Professional Documents
Culture Documents
a. Asbabun Nuzul
Ada beberapa hadis yang dikatakan oleh para ulama tafsir sebagai asbabun
nuzul dari ayat ini, ialah:
Diriwayatkan oleh al-Hakim dari Said bin al-Musayyab yang bersumber dari
bapaknya. Isnad Hadits ini sahih, hanya saja gharib. 1
2. Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa pada peperangan Khaibar, Rasulullah saw.
meminta panah, dan memanahkannya ke benteng. Anak panah tersebut
mengenai Ibnu Abil Haqiq )pihak musuh( hingga ia pun terbunuh di tempat
tidurnya. Allah menurunkan ayat ini )al-Anfal: 17( berkenaan dengan peristiwa
tersebut, sebagai penegasan bahwa yang melempar panah itu adalah Allah swt..
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari `Abdurrahman bin Zubair.
Hadits ini mursal, sanadnya jayyid (baik), akan tetapi gharib.2
3. Hadits yang masyhur berkenaan dengan turunnya ayat ini )alAnfal: 17( adalah
peristiwa yang tejadi dalam peperangan Badr, di waktu Rasulullah saw.
melemparkan segenggam batu-batu kecil hingga menyebabkan banyak yang
mati di kalangan musuh.
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa di waktu peperangan Badr, para shahabat
mendengar suara gemuruh dari langit ke bumi, seperti suara batu-batu kecil jatuh
ke dalam bejana. Rasulullah saw. melempari lawannya dengan batu-batu kecil tadi
sehingga kaum Muslimin pun menang. Ayat ini )al-Anfal: 17( turun berkenaan
dengan peristiwa tersebut, yang menegaskan bahwa sesungguhnya yang melemparkan
batu-batu itu adalah Allah di saat Nabi melemparkannya. Diriwayatkan oleh Ibnu
Jarir, Ibnu Abi Hatim, dan ath-Thabarani, yang bersumber dari Hakim bin
Hizam.Diriwayatkan pula oleh Abusy Syaikh yang bersumber dari Zabir dan
Ibnu 'Abbas. Dan diriwayakan pula oleh Ibnu Jarir dari sumber lain, tapi
mursal.3
Berkata Ali bin Abi Thalhah dari Ibn Abas: “Pada saat perang Badr, Rasulullah saw
mengangkat kedua tangan beliau dan berdo’a: “Ya Allah , jika tidak Engkau binasakan
mereka )para musuh(, maka Engkau tidak akan disembah lagi di muka bumi selamanya!”,
Lalu malaikat Jibril berkata kepada Rasul: “Hai Muhammad, ambillah segenggam debu lalu
1
Asbabun Nuzul: Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-ayat al-Qur’an. Edisi ke 2. Tim
Editor: H.A.A. Dahlan, M. Zaka Alfarisi. Bandung: Penerbit Diponegoro, 2004. hal. 236.
2
Ibid.
3
Ibid.
3
lemparkan kea rah wajah mereka!”. Lalu Rasul mengambil segenggam debu dan
melemparkan kea rah wajah mereka, maka tak seorang pun dari kaum musyrikin kecuali
matanya, lubang hidungnya, dan mulutnya terkena debu yang segenggam itu, lalu mereka
melarikan diri..4
Diriwayatkan sesungguhnya para sahabat Rasul saw. ketika telah selesai dari
perang Badr, masing-masing dari mereka menceritakan perbuatan-perbuatan
apa saja yang telah mereka kerjakan: “Aku telah membunuh dengan begini”;
“Kalau aku begini”. Datang dari melakukan pekerjaan itu dengan bangga dan
sejenisnya. Lalu diturunkan ayat itu )al-Anfal: 17( sebagai pemberitahuan
bahwa Allah-lah yang telah membunuh mereka dan berkuasa atas segala
sesuatu.5
Malik berkata: “Tak seorangpun dari musuh yang tidak terkena lemparan
Rasul pada waktu itu”. Ibn Qasim juga meriwayatkan hadis sejenis.6
Surah al-Anfal: 17 ini memiliki satu tema pokok, dan tema lain yang
merupakan penafsiran dari tema pokok.
1. Tema/Topik utama dari al-Anfal: 17 ini adalah manusia harus berjuang dan
bekerja keras untuk mencapai tujuannya, dalam rangka mengabdi kepada
Allah. Sebagaimana Rasulullah dan para sahabat berusaha, berjuang dan
berperang di jalan Allah, untuk menegakkan panji Islam dan beribadah
mencapai ridla-Nya. Allah turut serta dalam perbuatan dan usaha kerasnya itu.
Pada ayat ini, Allah menunjukkan kekuasaan-Nya dengan membantu
Rasulullah dan kaum Muslimin mengalahkan musuh-musuh Allah dan Rasul-
Nya serta kaum Muslimin.
4
Ibn Katsir. Tafsir Ibn Katsir. Dalam CD Holy Qur’an.
5
al-Qurthubi. Tafsir al-Qurthubi. Dalam CD Holy Qur’an.
6
Ibid.
4
Pendapat seperti ini juga dikatakan oleh Ibn Katsir dalam tafsirnya:
يهبين تعالى أنهه خالق أفعال العباد وأنهه المحمود على جميهع مها صهدر منههم مهن خيهر لنهه ههو
الذي وفقهم لذلك وأعانهم
)123(َش ُكرُون
ْ َلّ َل َعّلكُ ْم ت
َ لّ ِببَ ْد ٍر َوَأ ْنتُمْ أَ ِذلّةٌ فَاتّقُوا ا
ُ ص َركُمُ ا
َ َولَقَ ْد َن
“Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal
kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah
kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya.” (Ali-Imron: 123)
2. At-Taubah: 25
3. al-Baqarah: 249
7
Ibnu Katsir. Ibid.
