You are on page 1of 15

JUMAT, 14 AGUSTUS 2009

FAKTA BARU PANGAN ORGANIK: Unggul Kandungan Mineral, Protein dan Bebas Karsinogen

Gaya hidup sehat dengan cara kembali ke alam sedang menjadi trend baru sebagian masyarakat kita. Kini bahan pangan organik mulai diminati banyak orang. Memang relatif lebih mahal, namun sebanding dengan manfaat yang didapat. Apalagi fakta penelitian terbaru menunjukan keunggulan nutrisi dari bahan pangan organik. Saat ini kesadaran masyarakat akan gaya hidup sehat mulai meningkat. Pola makan tinggi lemak, tinggi kalori dan rendah serat mulai ditinggalkan. Supermarket yang menjual bahan pangan organik mulai laris diserbu pembeli. Gejala positif yang perlu digalakan lebih luas, karena hanya sebagian kecil saja masyarakat kita yang sadar akan pola makan sehat. Diperlukan pengetahuan dan kesadaran diri yang baik untuk merubah gaya hidup. Sayuran Buruk Rupa Kepada penulis, Prof.Dr.Ir.Ali Khomsan,MS, ahli gizi IPB, mendefinisikan bahan pangan organik adalah semua bahan pangan yang berasal dari organisme hidup. Organik sendiri mengacu kesesuatu yang mengandung karbon, seharusnya semua bahan pangan yang mengandung unsur karbon disebut organik. Termasuk bahan pakan yang ditanam dengan pupuk kimia dan mengandung pestisida. Tetapi masyarakat taunya kalau istilah organik berarti bahan pangan yang dibudidayakan secara organik, tanpa petisida atau pupuk buatan. Pemerintah Amerika Serikat sebagai pelopornya bahan pangan organik menetapkan setandar, bahwa yang disebut organik adalah bahan pangan yang 100% organik atau setidaknya 95% diproduksi tanpa pupuk kimia, insektisida, herbisida, antibiotik, hormon pertumbuhan, radiasi untuk sterilisasi dan hewan yang dimodifikasi genetik. Bahan pangan organik dibudidayakan menggunakan teknologi alami. Kesuburan tanah dipertahankan dengan pupuk alam, seperti kompos dan pupuk kandang. Dengan pemupukan alami dan tanpa insektisida, populasi cacing tanah meningkat, tanah jadi kaya akan nitrogen sehingga subur secara alami. Untuk menanggulangi hama, bisa selang-seling setiap jenis tanamannya sehingga serangan hama tanaman tertentu bisa di putus mata rantainya. Penyemprotan juga dilakukan menggunakan anti hama dari alam. Budidaya secara alami akan menghasilkan bahan pangan tergolong tidak menarik dari sisi permormance. Seperti yang diutarakan Ali Khomsan, Bahan pangan organik, terutama sayuran

memang mempunyai performance yang tidak menarik. Banyak yang berlubang dimakan ulat dan serangga. Namun dari kualitas cita rasa, pangan organik memang lebih baik. Sekarang konsumen berhak memilih. Membeli bahan pangan konvensional dengan harga murah namun mengandung residu bahan kimia atau sayuran berpenampilan buruk, mahal tetapi aman bagi kesehatan.

Unggul Dalam Nutrisi Bahan pangan organik tertentu seperti sayuran dan buah, kandungan mineral lebih baik dibandingkan bahan pangan konvesional. Seperti penuturan Ali Khomsan, beberapa penelitian menunjukan sayuran seperti kubis, selada dan tomat kandungan mineral kalsium, pospor dan magnesium jauh lebih tinggi dibandungkan dengan sayuran anorganik. Seperti tomat organik, kandungan kalsiumnya 23 mg sedangkan yang bukan hanya 5 mg. Dari sisi cita rasa, bahan pangan organik juga lebih lezat. Sayuran dan buah organik lebih renyah, lebih manis dan tahan lama. Sedangkan yang bukan, kandungan airnya tinggi, sehingga rasanya kurang manis dan lebih cepat busuk. Sebuah laboratorium independent di Amerika mempunyai fakta berbeda. Penelitian terhadap tepung terigu hasil pertanian organik mengandung 24 % lebih tinggi dibandingkan terigu yang ditanam secara konvensional. Selain unggul dari sisi nutrisi juga cita rasa, bahan pangan organik juga bebas residu pestisida dan bahan kimia berbahaya. Secara tidak kita sadari, zat ini akan tertimbun terus menerus di dalam tubuh kita. Jangka panjangnya, akan meningkatkan risiko kanker dalam tubuh karena zat tersebut bersifat karsingen penyebab kanker. Lebih baik mencegah dengan beralih ke bahan pangan organik dari pada kita harus membayar lebih mahal untuk biaya kesehatan akibat sakit yang ditimbulkan. Karenanya, gaya hidub back to nature merupakan solusi tepat bagi Anda yang mau hidup sehat. Sumber : Budi Sutomo http://budiboga.blogspot.com/2006/04/fakta-baru-sayuran-organik.html 15 Agustus 2009 Sumber Gambar: http://4.bp.blogspot.com/_jzehWyQuZnY/SeUqWuVm2EI/AAAAAAAAAAc/gztUF8aIaKo/s320/sayur.j pg Diposkan oleh Badagdi 20.08Tidak ada komentar:

