You are on page 1of 10

1

TAFSIR SURAH AL-ANFAL: 17

Oleh: Isa Ansori

َ‫لّ َرمَى َوِل ُي ْبِلي‬


َ ‫ت َوَلكِنّ ا‬
َ ‫َفلَ ْم تَ ْق ُتلُوهُ ْم َوَلكِنّ الَّ َق َتَلهُ ْم َومَا َر َم ْيتَ إِ ْذ َر َم ْي‬
)17(ٌ‫علِيم‬
َ ٌ‫سمِيع‬
َ َّ‫سنًا إِنّ ال‬
َ َ‫ا ْل ُم ْؤ ِمنِينَ ِمنْ ُه بَلَءً ح‬
Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan
tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika
kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk
membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang
mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha mendengar
lagi Maha mengetahui. (al-Anfal: 17)

a. Asbabun Nuzul

Ada beberapa hadis yang dikatakan oleh para ulama tafsir sebagai asbabun
nuzul dari ayat ini, ialah:

1. Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa pada waktu peperangan Uhud,


Ubay bin Khalaf )pihak musuh( bermaksud menyerang Nabi saw. - dan
dibiarkan oleh kawan-kawannya yang pada waktu itu menyongsong pasukan
Rasulullah - akan tetapi dihadang oleh Mush`ab bin'Umair. Rasulullah saw. melihat
bagian dada Ubay yang terbuka antara baju dan topinya, lalu ditikam oleh
Rasulullah saw. dengan tombaknya. Ubay jatuh rebah dari kudanya serta salah
satu tulang rusuknya patah, akan tetapi tiada mengeluarkan darah. Teman-teman
Ubay datang mengerumuninya saat ia meraung-raung kesakitan. Mereka berkata:
"Alangkah pengecutnya engkau, bukankah itu hanya goresan sedikit saja?" Ubay
mengatakan bahwa Rasulullah saw. telah menikamnya, seraya mengingatkan sabda
Rasulullah yang bersumpah: "Seandainya yang terkena kepada Ubay itu terkena
pula pada sekampung Dzilmajaz )nama suatu daerah(, pasti mereka akan mati
semuanya." Ubay bin Khalaf mati sebelum sampai ke Mekah. Turunnya ayat ini
)al-Anfal: 17( berkenaan dengan peristiwa tersebut, sebagai penegasan bahwa
sebenarnya Allah-lah yang membunuhnya.
2

Diriwayatkan oleh al-Hakim dari Said bin al-Musayyab yang bersumber dari
bapaknya. Isnad Hadits ini sahih, hanya saja gharib. 1

2. Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa pada peperangan Khaibar, Rasulullah saw.
meminta panah, dan memanahkannya ke benteng. Anak panah tersebut
mengenai Ibnu Abil Haqiq )pihak musuh( hingga ia pun terbunuh di tempat
tidurnya. Allah menurunkan ayat ini )al-Anfal: 17( berkenaan dengan peristiwa
tersebut, sebagai penegasan bahwa yang melempar panah itu adalah Allah swt..

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari `Abdurrahman bin Zubair.
Hadits ini mursal, sanadnya jayyid (baik), akan tetapi gharib.2

3. Hadits yang masyhur berkenaan dengan turunnya ayat ini )alAnfal: 17( adalah
peristiwa yang tejadi dalam peperangan Badr, di waktu Rasulullah saw.
melemparkan segenggam batu-batu kecil hingga menyebabkan banyak yang
mati di kalangan musuh.

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa di waktu peperangan Badr, para shahabat
mendengar suara gemuruh dari langit ke bumi, seperti suara batu-batu kecil jatuh
ke dalam bejana. Rasulullah saw. melempari lawannya dengan batu-batu kecil tadi
sehingga kaum Muslimin pun menang. Ayat ini )al-Anfal: 17( turun berkenaan
dengan peristiwa tersebut, yang menegaskan bahwa sesungguhnya yang melemparkan
batu-batu itu adalah Allah di saat Nabi melemparkannya. Diriwayatkan oleh Ibnu
Jarir, Ibnu Abi Hatim, dan ath-Thabarani, yang bersumber dari Hakim bin
Hizam.Diriwayatkan pula oleh Abusy Syaikh yang bersumber dari Zabir dan
Ibnu 'Abbas. Dan diriwayakan pula oleh Ibnu Jarir dari sumber lain, tapi
mursal.3

