You are on page 1of 7

MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 8, NO.

3, DESEMBER 2004: 105-111

PENGARUH KEPRIBADIAN DAN KOMITMEN ORGANISASI


TERHADAP ORGANIZATIONAL CITIZENZHIP BEHAVIOR

Debora Eflina Purba dan Ali Nina Liche Seniati

Program Pascasarjana, Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia

E-mail: eflina@ui.edu

Abstrak

Efektivitas tim kerja ditentukan oleh kemampuan anggota tim dalam berkomunikasi, bekerjasama, membagi informasi
dan toleransi pada perbedaan yang terdapat di dalam tim. Semua kemampuan-kemampuan tersebut tercakup dalam
perilaku extra-role, yang juga dikenal dengan istilah organizational citizenship behavior (OCB). Tujuan penelitian ini
adalah untuk melihat anteseden OCB pada subyek karyawan di industri proses Indonesia. Dari analisis regresi berganda
diketahui bahwa trait kepribadian dan komitmen organisasi berpengaruh cukup besar terhadap OCB di Indonesia.

Abstract

The Influence of Trait Personality and Organizational Commitment on Organizational Citizenship Behavior.
Team effectivity is determined by it’s members ability to communicate, collaborate, share information, and tolerate
differences among them. All the abilities are examples of organizational citizenship behavior (OCB). The purpose of
this research is to investigate antecedents of OCB on employees in a process industry in Indonesia. The result showed
the significant effects of trait personality and organizational commitment on OCB in Indonesia.

Keywords: organizational citizenship behavior, trait personality, organizational commitment, work teams.

1. Pendahuluan nilai kolektivistik tinggi dimana kepentingan kelompok


berada di atas kepentingan individu, sehingga dapat
Akhir-akhir ini dinamika kerja di organisasi-organisasi dikatakan sistem tim kerja berkembang dengan baik di
di seluruh dunia telah bergeser dari bekerja secara Indonesia.
individual menjadi bekerja secara tim (work teams).
Efektivitas dan kinerja tim ditentukan oleh kemampuan Semua kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki
anggota tim bekerja dalam tim (work teams). Akan individu yang bekerja di dalam tim seperti yang telah
tetapi tidak semua orang mampu bekerja dalam tim, dikemukakan sebelumnya termasuk ke dalam
karena memerlukan kemampuan individu untuk keterampilan interpersonal. Keterampilan tersebut
berkomunikasi secara terbuka dan jujur, bekerja sama hanya dapat ditampilkan oleh individu yang peduli
dengan orang lain, membagi informasi, mengakui terhadap individu yang lain dan berusaha menampilkan
perbedaan dan mampu menyelesaikan konflik, serta yang terbaik jauh melebihi yang diprasyaratkan dalam
dapat menekan tujuan pribadi demi tujuan tim. pekerjaannya. Dengan kata lain individu tersebut
Kesulitan bekerja dalam tim terutama dialami oleh menampilkan perilaku extra-role. Perilaku extra-role
banyak karyawan di negara-negara Barat, karena adalah perilaku dalam bekerja yang tidak terdapat pada
budaya nasional mereka yang sangat individualistik. deskripsi kerja formal karyawan tetapi sangat dihargai
Tambahan pula, sebelum menerapkan tim kerja, jika ditampilkan karyawan karena meningkatkan
lingkungan kerja di negara-negara barat bersifat efektivitas dan kelangsungan hidup organisasi (Katz,
kompetitif yang menghargai pencapaian individual 1964).
(Robbins, 2001). Oleh karena itu, tim diharapkan
berkembang di negara-negara yang mempunyai nilai Perilaku extra-role dalam organisasi juga dikenal
kolektivistik tinggi. Menurut Hofstede (1991), dengan istilah organizational citizenship behavior
Indonesia adalah salah satu negara yang mempunyai (OCB), dan orang yang menampilkan perilaku OCB

