformasi turap
dan sudut keruntuhan tanah.
Tujuan
1. Mengukur kedalaman penetrasi turap (D)
akibat pengurangan tekanan tanah pasif.
2. Mengukur deformasi turap (x) dan
mengamati pola keruntuhan tanah.
3. Mengamati dan mengukur panjang tanah
yang mengalami gerakan dibelakang turap
(a) akibat pengurangan tekanan tanah
pasif.
Dengan melakukan percobaan uji model
fisik di laboratorium diharapkan akan
didapatkan hasil kegiatan atau manfaat :
1. Memperoleh angka-angka rasio penetrasi
turap yang dapat digunakan dalam
perencanaan konstruksi turap kantilever.
2. Mendapatkan panjang tanah yang
mengalami penggeseran sehingga dapat
digunakan dalam memprediksikan lokasi
tanah yang akan bergerak akibat
penggalian yang dilakukan di depan turap.

TINJAUAN PUSTAKA

Raharjo dan Handoko (2005) melakukan
kajian geoteknik pada galian tanah lunak san
menganalisa kembali secara numerik terhadap
peristiwa kegagalan fondasi yang terjadi di
Jakarta 1991. Dalam tinjauannya
menyimpulkan bahwa galian pada tanah lunak
yang tidak dikontrol atau tidak diproteksi
dengan baik dapat menyebabkan gerakan
masa tanah dalam arah lateral dan dapat
menyebabkan kegagalan fondasi tiang yang
telah dibangun.
Silvia (2005), meneliti displacement turap
dan butiran tanah granuler yang dimodelkan
dengan aluminium akibat pengurangan tekanan
tanah pasif dan membandingkan hasil
pengujian dengan program plaxis. Karena
media yang digunakan dalam memodelkan
tanah adalah aluminium, maka sulit untuk
mendapatkan kepadatan dan gradasi tanah
yang mendekati kondisi riil dilapangan oleh
karena itu dicoba untuk menukar bahan
aluminium dengan tanah pasir.
Zanussi (1991), Chan (1997) dalam
Raharjo dan Handoko (2005) melaporkan
Rekayasa Sipil Volume II1, Nomor 1, April 2007 ISSN : 1858-3695
29
kegagalan fondasi bangunan gedung di Jakarta
yang disebabkan oleh gerakan tanah yang
terjadi akibat galian di sekitar gedung, serta
mengindikasikan bahwa banyak kegagalan
konstruksi terjadi karena kurangnya
pengetahuan dan teknologi, penyelidikan
geoteknik yang sangat minim, design kurang
memadai, konstruksi yang salah dan kurangnya
informasi dari design dalam melakukan
hitungan bagi pelaksana.
Ukritchon dkk (2003) melakukan studi
kasus pada tanah lempung undrained untuk
menghitung stabilitas tanah akibat galian dan
menganalis kembali dengan metode elemen
hingga seperti terlihat pada Gambar 1.










Gambar 1 Hubungan antara kedalaman dengan
panjang turap (Ukritchon dkk. 2003)

Peck (1969) dalam Bowles (1996)
memberikan perkiraan panjang tanah yang
mengalami gerakan dibelakang dinding
penahan, yang kemudian dihitung kembali
salah satu penggaliannya oleh Caspe.

Turap Cantilever
Menurut Suryolelono (1994), tipe turap
dapat dibedakan menurut bentuk
konstruksinya.
Turap tanpa angker (cantilever sheet pile),
adalah suatu konstruksi yang dibuat untuk
mencegah kelongsoran tanah di sekitar daerah
galian yang dalam menahan gaya horizontal
mengandalkan panjang turap yang tertancap
kedalam tanah.
Turap dengan angker (Anchored
Bulkhead), tipe ini digunakan bila beda tinggi
tanah yang ditahan cukup besar. Stabilitas
konstruksi ditahan selain oleh jepitan tanah
juga angker yang letaknya di bagian atas.

Tanah Granuler
Tanah granuler seperti pasir dan kerikil
merupakan tanah yang tidak mempunyai kohesi
(c=0), atau mempunyai kohesi namun sangat
kecil, sehingga dalam analisis kekuatan sering
diabaikan.
Parameter tanah yang diperlukan alam
perencanaan turap, adalah sudut geser dalam
() dan berat isi tanah (). Untuk menentukan
nilai-nilai tersebut sebaiknya dilakukan
pengujian di laboratorium. Dianjurkan untuk
melakukan pengujian geser langsung (direch
shear test) dalam menentukan sudut geser
dalam tanah (), (Bowles 1996).
Salah satu faktor yang mempengaruhi rasio
penetrasi turap adalah berat isi tanah, nilai
sudut gesek dalam tanah dan kedalaman muka
air tanah, untuk sudut gesek dalam tanah =
38
0
diperoleh nilai rasio penetrasi 0,76 (Cernica
1995).

