You are on page 1of 10

Konvergensi IFRS: Suatu Kajian Literatur

1.

Pendahuluan International Financial Reporting Standard (IFRS) merupakan standar yang dibuat oleh International Accounting Standards Boards (IASB) dengan tujuan memberikan kumpulan standar penyusunan laporan keuangan perusahaan di seluruh dunia. Perusahaan dapat menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas tinggi, dapat diperbandingkan dan transparan yang digunakan oleh investor di pasar modal dunia maupun pihak-pihak yang berkepentingan lainnya (stakeholder). Saat ini banyak negara-negara di Eropa, Asia, Afrika, Oseania dan Amerika yang menerapkan IFRS. Negara-negara penting seperti Jepang dan Amerika Serikat belum menerapkan IFRS walaupun IFRS mulai mendapat perhatian di sana. Pengembangan IFRS sendiri mendapatkan prioritas oleh International Organization of Securities Commissions (IOSCO). IOSCO sendiri merupakan pemangku kepentingan IFRS yang ikut serta memberikan kontribusi aktif dalam proses penyusunan standar dan penilaian kualitas dari IFRS. IOSCO sangat berkepentingan dengan IFRS karena dapat memperkuat integritas pasar modal international dengan cara mempromosikan standar akuntansi berkualitas tinggi, termasuk penerapan standar yang cermat dan hati-hati dan penegakan hukum. IFRS merupakan kelanjutan dari International Accounting Standards (IAS) yang sudah ada sejak tahun 1973 dan digunakan secara luas oleh negara-negara di Eropa, Inggris dan negara-negara persemakmuran Inggris. IAS disusun oleh International Accounting Standards Committee (IASC). IASC mendorong badan-badan standar akuntansi lokal untuk melakukan harmonisasi standar akuntansi lokal dengan standar akuntansi, peraturan dan prosedur yang berlaku secara internasional. Dalam tahun-tahun awal, IASC memfokuskan kepada penerapan standar akuntansi dan pada tahun-tahun berikutnya meningkatkan standar akuntansi, meminimumkan pilihan-pilihan dari pemakaian standarstandar akuntansi untuk meningkatkan derajat dapat diperbandingkan. Selama akhir periode, IASC bekerja sama dengan dengan IOSCO untuk memperbaiki dan menerapkan

standar akuntansi di pasar modal yang terintegrasi. Selama IASC berdiri, sudah 41 standar akuntansi internasional yang diterbitkan. perannya digantikan IASB. IASB mengadopsi sebanyak tiga Puluh IAS untuk menjadi standar akuntansi IFRS. masih diterapkan dan diadopsi oleh IFRS. Sampai dengan saat ini sudah dikeluarkan 8 standar akuntansi baru oleh IASB. IFRS sendiri baru mulai diberlakukan mulai tahun 2005, terutama untuk negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa dan selama empat tahun ke depan (2009) direncanakan semua negara di dunia akan menerapkan atau melakukan konvergensi IFRS ke standar-standar mereka. diterapkan secara efektif setelah tahun 2009. Walaupun hampir semua negara dunia setuju untuk mengkonvergensi IFRS ke standar akuntansi mereka, ada beberapa negara-negara yang tidak setuju seperti Jepang dan Amerika Serikat. Hal ini dikarenakan masih banyak pihak-pihak yang masih meragukan penerapan standar akuntansi yang berlaku umum di seluruh dunia. Ray Ball (2005) membahas tantang pro dan kontra seputar penerapan IFRS. Ball berpendapat akuntansi dibentuk oleh kekuatan politik dan ekonomi. Integrasi pasar modal dan politik membutuhkan integrasi laporan keuangan. lokal dari pasar dan politik di suatu negara. Akan tetapi kekuatan pasar dan politik tetap dalam batas lokal sehingga konvergensi IFRS belum tentu mencapai tujuan Pihak yang mendukung penerapan IFRS umumnya mengharapkan transparansi dan kemudahan dalam memperbandingkan laporan keuangan sehingga menurunkan biaya-biaya yang timbul dari informasi yang bersifat asimetri. Sedangkan pihak yang tidak mendukung menyatakan penerapan fair value Terjadi perubahan dalam penyusunan standar akuntansi yang mengarah kepada penerapan fair value accounting yang nanti akan IASC bertahan sampai dengan 2001 dan

accounting yang terkandung dalam IFRS karena berifat naif karena manafikan faktor-faktor
ekonomi dan politik lokal yang mempengaruhi insentif penyusun laporan keuangan yang mempengaruhi bentuk dari suatu laporan keuangan yang dihasilkan mereka.