105
MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 8, NO. 3, DESEMBER 2004: 105-111 106

disebut sebagai karyawan yang baik (good citizen). ketidakhadiran dan keterlambatan di tempat kerja.
Contoh perilaku yang termasuk kelompok OCB adalah Ketika organisasi mengurangi jumlah karyawan,
membantu rekan kerja, sukarela melakukan kegiatan organisasi itu akan lebih tergantung pada karyawan
ekstra di tempat kerja, menghindari konflik dengan yang tetap tinggal untuk melakukan hal-hal melebihi
rekan kerja, melindungi properti organisasi, menghargai apa yang ditugaskan mereka. Oleh karena itu, karyawan
peraturan yang berlaku di organisasi, toleransi pada tersebut diharapkan menampilkan OCB.
situasi yang kurang ideal/menyenangkan di tempat
kerja, memberi saran-saran yang membangun di tempat Dalam meneliti penyebab perilaku individu, sebaiknya
kerja, serta tidak membuang-buang waktu di tempat dipertimbangkan faktor internal dan faktor eksternal
kerja (Robbins, 2001). individu tersebut. Maka peneliti memilih dua variabel,
yaitu variabel sikap kerja (antara lain komitmen
Organizational Citizenship Behavior (OCB) adalah organisasi) dan faktor kepribadian (antara lain traits
sikap membantu yang ditunjukkan oleh anggota kepribadian). Peneliti berpendapat bahwa kedua faktor
organisasi, yang sifatnya konstruktif, dihargai oleh tersebut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
perusahaan tapi tidak secara langsung berhubungan OCB karyawan. Dari penelitian literatur, tampaknya
dengan produktivitas individu (Bateman & Organ dalam belum ada penelitian terhadap OCB yang secara khusus
Steers, Porter, Bigley, 1996). Menurut Organ (1988), melihat pengaruh faktor komitmen organisasi dan faktor
OCB merupakan bentuk perilaku yang merupakan kepribadian dengan memakai trait kepribadian Big Five
pilihan dan inisiatif individual, tidak berkaitan dengan secara bersama-sama. Dengan demikian, permasalahan
sistem reward formal organisasi tetapi secara agregat utama dari penelitian ini adalah sejauhmana variabel
meningkatkan efektivitas organisasi. Ini berarti, perilaku komitmen organisasi dan variabel trait kepribadian
tersebut tidak termasuk ke dalam persyaratan kerja atau secara bersama-sama memberikan pengaruh terhadap
deskripsi kerja karyawan sehingga jika tidak OCB.
ditampilkan pun tidak diberikan hukuman.
Peneliti menduga variabel kepribadian memiliki
Menurut Organ (1988), OCB terdiri dari lima dimensi: pengaruh langsung yang signifikan dan lebih besar
(1) altruism, yaitu perilaku membantu meringankan terhadap OCB dibandingkan variabel sikap kerja
pekerjaan yang ditujukan kepada individu dalam suatu terhadap OCB pada lingkungan organisasi di Indonesia.
organisasi, (2) courtesy, yaitu membantu teman kerja Pendapat ini didasarkan pada pemikiran bahwa faktor