Pestisida Organik? Mengapa Tidak


Tidak bisa dipungkiri bahwa pestisida adalah salah satu hasil teknologi modern dan mempunyai peranan penting dalam peningkatan kesejahteraan rakyat. Pestisida merupakan zat kimia serta jasad renik dan virus yang digunakan membunuh hama dan penyakit. Dan sektor terbesar yang sering memakai pestisida adalah sektor pertanian. Penggunaannya meliputi sektor perikanan, perkebunan dan pertanian tanaman pangan yang menangani komoditi padi, palawija, dan hortikultura (sayuran, buah-buahan dan tanaman hias). Penggunaannya dengan cara yang tepat dan aman adalah hal mutlak yang harus dilakukan mengingat walau bagaimanapun, pestisida adalah bahan yang beracun. Penggunaan pestisida yang salah atau pengelolaannya yang tidak bijaksana akan dapat menimbulkan dampak negatif, baik langsung maupun tidak langsung, bagi kesehatan manusia dan lingkungan.

DAMPAK PESTISIDA Logam berat yang merupakan unsur pestisida biasanya ditimbun di dalam hati, sehingga mempengaruhi metabolisme dan menyebabkan kerusakan pada ginjal. Pestisida juga dapat mengganggu peredaran hormon sehingga menyebabkan efek testikular dan menimbulkan sejumlah penyakit seperti kanker prostat, problem reproduksi perempuan, kanker payudara, dan perubahan perilaku. Sebuah penelitian di Cina, bahkan mengungkap pria yang terkena pengaruh pestisida selama bekerja ternyata berisiko mendapat gangguan kualitas sperma yang dapat mempengaruhi kesuburan. PERTANIAN ORGANIK Saat ini, pangan organik merupakan trend komoditas bisnis yang sangat bagus. Berbagai seminar seminar pun sering dilakukan, baik oleh pihak departemen pertanian, departemen kesehatan, para pejabat teras, bulog bahkan LSM LSM pun turut serta dalam berpartisipasi agar masyarakat indonesia dan para petaninya agar untuk mengkonsumsi dan menanam pangan organik. Sekarang rata rata para petani di Indonesia sudah banyak yang membuka lahan dan mengembangkan pertanian organik. Terbukti menurut komentar para petani yang sudah 5 sampai dengan 8 tahun mengembangkan dan membudidayakan pertanian organik, pendapatan petani tanaman organik menuju keadaan membaik daripada petani dengan pertanian kimiawi/anorganik. Alasannya di samping pendapatan hasil pertaniannya meningkat plus mereka juga menikmati pola dan gaya sehat secara alamiah dan murah. PESTISIDA ORGANIK Di era serba organik seperti sekarang ini, penggunaan pestisida organik cukup mendukung untuk mengatasi masalah gangguan serangan hama tanaman komersial. Pestisida organik pun dapat menjamin keamanan ekosistem. Dengan pestisida organik, hama hanya terusir dari tanaman petani tanpa membunuh. Selain itu penggunaan pestisida organik dapat mencegah lahan pertanian menjadi keras dan menghindari ketergantungan pada pestisida kimia. Penggunaan pestisida organik harus dilakukan dengan hati-hati dan dengan kesabaran serta ketelitian. Banyaknya pestisida organik yang disemprotkan ke tanaman harus disesuaikan dengan hama. Waktu penyemprotan juga harus diperhatikan petani sesuai dengan siklus perkembangan hama. Untuk pencegahan adanya hama, penyemprotan dapat dilakukan secara periodik pada tanaman sayuran. Sebaiknya dalam waktu satu minggu sekali atau disesuaikan dengan ada tidaknya hama karena hama selalu berpindah. Berbagai jenis pestisida organik antara lain : Pestisida yang berasal dari ikan mujair. Pestisida dari ikan mujair dapat mengatasi hama tanaman terong dan pare, baik itu ulat, serangga, ataupun jamur. Cara membuat pestisida organik dari ikan mujair : 1 kg ikan mujair dari empang, dimasukkan ke plastik, dibiarkan selama 3 hari. Kemudian direbus dengan dua liter air selama dua jam dan disaring. Dapat digunakan secara langsung atau ditambahkan tembakau dahulu.

Pestisida organik lainnya dapat diperoleh dari biji mahoni, kunyit, jahe, serai dan cabe. Pembuatannya dengan dihaluskan, diberi air, diperas dan disaring. Untuk cabe saat penyemprotan harus hati-hati jangan sampai berbalik arah mengenai manusia. Pestisida dari mahoni untuk mengatasi hama tanaman terong dan pare, baik itu ulat, serangga, ataupun jamur. Kunyit, jahe, serai untuk mengatasi jamur tanaman dan buah. Cabe untuk mengatasi semua jenis hama kecuali hama di dalam tanah. Selain dengan pestisida organik buatan, pengusiran hama lalat buah juga dapat dilakukan dengan pengalihan perhatian hama pada warna-warna yang disukainya. Caranya dengan memasang warna tertentu yang bisa menarik lalat buah di sekitar tanaman. Pertanian secara tumpang sari juga bisa menjadi alternatif mengurangi hama tanaman tertentu. Sumber : Ditulis oleh matoa dalam kategori Berita MATOA, Info Lingkungan tanggal 28 Jul 2008 http://matoa.org/2008/07/pestisida-organik-mengapa-tidak/ 15 Agustus 2009 Diposkan oleh Badagdi 20.02Tidak ada komentar:

HAMBATAN PEMASARAN PANGAN ORGANIK


DI Indonesia, produk pangan organik tidak sepopuler di negara maju, seperti Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat. Negara itu, khususnya delapan negara Uni Eropa, telah melakukan studi yang berhasil menyajikan data informasi kualitatif terhadap sifat dan motivasi konsumen Eropa secara umum. Hasilnya amat besar variasinya. Berdasarkan data-data dan sifat motivasi itu, perlu disusun suatu strategi pemasaran yang tepat dan tampaknya memerlukan pendekatan berbeda-beda. Motivasi Motivasi yang mendorong meningkatnya konsumsi produk pangan organik bergantung beberapa faktor. Faktor utama bagi konsumen dalam mengambil keputusan membeli produk pangan organik adalah alasan kesehatan. Terjadinya perubahan konsumen berpaling ke pangan organik sering dipengaruhi terjadinya musibah dalam kehidupan keluarga konsumen, misalnya habis terserang penyakit berat, usia lanjut, gangguan kesehatan, dan kelahiran anak. Keluarga yang senang memasak dengan menyiapkan bahan mentah sendiri umumnya cocok dan pas dengan tren mengenai produk pangan organik. Mereka berpendapat, produk-produk organik lebih segar, rasanya enak, bagus teksturnya, dan memiliki sifat-sifat spesifik yang dapat memberikan kepuasan serta kenikmatan kepada konsumen. Sebagian besar masyarakat Eropa memiliki kepedulian tinggi terhadap lingkungan. Faktor itu menjadi motivasi kuat mengapa mereka lebih suka memilih dan membeli produk organik. Akan tetapi, faktor itu tidak akan sekuat nilai tambah kesehatan dan kenikmatan yang diperoleh dari produk pangan organik. Faktor kepercayaan (trust) dapat dimasukkan sebagai salah satu jenis motivasi. Sayang, hal itu sekaligus merupakan hambatan bagi konsumen untuk membeli produk organik. Kepercayaan dapat dipandang sebagai faktor motivasi.

Informasi yang transparan, standar jelas, dan kepastian diterapkannya kontrol ketat dipandang konsumen sebagai isu penting. Bagi konsumen reguler, kualitas premium yang dimiliki pangan organik merupakan faktor motivasi utama. Umumnya mereka berpendapat, semakin rasanya lebih baik, berarti produknya lebih bergizi (kandungan mineral dan vitamin dan sebagainya) serta memiliki daya simpan lebih tinggi. Hambatan Sebagian besar yang menjadi penghambat untuk membeli produk pangan organik adalah harga. Masalah tingginya harga dirasakan konsumen di negara di Eropa. Konsumen yang tergolong jarang atau bahkan tak pernah membeli produk pangan organik menganggap pertanian organik secara sosial merupakan hal penting dan dikehendaki, tetapi mereka tidak melihat adanya keuntungan pribadi karena produknya sendiri dipandang amat mahal. Suatu tuntutan kuat bagi penampilan yang indah produk organik juga dapat menjadi penghambat. Umumnya, persepsi tentang buah-buahan dan sayuran organik memiliki penampilan yang tampak kusam, keriput, memiliki beberapa noda, serta pucat warnanya. Singkatnya, sayuran dan buahbuahan seperti itu biasanya tidak memiliki penampilan yang menarik. Hal itu sering dikaitkan persepsi, produk organik tidak sesegar produk-produk konvensional. Mereka berpendapat, apabila mendapatkan mutu penampilan yang indah sekali, konsumen curiga dan tidak percaya (too good to be true) bahwa buah-buahan dan sayuran itu diproduksi secara organik. Kepercayaan Saat ditanya mengapa mereka tidak membeli produk pangan organik, mereka mengatakan "menyangsikan label organik yang melekat pada produk itu", di mana mereka tidak memiliki kepercayaan (trust) dan menganggap telah terjadi penipuan, "petaninya menipu" atau "pedagang menipu". Banyak di antara petani organik dianggap telah meninggalkan idealisme aslinya dan berubah memfokuskan berorientasi pada uang dan keuntungan materi, sampai-sampai mau melakukan pemalsuan label. Sesungguhnya pertanian organik berkembang dan berakar dari idealisme agar terjadi keseimbangan lingkungan akibat penggunaan kimia serendah mungkin. Semuanya dilakukan dengan penuh kejujuran. Di suatu daerah atau supermarket, di mana ketersediaan produk pangannya tidak teratur, artinya display-nya sering kosong, menambah alasan kuat untuk tidak berkeinginan membeli produk pangan organik. Dikarenakan alasan itu, demi pengembangan produk pangan organik di masa depan, dipandang perlu dilakukan berbagai usaha kolaborasi lembaga penelitian di seluruh Eropa untuk dapat meneliti dan memberi jawaban nyata mengenai benarkah pangan organik lebih sehat, lebih enak, dan lebih bergizi? Benarkah lebih sehat? Sebagian besar konsumen mengharapkan pangan organik yang mereka konsumsi lebih enak rasanya,

lebih aman dan sehat, serta lebih bergizi. Meski telah banyak hasil penemuan baru yang menyatakan pangan memiliki kualitas yang memberi efek positif terhadap kesehatan masyarakat, mereka masih belum yakin benar bahwa produk-produk itu lebih baik, lebih aman, dan lebih bergizi. Karena itu, penelitian lebih lanjut masih diperlukan di bidang itu. Di Belanda ada suatu lembaga penelitian yang dikenal sebagai The Louis Bolk Instituut. Ini merupakan salah satu lembaga penelitian pertama dengan fokus menggabungkan topik penelitian mutu pangan organik, perannya dalam gizi, dan aspek kesehatannya. Di Indonesia masih relatif kecil perhatian masyarakat terhadap pangan organik, bank komersial, juga rendah perhatiannya terhadap pangan organik. Sebaliknya, banyak bank komersial di Eropa tertarik pada pengembangan jenis pangan organik itu. Mereka mau mensponsori dan membiayai penelitian dan pengembangan pertanian dan pangan organik, contohnya Dutch Triodos Bank serta perusahaan dagang Eosta. Pada Januari 2003 berdiri FQH, yaitu International Research Association for Organic Food Quality and Health. FQH merupakan suatu himpunan dari berbagai pusat penelitian terkemuka di Eropa, di antaranya German University of Kassel, FiBL-Switzerland, dan The Biodynamic Research Association of Denmark (BRAD). Mereka merupakan pendiri FQH. Enam lembaga penelitian lain ikut bergabung menjadi anggota. Di FQH, penekanan khusus diberikan terhadap pengembangan dan evaluasi cara-cara baru (novel method) serta desain penelitian baru yang mampu membantu mengevaluasi bukan saja pada mutu pangan, melainkan juga interaksinya dengan kesehatan manusia dan well-being. Masih ada pertanyaan Mereka yang tertarik akan hasil-hasil penelitian atau berbagai review mengenai pangan organik, khususnya terhadap perbedaan antara pangan organik dan pangan non-organik, dapat mengakses situs web mereka dengan mudah. Kumpulan review yang berisi hasil penelitian yang pernah dilakukan di Jerman (2003), Inggris (2001), Denmark (2001), Swiss (1999), Belanda (1998), dan Perancis (2003) tersedia dalam situs web FQH, www.organicfqhresearch.org. Banyak di antara konsumen, produsen, dan pedagang serta prosesor pangan organik selalu berdiskusi dan bertanya dalam hati ataupun secara terbuka tentang beberapa hal berikut. Benarkah konsumsi produk pangan organik dapat memperbaiki kesehatan? Apakah metode pertanian yang telah dilakukan sudah tepat dan memiliki peran penting terhadap mutu gizi pangan yang dihasilkan? Apakah produk pangan organik atau biodinamik memiliki perbedaan dan ciri khas jelas yang dapat dikelompokkan dalam sifat-sifat positif yang spesial? Apakah pengolahan pangan organik dapat menurunkan reaksi alergenik? Apakah yang dapat kita tonjolkan sebagai karakteristik autentisitas dalam penggolongan pangan organik?

Sumber : FG Winarno, Guru Besar Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0403/15/opini/910317.htm 15 Agustus 2009 Diposkan oleh Badagdi 19.37Tidak ada komentar:
SENIN, 25 MEI 2009

Produk Pangan Organik Dapat Kurangi Resiko Terkena Kanker

Produk pangan organik dapat mengurangi risiko terserang penyakit termasuk kanker. Itu disebabkan, produk organik memiliki keunggulan kadar nitrat lebih rendah. Kadar nitrat tinggi dapat mengurangi transpor oksigen dalam aliran darah, serta membentuk nitrosamin yang bersifat karsinogen. Produk pangan organik juga mengandung serat yang sangat penting. "Masyarakat awam sudah banyak mengetahui, mereka perlu mengkonsumsi serat untuk menjaga kesehatan pencernaan karena mampu mengikat zat racun, kolesterol dan kelebihan lemak, sehingga dapat mencegah berkembangnya sumber penyakit," ungkap Made Astawan, Guru Besar Ilmu dan Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor (IPB), dalam seminar bertema "Gaya Hidup Organik Bebas Toksin" diselenggarakan pada tanggal 4 September 2006 di Jakarta. "Pangan organik juga meningkatkan perolehan vitamin, mineral dan serat bagi tubuh. Bahkan buah organik dapat dimakan bersama kulitnya," lanjut Astawan. Lebih lanjut Astawan menuturkan, saat ini berbagai produk organik telah beredar di pasar. Bukan hanya sayuran organik dan buah organik, tetapi juga daging, ayam, telur dan susu organik. Bahkan ada restoran-restoran yang menyediakan menu khusus sayuran dan daging ayam yang diproduksi secara organik. Sementara itu dr Samuel Oetoro yang juga menjadi pembicara dalam seminar tersebut menyatakan bahwa kunci gaya hidup yang sehat dan bugar adalah makan sehat, berpikir sehat dan beraktivitas sehat. Makan yang sehat ialah makan sesuai kebutuhan dan gizi yang seimbang, yang terdiri atas 6070% karbohidrat, 10-15% protein, 20-25% lemak dan tinggi serat. Serat yang tinggi sangat baik bagi kesehatan saluran pencernaan yang memiliki fungsi mencerna makanan, penyerapan, pembuangan

dan sistem imunitas. Ia menyarankan untuk mengkonsumsi serat sekurang-kurangnya 25-30 gram per hari. Serat sebanyak itu bisa didapatkan dari lima porsi buah (lima buah yang berbeda) dan tiga porsi sayur setiap harinya. "Atau bisa juga dengan mengkonsumsi sereal tiap hari, kacang-kacangan dan dengan menambah dua gelas air setiap hari," tambahnya. Seminar tersebut juga menghadirkan Direktur Operasional toko yang selama ini menjual produk organik, Healthy Choice, yakni Stevan Lie. Pada seminar tersebut Lie menyebutkan bahwa belum semua kalangan bisa menikmati produk organik yang menyehatkan, karena harganya tergolong mahal. Sayur kangkung, bayam, kol, atau sawi hasil kebun organik lokal harganya bisa tiga kali lebih mahal dari yang biasa. Sementara itu untuk membeli produk impor, seperti selai, jus, susu, roti gandum dan lain sebagainya harus merogoh kocek lebih dalam lagi. Selai strawberry yang biasanya paling mahal Rp 20 ribu bisa menjadi Rp 60 ribu arau Rp 80 ribu, jika diproduksi secara organik. Begitu juga dengan roti gandum organik, harganya mencapai Rp 90 ribu per potongnya. Beberapa kalangan memang mempertanyakan mahalnya harga yang ditetapkan. "Menurut mereka, bukankah pertanian organik memerlukan biaya produksi lebih rendah, karena tidak perlu menggunakan pestisida atau hormon pertumbuhan yang harganya semakin mahal," tuturnya. Stevan lie mengatakan, harga produk organik mahal karena beberapa alasan. Pertama, pertanian organik membutuhkan tenaga kerja lebih banyak. Pemusnahan hama menjadi semakin sulit dan rumit, karena dilakukan secara manual ataupun dengan predator alami. Kedua, masa tanam produk organik tanpa hormon pertumbuhan atau pertambahan pemupukan, sehingga menjadikan masa panennya jauh lebih lama daripada produk biasa. Tanah yang digunakan untuk pertanian organik pun memiliki standar khusus, agar bisa dikatakan organik. Misalnya harus bebas kimia selama 10 tahun, memiliki jarak tertentu dari lahan pertanian lain yang menggunakan pestisida, jarak minimum dari jalan raya dan sebagainya. "Sayangnya saat ini belum ada standardisasi atau sertifikasi mengenai produk organik ini di Indonesia. Begitu pula pengetahuan petani organik di Indonesia yang kurang," papar Stevan. Selebriti konsumsi organik. Saat ini sebagian besar kalangan selebriti telah mengkonsumsi produk-produk organik. Seperti penyanyi Lucy Rahmawati, seorang mantan personel AB Three yang kini bersolo karir, sekarang menjalani gaya hidup organik. Dari beberapa catatan, Sophie Novita, artis yang cukup populer, juga mengkonsumsi produk organik sejak ia hamil sampai saat ini. Tak ketinggalan musisi jazz kawakan, Ireng Maulana, yang selama ini vegetarian juga menjadi penggemar produk-produk organik. Bahkan Melly Manuhutu, seorang penyanyi pop terkenal, tidak hanya menjalani pola hidup organik, tetapi malah terjun ke bisnis pertanian organik. Ia memiliki lahan pertanian organik di sekitar Cisarua, Jawa Barat. Selebihnya, mereka umumnya para selebriti berusia 40-an yang sudah mapan secara finansial, merasa harus menjaga pola makannya, atau orang-orang yang sudah mentok dan terpaksa mengkonsumsi produk organik karena penyakit yang diderita, seperti kanker kolon. Seminar bertema "Gaya Hidup Organik Bebas Toksin" ini diselenggarakan oleh PT CNI (Citra Nusa Insan Cemerlang). Yang hadir dalam acara tersebut adalah para pakar pangan, khususnya pangan organik. Seminar tersebut konon memberi respon atas semakin membudayanya gaya hidup organik di masyarakat. Gaya hidup organik ini tersosialisasi karena menjamurnya perusahaan produsen, jaringan distribusi dan toko penyedia bahan pangan organik di kota-kota besar di Indonesia.

Sumber: http://beritabumi.or.id/berita3.php?idberita=551 25 Mei 2009 Sumber Gambar: http://www.naturalkitchenstrategies.com.au/images/Fresh_Basil_from_Glo_Health_Organic_Groce ries_Food_Shop.jpg Diposkan oleh Badagdi 00.491 komentar:

Gaya Hidup Organik

Apa yang dimaksud dengan gaya hidup organik? Gaya hidup organik adalah pola hidup mengkonsumsi makanan dan minuman yang yang tidak mengandung bahan-bahan kimia seperti zat perasa, zat pengawet, zat pemanis, zat pewarna dan zat kimia tambahan lainnya dalam makanan. Dalam situs indofamilyhealth.com, gaya hidup seperti ini termasuk tidak mengkonsumsi pangan makanan yang diproduksi dengan menggunakan bantuan bahan kimia seperti pupuk dan hormon sintetis, serta pestisida, baik sebelum maupun sesudah panen. Pestisida juga memusnahkan mikroba penghasil enzim-enzim vitamin yang dibutuhkan tanaman. Pada tanaman organik, pupuknya terbuat dari kotoran ternak dan limbah hasil pertanian. Dan untuk mengenyahkan hama tanaman, digunakan predator spesies binatang. Bebuahan dan sayuran yang sering terpapar oleh pestisida atau nonorganik yang dikonsumsi oleh manusia, dapat memperbesar risiko kanker, gangguan pada fungsi otak, mutasi gen, dan gangguan kesuburan khususnya produksi sperma. Selain itu, karena proses produksi makanan organik tidak melibatkan unsur kimiawi, walhasil, kandungan vitamin, mineral, dan nutrisi tanaman organik, jauh lebih tinggi ketimbang tanaman konvensional. Hasil penelitian juga menunjukkan, kandungan mineral, kalsium, fosfor, dan magnesium pada kubis, selada, tomat, dan tanaman lain yang diproduksi secara organik jauh lebih tinggi.

Tomat organik misalnya, kandungan kalsiumnya hingga 23 mg, sedangkan tomat non-organik hanya mengandung 5 mg kalsium. Apalagi, kadar antioksidan dalam pangan organik jauh lebih tinggi 30 persen dibandingkan pangan nonorganik. Faktor yang memicu tingginya kandungan nutrisi pada pangan organik, karena radiasi yang dialami produk nonorganik. Produk nonorganik memanfaatkan sinar radiasi untuk membasmi kuman, menghancurkan bakteri, dan agar awet. Di lain pihak, radiasi ini menghancurkan beberapa komponen molekul kimia, dan mengubahnya menjadi radikal bebas. Sayuran yang diradiasi, kandungan vitamin A, B kompleks, C, E, dan K, berkurang hingga 80 persen. Pangan organik tidak membutuhkan bantuan bahan kimia untuk diawetkan. Sebab, tanah yang untuk ditanami oleh pangan organik, lebih subur. Ini mempengaruhi kadar nutrisi dalam tanaman organik dan membuatnya lebih awet. Manfaat lain dari mengkonsumsi pangan organik, yakni untuk detoksifikasi. Pangan organik mengandung pelbagai zat untuk membantu membersihkan darah, membuang racun yang menumpuk dalam sel, dan meregenerasi sel-sel baru. Ibu yang menkonsumsi pangan organik, di masa kehamilan, akan menurunkan resiko melahirkan bayi cacat. Karena, sayuran dan bebuahan organik banyak mengandung asam folat, yang berperan membentuk kerangka otak dalam janin. Kekurangan asam folat, menyebabkan ubun-ubun janin menjadi lembek dan tengkorak otak tidak tertutup rapat-rapat. Sebab itu, jangan jadikan gaya hidup organik sebagai sekadar tren, alias pola hidup yang hanya diterapkan sesaat kemudian lekang oleh waktu. (cr1)(28 Maret 2007) Sumber : http://www.tribun-timur.com/read/artikel/19114 25 Mei 2009 Sumber Gambar: http://img.dailymail.co.uk/i/pix/2007/10_04/organicDM2810_600x392.jpg Diposkan oleh Badagdi 00.11Tidak ada komentar:
MINGGU, 24 MEI 2009

Tujuh Perusahaan Berwenang Lakukan Sertifikasi Pangan Organik

Sebanyak tujuh lembaga sertifikasi pangan organik (LSPO) lolos akreditasi Komite Akreditasi Nasional. Lembaga-lembaga itu di antaranya Sucofindo (Jakarta), Mutu Agung Lestari (Jakarta), Indonesia Organic Farming Infection and Certification (Bogor), BIOCert Indonesia (Bogor), LSPO Sumatera Barat, Lembaga Sertifikasi Organik Seloliman (Mojokerto), dan Persada (Yogyakarta).

Dengan demikian ketujuh LSPO tersebut berhak melakukan penilaian kesesuaian terhadap pelaku usaha yang memproduksi, mengolah, dan menyiapkan pangan organik sesuai SNI 01-6729-2002 tentang Sistem Pangan Organik.

Keberadaan LSPO, kata Bambang, sangat mendesak mengingat penggunaan label organik yang saat ini marak dilakukan belum semuanya mencerminkan proses produksi yang sesuai dengan sistem pertanian organik. Saat ini kesadaran konsumen untuk mengkonsumsi bahan pangan organik mulai meningkat, kata Ketua KAN Bambang Setiadi dalam keterangan persnya di Jakarta, Kamis 29 Januari 2009.

Pemberian akreditasi ini, kata dia, merupakan tindak lanjut dari nota kesepahaman antara KAN dengan Departemen Pertanian selaku otoritas kompeten pangan organik pada 5 November lalu. Dalam MoU tersebut disebutkan KAN diberi pelimpahan sebagian tugas otoritas kompeten pangan organik, yakni dalam verifikasi LSPO, ujarnya. (29 Januari 2009)

Sumber :
Hadi Suprapto, Elly Setyo Rini http://bisnis.vivanews.com/news/read/25620-7_lembaga_lolos_akreditasi 25 Mei 2009

Diposkan oleh Badagdi 23.19Tidak ada komentar:

POTENSI PASAR PRODUK PERTANIAN ORGANIK

Pola makan sehat telah menjadi tren masyarakat dunia. Sekjen Masyarakat Pertanian Organik Indonesia (Maporina) Ririen Prihandarini menjejer data penduduk dunia yang mulai menaruh perhatian pada produkproduk pangan organik. Masyarakat Cheska menghabiskan 15,9 juta dolar AS untuk membeli produk organik.
Sementara di Swiss, sekitar 10%-15% rumah tangga di sana membeli produk organik secara teratur. Swiss merupakan pembeli produk organik terbesar di dunia dengan menghabiskan 160 Swiss Franc atau sekitar Rp 1,2 juta per orang setiap tahunnya untuk produk-produk organik tertentu. Di Kanada, promosi ternyata dapat berpengaruh pada permintaan pangan organik di pasaran. Pertumbuhan permintaan

pangan organik di pasar Kanada diprediksi mencapai 17,41% pada periode 20072011. Padahal, permintaan tahun sebelumnya hanya 3%-4%.

Media organik Inggris menulis bahwa di Asia penjualan produk organik meningkat 20% setiap tahunnya. Beijing melaporkan, penjualan sayuran organik di supermarket setempat meningkat tajam menjadi 88% dalam kurun waktu 12 bulan sejak November 2006. Uganda mencatat, 50 petaninya sebagai petani yang telah disertifikasi organik hingga menjadikan negeri itu sebagai produsen pertanian organik terbesar di Afrika. Sementara jumlah perusahaan eksportir produk organik di negeri tersebut meningkat dari lima perusahaan pada tahun 2001 menjadi 22 perusahaan di akhir 2005.

Bagaimana dengan Indonesia? Sebagai negara dengan kekayaan keanekaragaman hayati tropika yang unik, kelimpahan sinar matahari, air, dan tanah, Indonesia memiliki modal dasar yang luar biasa besarnya dalam pengembangan pertanian organik.

Jika dicermati, volume perdagangan produk organik di Indonesia masih rendah meskipun beberapa produk tanaman organik, seperti beras dan sayuran organik, mulai muncul di berbagai pasar swalayan di kota-kota besar. Bahkan, beberapa produk organik, seperti kopi organik, mulai diekspor ke berbagai negara, seperti Belanda, Amerika, dan Jepang. Khusus untuk produk kopi, sebenarnya Indonesia sudah lama dikenal sebagai eksportir kopi gayo organik yang sangat terkenal di dunia. Saat ini terdapat empat belas kelompok tani kopi organik yang beranggotakan sekitar 1.900 petani dan bergabung dalam Persatuan Petani Kopi Gayo Organik (PPKGO).

