You are on page 1of 2

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Enuresis atau mengompol adalah salah satu masalah yang sering terjadi pada anakanak. Menurut Terri Kyle ( 2008) dalam bukunya Essentials of Pediatric Nursing, enuresis adalah suatu kejadian tidak bisa menahan pengeluaran urin pada anak- anak yang seharusnya sudah berhasil menjalani toilet training. Pada umur 5 tahun anak diharapkan sudah dapat mengontrol kandung kemih ( Boris NW, 2007). Enuresis dapat dibagi menjadi enuresis primer dan enuresis sekunder. Enuresis primer adalah kejadian enuresis yang terjadi sejak lahir tanpa adanya periode normal, sedangkan enuresis sekunder adalah enuresis yang terjadi setelah 6 bulan dari periode kontrol kandung kemih normal. Selain itu, enuresis juga dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu dyurnal enuresis, merupakan enuresis yang terjadi pada siang hari, dan nocturnal enuresis yang terjadi pada malam hari. Dari kejadian enuresis, 80% ditemukan Nocturnal enuresis dan 20% dyurnal enuresis ( Nanan S, 2002). Enuresis dapat menjadi masalah psikologi yang serius bagi anak- anak. Hal ini berhubungan dengan efek dari enuresis pada kehidupan sosial anak. Anak- anak dengan enuresis akan malu jika teman- temannya mengetahui anak tersebut sering mengompol. Enuresis juga dapat mempengaruhi harga diri anak jika respon dari orang tua dengan anak enuresis menunjukkan respon yang keras dan menghukum ( Hockenberry, 2011). Oleh karena itu, orang tua harus mengikutsertakan anak dalam perencanaan penangan enuresis karena hal ini dapat meningkatkan motivasi anak untuk tidak mengompol. Orang tua lebih baik menggunakan sistem reward jika anaknya tidak mengompol daripada menggunakan sistem hukuman jika anak mengompol ( Terri Kyle, 2008). Beberapa penelitian menunjukkan berbagai respon orang tua dengan anak yang mengalami enuresis dan penangannya. Penelitian yang dilakukan oleh Sevilay AYKIN, dkk pada tahun 2002 di Turki menunjukkan gambaran bahwa 43% keluarga menggunakan respon yang keras untuk anak- anak yang mengalami enuresis, seperti memarahi anak dan memukul anak jika anak tersebut mengompol, hingga memerintahkan untuk memakai baju yang basah sebagai hukuman. Beberapa keluarga lainnya menunjukkan respon dengan akan memberikan hadiah pada anak jika anak tersebut tidak mengompol. Selain itu, beberapa ibu memberikan

tugas pada anaknya untuk mengganti seprai dan pakaian mereka yang basah setiap pagi. Hal ini dipengaruhi oleh faktor budaya, pendidikan, dan sosial ekonomi keluarga. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Yousef, Basaleem, dan Taher ( 2009) menunjukkan bahwa penurunan kejadian enuresis pada anak 82,3% karena dihukum bila mengalami nocturnal enuresis. Dan dari penelitian yang dilakukan R.J Boutler, dkk ( 2005) di Inggris, 67,1% orang tua mengurangi masukan air minum pada anak sebelum tidur, 60,7% orang tua menyuruh anak untuk berkemih sebelum tidur, 47,6% orang tua menggunakan sistem rewards, sementara 31,5% menggunakan pelindung celana untuk mengatasi enuresis pada masa lalu. Dari permasalahan diatas, penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana respon dan penanganan enuresis yang dilakukan orang tua pada anak pre- school sebagai tambahan informasi mengenai hal tersebut.

You might also like