mencegah timbulnya masalah sehubungan dengan kepribadian merupakan sesuatu yang melekat pada diri
pekerjannya dengan cara memberi konsultasi dan karyawan dan lebih sulit diubah sehingga memiliki
informasi serta menghargai kebutuhan mereka, (3) pengaruh yang lebih stabil dan bertahan terhadap OCB.
sportsmanship, yaitu toleransi pada situasi yang kurang Kepribadian juga diharapkan menjadi prediktor yang
ideal di tempat kerja tanpa mengeluh, (4) civic virtue, lebih baik pada kinerja karyawan pada situasi dimana
yaitu terlibat dalam kegiatan-kegiatan organisasi dan harapan manajemen agar karyawan menampilkan
peduli pada kelangsungan hidup organisasi, (5) kinerja tersebut tidak terdefinisi dengan jelas, seperti
conscientiousness, yaitu melakukan hal-hal yang pada perilaku-perilaku OCB. Di samping itu, karena
menguntungkan organisasi – seperti mematuhi karakteristik bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi
peraturan-peraturan di organisasi. nilai kebersamaan dan tolong-menolong (Koentjaraningrat
dalam Adriansyah, 2003) dan peringkat Indonesia yang
Penelitian tentang OCB di Indonesia tampaknya belum tinggi dalam dimensi kolektivisme (Hofstede, 1991)
pernah dilakukan, padahal topik ini sudah banyak maka bangsa Indonesia diduga akan menampilkan OCB
dibicarakan dalam pembahasan perilaku organisasi yang tinggi. Menurut Moorman dan Blakely (1995),
akhir-akhir ini, bahkan telah menjadi salah satu variabel individu yang memiliki nilai kolektivistik tinggi
dependen utama dalam penelitian perilaku organisasi cenderung menimbulkan OCB yang tinggi pula.
(Robbins, 2001). Alasan di atas mendasari penelitian
OCB ini. Selain itu, penelitian OCB sangat penting 2. Metode Penelitian
dilakukan di Indonesia karena akhir-akhir ini banyak
organisasi di Indonesia menerapkan sistem tim kerja. Di Penelitian ini merupakan studi lapangan yang
samping itu, sekarang ini terjadi banyak perubahan- menggunakan metode kuantitatif, dengan menggunakan
perubahan dalam organisasi di Indonesia, seperti kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Kuesioner
downsizing (perampingan organisasi dengan yang terdiri atas tiga bagian, yaitu alat ukur kepribadian
mengurangi jumlah tenaga kerja). Kebijakan ini lima besar dari Costa dan McCrae (1992), alat ukur
berdampak pada terjadinya perubahan-perubahan, komitmen organisasi dari Meyer dan Allen (1997) yang
misalnya, perubahan pada tugas dan kewajiban dimodifikasi oleh Ali Nina (2002), dan alat ukur
karyawan, harapan organisasi agar karyawan menjadi organizational citizenship behavior yang dimodifikasi
lebih kreatif mencari cara baru untuk memperbaiki oleh peneliti dari Konovsky dan Organ (1995).
efisiensi kerja, serta adanya perhatian serius terhadap Perhitungan statistik yang digunakan untuk pengujian
107 MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 8, NO. 3, DESEMBER 2004: 105-111

