Professional Documents
Culture Documents
ABSTRAK
Benthos could be used as a reliable indicator of the quality of aquatic environment. The habitats of the fauna are in
the sediment, and their respond to their environment is as their long term of adaptation form. The purposes of the
study were to know: The diversity and richness of benthic community at Jabung Tuban district and Lamongan, East
Java, and the water quality at Jabung swamp based on the diversity and richness of benthic community. The study
including: field sampling, identification, and data analysis at laboratory. Locations of the study were at inlet, pools
and outlet, with triplicate in each location. Samples were taken on September to November 1999. Collection was done
using surber with soil sampling methods. Thirteen benthos spesies were found in the study can be grouped into 3
families: Mollusca (5 spp.), Annelids (5 spp.) and insects (3 spp.). Benthic community could be used to know the
level of water pollution. Based on the index of benthic diversity, Jabung swamp can be categorized as medium to
heavy polluted.
sehingga setelah bendungan dibangun dapat sebanyak 10 spesimen untuk awetan. Spesies ini
dilakukan studi ulang. Penelitian ini bertujuan dimatikan dalam formalin 4%, lalu disimpan dalam
untuk mengetahui: (1) keanekaragaman dan etanol 70%. Peralatan koleksi dicuci sebelum
kekayaan komunitas bentos di Rawa Jabung, digunakan untuk mengambil sampel lain
Kabupaten Tuban dan Lamongan, Jawa Timur, Semua spesimen bentos diidentifikasi ulang di
serta (2) kualitas perairan rawa tersebut berdasarkan laboratorium dengan mikroskop dan mikroskop
keanekaragaman dan kekayaan komunitas bentos. stereo, dipandu pustaka-pustaka: Dean dan Suter
(1996), Florowits dkk. (1995), Harvey dan Growns
(1996), serta Hawking (1986; 1993; 1995).
METODE PENELITIAN
Analisis data
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif Data jumlah organisme yang didapatkan dari
dan kualitatif yang dilakukan secara eksploratif di perhitungan pada ketiga stasiun, kemudian
lapangan dan di laboratorium. Adapun langkah- dianalisis dengan rumus indeks diversitas Shannon
langkah pelaksanaannya meliputi: sampling di Wienner:
lapangan, dilanjutkan identifikasi dan analisis data
di laboratorium. H’ = - ∑t i ni/N log e ni/N
Tabel 1. Spesies-spesies bentos di stasiun Babat (saluran masuk), stasiun Baturan (kolam rawa) dan stasiun Jabung
(saluran keluar)
bagian hilir, menjelang muara sungai, sehingga (CO2), kalsium (Ca), sulfat (SO4), fosfat (PO4) dan
kondisi fisik, kimia dan biota di lokasi ini mewakili nitrit (NO2).
akumulasi pengaruh kegitan manusia terhadap Penggunaan biota air untuk pengujian kualitas
sungai tersebut, mulai dari hulu hingga hilir. perairan relatif masih baru, menyusul penggunaan
Pengaruh-pengaruh ini antara lain berupa kerusakan karakter fisik dan kimia yang telah dilakukan sejak
vegetasi riparian (daerah aliran sungai) yang lama. Pada masa lalu, penggunaan biota dalam
mengakibatkan tingginya tingkat sedimentasi, pengujian kualitas perairan jarang digunakan,
eksploitasi yang berlebih sehingga mengurangi karena belum dibakukannya standardisasi dan
tingkat keanekaragaman dan kekayaan spesies- membutuhkan waktu yang relatif lama, sehingga
spesies fauna akuatik, pencemaran material kimia tidak praktis dan mahal. Namun dengan
dan fisik dari industri, masukan allochtonous berkembangnya ilmu dan teknologi, kesulitan ini
berupa sampah organik dari pemukiman/perkotaan telah teratasi terutama dengan ditemukannya pola
yang menyebabkan melimpahnya beberapa spesies standardisasi yang tepat, serta metode yang lebih
tertentu, sebaliknya mengurangi keanekaragaman praktis dan efisien (Plafkin dkk., 1989; Norris dan
jenis yang semula ada dan lain-lain. Gorges, 1986; Chambell, 1982).
