You are on page 1of 12

Oseanologi dan Limnologi di Indonesia (2010) 36(3): 281-292

ISSN 0125-9830

POTENSI BAKTERI YANG BERASOSIASI DENGAN SPONS ASAL BARRANG LOMPO (MAKASSAR) SEBAGAI SUMBER BAHAN ANTIBAKTERI oleh TUTIK MURNIASIH dan ABDULLAH RASYID Pusat Penelitian Oseanografi LIPI
Received 05 May 2010, Accepted 19 October 2010

ABSTRAK
Pengembangan obat dari senyawa yang dihasilkan oleh spons mengalami beberapa masalah, maka bakteri laut yang bersimbiosis dengan spons menjadi sumber substansi aktif yang menjanjikan. Lebih mudah dalam perkembangbiakan telah menjadikan bakteri laut lebih unggul dibanding sumber biota tingkat tinggi. Tujuan kegiatan ini adalah mengisolasi bakteri yang berasosiasi dengan spons sebagai sumber substansi aktif. Sampling bakteri yang bersimbiosis dengan spons dilakukan di perairan Pulau Barrang Lompo Makassar, pada bulan Juni 2009. Skrining antibakteri terhadap ekstrak bakteri hasil isolasi dilakukan dengan metode difusi agar. Studi awal tentang skrining antibakteri terhadap beberapa ekstrak bakteri yang diisolasi dari spons Theonella sp., Aaptos sp., Melophlus sarassinorum, Callyspongia sp., Ircinia sp., Stylissa flabeliformes, Lisoclinum sp. dan Clathria sp. asal Barrang Lompo Makassar menunjukkan bahwa dari 75 isolat, terdapat 60 isolat bakteri yang berpotensi mengandung substansi aktif anti bakteri patogen Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis dan Vibrio eltor. Persentase jumlah koloni tertinggi (100%) bakteri penghambat bakteri patogen diperoleh dari spons Aaptos sp., Melophlus sarassinorum dan Callyspongia sp., selanjutnya sebesar 90% dari spons Clathria sp. Kata kunci : antibakteri, bakteri simbion, spons.

281

MURNIASIH & RASYID

ABSTRACT
THE POTENTIAL SPONGE-ASSOCIATE BACTERIA FROM BARRANG LOMPO AS SOURCE OF ANTIBACTERIAL AGENT. Since the development of drug derived from sponge metabolite faced many problems, sponges-associate bacterial became a promising source of biologically actives substances. The less difficulties in enhancing the bacterial cultivation than the higher organisms are an excellent advantage in developing drug from microorganisms. This research was conducted to elucidate the potential of Indonesian sponge-associate bacteria as source of antibacterial agent. Sponge-associated bacteria was collected from Barrang Lompo Makassar coastal in June 2009. Screening of antibacterial activity of extract bacterial was done using agar diffusion method. The preliminary study on antibacterial activity derived from extract of bacteria that associate with Theonella sp., Aaptos sp., Melophlus sarassinorum, Callyspongia sp., Ircinia sp., Stylissa flabeliformes, Lisoclinum sp. and Clathria sp. showed that from 75 isolated bacteria, there were 60 potential bacterial isolates inhibiting Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis and Vibrio eltor. The highest percentages of potential isolated bacteria (100%) were associate with sponges Aaptos sp., Melophlus sarassinorum, Callyspongia sp. and 90% was sponge Clathria sp. Key words: antibacterial, associate bacteria, sponge.

PENDAHULUAN
Spons adalah hewan berpori yang bersifat filter feeder sehingga menjadi habitat bagi mikroorganisme untuk bersarang di dalam tubuhnya. Mikroorganisme mempunyai dua peran yang penting dalam sistem biologi spons, yaitu sebagai sumber makanan dan hidup bersimbiosis baik secara inter maupun intra selular (VACELET & DONADEY 1977; FRIEDERICH et al. 1999). Beberapa senyawa aktif yang diisolasi dalam spons juga ditemukan dalam bakteri yang bersimbiosis dengannya, oleh sebab itu beberapa peneliti berpendapat bahwa bakteri terlibat sebagian maupun keseluruhan dalam biosintesa senyawa aktif tertentu dalam spons (BEWLEY et al. 1996; FLOWERS et al. 1998). Untuk membuktikan hipotesa tersebut, maka beberapa peneliti bahan alam laut melakukan penelitian tentang pencarian substansi bioaktif dari mikroba yang bersimbiosis dengan spons. Beberapa senyawa baru yang mempunyai aktivitas farmakologi telah ditemukan (JAYATILAKE et al. 1996; MITOVA et al. 2003; SUZUMURA et al. 2003). Salah satu senyawa antimikroba norharman telah diisolasi dari bakteri Pseudoalteromonas piscicida yang berasosiasi dengan spons Hymeniacida perleve (ZHENG et al. 2005). Senyawa tersebut sebelumnya telah diisolasi dari spons asal Indonesia (RAO et al. 2003).

