You are on page 1of 41

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Filtrasi atau penyaringan adalah pemisahan partikel zat padat dari fluida dengan jalan melewatkan fluida itu melalui suatu medium penyaring atau septum,dimana zat padat itu bertahan. Operasi filtrasi dijalankan untuk mengambil bahan yang diinginkan yaitu padatannya atau cairannya dan bahkan keduaduanya. Operasi filtrasi sangat diperlukan dalam industri kimia terutama yang menghasilkan campuran padat-cair. Contoh-contoh operasi filtrasi di pabrikpabrik antara lain : Pabrik gula menjalankan operasi filtrasi untuk memisahkan larutan gula dengan padatan-padatan Industri pemurnian air Pemisahan senyawa garam dari suspensinya dan lain-lain Agar proses filtrasi berjalan cepat biasanya dapat dimodifikasi umpan dengan cara pemanasan, rekistralisasi, atau dengan penambahan filter aid yaitu suatu senyawa yang dapat mengurangi kompresibililitas cake, mengurangi penetrasi partikel kecil lain yang tidak diharapkan yang dapat menutupi pori-pori membran sehingga mengurangi laju filtrasi. Oleh karena banyaknya ragam bahan yang difiltrasi dan bermacam kondisi operasi, jenis filter pun dapat dimodifikasi. Filtrasi sering diterapkan pada prosesproses biologis seperti memisahkan ekstrak juice atau memisahkan mikroorganisme dari medium fermentasinya. Pada proses-proses pemisahan yang sulit, proses filtrasi konvesional harus didukung dengan teknologi lain agar filtrasi lebih praktis, cepat, dan kualitas produk tidak terdegradasi. Kebanyakan filter industri merupakan filter tekanan atau filter vakum. Alat tersebut dapat dijalankan secara batch atau kontinu, bergantung pada cara mengeluarkan zat padatnya. Jika filtrasi dijalankan secara batch alat harus

dibongkar untuk pengambilan cake kemudian dipasang kembali, sehingga diperlukan waktu untuk bongkar pasang sedangkan pada proses kontinu pengambilan cake dilakukan secara terus menerus dan memerlukan waktu operasi yang lebih cepat. Pada praktikum ini digunakan press filter berupa plate and frame filter press. Filter terdiri atas plate and frame yang tersusun secara selang-seling. Plate terpisah dari frame dengan suatu filter cloth. Pressing dilakukan untuk mendapatkan posisi plate dan frame yang sesuai dan dikerjakan dengan putaran manual dan putaran hidrolik. Slurry dimasukkan melalui lubang-lubang frame dan filtrat mengalir melalui cloth ditiap sisi sehingga 2 produk (slurry dan cake) terbentuk secara simultan di tiap ruang penyaringan. 1.2 Tujuan Percobaan Dalam melaksanakan percobaan ini terdapat beberapa tujuan, yaitu : 1. Untuk mengetahui cara memisahkan partikel padat (kalsium karbonat) dari fluida cair dengan memakai media berpori. 2. Untuk mengetahui prinsip kerja dari alat filtrasi plate and frame filter press. 3. Menghitung nilai tahanan media (Rm) dan tahanan ampas () dari data percobaan yang diperoleh
1.3 Landasan Teori

Beberapa cara pemisahan mekanik fisik dapat diklasifikasikan menjadi sebagai berikut (Geankoplis,1993) : 1. Filtration Pemisahan dapat dilakukan karena adanya media filtrasi seperti kain, kanvas, pasir. Pemilihan media filtrasi didasarkan atas : a. Jumlah padatan yang dipisahkan b. Tipe padatan c. Viskositas dari fluida

2. Settling and sedimentation Pada settling and sedimantation, partikel dipisahkan dari fluida dengan adanya perbedaan gaya gravitasi dan densitas dari partikel tersebut. 3. Centrifugal settling and sedimentation Proses pemisahan partikel dari fluida karena adanya gaya sentrifugal pada berbagai ukuran dan densitas fluida. 4. Centrifugal filtration Proses pemisahan yang dilakukan dengan filtrasi tetapi gaya sentrifugal yang digunakan menyebabkan perbedaan tekanan dapat diabaikan. 5. Mechanical size reduction and separation Pemisahan dilakukan dengan cara mengubah diameter partikel, kemudian dipisahkan dengan ayakan. Operasi filtrasi dijalankan dengan dua cara yaitu : 1. Filtrasi batch Proses secara batch memerlukan waktu yang lebih lama dan memerlukan biaya yang lebih mahal. 2. Filtrasi kontinu Proses filtrasi secara kontinu banyak diterapkan pada industri kimia. Analisis operasi filtrasi ini dibagi dalam 3 tahap, yaitu :
a. b. c.

Pembentukan cake, Pencucian cake untuk membuang larutan Pelepasan cake dari filter.

Berdasarkan gaya pendorong yang digunakan, dikenal bermacam-macam filter yaitu gravity filters, plate and frame filter press dan continous rotary vacuum filters. Tipe plateand frame filter press yang paling umum digunakandapat dilihat pada Gambar 1.1. Plate and frame filter press jenis ini yang diaplikasikan di industri umumnya terdiri atas tujuh bagian medium filter

dari logam yang saling menutupi secara renggang dan tempat yang cukup untuk menampung cake sampai filtrasi selesai.

