You are on page 1of 6

PENELITIAN IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI :PENDEKATAN YANG

LEBIH INTEGRATIF

RINA BR BUKIT, SE AK, M.Si


Fakultas Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Universitas Sumatera Utara

Pendahuluan
Keberhasilan suatu implementasi SIA merupakan kegiatan yang saling
berhubungan, kompleks, dan memerlukan partisipan yang memiliki keahlian
manajerial dan teknis dalam menyelesaikan berbagai persoalan. Penelitian –
penelitian sebelumnya dibidang sistem informasi, telah mengidentifikasi faktor –
faktor yang berkaitan dengan keberhasilan atau kegagalan implementasi sistem
informasi yang mencakup keterlibatan pemakai, dukungan manajemen puncak,
pelatihan dan pendidikan pemakai, dan konteks kelompok sistem informasi, serta
konteks organisasional lainnya seperti ukuran, karakteristik tugas dan lain – lain.
Penelitian – penelitian seperti ini dikelompokkan sebagai penelitian faktor. Beberapa
peneliti menyimpulkan bahwa pendekatan faktor terlalu sempit (Kwan dan Zmud,
1987).
Umumnya literatur dikelompokkan dalam dua arah penelitian yaitu penelitian
faktor dan penelitian proses (Lucas 1981; Lucas, Ginzberg, dan Shultz, 1990;
Swanson, 1988). Penelitian proses memfokuskan kepada pengembangan sebuah
proyek, misalnya hubungan antara desainer dan pengguna dan dampak sistem pada
organisasi. Penelitian proses juga hanya mencapai sukses yang terbatas.
Penelitian mengenai implementasi sistem informasi telah dilakukan pada dua
dekade tapi tidak ada rerangka teoritis yang dapat diterima secara meluas (Alavi dan
Joachimsthaler, 1992; Kwan dan Zmud, 1987). Sejumlah rerangka teoritis dan
model implementasi yang berbeda telah diajukan, namun kebanyakan model hanya
menyoroti aspek tertentu dari implementasi sistem informasi.
Ada suatu kasus yang berkaitan dengan kegagalan implementasi sistem
informasi terjadi di New Zealand. Kasus ini berkaitan dengan gagalnya implementasi
sistem penggajian yang disentralisasi di departemen pendidikan. Kasus ini begitu
kompleks sehingga tidak cukup dipelajari dengan hanya memandang dari aspek –
aspek tertentu saja. Myers (1994) menguji kasus ini dengan menggunakan Critical
Hermeneutics Gadamer dan Ricoeur. Myers (1994) juga mengusulkan Critical
Hermeneutics Gadamer dan Ricoeur sebagai fondasi konseptual untuk penelitian
implementasi sistem informasi.
Selain kasus kegagalan, ada juga kasus keberhasilan implementasi sistem
informasi yaitu kasus The French Videotex System Minitel yang diteliti oleh William L.
(1994) banyak hal yang membuat implementasi teknologi ini sukses. William L.
(1994) dalam penelitiannya berusaha menjelaskan keberhasilan proyek teknologi
informasi ini dengan menganalisa lingkungan ekonomi dan politik negara tersebut.
Makalah ini akan membahas mengenai implementasi sistem informasi,
penelitian di bidang implementasi sistem informasi yang menggunakan pendekatan
yang lebih integratif, dan perkembangan penelitian dibidang implementasi sistem
informasi.