282

POTENSI BAKTERI YANG BERASOSIASI DENGAN SPONS

Komunitas bakteri yang berasosiasi dengan spons sebagian besar adalah proteobacteria, bacteroidetes, firmicutes dan actinomycetes (TAYLOR et al. 2007). Mikroba yang potensial sebagai target penghasil senyawa aktif adalah cyanobacteria, jamur dan actinomycetes. Senyawa aktif yang dihasilkan oleh Actinomycetes micromonospora dari spons adalah senyawa antimalaria manzamine (ANG et al. 2000). Senyawa peptida antibakteri telah diisolasi dari spons Hyatella sp. dan bakteri simbion Vibrio sp. (OCLARIT et al. 1994). Beberapa senyawa antibakteri jenis quinolone juga diisolasi dari bakteri simbion spon Homoplysia sp. yaitu bakteri Pseudomonad (BULTEL et al. 1999). Adanya hubungan antara produksi antibakteri oleh mikroba simbion dengan spons telah diteliti oleh NARSINHA & ANIL 2000, yang melaporkan bahwa senyawa antibakteri yang dihasilkan oleh bakteri simbion spons ( proteobacterium MBIC 3368, Idiomarina sp dan Pseudomonas sp.) sangat dipengaruhi oleh like-protein rekombinan yang terdapat pada biota inang Suberitas domuncula. Penelitian tersebut memperkuat adanya hubungan kerjasama dalam biosintesa metabolit sekunder antara mikroba simbion dengan spons. Indonesia yang mempunyai megadiversitas jenis spons, sangat potensial bersimbiosis dengan mikroorganisme penghasil senyawa aktif. Melihat potensi tersebut, maka kelompok peneliti produk alam laut mulai melakukan penelitian substansi bioaktif dari mikroba yang bersimbiosis dengan spons. Sebelumnya (th 1997-2007) telah dilakukan penelitian substansi aktif dari spons Indonesia (RACHMANIAR et al. 1997; RACHMANIAR et al. 1998; RACHMANIAR et al. 2001; RACHMANIAR et al. 2004, RACHMANIAR et al. 2005; RACHMANIAR et al. 2006; RACHMANIAR et al. 2007). Berdasarkan data tersebut didapatkan jenis-jenis spons potensial penghasil senyawa aktif. Spons potensial tersebut akan dipilih sebagai biota inang dalam penelitian ini. Tujuan utama dalam penelitian ini adalah mengetahui bakteri yang berasosiasi dengan spons sebagai sumber substansi aktif antibakteri yang mudah dikulturkan.

BAHAN DAN METODE


Bahan Bahan kimia yang digunakan untuk isolasi bakteri dalam spons diantaranya adalah media marine-agar yang mengandung pepton (5 g), ekstrak khamir (1 g), agar (15 g) dan air laut. Media selektif enrichment digunakan antibiotik ampisilin produksi Phyto Technology Laboratory sebanyak 10 g/5 mL larutan media, 20% media marine broth. Media fermentasi digunakan 100% media marine broth (ADACHI, pers com). Media untuk pengujian antibakteri digunakan nutrien agar yang mengandung peptic digest 5 g, natrium klorida 5 g, ekstrak daging sapi 1,5 g dan ekstrak kapang 1,5 g. Untuk penyimpanan digunakan gliserol 87%, sedangkan bakteri bioindikator uji antibakteri digunakan Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis dan Vibrio eltor yang didapatkan dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas Indonesia.

283

MURNIASIH & RASYID

Pelarut organik yang digunakan antara lain etil asetat GR, aseton GR dan metanol GR. Peralatan yang digunakan adalah laminar air flow, sentrifuge, evaporator, rotary shaker dan inkubator. Pengambilan sampel spons Pengambilan sampel bakteri yang bersimbiosis dengan spons potensial dilakukan di perairan Pulau Barrang Lompo, Makassar pada kedalaman 2-10 m dengan teknik scuba diving pada bulan Juni 2009. Sesudah diangkat dari permukaan laut, segera dilakukan pemotretan dan diambil sebagian jaringan sponsnya, kemudian dimasukkan ke dalam medium 5% marine broth untuk diisolasi bakterinya (cara direct plating), dan sebagian lagi dimasukkan ke dalam media yang mengandung antibiotik ampicilin untuk isolasi bakteri cara enrichment. Identifikasi spons dilakukan dengan mencatat ciri-ciri khusus (warna, tekstur, bentuk, ukuran dan kedalaman saat pengambilan. Kemudian sistematika dan identifikasi spons mengikuti buku panduan karya HOOPER (1997), selain itu juga menggunakan pustaka karya MAPSTONE (1990). Isolasi bakteri simbion Metode yang digunakan untuk isolasi bakteri yang bersimbiosis dengan spons potensial adalah metode direct plating dan metode enrichment (HIROSHE pers com). Tahapan isolasinya adalah sebagai berikut : Spons potensial dengan kode (Sp.1, Sp.2, Sp.3 ,Sp.4, Sp.5, Sp.6, Sp.7 dan Sp.8) masing-masing dimasukkan dalam media 5% marine broth dalam air laut steril dan dilakukan pengadukan menggunakan stirer, kemudian dilakukan pengenceran 101, 102, 103 dan 104. Masing-masing hasil pengenceran diambil 100 L diteteskan dalam 10% media marine agar kemudian disebar, lalu diinkubasi pada suhu 30OC menggunakan inkubator. Isolasi ini dilakukan langsung saat pengambilan sampel spons di lapangan. Untuk metode pengkayaan (enrichment), sebagian spons dimasukkan dalam 10 mL media 5% marine broth yang ditambahkan antibiotik ampicillin sebanyak 10 g untuk menekan pertumbuhan mikroflora yang tidak diinginkan. Kultur diinkubasi pada suhu kamar selama dua minggu menggunakan shaker inkubator di laboratorium. Pemurnian bakteri simbion Dari metode direct plating yang dilakukan saat di lapangan, diamati koloni-koloni yang tumbuh sesudah inkubasi selama satu hingga dua minggu. Banyaknya koloni dihitung, kemudian koloni-koloni yang bentuk dan warnanya berbeda diisolasi. Masing-masing koloni dilakukan purifikasi, yaitu dengan cara menggoreskan 1 ose koloni arah zig-zag pada petri yang berisi media 100% marineagar kemudian diinkubasi pada suhu 30oC selama 1-2 hari. Sesudah tumbuh kolonikoloni baru dilakukan penggoresan ulang pada media 100% marine agar hingga didapatkan koloni tunggal.