Gambar 1.1 Plate and Frame Filter Press


(Sumber: www.parksanfilters.com)

Jenis lain adalah rotary vacuum filter. Filter jenis ini banyak digunakan pada industri skala besar dikarenakan dapat menangani padatan yang sulit difilter, dan banyak dilengkapi sarana otomatis sehingga tenaga manual yang dibutuhkan tidak banyak. Pada Gambar 1.2 dapat dilihat bentuk dari filter jenis ini. Filter ini dilengkapi drum yang terus berputar. Tekanan di luar drum adalah tekanan atmosferik, tetapi di dalam drum mendekati vakum. Drum ini dimasukkan ke dalam cairan yang mengandung suspensi padatan yang akan difilter, lalu drum diputar dengan kecepatan rendah selama operasi. Cairan tertarik melewati filter cloth karena tekanan vakum, sedangkan padatan akan tertinggal di permukaan luar drum membentuk cake. Jika cake akan diambil dari drum, putaran drum dihentikan, drum dikeluarkan dari fasa cair, cake dicuci, dikeringkan, dan kemudian diambil. Pengambilan padatan dari drum dilakukan dengan sejenis pisau yang juga bermcam-macam jenis dan disainnya bergantung jenis cake.

Gambar 1.2 Rotary Vacuum Filter


(sumber : www.numna.com)

Pada filtrasi dikenal dua media filter, yaitu : 1. Media primer Yaitu filter pembantu dapat berupa kain, kanvas, kertas saring . 2. Media sekunder Yaitu medium filter yang sesungguhnya, yang terbentuk karena adanya padatan-padatan yang tertahan oleh medium filter primer. Berdasarkan prinsip kerjanya, filtrasi dapat dibedakan menjadi: 1. Pressure filtration Merupakan filtrasi yang dilakukan dengan prinsip penekanan. Bentuk alat tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.3.

Gambar 1.3 Pressure Filtration Press


(sumber : http://cpq.ist.utl.pt/spe/images/Foto_22.JPG) 2.

Gravity filtration Merupakan filtrasi yang menggunakan gaya gravitasi untuk mengalirkan

cairan. 3. Vacuum filtration

Merupakan filtrasi yang dilakukan dengan prinsip hampa udara untuk mengalirkan cairan. Alat filtrasi dengan prinsip hampa udara dapat dilihat pada Gambar 1.4. Filter ini dilengkapi drum yang terus berputar. Tekanan di luar drum adalah tekanan atmosferik, tetapi di dalam drum mendekati vakum. Drum ini dimasukkan ke dalam cairan yang mengandung suspensi padatan yang akan difilter, lalu drum diputar dengan kecepatan rendah selama operasi. Cairan tertarik melewati filter cloth karena tekanan vakum, sedangkan padatan akan tertinggal di permukaan luar drum membentuk cake pada proses.

Gambar 1.4 Drum Vacuum Filter


(sumber : abhishekfilter.com)

Jika cake akan diambil dari drum, putaran drum dihentikan, drum dikeluarkan dari fasa cair, cake dicuci, dikeringkan, dan kemudian diambil. Pengambilan padatan dari drum dilakukan dengan sejenis pisau yang juga bermcam-macam jenis dan disainnya bergantung jenis cake. Septum atau medium penyaring pada setiap filter harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Harus dapat menahan zat padat yang akan disaring dan menghasilkan filtrat yang cukup jernih. 2. Tidak mudah tersumbat 3. Harus tahan secara kimia kuat secara fisik dalam kondisi proses.

4. Harus memungkinkan penumpukan ampas dan pengeluaran ampas secara total dan bersih
5. Tidak boleh terlalu mahal (Mc. Cabe, 1993)

Dalam industri medium filter yang banyak dipakai adalah kain kanvas. Masing-masing jenis kanvas dengan ketebalan dan pola anyaman tertentu juga memiliki kegunaan tertentu. Untuk zat cair yang bersifat korosi digunakan medium filter seperti kain wol, tenunan logam monel atau baja tahan karat, tenunan gelas, atau kertas. Kain sintesis seperti nilon, polipropilena, dacron juga tahan secara kimia. Berdasarkan 1. Compressible cake Compressible cake adalah cake yang mengalami perubahan struktur karena adanya tekanan, sehingga ruang kosong dalam cake semakin kecil, akibatnya penahanan semakin besar dan filtrasi semakin sulit dilakukan. Nilai koefisien kompresibilitas (s) untuk cake jenis ini adalah 0,1 < s < 0,8. Untuk mengestimasi efek faktor kompresibilitas, diasumsikan resistansi spesifik adalah fungsi dari P menurut hubungan: = '(P)s (1) (Geankoplis,1993) Nilai dan s mudah ditentukan dengan memplot log terhadap log P. Jika nilai s besar umpan harus dipretreatment dengan penambahan filter aid. 2. Non compressible cake Non compressible cake adalah cake yang tidak mengalami perubahan struktur karena adanya penekanan. Sebenarnya cake seperti ini tidaka ada, tetapi pada percobaan ini cake dianggap non compressible karena perbedaan tekanan sangat kecil. Koefisien kompressibilitasnya adalah nol. Filtrasi dapat dilakukan dengan cara : kompressibilitasnya, cake dapat dibedakan menjadi Compressible cake dan Non-compressible cake.

1. Pada perbedaan tekanan konstan, antara P1 dan P2 konstan misalnya

pada filter press. 2. Pada volum konstan, jumlah filtrat yang dihasilkan konstan setiap waktu. Dalam filtrasi umpan dapat berupa campuran gas-padat atau cairanpadatan. Diameter padatan bisa sangat halus atau sangat kasar tergantung pada jenis partikel dari padatan tersebut. Produk yang dihasilkan pada proses filtrasi dapat berupa padatan maupun cairan. Pada Gambar 1.5 dapat dilihat skematis pemasukan umpan kedalam media filtrasi untuk proses batch.