2002 digitized by USU digital library 1


Implementasi Sistem Informasi
Implementasi sistem adalah suatu proses untuk menempatkan sistem
informasi baru ke dalam operasi. Ada 4 tahap implementasi sistem yaitu membuat
dan menguji basis data dan jaringan, membuat dan menguji program, memasang
dan menguji sistem baru, serta mengirim sistem baru ke dalam operasi (Whitten,
Bentley dan Barlow, 1993).
Dalam banyak hal, penerapan sistem yang baru atau perbaikan sistem dibuat
pada basis data dan jaringan yang telah ada. Jika penerapan sistem yang baru
memerlukan basis data dan jaringan yang baru atau dimodifikasi maka sistem yang
baru ini biasanya harus diimplementasikan sebelum pemasangan program komputer.
Tahap kedua adalah membuat dan menguji program. Tahap ini merupakan tahap
pertama untuk siklus pengembangan sistem yang spesifik bagi programer. Tahap
kedua ini bertujuan untuk mengembangkan rencana yang lebih rinci dalam
pengembangan dan pengujian program computer yang baru atau program perbaikan
computer yang lama serta mengembangkan program computer yang secara akurat
memenuhi kebutuhan pemrosesan bisnis. Pada tahap ketiga, software package
dipasang dan diuji. Tahap ini dilakukan untuk menyakinkan bahwa kebutuhan
integrasi system baru terpenuhi. Rencana konversi juga dikembangkan pada tahap
ini agar pengiriman system baru kedalam operasi dapat berjalan dengan sukses.
Tahap terakhir adalah mengirim system baru ke dalam operasi. Tujuan tahap ini
adalah untuk mengubah secara perlahan – lahan system lama menjadi system baru
sehingga perlu dilakukan pemasangan basis data yang akan digunakan pada system
baru, menyediakan pelatihan dan dokumentasi untuk individu yang akan
menggunakan system baru tersebut, dan evaluasi proyek dan system.
Sebagian besar tahapan ini mengkaji berbagai kegiatan mekanis yang terlibat
dalam pengimplementasian system informasi dengan berhasil. Akan tetapi,
kepentingan mekanis jauh kurang penting dari pada kepentingan manusia. Direktur
utama sebuah perusahaan pabrikasi berteknologi tinggi memperkirakan bahwa
“implementasi adalah 10% mekanis, 30% pendidikan (pelatihan), dan 60%
penerimaan/orang” (infosystem, 1980).
Kepentingan mereka yang akan menggunakan dan mengoperasikan system
informasi baru selama tahap implementasi harus tetap diingat. Kepentingan ini
terutama terdiri dari ketidakpastian mengenai perubahan system informasi di masa
yang akan dating dan ketakutan bahwa perubahan tersebut akan mengganggu pola
kerja mereka yang sudah menyenangkan serta menyebabkan hilangnya status dan
jaminan kerja mereka. Karyawan dan manajer yang terpengaruh cenderung akan
menolak perubahan yang sedang diimplementasikan. Perlawanan mereka bias
dilakukan dalam berbagai bentuk perilaku yang agresif dan evasive (karyawan
mungkin secara sengaja memasukkan data yang tidak benar kedalam system).
Penolakan signifikan akan berakibat fatal terhadap keberhasilan system informasi
yang baru diimplementasikan.
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi penolakan terhadap system
informasi yang baru (yang dapat dilakukan sejak awal selama proses pengembangan
system dan akan terus dilanjutkan melalui tahap implementasi) adalah :
1. memberi tahu manajer dan karyawan mengenai perubahan yang akan datang
yaitu perubahan jenis apa dan mengapa.
2. meminta partisipasi aktif dari manajer dan karyawan. Manfaat yang bisa
diperoleh dengan adanya partisipasi ini adalah : dapat membantu pemakai
dalam memahami cara kerja system yang baru, mengingatkan pegawai

2002 digitized by USU digital library 2


terhadap gagasan perubahan, dan membuat pemakai merasa memiliki system
dan merasa aman.
3. menentramkan hati manajer dan karyawan bahwa system yang baru tersebut
akan bermanfaat bagi mereka.
4. memberi bantuan kepada pemakai seperti : merancang system agar dapat
dioperasikan karyawan semudah mungkin, menugaskan asisten untuk
membantu manajer tingkat tinggi, menetapkan batas waktu implementasi
yang layak, tetap mendidik semua karyawan melalui surat edaran dan
seminar.