284

POTENSI BAKTERI YANG BERASOSIASI DENGAN SPONS

Untuk metode pengkayaan, penyebaran cairan kultur ke media 100% marine agar dilakukan sesudah dua minggu inkubasi, selanjutnya seperti metode direct plating, kultur diinkubasi pada suhu 30oC selama satu minggu dan jumlah koloni dihitung, diisolasi dan dipurifikasi. Penyimpanan hasil purifikasi dilakukan menggunakan 25% gliserol dalam media marine agar (HIROSHE pers. com.). Kultur bakteri Semua isolat murni dikultur dalam 5 mL media marine broth (100%), kemudian diinkubasi selama 5 hari sambil dikocok dengan stirer (100 rpm). Larutan kultur disentrifuse pada suhu 4OC selama 15 menit (6.000 rpm). Kemudian dipisahkan antara pellet dan supernatannya. Ekstraksi metabolit sekunder Setelah disentrifuse proses dilanjutkan dengan ekstraksi terhadap supernatan dan pellet. Supernatan diekstraksi menggunakan pelarut 5mL etil asetat, kemudian dievaporasi untuk menghilangkan fase organiknya. Ekstrak kering dilarutkan dalam 1 mL metanol. Bagian pellet diekstrak dengan aseton sebanyak 5 mL kemudian disentrifuse pada suhu 4OC selama 15 menit (6.000 rpm). Bagian supernatan diuapkan etil asetatnya, selanjutnya endapan dilarutkan dengan 1 mL metanol (ADACHI, pers com). Skrining aktivitas antimikroba Kegiatan skrining aktivitas antimikroba dilakukan terhadap ekstrak supernatan dan pellet dengan bioindikator bakteri patogen, yaitu Staphylococcus aureus, Bacillus substilis dan Vibrio eltor. Ketiga jenis bakteri tersebut diperoleh dari Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta. Metode penapisan yang digunakan adalah metode difusi agar (BAUER et al. 1996). Sebanyak 15 L sampel diteteskan di atas kertas cakram 6 mm, diuapkan dalam clean bench, sesudah kering diletakkan di atas permukaan media nutrien agar yang sebelumnya sudah diinokulasi bakteri bioindikator. Sebagai kontrol positip digunakan antibiotik ampicillin konsentarasi 10 g. Inkubasi dilakukan pada suhu 30oC selama satu malam. Aktivitas antibakteri ditunjukkan dengan adanya zona bening di sekitar kertas cakram dan dibandingkan dengan aktivitas antibiotik ampicillin.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Sampel spons yang digunakan sebagai biota inang terdiri dari 8 spesimen dari jenis Theonella sp., Aaptos sp., Melophlus sarassinorum, Callyspongia sp., Ircinia sp., Stylissa flabeliformes, Lisoclinum sp., Clathria sp. Tabel 1 merupakan hasil pengukuran jumlah koloni bakteri yang tumbuh dalam CFU (Colony Forming Unit ).

285

MURNIASIH & RASYID

Tabel 1. Jumlah total koloni bakteri simbion. Table 1. Total number of symbiotic bacterial colony.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 Sponge Code Sp.1 Sp.2 Sp.3 Sp.4 Sp.5 Sp.6 Sp.7 Sp.8 Latin Name Theonella sp. Aaptos sp. Melophlus sarassinorum Callyspongia sp. Ircinia sp. Stylissa flabeliformes Lisoclinum sp. Clathria sp. Simbiont colony numbers (CFU/mL) Direct plating Enrichment 1.16 105 5. 104 5 2.4 10 fungi contaminant > 1.107 5.6. 106 7 > 1.10 1.82 104 4 7.2. 10 6.82. 104 5 2.8. 10 2.5. 106 7 > 1.10 1.355. 106 7 > 1.10 1.3. 103

Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat ditunjukkan bahwa di antara delapan jenis spons, jumlah terbanyak bakteri simbion terdapat dalam spons sp.3 (Melophlus sarassinorum ). Bakteri yang diisolasi dengan direct plating rata-rata mempunyai jumlah koloni yang relatif lebih tinggi bahkan beberapa sampel mencapai lebih besar dari 105 dibanding dengan metode pengkayaan (enrichment). Hal tersebut disebabkan pada metode direct plating, cairan kultur dari spons langsung ditanam pada media marine broth yang merupakan media umum bagi bakteri laut. Sedangkan pada metode enrichment, larutan kultur ditambahkan antibiotik ampicilin sehingga beberapa mikroba patogen terhambat pertumbuhannya oleh antibiotik ini. Gambar 1 adalah profil koloni bakteri hasil sebaran dengan metode enrichment. Bakteri yang sudah diisolasi selanjutnya disimpan dalam gliserol stok untuk menghindari terjadinya perubahan aktivitas antibakterinya.

a b Gambar 1. Penyebaran koloni bakteri simbion spons Sp.5 (a) dan Sp.6 (b) pada media marine agar. Figure 1. The spreading of bacteria colony associate with sponge Sp.5 (a) and Sp.6 (b) on marine agar medium.

