You are on page 1of 21

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumber kehidupan bagi makhluk hidup. Bagi manusia, hewan dan tumbuhan, hutan menjadi bagian terpenting yang tak dapat dipisahkan dan tergantikan dalam menunjang kelangsungan hidupnya. Selain sebagai sumber air tanah dan penghasil oksigen, hutan juga berfungsi untuk menyerap karbon dioksida. Karbon dioksida sangat dibutuhkan oleh tumbuhan untuk melakukan fotosintesis. Tak hanya itu, keberadaannya di alam ini juga berfungsi untuk mencegah banjir, longsor maupun erosi. Tidak bisa kita pungkiri, hampir dari semua bencana yang tengah terjadi tersebut diakibatkan oleh ulah manusia yang mengakibatkan menurunnya fungsi hutan. Salah satu contohnya adalah adanya alih fungsi hutan yang semakin parah. Akibat alih fungsi hutan tersebut, produktivitas hutan menjadi semakin menurun seiring berkurangnya area luasan hutan. Salah satu contoh alih fungsi hutan yang kerap terjadi adalah adanya pembangunan pusat perbelanjaan, kawasan perumahan, maupun perkantoran yang tidak sesuai dengan keberadaannya. Dengan demikian, daya dukung hutan pun semakin menurun akibat terdegradasi.

2. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah selain untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Pengantar Ilmu Kehutanan juga agar kami sebagai mahasiswa juga lebih mengerti dan mendalami jasa-jasa yang telah diberikan hutan kepada makhluk hidup disekitarnya selama ini. 3. Metode Penulisan Dari banyak metode yang kamitim penyusunketahui, penulisan makalah ini menggunakan metode kepustakaan. Pada zaman modern ini metode kepustakaan tidak hanya berarti pergi ke perpustakaan guna mencari bahan dan materi makalah tapi dapat pula dilakukan dengan pergi ke warung internet (warnet). Kami menggunakan metode ini karena jauh lebih praktis, efektif, efisien, murah serta sangat mudah untuk mencari bahan dan datadata tentang topik ataupun materi yang kami gunakan untuk makalah ini.

4. Ruang Lingkup Mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan yang kamitim penyusunmiliki serta sesuai rujukan materi yang harus dibahasa dalam makalah ini yang diberikan oleh dosen pengasuh mata kuliah Pengantar Ilmi Kehutanan yang juga sebagai pemberi tugas, maka ruang lingkup makalah ini terbatas pada pembahasan peran-peran hutan, khususnya sebagai penyedia jasa bagi lingkungan.

BAB II PEMBAHASAN

1. Hutan menyediakan sumber air Pada jaman sekarang ini, dapat kita lihat dengan mata kepala sendiri bahwa semakin kurang tersedianya air bersih dan murni di kehidupan kita. Di beberapa daerah, mereka mencari-cari keberadaan air bersih, sebenarnya hal itu tidak perlu terjadi jika saja mereka menjaga kelestarian hutan. Peran hutan terhadap pengendalian daur air dimulai dari peran tajuk menyimpan air sebagai air intersepsi. Sampai saat ini intersepsi belum dianggap sebagai faktor penting dalam daur hidrologi. Bagi daerah yang hujannya rendah dan kebutuhan air dipenuhi dengan konsep water harvest maka para pengelola Daerah Aliran Sungai (DAS) harus tetap memperhitungkan besarnya intersepsi karena jumlah air yang hilang sebagai air intersepsi dapat mengurangi jumlah air yang masuk ke suatu kawasan dan akhirnya mempengaruhi neraca air regional. Dengan demikian pemeliharaan hutan yang berupa penjarangan sangat penting dilaksanakan sesuai frekuensi yang telah ditetapkan. Ketergantungan masyarakat yang tinggal di kawasan sekitar hutan terhadap keberadaan hutan sangat tinggi. Kemampuan hutan sebagai regulator air mampu memberikan kontribusi dalam penyediaan air bagi masyarakat sekitar hutan. Hutan Pinus di DTA Rahtawu memiliki potensi yang cukup besar dalam penyediaan sumberdaya air. Potensi sumberdaya
3