Analisa Stabilitas Turap
Hitungan metode analitis didasarkan atas
keseimbangan gaya yang bekerja pada
konstruksi turap. Untuk memperoleh kondisi
seimbang, maka 0 =
H
F (resultante gaya-
gaya pada arah horizontal = 0) dan
0 = M (resultante momen = 0) gambar 2.



Rekayasa Sipil Volume II1, Nomor 1, April 2007 ISSN : 1858-3695
30












Gambar 2 Diagram gaya yang bekerja pada
turap kantilever

Total tekanan tanah aktif yang bekerja di
belakang turap adalah ;
a a
K H E
2
1
2
1
= ...........(1)
dengan jarak sebesar ( )
0
3
1
d H e
a
+ = dari
titik D
0
,
Tekanan tanah pasif yang bekerja di
depan turap adalah sebesar ;
p p
K d E
2
0
2
1
= .........(2)
dengan jarak
0
3
1
d e
p
= dari titik D
0
,
Menentukan panjang d
0
, tinjau terhadap
titik d
0
, maka,
0
0
= Md 0 . . = +
p p a a
e E e E
( ) | |
3
0
3
0
2
0 0
2 3
. . 3 3 .
6
1
d K d Hd d H H K
p a
+ + + +
...................................................................(3)

E
a
: gaya aktif yang bekerja pada turap
(kN/cm
2
)
E
p
: gaya pasif yang bekerja pada turap
(kN/cm
2
)


Dengan memasukan parameter K
a
, dan
H, maka diperoleh panjang turap d
0
. Agar
konstruksi turap seimbang maka panjang turap
yang dipancang diperoleh dengan mengalikan
1,2 x d
0
.

Sudut Keruntuhan Tanah
Gerakan tanah dalam kondisi aktif hanya
terjadi bila bagian tanah yang terletak diantara
dinding dan bidang runtuh membentuk sudut
(45
0
+ /2) terhadap bidang horizontal, Rankine
(1857) dalam R.F Craig (1994). Bidang longsor
tanah sebenarnya bukan berbentuk garis lurus,
tetapi untuk memudahkan perhitungan maka
disederhanakan menjadi bidang lurus maka
untuk mengukur sudut keruntuhan tanah dapat
dilihat gambar 3.







2
45

u + =


Gambar 3 Penentuan sudut keruntuhan tanah
Sudut keruntuhan tanah dihitung
berdasarkan rumus :

2 / 45 | u + =
o
....(4)
: sudut keruntuhan tanah(
0
).





A





1
7
0

D
0

H




D



E
a



ang
ker


Dasar
galian

+170


E
P



ang
ker


B


d
0



A





1
7
0

d0



an
gk
er


H


D0

D


B


Rekayasa Sipil Volume II1, Nomor 1, April 2007 ISSN : 1858-3695
31
HASIL UJI COBA
Hasil uji penelitian pendahuluan
berdasarkan data yang diperoleh adalah
sebagai berikut ini.
Tabel 1 Hasil uji penelitian pendahuluan
No Jenis Uji Hasil Uji
1 Kadar air, w (%) 31,95
2 Kepadatan tanah, (gr/cm
3
) 1,27
3 Sudut gesek dalam (
0
) 38
4 Berat jenis/ Specivic Gravity
(GS)
2,66
5 Kadar air kayu (%) 17,02
6 Berat jenis kayu (gr/cm
3
) 0,759
7 Berat volume plexyglass
(gr/cm
3
)
11,41