286

POTENSI BAKTERI YANG BERASOSIASI DENGAN SPONS

Seperti halnya penelitian yang dilakukan oleh SILBERHORN et al. (2007), isolasi dilakukan berdasarkan perbedaan morfologi, masing-masing koloni dengan morfologi yang sama diambil 2 hingga 3 buah untuk dilakukan purifikasi dan uji antibakteri. Pada penelitian tersebut, SILBERHORN et al. (2007) berhasil mengisolasi bakteri simbion pada spons Axinella polypoides dengan jumlah bakteri (cfu/g) pada spons adalah 1,5x105, 2,4x106, 8,9x105, 3,1x105, 2,1x105, 1,6x106, 1,3x105 dan 1,8x106 berturut-turut untuk Chodrica mucula, Tethya aurantium, Clathrina clathris, Agelas oroides, Ircinia sp., Petrosia reinformmis, Suberitas domuncula dan Acanthela acuta. Pada penelitian SILBERHORN dan kawankawan, kelimpahan bakteri simbion berkisar antara 1,3.105 hingga 2,4.106, sedangkan dalam penelitian ini diperoleh kelimpahan lebih tinggi, yaitu berkisar 1,3 103 hingga > 107. Hasil skrining aktivitas antibakteri Skrining kemampuan antibakteri beberapa ekstrak isolat terhadap bakteri patogen Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis dan Vibrio eltor dilakukan terhadap beberapa ekstrak isolat hasil pemurnian bakteri yang bersimbiosis dengan delapan spesimen spons baik dengan isolasi cara direct plating maupun enrichment. Gambar 2 adalah zona hambatan uji antibakteri terhadap beberapa ekstrak bakteri hasil isolasi.Hasil perhitungan jumlah ekstrak bakteri yang positif menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis dan Vibrio eltor disajikan pada Tabel 2.

Gambar 2. Zona hambat beberapa ekstrak bakteri simbion sponge terhadap Vibrio eltor (a), Bacillus subtilis (b) dan Staphylococcus aureus (c). Figure 2. The inhibition zone of several extract from sponge-symbiotic bacterial against Vibrio eltor (a), Bacillus subtilis (b), and Staphylococcus aureus (c). ,

287

MURNIASIH & RASYID

Tabel 2. Hasil perhitungan jumlah koloni positif dari masing-masing spesimen spons. Table2. Total number of positive bacterial colony isolated from sponge specimen.
Code Sponges Number isolated bacteria colony 15* 10* 6* 11** 6*** 7*** 10*** 10*** 75 of Number of inhibited extract bacteria against Sa Bs Ve 4 4 2 8 3 6 1 1 6 5 5 3 5 4 6 3 3 4 9 8 5 4 4 6 Total Percentage of inhibited bacteria (%) 53.33 100 100 100 83.33 57.14 70 90 80

Sp1 Sp2 Sp3 Sp4 Sp5 Sp6 Sp7 Sp8

Theonella sp. Aaptos sp. Melophlus sarassinorum Callyspongia sp. Ircinia sp. Stylissa flabeliformes Lisoclinum sp. Clathria sp. TOTAL

8 10 6 11 5 4 7 9 60

* direct plating** direct plating & enrichment

*** enrichment

Dari 75 isolat bakteri yang dimurnikan (Tabel 2), terdapat 60 isolat yang mempunyai kemampuan antibakterial, yang ditunjukkan oleh pembentukan zona bening pada pertumbuhan bakteri patogen. Isolat-isolat bakteri yang diisolasi dari spesimen spons Sp1-Sp4 (sebagian) diperoleh dengan cara direct plating tanpa melalui penambahan antibiotik ampicilin, sedangkan isolat dari spesimen spons Sp.4 (sebagian) Sp.8 diisolasi dengan cara enrichment (dengan penambahan antibiotik). Jika kita telaah persentase antara isolat potensial dengan jumlah koloni yang diisolasi, maka bakteri simbion baik dengan cara direct plating maupun enrichment mengandung bakteri potensial antibakteri lebih dari 50% dari koloni yang dimurnikan. Persentase bakteri potensial tertinggi (100%) terhadap jumlah koloni yang diisolasi terdapat pada spons Sp2: Aaptos sp. , Sp3: Melophlus sarassinorum dan Sp.4: Callyspongia sp., selanjutnya sebesar 90% dari spons Sp8 : Clathria sp. Penelitian SILBERHORN et al. (2007) melaporkan bahwa persentase total isolate aktif dari beberapa spons terhadap Eschericia coli, Bacillus subtilis, Staphylococcus lentus dan Candida glabrata adalah seperti pada Tabel 3. Pada penelitian SILBERHORN tersebut persentase aktifitas isolat bakteri dari spons C. reniformis, A. polypoides, T. aurantium, C. clathis, A. oroides, Ircinia sp, P.ficiforis, S. douncula dan A. acuta berkisar 5-70%. RADJASA et al. (2007) melaporkan bahwa screening terhadap bakteri yang berasosiasi dengan spons Aaptos sp. terhadap antibakteri dan substansi MDR (Multi Drug Resistance) menunjukkan tiga isolat bakteri potensial dari jenis Halomonas aquamarina, Alpha proteobacterium dan Pseudoalteromonas luteviolacea.

