You are on page 1of 8

APAKAH KITA MUSUH SETAN ATAU TEMAN SETAN

Berkaitan dengan waktu



Dikisahkan bahwa Wahab Bin Munabbih berkata, 'Allah SWT telah memerintahkan
kepada iblis untuk mendatangi Nabi Muhammad SAW dan menjawab pertanyaan -
pertanyaan beliau. Maka datanglah ia sambil menjelma sebagai sepasang kaki yang
bertongkat.

Nabi bertanya kepada Iblis, 'Siapakah kamu ini?'
'Aku Iblis,'jawab Iblis.
'Apa tujuanmu datang kemari?' tanya Rasullulah.

'Allah memerintahkan ku untuk mendatangi Tuan, serta menjawab pertanyaan tuan,
'jawab Iblis.

'Hai Iblis, berapa banyak musuh-musuh mu diantara umat ku...??' tanya Nabi.

' Musuh-musuhku (setan) ada 15 :

1. Tuan sendiri
2. Imam (Hakim) yang adil.
3. Orang kaya yang rendah hati.
4. Pedagang yang jujur.
5. Orang alim yang shalatnya khusyu.
6. Seorang mukmin yang mukhlis (ikhlas).
7. Seorang mukmin yang berkasih sayang.
8. Orang yang bertaubat dan mau menjaganya.
9. Orang yang menjaga dirinya dari barang yang haram.
10.Orang mukmin yang menjaga kesucian dirinya.
11.Orang mukmin yang banyak sedekahnya.
12.Orang mukmin yang berakhlak mulia.
13.Orang mukmin yang berguna bagi umat manusia.
14.Penghafal Al-Qur'an dan selalu membacanya.
15.Orang yang beribadah di malam hari dimana musia dalam kondisi enak-enaknya tidur.
'demikian jawab iblis menjelaskan.

Orang Orang Yang Menjadi Teman Setan

Nabi SAW bertanya kepada Iblis,'Berapakah teman-teman mu diantara umat ku?'

Iblis menjawab bahwa teman-temannya ada sepuluh:

1. Hakim yang dzalim
2. Orang kaya yang sombong
3. Pedagang yang berkhianat
4. Pemabuk
5. Tukang fitnah
6. Tiap orang yang beramal dengan riya.
7. Pemakan harta Anak Yatim.
8. Orang yang malas mengerjakan shalat.
9. Orang yang menahan (tidak mau mengeluarkan) zakat.
10.Orang yang selalu bercita-cita hanya tentang keduniaan.

Mereka itu saudara-saudara dan sahabat-sahabat sejatiku yang kelak akan menemaniku di
neraka. (Imamul Ghazali dalam kitab Ihya Ulu-muddin).

Sudah menjadi rahasia umum dalam masalah waktu, masyarakat kita dikenal suka
menggunakan sistem jam karet. Layaknya sebuah karet, ia akan bisa kita ulur
sekehendak kita. Begitu pula halnya dengan jam karet, tidak ada prinsip tepat waktu di
dalam penerapannya. Ia selalu molor, molor, dan molor. Sebagai contoh, ketika kita
hendak mengadakan rapat ataupun kegiatan sejenisnya yang berkaitan dengan ketepatan
waktu, maka setiap kali itu pula pemunduran jadwal dari waktu yang telah disepakati,
senantiasa terjadi.

Sepakat kumpul jam tujuh, tibanya jam setengah delapan. Berjanji untuk datang jam
sepuluh, munculnya malah jam sebelas, begitu seterusnya, dan begitu seterusnya. Dan
tradisi ini terjadi, bermuara pada karakter masyarakat yang doyan menunda-nunda
pekerjaan/waktu.

Perilaku yang kurang terpuji ini, tentu sangat memprihatinkan, sebab sebagai negeri yang
mayoritas penduduknya beragama Islam, seharusnya kita harus lebih cermat dalam
memanfaatkan waktu. Kenapa? Karena dalam ajaran Islam, tidak mengenal konsep
menunda-nunda. Laa tuakhir amalaka ilal ghaadi maa taqdiru an-tamalal yaum
(janganlah kamu menunda-nunda pekerjaanmu besok hari, apa yang bisa kamu lakukan
sekarang).

Mengapa menunda?