air di DTA Rahtawu dapat didekati dengan mengetahui debit bulanan dan volume aliran bulanan, sedangkan untuk memprediksi debit andalan yang selalu tersedia setiap saat dan dapat dipergunakan untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan masyarakat sekitar didekati dengan pengolahan data sekunder dari hidrograf aliran untuk memperoleh debit minimumnya (debit andalan). Dari hasil penelitian diperoleh nilai debit andalan yang dapat dipergunakan pada musim kemarau sebesar 1,82 liter/detik yang terjadi pada bulan Agustus dan September, sedangkan pada musim penghujan debit yang dapat dimanfaatkan sebesar 29,82 67,55 liter/detik (Suryatmojo, H., 2004). Masyarakat desa Ngambarsari yang terletak di sekitar kawasan hutan pinus membutuhkan air bersih rata-rata/orang/hari adalah 0,0014 liter/detik atau 122 liter/orang/hari. Apabila potensi sumberdaya air tersebut akan dimanfaatkan oleh masyarakat desa Ngambarsari, maka potensi air dari hutan pinus seluas 101,79 ha mampu untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi 900 2.000 orang atau 19 42% dari jumlah penduduk Desa Ngambarsari yang berjumlah 4.749 orang. Dari hasil penelitian diatas, nampak bahwa sesungguhnya peran hutan sangat besar dalam menyokong kehidupan manusia, salah satu diantaranya dari kemampuan sebagai regulator air melalui berbagai proses dalam siklus hidrologi yang berlangsung di dalamnya. Ketergantungan masyarakat yang tinggal di kawasan sekitar hutan terhadap keberadaan hutan sangat tinggi. Kemampuan hutan sebagai regulator air mampu memberikan kontribusi dalam penyediaan air bagi masyarakat sekitar hutan. Hutan Pinus di DTA Rahtawu memiliki potensi yang cukup besar dalam penyediaan sumberdaya air. Potensi sumberdaya
4

air di DTA Rahtawu dapat didekati dengan dan volume aliran bulanan, sedangkan

mengetahui debit bulanan untuk memprediksi debit

andalan yang selalu tersedia setiap saat dan dapat dipergunakan untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan masyarakat sekitar didekati dengan pengolahan data sekunder dari hidrograf aliran untuk memperoleh debit minimumnya (debit andalan). Dari hasil penelitian diperoleh nilai debit andalan yang dapat dipergunakan pada musim kemarau sebesar 1,82 liter/detik yang terjadi pada bulan Agustus dan September, sedangkan pada musim penghujan debit yang dapat dimanfaatkan sebesar 29,82 67,55 liter/detik (Suryatmojo, H., 2004). Masyarakat desa Ngambarsari yang terletak di sekitar kawasan hutan pinus rata/orang/hari adalah 0,0014 membutuhkan liter/detik atau air bersih rata122 liter/orang/hari.

Apabila potensi sumberdaya air tersebut akan dimanfaatkan oleh masyarakat desa Ngambarsari, maka potensi air dari hutan pinus seluas 101,79 ha mampu untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi 900 2.000 orang atau 19 42% dari jumlah penduduk Desa Ngambarsari yang berjumlah 4.749 orang. Dari hasil penelitian diatas, nampak diantaranya dari kemampuan bahwa sesungguhnya peran satu

hutan sangat besar dalam menyokong kehidupan manusia, salah proses dalam siklus hidrologi yang berlangsung di dalamnya. 2. Hutan menyediakan oksigen gratis dan tak terbatas

sebagai regulator air melalui berbagai

Hutan merupakan penghasil oksigen dan menjadikan bumi tetap bertahan sampai sekarang ini. Hutan merupakan penghasil oksigen yang
5