288

POTENSI BAKTERI YANG BERASOSIASI DENGAN SPONS

Tabel 3. Persentase aktifitas total isolat bakteri yang diisolasi dari berbagai spons terhadap Eschericia coli, Bacillus subtilis, Staphylococcus lentus dan Candida glabrata. Table 3. Percentage of total isolated sponge-associated bacteria against Eschericia coli, Bacillus subtilis, Staphylococcus lentus and Candida glabrata.
Sample HW Li C. reniformis A. polypoides T. aurantium C. elathis A. oroides I. sp. P. fieiformis S. domuneula A. aeuta Average Ref: SILBERHORN et al. (2007) Tested isolates (n) 80 57 13 108 112 112 100 105 112 102 Activity total (%) 13 70 54 18 26 12 37 0 46 5 29

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat 80% total bakteri potensial penghasil substansi antibakteri dari sejumlah koloni hasil isolasi dari spons Sp1: Theonella sp., Sp.2: Aaptos sp., Sp.3: Melophlus sarassinorum, Sp.4: Callyspongia sp, Sp5: Ircinia sp, Sp6.: Stylissa flabeliformes, Sp.7: Lisoclinum sp., Sp.8: Clathria sp. Prosentase tertinggi terdapat pada spons Aaptos sp., Melophlus sarassinorum sp., Callyspongia Sp. dan Clathria sp. Identifikasi secara molekuler dan analisis substansi aktif diperlukan untuk mendapatkan informasi yang lebih komprehensif.

PERSANTUNAN
Penulis sangat berterima kasih kepada Pusat Riset Kelautan Universitas Hasanudin Makassar yang telah membantu dalam pengambilan sampel spons, selain itu kami juga sangat berterimakasih kepada Departemen Pendidikan Nasional Pendidikan Tinggi dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang telah memberikan dana penelitian melalui proyek insentif peneliti dan perekayasa.

289

MURNIASIH & RASYID

DAFTAR PUSTAKA
ANG, K.K., M.J. HOLMES, T. HIGA, M.T. HAMANN and U.A. KARA 2000. In vivo antimalarial activity of the beta-carboline alkaloid manzamine A. Antimicrob. Agent. Chemother. 44: 1645-1649. BAUER, A.W., W.M. KIRBY, J.C. SHERRIS and M. TUREK 1996. Antibiotic susceptibility testing by a standardized single disk method. Am. J. Clin. Pathol. 45: 493-498. BEWLEY, C.A., N.P. HOLLAND and D.J. FAULKNER. 1996. Two classes of metabolites from Theonella swinhoei are localized in distinct populations of bacterial symbionts. Experientia 52: 716-722. BULTEL, P.V., J.P. BERGE, C. DEBITUS, J.L. NICOLAS and M. GUYOT 1999. Metabolites from the sponge-associated bacterium Pseudomonas species. Mar. Biotechnol. 1: 384-390. FRIEDERICH, A.B., H. MAERKERT , T. FENDERT, J. HACKER, P. PROKSCH and U. HENTSCHEL.1999. Microbial diversity in he marine sponge Aplysina cavernicola (formely Verongia cavernicola) analyzed by fluorescence in situ hybridization (FISH). Mar. Biol. 134: 461-470. FLOWERS, AE., M.J. GARSON, R.I. WEBB, E.J. DUMDEI and R.D. CHARAN. 1998. Cellular origin of chlorinated diketopiperazines in the dictyoceratid sponge Dysidea herbacea (Keller). Cell Tissue Res. 292: 597-607. HOOPER, J. 1997. Guide to sponge collection and identification. Queensland Museum South Brisbane Australia : 26-29. JAYATILAKE, G.S., M.P. THORNTON, A.C. LENARD, J.E. GRINWADE and B.J. BAKER. 1996. Metabolites from an Antarctic sponge-associated bacterium, Pseudomonas aeroginosa. Journal of Natural Products 59: 293296. MAPSTONE, G.M. 1990. Reef corals and sponges of Indonesia a video-based learning module. Printed by United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization, Paris France : 10-20. MITOVA, M., G. TOMMONARO and D.S. ROSA. 2003. A novel cyclopeptide from a bacterium associated with the marine sponge Ircinia muscarium. Zetschift fr Naturforschung 58: 740-745.