Menunda biasa kita artikan dengan menangguhkan suatu urusan untuk sementara waktu,
dengan jaminan akan mengerjakanya di waktu yang lain. Pada dasarnya, menunda itu
tidaklah jadi masalah, dengan catatan, berhenti kita dari aktivitas tersebut, karena dituntut
untuk menunaikan kewajiban yang lain, yang lebih penting atau memang kondisi yang
darurat.

Dalam bukunya, Fiqh Al-Awwaliyah, Dr Yusuf Qardhawi menerangkan, selayaknyalah
kaum muslimin untuk lebih memilih suatu pekerjaan yang dianggap paling prioritas, dari
pada yang kurang prioritas.

Yang menjadi masalah dan ini yang sering terjadi di tengah-tengah masyarakat kita
saat ini seringkali mereka menunda-nunda pekerjaan dengan alasan yang kurang
dibenarkan, atau lebih tepatnya, karena merasa masih punya waktu luang, bad mood,
atau sejenisnya. Penundaan macam ini yang biasanya- justru akan membuat pekerjaan
kita terbengkalai, karena untuk kembali melanjutkan aktivitas yang sudah kita
tangguhkan, sukarnya luar biasa. Hal ini tidak lepas dari gangguan setan, yang notabene
adalah musuh kita yang nyata.

Sebagai contoh, ketika kita hendak belajar, membaca, ataupun menelaah bidang ilmu,
kita sering berleha-leha dengan alasan masih banyak waktu, besokkan masih bisa
dilanjutin. Bisikan-bisikan demikian, sejatinya berasal dari bisikan setan dan hawa nafsu
yang tidak pernah rela apabila kita melakukan kebajikan.

Tidak hanya satu, dua kali setan dan hawa nafsu mendorong kita untuk menunda
pekerjaan, namun, mereka akan terus-menerus memperdayai kita, hingga kita takluk
dengan bujuk rayuan mereka. Dan ketika mereka (setan dan hawa nafsu) berhasil
membelokkan kita, maka, kemudian hari, kita pun akan menuai buahnya, yaitu
berlalunya waktu dengan kesia-siaan. Masa muda yang penuh semangat, berlalu begitu
saja hingga tiba masa tua renta. Masa kaya sirna tanpa makna berganti dengan masa
sengsara. Waktu luang terbuang, berganti dengan masa sibuk. Masa sehat kita lalui tanpa
sesuatu yang bermanfaat, hingga tiba masa sakit. Semua waktu berlalu, tanpa memiliki
makna.

Dan yang perlu diperhatikan, setiap hitungan detik itu senantiasa terkandung akan dua
hal, yaitu; hak dan kewajiban yang harus ditunaikan.

Pengabaian terhadap hak dan kewajiban tersebut akan membawa kemudharatan yang
berlipat-lipat bagi pelaku. Seorang ahli hikmah berkata bahwa kewajiban pada tiap-tiap
waktu memungkinkan untuk diganti, namun hak-hak dari tiap waktu tersebut tidak
mungkin diganti.

Ibnu Atha mengungkapkan, Sesungguhnya pada setiap waktu yang datang, maka bagi
Allah atas dirimu kewajiban yang baru. Bagaimana kamu akan mengerjakan kewajiban
yang lain, padahal ada hak Allah di dalamnya yang belum kamu laksanakan!

Hasan Al Banna mengatakan bahwa, Alwaajibatu Aktsaru minal Auqoot. Kewajiban
yang dibebankan kepada kita itu lebih banyak daripada waktu yang kita miliki, pada saat
kita menunda dari menyelesaikan suatu perkara. Hakikatnya kita sedang menumpuk-
numpuk kewajiban, semakin kita sering menunda maka semakin banyak tumpukkan
pekerjaan yang harus kita selesaikan, sehingga apabila kita menunda berarti kita hidup
dalam tumpukan-tumpukan kewajiban untuk diselesaikan dalam waktu yang lebih
sedikit.

Di saat kita bekerja dengan sekian banyak kewajiban dengan waktu yang sedikit, jangan
harap kita dapat bekerja dengan profesional dan menyenangkan. Yang ada, justru hidup
tidak tenang, selalu dihantui sekian banyak tugas dan kewajiban yang harus dikerjakan.
Dan tidak menutup kemungkinan, ada beberapa kewajiban yang tidak bisa kita tunaikan
karena keterbatasan waktu, tenaga, dan pikiran yang pada akhirnya akan mendapatkan
kegagalan demi kegagalan yang diakibatkan oleh kebiasaan menunda tersebut

Selain itu, rasa takut juga terkadang- menjadi alasan orang menunda-nunda pekerjaan.
Padahal untuk mengatasinya, tersedia tiga pilihan bagi kita, yaitu; menghindarinya,
mengharapkan ia cepat berlalu, atau menghadapinya untuk dilaksanakan.