Sudut gesek dalam tanah menunjukan nilai
yang cukup besar yaitu 38
0
. Menurut Mayer Hof
(1956) dalam Hardiyatmo (2002-a) kisaran nilai
sudut gesek dalam tanah pasir, untuk pasir
agak padat berkisar antara 35
0
-40
0
. Dari
beberapa uji pendahuluan terhadap sifat
properties tanah yang telah diuji, dapat
disimpulkan bahwa tanah yang akan digunakan
dalam penelitian selanjutnya adalah jenis tanah
pasir tak padat.
Studi Parametrik
Pada penelitian ini dibuat panjang turap
berbeda-beda yaitu masing-masing 15 cm, 20
cm, 25 cm, dan 30 cm. Turap dipancangkan
pada tanah pasir dengan dua variasi kepadatan
yaitu 0,90 gr/cm
3
dan 1,0 gr/cm
3
, kemudian
dilakukan penggalian bertahap per dua cm
sampai terjadi deformasi pada turap.
Kedalaman galian turap
Dari hasil pengamatan terhadap dua jenis
turap yang dipakai yaitu turap dari bahan kayu
dan bahan plexyglass maka diperoleh
kedalaman galian seperti yang tertera pada
tabel 2 dan tabel 3.
Tabel 2 Kedalaman galian hasil uji pada turap
kayu dan plexyglass
No L
(CM)
Kepadatan tanah
0,9 gr/cm
3
(H)
Kepadatan tanah
1,0 gr/cm
3
(H)
1 15 10 9
2 20 15 14
3 25 20 18
4 30 24 21

Tabel 3 Kedalaman galian hasil uji pada turap
plexyglass
No L
(CM)
Kepadatan tanah
0,9 gr/cm
3
(H)
Kepadatan tanah
1,0 gr/cm
3
(H)
1 15 8 7
2 20 14 13
3 25 19 18
4 30 24 21

Terjadi peningkatan kedalaman galian 3 cm
sampai 5 cm untuk setiap penambahan
panjang 5 cm turap kayu, dan 3 cm sampai 6
cm untuk setiap penambahan panjang 5 cm
turap dari bahan plexyglass seperti terlihat
pada gambar 4 dan gambar 5.












Gambar 4 Kedalaman galian pada turap kayu

0
5
10
15
20
25
30
10 15 20 25 30 35
Panjang Turap (cm)
K
e
d
a
l
a
m
a

g
a
l
i
a
n

(
c
m
)
turap kayu pada kepadatan pasir 0,9 gr/cm3
turap kayu pada kepadatan pasir 1,0 gr/cm3
Rekayasa Sipil Volume II1, Nomor 1, April 2007 ISSN : 1858-3695
32













Gambar 5 Kedalaman galian pada turap
plexyglass

Perilaku turap kayu dan plexyglass
menunjukan kecenderungan yang sama
apabila kepadatan tanahnya dinaikan.
Kedalaman galian menunjukan penurunan jika
kepadatan tanah dinaikan dari 0,9 gr/cm
3

menjadi 1,0 gr/cm
3
.
Hal ini disebabkan karena pengaruh
kepadatan tanah, dimana semakin tinggi
kepadatan tanah maka akan semakin besar
gaya aktif yang mendorong turap dari
belakangnya untuk bergerak ke arah depan
galian. Oleh sebab itu diperlukan kedalaman
penetrasi turap yang lebih dalam agar gaya
pasif yang terjadi dapat memberikan tahanan
yang cukup.

Analisis Rasio Penetrasi Turap
Penetrasi turap hasil uji diperoleh dari hasil
pengurangan panjang turap (L) dengan
kedalaman galian tanah (H). Hitungannya
berikut seperti yang tertera pada tabel 4.


Tabel 4 Penetrasi turap kayu hasil uji dan
hitungan analitis.

Kedalaman penetrasi turap yang diperoleh
dari hasil uji dibandingkan dengan hasil
hitungan analitis (keseimbangan gaya-gaya)
yang bekerja pada turap. Analisa hitungan
secara analitis mengikuti persamaan 1, 2 dan 3.
Kedalaman penetrasi turap hasil uji
mempunyai nilai yang lebih kecil jika
dibandingkan dengan hitungan analitis. Turap
kayu dan turap plexyglass memperlihatkan
kecenderungan yang sama, gambar 7 dan
gambar 8.