Tujuan dari tulisan ini adalah untuk menjelaskan penerapan IFRS dan pengaruhnya terhadap investor pasar modal dan pemangku kepentingan terhadap laporan keuangan lainnya berdasarkan kajian-kajian dan diskusi ilmiah yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnnya. Penulisan ini juga membahas keuntungan dan kerugian dari penerapan IFRS dan penulis mencoba untuk membahas penerapan dan permasalahan di Indonesia,

2.

Pendapat tantang Uniformasi Laporan Keuangan Uniformasi laporan keuangan ternyata telah menjadi topik yang sangat serius di antara para akuntan sejak tahun 1904. Menurut Ball, National uniformity was a central

theme of the first Congress of Accountants in 1904 , dimana seabad kemudian hal ini
terulang kembali pada tingkatan internasional. Keberadaan lembaga seperti International

Accounting Standar Board yang melahirkan IFRS serta International Federation of Accountants turut memacu percepatan untuk program uniformasi laporan keuangan.
Selanjutnya Ball menyebutkan bahwa; most accounting textbooks, most accounting

teachers and much of the accounting literature are in the same boat. But the case for imposing accounting uniformity by fiat is far from clear. Dengan kata lain Adalah tidak
mudah melakukan penyeragaman akuntansi. Untuk itu Ball menyatakan bahwa dalam konteks penyeragaman standar ini IFRS dapat dikatakan sebagai Uniform Voluntary

Standards, dimana standar dalam akuntansi tersebut adalah untuk menunjukkan sebuah
kemudahan dalam membaca laporan keuangan . Menurut Hinsa (2009) tiga masalah utama yang dalam penyusunan laporan keuangan yang menyebabkan terjadinya perubahan mendasar dalam standar akuntansi keuangan dari tradisional ke fair value accounting adalah masalah relevance, reliability, dan volatility.

1. Relevance
Banyak orang percaya bahwa standard akuntansi historical cost telah banyak kehilangan relevansinya karena kegagalannya mengukur realitas ekonomi. Seringkali model historical

cost hanya mengukur transaksi sudah selesai dan gagal mengakui adanya perubahan nilai riil lain yang dapat terjadi.

2. Reliability
Masalah yang selalu ada yang tidak dapat dihindari adalah bahwa model akuntansi berdasarkan historical cost tidak mengakui adanya perubahan nilai bersifat ekonomis dan cenderung membiarkan perusahaan memilih sendiri apakah dan kapan mengakui adanya perubahan tersebut. Ini mendorong adanya bias dalam pemilihan apa yang dilaporkan, dan memperburuk kompromi kenetralan dan dipercayainya informasi keuangan.

3. Volatility
Laporan keuangan lembaga keuangan yang kurang efektif dalam mengelola risiko akan tercermin pada volatility yang selalu ada dalam setiap usahanya. Para investor dan kreditur akan memiliki informasi yang lebih berguna dan relevan dalam membedakan risiko antar perusahaan, ketika mengambil keputusan investasi dan keputusan pemberian kredit .

3.

Pro dan Kontra Penerapan IFRS Penelitian yang dilakukan Armstrong, Barth, Jagonlizer dan Riedl (2007) menguji reaksi di pasar modal di Eropa setelah penerapan IFRS mulai tahun 2005 di negara-negara Uni Eropa. Adopsi IFRS di Uni Eropa merupakan perubahan fundamental terhadap laporan keuangan dan menimbulkan kontroversi dan perdebatan yang sampai ke petinggi pemerintahan. Hal-hal yang menjadi kontroversi dan perdebatan adalah yang berkenaan dengan manfaat versus biaya dari pengadopsian IFRS dan implikasi apabila konvergensi IFRS dimodifikasi di standar akuntansi lokal. Armstrong et. all. (2009) lebih tepatnya ingin meneliti reaksi pasar modal Eropa terhadap modifikasi konvergensi IFRS di negara Eropa.