Berkata Ali bin Abi Thalhah dari Ibn Abas: “Pada saat perang Badr, Rasulullah saw
mengangkat kedua tangan beliau dan berdo’a: “Ya Allah , jika tidak Engkau binasakan
mereka )para musuh(, maka Engkau tidak akan disembah lagi di muka bumi selamanya!”,
Lalu malaikat Jibril berkata kepada Rasul: “Hai Muhammad, ambillah segenggam debu lalu
1
Asbabun Nuzul: Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-ayat al-Qur’an. Edisi ke 2. Tim
Editor: H.A.A. Dahlan, M. Zaka Alfarisi. Bandung: Penerbit Diponegoro, 2004. hal. 236.
2
Ibid.
3
Ibid.
3

lemparkan kea rah wajah mereka!”. Lalu Rasul mengambil segenggam debu dan
melemparkan kea rah wajah mereka, maka tak seorang pun dari kaum musyrikin kecuali
matanya, lubang hidungnya, dan mulutnya terkena debu yang segenggam itu, lalu mereka
melarikan diri..4

Diriwayatkan sesungguhnya para sahabat Rasul saw. ketika telah selesai dari
perang Badr, masing-masing dari mereka menceritakan perbuatan-perbuatan
apa saja yang telah mereka kerjakan: “Aku telah membunuh dengan begini”;
“Kalau aku begini”. Datang dari melakukan pekerjaan itu dengan bangga dan
sejenisnya. Lalu diturunkan ayat itu )al-Anfal: 17( sebagai pemberitahuan
bahwa Allah-lah yang telah membunuh mereka dan berkuasa atas segala
sesuatu.5

4. Ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ar-ramyu )melempar,


memanah( adalah lemparan Rasulullah pada waktu perang Hunain.
Diriwayatkan oleh Ibn Wahab dari Malik.

Malik berkata: “Tak seorangpun dari musuh yang tidak terkena lemparan
Rasul pada waktu itu”. Ibn Qasim juga meriwayatkan hadis sejenis.6

b. Tema/Topik dari al-Anfal: 17

Surah al-Anfal: 17 ini memiliki satu tema pokok, dan tema lain yang
merupakan penafsiran dari tema pokok.

1. Tema/Topik utama dari al-Anfal: 17 ini adalah manusia harus berjuang dan
bekerja keras untuk mencapai tujuannya, dalam rangka mengabdi kepada
Allah. Sebagaimana Rasulullah dan para sahabat berusaha, berjuang dan
berperang di jalan Allah, untuk menegakkan panji Islam dan beribadah
mencapai ridla-Nya. Allah turut serta dalam perbuatan dan usaha kerasnya itu.
Pada ayat ini, Allah menunjukkan kekuasaan-Nya dengan membantu
Rasulullah dan kaum Muslimin mengalahkan musuh-musuh Allah dan Rasul-
Nya serta kaum Muslimin.
4
Ibn Katsir. Tafsir Ibn Katsir. Dalam CD Holy Qur’an.
5
al-Qurthubi. Tafsir al-Qurthubi. Dalam CD Holy Qur’an.
6
Ibid.
4

2. Tema/Topik yang merupakan penafsiran dari al-Anfal: 17 adalah sebagaimana


diungkapkan oleh penganut faham Jabariah, yaitu Allah memiliki kekuasaan
mutlak termasuk menciptakan perbuatan manusia.

