Professional Documents
Culture Documents
SEMINAR HARI LINGKUNGAN HIDUP Tema: Save Riau Forest Before The Annihilitation of Riau Forest 2025 HIMA BIO FKIP UIR Pekanbaru, 4 Juni 2011
History
DEFORESTASI RIAU
DEFORESTASI RIAU
DEFORESTASI RIAU
DEFORESTASI RIAU
WAJAH HUTAN ALAM RIAU HARI INI HUTAN ALAM TERSISA 2008/2009 2,5 juta Ha
Tahun 1982 78% (6.415.655 hektar) dari luas daratan Propinsi Riau 8.225.199 Ha (8.265.556,15 hektar setelah dimekarkan). Riau rata-rata setiap tahun kehilangan hutan alam-nya hampir 160.000 Hectare/tahun Periode 2005 - 2006 hutan alam yang hilang mencapai 384,577 hectare.
7,000,000 6,000,000 5,000,000 4,000,000 3,000,000 2,000,000 1,000,000 476,233 6,415,655 5,623,601 4,159,823 3,413,937 3,216,374 2,944,065 2,743,173
Berdasarkan analisis Jikalahari dari luasan 1,9 juta konsesi HTI di Riau, 819.955 hectare berada dihutan alam/ kawasan lindung yang idealnya tidak ada konversi di kawasan tersebut.
Legalitas Kontroversi
Kejahatan Kehutanan Kontemporer
Pengrusakan Hutan Riau tidak hanya disebabkan oleh praktek penebangan tanpa menggunakan izin (illegal logging), tetapi juga disebabkan praktek penebangan dengan menggunakan perizinan yang bertentangan dengan peraturan dan perundangan yang berlaku (cacat proses).
Ada 9 dari 14 perusahaan menerima RKT tahun 2009, merupakan perusahaan yang terlibat dalam kasus Illegal loging Riau 2007-2008 yang di SP3. 4 Perusahaan berafiliasi dengan APRIL dan 5 Perusahaan dengan APP.
Legalitas Kontroversi
Contoh Kasus: Bupati Pelalawan Azmun Jafar
Bupati Pelalawan Azmun Jaafar dengan hukuman penjara 11 tahun karena terbukti melakukan tindakan korupsi yakni menerima suap guna menerbitkan izin HTI untuk 15 perusahaan terkait dengan APRIL dan APP PT. SPA Unit Serapung (afiliasi APP) dan PT. Uniseraya (afiliasi APRIL), dua dari 15 perusahaan yang menerima izin dari mantan Bupati Kabupaten Pelalawan menerima RKT untuk melanjutkan usaha mereka seperti sebelumnya, tanpa hukuman. Beberapa Izin yang dikeluarkan bupati yang bermasalah diverifikasi dan diganti dengan izin baru dengan tanggal penetapan yang sama.
Alasan SP3: Tidak ada unsur melawan hukum Saksi Ahli Departemen Kehutanan menyatakan tidak ada kerusakan Hutan ataupun LH Pendapat ahli teknis dari departemen kehutanan atas 14 kasus : Perusahaan memiliki izin yg sah. Tujuan pembanguanan HTI tdk dpt diukur dlm jangka pendek, karena pembangunan HTI merupakan proses yg dimulai dgn merusak hutan alam. Kegiatan land clearing dlm rangka penyiapan lahan HTI tdk diwajibkan pengukuran tingkat kerusakannya kpd pemegang izin HTI.