Penelitian Di Bidang Implementasi Sistem Informasi


Dalam penelitian organisasi ada dua pendekatan yang dilakukan yaitu
positivist dan interpretive. Pendekatan positivist menggunakan metode natural
science yaitu merumuskan dan menguji proposisi formal yang dengan jelas
menggambarkan subjek dalam istilah variable independent, dependen, dan
hubungan antara dua variable tersebut. Berbeda dengan penelitian yang interpretive
yaitu mencakup fenomena pemahaman subjektif (Lee, 1994). Penelitian yang
dilakukan oleh McKeen dan We’herbe (1994), menggunakan pendekatan positivist
yaitu menguji hubungan antara partisipasi pemakai dan kepuasan pemakai dalam
siklus pengembangan SIA. Choe (1996), menguji hubungan antara factor – factor
yang mempengaruhi dan kinerja SIA dengan menggunakan tingkat evolusi sebagai
variable moderating.
Studi yang dilakukan oleh Lee (1994) menggunakan pendekatan interpretive
secara umum dan hermeneutics secara khusus. Penelitian ini memberi sebuah
perkiraan tentang bagaimana richness (kekayaan) terjadi dalam komunikasi yang
menggunakan electronic mail. Dalam penelitian ini Lee menemukan bahwa richness
atau leanness bukan merupakan sifat bawaan (inherent) dari media electronic mail
tapi merupakan sifat yang timbul dari interaksi media electronic mail dengan konteks
organisasionalnya. Interaksi ini digambarkan dalam instilah distanciation
(pemisahan dalam waktu dan jarak yang terjadi antara teks dan pengarangnya),
autonomization (penerimaan atau pengambilan teks), social construction (kenyataan
yang dibangun secara social), appropriation, enactment.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa manajer yang menerima e-mail bukan
penerima data yang pasif, tapi pembuat pemahaman yang aktif. Media komunikasi
yang tepat tidak ditentukan melalui latihan pengambilan keputusan rasional seorang
manajer tapi timbul karena lembur dan latihan interaksi medium dengan banyak
pemakai.
Critical hermeneutics membangun basis teroritisnya dari hermeneutics.
Critical Hermeneutics adalah sebuah rerangka teoritis integrative, kombinasi elemen
kritis dan interpretive (Thompson, 1981). Critical hermeneutics merupakan salah
satu teori proses konstitutif yang memberikan prinsip untuk mengarahkan proses
interpretive.
Penelitian yang dilakukan oleh Myers (1994) menggunakan Critical
hermeneutics untuk menguji sebuah kasus kegagalan implementasi system
penggajian yang disentralisasi yang terjadi di departemen pendidikan New Zealand.
Kasus ini begitu kompleks dan terjalin sekumpulan interaksi politik dan social,
sehingga tidak ada satu factor pun yang dapat menjelaskan mengapa system ini
tidak berhasil. Ada banyak alas an mengapa implementasi system ini penuh dengan

2002 digitized by USU digital library 3


berbagai persoalan namun tidak ada satu alas an pun yang dapat menjelaskan apa
yang terjadi.
System penggajian baru ini dikenalkan oleh pemerintah untuk menata
kembali administrasi pendidikan di New Zealand. Sebelumnya pemrosesan
penggajian dilakukan secara manual. System baru ini akan menghemat dana
pemerintah sebesar jutaan dollar. Pada hari pertama pembayaran terdapat banyak
kesalahan pembayaran. Ada banyak pihak yang mencoba menjelaskan penyebab
kesalah ini, ada yang mengatakan bahwa kesalahan ini akan teratasi jika
menggunakan system yang dilengkapi dengan terminal on line untuk semua unit
gaji, perlunya pelatihan untuk karyawan dan lain – lain. System ini kemudian
diperbaiki dan berjalan dengan baik tanpa adanya kesalahan, namun kurang dari 6
bulan kemudian system ini ditarik oleh pemerintah karena selalu ada aksi
demonstrasi dari persatuan guru.
Kegagalan implementasi system informasi yang baru ini tidak dapat hanya
dipandang dari aspek – aspek tertentu saja. Banyak pihak – pihak dan hal – hal yang
terkait dengan kegagalan implementasi ini. Akhirnya kasus kegagalan ini hanya
dapat dipahami dengan mempertimbangkan gambaran secara keseluruhan bahwa
implementasi system penggajian yang disentaralisasi pada departemen pendidikan di
New Zealand merupakan bagian konteks histories dan social yang lebih luas.
Pendekatan Critical hermeneutics memungkinkan kita untuk menggambarkan
kompleksitas riil organisasi sebagai system social, cultural, dan politis.
Penelitian yang dilakukan oleh William L. dan Jelassi T. (1994) di Prancis
mengenai The French Videotex System Minitel merupakan suatu penelitian yang
menggambarkan perkembangan suksesnya system videotext nasional di Negara
tersebut. Peneliti ini berusaha menjelaskan mengapa system yang mereka jalankan
ini berhasil dikala kebanyakan proyek videotext yang sama lainnya mengalami
kegagalan. Peneliti ini menganalisa lingkungan ekonomis dan politis Negara tersebut.
Ada 10 strategi yang dilakukan oleh pemerintah Prancis yang membuat proyek ini
berhasil, diantaranya mengembangkan visi dan menjelaskan kepada masyarakat,
membangun dan memlihara state of the art dari jaringan system, mengambil
perpektif jangka panjang pada ROI, memberi masyarakat sarana untuk jaringan
bebas beban, membuka arsitektur terbuka dan sekumpulan standar untuk
memudahkan komunikasi, lain – lainnya.

Perkembangan Penelitian Di Bidang Implementasi Sistem Informasi


Diatas telah dijelaskan bahwa pendekatan factor terlalu sempit dan
pendekatan proses juga hanya mencapai sukses yang terbatas. Lee (1994), Myer
(1994), dan William L.(1994) melakukan penelitian meminjam dari teori organisasi
yaitu Hermeneutics.
• Hermeneutics.
Hermeneutics.terutama berkaitan dengan pengertian sebuah text atau text
analogue. Ide hermeneutics circle menunjukkan pada dialektis antara pemahaman
text secara keseluruhan dan interpretasi bagian – bagiannya, yang mana deskripsi
diarahkan dengan penjelasan yang dapat diantisipasi. Hermeneutics merupakan studi
interpretasi terutama mengenai proses untuk memahami teks. Peneliti yang
menggunakan Hermeneutics ini adalah Lee (1994).
Pendekatan Hermeneutics mempunyai banyak kelemahan inheren.
Kelemahan dinyatakan oleh Orlikowski dan Baroudi (1991) sebagai berikut : (1)
perspektif intrepretivel Hermeneutics tidak menguji kondisi (2) penelitian dalam

2002 digitized by USU digital library 4


perspektif ini lalai dalam menjelaskan konsekuensi tindakan yang tidak dimaksudkan
(3) perspektif interpretive tidak menempatkan konflik struktural dalam masyarakat
dan organisasi dan mengabaikan kontradiksi (4) perspektif interpretive ini lalai
menjelaskan perubahan histories.
• Critical Hermeneutics
Critical hermeneutis membangun basis teoritisnya dari hermeneutics. Critical
Hermeneutics adalah sebuah rerangka teoritis integratif, kombinasi elemen kritis dan
interpretive (Thomson,1981). Critical hermeneutics merupakan salah satu teori
proses konstitutif yang memberikan prinsip untuk mengarahkan proses interpretive.
Critical hermeneutics menekankan fakta bahwa realita sosial ditetapkan
secara historis dan salah satu perbedaan kuncinya dengan pendekatan interpretive
yaitu peneliti tidak semata-mata menerima pemahaman sendiri dari partisipan tapi
aktif mencari untuk mengevaluasi secara kritis keseluruhan pemahaman dalam
situasi tertentu. Myers (1994) menggunakan critical hermeneutics untuk menguji
sebuah kasus kegagalan implementasi sistem penggajian yang disentralisasi yang
terjadi di departemen pendidikan New Zealand.
• Pendekatan Integratif
Pendekatan integratif mengidentifikasi perbedaan dan hubungan antara tiga
jenis pemahaman yaitu : subyektif, interpretive dan positivist. Pemahaman subyektif
terutama adalah bagaimana subyek manusia yang diobservasi dapat memahami diri
mereka sendiri dan dunia sekitar mereka. Pemahaman interpretive adalah
bagaimana seorang peneliti memahami subyek manusia ini untuk memahami diri
mereka sendiri dan dunia disekitar mereka. Peneliti ini dapat mengembangkan
pemahaman interpretivenya dalam berbagai cara, misalnya : etnografi antropologis,
studi observasi partisipan sosiologis dan interpretasi hermeneutics atas artifak
dokumenter subyek. Pemahaman positivist mengarah pada proposisi formal peneliti,
yang tidak hanya mengkhususkan pada variabel independen, dependen, dan
hubungan antar variabel, tapi juga harus memenuhi aturan logika formal dan aturan
pengujian empiris.
Dalam rerangka integratif, interpretivism bukan lebih baik atau lebih buruk
dibandingkan dengan positivism. Interpretivism menawarkan jenis pengetahuan
ilmiah yang secara kualitatif berbeda dengan yang ditawarkan oleh positivism. Kedua
jenis pemahaman ini tidak dapat diperbandingkan secara langsung. Walaupun ada
perbedaan antara positivism dan interpretivism, rerangka integratif memberi
kemungkinan dan mendorong peneliti untuk mengkaitkan dua kenis pengetahuan
ilmiah ini (Lee,1994).