Menghindar, jelas bukan solusi karena menghindar dari kewajiban adalah sama dengan
lari dari kenyataan. Sedangkan lari dari kenyataan, berarti kekufuran atas ketetapan Allah
SWT. Begitu juga dengan angan-angan kosong, agar ia (permasalahan) cepat berlalu
tanpa menimpa kita, jelas ini adalah perbuatan tercela. Pilihan yang benar adalah hadapi
permasalahan tersebut, dan selesaikan.
Segera, segera, segera!

Para ulama salaf kita telah menuliskan resep yang ampuh untuk mengobati penyakit
kronis ini, yaitu dengan mendidik diri agar segera melakukan dan bersegera
menuntaskan.
Allah Taala berfirman (QS Ali Imran [3]: 133)
W-EONNjOEc4 _O) E4Og^4`
}g)` :)O OE4E_4 E_O4N
4OEOO- OO-4 ;OgNq
4-+-Ug ^@@

Dan Bersegeralah kamu menuju ampunan Tuhanmu dan syurga yang luasnya seluas
langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.

Rasulullah juga bersabda berkaitan dengan pentingnya mempersegerakan suatu urusan.
Sabdanya, Bersegeralah melakukan perbuatan baik, karena akan terjadi fitnah laksana
sepotong malam yang gelap. (HR. Muslim). Dalam hadits lain, beliau juga
menerangkan, Jadilah engkau di dunia laksana orang asing atau orang yang
menyeberangi jalan. Ibnu umar berkata. Bila engkau berada di sore hari, maka jangan
menunggu datangnya pagi, dan bila engkau di pagi hari, maka janganlah menunggu
datangnya sore. Manfaatkan waktu sehatmu sebelum sakitmu, dan waktu hidupmu
sebelum matimu.

Hasan Al-Bashri berwasiat, Jangan sekali-kali menunda-nunda karena Anda adalah hari
ini bukan besok. Beliau juga berkata ,Apabila Anda memiliki esok hari, maka
penuhilah dengan ketaatan, sebagaimana hari ini yang Anda penuhi dengan ketaatan bila
Anda tidak lagi hidup di esok hari, maka Anda tidak akan menyesal atas apa yang Anda
lakukan hari ini.

Ibnu Al jauzi mewanti-wanti kita agar tidak mengulur-ulur waktu. Beliau pernah
mengatakan, Jangan sekali-kali mengulur-ulur waktu, karena ia merupakan tentara iblis
yang paling besar. Penundaan merupakan bekal orang yang bodoh dan lalai. Itulah
sebabnya orang yang saleh berwasiat, Jauhilah saufa (nanti), penundaan juga
kemalasan, merupakan penyebab kerugian dan penyesalan.

Di penghujung tulisan ini, bisa kita simpulkan, kebiasaan menunda-nunda pekerjaan,
merupakan perilaku buruk, yang bisa menjadi penghalang kesuksesan kita di kemudian
hari. Sejarah telah berkata, tidak sedikit bani Adam mati dengan meninggalkan segudang
cita-cita yang gagal direalisasikannya, dan itu disebabkan, seringkalinya ia mengucapkan
kata nanti setiap kali melakukan aktivitas. Karena itu, kita berdoa mudah-mudahan kita
tidak termasuk dalam golongan tersebut.
Wallahu alam bis-shawab



Tiga pengertian zuhud.....zaa..haaa.....dal
zaa...zaadun li ma'aad : bekal utk kembali ke akhirat yaitu takwa
haa...hudan lid diin : petunjuk untuk mengikuti islam
daal... dawaam 'alath thoo'aah : terus menerus dalam melakukan ketaatan


KAJIAN
RAMADHA
N



MASJID
AL HIKMAH
KRIKILAN


















Designed by :

Disampaikan:
Abdul Salam
Rabu Wage
8 September 2010

APAKAH KITA MUSUH IBLIS ATAU TEMAN IBLIS
Berkaitan dengan waktu

Dikisahkan bahwa Wahab Bin Munabbih berkata, 'Allah SWT telah
memerintahkan kepada iblis untuk mendatangi Nabi Muhammad SAW
dan menjawab pertanyaan - pertanyaan beliau. Maka datanglah ia
sambil menjelma sebagai sepasang kaki yang bertongkat.

Nabi bertanya kepada Iblis, 'Siapakah kamu ini?'
'Aku Iblis,' jawab Iblis.
'Apa tujuanmu datang kemari?' tanya Rasullulah.
'Allah memerintahkan ku untuk mendatangi Tuan, serta menjawab
pertanyaan tuan, 'jawab Iblis.

'Hai Iblis, berapa banyak musuh-musuh mu diantara umat ku...??' tanya
Nabi.

' Musuh-musuhku (Iblis) ada 15 :

1. Tuan sendiri (Nabi Muhammad SAW)
2. Imam (Hakim) yang adil.
3. Orang kaya yang rendah hati.
4. Pedagang yang jujur.
5. Orang alim yang shalatnya khusyu.
6. Seorang mukmin yang mukhlis (ikhlas).
7. Seorang mukmin yang berkasih sayang.
8. Orang yang bertaubat dan mau menjaganya.
9. Orang yang menjaga dirinya dari barang yang haram.
10.Orang mukmin yang menjaga kesucian dirinya.
11.Orang mukmin yang banyak sedekahnya.
12.Orang mukmin yang berakhlak mulia.
13.Orang mukmin yang berguna bagi umat manusia.
14.Penghafal Al-Qur'an dan selalu membacanya.
15.Orang yang beribadah di malam hari dimana manusia dalam kondisi
enak-enaknya tidur. ' demikian jawab iblis menjelaskan.

































Dan yang perlu diperhatikan, setiap hitungan detik itu senantiasa
terkandung akan dua hal, yaitu; hak dan kewajiban yang harus ditunaikan.

Hasan Al Banna mengatakan bahwa, Alwaajibatu Aktsaru minal Auqoot.
Kewajiban yang dibebankan kepada kita itu lebih banyak daripada waktu
yang kita miliki, pada saat kita menunda dari menyelesaikan suatu perkara.
Hakikatnya kita sedang menumpuk-numpuk kewajiban, semakin kita
sering menunda maka semakin banyak tumpukkan pekerjaan yang harus
kita selesaikan, sehingga apabila kita menunda berarti kita hidup dalam
tumpukan-tumpukan kewajiban untuk diselesaikan dalam waktu yang
lebih sedikit.

Di saat kita bekerja dengan sekian banyak kewajiban dengan waktu yang
sedikit, jangan harap kita dapat bekerja dengan profesional dan
menyenangkan. Yang ada, justru hidup tidak tenang, selalu dihantui sekian
banyak tugas dan kewajiban yang harus dikerjakan. Dan tidak menutup
kemungkinan, ada beberapa kewajiban yang tidak bisa kita tunaikan
karena keterbatasan waktu, tenaga, dan pikiran yang pada akhirnya akan
mendapatkan kegagalan demi kegagalan yang diakibatkan oleh kebiasaan
menunda tersebut.

Menghindar, jelas bukan solusi karena menghindar dari kewajiban adalah
sama dengan lari dari kenyataan. Sedangkan lari dari kenyataan, berarti
kekufuran atas ketetapan Allah SWT. Begitu juga dengan angan-angan
kosong, agar ia (permasalahan) cepat berlalu tanpa menimpa kita, jelas ini
adalah perbuatan tercela. Pilihan yang benar adalah hadapi permasalahan
tersebut, dan selesaikan. Segera, segera, segera!

Para ulama salaf kita telah menuliskan resep yang ampuh untuk mengobati
penyakit kronis ini, yaitu dengan mendidik diri agar segera melakukan dan
bersegera menuntaskan.
Allah Taala berfirman (QS Ali Imran [3]: 133)
W-EONNjOEc4 _O)
E4Og^4` }g)` :)O
OE4E_4 E_O4N
4OEOO- OO-4
;OgNq 4-+-Ug ^@@

Dan Bersegeralah kamu menuju ampunan Tuhanmu dan syurga yang
luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang
bertakwa.


IBLIS
Teman atau
Musuh



















































Mengapa menunda?

Menunda biasa kita artikan dengan menangguhkan suatu urusan untuk
sementara waktu, dengan jaminan akan mengerjakanya di waktu yang
lain. Pada dasarnya, menunda itu tidaklah jadi masalah, dengan
catatan, berhenti kita dari aktivitas tersebut, karena dituntut untuk
menunaikan kewajiban yang lain, yang lebih penting atau memang
kondisi yang darurat.