5
1. as-Saffat: 96
2. al-Insan: 30
)30( ّل
ُ ن يَشَاءَ ا
ْ َل أ
ّ ِن إ
َ َومَا تَشَاءُو
“Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki
Allah.” (al-Insan: 30)
3. al-An’am: 111
4. al-Hadid: 22
ن َن ْب َرأَهَا
ْ َل أ
ِ ْب مِنْ َقب
ٍ سكُمْ إِلّ فِي ِكتَا
ِ ُض وَلَ فِي َأنْف
ِ ْلْر
َ ن ُمصِيبَةٍ فِي ا
ْ ِب م
َ مَا َأصَا
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada
dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum
Kami menciptakannya.” (al-Hadid: 22)
1. Manusia, lebih khusus setiap Muslim harus berusaha dan berjuang keras
dalam segala aspek kehidupan untuk menggapai kesejehteraan hidup dalam
rangka beribadah mengharapkan ridha Allah. Seperti dicontohkan Rasulullah
saw. dalam asbabun nuzul ayat itu, yaitu dengan berperang di jalan Allah
untuk mempertahankan keberlangsungan Islam, dalam rangka beribadah
mengharap ridla Allah.
2. Dalam usaha dan kerja kerasnya, manusia khususnya setiap Muslim harus
meyakini bahwa ada qudrah dan iradah Allah di dalamnya. Ini juga berarti,
bahwa setiap Muslim harus mengimani qadla dan qadar Allah. Dijelaskan oleh
ayat itu, bahwa Allah-lah yang sejatinya melempar, memanah, membunuh
musuh-musuh Allah ketika nabi saw. dan para sahabatnya melakukan
peperangan.
yang dapat menolaknya. Demikian pula sebaliknya, setiap siapa dan apa saja yang
Allah menghendaki buruk, maka akan menjadi buruk, dan tidak ada kekuatan lain
yang dapat menolaknya. Dan tidak ada kewajiban atas Allah untuk berbuat baik
atau buruk, semuanya adalah dalam batas-batas kewenangan dan kekuasaan-Nya.
Allah berfirman:
ّل الّلهُمّ مَالِكَم ا ْلمُلْكِم ُتؤْتِي ا ْل ُملْكَم مَنْم تَشَا ُء َو َت ْنزِعُم ا ْلمُلْكَم ِممّنْم تَشَا ُء َو ُت ِعز
ِ ُق
)26(ٌشيْءٍ قَدِير
َ ّعلَى كُل
َ َخ ْيرُ ِإ ّنك
َ ْك ال
َ ن تَشَا ُء ِبيَ ِد
ْ َل م
ّ ِن تَشَا ُء َوتُذ
ْ َم
“Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan
kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari
orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki
dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala
kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (ali Imron:
26)
Ini tidak berarti bahwa manusia tidak ada kuasa sama sekali atas
perbuatannya, bagaimanapun manusia adalah makhluk, yang Allah telah
menjadikannya sebagai khalifah di muka bumi, Allah memberinya akal dan
pikiran untuk mendayagunakan bumi dan alam semesta untuk kesejahteraan
bersama dalam rangka beribadah mengabdi kepada-Nya. Ini artinya bahwa Allah
mendelegasikan kekuasaan-Nya kepada manusia, agar manusia bekerja dan
berusaha keras untuk mencapai kesejahteraan dalam rangka berusaha dan
beribadah mengharapkan ridla-Nya, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh
Rasulullah saw. dalam kehidupan kesehariannya.
)46(ِل صَالِحًا َفِلنَفْسِ ِه َومَنْ أَسَاءَ َف َعَل ْيهَا َومَا َر ّبكَ بِظَلّ ٍم ِل ْل َعبِيد
َ ِعم
َ ْمَن
“Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya)
untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas
dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba
(Nya).” (Fushilat: 46)
)156(َجعُون
ِ ن إِذَا َأصَا َب ْتهُ ْم ُمصِيبَةٌ قَالُوا ِإنّا لِّ َوِإنّا ِإَليْ ِه رَا
َ الّذِي
“(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun" (al-Baqarah: 156)
9
Manusia dan seluruh mahluk lainnya dalam qudrah iradah Allah dapat
diibaratkan seperti ikan-ikan yang berenang di lautan luas, )ikan-ikan itu adalah
manusia dan seluruh makhluk lainnya, sedangkan lautan luas adalah qudrah
iradah Allah yang tidak terbatas(. Ikan itu bebas bergerak kemanapun dan berbuat
apapun dalam usaha mendapatkan makanan dan melindungi diri dari ancaman dan
bahaya, apabila ia ingin hidup dan melangsungkan kehidupannya. Tapi ikan itu
tidak akan bisa lepas dari air di lautan, ia tetap berada di dalamnya.
ل ُي َغ ّي ُر مَا
َ َّخلْفِ ِه يَحْفَظُونَ ُه مِ نْ َأ ْمرِ الِّ إِنّ ال
َ ْن َبيْ نِ يَ َديْ ِه َومِ ن
ْ ِت م
ٌ لَ ُه ُمعَ ّقبَا
ِل َمرَدّ لَ ُه َومَا َلهُمْ مِنْ دُونِه
َ َسهِ ْم َوإِذَا َأرَادَ الُّ بِ َقوْمٍ سُوءًا ف
ِ ُحتّى ُي َغ ّيرُوا مَا بَِأنْف
َ ٍبِ َقوْم
)11(ٍن وَال
ْ ِم
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (Ar-
Ra’d: 11)
Selanjutnya Allah sebagai penilai setiap amal perbuatan, dan akan
membalasnya sesuai dengan apa yang dikerjakan.
10
Allah berfirman: