You are on page 1of 12

LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR

JUMALIA 70500111098

PROFESI NERS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2012

BAB 1 PENDAHULUAN

A. DEFENISI Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan sebagian ataupun keseluruhan yang terjadi bila tulang tidak kuat/tahan benturan atau tekanan.

B. ETIOLOGI 1. Tekanan eksternal (akibat kecelakaan, trauma dan lain-lain.) 2. Karena penyakit/patologis (demineralisasi berlebihan). C. JENIS FRAKTUR 1. Fraktur komplet Patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran (bergeser dari posisi normal). 2. Fraktur tidak komplet Patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang. 3. Fraktur tertutup (Fraktur simple) Tidak menyebabkan robeknya kulit. 4. Fraktur terbuka (Fraktur komplikata/kompleks) Merupakan fraktur dengan luka pada kulit atau membrana mukosa sampai ke patahan tulang. Fraktur terbuka digradasi menjadi : Grade I : Grade II : Grade III Luka bersih kurang dari 1 cm panjangnya Luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif : Sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif,

merupakan yang paling berat Jenis khusus fraktur : Greenstick : Transversal : fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya membengkok fraktur sepanjang garis tengah tulang

Oblik Spiral Depresi Kompresi Patologik Avulsi Epifiseal Impaksi

: : : : : : : :

fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang fraktur memuntir seputar batang tulang fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam (sering terjadi pada tulang tengkorak dan tulang wajah) fraktur di mana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang) fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang, penyakit tertariknya fragmen tulang oleh ligament atau tendo pada perlekatannya fraktur melalui epifisis fraktur di mana fragmen tulang terdorong kef ragmen tulang lainnya

Paget, metastasis tulang, tumor)

D. PATOFISIOLOGI Fraktur patologis; fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma berupa yang disebabkan oleh suatu proses., yaitu : Osteoporosis Imperfekta Osteoporosis Penyakit metabolik Trauma Dibagi menjadi dua, yaitu :Trauma langsung, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita terjatuh dengan posisi miring dimana daerah trokhanter mayor langsung terbentur dengan benda keras (jalanan). Trauma tak langsung, yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya jatuh terpeleset di kamar mandi pada orangtua. E. TANDA DAN GEJALA a. Nyeri b. Hilangnya fungsi, karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya otot. c. Deformitas, karena pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai d. Pemendekan ekstremitas, karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur e. Krepitus (teraba derik tulang), akibat gesekan antara fragmen satu dgn lainnya f. Pembengkakan lokal, akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur

g. Perubahan warna

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. Foto roentgen 2. Pemeriksaan fisik 3. Pemeriksaan darah

G. KOMPLIKASI 1. Infeksi 2. Kompartemen sindrom 3. Kerusakan kulit, abrasi, laserasi, penetrasi dan nekrosis 4. Gangren 5. Emboli paru 6. Trombosis vena 7. ARDS 8. Osteoporosis pasca trauma 9. Ruptur tendon 10. Syok hemoragik 11. Pembuluh darah robek 12. Osteomyelitis 13. Tetanus

H. PENATALAKSANAAN 1. 5 - 10 menit, reduksi tanpa nekrose (immobilisasi) 2. > 20 menit, terjadi spasme lakukan reduksi dengan nekrose 3. Fraktur tertutup (reposisi tertutup) 4. Fraktur terbuka (bidai, tutup luka, hentikan perdarahan dengan balut tekan) 5. Rekognisi (mencari lokasi fraktur) 6. Reduksi/reposisi (mengembalikan posisi awal) 7. Retensi (memilih tindakan) gips atau traksi

8. Rehabilitasi

BAB II ASKEP

A. PENGKAJIAN 1. Pengkajian primer Airway Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk Breathing Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi Circulation TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut 2. Pengkajian sekunder a. Aktivitas/istirahat: Kehilangan fungsi pada bagian yang terkena b. Keterbatasan mobilitas c. Sirkulasi o Hipertensi (kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas) o Hipotensi (respon terhadap kehilangan darah) o Tachikardi o Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera o Cafilary refil melambat o Pucat pada bagian yang terkena o Masa hematoma pada sisi cedera d. Neurosensori

o Kesemutan o Deformitas, krepitasi, pemendekan o Kelemahan e. Kenyamanan o Nyeri tiba-tiba saat cidera o spasme/ kram otot f. Keamanan o laserasi kulit o perdarahan o perubahan warna o pembengkakan local B. DIAGNOSA 1. Kerusakan mobilitas fisik b.d cedera jaringan sekitar fraktur, kerusakan rangka neuromuskuler 2. Nyeri b.d spasme otot , pergeseran fragmen tulang 3. Kerusakan integritas jaringan b.d fraktur terbuka , bedah perbaikan. 4. Risiko tinggi terhadap infeksi b/d tidak adekuatnya pertahanan primer; kerusakan kulit, trauma jaringan, terpajan pada lingkungan.

PENYIMPANGAN KDM FRAKTUR Trauma

Fraktur

- Gangguan mobilisasi fisik - Resiko cedera

Kerusakan periosteum, pembuluh darah, sumsum tulang dan jaringan sekitar. - kerusakan integritas kulit dan jaringan - gangguan rasa nyaman Nyeri perdarahan , kerusakan jaringan diujung Tulang dan spasme otot Hematoma dikanal dan medula Terjadi peradangan, vasodilatasi, pengeluaran plasma, lekosit dan inflamasi nekrosis jaringan sekitar udema pemasangan gips atau traksi resiko tinggi penurunan Perfusi jaringan perifer

- gangguan rasa nyaman nyeri - resiko tinggi infeksi

C. RENCANA/INTERVENSI KEPERAWATAN Kerusakan mobilitas fisik b.d cedera jaringan sekitar fraktur, kerusakan rangka neuromuskuler Tujuan : kerusakan mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan Kriteria hasil: 1) Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin 2) Mempertahankan posisi fungsinal 3) Meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit 4) Menunjukkan tehnik mampu melakukan aktivitas Intervensi: 1) Pertahankan tirah baring dalam posisi yang diprogramkan 2) Tinggikan ekstrimitas yang sakit 3) Instruksikan klien/bantu dalam latian rentang gerak pada ekstremitas yang sakit dan tak sakit 4) Beri penyangga pada ekstremitas yang sakit diatas dan dibawah fraktur ketika bergerak 5) Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas 6) Berikan dorongan ada pasien untuk melakukan ADL dalam lingkup keterbatasan dan beri bantuan sesuai kebutuhan 7) Awasi tekanan darah, nadi dengan melakukan aktivitas 8) Ubah posisi secara periodik 9) Kolabirasi fisioterapi/okupasi terapi 2. Nyeri b.d spasme otot , pergeseran fragmen tulang Tujuan ; nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan Kriteria hasil: 1) Klien menyatakan nyei berkurang 2) Tampak rileks, mampu berpartisipasi dalam aktivitas/tidur/istirahat dengan tepat 3) Tekanan darah normal

4) Tidak ada peningkatan nadi dan RR Intervensi: 1) Kaji ulang lokasi, intensitas dan tipe nyeri 2) Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring 3) Berikan lingkungan yang tenang dan berikan dorongan untuk melakukan aktivitas hiburan 4) Ganti posisi dengan bantuan bila ditoleransi 5) Jelaskan prosedur sebelum memulai 6) Lakukan dan awasi latihan rentang gerak pasif/aktif 7) Dorong menggunakan tehnik manajemen stress, contoh : relaksasi, latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan 8) Observasi tanda-tanda vital 9) Kolaborasi : pemberian analgetik 3. Kerusakan integritas jaringan b.d fraktur terbuka , bedah perbaikan Tujuan: kerusakan integritas jaringan dapat diatasi setelah tindakan perawatan Kriteria hasil: 1) Penyembuhan luka sesuai waktu 2) Tidak ada laserasi, integritas kulit baik Intervensi: 1) Kaji ulang integritas luka dan observasi terhadap tanda infeksi atau drainage 2) Monitor suhu tubuh 3) Lakukan perawatan kulit, dengan sering pada patah tulang yang menonjol 4) Lakukan alih posisi dengan sering, pertahankan kesejajaran tubuh 5) Pertahankan sprei tempat tidur tetap kering dan bebas kerutan 6) Masage kulit sekitar akhir gips dengan alcohol 7) Gunakan tempat tidur busa atau kasur udara sesuai indikasi 8) Kolaborasi pemberian antibiotik. 4. Risiko tinggi terhadap infeksi b/d tidak adekuatnya pertahanan primer; kerusakan kulit, trauma jaringan, terpajan pada lingkungan Tujuan : tidak terjadi infeksi pada luka Kriteria hasil: 1) Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu 2) Bebas drainase purulen, eritem dan demam

Intervensi: 1) Inspeksi kulit untuk adanya iritasi 2) Perhatikan keluhan klien terhadap keluhan peningkatan nyeri, rasa terbakar, eritema atau bau tak sedap 3) Observasi luka terhadap pembentukan bula, perubahan warna luka, bau drainase yang tidak sedap 4) Lakukan perawatan luka sesuai protocol dengan tehnik steril 5) Berikan therapy obat-obatan sesuai indikasi; anti biotic, TT dll.

DAFTAR KEPUSTAKAAN Doengoes et al. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Ed. 3, Jakarta: EGC. Smeltzer & Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, Ed. 8, Jakarta: EGC. Sjamsuhidajat & Jong. (1998). Buku-Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, Jakarta: EGC.

You might also like