Umpan

Filter cake

P1 Media filtrasi

P2 dL

Gambar 1.5 Skematis Pemasukan Umpan pada Proses Batch Campuran turun dari media filtrasi dikarenakan adanya perbeedaan tekanan antara kedua sisi media filtrasi sehingga dapat dipisahkan antara cairan dari padatannya. Aliran fluida dalam media porous berbeda dengan aliran fluida melalui pipa biasa. Dalam media porous, fluida akan mengalir melalui rongga-rongga diantara partikel padatan sehingga perlu faktor koreksi untuk faktor friksi untuk aliran fluida dalam media porous. 1. Bilangan Reynolds Dihitung berdasarkan diameter partikel ditambah faktor FRe

Re =

. v . DP . FRe

(2)

2. Faktor Friksi Faktor Friksi dalam perhitungan ditambah faktor Ff sehingga persamaan : L wf v 2 . L . f . Ff = 2 . gc . Dp 2 . gc . Dp . L wf L . v 2 . Ff 2 . gc . Dp . ( - P) . f L . v 2 . Ff . P (4) (3)

f=

f=

Sumber: Geancoupis,C.J(1983) Hubungan antara L dan V diperoleh dari neracaa massa padatan : Massa padatan dalam cake = Massa padatan dalam slurry

( 1 - X ) L . A . s =

( v + L . A . X ) .x ( 1 - x)

(5)

L=

v . . x A [ s ( 1 - x ) ( 1 - X ) - . X . x ]

(6)

Dengan menganggap aliran laminer : f= 64 Re

( - p) f = 32 . L . v 2. . Ff
gc . Dp . FRe

( - p) f = . L wf
V= [ gc . Dp 2 . FRe . L wf ] [ ] 32 . Ff L. K ( - p c ) L. (7)

V=

1 dV K ( - p c ) = A dt L. Sumber:Reklaitis.G.V.(1976) Substitusikan persamaan (5) ke persamaan (6) : 1 dV K . A[ps ( 1 - x ) . ( 1 - X ) - . X . x] ( - p c ) = A dt . V . . x dV K . A 2 [ps ( 1 - x ) . ( 1 - X) - . X . x] ( - p c ) = dt . V . . x Didefinisikan besaran baru : Cv CV = . . x 2K [ps ( 1 - x ) . ( 1 - X) - . X . x]

(8)

Sehingga diperoleh persamaan : dV A 2 . ( - p C ) = dt 2 . CV . V (9)

Pada persamaan (9), (-p c ) adalah tekanan sisi masuk cake dikurangi tekanan sisi keluar cake. Pada kenyataannya, tekanan pada titik-titik tersebut tidak dapat diukur. Yang dapat diukur adalah selisih tekanan slurry saat akan masuk dan saat akan keluar dari filter. Jadi, tahanannya bukan dari cake saja, tetapi juga tahanan yang ditimbulkan oleh saluran-saluran dalam filter dan media penyaring primer. Jika tahanan tambahan ini dinyatakan dalam volume equivalent (Ve),
2 maka besarnya adalah = (2 . C V . Ve) A , sehingga persamaan (9) menjadi :

A 2 . ( - p C ) dV = dt 2 . C V . ( V + Ve) Persamaan ini juga dapat dituliskan menjadi : dtf 2 . C V . ( V + Ve) = dV A 2 . (-p C ) 2 . CV 2 . CV dtf = 2 .V + 2 . Ve dV A . (-p C ) A . (-p C )

(10)

(11)

Untuk keperluan percobaan, persamaan (11) dapat diubah menjadi finite difference sebagai berikut : 2 . CV 2 . CV tf = 2 .V + 2 . Ve V A . (-p C ) A . (-p C ) (12)

(Sumber: penuntun praktikum laboratorium teknik kima I 2010) dengan anggapan pressure drop cukup rendah dan harganya konstan maka Cv konstan, Ve konstan dan persamaan berupa garis lurus. Dengan mencatat waktu filtrasi pada setiap volume filtrat tertampung ((V) konstan) maka bisa diperoleh hubungan antara t/V dengan V sehingga dengan metoda Least Square dapat dihitung haraga Cv dan Ve seperti gambar berikut :

Gambar 2.6 Grafik hubungan antara tf/V dengan V Sumber: penuntun praktikum laboratorium teknik kima I (2010)

Waktu filtrasi optimum adalah waktu yang diperlukan agar jumlah volume filtrat per satuan waktu optimum. Dalam operasi filtrasi, yang disebut waktu siklus adalah waktu keseluruhan yang diperlukan untuk melakukan proses filtrasi yang merupakan jumlah dari waktu filtrasi sesungguhnya, waktu pencucian, dan waktu bongkar pasang. ts = tf + tw + tp Waktu pencucian diperoleh dari : tf = [ dtf ] .V dV akhir w (14) (13)

Dengan Vw adalah volume air pencuci yang digunakan. Penggabungan persamaan (11) dan (13) diperoleh : ts = 2 . CV 2 . CV . ( V 2 + 2V. Ve) + 2 . ( V . Vw + Ve) + tp 2 A . (-p) A . (-p)

Untuk mudahnya, jumlah air pencuci dinyatakan sebagai : Vw = K . V ts = CV [( 1 + 2K ) V 2 + 2( 1 + K ) V. Ve] + tp A . (-p)


2

(15)

(16)

Pada kondisi optimum V/ts maksimal atau ts/V minimal : a ( ts/V ) =0 dV CV ts tp = 2 [( 1 + 2K ) V + 2( 1 + K ) Ve] + V A . (-p) V Diperoleh :

Vopt Dan waktu siklus optimum : ts opt =

A 2 .( - P) tp = . ( 1 + 2K ) CV

(17)

CV [( 1 + 2K ) Vopt 2 + 2( 1 + K ) Vopt . Ve] + tp A . (-p)


2

(18)

Sumber: penuntun praktikum laboratorium teknik kima I (2010)

Untuk keperluan optimasi jumlah air pencuci yang digunakan, maka ke dalam slurry ditambahkan zat warna yang mempunyai sifat tidak berkaitan secara permanen dengan padatannya sehingga mudah dihanyutkan oleh aair pencucinya. Kadar zat warna dalam cucian yang keluar filter dianalisa untuk mengetahui seberapa jauh operasi pencucian dilakukan. Operasi pencucian dihentikan jika kadar zat warna dalam air cucian konstan. Jumlah air pencuci yang digunakan sampai titik ini dicatat sebagai Vwopt. Analisa kadar zat warna dalam air cucian dilakukan dengan

membandingkan warnanya dengan larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya. Dalam hal ini mata berfungsi sebagai detektor warna.

