You are on page 1of 4

BAB I PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Judul

Semenjak otonomi daerah digulirkan di Indonesia, telah banyak daerah yang mengalami pemekaran. Pemekaran daerah tersebut salah satunya didorong oleh kondisi Negara Indonesia memang yang sangat beragam. Keberagaman tersebut dapat dilihat dari adanya berbagai macam komunitas masyarakat dan dalam setiap komunitas masyarakat juga terdapat keberagaman secara religi, adat istiadat, kesukuan, bahasa, dan lain sebagainya. Keberagaman yang terdapat di Indonesia tersebut telah digambarkan dalam semboyan Bhinneka tunggal ika, yang berarti satu dalam keberagaman. Selain itu, wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia terpencar-pencar ke sejumlah kepulauan, kemudian di dalam satu pulau itu juga terdapat sejumlah wilayah yang dipenuhi dengan pegunungan dan sungai-sungai serta dataran dan hutan.

Di era otonomi daerah sekarang ini, setiap pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengelola daerahnya sendiri dalam batas yang telah ditentukan oleh peraturan perundang-undangan. Pemberian kewenangan tersebut dilaksanakan dengan harapan pemerintah daerah mampu untuk mengelola keberagaman yang terdapat di berbagai daerah semaksimal mungkin, sehingga menjadi keunggulan komparatif yang dapat dimanfaatkan dalam rangka peningkatan kualitas kesejahteraan masyarakat
1

Kabupaten Kutai Timur merupakan salah satu daerah yang dimekarkan segera setelah disahkannya, Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Pembentukan daerah Kabupaten Kutai Timur dilaksanakan melalui Undang-undang Nomor 47 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Kutai Timur dan Kota Bontang. Selanjutnya pembentukan daerah Kabupaten Kutai Timur diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 12 Oktober 1999.

Secara geografis, posisi Kabupaten Kutai Timur terletak pada koordinat 150 56 26 BT 1180 58 19 BB dan 10 17 1 LS - 10 52 39 LU. Luas wilayah Kabupaten Kutai Timur adalah 31. 884, 62 Km2. Pada awal pemekaran, Kabupaten Kutai Timur hanya terdiri dari 5 Kecamatan, kemudian berdasarkan Peraturan Daerah No. 16 Tahun 1999, kecamatan-kecamatan di Kabupaten Kutai Timur dimekarkan menjadi 11 kecamatan. Selanjutnya, pada tahun 2005, kecamatan-kecamatan tersebut dimekarkan lagi menjadi 18 Kecamatan.

Ibukota Kabupaten Kutai Timur adalah Kecamatan Sangatta Utara. Kecamatan Sangatta Utara merupakan pecahan dari Kecamatan Sangatta. Kecamatan Sangatta Utara adalah kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terbanyak dibandingkan kecamatan lainnya di Kabupaten Kutai Timur. Hal ini disebabkan karena di Kecamatan Sangatta Utara terdapat sejumlah perusahaan tambang yang menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Selain itu, Kecamatan Sangatta Utara merupakan pusat pemerintahan dan perdagangan di Kabupaten Kutai Timur.

Kabupaten Kutai Timur memiliki potensi sumber daya alam yang sangat besar, khususnya di sektor pertambangan.Salah satu potensi sumber daya alam

yang paling menonjol di Kabupaten Kutai Timur adalah bahan tambang batu bara. Potensi sumber daya alam yang cukup besar di Kabupaten Kutai Timur dari sektor pertambangan selain batu bara adalah minyak bumi dan gas. Kandungan minyak bumi dan gas di Kabupaten Kutai Timur cukup besar. Selain itu masih terdapat potensi sumber daya alam lainnya di sektor pertambangan, seperti emas, besi, batu gamping, lempung dan gipsum. Besarnya potensi sumber daya alam di Kabupaten Kutai Timur, khususnya di sektor pertambangan juga dapat dilihat dalam struktur ekonomi Kabupaten Kutai Timur, dimana sektor ini memberikan kontribusi ratarata berada diatas 80% terhadap PDRB Kabupaten Kutai Timur.

Potensi sumber daya alam tersebut telah menarik minat sejumlah perusahaan pertambangan untuk berinvestasi di Kabupaten Kutai Timur. Saat ini di Kabupaten Kutai Timur telah beroperasi sejumlah perusahaan tambang, diantaranya adalah PT. KPC (Kaltim Prima Coal), PT. Indominco Mandiri dan lain sebagainya.

Beroperasinya sejumlah perusahaan tambang tersebut, tentu saja membawa dampak terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perusahaan memiliki tanggung jawab sosial dan lingkungan yang harus dilaksanakan. Tanggung jawab sosial lingkungan perusahaan tersebut, dilaksanakan melalui corporate social responsibility atau lebih dikenal dengan istilah CSR.

Corporate social responsibility diartikan sebagai komitmen usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya, komuniti lokal dan masyarakat secara lebih luas. Dengan kata lain,

perusahaan diharapkan tidak hanya memikirkan diri sendiri, tetapi juga memposisikan dirinya sebagai bagian dari masyarakat dan membangun interaksi yang sifatnya mutualistik.

Tanggung jawab sosial lingkungan perusahaan tersebut saat ini telah memiliki landasan yuridis. Tanggung jawab sosial lingkungan perusahaan saat ini telah diatur dalam Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan terbatas, pasal 74 ayat (1), yang menyatakan bahwa Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Sebagai pelaksanaan atas ketentuan tersebut, saat ini pemerintah pemerintah telah mengesahkan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pelaksanaan corporate social responsibility perusahaan tambang di Kecamatan Sangatta Utara, Kabupaten Kutai Timur.

You might also like