Gambar 6 Kedalaman penetrasi turap kayu
pada kepadatan tanah 0,9 gr/cm
3

H (Hasil
Uji)/,cm
Turap = D
(cm)
R= D/H
Kepadatan
tanah 0,9
gr/cm
3

Hasil
uji
(cm)
Analiti
s
(cm)
Hasil
uji
(cm)
Analitis
(cm)
L 15 10 5 7,51 0,50 0,75
20 15 5 11,20 0,33 0,75
25 20 5 15,04 0,25 0,75
30 24 6 18,04 0,25 0,75
D/H rata-rata = 0,33 0,75
Kepadatan tanah 1,0 gr/cm
3

L 15 9 6 6,77 0,66 0,75
20 14 6 10,52 0,43 0,75
25 18 7 13,54 0,39 0,75
30 21 9 15,77 0,43 0,75
D/H rata-rata = 0,48 0,75
0
5
10
15
20
25
30
10 15 20 25 30 35
Panjang Turap (cm)
K
e
d
a
l
a
m
a
n

g
a
l
i
a
n

(
c
m
)
turap flexyglass pada kepadatan pasir 0,9 gr/cm3
turap flexyglass pada kepadatan pasir 1,0 gr/cm3
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
20.00
22.00
24.00
10 15 20 25 30 35
Panjang turap (cm)
K
e
d
a
l
a
m
a
n

p
e
n
e
t
e
r
a
s
i

(
c
m
)
hasil pengujian
hitungan analitis
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
20.00
22.00
24.00
10 15 20 25 30 35
Panjang turap (cm)
K
e
d
a
l
a
m
a
n

p
e
n
e
t
e
r
a
s
i

(
c
m
)
hasil pengujian
hitungan analitis
Rekayasa Sipil Volume II1, Nomor 1, April 2007 ISSN : 1858-3695
33










Gambar 7 Kedalaman penetrasi turap kayu
pada kepadatan tanah 1,0, gr/cm
3











Gambar 8 Kedalaman penetrasi turap
plexyglass pada kepadatan tanah 0,9 gr/cm
3













Gambar 9 Kedalaman penetrasi turap
plexyglass pada kepadatan tanah 1,0 gr/cm
3


Karena kedalaman penetrasi turap hasil uji
lebih kecil jika dibandingkan dengan hasil
hitungan analitis maka rasio penetrasi turap
dari hasil uji juga mempunyai nilai yang lebih
kecil jika dibandingkan dengan hitungan
analitis.

Perbedaan nilai ini akan dijelaskan dengan
alasan sebagai berikut :
Ditinjau dari segi parameter tanah yang
dimodelkan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi rasio
penetrasi turap adalah berat isi tanah, nilai
sudut gesek dalam tanah dan kedalaman muka
air tanah, untuk sudut gesek dalam tanah =
38
0
diperoleh nilai rasio penetrasi 1,02 (Cernica
1995). Pernyataan tersebut jika dihubungkan
dengan parameter tanah yang dimodelkan
dimana parameter kadar air tanah tidak
diperhitungkan pada waktu pengujian, sehingga
pasir agak lepas dan kurang padat saat
dipadatkan. Kepadatan tanah yang divariasikan
belum sampai pada kepadatan maximum,
sehingga hal ini dapat menyebabkan
kedalaman penetrasi turap kecil. Dalam
hitungan analitis kepadatan tanah dianggap
sama disemua tempat, dan tanah (pasir)
dianggap mempunyai gradasi yang baik (well
graded).

Ditinjau dari segi pelaksanaan pengujian
Hardiyatmo (2002-b), menyatakan bahwa
tanah granuler sangat sensitif terhadap getaran
sehingga sangat sulit untuk mengamakan
kondisi yang sama seperti kondisi di lapangan.
Pernyataan diatas jika dihubungkan dengan
kondisi pengujian saat dilaksanakan. Pada
pengujian yang dilakukan sangat sulit untuk
mendapatkan kepadatan yang sama antara
satu pengujian dengan pengujian lainnya.
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
20.00
22.00
24.00
10 15 20 25 30 35
Panjang turap (cm)
K
e
d
a
l
a
m
a
n

P
e
n
e
t
r
a
s
i

(
c
m
)
hasil pengujian
hitungan analitis
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
20.00
22.00
24.00
10 15 20 25 30 35
Panjang turap (cm)
K
e
d
a
l
a
m
a
n

p
e
n
e
t
r
a
s
i

(
c
m
)
hasil pengujian
hitungan analitis
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
10 15 20 25 30 35
Panjang turap (cm)
K
e
d
a
l
a
m
a
n

p
e
n
e
t
r
a
s
i

(
c
m
)
hasil pengujian
hitungan analitis
Rekayasa Sipil Volume II1, Nomor 1, April 2007 ISSN : 1858-3695
34
Untuk memperoleh kepadatan yang sama
antara satu pengujian dengan pengujian
lainnya dilakukan pengujian berulang-ulang
sehingga diperoleh nilai kepadatan yang
mendekati sama antara satu pengujian dengan
pengujian yang lainnya.
Adanya pasir yang masuk melalui celah antara
dinding box dua dimensi dengan dinding turap
akan dapat menambah gesekan antara dinding
box dengan dinding turap, sehingga akan dapat
mempertinggi kedalaman galian.