Gambar 2.7 Analisa kadar zat warna secara visual Sumber: penuntun praktikum laboratorium teknik kima I (2010)

a.

Pengenceran biasa pada luas tabung yang sama

Jumlah zat warna sebelum pengenceran = Jumlah zat warna sesudah pengenceran CS . A . h S = C W . A . h W Jika luas tabung sama, maka : CS . h S = C W . h W C W = C S . (h S h W ) (19)

b.

Pengenceran berulang C S) C S1 C S2

Bila hs = 2 hs0 C s1 = 1 2 C S0 C s 2 = 1 4 C S0 = 1 2 C S1 C s n = (1 2) n C S0 , dimana n = 2x (20)

Persamaan (19) disubstitusikan ke persamaan (20) sehingga menjadi : CW = C S0 2


n

hs hW

(21)

Pada filtrasi batch laju alir cairan yang akan difiltrasi dapat disusun menjadi: v= dengan : v
dV A dt

(22)

= laju alir filtrat (m/s)

dV/dt = jumlah filtrat yang dikumpulkan selama waktu t (m3/s) A = luas area filtrasi (m2)

Persamaan yang berlaku pada proses filtrasi adalah persamaan CarmanKozeny untuk aliran laminer dalam packed bed, persamaan ini menjelaskan proses mengalirnya suatu cairan dengan padatan dalam suatu pemisahan secara titrasi. Persamaan tersebut adalah :
2 Pc k1 v (1 ) 2 S 0 = L 3

(23)

dengan :

Pc = perubahan tekanan pada cake (N/m2) L k1 v S0 = tebal cake yang terbentuk setelah proses filtrasi (m) = konstanta (4,17) = viskositas fluida (Pa s) = laju alir filtrat (m/s) = porositas = luas seluruh permukaan partikel padatan per volum wadah (m1)

Porositas merupakan ruang kosong antara tumpukan partikel, dan tanda negatif pada perubahan tekanan menunujukkan terdapat penurunan tekanan antara kedua media filtrasi. Untuk menentukan berapa banyak filtrat yang terkumpul dapat dihubungkan (rasio) antara neraca massa dengan tebal cake, sehingga diperoleh : L A (1-) p = Cs (V + L A) (24) (Mc.cabe,1993) dengan : p = densitas partikel padatan dalam cake (kg/m3) Cs = konsentrasi padatan didalam filtrat (kg/m3)

Kemudian disubstitusi persamaan (2) kedalam persamaan (1) dan gunakan persamaan (3) untuk menghilangkan nilai L, sehingga diperoleh persamaan :

Pc Pc dV 2 = k (1 ) S 0 C s V = C s V A dt p 3 A A

(25)

dimana nilai adalah besarnya tahanan yang dihasilkan karena terjadi tumpukan cake. k (1 ) S 0 = p 3
2

(26)

untuk tahanan pada media filtrasi (Rm) dapat dianalogkan persamaan (25), sehingga :
dV Pc = A dt Rm

(27)

besar tahanan setelah filtrasi dapat dihitung dengan rumus :


P dV = Cs V A dt + Rm A

(28)

dimana P = Pc + Pf , sehingga persamaan (7) dapat dimodifikasi menjadi :


P dV = Cs A dt (V + Ve ) A

(29)

Dari persamaan (8) kita dapat menentukan persamaan dasar untuk filtrasi pada proses batch dengan kondisi tekanan konstan, yaitu :

Cs dt V+ Rm = 2 A ( P ) A ( P ) dV
dt = Kp V + B dV
dengan Kp dalam s/m6, B dalam s/m3. Kp =

(30)

(31)

Cs A 2 ( P )
Rm A ( P )

(32)

B =

(33)

Untuk menentukan nilai Kp dan B dapat menggunakan grafik V versus t/V

t/V

Slope = Kp/2

Intercept = B

V Gambar 1.6 Grafik hubungan V terhadap t/V waktu yang diperlukan selama filtrasi :

dt = Kp V + B dV
t0 dt = V (Kp V + B ) dV 0

t = Kp/2 V2 + BV untuk waktu siklus pada proses batch :

(34)

t siklus (tc) = waktu filtrasi + waktu bongkar pasang + waktu pencucian waktu bongkar pasang biasanya 20 menit dan waktu pencucian dihitung dengan rumus: Waktu pencucian =

10% V f laju pencucian

(35)

laju pencucian filtrasi dihitung dengan persamaan : Laju pencucian =

1 4 Kp V f + B

(36)

Untuk menghitung nilai cake kering maka dapat menggunakan rumus : W = Cs V = dengan :

Cx V 1 mCx

(37)

W = berat cake kering (kg) Cs = konsentrasi slurry didalam filtrat (kg/m3) Cx = konsentrasi slurry didalam umpan (berat padatan/berat umpan) M = rasio ampas basah terhadap ampas kering = densitas fluida (kg/m3) V = volum filtrat (m3)

