You are on page 1of 6

1

I.

PENDAHULUAN

Metode penyuluhan pertanian dapat diartikan sebagai cara atau teknik penyampaian materi penyuluhan oleh para penyuluh kepada para petani beserta keluarganya baik secara langsung maupun tidak langsung, agar mereka tahu, mau dan mampu menerapkan inovasi (teknologi baru). Agar materi penyuluhan dapat disampaikan dan disebarluaskan secara cepat dan mudah dipahami oleh masing-masing pemakainya (petani-nelayan, petugas pertanian dan masyarakat pertanian lainnya), maka diperlukan penggunaan metode penyuluhan yang tepat. Dari sekian banyak metode penyuluhan yang ada, pada kesempatan ini akan dibahas bagaimana teknik pelaksanaan Sekolah Lapang yang dikhususkan pada pelaksanaan Sekolah Lapang Usaha Berorientasi Agribisnis (SL-UBA). II. PEMBAHASAN

A. Pengertian SL-UBA Sekolah Lapang Usaha Berorientasi Agribisnis (SL-UBA) adalah proses pendidikan untuk petani-nelayan yang terhimpun dalam kelompoktani di lapangan bersama pemandu lapangan untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan penghayatan tentang prinsip-prinsip usahatani yang berorientasi agribisnis. B. Azas Pelaksanaan SL-UBA Proses belajar dalam SL-UBA dilaksanakan dengan 10 azas yakni : (1) kemitraan, (2) pengalaman nyata, (3) kebersamaan, (4) partisipasi, (5) keswasembadaan, (6) kesinambungan, (7) manfaat, (8) kesesuaian, (9) lokalitas dan, (10) keterpaduan. Selanjutnya ke 10 azas tersebut dapat dicapai melalui kegiatan belajar yangmenjamin kemitraan antara petani dan pelatih/pendidik, perencanaan bersama di kelompoktani, keputusan bersama dari anggota kelompoktani, cara belajar lewat pengalaman, melakukan sendiri, mengalami

sendiri, menemukan sendiri, teori dan praktek terpadu di lapangan, sarana belajar ada dalam usaha tani, latihan selama musim tanam. C. Tujuan Pelaksanaan SL-UBA 1. Tujuan Umum Tujuan utama SL-UBA adalah mendidik petani menjadi ahli dan mampu mengelolah usaha taninya dengan menggunakn prinsip agribisnis dan mampu memandu petani lainnya dalam kegiatan SLUBA Swadaya. 2. Tujuan Khusus a. Petani dapat menerapkan 5 prinsip usaha tani berorientasi agribisnis sehingga produktivitas dan pendapatannya naik. Lima Prinsip UBA itu adalah: 1) Pola usaha tani sesuai dengan agro-ekosistem. 2) Usahatani yang insentif. 3) Usahatani yang lestari (sustainable ). 4) Usaha ani sebagai usaha bisnis. 5) Usahatani yang menjamin peningkatan pendapatan. b. Kelas kemampuan petani meningkat, yang ditunjukkan oleh dinamika internalnya melalui fungsi kelompok sebagai : 1) Kelas Belajar. 2) Wahana kerja sama. 3) Juru dan produksi. 4) Organisasi kegiatan bersama. 5) Persatuan swadaya dan swadana petani. D. Ciri dan Azas Pelaksanaan SL-UBA 1. Ciri Proses Berlatih Melatih SL-UBA Sekolah lapangan Usahatani berorientasi Agribisnis mempunyai 12 ciriciri sebagai berikut :

a. Pola diklat kemitraan antara petani dengan penyuluh pertanian sebagaipemandu proses belajarnya. b. Perencanaan bersama di kelompok. c. Keputusan bersama dari anggota kelompok. d. Cara belajar lewat pengalaman. e. Melakukan sendiri. f. Mengalami sendiri. g. Menemukan sendiri. h. Teori dan praktek di lapangan pada usaha tani. i. Sarana belajar ada dalam usaha tani. j. Latihan selama satu siklus usaha. k. Kurikulum diklatnya rinci dan terpadu. l. Petani menjadi ahli wirausaha. 2. Azas Berlatih Melatih SL-UBA Azas Berlatih Melatih SL-UBA sebagai berikut : a. Kemitraan antara petani dan petugas pemandu lapangan. b. Pengalaman nyata dalam situasi nyata usahatani. c. Kebersamaan dalam kelompok tani d. Partisipasi yaitu petani terlibat dalam mengambil keputusan dan bertanggung jawab dalam melaksanakannya. e. Keswadayaan yaitu mengutamakan kemandirian petani. f. Keseimbangan yaitu adanya jaminan arus penyampaian teknologi secarautuh, langsung dan segera kepada petani. g. Manfaat yaitu sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan oleh petani. h. Kesesuaian dengan level (tingkat) petani. i. Lakolitas yaitu bersifat spesifik lokalitas. j. Keterpaduan yaitu adanya kekompakan tim penyelenggara dan

integritasmater.