mana menjadi kebutuhan kita sebagai makhluk hidup, khususnya manusia untuk proses respirasi bersama hidrogen akan membentuk air yang merupakan cairan utama dalam struktur penyusunan tubuh. Dalam satu hari sebatang pohon menyerap CO2 antara 20 dan 36 gram per hari. Bila di pekarangan rumah anda terdapat 10 buah pohon, maka dalam sebulan pekarangan anda memberikan kontribusi menyerap CO2 sebanyak 5,6 10,08 kg atau menyimpan 750 kg karbon selama tanaman itu tumbuh di sana. Kalau di sekitar rumah anda ada 99 KK yang memiliki jumlah pohon sama dengan di rumah anda, maka jumlah CO2 yang diserap menjadi 0,5 1,008 ton atau karbon yang disimpan sebanyak 75 ton. Hasil estimasi ilmiah menunjukkan bahwa dalam sejam satu lembar daun memperoduksi oksigen sebanyak 5 ml. Dengan mengambil contoh pekarangan rumah anda dan sekitarnya yang ditanami pepohonan tadi dan bila rata-rata jumlah daun per pohon 200 lembar, maka pohon-pohon di tempat tinggal anda dan sekitarnya akan menyumbang oksegen sebanyak 10 x 100 x 200 x 5 ml = 1.000 liter per jam. Angka ini setara dengan jumlah kebutuhan oksigen untuk pernapasan sebanyak 18 orang (kebutuhan oksigen untuk satu orang bernapas adalah 53 liter per jam). Akhir-akhir ini kita sudah tak bisa lagi atau jarang menjumpai langit cerah berwarna kebiru-biruan. Bahkan cuaca sangat tidak bersahabat. Terik mentari sangat mendidih. Penulis sendiri sangat malas ke luar rumah bila siang hari dikarenakan teriknya mentari yang sangat menyengat. Beberapa penyebab timbulnya perubahan iklim di kota Medan khususnya dan dunia umumnya disebabkan karena naiknya kadar CO2 (karbondioksida) dan CFC (chlorofluorocanbon) yang berasal dari bahan penyemprot, bahan alat pendingin, asap knalpot yang berasal dari mesin,
6

asap industri, asap pembakaran kayu atau hutan, dan perubahan tata guna lahan. Konsentrasi CO2 (karbondioksida) diatmosfir telah naik dari 290 ppm menjadi 350 ppm selama seratus tahun terakhir dan diperkirakan akan mencapai 400 ppm hingga 550 ppm pada tahun 2030. Jumlah ini diperkirakan tidak akan berkurang selama tumbuh-tumbuhan dan hutan semakin ramping dan semakin banyaknya CO2 (karbondioksida) yang dihasilkan oleh industri, kendaraan, dan lain sebagainya. Terakhir kita harus menyadari bahwa betapa pentingnya peranan hutan atau tumbuh-tumbuhan dalam menyerap gas CO2 (karbondioksida). Jangan sampai kita baru tersadarkan setelah dampak nyata yang benarbenar buruk terjadi atau kita alami. Maka penting bagi kita menjaga hutan. Memang kita tak bisa menjaganya sendirian dan membutuhkan peranan pemerintah. Namun tak ada salahnya kita memulai dari diri sendiri dengan menanam pohon atau tumbuh-tumbuhan di sekitar rumah kita. Sekali lagi hutan adalah paru-paru dunia, jangan sampai hutan gundul meluluhlantakkan dan bencana datang menyapa. 3. Hutan menyediakan habitat bagi satwa Berdasarkan rapat Teknis Kementerian Kependudukan dan

Lingkungan Hidup di Jakarta pada bulan Februari 1991, dinyatakan bahwa Hutan Kota adalah suatu lahan yang tumbuh pohon-pohonan di dalam wilayah perkotaan di dalam tanah negara maupun tanah milik yang berfungsi sebagai penyangga lingkungan dalam hal pengaturan tata air, udara, habitat flora dan fauna yang memiliki nilai estetika dan dengan luas

yang solid merupakan ruang terbuka hijau, serta areal tersebut ditetapkan oleh pejabat berwenang sebagai Hutan Kota. Kota merupakan salah satu bagian paling penting dalam kehidupan manusia, mengingat kota sebagai pusat berbagai aktivitas.banyaknya masyarakat yang melakukan berbagai aktivitas membuat mereka kadang kala jenuh ataupun stress, Dengan demikian untuk mengurangi itu semua di butuhkan suasana nyaman dan asri, maka perlu dibangun hutan kota. Desiran angin, kicauan burung dan atraksi satwa lainnya di dalam hutan kota diharapkan dapat menghalau kejenuhan dan stress yang banyak dialami oleh penduduk perkotaan.