Pada hitungan analitis panjang penterasi turap
sudah dikalikan dengan faktor keamanan 20%,
sedangkan dalam pengujian tidak
memperhitungan faktor keamanan. Dengan
demikian kedalaman penetrasi turap hasil uji
akan lebih kecil jika dibandingkan dengan
hitungan analitis.

Deformasi Turap Kayu dan Plexyglass
Deformasi turap kayu dan plexyglass dalam
pengujian ini diukur dengan menggunakan
caliper dengan ketelitian pembacaan sampai
1/1000 mm. Hasilnya seperti terlihat pada
gambar 10.











Gambar 10 Deformasi turap kayu dan
plexyglass pada kepadatan tanah 0,9 gr/cm
3


Secara umum deformasi turap hasil pengujian
akan semakin besar jika panjang turap
bertambah. Deformasi turap kayu lebih besar
dibanding dengan deformasi turap plexyglass
pada kepadatan pasir yang sama, gambar 11.










Gambar 11 Deformasi turap kayu dan
plexyglass pada kepadatan tanah 1,0, gr/cm
3


Hal ini disebabkan karena berat volume
kayu yang lebih kecil dibandingkan dengan
berat volume plexyglass, sehingga turap kayu
lebih ringan dibanding dengan turap plexyglass.
Dengan demikian turap kayu akan lebih mudah
terdeformasi jika dibanding dengan turap
plexyglass.

Analisis Sudut Keruntuhan Tanah
Sudut keruntuhan tanah dari pengujian
diperoleh dengan cara menghubungkan garis
dari panjang tanah yang bergerak di belakang
turap (crack) dengan titik putar turap. Hasil
pengukuran sudut keruntuhan tanah adalah
seperti yang tertera pada tabel 5.







0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
10 15 20 25 30 35
Panjang Turap (cm)
D
e
f
o
r
m
a
s
i

t
u
r
a
p

(
m
m
)

turap kayu
turap Plexyglass
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
10 15 20 25 30 35
Panjang Turap (cm)
D
e
f
o
r
m
a
s
i

t
u
r
a
p



(
m
m
)

turap kayu
turap plexyglass
Rekayasa Sipil Volume II1, Nomor 1, April 2007 ISSN : 1858-3695
35
Tabel 5 Sudut keruntuhan tanah

Untuk memperoleh sudut keruntuhan tanah
secara analitis digunakan persamaan 4. Dari
hasil uji mempunyai nilai yang besar
dibandingkan dengan hasil hitungan analitis.
Perbedaan tersebut berkisar antara 5
0
sampai
16
0
. Salah faktor yang dapat dijadikan sebagai
alasan terjadinya perbedaan ini adalah karena
parameter tanah yang dimodelkan pada saat
pengujian sangat minim sekali dan kurangnya
peralatan yang dapat dijadikan sebagai alat
pengontrolan kepadatan tanah saat pengujian
karena kepadatan tanah besar pengaruhnya
terhadap sudut keruntuhan tanah.

Panjang tanah yang bergerak (Crack) di
belakang turap
Panjang tanah yang mengalami gerakan di
belakang turap diamati dan diukur dengan
caliper.
Dari hasil pengamatan dan pengukuran
yang dilakukan pada masing-masing pengujian
maka diperoleh panjang tanah yang mengalami
gerakan (crack) di belakang turap seperti yang
tertera pada tabel 6.
Tabel 6 Panjang tanah yang mengalami
gerakan (crack)

L
(cm)
Turap Kayu Turap Plexyglass
Kepadatan
tanah 0,9
gr/cm
3
Kepadatan
tanah 1,0
gr/cm
3

Kepadatan
tanah 0,9
gr/cm
3
Kepadatan
tanah 1,0
gr/cm
3

a (mm) a (mm) a (mm) a (mm)
15 43,00 46,63 43,05 49,96
20 38,90 64,70 47,00 51,30
25 69,00 64,30 72,71 82,48
30 56,78 99,60 74,00 102,58

Turap kayu dan turap plexyglass
memperlihatkan kecenderungan yang sama jika
kepadatan tanahnya dinaikan, jika kepadatan
tanah naik, maka panjang tanah yang bergerak
di belakang turap akan mengalami
peningkatan.