E. Tahapan Pelaksanaan SL-UBA 1. Perencanaan a. Analisa agrosistem dan kebutuhan petani. b. Penetapan paket teknologi. c. Penyusunan rancana SL.UBA. 2. Pelaksanaan a. Diklat Pemandu Lapangan I Pelaksanaan Diklat PI (pelatih I) dilaksanakan di tingkat Pusat, Pelatih I, adalah Widyaiswara BLPP, Penyuluh Pertanian berkwalifikasi sarjana dan petugas dinas / kanwil setaraf penyuluh pertanian berkwalifikasi sarjana. Tamatan Diklat P I, akan menjadi pemandu Diklat P II (Pelatih II). b. Diklat Pemandu Lapangan II Ditingkat propinsi dilaksanakan Diklat P II, Diklat khusus Mantri Pertanian Kecamatan dan lokakarya pengembangan. Diklat P II dilaksanakan 1 musim penuh ( 4 bulan) dan diikuti Penyuluh Pertanian berkualifikasi non sarjana, pelaksanaannya menggunakan Laboratorium Agribisnis (Laris). Diklat Mantri Pertanian Kecamatan dilaksanakan selama 1 minggu menjelang berakhirnya Diklat P II, dan proses berlatihnya bersamaan digabungkan dengan peserta Diklat P II. Tamatan Diklat P II akan menjadi pemandu SL-UBA. c. Lokakarya Pengembangan Lokakarya pengembangan dilaksanakan sehari pada saat Diklat P II berlangsung selama sehari dilaksanakan 3 minggu menjelang Diklat P II berakhir. d. Diklat Petani Pemandu dan Temu Lapangan Ditingkat kabupaten dilaksanakan Diklat Petani-nelayan dan Temu Lapangan (Fild day). Diklat Petani-nelayan (Diklat P - N) dilaksanakan selama 1 musim penuh ( 4 bulan), dengan pertemuan sekali seminggu selama 5 jam

pertemuan dari 07.30 sampai dengan 12.30, sehingga akan menjadi 100 jam Diklat. 3. Evaluasi a. Evaluasi petani Evaluasi proses belajar (alih teknologi) dilakukan untuk mengetahui tingkat kehadiran, aktivitas, pemahaman peserta terhadap materi yang dipelajari, serta tingkat implementasinya di lahan SL. Evaluasi dilakukan melalui pengamatan, wawancara langsung, pengisian matrik penanda adobsi teknologi dan matrik kualitas. b. Evaluasi pelaksanaan SL Evaluasi pelaksanaan pelatihan dilakukan secara berjenjang. Bagi Pemandu Lapang tingkat kecamatan/desa, evaluasi dilakukan oleh PL.II, evaluasi pelaksanaan pelatihan bagi PL.II dilakukan oleh PL.I, sedangkan pelaksanaan pelatihan bagi PL.I dilakukan oleh narasumber. 4. Penyebar Luasan Penyebar luasan adalah tahapan lanjutan dari SL-UBA. Dalam tahapan ini diharapkan petani yang telah tamat SL-UBA dapat menjadi pemandu bagi petani nelayan lainnya dalam bentuk kegiatan SL-Agribisnis swadaya, pola magang kontaktani, kursus tani konvensional. 5. Pelaporan PL.II, bersama PPL dan POPT membuat laporan kegiatan mingguan dan laporan akhir musim yang berisikan data dan informasi tentang analisis agrosistem mingguan, produktivitas, peningkatan produksi dan masalah yang terkait dengan pelaksanaan SL. Laporan tersebut disampaikan oleh PL.II kepala dinas pertanian

kabupaten/kota, dengan tembusan kepada PL.I. Laporan diteruskan oleh kepala dinas pertanian kabupaten/kota kepada kepala dinas provinsi dengan tembusan

kepada kepala BPTP setempat. Dari dinas pertanian provinsi, laporan diteruskan kepada direktur jendral tanaman pangan.

SUMBER PUSTAKA

Modul Pendidikan dan pelatihan penyuluh Pertanian. http://id.scribd.com/doc, , diakses pada tanggal 25 Februari 2013. Petunjuk Umum Pelaksanaan Sekolah Lapang Latihan Agribisnis (SL-LAG). www.pustaka.litbang.deptan.go.id, diakses pada tanggal 25 Februari 2013. Panduan Pelaksanaan SL-PTT. www.deptan.go.id/pedum2012.php, , diakses pada tanggal 25 Februari 2013. Sekolah Lapang Usaha Berbasis Agribisnis (SL-UBA) http://id.scribd.com/doc, diakses pada tanggal 25 Februari 2013.

You might also like