Komoditas perkebunan, termasuk rempah, sangat diminati negara-negara maju. Menurut sejarah pun, Indonesia dijajah Belanda dan Portugis karena kaya akan rempah dan produk perkebunan lainnya. Oleh karena itu, apabila 10% saja komoditas perkebunan ini dikelola secara organik untuk memenuhi permintaan pasar dunia, tentu akan memberikan sumbangan devisa yang cukup besar karena premium yang diperoleh dari produk organik ini akan berlipat ganda karena dihargai dengan kurs valuta asing. Selain kopi, beberapa produk perkebunan, seperti jambu mete dan vanili organik, juga diminati masyarakat Eropa.

Penggunaan pupuk

Salah satu alasan pentingnya pengembangan pertanian organik adalah persoalan kerusakan lahan pertanian yang semakin parah. Penggunaan pupuk kimia yang terus-menerus menjadi penyebab menurunnya kesuburan lahan bila tidak diimbangi dengan penggunaan pupuk organik dan pupuk hayati.

Hasil penelitian LPT menunjukkan bahwa 79% tanah sawah di Indonesia memiliki bahan organik (BO) yang sangat rendah. Kondisi ini bermakna bahwa sawah di Indonesia sudah sangat miskin, bahkan bisa dikatakan sakit, sehingga tidak hanya membutuhkan makanan (pupuk kimia), namun juga memerlukan penyembuhan. Cara penyembuhan adalah dengan menambahkan BO yang telah diolah menjadi pupuk organik sehingga tanah dapat menjadi lebih sehat dengan kandungan BO yang lebih tinggi. Untuk meningkatkan kandungan BO, dibutuhkan tambahan bahanbahan organik (pupuk organik) berkisar 5-10 ton/ha. Meskipun demikian, peningkatan BO pada setiap hektare tanah sawah dapat dilakukan secara bertahap dengan memberikan asupan pupuk organik pada kisaran 3-5 ton.

Sayangnya, kebutuhan pupuk organik yang sangat besar untuk memperbaiki kerusakan lahan pertanian di Indonesia tidak seimbang dengan jumlah industri pupuk organik yang berkembang di Indonesia. Hal ini disebabkan pupuk organik hanya diproduksi secara parsial dengan skala industri rumah tangga (home industry) sehingga jumlah produksi yang dihasilkan relatif kecil dan tidak kontinu. Sebagai konsekuensi ketidakseimbangan permintaan dan penawaran, harga pupuk organik yang dihasilkan sangat fluktuatif, bergantung pada jenis, cara pembuatan, dan bahan baku yang digunakan.

Sampai saat ini, jumlah industri pupuk organik hanya 44 unit dengan total kapasitas 440.000 metrik ton/tahun dan tersebar di berbagai daerah di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Dari jumlah tersebut, 19 unit pabrik pupuk organik granul yang telah berproduksi, 6 unit pabrik baru berproduksi mulai 2008, dan 19 unit pabrik dalam proses evaluasi.

Potensi pasar pupuk organik di Indonesia sangat tinggi, baik untuk tanaman pangan maupun tanaman hortikultura. Dari hasil penelitian Puslittanah tentang status Corganik lahan sawah di Indonesia, terutama di daerah Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan, NTB, dan Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa potensi kebutuhan pupuk organik yang sangat besar.

Untuk tanaman pangan di daerah-daerah tersebut, dengan luas lahan sekitar 5,9 juta hektare, membutuhkan sekitar 3 juta ton, sedangkan untuk tanaman hortikultura

dengan luas lahan sekitar 94.000 hektare membutuhkan pupuk organik 190.000 ton. Sementara serapan pupuk organik untuk kedua jenis tanaman tersebut baru mencapai 624.000 ton.

Baru sekitar 10% petani di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatra Barat, dan Sumatra Selatan yang menggunakan pupuk organik secara intens. Dengan kondisi Indonesia yang memiliki potensi lahan pertanian yang sangat luas sekitar 107 juta hektare dan potensi bahan baku untuk pupuk organik dalam jumlah yang sangat besar, antara lain bersumber dari limbah pertanian, limbah industri, limbah peternakan, sampah kota, dan rumah tangga, sangat disayangkan ketika produkproduk pertanian organiknya lebih banyak jalan di tempat. Padahal, pasar di luar sana sudah menanti.***

Sumber : Falik Rusdayanto, Direktur Eksekutif Golden Institute, alumnus Chulalongkorn University Thailand. http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=60687 25 Mei 2009 Sumber Gambar: http://keetsa.com/blog/wp-content/uploads/2007/12/organic_production1.jpg

You might also like