pada hipotesis penelitian adalah analisis regresi Tabel 1 menunjukkan rata-rata tingkat OCB karyawan
berganda (multiple regression analysis) dengan bantuan tergolong agak tinggi, demikian juga pada dimensi-
SPSS 10.0. dimensi OCB. Dengan demikian maka responden dalam
penelitian ini termasuk karyawan yang suka membantu
3. Hasil Dan Pembahasan Penelitian rekan kerja dan atasannya dalam menyelesaikan
pekerjaan, cenderung menghindari konflik interpersonal
Gambaran Responden dalam bekerja, rajin, bertanggung jawab, peduli
terhadap kelangsungan hidup perusahan, dan dapat
Responden penelitian ini adalah karyawan di sebuah menolerir kesalahan-kesalahan kecil yang dilakukan
industri proses yang menerapkan sistem tim kerja dan manajemen perusahaan.
sedang mengalami perampingan organisasi. Responden
telah menjadi karyawan di perusahaan tersebut selama Komitmen organisasi terdiri atas komponen afektif
minimal 1 tahun. (keinginan), normatif (kewajiban) dan kontinuans
(pertimbangan untung rugi). Tabel 2 menunjukkan rata-
Dari 300 kuesioner yang disebarkan, kuesioner yang rata skor komitmen afektif karyawan agak tinggi,
layak diolah lebih lanjut adalah 222 kuesioner. sedangkan skor normatif dan kontinuans tergolong
sedang. Ini berarti karyawan yang menjadi responden
Berdasarkan usia yang dikelompokkan berdasarkan penelitian ini merasa ingin terikat dengan perusahaan,
teori perkembangan karir individu Hall (dalam Robbins wajib dan butuh terikat dengan perusahaan. Akan tetapi
& Coulter, 1996), 4,5% responden berada pada tahap ada kemungkinan jika ada tawaran yang lebih menarik
exploration (usia < 25 tahun), 51,8% responden berada dari perusahaan lain, karyawan tersebut akan keluar dari
pada tahap establishment (usia 26-35 tahun), dan 43,7% perusahaan.
responden berada pada tahap mid career dan late career
(usia 36-55 tahun). Tabel 3 menunjukkan skor emotional instability
karyawan tergolong agak rendah, sementara skor
Berdasarkan masa kerja menurut Morrow and McElroy extraversion, openness to experience, dan
(1987), 33,29% responden memiliki masa kerja 2-10 agreeableness tergolong agak tinggi. Skor karyawan
tahun (advancement stage), dan 61,71% responden pada conscientiousness tergolong tinggi. Ini berarti
memiliki masa kerja di atas 10 tahun (maintenance responden penelitian ini memiliki emosi yang stabil,
stage). mudah bergaul, cukup kreatif, ingin tahu, baik hati dan
bersedia menolong rekan kerja, serta bersedia bekerja
Berdasarkan tingkat pendidikan, 59% responden lulusan keras dan menyelesaikan tugasnya dengan tuntas.
SLTA/sederajat sampai dengan D3, dan 41% responden
lulusan S1-S3.
Tabel 2. Gambaran Skor Variabel Komitmen Organisasi
Berdasarkan status pernikahan, 86,94% responden (N=222 orang)
berstatus menikah dan 13,06% responden berstatus
tidak menikah. Skor Deviasi
Komponen
rata-rata standar
Berdasarkan status kepangkatan, 6,8% responden adalah Afektif 4,6271 0,5893
staf top management (eselon 1-2), 41,9% responden staf
middle management (eselon 3-4), dan 51,3% responden Normatif 3,5000 0,8982
adalah non staf pelaksana (eselon 5-6). Kontinuans 3,2953 0,6705

Gambaran Skor Variabel Penelitian

Tabel 1. Gambaran Skor Variabel OCB (N=222 orang) Tabel 3. Gambaran Skor Variabel traits Kepribadian
(N=222 orang)
Skor Deviasi
Dimensi Skor Deviasi
rata-rata standar Traits
Altruism 4,5528 0,4692 rata-rata standar
Emotional Instabilty 2,7322 0,7090
Courtesy 4,6892 0,4671
Sportmanship 4,3321 0,5878 Extraversion 4,5861 0,5794
Civic virtue 4,4859 0,4887 Openness toexperience 4,2505 0,7164
Conscientiousness 4,9452 0,5114 Agreeableness 4,3183 0,6652
Total OCB 4,5988 0,3642 Conscientiousness 5,0120 0,4968
MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 8, NO. 3, DESEMBER 2004: 105-111 108

Hasil Regresi Berganda komponen komitmen yang berpengaruh pada dimensi


ini.
Tabel 4. Hasil analisis regresi berganda trait kepribadian
dan komitmen organisasi secara bersama-sama Hasil analisis regresi berganda trait kepribadian dan
terhadap OCB total. komitmen organisasi terhadap dimensi civic virtue
menunjukkan trait extraversion, openness to
Variabel bebas β t Sig. t experience, komitmen afektif, komitmen normatif dan
komitmen kontinuans berpengaruh terhadap dimensi
K. afektif 0,360 5,897 0,000* civic virtue sebesar 36%.
Extraversion 0,222 3,203 0,002*
K. Kontinuans -0,167 -2,871 0,004* Hasil analisis regresi berganda trait kepribadian dan
komitmen organisasi terhadap dimensi conscientiousness
Openness to exp. 0,153 2,580 0,011* menunjukkan trait conscientiousness, openness to
Conscientiousness 0,161 2,383 0,018* experience, komitmen afektif, dan komitmen kontinuans
Multiple R 3,650 berpengaruh terhadap dimensi conscientiousness
R2 0,422 sebesar 36,5%
F 31,586
Dari hasil di atas terlihat bahwa masing-masing
Signifikansi 0,000* komponen komitmen organisasi dan trait kepribadian
Signifikan pada α = 0.05 memiliki kekuatan pengaruhnya sendiri terhadap
dimensi-dimensi OCB. Komitmen afektif mempengaruhi
Dari Tabel 4 diketahui proporsi OCB total yang hampir semua dimensi OCB kecuali dimensi
diterangkan oleh trait kepribadian dan komitmen sportsmanship. Komitmen normatif hanya mempengaruhi
organisasi secara bersama-sama adalah sebesar 42.2%. dimensi civic virtue, sedangkan komitmen kontinuans
Selebihnya (57.6%) disebabkan oleh variabel-variabel berpengaruh negatif terhadap dimensi civic virtue dan
lain. conscientiousness. Sementara itu, trait extraversion
mempengaruhi dimensi altruism, courtesy, dan civic
Trait kepribadian yang berpengaruh terhadap OCB total virtue; trait openness to experience berpengaruh pada
adalah trait extraversion, openness to experience, dan dimensi courtesy, civic virtue dan conscientiousness;
conscientiousness. Sementara itu, komponen komitmen trait conscientiousness berpengaruh pada dimensi
organisasi yang berpengaruh terhadap OCB total adalah courtesy dan conscientiousness; trait emotional
komitmen afektif dan komitmen kontinuans. instability berpengaruh negatif terhadap dimensi
sportsmanship.
Penelitian ini juga mengungkap pengaruh trait
kepribadian dan komitmen organisasi terhadap dimensi- Penelitian-penelitian terdahulu mengenai pengaruh
dimensi OCB, seperti yang dijelaskan pada paragraf- faktor kepribadian terhadap OCB dan pengaruh faktor
paragraf berikut. Hal ini perlu dilakukan karena ada sikap kerja terhadap OCB di negara-negara barat sudah
dugaan bahwa setiap dimensi OCB memiliki cukup banyak dilakukan, akan tetapi peneliti-peneliti
antesedennya masing-masing. yang menggunakan kepribadian lima besar sebagai
prediktor OCB hanya menemukan trait conscientiousness
Dari hasil analisis regresi berganda trait kepribadian dan agreeableness yang berpengaruh positif dan
dan komitmen organisasi terhadap dimensi altruism, signifikan terhadap OCB. Bahkan Organ (1994)
secara bersama-sama trait extraversion dan komitmen menemukan tak satu pun trait kepribadian berpengaruh
afektif berpengaruh secara signifikan terhadap dimensi terhadap OCB.
altruism sebesar 23,5%.
Berbeda dengan hasil penelitian yang ada, pada
Hasil analisis regresi berganda trait kepribadian dan penelitian ini terlihat bahwa kelima trait dalam
komitmen organisasi terhadap dimensi courtesy kepribadian lima besar memiliki pengaruh yang
menunjukkan trait extraversion, openness to signifikan terhadap OCB dan dimensi-dimensinya.
experience, conscientiousness dan komitmen afektif Peneliti mencoba menjelaskan fenomena ini dari sudut
berpengaruh secara signifikan terhadap dimensi pandang budaya. Peneliti berpendapat bahwa
courtesy sebesar 30,5%. kemungkinan besar traits kepribadian (kecuali trait
conscientiousness) tidak berpengaruh signifikan
Hasil analisis regresi berganda trait kepribadian dan terhadap OCB di negara barat karena prinsip sosial
komitmen organisasi terhadap dimensi sportsmanship exchange yang mereka yakini lebih mendasari perilaku
menunjukkan trait agreeableness dan emotional OCB. Itulah sebabnya dalam banyak penelitian OCB di
instability berpengaruh secara signifikan terhadap negara-negara barat kepuasan kerja lebih banyak
dimensi sportsmanship sebesar 10,5%. Tidak satu pun muncul sebagai determinan utama OCB. Di samping itu,
109 MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 8, NO. 3, DESEMBER 2004: 105-111