Biota akuatik dapat digunakan untuk mengetahui
Pencemaran Lingkungan perubahan dan pencemaran lingkungan; toksisitas
Limbah organik yang dibuang ke perairan dapat limbah dan dampaknya terhadap lingkungan;
menjari bahan pencemar. Limbah ini menyebabkan akumulasi limbah pada biota dan pengaruhnya
terjadinya eutrofikasi, suatu proses pengkayaan terhadap rantai makanan; serta pengaruh limbah,
unsur hara pada suatu perairan, sehingga kualitas penggunaan air dan tanah terhadap ekosistem
air tidak layak bagi kebutuhan hidup sehari-hari. (Norris dan Norris, 1995).
Limbah organik dapat merubah serangkaian sifat
fisik, kimia, dan biologi perairan. Bahan-bahan Komunitas Bentos
tersebut akan diuraikan oleh kegiatan bakteri Komunitas merupakan tingkat organisasi biologi
menjadi amonia dan ntrit, yang akhirnya menjadi paling sesuai untuk mempelajari dampak perubahan
nitrat dan fosfat. Senyawa-senyawa ini digunakan lingkungan perairan. Komunitas alami bersifat
oleh fitoplankton, terutama dari kelas dinamis dan selalu berubah menuju keseimbangan
Cyanophyceae dan Chlorophyceae untuk tumbuh (Botkin, 1990; Pimm, 1991). Pada tingkat
dan berkembang, sehingga sering mengakibatkan organisasi yang lebih rendah, baik biokimia,
pertumbuhan pesat (blooming). fisiologi maupun seluler, pengaruh ini sulit
Kondisi ini dapat mempengaruhi rantai diperkirakan dan hanya mencerminkan keadaan
makanan, dimana jumlah fitoplankton yang sesaat, sedang pada tingkat organisasi yang lebih
berlebihan menyebabkan grazing oleh zooplankton tinggi, yakni ekosistem, pemantauan sulit dilakukan
dan ikan-ikan kecil berkurang, sehingga jumlahnya karena komplek (Warwick, 1993).
terus bertambah. Meningkatnya pertumbuhan Spesies-spesies bentos yang ditemukan dalam
fitoplankton Cyanophyceae yang sukar dicerna atau penelitian ini umumnya merupakan spesies yang
tidak dapat digunakan sebagai makanan hidup di dalam sedimen (meiobentos), hal ini selain
zooplankton dan ikan-ikan kecil, menyebabkan terkait dengan metode yang digunakan, yaitu soil
perairan menjadi keruh, terbentuk lapisan pekat sampling, juga dikarenakan stasiun penelitian
pada permukaan air, serta terbentuk gelembung- umumnya memiliki aliran air yang relatif tenang
gelembung gas semacam buih tebal yang dan dasar perairan mengandung sedimen, sehingga
menimbulkan bau dan rasa tidak enak serta bentos yang hidup di permukaan dasar perairan
pandangan yang kurang sedap. Di lain pihak akan (makrobentos) umumnya hanya sedikit.
terjadi perubahan komposisi jenis-jenis ikan, Keadaan sedimen merupakan faktor pembatas
dimana ikan-ikan yang tidak dapat bertahan akan distribusi bentos. Sedimen yang terganggu
digantikan ikan-ikan yang lebih toleran. kestabilannya pada musim hujan, sangat
mempengaruhi keberadaan bentos (Dudgeon,
Parameter Kualitas Lingkungan 1984). Populasi bentos dapat terus bertambah
Parameter kualitas lingkungan perairan dapat selama pemasukan bahan makanan terjamin dan
didekati secara fisik, kimia dan biologi. Adapun tidak ada pencucian sedimen (Bishop, 1973).