Pada prinsipnya burung dapat berdampingan hidup dengan masyarakat kota asalkan syarat kebutuhan hidupnya terpenuhi, seperti habitat yang memadai dan aman dari berbagai bentuk gangguan. Mengingat begitu besar manfaat burung baik dari lingkungan dan ekonomi, sudah sewajarnya perlu diwujudkan upaya pelestariannya. Upaya tersebut bukan hanya menjadi tanggung jawab pakar burung semata tetapi semua lapisan masyarakat termasuk masyarakat perkotaan. Factor yang menentukan keberadaan burung adalah ketersediaan makanan, tempat untuk istirahat, bermain, kawin, bersarang, bertengger dan berlindung. Kemampuan areal menampung burung ditentukan oleh luasan, komposisi dan struktur vegetasi, banyaknya tipe ekosistem dan bentuk areal serta keamanan. Komposisi dan struktur vegetasi juga mempengaruhi jenis dan jumlah burung yang terdapat di suatu habitat. Hal ini disebabkan karena tiap jenis

burung mempunyai relung yang berbeda. Dengan memperbanyak jenis vegetasi dan mengatur komposisinya dimungkinkan burung mudah menentukan relungnya. Jenis tanaman yang beragam dapat menyediakan lebih beragam pula sumber-sumber makanan bagi burung, berupa serangga, buah, ataupun nectar. Sebagai implikasinya, pemilihan tanaman dengan waktu berbuah ataupun berbunga yang berbeda akan lebih baik dalam penyediaan sumber makanan bagi burung. Ekosistem yang lebih beragam lebih mampu mendukung kebutuhan burung karena mempunyai komponen yang lebih lengkap. Misalnya, perpaduan antara ekosistem air ( kolam, danau, sungai ), padang rumput, hutan dan pekarangan lebih baik daripada hanya hutan, hanya air, atau hanya padang rumput saja. Dasar pemikiran kota sebagai salah satu objek pelestarian burung adalah adanya kebutuhan manusia yang semakin meningkat terhadap sumberdaya alam (termasuk burung) seiring dengan pertambahan laju manusia. Akibat penggunaan sumberdaya alam (termasuk burung) oleh manusia yang kurang memperhatikan aspek kelestariannya menyebabkan terjadinya penyempitan maupun perusakan habitat alami burung yang menyebabkan merosotnya populasi burung di alam. Burung sebagai komponen ekosistem alam memiliki peranan penting dan sangat bermanfaat bagi manusia. Pada prinsipnya burung dapat hidup berdampingan dengan manusia sepanjang kebutuhan hidupnya terpenuhi. Kota memiliki potensi pendukung bagi pelestarian burung.
9

Salah satu bentuk pola pembinaan habitat burung dikawasan pemukiman / RTH sebagai berikut: burung. Salah satu satwa liar yang dapat dikembangkan di perkotaan adalah burung. Burung perlu dilestarikan, mengingat mempunyai manfaat yang tidak kecil artinya bagi masyarakat, antara lain : Membantu mengendalikan serangga hama, Membantu proses penyerbukan bunga, Mempunyai nilai ekonomi yang lumayan tinggi, Burung memiliki suara yang khas yang dapat menimbulkan Burung dapat dipergunakan untuk berbagai atraksi rekreasi, Sebagai sumber plasma nutfah, Objek untuk pendidikan dan penelitian. Mengurangi Bahaya Hujan Asam Pemilihan spesies tumbuhan yang akan dikembangkan. Upaya menciptakan koridor bervegetasi. Upaya mencegah perburuan burung. Pembuatan sarang buatan dan penglepasan berbagai jenis

suasana yang menyenangkan,

Manfaat lain dan urgensinya antara lain: Burung sebagai komponen ekosistem alam. Burung Dapat berperan penting dalam membantu mengontrol populasi serangga, membantu penyerbukan bunga dan pemercaan biji. Dapat di jadikan sebagai indicator lingkungan karna apabila terjadi degradasi lingkungan, burung menjadi komponen alam terdekat yang terkena dampaknya.
10