Pendapat seperti ini juga dikatakan oleh Ibn Katsir dalam tafsirnya:

‫يهبين تعالى أنهه خالق أفعال العباد وأنهه المحمود على جميهع مها صهدر منههم مهن خيهر لنهه ههو‬
‫الذي وفقهم لذلك وأعانهم‬

Allah swt. menjelaskan bahwa Allahlah yang telah menciptakan perbuatan-


perbuatan para hamba, dan sesungguhnya Dia maha terpuji atas segala apa
yang disandarkan kepada para hamba dalam hal kebaikan, karena Dialah
yang membantu dan memberi pertolongan kepada mereka.7

c. Ayat-ayat Lain Yang Terkait/Satu Maksud Dengan al-Anfal: 17

Ayat-ayat yang senada dengan tema/topik utama seperti tersebut pada


topik no. 1 di atas adalah:

1. Ali Imron: 123

)123(َ‫ش ُكرُون‬
ْ َ‫لّ َل َعّلكُ ْم ت‬
َ ‫لّ ِببَ ْد ٍر َوَأ ْنتُمْ أَ ِذلّةٌ فَاتّقُوا ا‬
ُ ‫ص َركُمُ ا‬
َ ‫َولَقَ ْد َن‬
“Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal
kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah
kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya.” (Ali-Imron: 123)

2. At-Taubah: 25

‫ج َب ْتكُمْم َك ْث َر ُتكُمْم َفلَمْم‬


َ ْ‫ح َنيْنٍم إِذْ أَع‬
ُ ‫لَقَ ْد نَصَم َركُمُ الُّ فِي َموَاطِنَم َكثِي َرةٍ َو َيوْمَم‬
)25(َ‫ت ثُمّ َوّل ْيتُ ْم مُ ْد ِبرِين‬
ْ ‫ح َب‬
ُ َ‫ض ِبمَا ر‬
ُ ْ‫لْر‬
َ ‫عَل ْيكُمُ ا‬
َ ْ‫ش ْيئًا َوضَا َقت‬
َ ْ‫ع ْنكُم‬
َ ِ‫ُتغْن‬
Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mu'minin) di medan
peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu
kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak
itu tidak memberi manfa`at kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah
terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai-berai.
(at-Taubah: 25)

3. al-Baqarah: 249

7
Ibnu Katsir. Ibid.
5

ِ‫غَلبَ تْ ِفئَ ًة َكثِي َرةً ِبإِذْ ن‬


َ ٍ‫ظنّو نَ َأ ّنهُ ْم مُلَقُو الِّ كَ ْم مِ نْ ِفئَةٍ َقلِيلَة‬
ُ َ‫ل الّذِي نَ ي‬
َ ‫قَا‬
ُ ‫الّل ِهقل وَا‬
)249(َ‫لّ مَ َع الصّا ِبرِين‬
"Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata:
"Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang
banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar." (al-
Baqarah: 249)

Sedangkan ayat-ayat lain yang terkait dengan topik no. 2 diantaranya


adalah:

1. as-Saffat: 96

)96(َ‫خلَ َقكُمْ َومَا َت ْع َملُون‬


َ ُّ‫وَال‬
“Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu". (as-
Saffat: 96)

2. al-Insan: 30

)30( ّ‫ل‬
ُ ‫ن يَشَاءَ ا‬
ْ َ‫ل أ‬
ّ ِ‫ن إ‬
َ ‫َومَا تَشَاءُو‬
“Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki
Allah.” (al-Insan: 30)

3. al-An’am: 111

ُّ‫ن يَشَاءَ ال‬


ْ َ‫ل أ‬
ّ ِ‫مَا كَانُوا ِل ُي ْؤ ِمنُوا إ‬
“Mereka tidak (juga) akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki.” (al-
An’am: 111)

4. al-Hadid: 22

‫ن َن ْب َرأَهَا‬
ْ َ‫ل أ‬
ِ ْ‫ب مِنْ َقب‬
ٍ ‫سكُمْ إِلّ فِي ِكتَا‬
ِ ُ‫ض وَلَ فِي َأنْف‬
ِ ْ‫لْر‬
َ ‫ن ُمصِيبَةٍ فِي ا‬
ْ ِ‫ب م‬
َ ‫مَا َأصَا‬
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada
dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum
Kami menciptakannya.” (al-Hadid: 22)

d. Ajaran Yang Terkandung Dalam al-Anfal: 17

Surah al-Anfal: 17 mengandung ajaran pokok bahwa:


6

1. Manusia, lebih khusus setiap Muslim harus berusaha dan berjuang keras
dalam segala aspek kehidupan untuk menggapai kesejehteraan hidup dalam
rangka beribadah mengharapkan ridha Allah. Seperti dicontohkan Rasulullah
saw. dalam asbabun nuzul ayat itu, yaitu dengan berperang di jalan Allah
untuk mempertahankan keberlangsungan Islam, dalam rangka beribadah
mengharap ridla Allah.

