You are on page 1of 7

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Living is Learning, merupakan sepenggal kalimat yang dikemukakan oleh Havighurst (1953).

. Dengan kalimat tersebut memberikan suatu gambaran bahwa belajar merupakan hal sangat penting, sehingga tidaklah mengherankan bahwa orang ataupun ahli yang membicarakan masalah belajar. Hampir semua pengetaguan, sikap ketrampilan, perilaku manusia dibentuk, diubah dan berkembang melalui belajar. Kegiatan belajar dapat berlangsung di mana dan kapan saja, di rumah, di sekolah, di pasar, di toko, di masyarakat luas, pagi, sore, dan malam. Karena itu tidaklah mengherankan bahwa belajar merupakan masalah bagi setiap manusia. B. Rumusan Masalah Berdasarkan materi yang dibahas maka diambil permasalahan sebagai berikut: 1. Apa itu belajar? 2. Bagaimana ciri-ciri belajar? 3. Apa saja jenis-jenis belajar? 4. Apa saja kategori belajar? 5. Faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat belajar seseorang?

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Belajar Masalah pengertian belajar ini, para ahli psikologi dan pendidikan mengemukakan rumusan yang berlainan sessuai dengan bidang keahlian Sesuai dengan bidang keahlia mereka masing-masing .tentu saja mereka alasan yang dapat di pertanggungjawaban secara ilmiah James O. Whittaker, misalnya,merumuskan belajar sebagai proses dimana tingkah laku di timbulkan atau di ubah melalui latian atau pengalaman. Cronbach berpendapat bahwa learning is shown by change in behavior as a result of experience. Belajar sebagai suatu aktifitas yang di tunjukan oleh Perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman Drs.Slameto juga merumuskan pengertian tentang belajar. Menurutnya belajar adalah suatu proses usaha yang di lakukan individu utuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Akhirnya dapat disimpilkan bahwa pelajar adlah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, efektif dan psikomotor. B. Hakikat Belajar Dari sejumlah pengertian belajar yang telah diuraikan, ada kata yang sangat penting untuk dibahas pada bagian ini, yakni kata perubahan atau change. Change adalah sebuah kata dalam bahasa inggris, yang bila diindonesiakan berarti perubahan. Ketika kata perubahan dibicarakan dan di permasalahkan, maka pembicaraan sudah menyangkut permasalahan mendasar dari masalah belajar. Apa pun formasi kata dan kalimat yang dirangkai oleh para ahli untuk memberikan pengertian belajar, maka intinya tidak lain adlah masalah perubahan yang terjadi dalam diri individu yang belajar. Oleh karena itu, seseorang yang melakukan aktivitas belajar dan di akhiri dari aktivitasnya itu telah memperoleh perubahan dalam dirinya dengan pemilikan pengalaman baru, maka individu itu dikatakan telah belajar. Tetapi belum diingaatkan, bahwa perubahan yang terjadi

akibat belajar adalah perubahan yang yang bersentuhandengan aspek kejiwaan dan mempengaruhi tingkah laku Sedangkan perubahan tingkah laku akibat mabuk karena meminum minuman keras, akibat gila, akibat tabrakan, dan sebagainya, bukanlah kategori belajar dilaksud. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa hakikat belajar adalah perubahan dan tidak setiap perubahan adalah sebagai hasil belajar. C. Ciri-ciri Belajar Jika hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada beberapa perubahan tertentu yang dimasukkan ke dalam ciri-ciri belajar. 1. Perubahan yang Terjadi Secara Sadar Ini berarti individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang kurangnya individu merasakan telah terjadi adnya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kebiasaannya bertambah, kecakapannya bertanbah. 2. Perubahan dalam Belajar Bersifat Fungsional /Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus menerus dan tidak ststis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. Misalnya, jika seorang anak belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan dan tiddak menulis menjadi dapat menulis. 3. Perubahan dalam Belajar bersifat Positif dan Aktif Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahn itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu ssendiri. Misalnya, perubahan tingkah laku karena proses kematangan yang terjadi dengan sendirinya karena dorongan dari alam, tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar. 4. Perubahan dalam Belajar Bukan Bersifat Sementara Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. Misalnya, kecakapan seorang anak dalam memainkan piano setelah belajar tidak akan hilang, melainkan akan terus dimiliki dan bahkan makin berkembang bila terus dipergunakan atau dilatih. 5. Perubahan dalam Belajar Bertujuan atau Terarah Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena adanya tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah pada peribahan