Dari segi rekreasi alam. Kecendrungan masyarakat untuk ingin menikmati keindahan warna bulu, kemerduan bunyi ataupun kacakapan burung dapat dilihat di kebun binatang, taman burung dan taman safari.jenis rekreasi ini dapat juga dinikmati di lingkungan kota,kebun,pekarangan,taman bahkan dilingkungan sekitar kita. kota bukan hanya menjadi tempat yang nyaman untuk mencari nafkah namun juga untuk tempat tinggal. Dari segi ilmu pendidikan dan ilmu pengetahuan. Banyak ekolog yang mengembangkan konsep ilmunya berasal dari mempelajari burung. Ide membuat dan mengambangkan model pesawat terbang di ilhami oleh morfologi burung. Bagi sebagian besar masyarakat mempelajari alam dan lingkungannya karna begitu banyak manfaatnya. Beberapa jenis burung sangat membutuhkan pohon sebagai tempat mencari makan maupun sebagai tempat bersarang dan bertelur. Pohon kaliandra di antaranya disenangi burung pengisap madu. Pohon jenis lain disenangi oleh burung, karena berulat yang dapat dimakan oleh jenis burung lainnya. Menurut Ballen (1989), beberapa jenis tumbuhan yang banyak didatangi burung antara lain: Kiara, caringin dan loa (Ficus spp.) F. benjamina, F. variegata, dan F. glaberrima buahnya banyak dimakan oleh burung seperti punai (Treron sp.). Dadap (Erythrina variegata). Bunganya menghasilkan nektar.

Beberapa jenis burung yang banyak dijumpai pada tanaman dadap yang tengah berbunga antara lain : Betet biasa (Psittacula alexandri), serindit (Loriculus spp.), suku Jalak-jalakan (Sturnidae) dan beberapa jenis burung madu.

11

Dangdeur (Gossampinus heptaphylla). Bunganya yang berwarna merah menarik burung ungkut-ungkut dan srigunting. Aren (Arenga pinnata). Ijuk dari batangnya sering dimanfaatkan oleh burung sebagai bahan untuk pembuatan sarangnya. Bambu (Bambusa spp.). Burung blekok (Ardeola speciosa) dan manyar (Ploceus spp.) bersarang di pucuk bambu. Sedangkan jenis burung lainnya seperti : Sikatan cacing (Cyornis banyumas), celepuk reban (Otus lempiji), Kipasan belang (Rhipidura javanica), Kancilan bakau (Pachycephala grisola) dan cikrak bambu (Abroscopus superciliaris) bertelur pada pangkal cabangnya, di antara dedaunan dan di dalam batangnya. Salah satu keberhasilan dalam menjaga lingkungan alam di sekitarnya adalah untuk memberikan perlindungan dan kehidupan bagi satwa dan tumbuhan di sekitarnya. Dimana fungsi hidrologi akan dapat berjalan dengan baik, lahan di sekitar akan berfungsi secara optimal, maka aspek lingkungan, sosial dan ekonomi dapat berjalan secara seimbang apabila dilakukan secara bijaksana. Dan keberhasilan dalam menata lingkungan hutan dan lahan, tentunya dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kehidupan lainnya. Tentunya dapat pula dimanfaatkan sebagai habitat satwa maupun tumbuhan sebagai alam kehidupannya. Salah satu contoh yang berhasil dalam menghijaukan dan

melestarikan lingkungan dapat kita lihat di sekitar kampus UGM Yogyakarta. Pepohonan besar dan tinggi tumbuh subur di sekitar bangunan-bangunan kampus tanpa adanya gangguan dari masyarakat di sekitarnya.. Dan sejak tahun 2005 keasrian alam kampus tersebut kiranya
12

telah mengundang burung-burung Cangak berdatangan ke kampus UGM, dan sejak saat itu kerindangan alam tersebut dijadikan tempat hidup, berlindung dan berkembang biak, sebagai habitatnya. 4. Hutan meredam kebisingan dan menyerap polusi Kebisingan adalah suara yang berlebihan, tidak diinginkan dan sering disebut "polusi tak terlihat" yang menyebabkan efek fisik dan psikologis. Efek fisik berhubungan dengan transmisi gelombang suara melalui udara, efek psikologis berhubungan dengan respon manusia terhadap suara. Pohon dapat meredam suara dengan cara mengabsorpsi gelombang suara oleh daun, cabang dan ranting. Jenis tumbuhan yang paling efektif untuk meredam suara ialah yang mempunyai tajuk yang tebal dengan daun yang rindang (Grey dan Deneke, 1978). Penanaman berbagai jenis tanaman dengan berbagai strata yang cukup rapat dan tinggi akan dapat mengurangi kebisingan, khususnya dari kebisingan yang sumbernya berasal dari bawah. Menurut Grey dan Deneke (1978), dedaunan tanaman dapat menyerap kebisingan sampai 95%. Jasa hutan lainnya yaitu sebagai pengendalian dan atau mengurangi polusi udara dan limbah, serta menyaring debu. Debu atau partikulat terdiri dari beberapa komponen zat pencemar. Dalam sebutir debu terdapat unsur-unsur seperti garam sulfat, sulfuroksida, timah hitam, asbestos, oksida besi,silika, jelaga dan unsur kimia lainnya. Berbagai hasil penelitian lainnya menunjukkan bahwa tumbuh-tumbuhan dapat mengakumulasi berbagai jenis polutan (pencemar). Seperti pohon johar, asam landi, angsana dan mahoni dapat mengakumulasi Pb (timah hitam) yaitu hasil pencemaran oleh kendaraan bermotor, pada daun dan kulit batang.