Gambar 13 Panjang tanah yang bergerak
(crack) pada turap kayu









Gambar 12 Panjang tanah yang bergerak
(crack) pada turap plexyglass
1.Turap kayu Kepadatan tanah
0,9 gr/cm
3

Kepadatan tanah
1,0 gr/cm
3


Uji Analiti
k
Uji Analitik
L 15 71
0
64
0
70
0
64
0

(cm) 20 76
0
64
0
69
0
64
0

25 74
0
64
0
71
0
64
0

30 78
0
64
0
69
0
64
0

2. Turap plexyglass
L 15 70
0
64
0
70
0
64
0

(cm) 20 74
0
64
0
74
0
64
25 70
0
64
0
70
0
64
0

30 76
0
64
0
69
0
64
0

0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
10 15 20 25 30 35
Panjang Turap (cm)
C
r
a
c
k


(
m
m
)

turap kayu pada kepadatan
tanah 0,9 gr/cm3
turap kayu pada kepadatan
tanah 1,0 g/cm3
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
10 15 20 25 30 35
Panjang Turap (cm)
C
r
a
c
k


(
m
m
)

turap plexyglass pada kepadatan
tanah 1,0 gr/cm3
turap plexyglass pada kepadatan
0,9 gr/cm3
Rekayasa Sipil Volume II1, Nomor 1, April 2007 ISSN : 1858-3695
36
Jika dihubungkan dengan deformasi turap,
dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa
deformasi turap kayu dan turap plexyglass
mengalami peningkatan jika kepadatan
tanahnya dinaikan sehingga panjang tanah
yang bergerak (crack) di belakang turap kayu
dan turap plexyglass juga bertambah besar.
Pada kepadatan tanah yang sama crack
yang terjadi pada turap kayu lebih kecil jika
dibandingkan dengan crack yang terjadi pada
turap plexyglas. Hal ini dapat difahami karena
deformasi turap kayu lebih besar jika
dibandingkan dengan deformasi turap
plexyglass pada kepadatan tanah yang sama
sehingga panjang tanah yang bergerak di
belakang turap kayu lebih kecil jika
dibandingkan dengan panjang tanah yang
bergerak di belakang turap plexyglass.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan dapat dibuat kesimpulan sebagai
berikut di bawah ini.
1. Uji turap pada kepadatan tanah 0,9 gr/cm
3

dan 1,0 gr/cm
3
memperoleh kedalaman
galian setinggi 8 cm sampai 24 cm, jika
kepadatan tanahnya dinaikan dari 0,9
gr/cm
3
menjadi 1,0 gr/cm
3
maka kedalaman
galian mengalami penurunan 6,7% sampai
12,5% untuk turap kayu, dan 5,3% sampai
12,5% untuk turap plexyglass. Turap kayu
dan turap plexyglass memperlihatkan
perilaku yang sama.
2. Rasio penetrasi turap kayu hasil uji
memperoleh nilai 0,33 dan 0,48 pada
kepadatan tanah 0,9 gr/cm
3
dan 1,0 gr/cm
3
.
Dari hitungan analitis diperoleh rasio
penetrasi turap 0,75, dengan demikian
rasio penetrasi turap hasil uji mempunyai
perbedaan 56% sampai 127,27% jika
dibandingkan dengan hitungan analitik.
3. Turap plexyglass mempunyai rasio
penetrasi hasil uji 0,47 dan 0,50 pada
kepadatan tanah 0,9 gr/cm
3
dan 1,0 gr/cm
3
.
Dari hitungan analitis diperoleh rasio
penetrasi turap 0,75, dengan demikian
rasio penetrasi turap hasil uji mempunyai
perbedaan 50,0% sampai 59,57% jika
dibandingkan dengan hitungan analitik.
4. Deformasi tanah dan turap memperlihatkan
kecenderungan yang sama, tanah yang
berada di belakang turap cenderung untuk
bergerak ke arah bawah dan ke kiri galian
mengikuti arah geseran turap. Tanah di
depan turap pola keruntuhan dan
gerakannya ke arah kiri dan tanah
cenderung untuk naik.
5. Deformasi turap kayu mengalami
peningkatan 10% sampai 73% jika
kepadatan tanahnya dinaikan dari 0,9
gr/cm
3
menjadi 1,0 gr/cm
3
. Turap
plexyglass deformasinya mengalami
peningkatan 35% sampai 79% jika
kepadatan tanahnya dinaikan dari 0,9
gr/cm
3
menjadi 1,0 ge/cm
3
.
6. Sudut keruntuhan tanah hasil pengujian
mempunyai nilai 14
0
lebih besar jika
dibandingkan dengan hitungan analitis. Dari
hasil hitungan analitis diperoleh sudut
keruntuhan tanah 64
0
dan dari hasil uji
diperoleh sudut keruntuhan terbesar 78
0
.
7. Panjang tanah yang bergerak di belakang
turap kayu dan turap plexyglass semakin
panjang jika kepadatan tanahnya dinaikan.
8. Turap kayu dan turap plexyglass
mempunyai kecenderungan yang sama jika
dilakukan penggalian (pengurangan
tekanan tanah pasif).