tingkah laku yang benar-benar diasadari. Misalnya seseorang yang belajar mengetik , sebelumnya sudah menetapkan apa yang mungkin dapat dicapai dengan belajar mengetik , atau tingkat kecakapan mana yang dicapainya . dengan demikian , perbuatan belajar yang dilakukan senantiasa terarah pada tingkah laku yang ditetapkannya . 6. Perubahan Mencakup Seluruh Aspek Tingkah Laku Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, ketrampilan, pengetahuan, dan sebagainya. Misalnya, jika seorang anak telah belajar naik sepeda, maka perubahan yang paling tampak adlah ketrampilan dalam naik sepeda itu. Akan tetapi, ia talah mengalami perubahan-perubahan lainnya seperti pemahaman tentang cara kerja sepeda, pengetahuan tentang jenis-jenis sepeda, pengetahuan tentang alat-alat sepeda, cita-cita untuk memiliki sepeda yang lebih bagus, kebiasaan membersihkan sepeda, dan sebagainya. Jadi aspek perubahan satu berhubungan erat dengan aspek lainnya. D. Jenis-jenis Belajar 1. Belajar Arti Kata-Kata Belajar arti kata-kata maksudnya adalah orang mulai menangkap arti yang terkandung dalam kata-katayang digunakan. Pada mulanya suatu kata sudah dikenal, tetapi belum tahu artinya. 2. Belajar Kognitif Tak disangkal bahwa belajar kognitif bersentuhan dengan masalah mental. Objek-objek yang diamati dihadirkan dalam diri seseorang melelui tanggapan, gagasan atau lambang yang merupakansesuatu bersifat mental. 3. Belajar Menghafal Menghafal adlah Suatu aktifitas menanamkan suatu materi verbal di dalam peringatan, sehingga nantinya dapat diproduksikan (diingat) kembali secara harfiah, sesuai dengan materi yang asli. Peristiwa menghafal merupakan proses mental untuk mencamkan dan menyimpan kesan-kesan, yang nantinya suatu waktun bila diperlukan dapat diingat kembali ke alam sadar. Dalam menghafal, ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan, yaitu mengenai tujuan, pengertian, perhatian, dan ingatan. Efektif

tidaknya dalam menghafal dipengaruhi oleh syarat-syarat tersebut. Menghafal tanpa tujuan menjadi tidak terarah, menghafal tanpa pengertian menjadi kabur, menghafal tanpa pengertian adlah kacau, dan menghafal tanpa ingatan adalah sia-sia. 4. Belajar Teoritis Bentuk belajar ini bertujuan untuk menempatkan semua data dan fakta (pengetahuan) dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat dipahami dan digunakan untuk memecahkan problem, seperti terjadi dalam bidang-bidang studi ilmiah 5. Belajar Konsep Konsep atau pengertian adalah satuan arti yang mewakili sebuah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Orang yang mempunyai konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap objekobjek yang dihadapi, sehingga objek ditempatkan dalam golongan tertentu. Objek-objek dihadirkan dalam kesadaran orang dalam bentuk representasi mental tak berperaga. Konsep sendiripun dapat dilambangkan dalam bentuk suatu kata (lambang bahasa). Akhirnya, belajar konsep adalah berfikirdalam konsep dan belajar pengertian. Taraf ini adalah taraf komprehensif, taraf kedua dalam taraf berpikir. Taraf pertamanya adalah taraf pengetahuan, yaitu belajar reseptif atau menerima. 6. Belajar Kaidah Belajar kaidah (rule) termasuk dari jenis belajar kemahiran intelektual (intelectuel skill), yang dikemukakan oleh Gagne. Belajar kaidah adalah bila dua konsep atau lebih dihubungkan satu sama lain, terbentuk suatu ketentuan yang mempresentasikan suatu keteraturan. Orang yang mempelajari suatun kaidah, mampu memghubungkan beberapa konsep. Misalnya, seseorang berkata, besi dapanaskan memuai. dapanaskan dan memuai, dan dapat menentukan adanya suatu relasi yang tetap antara ketiga konsep dasar itu (besi, dipanaskan, dan memuai), maka ia dengan yakin mengatakan bahwa besi dipanaska memuai. Kaidah adalah suatu pegangan yang tidak dapat diubah-ubah. Kaidah merupakan suatu representasi (gambaran) mental dari kenyatan hidup dan sangat berguna dalam mengatur sehari-hari. Hal ini berarti bahwa kaidah meruppakan suatu keteraturan yang berlaku sepanjang masa.