2. Dalam usaha dan kerja kerasnya, manusia khususnya setiap Muslim harus
meyakini bahwa ada qudrah dan iradah Allah di dalamnya. Ini juga berarti,
bahwa setiap Muslim harus mengimani qadla dan qadar Allah. Dijelaskan oleh
ayat itu, bahwa Allah-lah yang sejatinya melempar, memanah, membunuh
musuh-musuh Allah ketika nabi saw. dan para sahabatnya melakukan
peperangan.

e. Makna Kontekstual dari al-Anfal: 17

Surah al-Anfal: 17 mengandung ajaran pokok bahwa setiap Muslim harus


berjuang dan bekerja keras di segala bidang )ekonomi, sosial, politik, hukum dll.(
untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam rangka beribadah kepada Allah
SWT. Ini seperti yang dicontohkan Rasulullah saw. dalam asbabun nuzul ayat
tersebut, bahwa untuk menjaga agar Allah tetap disembah dan Islam tetap berjaya
hingga hari qiyamah, Rasulullah saw. dan para sahabat pergi berjihad berperang di
jalan Allah, mempertaruhkan jiwa dan raga karena Allah, meskipun menurut akal
dan teori peperangan, mereka dalam kondisi sulit, dalam keterbatasan personil
tentara dan persenjataan, hingga kecil sekali kemungkinan untuk dapat
memenangkan peperangan.

Surah al-Anfal: 17 ini juga mengajarkan kepada setiap Muslim untuk


meyakini bahwa setiap perbuatan yang ia lakukan, pada dasarnya adalah atas
qudrah, iradah, seijin, dan ada andil Allah SWT di dalamnya. Oleh karenanya
setiap Muslim hendaklah mengimani qada dan qadar Allah, bahwa Allah SWT.
adalah Dzat Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Setiap siapa dan apa saja yang
Allah menghendaki baik, maka akan menjadi baik, dan tidak ada kekuatan lain
7

yang dapat menolaknya. Demikian pula sebaliknya, setiap siapa dan apa saja yang
Allah menghendaki buruk, maka akan menjadi buruk, dan tidak ada kekuatan lain
yang dapat menolaknya. Dan tidak ada kewajiban atas Allah untuk berbuat baik
atau buruk, semuanya adalah dalam batas-batas kewenangan dan kekuasaan-Nya.

Allah berfirman:

)17(‫ن تَجِ َد لَ ُه َوِليّا ُمرْشِدًا‬


ْ َ‫ضلِلْ َفل‬
ْ ‫ن ُي‬
ْ َ‫ن َيهْدِ الُّ َف ُه َو ا ْل ُم ْهتَدِ َوم‬
ْ َ‫م‬
“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang
mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tak akan
mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.”
(al-Kahfi: 17)

ّ‫ل الّلهُمّ مَالِكَم ا ْلمُلْكِم ُتؤْتِي ا ْل ُملْكَم مَنْم تَشَا ُء َو َت ْنزِعُم ا ْلمُلْكَم ِممّنْم تَشَا ُء َو ُت ِعز‬
ِ ُ‫ق‬
)26(ٌ‫شيْءٍ قَدِير‬
َ ّ‫علَى كُل‬
َ َ‫خ ْيرُ ِإ ّنك‬
َ ْ‫ك ال‬
َ ‫ن تَشَا ُء ِبيَ ِد‬
ْ َ‫ل م‬
ّ ِ‫ن تَشَا ُء َوتُذ‬
ْ َ‫م‬
“Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan
kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari
orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki
dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala
kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (ali Imron:
26)

Ini tidak berarti bahwa manusia tidak ada kuasa sama sekali atas
perbuatannya, bagaimanapun manusia adalah makhluk, yang Allah telah
menjadikannya sebagai khalifah di muka bumi, Allah memberinya akal dan
pikiran untuk mendayagunakan bumi dan alam semesta untuk kesejahteraan
bersama dalam rangka beribadah mengabdi kepada-Nya. Ini artinya bahwa Allah
mendelegasikan kekuasaan-Nya kepada manusia, agar manusia bekerja dan
berusaha keras untuk mencapai kesejahteraan dalam rangka berusaha dan
beribadah mengharapkan ridla-Nya, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh
Rasulullah saw. dalam kehidupan kesehariannya.