Penelitian mereka bermula dari hipotesis investor bereaksi secara positif terhadap penerapan IFRS apabila investor mempunyai ekspektasi aplikasi IFRS akan menghasilkan kualitas informasi laporan keuangan, yang menurunkan asimetri informasi antara perusahaan dan investor dan risiko informasi dan biaya modal. Investor juga percaya penerapan IFRS memiliki banyak manfaat seperti menurunkan biaya untuk membandingkan laporan keuangan satu perusahaan dengan yang lain yang akan mendorong pasar modal Eropa yang lebih kompetitif secara global. Di sisi lain, dimungkinkan investor di Eropa bereaksi negatif terhadap adopsi IFRS apabila perusahaan, yang menerapkan IFRS, menghasilkan laporan keuangan yang memiliki kualitas yang lebih rendah. Sebagai contoh IFRS tidak secara cukup mencerminkan perbedaan-perbedaan regional yang menyebabkan perbedaan dalam standar akuntansi lokal. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh kesimpulan bahwa pasar akan bereaksi positif untuk perusahaan-perusahaan yang mempunyai kualitas informasi yang tinggi setelah penerapan IFRS, sesuai dengan harapan investor akan manfaat dari penerapan IFRS untuk mengurangi asimetri dalam informasi. Penelitian yang dilakukan oleh Daske, Hail, Leuz dan Verdi (2008) menguji konsekuensi ekonomi dari penerapan IFRS dalam hal pengaruhnya terhadap likuiditas pasar dan biaya modal. penerapan IFRS. Mereka menemukan likuiditas pasar meningkat sejalan dengan Biaya modal perusahaan menurun sejalan dengan penerapan IFRS di

negara yang menerapkan transparansi dan penegakan hukum.

4.

Konvergensi IFRS di Indonesia Internasional Financial Reporting Standard adalah adalah Standar, Interpretasi dan Kerangka yang diadopsi oleh Dewan Standar Akuntansi Internasional (IASB). Dengan konvergensi IFRS, PSAK akan bersifat principle-based dan memerlukan professional judgment, senantiasa peningkatan kompetensi harus pula dibarengi dengan peningkatan integritas. IAI dalam program kerjanya telah menetapkan peta arah (roadmap) program konvergensi IFRS terhadap PSAK yang dilakukan melalui tiga tahapan. Pertama tahap

adopsi (2008 - 2011) yang meliputi Adopsi seluruh IFRS ke PSAK, persiapan infrastruktur yang diperlukan, evaluasi dan kelola dampak adopsi terhadap PSAK yang berlaku. Kedua tahap persiapan akhir (2011) yaitu penyelesaian infrastruktur yang diperlukan. Ketiga yaitu tahap implementasi (2012) yaitu penerapan pertama kali PSAK yang sudah mengadopsi seluruh IFRS dan evaluasi dampak penerapan PSAK secara komprehensif. Program konvergensi IFRS tentu akan menimbulkan berbagai dampak terhadap bisnis antara lain:

1. Akses ke pendanaan internasional akan lebih terbuka karena laporan keuangan akan
lebih mudah dikomunikasikan ke investor global. 2. Relevansi laporan keuangan akan meningkat karena lebih banyak menggunakan nilai wajar. 3. Disisi lain, kinerja keuangan (laporan laba rugi) akan lebih fluktuatif apabila hargaharga fluktuatif. 4. Smoothing income menjadi semakin sulit dengan penggunakan balance sheet approach dan fair value. 5. Principle-based standards mungkin menyebabkan keterbandingan laporan keuangan sedikit menurun yakni bila penggunaan professional judgment ditumpangi dengan kepentingan untuk mengatur laba (earning management). 6. Penggunaan off balance sheet semakin terbatas. Strategi adopsi yang dilakukan untuk konvergensi ada dua macam, yaitu big bang strategy dan gradual strategy. Big bang strategy mengadopsi penuh IFRS sekaligus, tanpa melalui tahapan tahapan tertentu. Strategi ini digunakan oleh negara negara maju. Sedangkan pada gradual strategy, adopsi IFRS dilakukan secara bertahap. Strategi ini digunakan oleh negara negara berkembang seperti Indonesia. Penerapan suatu standar tidak terlepas dari kepentingan dan kebutuhan baik dari lingkungan bisnis maupun oleh pemerintah yang mewakili kepentingan Negara. Dalam kondisi pertarungan inilah standar dibuat dan ditetapkan. Dalam sejarah pembentukan Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), dewan standar akuntansi IAI selalu menerima masukan dan bahkan mereplikasi berbagai peraturan standar akuntansi