kriteria kualitas perairan yang bersifat fisik antara Sekalipun apabila dasar perairan terganggu, bentos
lain: temperatur dan kejernihan, sedang yang dapat segera melakukan rekolonisasi (Benzie,
bersifat kimia antara lain: konsentrasi ion hidrogen 1984). Populasi dan keanekaragaman jenis bentos
(pH), oksigen terlarut (DO), karbon dioksida bebas mencapai puncaknya pada awal musim kemarau
dan mencapai titik terendah pada musim hujan
44 BioSMART, Vol. 2, No. 1, April 2000, hlm. 40 - 46
(Singh dan Srivastava, 1989; Wirjoatmodjo dan menyebabkan pengambilan data di suatu titik di
Atmowidjojo, 1985). Banjir satu malam dapat sungai, sering tidak mencerminkan kondisi
mencuci komunitas bentos, tetapi periode daur lingkungan pada tempat pengambilan data, akan
hidup bentos akan mengembalikan densitas tetapi menunjukkan kondisi lingkungan sungai
populasi dan komposisi komunitas ini ke posisi sejauh beberapa kilometer ke arah hulu, tergantung
semula (Dudgeon, 1992). kecepatan aliran air. Sehingga keanekaragaman dan
dan kemelimpahan planton di suatu titik hanya
Biomonitoring dengan Bentos menjelaskan kondisi lingkungan sesaat.
Dalam pengujian kualitas perairan, bentos Penggunaan karakter fisik dan kimia untuk
cenderung lebih bernilai dari pada organisme lain. menguji kualitas perairan sungai juga memiliki
Bentos hidup melekat pada permukaan tanah atau beberapa kelemahan. Salah satu kelemahan
di dalam tanah dan tidak mudah berpindah-pindah, mendasar adalah sifat-sifat yang terukur merupakan
sehingga kemelimpahan dan keanekaragamannya kondisi sesaat dan akan berubah sesuai dengan
merupakan tanggapan adaptasi yang panjang/lama mengalirnya arus sungai. Pada pengamatan kondisi
terhadap faktor-faktor lingkungan perairan di fisik, misalnya tingkat sedimentasi, maka akan
sekitanya. Fauna motil, seperti ikan dapat terjadi perbedaan sangat menyolok antara musim
berpindah tempat apabila kondisi lingkungan hujan dan kemarau. Suhu badan air pada sungai
berubah, dan segera kembali lagi apabila kondisi yang melewati kawasan industri yang IPAL-nya
lingkungan memungkinkan. Pada bentos tindakan tidak sempurna juga berubah-ubah sesuai dengan
ini tidak dapat dilakukan. Motilitasnya yang volume dan jenis limbah cairnya. Sebagaimana
rendah, menyebabkan bentos tidak bebas bergerak suhu, faktor-faktor kimia seperti BOD, COD, pH,
untuk mencari badan air yang lebih sesuai bagi kandungan logam berat, kandungan nitrit dan lain-
kehidupannya, sehingga apabila terjadi perubahan lain juga berubah-ubah dan umumnya hanya
lingkungan, maka pilihannya hanya menyesuaikan mencerminkan kondisi kualitas badan air pada saat
diri atau mati. pengujian. Di samping itu, penggunaan bahan-
Pada lingkungan akuatik yang berubah namun bahan kimia dalam pengujian kualitas air tidak
telah kembali mencapai keseimbangannya, maka bersifat ramah lingkungan, karena reagen kimia
keberadaan ikan-ikan tertentu dapat menggantikan yang digunakan umumnya bersifat racun bagi
ikan-ikan yang semula ada di tempat tersebut. lingkungan, meskipun dalam kadar yang relatif
Namun dalam lingkungan akuatik yang kondisinya terbatas.
masih terus berubah biota ini sulit menggambarkan
keadaan habitat akuatiknya secara lengkap, karena Kualitas Perairan Rawa Jabung
tingginya tingkat migrasi. Di kawasan industri yang Berdasarkan indeks diversitas bentos, maka
telah mapan, dimana jenis-jenis bahan pencemar Rawa Jabung dan kawasan sekitarnya termasuk
yang dibuang ke badan air cenderung telah dalam katagori tercemar sedang dan berat. Stasiun
memiliki komposisi jenis yang tetap, maka Babad yang merupakan saluran masuk air
beberapa spesies ikan tertentu dapat beradaptasi Bengawan Solo ke kolam rawa memiliki indeks
dan tumbuh melimpah, karena berkurangnya diversitas rata-rata hanya 0.6772, sehingga
kompetisi dengan spesies lain dalam kebutuhan tergolong tercemar berat (ID < 1,0), sedangkan
makanan dan ruang. Sedang pada kawasan industri stasiun Baturan yang merupakan kolam rawa dan
yang belum mantap, dimana jenis dan jumlah stasiun Jabung yang merupakan saluran keluar dari
pabrik masih terus berubah, sehingga komposisi rawa kembali menuju Bengawan Solo, secara
jenis limbahnya masih berubah-ubah, maka berturut-turut memiliki indeks diversitas rata-rata
seringkali komposisi spesies-spesies ikannya sebesar 1,8437 dan 1,6865, sehingga termasuk
berubah-ubah dalam jangka waktu pendek. Di katagori tercemar sedang (ID = 1,5-1,0).
kawasan industri sekitar Kabupaten Karanganyar, Tingkat pencemaran sedang dan berat untuk
komunitas ikan pada anak-anak sungai Bengawan kawasan hilir Sungai Bengawan Solo merupakan
Solo yang melewati kawasan industri tersebut kenyataan yang memprihatinkan, meskipun telah
didominasi oleh ikan lele, garingan dan ikan dirasakan sejak lama. Tingginya populasi penduduk
introduksi sapu-sapu, disamping Gambusia yang di Daerah Aliran Sungai tersebut menyebabkan
sejak lama telah melimpah. tingginya eksploitasi alam dan kebutuhan akan
Penggunaan komunitas plankton untuk menguji lahan. Hal ini menyebabkan tingginya tingkat
kualitas perairan yang selama ini sering dilakukan, perubahan hutan dan kawasan perlindungan untuk
karena lebih mudah dalam assay-nya juga memiliki lahan pertanian, pemukiman, jalan, industri dan
beberapa kelemahan dibanding bentos. Kehidupan lain-lain, sehingga luasan kawasan konservasi
plankton yang melayang-layang dan terbawa air,
WINARNO dkk. – Bentos di Rawa Jabung 45
berkurang serta terjadi sedimentasi dan perubahan secara berturut-turut 1,6865 dan 1,8437; (3)
pola pengaturan air (hidrologi). komunitas bentos dapat digunakan untuk mengethui
Proses industrialisasi di Jawa, yang pada masa tingkat pencemaran dari suatu badan perairan.
lalu bertumpu pada murahnya tenaga kerja dan
longgarnya penegakan peraturan di bidang
lingkungan memiliki andil besar terhadap DAFTAR PUSTAKA
masuknya sejumlah besar limbah industri, baik fisik
maupun kimia ke dalam perairan Bengawan Solo. Amoros, C. 1991. Changes in Side-Arm Connectivity and
Tumbuhnya pemukiman dan perkotaan baru juga Implication of River System Management. Rivers 2: 105-
112.
menambahkan masukan limbah organik ke badan Bayley, P.B. 1995. Understanding Large River Floodplain
air, sehingga menyebabkan tingginya allochtonous Ecosystems. BioScience 45: 153-158.
yang hanya mendukung dan memacu kehidupan/ Benzie, J.A.H. 1984. The Colonisation Mechanism of stream
organisme tertentu. Tingkat pencemaran di sekitar Benthos in a Tropical Rivers. Hydrobiologia 111: 171-179.
Botkin, D.B. 1990. Discordan Harmonies: The New Ecology
Rawa Jabung (hilir Bengawan Solo) merupakan for the Twenty-First Century. Oxford: Oxford University
konsekuensi logis dari proses pembangunan dan Press.
penegakan hukum yang terjadi sebelumnya. Chambell, I.C. 1982. Biological Water Monitoring: Australian
Dalam penelitian ini, indeks diversitas bentos di Viewpoints. Dalam Water Quality Management.
kolam rawa (stasiun Baturan) dan saluran keluar Monitoring Programs and Diffuse Runoff. (ed. B.T. Hart).