Rekayasa Sipil Volume II1, Nomor 1, April 2007 ISSN : 1858-3695
37
Saran
1. Pada penelitian ini jenis tanah yang
digunakan hanya satu dengan variasi
kepadatan 0,9 gr/cm
3
dan 1,0 gr/cm
3
, untuk
itu perlu penelitian dengan jenis tanah dan
kepadatan tanah yang bervariasi.
2. Parameter tanah yang dimodelkan hanya
kepadatannya saja sehingga perlu suatu
pengujian dengan variasi parameter tanah
lainnya seperti kadar air tanah, sudut gesek
dalam tanah.
3. Diperlukan suatu alat uji untuk
memperoleh kepadatan tanah yang sama
antara satu pengujian dengan pengujian
yang lainnya.
4. Agar deformasi tanah dapat terbaca maka
pengujian dapat dikembangkan dengan
menggunakan teknik foto sterio.
5. Penelitian dapat dilanjutkan dengan jenis
turap yang diangker.
6. Perlu suatu dial dengan gaya yang kecil
agar deformasi turap dapat dibaca melalui
dial.
7. Disarankan untuk melakukan suatu
pengujian dengan variasi ukuran atau
dimensi box dua dimensi.


DAFTAR PUSTAKA

Bowles J E.1996. Foundation Analysis and
Design. Fifth Edition. The Mc.Graw-Hi l l
Companies Inc. New York.
Craig R F.1994. Mekanika Tanah. Edisi
keempat. Erlangga. Jakarta.
Cernica. 1995. Geotechnical Enineering
Foundation Design. John Wiley & Sons Inc.
New York Chichester Bribane Toronto
Singapore.
Davidson J L. and Boghrat A. 1983.
Displacements and Strains Around Probes in
Sand. Proceeding of the Confrence on
Geoteknical Practice in Offshore Engineering
Ed. By Stephen G.Wrigt, Austin. Texas
Hardi yatmo H C. 2002-a. Mekanika Tanah I.
Edisi-3. Gadjah Mada Uni versi ty Press.
Yogyakarta.
Hardi yatmo H C. 2002-b. Mekanika Tanah II.
Edisi-2. Gadjah Mada Uni versi ty Press.
Yogyakarta
Hardi yatmo H C. 2002-c. Teknik Fondasi II.
Edisi-2. Penerbit Beta Offset Yogyakarta.
Lambe T W, and Whitman R V. 1969. Soil
Mechanics. John Wiley &Sons. New York.
Melinda L, Raharjo P dan Djajaputra A. 2000.
Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan
Geoteknik-IV INDO-GEO 2000. Konstruksi
Pada Tanah Bermasalah. Jakarta.
Raharjo P dan Handoko S G. 2005. Prosiding
Seminar Nasional Pile 2005 Perkembangan
Terbaru Fondasi Tiang. Bandung.
Silvia .2005. Perilaku Turap Akibat
Pengurangan Tanah Pasif Dalam Model Dua
Dimensi. Tesis Pasca Sarjana Universitas
Gadjah Mada Jogjakarta.
Suryolelono KB.1994. Teknik Fondasi bagian
I1. cetakan ke-3. Penerbit Nafiri Yogyakarta.
Teng W C. 1962. Foundation Design. Prentice
Hall. Engle Wood Cliffs. NJ.
Ukritchon B, Whittle A J, and Sloan S W. 2003.
Journal of Geotechnical and Geoevironmental
Engineering. ASCE, Agustus 2003.

You might also like