Allah swt. berfirman:


8

‫ع َمَلكُمْم َورَسمُولُهُ وَا ْل ُم ْؤ ِمنُونَم وَسَمُترَدّونَ ِإلَى عَالِمِم‬


َ ُّ‫ع َملُوا فَسَمَيرَى ال‬
ْ ‫لا‬
ِ ُ‫وَق‬
)105(َ‫شهَا َدةِ َف ُي َن ّب ُئكُ ْم ِبمَا ُك ْنتُ ْم َت ْع َملُون‬
ّ ‫ب وَال‬
ِ ‫ا ْل َغ ْي‬
“Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta
orang-orang mu'min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan
kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu
diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan". (At-Taubah: 105)

)46(ِ‫ل صَالِحًا َفِلنَفْسِ ِه َومَنْ أَسَاءَ َف َعَل ْيهَا َومَا َر ّبكَ بِظَلّ ٍم ِل ْل َعبِيد‬
َ ِ‫عم‬
َ ْ‫مَن‬
“Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya)
untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas
dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba
(Nya).” (Fushilat: 46)

Meskipun demikian, dalam melakukan perbuatannya, manusia tidak sama


sekali terlepas dari kekuasaan Allah, karena pada hakekatnya, manusia dan
seluruh isi alam semesta adalah milik Allah. Manusia dan makhluk selainnya
adalah berenang-renang dalam qudrah iradah-Nya, dan tidak ada kemampuan
untuk melepaskan diri daripada-Nya. Bagaimana manusia dapat melepaskan diri
dari kekuasaan Allah, jika jantungnya yang memompa secara otomatis peredaran
darahnya digerakkan oleh Allah, dan kemampuannya untuk menggunakan akal
pikiran dan seluruh panca indera dan anggota badan adalah dalam kuasa dan
seijin-Nya, dan sekali lagi manusia tidak memiliki apa-apa, jiwa raganya dan
seluruh alam semesta adalah milik-Nya yang pada akhirnya akan kembali kepada-
Nya.

Allah swt. berfirman:

)156(َ‫جعُون‬
ِ ‫ن إِذَا َأصَا َب ْتهُ ْم ُمصِيبَةٌ قَالُوا ِإنّا لِّ َوِإنّا ِإَليْ ِه رَا‬
َ ‫الّذِي‬
“(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun" (al-Baqarah: 156)
9

Manusia dan seluruh mahluk lainnya dalam qudrah iradah Allah dapat
diibaratkan seperti ikan-ikan yang berenang di lautan luas, )ikan-ikan itu adalah
manusia dan seluruh makhluk lainnya, sedangkan lautan luas adalah qudrah
iradah Allah yang tidak terbatas(. Ikan itu bebas bergerak kemanapun dan berbuat
apapun dalam usaha mendapatkan makanan dan melindungi diri dari ancaman dan
bahaya, apabila ia ingin hidup dan melangsungkan kehidupannya. Tapi ikan itu
tidak akan bisa lepas dari air di lautan, ia tetap berada di dalamnya.

Ini berarti kebebasan berbuat manusia seperti faham qodariah, menurut


pendapat saya masih dalam bingkai qudrah iradah Allah. Allah mendelegasikan
qudrah iradah-Nya kepada manusia, sehingga manusia dapat menentukan sendiri
perbuatan yang ia lakukan. Setiap kali manusia berbuat, maka perbuatannya itu
ada dalam bingkai qudrah iradah-Nya. Jadi pada dasarnya ketika manusia bebas
menentukan perbuatan, artinya ia berpindah dari satu qudrah iradah Allah
menuju qudrah iradah lainya.