1.4 Analisa Data Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh data : V, C, hs, hw, Cs0, n, Vw, (-P), A, dan tp. a. Menentukan Cv dan Ve Persamaan yang digunakan :

2 . CV 2 . CV tf = 2 .V + 2 . Ve V A . (-p C ) A . (-p C )

(38)

Untuk menghitung tf/V digunakan persamaan finite difference sebagai berikut :


1. Untuk data-data awal (Forward Finite Difference)

- 3 tf i + (4 tf i +1 ) - (tf i + 2 ) tf ]i = V 2 V

(39)

2. Untuk data-data tengah (Central Finite Difference)

(- tf i -2 ) + ( tf i +1 ) tf ]i = V 2 V

(40)

3. Untuk data-data akhir (Backward Finite Difference)

- 3 tf i + (4 tf i +1 ) - (tf i + 2 ) tf ]i = V 2 V

(41)

(sumber : penuntun pratikum laboratorium teknik kimia I ,2010) Maka dapat dihitung Cv dan Ve b. Menentukan volume pencucian (Vw) Persamaan yang digunakan :
C W = C S0 hs hW

Dengan membuat grafik hubungan antara CW dan VW, maka harga VW dapat dicari yaitu pada saat VW mencapai keadaan konstan atau mendekati konstan dimana pada saat kurva CW Vs VW mendatar. Grafik hubungan CW Vs VW dapat ditunjukkan oleh gambar berikut :

Gambar 1.8 Grafik hubungan CW Vs VW untuk penentuan VW opt

c. Menentukan Vopt dan tsopt

Digunakan persamaan : A 2 .( - P) tp = . ( 1 + 2K ) CV

Vopt
Vw opt V

(42)

Dengan K =

, maka :

ts opt =

CV [( 1 + 2K ) Vopt 2 + 2( 1 + K ) Vopt . Ve] + tp A . (-p)


2

(43)

(sumber : pratikum laboratorium teknik kimia I ,2010) 1.5 Hipotesis Operasi filtrasi dengan plate and frame filter press pada pressure drop konstan akan mengikuti persamaan non compressible cake :

2 . CV 2 . CV dtf = 2 .V + 2 . Ve dV A . (-p) A . (-p)


Harga tf/V dapat didekati dengan tf/V, sehingga grafik hubungan antara tf/V dengan V adalah linear. Harga CV dan Ve dapat ditentukan dari slope dan intersep dari persamaan garis yang diperoleh, maka waktu yang diperlukan untuk

filtrasi semakin lama. Hubungan CW dan VW diharapkan berupa kurva lengkung ke bawah, dan akhirnya konstan, sehingga harga VW dapat dicari.

BAB II METODOLOGI PERCOBAAN


2.1 Bahan-bahan yang dipakai Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah :
1.

Serbuk Kalsium Karbonat (CaCO3), berwarna putih dan halus sebanyak 500 gr Air sebanyak 320 liter untuk membuat slurry Larutan standar dibuat dari 0,125 gr zat warna dalam 1 liter air Zat warna sebanyak 4 gr.

2.

3. 4.

2.2 Peralatan yang digunakan Peralatan yang digunakan pada percobaan adalah :
1. Alat filtrasi Plate and Frame Filter Press

2. Tangki umpan dan pencuci 3. Pengaduk 4. Gelas ukur

5. Stopwatch

2.3 Prosedur Percobaan 1. Persiapan alat

Gambar 2.1 Rangkaian alat praktikum Keterangan Gambar : 1. Tangki pencuci 2. Tangki umpan 3. Pengaduk 4. Kran 5. Pompa 6. Manometer 7. a. Frame b. Plate 8. Gelas ukur

Rangkaian alat dipasang seperti yang terlihat pada Gambar 2.1. Kemudian kran air dibuka, pompa dihidupkan. Tahap ini dilakukan untuk pengecekan kebocoran alat.
2. Pembuatan slurry CaCO3

Ditimbang CaCO3 sebanyak 100 gr, kemudian dilarutkan dalam 8 liter air dengan menggunakan ember, lalu ditambahkan 1gram zat warna kemudian diaduk dengan alat pengaduk. 3. Pembuatan larutan standar Larutan standar dibuat dengan 0,125 gram zat warna lalu dilarutkan dalam 1Liter air 4. Percobaan : Slurry CaCO3 dimasukkan dalam tangki umpan, kran umpan dibuka, pressure drop dijaga konstan dengan mengatur kran recycle. Tekanan

yang digunakan adalah 1 bar. Lalu, Filtrate ditampung setiap 200 cm3 dicatat waktunya. Filtrasi dihentikan setelah tidak ada lagi filtrat keluar. 5. Pencucian : Kran air pencuci dibuka dan air pencuci yang keluar ditampung. Setiap 200 cm3 diambil sampelnya untuk ditentukan konsentrasinya. Pencucian dihentikan bila warna air cucian relatif konstan. 6. Bongkar pasang Plate and frame filter press dibongkar untuk membersihkannya dari cake dan kotoran, dan filter cloth dicuci. Kemudian alat filtrasi dipasang lagi untuk operasi selanjutnya. Waktu bongkar pasang di catat. 7. Selanjutnya lakukan percobaan dengan prosedur yang sama namun dengan komposisi bahan dan tekanan yang berbeda yaitu sebagai berikut:
CaCO3 sebanyak 150 gram, dilarutkan dengan 8 Liter air dan

tekanan 1 bar
CaCO3 sebanyak 100 gram, dilarutkan dengan 8 Liter air dan

tekanan 1,4 bar


CaCO3 sebanyak 150 gram, dilarutkan dengan 8 Liter air dan

tekanan 1,4 bar

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Percobaan a. Untuk massa CaCO3 = 100 gr dan tekanan 1 bar