keuangan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan lingkungan di Indonesia. Pengaruh dari berbagai lembaga baik lembaga Negara dan pemerintah seperti Departemen Keuangan,Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, Bank Indonesia, Badan Pemerikasa Keuangan dan lain sebagainya sampai dengan para Akuntan dari berbagai kompartemen juga turut mempengaruhi. Di pihak internasional, Dewan Standar Akuntansi Keuangan Internasional atau International Accounting Standard Board (IASB) juga berpengaruh dalam perubahan standar akuntansi keuangan di Indonesia. melalui Ikatan Akuntan Indonesia telah menjadi anggota IAS. yang dipahami oleh anggota IAS. Dalam beberapa hal penerapan IFRS di Indonesai menimbulkan beberapa kesulitan dalam penerapannya. Sebagai contoh, di dalam IAS 16, standar internasional memperbolehkan pengukuran aktiva tetap memakai revaluation model (ditahun berikutnya setelah aktiva di nilai berdasarkan nilai perolehannya. Perusahaan-perusahaan di Indonesia dapat menerapkan revalution model (fair value accounting) dalam pencatatan PPE (Property, Plan, and Equipment) mulai tahun 2008 (asumsi bahwa PSAK 16 akan mulai efektif tahun 2008). Hal ini adalah perubahan yang cukup besar karena selama ini revalution model belum dapat diterapkan di Indonesia dan hanya bisa dilakukan jika ketentuan pemerintah mengijinkan. Apa perbedaan historical cost yang selama ini sudah lebih dikenal oleh dengan revalution model? Revaluation model memperbolehkan PPE dicatat berdasarkan nilai wajarnya. Permasalahannya di Indonesia adalah sistem perpajakan yang tidak mendukung standar ini. Di dalam peraturan perpajakan, revaluasi aset ke atas dikenai pajak final sebesar 10% dan harus dibayar pada tahun tersebut (tidak boleh dicicil dalam 5 tahun misalnya) dan tidak menghasilkan hutang pajak tangguhan yang bisa dibalik di tahun berikutnya bila nilai aktiva turun. Bayangkan apabila perusahaan memutuskan memakai revalution model dan setiap tahun harga asetnya meningkat, maka setiap tahun harus membayar pajak final. Padahal kenaikan harga aset tersebut tidaklah membawa aliran kas masuk ke dalam perusahaan. Bila aturan perpajakan tidak mendukung,maka dapat dipastikan perusahaan akan enggan menerapkan revaluation model. Bukan hanya sistem pajaknya saja yang memberatkan, bila perusahaan memakai Indonesia Dengan keanggotaan

tersebut akuntansi Indonesia telah mendapat pengakuan di tingkat dunia sebagai standar

revaluation model, maka siap-siap untuk keluar uang lebih banyak untuk menyewa jasa penilai. Hal ini dikarenakan banyaknya aset tetap yang tidak memiliki nilai pasar sehingga ketergantungan kepada jasa penilai (assessor) akan besar ntuk menilai aset-aset ini. Jika ternyata nilai wajar yang ditetapkan penilai berbeda dengan nilai wajar yang di tetapkan auditor dari akuntan publik, biasanya nilai wajar dari auditor yang akan dipakai. Sistem pencatatan akuntansi juga sedikit lebih rumit daripada memakai historical cost. Ketika perusahaan pertama kali berubah dari historical cost model ke revalution model, maka akumulasi penyusutan di hapus dan beban penyusutan dihitung kembali berdasarkan nilai wajar yang baru. Demikian selanjutnya apabila revaluasi menerbitkan nilai baru, maka beban penyusutan dihitung kembali. Peraturan lain dari IAS 16 adalah bahwa penerapan nilai wajar tidak bisa diterapkan oleh aktiva secara individu tapi harus secara keseluruhan dalam golongan aktivat tersebut. Di balik penerapan IFRS ini, begitu pula harmonisasi antara FASB dengan IASB, Zoel Dirga Dinhi dari universitas Airkainngga pada tahun 2007 menganalisis bahwa, konspirasi politik-ekonomi sedang digalakkan oleh pihak-pihak yang sedang merumuskan standar yang mereka harapkan dapat berlaku secara global ini. Masih terasa panasnya kontroversi pengesahan Undang-Undang Penanaman Modal ternyata semakin mempermudah penetrasi para penanam modal asing melakukan misi mengambil alih perusahaan-perusahaan milik negara tanpa kesulitan yang berarti. Apalagi ini didukung oleh keinginan besar pemerintah untuk semakin melanggengkan privatisasi aset-aset nasional.