Dalam bukunya, Fiqh Al-Awwaliyah, Dr Yusuf Qardhawi
menerangkan, selayaknyalah kaum muslimin untuk lebih memilih
suatu pekerjaan yang dianggap paling prioritas, dari pada yang kurang
prioritas.

Yang menjadi masalah dan ini yang sering terjadi di tengah-tengah
masyarakat kita saat ini seringkali mereka menunda-nunda
pekerjaan dengan alasan yang kurang dibenarkan, atau lebih
tepatnya, karena merasa masih punya waktu luang, bad mood, atau
sejenisnya. Penundaan macam ini yang biasanya- justru akan
membuat pekerjaan kita terbengkalai, karena untuk kembali
melanjutkan aktivitas yang sudah kita tangguhkan, sukarnya luar biasa.
Hal ini tidak lepas dari gangguan setan, yang notabene adalah musuh
kita yang nyata.

Sebagai contoh, ketika kita hendak belajar, membaca, ataupun
menelaah bidang ilmu, kita sering berleha-leha dengan alasan masih
banyak waktu, besokkan masih bisa dilanjutin. Bisikan-bisikan
demikian, sejatinya berasal dari bisikan setan dan hawa nafsu yang
tidak pernah rela apabila kita melakukan kebajikan.

Tidak hanya satu, dua kali setan dan hawa nafsu mendorong kita untuk
menunda pekerjaan, namun, mereka akan terus-menerus memperdayai
kita, hingga kita takluk dengan bujuk rayuan mereka. Dan ketika
mereka (setan dan hawa nafsu) berhasil membelokkan kita, maka,
kemudian hari, kita pun akan menuai buahnya, yaitu berlalunya waktu
dengan kesia-siaan. Masa muda yang penuh semangat, berlalu begitu
saja hingga tiba masa tua renta. Masa kaya sirna tanpa makna berganti
dengan masa sengsara. Waktu luang terbuang, berganti dengan masa
sibuk. Masa sehat kita lalui tanpa sesuatu yang bermanfaat, hingga tiba
masa sakit. Semua waktu berlalu, tanpa memiliki makna.



IBLIS
Teman atau
Musuh


















Orang Orang Yang Menjadi Teman Setan

Nabi SAW bertanya kepada Iblis,'Berapakah teman-teman mu diantara
umat ku?'

Iblis menjawab bahwa teman-temannya ada 10 :

1. Hakim yang dzalim
2. Orang kaya yang sombong
3. Pedagang yang berkhianat
4. Pemabuk
5. Tukang fitnah
6. Tiap orang yang beramal dengan riya.
7. Pemakan harta Anak Yatim.
8. Orang yang malas mengerjakan shalat.
9. Orang yang menahan (tidak mau mengeluarkan) zakat.
10. Orang yang selalu bercita-cita hanya tentang keduniaan.

Mereka itu saudara-saudara dan sahabat-sahabat sejatiku yang kelak akan
menemaniku di neraka. (Imamul Ghazali dalam kitab Ihya Ulu-muddin).

Kaitannya dengan waktu

Sudah menjadi rahasia umum dalam masalah waktu, masyarakat kita
dikenal suka menggunakan sistem jam karet. Layaknya sebuah karet, ia
akan bisa kita ulur sekehendak kita. Sepakat kumpul jam tujuh, tibanya
jam setengah delapan. Berjanji untuk datang jam sepuluh, munculnya
malah jam sebelas, begitu seterusnya, dan begitu seterusnya. Dan tradisi
ini terjadi, bermuara pada karakter masyarakat yang doyan menunda-
nunda pekerjaan/waktu.

Perilaku yang kurang terpuji ini, tentu sangat memprihatinkan, sebab
sebagai negeri yang mayoritas penduduknya beragama Islam, seharusnya
kita harus lebih cermat dalam memanfaatkan waktu. Kenapa? Karena
dalam ajaran Islam, tidak mengenal konsep menunda-nunda. Laa tuakhir
amalaka ilal ghaadi maa taqdiru an-tamalal yaum (janganlah kamu
menunda-nunda pekerjaanmu besok hari, apa yang bisa kamu lakukan
sekarang).

IBLIS
Teman atau
Musuh

You might also like