karyawan di negara-negara tersebut memiliki prinsip seperti membantu rekan kerja menyelesaikan masalah
etika kerja protestan (Protestant Work Ethic-PWE) yang mereka dan membantu organisasinya mencapai tujuan.
digambarkan oleh Weber (dalam Tang & Ibrahim,
1998) sebagai etika kerja keras, produktif, dan tidak Trait agreeableness berpengaruh positif dan signifikan
mentolerir kemalasan. Dalam penelitiannya, Tang & hanya pada dimensi sportsmanship. Ini berarti,
Ibrahim (1998) menemukan bahwa prinsip PWE karyawan yang memilliki trait agreeableness tinggi
berkorelasi kuat dengan dimensi altruism dari OCB. adalah karyawan yang bersedia menolong rekan kerja
Karena Prinsip PWE mirip dengan trait dan atasan serta bawahannya. Dalam penelitian ini
conscientiousness, maka dalam sebagian penelitian di ditemukan bahwa karyawan yang baik hati dan penuh
dunia barat ditemukan hanya trait conscientiousness toleransi (memiliki trait agreeableness yang tinggi)
berpengaruh terhadap OCB. adalah karyawan yang mampu menorelir situasi yang
kurang menyenangkan di tempat kerja. Hasil penelitian
Pengaruh yang signifikan dari trait kepribadian lima ini juga sejalan dengan hasil yang ditemukan oleh Van
besar terhadap OCB dalam penelitian ini disebabkan Scooter dan Motowidlo (1996) yang menemukan
karena karyawan Indonesia lebih menjunjung tinggi korelasi yang kuat antara trait agreeableness dan OCB.
nilai kebersamaan, lebih mementingkan “rasa“
dibandingkan rasio dan menempatkan kepentingan Trait conscientiousness berpengaruh positif dan
orang lain di atas kepentingan kepentingan pribadi signifikan terhadap dimensi courtesy dan
(Mulder dalam Adriansyah, 2003). Nilai kebersamaan, conscientiousness, serta OCB total. Hal ini sejalan
yang oleh Hofstede (1991) diberi istilah kolektivisme, dengan pendapat Robbins (2001) yang menduga bahwa
ditunjukkan oleh trait extraversion yaitu mudah bergaul hanya trait conscientiousness yang berpengaruh positif
dan suka berteman, sehingga seringkali mempunyai dan signifikan terhadap OCB. Penelitian ini
cara untuk menciptakan ikatan-ikatan “keluarga“ mengindikasikan bahwa karyawan yang bersedia
dengan orang lain yang tidak mempunyai hubungan bekerja keras dan menyelesaikan pekerjaannya hingga
darah tetapi secara sosial dekat dengannya. Nilai tuntas dan memiliki serta menjalankan pronsip-prinsip
kebersamaan tercermin dalam trait agreeableness yaitu etika dalam melakukan pekerjaannya cenderung tidak
ramah, baik hati, mudah bekerjasama, penuh toleransi, terpengaruh jika rekan kerjanya mendapatkan hak
dan suka menolong orang lain, dan trait openness to istimewa dari atasan yang tidak didapatkannya, tetap
experience yaitu empati, serta trait emotional stability antusias dan sungguh-sungguh dalam melakukan
yang tinggi yaitu tenang dan memiliki emosi yang pekerjaan dan sukarela mengambil tanggung jawab
stabil. Individu yang tinggi pada ketiga trait ini ekstra dalam pekerjaan.
cenderung mampu menjaga keharmonisan dalam
hubungan yang kurang nyaman dalam bekerja, dan Adanya pengaruh negatif yang signifikan dari trait
bersedia mengorbankan kepentingan pribadi demi emotional instability terhadap dimensi sportsmanship
kepentingan kelompoknya. Hal ini sejalan dengan dari OCB mengindikasikan bahwa orang yang memiliki
penelitian yang dilakukan oleh Moorman dan Blakely emosi stabil mampu menahan diri sehingga tidak
(1995) dan Van Dyne dkk. (2000) yang menemukan mengeluh terhadap kesalahan-kesalahan kecil yang
bahwa kolektivisme berpengaruh positif terhadap OCB. dilakukan pihak manajemen, dan mampu menorelir
ketidaknyamanan yang terjadi di tempat kerja.
Penelitian ini menemukan bahwa extraversion
berpengaruh positif dan signifikan terhadap dimensi Pengaruh yang signifikan dari komitmen organisasi
altruism, courtesy, civic virtue dan OCB total. Hal ini terhadap OCB sejalan dengan hasil penelitian Scholl
sejalan dengan pendapat peneliti bahwa agar mampu (1981) dan Schappe (1998) yang menemukan bahwa
menjadi teman yang baik bagi rekan kerja atau komitmen organisasi merupakan prediktor OCB yang
karyawan baru, karyawan harus mempunyai trait lebih signifikan dibandingkan kepuasan kerja.
extraversion yang tinggi, yang berarti mudah bergaul,
banyak teman, banyak bicara dan aktif. Hasil ini juga Komponen komitmen afektif berpengaruh positif dan
sejalan dengan hasil penelitian Van Scotter dan signifikan terhadap dimensi altruism, courtesy, civic
Motowildo (1996) yang menemukan bahwa trait virtue dan conscientiousness serta OCB total. Hal ini
extraversion sangat kuat berkorelasi dengan OCB. mengindikasikan bahwa karyawan yang ingin terus
terikat di perusahaan cenderung senang membantu
Trait openness to experience berpengaruh positif dan rekan kerja dan atasannya, menghindari konflik
signifikan terhadap dimensi courtesy, civic virtue, interpersonal dengan rekan kerja dan atasannya, peduli
conscientiousness serta OCB total. Hal ini sejalan pada kelangsungan hidup perusahaan, tingkat kehadiran
dengan pendapat peneliti bahwa karyawan yang di tempat kerja tinggi, patuh pada peraturan dan tata
memiliki trait openness to experience yang tinggi tertib organisasi, suka membela kepentingan organisasi
memiliki sikap ingin tahu, empati dan kreatif. Oleh dan sering memberikan sumbang saran untuk
karena itu, ia dapat menampilkan OCB yang tinggi memperbaiki kinerja organisasi. Hasil ini sejalan
MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 8, NO. 3, DESEMBER 2004: 105-111 110