13

5. Hutan mencegah dari bencana alam Murka alam dalam wujud bencana alam seolah telah menjadi rutinitas yang dihadapi dalam kehidupan rakyat dan bangsa Indonesia. Pada setiap musim hujan kita selalu mengalami bencana sebagai rutinitas tahunan seperti terjadinya bencana tanah longsor, banjir dan banjir bandang dibeberapa daerah. Sedang pada saat musim kemarau akan ditemui bencana kebakaran hutan dan lahan, kekeringan, gagal panen. Belum lagi terjadinya bencana alam akibat kondisi geologi alam wilayah Indonesia yang rawan terjadi gempa, tsunami dan letusan gunung berapi. Bencana banjir dan banjir bandang serta tanah longsor di sebagian wilayah Indonesia sepanjang januari sampai juni 2006 adalah contoh terkini dari kejadian tersebut. Dalam mengatasi masalah tersebut pemerintah masih terkesan seperti pemadam kebakaran, berupaya memadamkan api setelah terjadi kebakaran, berupaya menangani bencana setelah bencana terjadi, bukannya melakukan optimalisasi langkah pencegahan dan minimalisasi kemungkinan timbulnya bencana. Disamping itu masih sering terjadi kekisruhan dalam koordinasi penanganan bencana yang akan ditangani oleh masing-masing sektor serta perencanaan penanganan bencana secara jangka panjang. Dalam sebagian besar bencana-bencana tersebut terkait biasanya dengan orang, baik itu yang awam maupun ahli selalu menghubungkannya dengan keberadaan hutan. Segala sesuatu yang hutan baik institusi pemerintah (Departemen Kehutanan, KLH, Dinas kehutanan, Bapedalda), NGO/LSM, Swasta (pengelola atau pemanfaat hutan) maupun masyarakat biasanya akan menyuarakan pandangan, kritik dan sarannya masing-masing. Namun sangat jarang muncul usulan atau gagasan konkret yang dapat membantu mengatasi masalah secara berkesinambungan.
14

Telah banyak teori dan pengalaman dari negara lain yang dilontarkan para ahli untuk membantu mengatasi dan mencegah bencana melalui manajemen pengelolaan bencana, Managemen pengelolaan sampah itu bisa bermacam-macam mulai dari penanganan kemungkinan terjadinya bencana, penanganan selama bencana sampai penanganan pasca bencana. Pemerintah telah mencoba menerapkan beberapa langkah penanganan antisipasi bencana, namun sekali lagi belum nampak hasil pencegahan timbulnya bencana alam secara efektif. Contoh: penanganan pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) prioritas, pembuatan bangunan pengendali banjir (dam, waduk, talud sungai), pembuatan sudetan-sudetan sungai dll. Concern sektor kehutanan terhadap upaya penanggulangan bencana sebenarnya terfokus pada eksistensi dan keberadaan hutan. Sesuai dengan UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan. Hutan menurut statusnya dibedakan ke dalam hutan negara, hutan hak dan hutan adat. Hutan negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah, hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah, sedang hutan adat adalah hutan negara yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat. Oleh UU tersebut, penguasaan hutan negara diberikan kepada penyelenggara negara (Pemerintah) untuk diurus demi pencapaian kemakmuran rakyat Indonesia. Sesuai fungsinya hutan negara dibedakan ke dalam hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi. Oleh karena itu rusak dan terdegradasinya hutan negara yang saat ini mencapai sekitar 59,7 juta Ha dari luasan keseluruhan 120,3 juta Ha, dengan laju kerusakan 2,8 juta ha/tahun menjadi tanggung jawab Pemerintah, yang pada kenyataannya hingga saat ini hutan-hutan tersebut terus mengalami rongrongan dari aktifitas-aktifitas illegal.
15