290

POTENSI BAKTERI YANG BERASOSIASI DENGAN SPONS

NARSINHA, L.T. and A.C. ANIL. 2000. Antibacterial activity of the sponge Ircinia ramose: Importance of its surface-associated Bacteria. Journal of Chemical Ecology. 26(1):57-71. OCLARIT, J.M., H. OKADA, S. OHTA, K. KAMIMURA, Y. YAMAOKA, R. LIZUKA, S. MIYASHIRO and S. IKEGAMI. 1994. Anti-bacillus substances in the marine sponge Hyatella species produced by an associated Vibrio species. Bacterium. Microbios. 78: 7-16. RACHMANIAR, R., T. MURNIASIH dan F. UNTARI 1997. Laporan penelitian screening substansi bioaktif dari spons dan karang lunak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia : 4-5. RACHMANIAR, R., T. MURNIASIH, A. RASYID dan F. UNTARI 1998. Laporan penelitian substansi bioaktif dari spons. Pusat Penelitian Oseanologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia: 3-7. RACHMANIAR, R., T. MURNIASIH, A. RASYID dan F. UNTARI 2001. Laporan penelitian substansi antiinfeksi dari spons dan makroalga. Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia : 4-10. RACHMANIAR, R., T. MURNIASIH, A. RASYID dan F. UNTARI 2004. Laporan penelitian sensus biota laut dari spons dan karang lunak dalam hubungannya dengan potensi bioprospekting. Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia:3-5. RACHMANIAR, R., T. MURNIASIH, A. RASYID dan F. UNTARI 2005. Laporan Penelitian Sensus Biota Laut dari spons dan karang lunak dalam hubungannya dengan potensi bioprospekting. Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia :4-8. RACHMANIAR, R., A. RASYID dan F. UNTARI 2006. Laporan penelitian sensus biota laut dari spons dan karang lunak dalam hubungannya dengan potensi bioprospekting. Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia : 3-10. RACHMANIAR, R., A. RASYID dan F. UNTARI 2007. Laporan penelitian sensus biota laut dari spons dan karang lunak dalam hubungannya dengan potensi bioprospekting. Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.: 4-20. RADJASA O.K., D.H. KENCANA, A. SABDONO, R.A. HUTAGALUNG and E. SRI LESTARI. 2007. Antibacterial acivity of Marine Bacteria Associated with sponge Aaptos sp. against Multi Drug Resistant (MDR) strain. Jurnal Matematika dan Sains 12(4): 147-151.

291

MURNIASIH & RASYID

RAO, K.V, B.D. SANTARSAIRO, A.D. R.F. SCHINAZI, B.L. TEKWANI and M.T. HAMAUN 2003. New manzamine alkaloids with activity against infectious and tropical parasitic diseases from an Indonesian sponge. Journal of Natural Product 66: 823-828. SILBERHORN, A.M., V. THIEL and J.F. IMHOFF 2007. Abundance and bioactivity of cultured sponge-associated bacteria from the Mediterranean Sea. Microbial Ecology 55: 94-106. SUZUMURA, K., T. YOKO, M. FUNATSU, K. NAYAI, K. TANAKA, H. ZHANG and K. SUZUKI 2003. YM-266183 and YM-266184, novel thiopeptide antibiotics produced by Bacillus aureus isolated from a marine sponge . Structure elucidation. Journal of Antibiotics (Tokyo) 56: 129-134. TAYLOR, M.W., R. RADAX, D. STEGER and M. WAGNER 2007. Spongeassociated microorganisms: Evolution, Ecology, and Biotechnological Potential. Microbiol. Mol.Biol. Rev. 71(2): 295-347. VACELET, J. and DONADEY 1977. Electronmicroscope study of the association between methane-oxidizing bacteria and deep sea carnivorous cladorhizid sponge. Mar. Ecol. Prog. 145: 77-85. ZHENG, L., H. CHEN, X. HAN, W. LIN and X. YAN 2005. Antimicrobial screening and active compound isolation from marine bacterium NJ6-3-1 associated with the sponge Hymeniacidon perleve. World Journal of Microbiology & Biotechnology. 21: 201-206.

292

You might also like