dengan penelitian Meyer dkk. (1993) yang menemukan semangat dan penguatan, dan membantu organisasi
adanya hubungan yang signifikan antara komitmen secara keseluruhan, serta tidak dapat menolerir
afektif dan OCB. situasi yang kurang ideal di tempat kerja, tidak
peduli pada kelangsungan hidup perusahaan dan
Selanjutnya, juga ditemukan pengaruh positif dan kurang mematuhi peraturan dan tata tertib
signifikan dari komitmen normatif terhadap dimensi perusahaan.
civic virtue dari OCB. Hal ini berarti karyawan yang
merasa wajib terikat pada perusahaan cenderung akan Daftar Acuan
terlibat dalam kegiatan-kegiatan perusahaan dan peduli
terhadap kelangsungan perusahaan. Komitmen normatif Adriansyah, A. 2003. “Pengaruh kebudayaan suku
tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan pada bangsa terhadap hubungan antara perilaku pemimpin
dimensi-dimensi yang lain dan OCB total. dengan kepuasan kerja bawahan: Kajian pada kelompok
Kemungkinan hal ini disebabkan perasaan wajib untuk kebudayaan suku Jawa dan Minang.” Tesis Psikologi.
tetap tinggal di perusahaan merupakan perasaan Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
karyawan terhadap perusahaan secara makro, sehingga
mereka akan menampilkan perilaku-perilaku yang Ali Nina, Liche Seniati. 2002. “Pengaruh masa kerja,
makro pula. Hal ini sejalan dengan pendapat Meyer dan trait kepribadian, kepuasan kerja, dan iklim psikologis
Allen (1997) yang mengatakan perasaan wajib yang terhadap komitmen dosen pada Universitas Indonesia.”
dirasakan karyawan akan memotivasi mereka untuk Disertasi Psikologi. Depok: Fakultas Psikologi
berperilaku baik dan melakukan hal-hal yang benar Universitas Indonesia.
untuk organisasi hanya secara makro.
Costa, P.T., & R.R. McCrae. 1992. Revised NEO
Pengaruh negatif dari komitmen kontinuas terhadap Personality Inventory (NEO PI-R) and Neo Five-Factor
dimensi civic virtue, conscientiousness dan OCB total Inventory (NEO-FFI). Odessa: Psychological
mengindikasikan bahwa karyawan yang terikat dengan Assessment Resources.
perusahaan karena pertimbangan untung rugi cenderung
tidak bersedia menampilkan perilaku-perilaku yang Hofstede, G.H. 1991. Cultures and organizations:
tidak mendapatkan reward sehingga karyawan tersebut Software of the mind. New York: McGraw-Hill.
tidak dapat diharapkan peduli terhadap kelangsungan
hidup perusahaan, tidak suka bekerja keras, dan tidak Katz, D. 1964. “The motivational basis of
mau mengambil tanggung jawab ekstra. organizational behaviour”, dalam Behavior Science. 9,
halaman: 131- 133.
4. Kesimpulan
Konovsky, M.A., & D.W. Organ. 1995. “Disposisional
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: and contextual determinants of organizational
citizenship behaviour” In press, Journal of
1. Semakin tinggi trait extraversion yang ditampilkan Organizational Behavior.
dalam bentuk mudah bergaul dan aktif, trait
openness to experience yang ditampilkan dalam Meyer, J.P., & N.J. Allen. 1997. Commitment in the
bentuk imajinatif dan kreatif, trait workplace: Theory, research, and application.
conscientiousness yang ditampilkan dalam bentuk California: Sage Publication.
bertanggung jawab, tekun, dan berorientasi pada
keberhasilan. Semakin terikat karyawan tersebut Meyer, J.P., N.J. Allen., & C.A. Smith. 1993.
secara emosional dengan perusahaan, maka “Commitment to organizational and occupations:
semakin cenderung ia membantu rekan kerja dan Extension and test of a three-component
atasan dalam hal penyelesaian tugas, pencegahan conceptualization”, dalam Journal of Applied
masalah dalam bekerja, dan pemberian semangat Psychology. 78, halaman: 538 – 551.
dan penguatan, serta semakin cenderung ia
membantu organisasi secara keseluruhan, dengan Moorman, R.H. & G.L. Blakely. 1995. “Individualism-
cara menolerir situasi yang kurang ideal dalam collectivism as an individual difference predictor of
bekerja, peduli pada kelangsungan hidup organizational citizenship behavior”, dalam Journal of
perusahaan dan patuh pada peraturan dan tata tertib Organizational Behavior. 16, halaman: 127 – 142.
perusahaan;
2. Semakin tinggi keterikatan karyawan karena Morrow, P.C. & J.C. McElroy. 1987. “Work
pertimbangan untung rugi, maka karyawan tersebut commitment and job satisfaction over three career
tidak dapat diharapkan untuk membantu stage”, dalam Journal of Vocational Behavior. 30,
penyelesaian tugas rekan kerja dan atasan, halaman: 330 – 346.
mencegah masalah dalam bekerja, memberi
111 MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 8, NO. 3, DESEMBER 2004: 105-111