Melbourne: Water Resources Centre, Chrisholm Institute
(stasiun Jabung) jauh lebih tinggi dari pada indeks of Technology and Australian Society for Limnology.
diversitas bentos di saluran masuk (stasiun Babat). Chessman, B.C. 1995. Rapid assessment of Rivers Using
Pada stasiun Baturan dan Jabung tingkat Macroinvertebrates: A Procedure Based on Habitat specific
pencemarannya adalah tercemar sedang dan pada sampling, Family Level Identification and a Biotic Index.
Australian Journal of Ecology 20: 122-129.
stasiun Babat tergolong tercemar berat. Hal ini Dean, J.C. dan P.J. Suter. 1996. Mayflay Nymph of Australia,
menunjukkan bahwa air di saluran masuk masih A Guide to Genera. CRC for Freshwater Ecology.
merupakan air yang sama dengan air Sungai Identification Guide No. 7. Presented at the Taxonomy
Bengawan Solo sehingga tingkat pencemarannya Workshop Held at the Murray-Darling Freshwater
setara dengan sungai tersebut. Sedang air di dalam Research Centre. Albury. February 1996
Dudgeon, D. 1984. Longitudinal and Temporal Changes in
kolam rawa dan saluran keluar telah mengalami Functional Organisation of Macroinvertebrate
pengendapan, terjadi proses mineralisasi bahan Communities in the Lam Tsuen River, Hong Kong,
organik serta perubahan-perubahan fisik dan kimia Hydrobiologia 111: 207-217
lainnya, sehingga tingkat pencemarannya menurun. Dudgeon, D. 1992. Endangered Ecosystem: a Review of the
Conservation Status of Tropical Asia Rivers.
Fakta ini mendukung asumsi yang selama ini Hydrobiologia 248: 167-191.
dipercaya bahwa kawasan rawa-rawa pantai, Dudgeon, D. 1994. Endangered Ecosystem: a Review of
termasuk hutan mangrove berperan besar dalam Threats to Tropical Asian Running Waters. Hydrobiologia,
menurunkan tingkat pencemaran badan air, serta unpiblished manuscript for submission.
menjadi daerah penyangga (buffer) bahan pencemar Florowitz, P., B. Knott dan W.D. Williams. 1995. A
Preliminary Key to the Malacostracan Families
dari daratan ke laut atau sebaliknya. Oleh karena itu (Crustaceae) Found in Australian Inland Waters. CRC for
pengelolaan kawasan Rawa Jabung merupakan Freshwater Ecology. Identification Guide No. 4. Presented
bagian integral dari sistem pengelolaan daerah at the Taxonomy Workshop Held at the Murray-Darling
aliran sungai Bengawan Solo, mulai dari gunung- Freshwater Research Centre. Albury. 8-10th February 1995
Furtado, J.I. 1969. Ecology of Malaysian Odonates: Biotype
gunung di daerah hulu sungai hingga kawasan and Association of Spesies. Verg. Int. Verein. Limnol 17:
hutan mangove di muara. 863-887
Groombridge, B., 1990. Global Biodiversity: Status of the
Earth Living Resources. London: Chapman and Hall.
KESIMPULAN Harvey, M.S. dan J.E. Growns. 1996. A Guide to the
Identification of Families of Water Mites (Arachnida:
Acarina). CRC for Freshwater Ecology. Identification
Dari hasil penelitian dapat disimpulakan bahwa: Guide No. 18. Presented at the Taxonomy Workshop Held
(1) di Rawa Jabung, ditemukan 13 spesies bentos, at the Murray-Darling Freshwater Research Centre.
yang tergolong dalam tiga familia, yaitu Mollusca Albury. 10-12th February 1998
Hawking, J.H. 1986. Dragonfly of the River Murray System.
(5 spp.), Annelida (5 spp.) dan Insecta (3 spp.); (2) Albury-Wodonga Development Corporation. Technical
berdasarkan indeks diversitas bentos, maka Rawa Report No. 6. Albury. July 1986.