Gambar 3.1 Grafik hubungan tf/V dan volume larutan filtrasi untuk massa CaCO3 100 gram dan Tekanan 1 bar. Pada gambar 3.1 dapat diamati bahwa terjadi kenaikan tf/V (terhadap perubahan waktu per perubahan volume filtrasi) seiring dengan kenaikan volume filtrasi. Hal ini sesuai dengan teori yang ada bahwa perubahan waktu filtrasi berbanding lurus dengan kenaikan volume filtrasi (Geankoplis,1993). Dari gambar tersebut diketahui persamaan liniernya adalah: Y = 0.0001x-0.2522 Sehingga grafik tersebut memilki slope 1 x 10-4 dan intersep 0,2522. Dari slope dan intersep diperoleh nilai Cv yaitu 0.00394 m2.Pa.detik dan nilai Ve adalah 2522 cm3. Ve medium dan pemipaan. Untuk massa CaCO3 100 gram dengan tekanan 1 bar, nilai tahanan media filtrasi (Rm) yang diperoleh adalah 1,26 x 104 m-1 dan nilai tahanan ampas () yang diperoleh adalah 13,191 m/kg. adalah volume filtrat yang membentuk cake dengan tahanan yang sama dengan tahanan dari filter

Gambar 3.2 Grafik hubungan konsentrasi air pencuci (Cw) dan volume air pencuci (Vw) Dari gambar 3.2 dapat dilihat bahwa semakin besar volume air pencuci (Vw) maka nilai konsentrasi air pencuci (Cw) semakin turun hingga menuju nilai konstan. Hal tersebut disebabkan karena semakin besar volume semakin berkurang kepekatan warna larutan.Berdasarkan perhitungan, grafik diatas memiliki Vopt 2166,87 cm3 dan tsopt9,47 menit. Vopt dan tsopt merupakan volume optimum dan waktu optimum yang terjadi pada proses filtrasi. Tsopt terdiri dari jumlah waktu proses, waktu pencucian dan waktu bongkar pasang (Tim Penyusun, 2010)

b. Massa CaCO3 = 150 gr dan P = 1 bar

Gambar 3.3 Grafik hubungan tf/V dan volume larutan filtrasi untuk massa CaCO3 150 gram dan Tekanan 1 bar Pada gambar 3.3 dapat diamati bahwa terjadi kenaikan tAf/V (terhadap perubahan waktu per perubahan volume filtrasi) seiring dengan kenaikan volume filtrasi. Hal ini sesuai dengan teori yang ada bahwa perubahan waktu filtrasi berbanding lurus dengan kenaikan volume filtrasi. Dari gambar tersebut diketahui persamaan liniernya adalah: Y = 7E-05x 0,1324. Sehingga grafik tersebut memilki slope 7 x 10-5 dan intersep 0,1324. Dari slope dan intersep diperoleh nilai Cv yaitu 0.0027 m2.Pa.detik dan nilai Ve adalah 1891.4286 m3. Ve adalah volume filtrat yang membentuk cake dengan tahanan yang sama dengan tahanan dari filter medium dan pemipaan. Untuk massa CaCO3 150 gram dengan tekanan 1 bar, nilai tahanan media filtrasi (Rm) yang diperoleh adalah 25,38 x 105 m-1 dan nilai tahanan ampas () yang diperoleh adalah 17,36 m/kg.

Gambar 3.4 Grafik hubungan konsentrasi air pencuci (Cw) dan volume air pencuci (Vw) Dari gambar 3.4 dapat dilihat bahwa semakin besar volume air pencuci (Vw) maka nilai konsentrasi air pencuci (Cw) semakin turun hingga menuju nilai konstan. Hal tersebut disebabkan karena semakin besar volume semakin berkurang kepekatan warna larutan. Berdasarkan perhitungan, grafik diatas memiliki Vopt 2166,87 cm3 dan tsopt 9,47 menit. Vopt dan tsopt merupakan volume optimum dan waktu optimum yang terjadi pada proses filtrasi. Tsopt terdiri dari jumlah waktu proses, waktu pencucian dan waktu bongkar pasang.

c.

Massa CaCO3 = 100 gr dan P = 1,4 bar

Gambar 3.5 Grafik hubungan tf/V dan volume larutan filtrasi untuk massa CaCO3 100 gram dan Tekanan 1,4 bar. Pada gambar 3.5 dapat diamati bahwa terjadi kenaikan tAf/V (terhadap perubahan waktu per perubahan volume filtrasi)seiring dengan kenaikan volume filtrasi. Hal ini sesuai dengan teori yang ada bahwa perubahan waktu filtrasi berbanding lurus dengan kenaikan volume filtrasi. Dari gambar tersebut diketahui persamaan liniernya adalah: Y = 6E-04x 1.181 Sehingga grafik tersebut memilki slope 6 x 10-4 dan intersep 1,181. Dari slope dan intersep diperoleh nilai Cv yaitu 0.03359 m2.Pa.detik dan nilai Ve adalah 1968.33 m3. Ve medium dan pemipaan. Untuk massa CaCO3 100 gram dengan tekanan 1.4 bar, nilai tahanan media filtrasi (Rm) yang diperoleh adalah 6,32 x 105 m-1 dan nilai tahanan ampas () yang diperoleh adalah 18,469 m/kg. adalah volume filtrat yang membentuk cake dengan tahanan yang sama dengan tahanan dari filter

Gambar 3.6 Grafik hubungan konsentrasi air pencuci (Cw) dan volume air pencuci (Vw) Dari gambar 3.6 dapat dilihat bahwa semakin besar volume air pencuci (Vw) maka nilai konsentrasi air pencuci (Cw) semakin turun hingga menuju nilai konstan. Hal tersebut disebabkan karena semakin besar volume semakin berkurang kepekatan warna larutan. Berdasarkan perhitungan, grafik diatas memiliki Vopt 2166,87 cm3 dan tsopt 9,47 menit. Vopt dan tsopt merupakan volume optimum dan waktu optimum yang terjadi pada proses filtrasi. Tsopt terdiri dari jumlah waktu proses, waktu pencucian dan waktu bongkar pasang.

d.