5. Penelitian atas Dampak Penerapan IFRS Sampai saat ini penelitian akan dampak penerapan IFRS terhadap para pengguna akuntansi Indonesia masih terbatas. Keterbatasan itu bisa disebabkan oleh karena PSAK yang ada saat ini telah dilakukan perubahan secara bertahap oleh IAI sejak tahun 1994 atau sejak PSAK tersebut dikodifikasi. Perubahan yang dirasakan secara bertahap (gradual) memang pada awalnya telah melalui beberapa draft exposure sebelum disetujui sebagai

sebuah perubahan atau penambahan PSAK. Hal yang terakhir adalah dengan selesainya perbedaan mendasar tentang penerapan fair value dalam penilaian aktiva. Disisi lain penerapan IFRS ternyata mempunyai dampak. Dampak dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti: 1 benturan; 2 pengaruh kuat yg mendatangkan akibat (baik negatif maupun positif);Karena dalam penerapannya IAI harus melakukan perubahan terhadap hampir sebagian besar standar akuntansi keuangan. PSAK yang berlaku sejak 1 Februari 1994 secara bertahap disesuaikan dengan IFRS. Pada peringatan 51 tahun IAI resmi mencanangkan tahapan konvergensi PSAK kepada IFRS yang dimulai pada tahun 2008 dan diharapakan dapat berjalan dengan mulus pada tahun 2012. Penyelarasan tersebut tentunya akan berdampak kepada perubahan menyeluruh bentuk laporan keuangan yang pada gilirannya akan merubah wajah akuntansi Indonesia. Perubahan ini juga akan berdampak kepada sistem akuntansi, sistem informasi akuntansi dan pada gilirannya akan berdampak kepada manajemen organisasi. Disisi lain dampak dari konvergensi ini juga berpengaruh terhadap kegiatan pembelajaran akuntansi di Indonesia. IAI juga telah melaksanakan beberapa perubahan terhadap pendidikan profesi akuntansi serta memperkenalkan konvergensi IFRS terhadap PSAK kepada kompatemen akuntan pendidik ,untuk mempersiapkan professional dan peneliti ilmu akuntansi terhadap standar ini. Peralihan tahun 1999 ke tahun 2000, membuat kepanikan luar biasa pada sektor teknologi komputerisasi. Kepanikan tersebut berawal dari ditemukannya kesalahan (bug) pada perancangan penanggalan tahun. Dimana arsitektur dasar penanggalan komputer berbasis pada 4 digit dimana ketika akan menyentuk tahun 2000 komputer akan kembali kepada tahun 1901. Kejadian ini disebut dengan millenium bug. Saat itu hampir seluruh pihak yang berkepentingan bersatu padu agar millennium bug ini dapat diselesaikan. Bagaimana dengan konvergensi IFRS kedalam PSAK ?

6.

Kesimpulan dan Penutup

Konvergensi ke IFRS ke dalam standar akuntansi di tingkat lokal mempunyai tanggapan yang beragam di negara-negara di dunia, termasuk Indonesia, yang pada umumnya menerima pengadopsian IFRS sebagai standar akuntansi lokal. Penerapan IFRS menimbulkan kesulitan dan ketidakpraktisan dalam penerapannya, terutama dalam masalah penentuan fair value terhadap penilaian suatu aset dan kewajiban.

DAFTAR REFERENSI Mirza, Abbas Ali, Magnus Orrell, Graham J Holt. IFRS Practical Implementation Guide and Workbook, 2008. Wiley. Epstein, Barry J, Eva K. Jermakowicz. Interpretation and Application of International Financial Reporting Standards, 2008. Wiley. Daske, Holger, Luzi Hail, Christian Leuz, Rodrigo Verdi, Mandatory IFRS Reporting Around the World: Early Evidence on the Economic Consequences, 2008, Journal

Accounting Reserach.
Ball, Ray, International Financial Reporting Standards (IFRS): Pros and Cons for Investors, SSRN. Armstrong, Christopher, Mary E. Barth, Alan D. Jagolinzer, Edward J. Riedl, Market Reaction to the Adoption of IFRS in Europe, 2009, SSRN. Wikipedia http://en.wikipedia.org/wiki/International_Financial_Reporting_Standards Siahaan, Hinsa,Implikasi dan Permasalahan dalam Mengimplementasikan Konsep Nilai Wajar Dalam Kondisi Ekonomi Saat Ini, Akuntan Publik Indonesia,29 Januari 2009 Makalah Seminar Nasional Institut

10

You might also like