Organ, D. W. 1988. Organizational citizenship Steers, R.M., L.W. Porter. & G.A. Bigley. 1996.
behavior: The good soldier syndrome. Lexington, MA: Motivation and leadership at work. New York:
Lexington Books. McGraw-Hill.

Robbins, S.P. 2001. Organizational Behavior, (9th ed). Tang, T.L., & A.H.S. Ibrahim. 1998. “Antecedents of
New Jersey: Prentice-Hall. organizational citizenship behavior revisited: Public
personnel in the United States and in the Middle East”,
Robbins, S.P. & M. Coulter. 1996. Management, 5th ed. dalam Public Personnel Management. 27, halaman: 529
New Jersey: Prentice-Hall. – 550.

Schappe, S.P. 1998. “The influence of job satisfaction, Van Dyne, L. dkk. 2000. “Collectivism, propensity to
organizational commitment, and fairness perceptions on trust and self-esteem as predictors of organizational
organizational citizenship behavior”, dalam Journal of citizenship in a non-work setting”, dalam Journal of
Psychology. 132, halaman: 277 – 291. Organizational Behavior. 21, halaman: 3 – 23.

Scholl, R.W. 1981. “Differentiating organizational Van Scotter, J. R., & S.J. Motowidlo. 1996.
commitment from expectancy as a motivating force”, “Interpersonal facilitation and job dedication as separate
dalam Academy of Management Review. 6, halaman: facets of contextual performance: Evidence for two
589 – 599. factors of contextual performance”, dalam Journal of
Applied Psychology, 81. halaman: 525 – 531.

You might also like