7. Belajar Berpikir Dalam konteks ini ada istilah berpikir konvergen dan berpikir konvergen. Berpikir konvergen adalah berpikir menuju satu arah yang benar atau satu jawaban yang tepat atau satupemecahan suatu masalah. Berpikir divergen adalah berpikir dalam arah yang berbeda- beda, akan diperoleh jawaban-jawaban unit yang berbedabeda, tetapi benar. Konsep Dewey tentang berpikir manjadi dasar untuk pemecahan masalah adalah sebagai berikut: a. Adanya keulitan yang dirasakan dan kesadaran akan adanya masalah b. Masalah itu diperjelas dan dibatasi c. Mencari informasi atau data dan kemudian data itu diorganisasikan d. Mencari hubungan-hubungan untuk merumuskan hipotesishipotesis, kemudian hipotesis-hipotesis itu dinilai, diuji agar dapat ditentukan untuk detima atau ditolak e. Penerapan pemecahan terhadap masalah yang dihadapi sekaligus berlaku sebagai pengujian kebenaran pemecahan tersebut intuk d apat sampai pada kesimpulan. Menurut Dewey, langkah-langkah dalam pemecahan masalah aadlah sebagai berikut: a. b. c. d. e. Kesadaran akan adanya masalah Merumuskan masalah Mencari data dan merumuskan hipotesis-hipotesis Menguji hipotesis-hipotesis itu Menerima hhipotesis yang benar

Meskipun diperlukan langkah-langkah, menurut Dewey, tetapi pemecahan masalah itu tidak selalu mengikuti urutan yang teratur, melainkan dapat meloncat-loncat antara macam-macam langkah etrsebut. Lebih-lebih orang berusaha memecahkan masalah yang kompleks. 8. Belajar Ketrampilan Motorik (Motor skill) Orang yangf memiliki suatu ketrampilan motorik, mampu melakukan suatu rangkaian gerak-herik jasmani dalam urutan tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik berbagai anggota badan secara terpadu. Ketrampilsn semacam ii disebut motorik, karena otot, urat, dan persendian terlibat secara

langsung, sehingga ketrampilan sungguh-sungguh berakar dalam kejasmanian. Ciri khas dari ketrampilan motorik adalah otomatisme, yaitu rangkaian gerak-gerik berlangsung secara teratur dan berjalan dengan lancar dan supel, tanpa dibutuhkan banyak refleksi tentang apa yang harus dilakukan dan mengapa diikiti urutan gerak-gerik tertentu. Misalnya, seorang sopir sudah menguasai ketrampilan mengendarai kendaraannya sedemikian rupa, sehingga konsentrasinya tidak seluruhnya termakan oleh penanganan peralatan lalu-lintas di jalan. 9. Belajar Estetis Belajar ini bertujuan untuk membentuk kemempuan mencipyakan dan menghayati keinndahan dalam berbagai bidang kesenian.

You might also like