Massa CaCO3 = 150 gr dan P = 1,4 bar

Gambar 3.7 Grafik hubungan tf/V dan volume larutan filtrasi untuk massa CaCO3 150 gram dan Tekanan 1,4 bar. Pada gambar 3.7 dapat diamati bahwa terjadi kenaikan tAf/V (terhadap perubahan waktu per perubahan volume filtrasi)seiring dengan kenaikan volume filtrasi. Hal ini sesuai dengan teori yang ada bahwa perubahan waktu filtrasi berbanding lurus dengan kenaikan volume filtrasi. Dari gambar tersebut diketahui persamaan liniernya adalah: Y = 1E-03x 1.8474 Sehingga grafik tersebut memilki slope 2 x 10-5 dan intersep 0,1157. Dari slope dan intersep diperoleh nilai Cv yaitu 0.05898 m2.Pa.detik dan nilai Ve adalah 1847.4 m3. Ve adalah volume filtrat yang membentuk cake dengan tahanan yang sama dengan tahanan dari filter medium dan pemipaan. Untuk massa CaCO3 150 gram dengan tekanan 1.4 bar, nilai tahanan media filtrasi (Rm) yang diperoleh adalah 48,768 x 105 m-1 dan nilai tahanan ampas () yang diperoleh adalah 24,309 m/kg.

Gambar 3.8 Grafik hubungan konsentrasi air pencuci (Cw) dan volume air pencuci (Vw) Dari gambar 3.8 dapat dilihat bahwa semakin besar volume air pencuci (Vw) maka nilai konsentrasi air pencuci (Cw) semakin turun hingga menuju nilai konstan. Hal tersebut disebabkan karena semakin besar volume semakin berkurang kepekatan warna larutan. Berdasarkan perhitungan, grafik diatas memiliki Vopt 2166,87 cm3 dan tsopt 9,47 menit. Vopt dan tsopt merupakan volume optimum dan waktu optimum yang terjadi pada proses filtrasi. Tsopt terdiri dari jumlah waktu proses, waktu pencucian dan waktu bongkar pasang.

e.

Massa CaCO3 = 100 gr pada P = 1 bar dan 1,4 bar

Gambar 3.9 Grafik hubungan tf/V dan Volume larutan filtrasi untuk massa CaCO3 100 gram pada Tekanan 1 bar dan 1.4 bar. Dari gambar 3.9 dapat dilihat bahwa semakin banyak massa CaCO3 (konsentrasi slurry semakin tinggi) dengan tekanan yang sama , maka diperoleh nilai tf/V naik.

f.

Massa CaCO3 = 100 gr dan 150 gr pada P = 1 bar

Gambar 3.10 Grafik hubungan tf/V dan Volume larutan filtrasi untuk massa CaCO3 100 gram dan 150 gram pada Tekanan 1 bar Dari grafik 3.10 dapat dilihat bahwa semakin tinggi tekanan operasi maka semakin kecil nilai tf/V nya.

3.2 Pembahasan Dari grafik 3.9 dapat dilihat bahwa semakin banyak massa CaCO3 (konsentrasi slurry semakin tinggi) dengan tekanan yang sama , maka diperoleh nilai tf/V naik. Hal ini diperoleh karena semakin banyak massa CaCO3 maka semakin banyak juga cake yang tertahan di plate filtrasi sehingga waktu filtrasi semakin lama dan menyebabkan tf/V semakin naik seiring bertambahnya volume filtrat tertampung yang ditunjukan dengan grafik yang linier. Dari grafik 3.10 dapat dilihat bahwa semakin tinggi tekanan operasi maka semakin kecil nilai tf/V nya. Hal ini dikarenakan semakin tinggi tekanan operasi pada proses filtrasi maka semakin banyak padatan yang

membentuk cake pada filter sehingga menyebabkan penyumbatan pada plate filtrasi yang ditandai dengan semakin lamanya waktu yang diperlukan untuk menampung filratnya sehingga diperoleh tf/V semakin kecil. Pada proses pencucian semakin besar massa CaCO3 (konsentrasi slurry semakin tinggi) maka semakin besar pula volume air pencuci (Vw) dan nilai konsentrasi Cw semakin turun hingga mencapai konstan atau mendekati konstan yang dapat dilihat dari konsentrasi air pencuci yang sama. Hal ini disebabkan karena semakin banyaknya cake yang tertahan pada plate filtrasi sehingga volume air pencuci yang diperoleh semakin besar.

BAB IV
4.1 KESIMPULAN
1. Perubahan waktu per perubahan volume filtrasi (tf/v) berbanding lurus

dengan kenaikan volume rata-rata filtrasi (v). 2. Semakin bertambahnya volume air pencuci (Vw) akan menurunkan nilai konsentrasi air pencuci (Cw) hingga akhirnya akan menjadi konstan.
3. Semakin besar konsentrasi CaCO3 maka tumpukan cake pada media

filtrasi akan semakin banyak sehingga mengakibatkan tahanan ampas () semakin besar. 4.2 SARAN 1. Dibutuhkan kedisiplinan dalam bekerja karena aliran yang dihitung mengalir cepat 2. Pastikan pengukuran waktu filtrasi tepat, sehingga tidak terjadi penyimpanan waktu yang besar dan digunakan waktu/pengukur waktu yang dapat split dalam jumlah banyak. 3. Diperlukan ketelitian mata pengamat pada saat membandingkan warna sampel air cucian dengan warna larutan standar yang konsentrasinya telah diketahui.