Upaya-upaya

yang

dilakukan

Pemerintah

melalui

penataan

pengusahaan hutan, rehabilitasi hutan dan lahan, perlindungan dan konservasi kawasan, seolah tidak dapat mengimbangi laju kerusakan yang terjadi, sehingga menjadi logis apabila kejadian bencana alam masih sering terjadi. Membangun Hutan Rakyat Sebenarnya ada potensi tersembunyi yang sangat besar untuk ikut mengimbangi tingkat kerusakan hutan yang semakin besar tersebut, yaitu keberadaan hutan hak atau secara umum kita sebut sebagai hutan rakyat. Berdasarkan data yang diolah oleh BPS yang bekerja sama dengan Departemen Kehutanan (walaupun data tersebut tidak memperlihatkan potensi luasan hutan rakyat) menunjukkan besarnya potensi hutan rakyat tersebut. Data tersebut memperlihatkan bahwa terdapat rata-rata sekitar 3,43 juta penduduk yang mengusahakan hutan rakyat dengan jumlah pohon dari 10 jenis tanaman yang didata (akasia, bambu, cendana, jati, mahoni, pinus, sengon, rotan, sonokeling dan sungkai) mencapai sekitar 238,76 juta pohon/rumpun. Apabila diasumsikan secara kasar jarak tanamnya 4 x 4 meter, maka diprediksi terdapat hutan rakyat seluas 380 ribu Ha, memang kelihatannya kecil, namun perlu dicatat bahwa yang diolah baru 10 jenis pohon dari sekitar 20 jenis pohon yang diusahakan oleh rakyat, serta belum termasuk potensi tanaman tahunan buah-buahan. Pemerintah sendiri melalui Departemen Kehutanan sejak beberapa tahun lalu sebenarnya telah melakukan upaya fasilitasi pembangunan hutan rakyat, namun gaungnya belum begitu nampak secara nasional, sehingga pengembangan potensi hutan rakyatnya belum optimal. Oleh karena itu mencegah bencana alam dengan mengedepankan pembangunan hutan rakyat layak dijadikan salah satu pilihan efektifitas pencegahan bencana alam. Mendorong peningkatan pembangunan hutan rakyat
16

sebenarnya bukan hanya dikarenakan oleh besar potensinya saja, tetapi memuat dan mengandung alasan-alasan logis akan terjaminnya keberhasilan pembangunannya. Pertama, penanaman tanaman tahunan yang dilakukan oleh masyarakat di lahan miliknya sendiri, hampir dapat dipastikan akan dilandasi oleh alasan-alasan konkret dan logis secara ekonomis mengapa mereka mau menanam. Hal ini dengan sendirinya akan diikuti oleh rasa memiliki (sense of belonging) dari masyarakat itu sendiri terhadap eksistensi tanamannya, sehingga mereka akan selalu merawat, menjaga dan melindungi tanamannya tersebut. Alasan ekonomis yang secara umum dapat dikedepankan adalah bahwa tanaman tahunan tersebut dapat dijadikan tabungan (saving) yang sewaktu-waktu dapat dimanfaatkan untuk keperluan-keperluan jangka panjang. Kedua, Peningkatan luasan hutan rakyat juga telah menjadi salah satu priotitas kebijakan pembangunan pemerintah (Departemen Kehutanan) sejak Pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu. Departemen Kehutanan telah berkomitmen untuk menfasilitasi pembangunan hutan rakyat seluas 2 juta Ha sampai dengan tahun 2009 (seperti disebutkan dalam Rencana Strategis Departemen Kehutanan tahun 2005-2009). Komitmen ini tentunya akan dibarengi dengan langkah-langkah kebijakan lanjutan dan khususnya pendanaan untuk ikut mendorong terwujudnya perluasan hutan rakyat, salah satunya adalah pengerahan sebagian dana untuk gerakan rehabilitasi hutan dan lahan (GERHAN) untuk membangun hutan rakyat. Ketiga, keberhasilan semakin meluasnya hutan rakyat akan ikut menambah besaran lahan/areal yang bervegetasi hutan pada lahan-lahan diluar hutan negara, dengan demikian coverage tanaman tahunan akan bertambah dalam skala nasional. Bertambahnya penutupan hutan secara nasional akan diyakini akan ikut memberi andil
17