TEMUAN SATGAS PMH TERHADAP KASUS DIKELUARKANNYA SP3 I. Terdapat kejanggalan dalam alas an-alasan diterbitkannya SP3: Kesaksian ; BS & BW (staf Kemenhut) tidak memiliki kualifikasi untuk menjadi ahli di bidang hukum ; terkait dalam proses pemberian izin/ tidak independen. Kejaksaan Tinggi Riau mengabaikan kesaksian ahli hukum dan saksi ahli lainnya (Prof. Muladi, Prof. Bambang Hero, Dr. Basuki Wasis) Kejanggalan dalam P 19 (Kejaksaan): pertanyaan tidak relevan; menolak keterangan ahli yang diajukan oleh POLDA; Jaksa Penuntut Umum meminta POLDA Riau mencari saksi yang dapat meringankan tersangka II. Terkait dengan isu teknis: Terdapat pelanggaran peraturan disiplin PNS DEPHUT sebagai saksi ahli oleh Kejaksaan padahal merupakan salah satu pihak yang bertanggungjawab atas pemberian izin yang dipermasalahkan. Selain itu, Satgas memahami bahwa telah terdapat putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap yang menyatakan bahwa izin yang diperoleh dua perusahaan bersifat melawan hukum
Hutan alam yang diperbolehkan dibuka oleh konsesi afiliasi APRIL dan APP berdasarkan RKT 2009 merupakan hutan alam yang relatif masih baik dengan potensi kayu rata-rata 118 m3/ha dan 82 m3/ha.
Target Produksi Hutan Alam yang diperbolehkan untuk dibuka RKT 2009 Log ( M3) Area (Ha) 56,659.25 74,099.00 130,758.25 KB (>50 cm) 526,675.23 229,529.05 756,204.28 KBS (30-49 cm) 1,058,933.21 1,567,467.18 2,626,400.39 KBK 3,032,107.73 6,964,112.15 9,996,219.88 Total 4,617,716.17 8,761,108.38 13,378,824.55
Perusahaan Afiliasi APP Perusahaan Afiliasi APRIL TOTAL APP DAN APRIL
Hutan alam alam yang ditebang juga berada di gambut dalam (Lanscape Senepis, GSK, Semenanjung Kampar & Kerumutan), bertentangan dengan hukum yang berlaku (Kepres 32/1990 & PP 26/2008) dan komitmen Presiden untuk mengurangi emisi negara sebesar 26 % hingga 41%
Selama moratorium: Pada 14% (350.000 ha) hutan Riau dalam konsesi HTI dan HPH perusahaan terkait SMG/APP, deforestasi legal bisa berlanjut. Pada 18% (450.000 ha) hutan Riau dalam konsesi HTI dan HPH perusahaan terkait RGE/APRIL, deforestasi legal bisa berlanjut.
PREDIKSI Jika mengikuti trend laju perubahan tutupan hutan dan inkonsistensi terhadap peraturan yang ada Jika mengikuti trend laju perubahan tutupan hutan dan inkonsistensi terhapap peratuaran yang ada, maka dapat diprediksi 10 tahun kedepan hutan alam riau akan hilang dan hutan alam Gambut/Rawa Gambut yang tersisa hanya 199,443 ha yang merupakan hutan-hutan dikawasan konservasi
Kebakaran Lahan semakin mempermalukan Indonesia dimata dunia dan memberikan image Indonesia sebagai negara melepas CO2 terbesar akibat deforestasi hutan dan kerusakan hutan rawa gambut. Hal ini memberikan dampak terhadap pengurasan dana APBD dan APBN untuk Penanggulangan bencana
PREDIKSI Jika mengikuti trend laju perubahan tutupan hutan dan inkonsistensi terhadap peraturan yang ada
Tidak adanya Ruang kelola rakyat, dengan peruntukan lahan yang ada sekarang dan rencana perluasan konsesi maka lahan yang tersisa untuk Rakyat 0,46 hectare saja Semakin meluasnya konflik horizontal perebutan atas tanah & Semakin meluasnya konflik masyarakat dengan pemodal
Pemilik lahan/ pemodal yang melakukan monopoli sumberdaya alam sangat mempengaruhi keputusan-keputusan politik dan pertimbangan pembangunan strategis Riau
SOLUSI
Moratorium Konversi Hutan Alam dan Lahan Gambut Menghentikan penerbitan izin-izin baru HTI Tidak menerbitkan lagi RKT di hutan alam dan lahan gambut Meninjau semua Perizinan yang telah diberikan kepada perusahaan afiliasi APP dan APRIL dan perusahaan kayu, & industri perkebunan lainnya Evaluasi Kapasitas Produksi Industri Kertas Mempromosikan pembangunan "daerah kritis". Pemegang izin konsesi agar secara sukarela menghentikan penebangan hutan alam dan pembukaan gambut.