Kesimpulan
Keberhasilan suatu implementasi SIA merupakan kegiatan yang saling
berhubungan, kompleks dan memerlukan partisipan yang memiliki keahlian
manajerial dan teknis dalam menyelesaikan berbagai persoalan. Literatur penelitian
implementasi dikelompokkan dalam dua arah penelitian yaitu penelitian faktor dan
penelitian proses. Beberapa peneliti menyimpulkan bahwa pendekatan faktor terlalu
sempit. Penelitian proses juga hanya mencapai sukses yang terbatas. Sejumlah
rerangka teoritis dan model implementasi yang berbeda telah diajukan, namun
kebanyakan model hanya menyoroti aspek tertentu dari implementasi sistem
informasi.
Akhir-akhir ini penelitian di bidang implementasi sistem informasi banyak
yang menggunakan pendekatan hermeneutics. Diantaranya Studi yang dilakukan

2002 digitized by USU digital library 5


oleh Lee (1994) menggunakan pendekatan interpretive secara umum dan
hermeneutics secara khusus. Penelitian ini memberi sebuah perkiraan tentang
bagaimana richness (kekayaan) terjadi dalam komunikasi yang menggunakan
electronic mail. Myers (1994) menguji kasus kegagalan implementasi sistem
informasi terjadi di New Zealand dengan menggunakan Critical Hermeneutics
Gadamer dan Ricouer William L. (1994) meneliti kasus keberhasilan implementasi
sistem informasi The French Videotex System Minitel dengan mengnalisa lingkungan
ekonomi dan politik negara tersebut.
Dalam penelitian organisasi ada dua pendekatan yang dilakukan yaitu
positivist dan interpretive. Penelitian faktor dalam implementasi sistem informasi
dapat dikategorikan sebagai pendekatan positivist karena menguji preposisi formal
yang menggambarkan subyek dalam istilah variabel independen, dependen, dan
hubungan antara kedua variabel tersebut. Pendekatan hermeneutics hampir sama
dengan pendekatan interpretive. Dalam pendekatan integratif, interpretivism bukan
lebih baik atau lebih buruk dibandingkan dengan positivism. Walaupun ada
perbedaan antara positivism dan interpretivisim, pendekatan intergratif memberi
kemungkinan dan mendorong peneliti untuk mengkaitkan dua jenis pengetahuan
ilmiah ini (Lee,1994).

REFERENSI

Choe, J.M. (1996) The Relationship Among Perfomance of Accounting Information


System, Influence Factor, and Evolution Level of Information System. Journal
of Management Information System (12:4) pp 215-239

Lee, A. S (1994) Electronic Mail as a Medium for Rich Communication: An Empirical


Investigation Using Hermeneutics Interpretation. MIS Quartely (18:2) pp.
143-157

McKeen, J.D. Guaimares, T., dan Wetherbe, J.C. (1994). The Relationship Between
User Participation and User Satisfaction: An Investigation of Four Contingency
Factors. MIS Quartely (18:4). Pp 427-451

Myers, M.D. (1994) A Disaster For Everyone To See: an Interpretive Analysis of A


Failed IS Project. Accounting, Management, and Information Technologies
Journal : 4. Pp 185-201.

Wilkinson, JW dan Michael J.C (1997) Accounting Information System: Essential


Concept and Applications: Canada: Willey and Sons Inc. Third Edition pp 902-
914

Whitten, JL, Lonnie D.B dan Victor MB (1993) Systems Analysis an Design Method:
Instructur’s Edition. Boston: Irwin. Third Edition. Pp 725-743

2002 digitized by USU digital library 6

You might also like