dalam pencegahan bencana alam. Keberhasilan pencegahan bencana alam melalui pembangunan hutan rakyat akan sangat ditentukan pula oleh dukungan pemetaan potensi lahan-lahan rawan bencana alam, khususnya yang berada di luar hutan negara. Kejelasan posisi daerah-daerah rawan bencana akan membantu penentuan lokasi-lokasi pembangunan hutan rakyat. Disamping itu untuk memberikan dorongan kepada masyarakat agar membangun hutan rakyat di lahan miliknya, pemerintah perlu melakukan langkah-langkah inovatif, antara lain dengan menetapkan insentif-insentif bagi masyarakat yang menanami lahannya dengan tanaman tahunan, misal: tanah yang ditanami tidak ditarik Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), menyediakan bibit-bibit gratis sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekitar, membebaskan perdagangan kayu rakyat dari pungutan-pungutan seperti layaknya dalam perdagangan kayu umumnya. Keberhasilan pembangunan hutan rakyat diharapkan memberi efek berganda mulai dari berkurangnya bencana alam, meluasnya penutupan (coverage) lahan secara nasional, ikut andil dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat sampai sebagai pendukung penentuan indikator kesuksesan kinerja pemerintah. *

18

BAB III PENUTUP

III.1 KESIMPULAN Hutan memiliki jasa-jasa yang sangat penting dan tanpa disadari sangat berarti bagi kehidupan di bumi. Ketika Bencana alam yang terjadi memang sering tidak dapat diprediksi dan tidak dapat dihindari. Seperti pada saat bencana tsunami. Kejadian ini dipicu oleh kejadian gempa bumisebelumnya, kemudian beberapa saat kemudian ombak yang cukup dahsyat menghantamdaerah pesisir sampai kedaratan. Kejadian tersebut telah merengut ribuan nyawa dan memporak-porandakan rumah-rumah penduduk dan telah mengakibatkan kerugian materilmencapai angka triliunan rupiah. Hal itu terjadi karena terlalu meremehkannya jasa hutan bagi kehidupan ini. Sebagai makhluk hidup yang berakal manusia dapta memanfaatkan jasa-jasa penting hutan tersebut. Adapun Jasa-jasa hutan bagi lingkungan, yaitu : 1. Hutan menyediakan sumber air 2. Hutan menyediakan oksigen gratis dan tak terbatas 3. Hutan menyediakan habitat bagi hewan 4. Hutan meredam kebisingan dan menyerap polusi 5. Hutan mencegah dari bencana alam

19

III.2 SARAN Hutan memiliki fungsi yang sangat penting bagi kehidupan. Tanpa kita sadari hutan sangat berjasa bagi kehidupan kita. Untuk melestarikan hutan, kita sebagai individu dapat ikut serta dalam usaha pemberdayaan keberadaan hutan untuk kehidupan. Kita dapat melakukannya dengan cara yang sederhana pula. Penghijauan yang kita lakukan tidak perlu dalam partai yang besar. Kita hanya perlu setidaknya menanam satu pohon untuk penghijau rumah kita. Hal ini jika dilakukan oleh seluruh penduduk bumi ini, akan sangat efektif dalam mengatasi masalah kelangkaan hutan, seperti yang saat ini kita hadapi. Keberadaan pohon-pohon tersebut akan sangat berguna dalam mempertahankan kualitas air tanah, setidaknya di sekitar tempat tinggal kita.

20

DAFTAR PUSTAKA

Gatot Irianto. 2004. Hilangnya Sumber Mata Air dan Dampaknya terhadap Desertification. Penulis dari Puslitbangtanak, Bogor, Tabloid Sinar Tani, 30 Juni 2004. pusakaindonesia.or.id/news.php?extend.117.18 http://kimbijak.blogspot.com/2012/09/pencegahan-bencana-alam-murkaalam.html

21

You might also like