LAMPIRAN A 1. Contoh perhitungan pada grafik Keterangan pengolahan data Tabel 3.1, 3.3, 3.5 dan Tabel 3.7: Data dibagi menjadi tiga kelompok data yaitu data awal dari nomor 1 13 , data tengah dari no 14-27, dan data akhir nomor 27-39. Contoh perhitungan untuk massa CaCO3 100 gr dan tekanan 1 bar. a. Untuk data awal :

t f 3t fi + ( 4t f ( i +1) ) ( t f ( i + 2 ) ) = 2 V V i

dengan i dari 1 sampai 13

t f 3(1.1) + ( 4(2.92) ( 4.08) = 0.01075 untuk data i = 1 = 2.(200) V i


b. Untuk data tengah :

t f ( t f ( i 1) ) + ( t f ( i +1) ) = 2V V i

dengan i dari 14 sampai 27

t f ( 38.09) + ( 53.57 ) = 0.0387 untuk data i = 14 = 2(200) V i


c. Untuk data akhir :

t f t f (i 2 ) + ( 4t f ( i 1) ) ( 3t f ( i ) ) = 2V V i

dengan i dari 27 sampai 39

t f 3(114.34) + ( 4(105.9) ) ( 3(100,45) = 0.45257 untuk data i = 27 = 2(200) V i


Keterangan pengolahan data tabel 3.2, 3.4, 3.6, dan 3.8.

CW = Cs0

HS HW 3 = 0.053571gr/L 3.5

CW = 0.125

2.

Contoh perhitungan menentukan waktu siklus filtrasi dengan massa CaCO3 100 gr dan P 1 bar. Dari Gambar 3.1 diketahui persamaan liniernya adalah :

y = 1E-04x - 0,25223 Slope = 9 10 6 Intersep =0,0003

( p ) = 1 bar = 1 10 5 Pa
Panjang sisi plat = 20 cm A = sisi x sisi = 20 cm x 20 cm = 400 cm2 = 0.04 m2 Total luas untuk 7 buah plat = 7 x 0.04 =0.28 m2

CV =

Slope x A 2 .( - P ) 9 .10-6. ( 0,28 ) (100000) = = 0,03528 2 2


2

int ersep =
V = e

2CV Ve = slope Ve A ( p )
2

2522 In tersep 0 03 .0 0 = =3 ,3 3 3 -6 S p lo e 9 0 .1 Volum optimum (Vw opt) = 4200 ml Konstanta filtrasi = K =


VW Opt V = 4200 = 1,05 4000

Waktu pencucian tp = 65,5 detik Waktu bongkar pasang alat = 435,9 detik Dengan data di atas, maka didapatkan nilai volume optimal (Vopt) dan nilai waktu siklus optimum (ts opt) : A 2 .( - P ) tp = . = (1 + 2K ) CV

Vopt

( 0,28) 2 (1.10 5 ) .
0,03528

65,5 = 2166,87 m 3 (1 + 2(1,05) )

Dan
ts opt = CV 2 [(1 + 2K )Vopt + 2(1 + K )Vopt . Ve] + tp A . (-p)
2

ts opt =

( 0,28 )

0,03528
2

. (1.10 )

[(1 + 2(1,05 ) )( 2166,87 ) + 2(1 + 1,05 )( 2166 ,87 ). 33,33] + 65,5


2

ts opt = 132,332 detik

twaktu bongkar = 435,9 detik maka, tsopt = 132,332 + 435,9 = 568,23 detik = 9,47 menit

3. Contoh perhitungan menentukan nilai tahanan media (Rm) dan tahanan ampas (). P Vair Viskositas () Densitas () Area filtrasi (A) = 1 bar = 1 x 105 N/m2 =6 liter = 6000 ml=6000 gram = 0,93x10-3 kg/ms = 996,9 kg/m3 = (7 x 20 cm x 20 cm) = 2800 cm2

Konstanta filtrasi (Kp)= 1x10-5 x 2 = 2x10-5 B (Intercept) = 0.0003

Maka nilai tahanan media filtrasi (Rm) dan tahanan ampas () adalah : Konsentrasi slurry didalam umpan (Cx) : Cx =
100 gram Massa CaCO3 = = 0,0125 8000 gram Vair

Konsentrasi slurry didalam filtrat (Cs) : Cs

(996,9 kg / m 3 )(0,0125) Cx = = = 12,78 kg/m3 1 ( 2 x 0,0125) 1 mCx


=

Kp A 2 (P ) Cs

(2 x10 5 ) (0,28m 2 ) 2 (1x10 5 N / m 2 ) = (0,93 x 10 3 kg / ms) (12,78kg / m 3 )


= 13,191 m/kg

Rm

B A (P)

(0,0003) (0,28m 2 ) (1,4 x10 5 N / m 2 ) = 0,93 x 10 3 kg / ms


= 1,26 x 104 m-1

DAFTAR PUSTAKA

Coulson,J.M.

and

Richardson,

J.F,1989,An

Introduction

to

Chemical

Engineering Design, vol.6 pp.765-771. Geankoplis, C.J.,1993,Transport Processes and Unit Operation, 3 ed. Smith,J.M. and Van Ness,H.C.,1986,Intoduction to Chemical Engineering Termodynamics,3ed,290-364 http://www.parksanfilters.com, diakses tanggal 10 November 2010. http://www.numna.com, diakses tanggal 10 November 2010. http://cpq.ist.utl.pt/spe/images/Foto_22.JPG, diakese tanggal 11 November 2010

You might also like