Jabung dapat digolongkan tercemar sedang hingga Hawking, J.H. 1993. A guide to Keys and Zoolgical
berat, dimana pada saluran masuk tergolong Information to Identify Macroinvertebrates from Fresh
tercemar berat dengan indek diversitas 0,6772, Water in Australia. Austr. Soc. Limnol. Newsl. 31: 44-57.
Hawking, J.H. 1995. Monitoring River Health Initiative
sedang pada kolam rawa dan saluran keluar Taxonomic Workshop Handbook. Murray-Darling
tergolong ercemar sedang dengan indeks diversitas Freshwater Research Centre. Monitoring River Health
Workshop. Albury. 6-7th Februari 1995
46 BioSMART, Vol. 2, No. 1, April 2000, hlm. 40 - 46
Hubbard W.D. dan W.L. Peters. 1984. Ephemeroptera of Sri Pimm, S.L. 1991. The Balance of Nature? Ecological Issues in
Langka: an Introduction to Their Ecology and the Conservation of Spesies and Communitie. Chicago:
Biogeography. Dalam c.H. Fernando (ed.) Ecology and University of Chicago Press.
Biogeography in Sri Langka. The Hague: W. Junk Plafkin, J.L., M.T. Barbour, K.D. Potter, S.K. Gross dan R.M.
Publishers. Hughes. 1989. Rapid Bioassessment Protocols for Use in
Hynes, H.B.N. 1970. The Ecology of Running Waters. Streams and Rivers. Benthic Macroinvertebrates and Fish.
Liverpool: Liverpool University Press. Washington: US Environmental Protection Agency.
Jalal, K.F. 1987. Regional Water Resources Situation: Singh, S.R. dan V.K. Srivastava. 1989. Observation on the
Quantitative and Qualitative Aspects. Dalam Water Bottom fauno on the Ganga River (between Buxar and
Resources Policy for Asia (ed. M. Ali, G.E. Radosevich Ballia) with special references to its Role in the Seasonal
dan A.A. Khan). Boston: Balkema Publishers. Abundance of Freswater Prawn Macrobrachium
Johnson, B.L., W.B. Richarson dan T.J. Naimo. 1995. Past, birmanicum Choprai (Tiwari). Acta Hydrochim. Hidrobiol.
Present and Future Concepts in Large River Ecology. 17: 159-166.
BioScience 45 (3): 134-141. St. Quentin, D. 1973. Results of the Austrian-Ceylonese
Junk, W.J., P.B. Bayley dan R.E. Sparks. 1989. The Flood Hydrobiological Mission. Bull. Fish res. Stn. Sri Langka
Pulse Concept in River Floodplain systems. Can. Spec. (Ceylon) 24: 113-124.
Publ. Fish. Aquat. Sci. 106: 110-127 Warwick, R.M. 1993. Environmental Impact Studies on
Norris, R.H. dan A. Gorges. 1986. Design and Analysis for Marine Communities: Pragmatical Considerations.
Assessment of Water Quality. Dalam: Limnology in Australian Journal of Ecology 18: 63-80.
Australia (ed. P. de Deckker dan W.D. Williams). Wirjoatmodjo, S. dan A.H. Atmowidjojo. 1985. Insect
Commonwealth Scientific and Industrial Research Community of stream Ecosystem of Ketambe Forest
Organisation. Dordrecht: Melbourne and Junk Publishers Gunung Leuser National Park Indonesia. Berita Biologi. 3:
Norris, R.H. dan K.R. Norris. 1995. The need for Biological 111-115.
assessment of Water Quality: Australian Perpective. Wright, I.A., B.C. Chessman, P.G. Fairweather dan L.J.
Australian Journal of Ecology 20: 1-6 Benson. 1995. Measuring the Impact of Sewage Effluent
Odum, F.P. 1983. Principles of Ecolgy. Philadelphia: W.B. on the Macroinvertebrata Community of an Upland
Saunders Stream: The Effect of Different Levels of Taxonomic
resolution and Quantification. Australian Journal of
Ecology 20: 142-149