Allah memberikan kebebasan manusia untuk berbuat, ini seperti tertuang


dalam firman Allah pada surah at-Taubah: 105, Fushilat: 46 tersebut di atas, serta
banyak lagi ayat lainnya. Allah mendorong manusia untuk selalu bekerja keras
dalam usaha memperbaiki kehidupannya, yang semuanya masih dalam qudrah
iradah-Nya sebagai rangkaian ibadah menggapai ridla-Nya. Seperti firman Allah:

‫ل ُي َغ ّي ُر مَا‬
َ َّ‫خلْفِ ِه يَحْفَظُونَ ُه مِ نْ َأ ْمرِ الِّ إِنّ ال‬
َ ْ‫ن َبيْ نِ يَ َديْ ِه َومِ ن‬
ْ ِ‫ت م‬
ٌ ‫لَ ُه ُمعَ ّقبَا‬
ِ‫ل َمرَدّ لَ ُه َومَا َلهُمْ مِنْ دُونِه‬
َ َ‫سهِ ْم َوإِذَا َأرَادَ الُّ بِ َقوْمٍ سُوءًا ف‬
ِ ُ‫حتّى ُي َغ ّيرُوا مَا بَِأنْف‬
َ ٍ‫بِ َقوْم‬
)11(ٍ‫ن وَال‬
ْ ِ‫م‬
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (Ar-
Ra’d: 11)
Selanjutnya Allah sebagai penilai setiap amal perbuatan, dan akan
membalasnya sesuai dengan apa yang dikerjakan.
10

Allah berfirman:

ٌ‫عمِلَ صَالِحًا مِ نْ َذ َكرٍ َأ ْو ُأ ْنثَى وَ ُه َو ُم ْؤمِ ن‬


َ ْ‫جزَى إِلّ ِم ْثَلهَا َومَ ن‬
ْ ُ‫ل ي‬
َ َ‫س ّيئَةً ف‬
َ َ‫عمِل‬
َ ْ‫مَ ن‬
)40(ٍ‫جنّ َة ُي ْرزَقُونَ فِيهَا ِب َغ ْيرِ حِسَاب‬
َ ْ‫ن ال‬
َ ‫خلُو‬
ُ ْ‫َفأُوَل ِئكَ يَد‬
“Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalas
melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barangsiapa mengerjakan amal
yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman,
maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezki di dalamnya tanpa hisab.”
(al-Mu’min: 40)
Rasulullah bersabda:

ُ‫ن دَعَا إِلَى ُهدًى كَانَ َله‬


ْ َ‫ن َأبِي ُه َريْرَ َة أَنّ رَسُولَ اللّهِ صَلّى اللّهُ عََليْهِ وَسَّلمَ قَالَ م‬
ْ َ‫ع‬
َ‫ن دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَا ن‬
ْ َ‫ش ْيئًا َوم‬
َ ْ‫ن َت ِبعَ ُه لَا َينْقُ صُ ذَلِ كَ مِ نْ ُأجُورِهِ م‬
ْ َ‫ل ُأجُورِ م‬
ُ ْ‫ن ا ْلَأجْرِ ِمث‬
ْ ِ‫م‬
‫ (رواه مسلم و أبي داود و‬.‫ش ْيئًا‬
َ ْ‫ن آثَا ِمهِ م‬
ْ ‫ص ذَلِ كَ ِم‬
ُ ُ‫ن َت ِبعَ هُ لَا َينْق‬
ْ َ‫عََليْ ِه مِ نْ ا ْلِإثْ مِ ِمثْلُ آثَا مِ م‬
)‫أحمد و الدارمي‬
Dari Abi Hurairah, sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:
“Barangsiapa mengajak/mempelopori kepada petunjuk (kebaikan), maka ia akan
mendapatkan pahala semisal pahala orang-orang yang mengikutinya, tidak
sedikitpun berkurang pahalanya itu. Dan barang siapa mengajak/mempelopori
kepada kesesatan, maka ia akan mendapatkan dosa semisal dosa orang-orang
yang mengikutinya, tidak sedikitpun berkurang dosanya itu.” (HR. Muslim, Abu
Dawud, Ahmad dan Daromi).

You might also like